Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat-Nya yang selalu dan senantiasa memberikan hikmat dan pengetahuan dan anugrah
akal budi kepada insan yang berharap kepada-Nya untuk berkreasi dan berkarya,sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah dengan judul: “askep jiwa kehilangan” ini
dengan baik.

Penulis menyadari bahwa selama penulisan makalah ini,begitu banyak kekurangan,


kelemahan baik pengetahuan, keterampilan, bahkan materi serta hambatan lain yang dialami.
Namun atas kerja keras, ketekunan dan dukungan dari berbagai pihak,maka penulisan
makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimah kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan penulisan makalah ini.

Bogor, 26 Januari 2020

Kelompok 7
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kehilangan adalah suatu hal yang sulit di terima dan bisa juga menyebabkan depresi
hingga gangguan jiwa,kehilnggan memang sulit di terima maka dari itu kehilangan
juga di perlukan untuk membuat kita ikhlas apa yang terjadi
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud dengan definisi kehilangan?
2. Tanda tanda aoa yang membuat seseorang kehilangan?
3. Faktor apa yang mempengaruhi kehilangan?
4. Jenis jenis kehilanngan ada apa saja?
5. Ada berapa tipe kehilangan?
6. Bagaiamana rentang respon kelihangan?
7. Proses keperawatan kehilangan bagaimana?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi kehilangan
2. Untuk mengetahui tanda dan gejala kehilangan
3. Untuk mengetahui faktor apa yang mempengaruhi kehilangan
4. Untuk mengetahui jenis jenis kehilangan
5. Untuk mengetahui ada berapa tipe kehilangan
6. Untuk mengetahui rentang respon kehilangan
7. Untuk mengetahui proses keperawatan kehilangan
BAB II

TIJAUAN TEORI

A. DEFINISI
Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek keperawatan yang
menggunakan ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri
secara teraupetik dalam meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan
mental klien dan kesehatan mental masyarakat dimana klien berada (American Nurses
Associations).
Loss adalah suatu situasi aktual maupun potensial yang dapat dialami individu
ketika berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada, baik sebagian atau keseluruhan,
atau terjadi perubahan dalam hidup sehingga terjadi perasaan kehilangan (Hidayat,
2012).
Kehilangan adalah seuatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu
yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada,baik terjadi sebagian atau
keseluruhan (lambert dan lambert 1985,h.35).
Kehilangan adalah suatu keadaan berpisahnya individu dengan sesuatu yang
sebelumnya dimilikin atau ada. (menurut buku Asuhan keperawatan jiwa, 2009).

B. TANDA DAN GEJALA KEHILANGAN

a. Ungkapan kehilangan
b. Menangis
c. Gangguan tidur
d. Kehilangan nafsu makan
e. Sulit berkonsentrasi
f. Karakteristik berduka yang berkepanjangan yaitu:
 Mengingkari kenyataan kehilangan terjadi dalam waktu lama
 Sedih berkepanjangan
 Adanya gejala fisik yang berat
 Keinginan untuk bunuh diri
C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEHILANGAN
a. Arti dari kehilangan
b. Sosial dan budaya
c. Kepercayaan spritual
d. Peran seks
e. Status sosial ekonomi
f. Kondisi fisik dan psikologi individu

D. TIPE KEHILANGAN
Dibagi menjadi 2 tipe :
1. Aktual atau nyata Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain,misalnya
amputasi kematianorang yang sangat berarti/di cintai.
2. Persepsi Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat
dibuktikan, misalnya;seseorang yang berhenti bekerja / PHK, menyebabkan
perasaan kemandirian dankebebasannya menjadi menurun.

E. JENIS –JENIS KEHILANGAN

Terdapat 5 katagori kehilangan, yaitu:

1. Kehilangan seseorang seseorang yang dicintai


Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau orang
yangberarti adalah salah satu yang paling membuat stress dan mengganggu dari
tipe-tioe kehilangan, yang mana harus ditanggung oleh seseorang.Kematian juga
membawa dampak kehilangan bagi orang yang dicintai.Karena keintiman,
intensitas dan ketergantungan dari ikatan atau jalinan yang ada,kematian
pasangan suami/istri atau anak biasanya membawa dampak emosionalyang luar
biasa dan tidak dapat ditutupi.
2. Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self)
Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri atau anggapan
tentangmental seseorang. Anggapan ini meliputi perasaan terhadap
keatraktifan, dirisendiri, kemampuan fisik dan mental, peran dalam kehidupan,
dan dampaknya.Kehilangan dari aspek diri mungkin sementara atau
menetap, sebagian ataukomplit. Beberapa aspek lain yang dapat hilang
dari seseorang misalnyakehilangan pendengaran, ingatan, usia muda, fungsi
tubuh.
3. Kehilangan objek eksternal
Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan milik sendiri atau
bersama-sama, perhiasan, uang atau pekerjaan. Kedalaman berduka yang
dirasakanseseorang terhadap benda yang hilang tergantung pada arti dan
kegunaan bendatersebut.
4. Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal
Kehilangan diartikan dengan terpisahnya dari lingkungan yang
sangatdikenal termasuk dari kehidupan latar belakang keluarga dalam waktu satu
periodeatau bergantian secara permanen. Misalnya pindah kekota lain,
maka akanmemiliki tetangga yang baru dan proses penyesuaian baru.
5. Kehilangan kehidupan/ meninggal
Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan
responpada kegiatan dan orang disekitarnya, sampai pada kematian yang
sesungguhnya.Sebagian orang berespon berbeda tentang kematian.

F. RENTANG RESPON KEHILANGAN

Gambar rentang respon individu terhadap kehilangan (Kublier-rose,1969).

Fase Marah Fase Depresi

Fase Pengingkaran Fase Tawar-menawar Fase Menerima

Fase Pengingkaran ( denial )

Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak


percayaatau mengingkari kenyataan bahwa kehidupan itu memang benar terjadi,
dengan mengatakan “ Tidak, saya tidak percaya itu terjadi “ atau “ itu tidak mungkin
terjadi “. Bagi individu atau keluarga yang didiagnosa dengan penyakit terminal, akan
terusmencari informasi tambahan Reaksi fisik yang terjadi pada fase ini adalah : letih,
lemah, pucat, diare,gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah, dan
tidak tahu harusberbuat apa. Reaksi ini dapat berakhir dalam beberapa menit atau
beberapa tahun.

Fase Marah ( anger )

Fase ini dimulai dengan timbulnya suatu kesadaran akan kenyataan


terjadinyakehilangan Individu menunjukkan rasa marah yang meningkat yang
seringdiproyeksikan kepada orang lain atau pada dirinya sendiri. Tidak jarang ia
menunjukkanperilaku agresif, berbicara kasar, menolak pengobatan, menuduh dokter-
perawat yangtidak pecus. Respon fisik yang sering terjadi antara lain muka merah,
nadi cepat,gelisah, susah tidur, tangan mengepal.

Fase Tawar-menawar ( bergaining )

Individu telah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara intensif, maka


iaakan maju ke fase tawar-menawar dengan memohon kemurahan pada Tuhan.
Responini sering dinyatakan dengan kata- kata “ kalau saja kejadian ini bisa ditunda,
maka sayaakan sering berdoa “. Apabila proses ini oleh keluarga maka pernyataan
yang seringkeluar adalah “ kalau saja yang sakit, bukan anak saya”.

Fase Depresi

Individu pada fase ini sering menunjukkan sikap menarik diri, kadang
sebagaipasien sangat penurut, tidak mau bicara, menyatakan keputusasaan, perasaan
tidakberharga, ada keinginan bunuh diri, dsb. Gejala fisik yang ditunjukkan antara
lain :menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido manurun.

Fase Penerimaan (acceptance)

Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran yang


selaluberpusat kepada obyek atau orang yang hilang akan mulai berkurang atau
hilang.Individu telah menerima kehilangan yang dialaminya. Gambaran tentang
obyek atauorang yang hilang mulai dilepaskan dan secara bertahap perhatiannya akan
beralih kepada obyek yang baru. Fase ini biasanya dinyatakan dengan “ saya betul –
betul kehilangan baju saya tapi baju yang ini tampak manis “ atau “apa yang dapat
sayalakukan agar cepat sembuh”.

Apabila individu dapat memulai fase ini dan menerima dengan perasaan damai,maka
dia akan mengakhiri proses berduka serta mengatasi perasaan kehilangannyadengan
tuntas. Tetapi bila tidak dapat menerima fase ini maka ia akan
mempengaruhikemampuannya dalam mengatasi perasaan kehilangan selanjutnya.

Fase kehilangan menurut Engel:

1. Pada fase ini individu menyangkal realitas kehilangan dan mungkin menarik
diri,duduk tidak bergerak atau menerawang tanpa tujuan. Reaksi fisik dapat
berupapingsan, diare, keringat berlebih.
2. Pada fase kedua ini individu mulai merasa kehilangan secara tiba-tiba danmungkin
mengalami keputusasaan secara mendadak terjadi marah, bersalah, frustasidan
depresi.
3. Fase realistis kehilangan. Individu sudah mulai mengenali hidup, marah
dandepresi, sudah mulai menghilang dan indivudu sudah mulai bergerak
keberkembangnya keasadaran

G. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Individu dengan konsep yang negatif, perasaan rendah diri akan menyebabkan
rasapercaya diri yang rendah yang tidak objektif terhadap stress yang dihadapi.

A. Faktor presipitasi

Ada beberapa stressor yang dapatmenimbulkan perasaan kehilangan.


Kehilangankasih sayang secara nyata ataupun imajinasi individu seperti:
kehilangan sifat bio-psiko-sosial antara lain meliputi;
1. Kehilangan kesehatan
2. Kehilangan fungsi seksualitas
3. Kehilangan peran dalam keluarga

4. Kehilangan posisi di masyarakat


5. Kehilangan harta benda atau orang yang dicintai
6. Kehilangan kewarganegaraan

B. Mekanisme koping
Koping yang sering dipakai individu dengan kehilangan respon antaralain:
Denial, Represi, Intelektualisasi, Regresi, Disosiasi, Supresi Dan Proyeksi yang
digunakan untuk menghindari intensitas stress yang dirasakan sangat
menyakitkan.Regresi dan disosiasi sering ditemukan pada pasien depresi yang
dalam. Dalamkeadaan patologis mekanisme koping tersebut sering dipakai secara
berlebihan dantidak tepat.

C. Respon Spiritual
1. Kecewa dan marah terhadap Tuhan
2. Penderitaan karena ditinggalkan atau merasa ditinggalkan
3. Tidak memilki harapan; kehilangan makna

D. Respon Fisiologis

1. Sakit kepala, insomnia


2. Gangguan nafsu makan
3. Berat badan turun
4. Tidak bertenaga
5. Palpitasi, gangguan pencernaan
6. Perubahan sistem imune dan endokrin

E. Respon Emosional

1. Merasa sedih, cemas


2. Kebencian
3. Merasa bersalah
4. Perasaan mati rasa
5. Emosi yang berubah-ubah
6. Penderitaan dan kesepian yang berat
7. Keinginan yang kuat untuk mengembalikan ikatan dengan individu atau
benda yang hilang
8. Depresi, apati, putus asa selama fase disorganisasi dan keputusasaan
9. Saat fase reorganisasi, muncul rasa mandiri dan percaya diri

F. Respon Kognitif

1. Gangguan asumsi dan keyakinan


2. Mempertanyakan dan berupaya menemukan makna kehilangan

3. Berupaya mempertahankan keberadaan orang yang meninggal


4. Percaya pada kehidupan akhirat dan seolah-olah orang yang meninggal
adalah pembimbing.

G. Perilaku

Individu dalam proses berduka sering menunjukkan perilaku seperti :


1. Menangis tidak terkontrol
2. Sangat gelisah; perilaku mencari
3. Iritabilitas dan sikap bermusuhan
4. Mencari dan menghindari tempat dan aktivitas yang dilakukan bersama
orang yangtelah meninggal.
5. Menyimpan benda berharga orang yang telah meninggal padahal ingin
membuangnya
6. Kemungkinan menyalahgunakan obat atau alkohol
7. Kemungkinan melakukan gestur, upaya bunuh diri atau pembunuhan
8. Mencari aktivitas dan refleksi personal selama fase reorganisasi
2. Analisa Data
1. Merasa putus asa dan kesepian
2. Kesulitan mengekspresikan perasaan
3. Konsentrasi menurun
Data objektif
1. Menangis
2. Mengingkari kehilangan
3. Tidak berminat berikteraksi bersama orang lain
4. Merenungkan perasaan bersalah secara berlenihan
5. Adanya perubahanan dalam kebiasan makan,pola tidur,tingkat aktivitas

3. Diagnosa keperawatan
berhibungan dengan asuhan keperawatan kehilangan dan berduka adalah :
a) Duka cita
b) Duka cita terganggu
c) Risiko duka cita terganggu

4. Intervensi
Prinsip Intervensi Keperawatan pada Pasien dengan Respon Kehilangan

1) Bina dan jalin hubungan saling percaya


2) Diskusikan dengan klien dalam mempersepsikan suatu kejadian yang
menyakitkandengan pemberian makna positif dan mengambil hikmahnya
3) Identifikasi kemungkinan faktor yang menghambat proses berduka
4) Kurangi atau hilangkan faktor penghambat proses berduka
5) Beri dukungan terhadap repon kehilangan pasien
6) Tingkatkan rasa kebersamaan antara anggota keluarga
7) Ajarkan teknik logotherapy dan psychoreligious therapy
8) Tentukan kondisi pasien sesuai dengan fase berikut :
a) Fase Pengingkaran
o Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan
perasaannya.
o Dorong pasien untuk berbagi rasa, menunjukkan sikap menerima,
ikhlas danmemberikan jawaban yang jujur terhadap pertanyaan
pasien tentang sakit, pengobatandan kematian.

b) Fase marah
o Beri dukungan pada pasien untuk mengungkapkan rasa marahnya
secara verbal tanpamelawan dengan kemarahan.
c) Fase tawar menawar
o Bantu pasien untuk mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan
takutnya.

d) Fase depresi
o Identifikasi tingkat depresi dan resiko merusak diri pasien.
o Bantu pasien mengurangi rasa bersalah.

e) Fase penerimaan
o Bantu pasien untuk menerima kehilangan yang tidak bisa
dihindari.

A. Prinsip Intervensi Keperawatan pada Anak dengan Respon Kehilangan

a) Beri dorongan kepada keluarga untuk menerima kenyataan serta


menjaga anak selamamasa berduka.
b) Gali konsep anak tentang kematian, serta membetulkan konsepnya yang
salah.
c) Bantu anak melalui proses berkabung dengan memperhatikan perilaku
yangdiperhatikan oleh orang lain.
d) Ikut sertakan anak dalam upacara pemakaman atau pergi ke rumah duka.

B. Prinsip Intervensi Keperawatan pada Orangtua dengan


ResponKehilangan (Kematian Anak)
a) Bantu untuk diakan sarana ibadah, termasuk pemuka agama.
b) Menganjurkan pasien untuk memegang/ melihat jenasah anaknya.
c) Menyiapkan perangkat kenangan.
d) Menganjurkan pasien untuk mengikuti program lanjutan bila diperlukan.
e) Menjelaskan kepada pasien/ keluarga ciri-ciri respon yang patologis
serta
f) Tempat mereka minta bantuan bila diperlukan.

5. Evaluasi
a) Klien mampu mengungkapkan perasaannya secara spontan
b) Klien menunjukkan tanda-tanda penerimaan terhadap kehilangan
c) Klien dapat membina hubungan yang baik dengan orang lain
d) Klien mempunyai koping yang efektif dalam menghadapi masalah akibat
kehilangan
e) Klien mampu minum obat dengan cara yang benar
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
academia.edu/37283353/Askep_kehilangan_dan_berduka

academia.edu/33996865/ASUHAN_KEPERAWATAN_KEHILANGAN

docplayer.info/52199130-Laporan-pendahuluan-asuhan-keperawatan-jiwa-dengan-pasien-
kehilangan-dan-berduka.html

Anda mungkin juga menyukai