Anda di halaman 1dari 8

Tugas Praktikum 3

Muhammad Bagus Ananda

D1A020221

Agroekoteknologi (Kelas H)

Fakultas Pertanian
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ekologi merupakan salah satu ilmu dasar bagi ilmu pengetahuan.  Dalam ilmu
lingkungan, seperti halnya dalam ekologi jasad hidup (organisme) pada dasarnya dipelajari
dalam unit populasi.  Populasi adalah sekelompok individu-individu jasad hidup (organisme)
yang sejenis yang hidup dalam suatu lingkungan tertentu. Respon terhadap rangsangan
merupakan salah satu ciri utama kehidupan sehingga dengan adanya ciri ini organisme
mampu untuk memberikan respons (tanggapan) terhadap berbagai faktor lingkungan dan
perubahan sekitarnya.

Salah satu cabang ekologi adalah ekologi tumbuhan yang mempelajari berbagai komunitas
tumbuhan. Setiap mempelajari komunitas tumbuhan kita tidak mungkin melakukan
penelitian pada seluruh area yang ditempati suatu komunitas, terutama apabila area
tersebut sangat luas. Untuk mengetahui unit penyusun suatu vegetasi dapat dilakukan
dengan mengambil sampel minimum dari suatu wilayah. Cara yang dilakukan untuk
mengetahui unit penyusun suatu vegetasi yaitu dengan cara menentukan jumlah minimum
dari vegetasi tersebut. Untuk mengetahui unit penyusun dari suatu vegetasi sangatlah sulit 
karena adanya pertimbangan kompleksitas, luas area dan biaya yang sangat mahal. Oleh
karena itu cara pengambilan sampling atau melakukan pencuplikan banyak dilakukan.

Unit cuplikan atau unit sampling dalam analisis vegetasi dapat berupa bidang (plot, kuadrat,
garis atau titik). Dalam perkembangannya unit cuplikan yang dipergunakan untuk suatu
analisis vegetasi menggambarkan metode yang di gunakan. Dengan demikian dalam
pencuplikan mengenai suatu vegetasi digunakan berbagai alternatif metode diantaranya:
metode kuadrat, metode garis dan metode titik.
  
Inilah yang melatarbelakangi dilakukannya percobaan metode sampling dan analisis
vegetasi dengan metode plot yaitu untuk menganalisis vegetasi pada suatu komunitas
dengan menggunakan teknik sampling tertentu sehingga dapat diperoleh kepadatan,
frekuensi dan dominasi dalam suatu komunitas tersebut.
Dasar Teori dan Pelaksanaan

Vegetasi merupakan kumpulan dari beberapa jenis tumbuhan yang tumbuh


bersama-sama pada satu tempat dimana antara individu-individu penyusunnya terdapat
interaksi yang erat, baik diantara tumbuh-tumbuhan maupun dengan hewan-hewan yang
hidup dalam vegetasi dan lingkungan tersebut. Dengan kata lain, vegetasi tidak hanya
kumpulan dari individu-individu tumbuhan melainkan membentuk suatu kesatuan dimana
individu-individunya saling tergantung satu sama lain, yang disebut sebagai suatu komunitas
tumbuh-tumbuhan

Metode  plot  adalah prosedur yang umum digunakan untuk sampling berbagai tipe 
organisme.  Plot biasanya berbentuk segiempat atau persegi ataupun lingkaran, sedangkan
ukurannya tergantung dari tingkat heterogenan komunitas.Metode  ini digunakan untuk
sampling tumbuh- tumbuhan, hewan-hewan  sessil  (menetap) atau bergerak  lambat
seperti hewan-hewan yang meliang (bersarang di lubang tanah)

Salah satu  teknik sampling untuk mempelajari komposisi vegetasi dapat dilakukan dengan
Teknik Sampling Kuadrat  (Quadrat Sampling Technique) yang merupakan suatu teknik
survey vegetasi dan sering digunakan dalam semua tipe komunitas tumbuhan. Petak contoh
yang dibuat dalam teknik sampling ini bisa berupa petak tunggal atau beberapa petak. Petak
tunggal mungkin akan memberikan informasi yang baik bila komunitas vegetasi yang diteliti
bersifat homogen. Adapun petak¬-petak contoh yang dibuat dapat diletakkan secara
random atau beraturan sesuai dengan prinsip-prinsip teknik sampling yang telah
dikemukakan

Bentuk petak contoh yang dibuat tergantung pada bentuk morfologis vegetasi dan efisiensi
sampling pola penyebarannya. Misalnya, untuk vegetasi rendah, petak contoh berbentuk
lingkaran lebih menguntungkan karena pembuatan petaknya dapat dilakukan secara mudah
dengan mengaitkan seutas tali pada titik pusat petak. Selain itu, petak contoh berbentuk
lingkaran akan memberikan kesalahan sampling yang lebih kecil daripada bentuk petak
lainnya, karena perbandingan panjang tepi dengan luasnya lebih kecil. Tetapi dari segi pola
distribusi vegetasi, petak berbentuk lingkaran ini kurang efisien dibanding bentuk
segiempat. Sehubungan dengan efisiensi sampling banyak studi yang dilakukan
menunjukkan bahwa petak bentuk segiempat memberikan data komposisi vegetasi yang
lebih akurat dibanding petak berbentuk bujur sangkar yang berukuran sama, terutama bila
sumbu panjang dari petak tersebut sejajar dengan arah perobahan keadaan
lingkungan/habitat

Untuk memudahkan perisalahan vegetasi dan pengukuran parametemya, petak contoh


biasanya dibagi-bagi ke dalam kuadrat-kuadrat berukuran lebih kecil. Ukuran kuadrat-
kuadrat tersebut disesuaikan dengan bentuk morfologis jenis dan lapisan distribusi vegetasi
secara vertikal (stratifikasi). Dalam hal ini Oosting (1956) menyarankan penggunaan kuadrat
berukuran 10 x 10 m untuk lapisan pohon, 4 x 4 m untuk lapisan vegetasi berkayu tingkat
bawah (undergrowth) sampai tinggi 3 m, dan 1 x 1 m untuk vegetasi bawah/lapisan herba.
Tetapi, umummya para peneliti di bidang ekologi hutan membedakan potion ke dalam
beberapa tingkat pertumbuhan, yaitu: semai (permudaan tingkat kecambah sampai setinggi
< 1,5 m), pancang (permudaan dengan > 1,5 m sampai pohon muda yang berdiame[er < 10
cm), tiang (pohon muda berdiameter 10 s/d 20 cm), dan pohon dewasa (diameter > 20 cm).
Untuk memudahkan pelaksanaannya ukuran kuadrat disesuaikan dengan tingkat
perttunbuhan tersebut, yaitu umumnya 20 x 20 m (pohon dewasa), 10 x 10 m (tiang), 5 x 5
m (pancang), dan lxl m atau 2 x 2 m (semai dan tumbuhan bawah)

(a). Petak Tunggal


Di dalam metode ini dibuat satu petak sampling dengan ukuran tertentu yang
mewakili suatu tegakan hutan. Ukuran petak ini dapat ditentukan dengan kurva spesies-
area.Agar data vegetasi hasil survei lebih bersifat informatif, sebaiknya bila waktu dan dana
survey memungkinkan, setiap lokasi pohon beserta tajuknya (termasuk pancang, semai, dan
tiang) begitu pula pohon yang masih berdiri atau pohon yang roboh dalam petak contoh,
dipetakan. Hal ini akan sangat berguna untuk mengetahui pola distribusi setiap jenis
vegetasi, proporsi gap, menduga luasan tajuk dari diameter, dan lain-lain.

(b). Petak Ganda.


Di dalam metode ini pengambilan contoh vegetasi dilakukan dengan menggunakan
banyak petak contoh yang letaknya tersebar merata. Peletakan petak contoh sebaiknya
secara sistematis. Untuk menentukan banyaknya petak contoh dapat digunakan kurva
species-area. *Cara menghitung besamya nilai kuantitatif parameter vegetasi sama dengan
metode petak tunggal.
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan atau komposisi vegetasi secara
bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk
pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan
data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penvusun
komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif
tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan. Menurut Jurnal yang dikutip
dari Supeksa, Ketut, dkk. 2015 menyatakan bahwa untuk melakukan analisis vegetasi ada
beberapa rumus yang penting diperhatikan dalam menghitung hasil analisa vegetasi,
menggunakan metode plot sebagai berikut:

Kerapatan atau densitas adalah jumlah individu per unit luas, dengan kata lain
merupakan  jumlah individu organisme persatuan ruangan. Nilai kerapatan suatu jenis
menunjukan kelimpahan jenis dalam suatu ekosistem dan nilai ini dapat menggambarkan
bahwa jenis dengan kerapatan tertinggi memiliki pola penyesuaian yang besar. Kerapatan
sangat dipengaruhi oleh jumlah ditemukannya spesies dalam daerah penelitian. Semakin
banyak suatu spesies, maka kerapatan relatifnya semakin tinggi.
Alasan paling penting mengapa teknik sampling plot digunakan disuatu lahan atau wilayah
adalah relative mudah dibandingan dengan metode lainya. Hal ini mencerminkan trade-off
antara akurasi maksimum dan waktu minimum wajib diketahui. Karena metode plotless
memberikan bias terbesar ketika vegetasi memiliki tingkat tinggi non-keacakan, sebaiknya
tidak menggunakan metode ini ketika vegetasi tidak diketahui
METODOLOGI PENELITIAN

1.Tempat dan Waktu Penelitian 


Pada praktikum kali ini kami menggunakan tempat penelitian mata kuliah ekologi tumbuhan
di parkiran dosen FKIP Unej pada waktu 8.50 sampai 10.30 pada hari rabu 12 Oktober 2016
bersama para asisten dosen mata kuliah ekologi tumbuhan.
2.Alat
-Plot
-Tali rafia
-Pasak 
4.Bahan : Buku identifikasi
5.Prosedur Percobaan 
-Menentukan lokasi yang akan dilakukan analisis terhadap vegetasi tumbuhan
-Membuat plot ukuran 1x1 m2 dengan cara menarik tali hingga membentuk lahan kecil
yang te;ah ditentukan
-Mengidentifikasi/menganalisis spesies yang berada pada lahan tersebut
-Mencatat jumlah spesies yang terdapat pada plot
-Mengolah data yang diperoleh
Plot 1

Alang-Alang (Imperata cylindrica)=14

Rumput benggala (Megathyrsus maximus)=5

Rumput malela (Brachiaria mutica)=8

Densitas:

14
- Alang-Alang= =14
1

5
- Rumput benggala= =5
1

8
- Rumput malela= =8
1

27
Densitas keseluruhan= =27
1

Densitas Relatif:

14
-Alang-alang= x 100=51,85
27

5
-Rumput benggala= x 100=18,51
27

8
-Rumput malela= x 100=29,6
27
Kesimpulan dan Saran

Dari hasil pembahasan mengenai analisis vegetasi dapat disimpulkan diantanya sebagai berikut:

1.Setiap tumbuhan memiliki kerapatan ,frekuensi serta dominasi yang tinggi dalam lingkungannya

2.Terdapat banyak jenis vegetasi dalam satu area,ini membuktikan bahwa tumbuhan tidak dapat
hidup sendiri

3.Setiap tanaman dalam suatu daerah memiliki kerapatan relative frekuensi yang berbeda

4.Melalui analisis vegetasi,keanekaragaman tumbuhan dapat diketahui dari komunitas wilayah


tersebut

5.Vegetasi di suatu tempat berbeda dengan vegetasi di tempat lain karena factor lingkungannya
yang berbeda

Saran:

Dalam menghitung jumlah spesies suatu petak harus dengan teliti.Jika spesies berada kurang
dari setengah dalam petak,maka jangan dihitung.Sebaliknya,jika berada lebih dari setengah dalam
petak maka dihitung
Daftar Pusataka

Hijbeek,et all.2014. An Evaluation of Plotes Sampling Using Vegetation Simulations and


Field Data from a Mangrove Forest. Jurnal An Evaluation of Plotless Sampling.Vol.8, No 6.
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan.Jakarta : Bumi Aksara.
Sjafani, Hakim, dkk.2015.The Habitat and Estimation Population of Mamoa Bird (Eulipoa
wallacei) in Galela Halmahera. Jurnal of Biodeversity and Enviromental Sciences.Vo.7,
No.2.
Soegianto, Agus. 2002. Ekologi Kuantitatif. Surabaya : Usaha Nasional.
Supeksa, Ketut, dkk.2015 Analisis Vegetasi Dengan Metode Kuadrat Pada Plot yang Dibuat
Dalam Bentuk Lingkaran di Kebun Raya Eka Karya Bali. Jurnal of Sciences.Vol. 6, No.1)

Anda mungkin juga menyukai