Anda di halaman 1dari 5

Pengertian Uni Eropa

Uni Eropa (disingkat UE) adalah organisasi antarpemerintahan dan supranasional yang
beranggotakan negara-negara Eropa. Sejak 31 Januari 2020, Uni Eropa beranggotakan 27 negara.
Yang terdiri dari:

Persatuan ini didirikan atas nama tersebut di bawah Perjanjian Uni Eropa (yang lebih dikenal dengan
Perjanjian Maastricht) pada 1992.

Organisasi ini dimulai setelah Perang Dunia II untuk meningkatkan kerjasama ekonomi, dengan
harapan negara-negara yang menjadi mitra dagang akan menghindari perang satu sama lain.

Uni Eropa berkembang menjadi “pasar tunggal” sehingga barang dan orang dapat berpindah secara
bebas.
Organisasi ini juga memiliki mata uang tunggal, euro, yang digunakan oleh 19 negara anggota,
parlemen sendiri dengan sejumlah peraturan termasuk lingkungan, transportasi, hak konsumen
sampai biaya ponsel. Berikut data ekonomi Uni Eropa:
Pengertian Negara Inggris dan Britania Raya (United Kingdom)

Inggris adalah sebuah negara konstituen yang merupakan bagian dari Britania Raya.

Britania Raya adalah sebuah negara kesatuan yang diatur di bawah monarki konstitusional dan
sistem parlementer, dengan kursi pemerintahannya berada di ibu kota London. Terdapat empat
negara dalam kedaulatan Britania Raya yang masing-masingnya berdiri sendiri seperti Inggris,
Irlandia Utara, Skotlandia dan Wales.

Permasalahan UK dan UE

Pada tanggal 23 Juni 2016, menjadi hari bersejarah bagi United Kingdom dan Uni Eropa, karena
United Kingdom yang terdiri atas Inggris, Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara memutuskan untuk
keluar dari Uni Eropa. Keputusan ini sontak saja langsung membuat mata uang Poundsterling jatuh
dan Perdana Menteri, David Cameron langsung mundur dari jabatannya. Apa yang menyebabkan hal
itu terjadi?

Awal mulanya, Uni Eropa didirikan oleh 6 negara Eropa untuk menghilangkan pertengkaran pasca
perang dunia kedua yang sangat mengerikan. Selain itu, Uni Eropa juga dibentuk untuk mendukung
kerjasama ekonomi dan menjadi tandingan blok komunis Uni Soviet pada saat itu. Baru pada tahun
1973, United Kingdom memutuskan untuk bergabung ke dalam Uni Eropa, dan setelahnya terus
berkembang hingga seperti sekarang.

Lalu Uni Eropa sendiri memiliki dua fungsi besar, dan banyak lagi fungsi lainnya. Yang pertama
adalah Common Market. common market membuat perdagangan antar negara anggota Uni Eropa
menjadi jauh lebih mudah, karena bisa “menurunkan” tembok penghalang yang ada antar negara.

Yang kedua, Uni Eropa juga menerapkan sistem Common Visa, yang artinya membuat setiap warga
negara anggota Uni Eropa dapat berpindah atau bertempat tinggal di negara anggota lainnya.
Gampangnya, ngga perlu merasa ribet kalau mau pindah-pindah negara lain, soalnya masih dalam
satu region.

Meskipun dengan fungsi itu semua dan juga sudah lama bergabung, isu harus-atau-tidaknya United
Kingdom untuk berada di Uni Eropa, terus menjadi bahan pertengkaran di sana. Dan setiap tahunnya
pula makin banyak pihak yang mendorong United Kingdom untuk keluar dari Uni Eropa. Apa
alasannya?

Banyak alasan yang membuat United Kingdom keluar dari Uni Eropa. Pertama, alasannya agar
United Kingdom “tidak tersandera” lagi oleh Uni Eropa, yang dirasa banyak sekali peraturannya yang
terlalu memberatkan United Kingdom. Selain itu, juga ditambah biaya keanggotaan yang harus
dibayar United Kingdom tiap tahunnya, yang dirasa hanya memberatkan saja dan tak ada timbal
baliknya bagi United Kingdom. Kedua, alasan lainnya adalah makin banyaknya imigran dari negara
Uni Eropa lain, yang mencari pekerjaan di United Kingdom tiap tahunnya. Ini didukung oleh data
yang menunjukkan bahwa makin banyaknya angka kelahiran warga asing tiap tahunnya di United
Kingdom. Oleh karena itu, United Kingdom merasa harus kembali merdeka untuk mengontrol
perbatasannya dan dapat menerapkan peraturannya sendiri.

Inggris secara resmi meninggalkan Uni Eropa biasa disebut Brexit (“Britain” dan “exit”) yang
beranggotakan 27 negara pada 31 Januari 2020, 3,5 tahun setelah rakyat Inggris memilih untuk
meninggalkannya dalam referendum Brexit pada 2016.Referendum – yang juga dikenal sebagai
public vote – digelar pada Juni 2016 lalu, dan menghasilkan 52 persen atau sekitar 17,4 juta suara
untuk Inggris agar mundur dari keanggotaan Uni Eropa. Hal itu, menjadikan Inggris sebagai negara
pertama yang keluar dari organisai supranasional Uni Eropa.

Dampak

BREXIT membawa berbagai pengaruh positif dan negatif bagi kedua belah pihak. Mengutip dari The
Economist, terdapat setidaknya enam dampak dalam kebijakan Inggris.

Pertama, mengenai perdagangan luar negeri. Dengan keluarnya Inggris dari keanggotaan Uni Eropa,
Inggris dapat menegosiasikan hubungan dagang baru dengan Uni Eropa tanpa ikatan keanggotaan,
dan juga dapat membuat kesepakatan dagang baru dengan negara-negara penting lain seperti
Amerika Serikat, China, dan India.

Kedua ialah iuran keanggotaan Uni Eropa. Inggris dapat berhenti mengirim total 350 juta pounds tiap
pekannya ke Uni Eropa dan mengalihkan penggunannya ke riset ilmiah dan pengembangan industri
baru. Meskipun jika tetap di Uni Eropa, Ingris masih lebih beruntung karena hanya membayar 340
pounds per rumah tangga per tahunnya ke Uni Eropa dan mendapatkan manfaat sekitar 3.000
pounds per tahun.

Selanjutnya, mengenai regulasi terpusat. Inggris dapat mengambil alih regulasi tentang
ketenagakerjaan, kesehatan, dan keamanan sendiri. Jika tetap di Uni Eropa, terdapat banyak regulasi
Uni Eropa yang mengubah standar Inggris menjadi standar Uni Eropa sehingga mampu mengurangi
hambatan non – tarif, yang sebenarnya lebih menguntungkan bisnis Inggris.

Kelima ialah Inggris dapat menyingkirkan sistem imigrasi Uni Eropa yang telah memaksa Inggris
untuk membuka pintu bagi imigran dari sesama negara Uni Eropa yang kurang memiliki kualitas
serta menyambut imigran non – Uni Eropa.

Terakhir ialah mengenai peranan internasional. Inggris akhirnya dapat mengambil alih sendri kursi-
kursi di lembaga internasional dan memposisikan diri sebagai negara berpengaruh dalam
perdagangan bebas dan kerjasama internasional.

Jika tetap di Uni Eropa, Inggris hanya dapat diwakili oleh dua orang yang terdiri dari perwakilan dari
Inggris sendiri dan perwakilan dari Uni Eropa.

Sedangkan keadaan Uni Eropa setelah keluarnya Inggris dapat dibagi menjadi empat indikator. Yang
pertama ialah dampak kebijakan luar negeri. Dalam adanya Uni Eropa tanpa Inggris, hanyalah
Perancis, sebagai satu-satunya member permanen dalam United Nations Security Council (UNSC).
Tanpa adanya UK, Uni Eropa dapat menjadi partner yang lebih kaku dengan Amerika, karena Inggris
adalah salah satu mitra utama Amerika dalam perdagangan.

Kedua mengenai kebijakan ekonomi. Inggris merupakan negara penggerak nomer dua dalam
pembangunan Uni Eropa single market  dan dengan hilangnya negara tersebut, mampu mereduksi
daya tawar dalam negosiasi perdagangan Uni Eropa dengan Asia.

Selanjutnya mengenai kebijakan energi dan perubahan iklim. Inggris merupakan pemuka dalam isu
cuaca. Tanpanya, Uni Eropa membutuhkan usaha lagi untuk menurunkan emisi karbon.

Terakhir mengenai kebijakan pertahanan dengan keluarnya Inggris sebagai negara besar dan
berpengaruh di kawasan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai