Anda di halaman 1dari 15

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

REPUBLIK INDONESIA

PERIZINAN BERUSAHA BERBASIS RISIKO


Penerapan Risk Based Approach – RBA
Klaster: Penyederhaan Perizinan Berusaha

Dr. Aryo Hanggono


Dirjen Pengelolaan Ruang Laut

RUU CIPTA KERJA


INTISARI

o Melalui konsep omnibuslaw diinginkan akan dilakukan penyederhanaan dan penggabungan dari
berbagai jenis perizinan kegiatan berusaha ke dalam satu jenis Izin Berusaha.
o Penerapan konsep omnibuslaw dilakukan melalui:
• pengaturan kembali (re-design) proses perizinan ke dalam satu sistem perizinan secara elektronik.
• Penyederhanaan (simplifikasi) dan harmonisasi regulasi dan perizinan.
• Pengaturan kegiatan berusaha dengan menitikberatkan pada pelaksanaan PENGAWASAN,
bukan pada instrumen perizinan.
o Perizinan berusaha dilaksanakan berdasar tingkat risiko kegiatannya.
o Penilaian tingkat risiko kegiatan dilakukan melalui pendekatan RBA (Risk Base Approach)
o Jenis perizinan berusaha ditentukan berdasarkan tingkat risiko, terdiri dari:
• Tingkat risiko rendah --- dalam bentuk NIB (legalitas) dengan Tipe Pengawasan 1;
• Tingkat risiko menengah rendah --- dalam bentuk Sertifikat Standar dengan Tipe Pengawasan 2;
• Tingkat risiko menengah tinggi --- dalam bentuk Sertifikat Standar dengan Tipe Pengawasan 3;
• Tingkat risiko tinggi --- dalam bentuk IZIN dengan tipe pengawasan 4.

o Pada proses awal perizinan berusaha dipersyaratkan antara lain Lokasi dan kesesuaiannya dengan
Rencana Tata Ruang/Rencana Zonasi.
o Persyaratan lokasi dan kesesuaian Rencana Tata Ruang/Rencana Zonasi (yang selama ini)
diberlakukan untuk pemanfaatan ruang secara menetap di perairan laut diberikan dalam bentuk Izin
Lokasi Perairan.
KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA

01
KEMENTERIAN
KOORDINATOR
02
BIDANG
PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA 03
04
05
06
07 RUU
CIPTA
08 KERJA
APAKAH RBA?
Risk Based Approach
• RBA adalah way of thinking - kerangka berpikir
• Prinsip penerapan RBA adalah Trust but Verify

Penerapan pendekatan berbasis risiko memerlukan


• perubahan pola pikir ,
• penyesuaian tata kerja penyelenggaraan layanan perizinan berusaha
• memerlukan pengaturan (re-design) proses bisnis Perizinan Berusaha di dalam
sistem perizinan secara elektronik.

Pendekatan berbasis risiko (risk based approach) digunakan untuk :


• menentukan jenis Perizinan Berusaha, dan
• intensitas Pengawasan.
Perizinan Berusaha dan Pengawasan merupakan paket instrumen Pemerintah dalam
rangka pengaturan kegiatan usaha agar berjalan dengan baik.
TARGET PENERAPAN RBA ?
MENUJU 2024 diperlukan RUU Cipta Kerja
Lapangan Kerja Produktif

Simplifikasi dan harmonisasi


1 REGULASI dan PERIZINAN

2 INVESTASI yang berkualitas Data Kementerian KUKM :


• Jumlah UMKM 67,2 juta usaha
Penciptaan LAPANGAN KERJA 98% dari usaha di Indonesia
3 berkualitas dan kesejahteraan
• Tenaga kerja :
PEKERJA yang berkelanjutan
➢ Mikro menyerap 107,2 juta (89,2%)
4 Pemberdayaan UMKM ➢ Kecil menyerap 5,7 juta (4,74%)
➢ Menengah menyerap 3,73 juta (3,11%)
➢ Besar menyerap 3,58 juta (2,95%)

Kontribusi UMKM sangat besar dalam upaya penciptaan lapangan kerja


RUU Cipta Kerja mendorong kemudahan berusaha bagi UMKM
APA PERBEDAAN DENGAN KONDISI SAAT INI ?
PENERAPAN RBA ?
Alur kegiatan berusaha

PENDIRIAN PERIZINAN PELAKSANAAN


Badan Hukum/ untuk MEMULAI kegiatan
Badan Usaha kegiatan usaha (KBLI) operasional

PRASARANA
• Lokasi – RDTR PERIZINAN PENGAWASAN
• Lokasi – Rencana Zonasi
• Lingkungan - UKL/UPL – AMDAL RBA : potensi initial risk
• Bangunan - SLF
ISU TERKAIT “LOKASI”
PENGINTEGRASIAN “IZIN LOKASI PERAIRAN”
KE DALAM PERIZINAN BERUSAHA BERBASIS RISIKO

Konsep Izin Lokasi Perairan yang diintegrasikan ke dalam perizinan berusaha berbasis risiko yaitu :
• Izin Lokasi Perairan sebagai izin dasar yang diberikan di awal kepada pelaku usaha (pemohon)
untuk berfungsi sebagai arahan lokasi kegiatan;
• Pemohon cukup memasukkan data jenis kegiatan berusaha dan koordinat/batas-batas awal
usulan lokasi;
• Sistem perizinan lokasi perairan akan memproses data permohonan secara elektronik
berdasarkan daftar tingkat risiko kegiatan dan Peta Rencana Zonasi yang telah diinput ke dalam
sistem;
• Pelaku Usaha menerima Izin Lokasi Perairan dan melakukan proses perizinan berusaha.
• Pelaku Usaha setelah memperoleh Izin Berusaha melakukan proses clear and clean lokasi di
lapangan untuk pelaksanaan kegiatan usahanya;
• Koordinat/batas-batas lokasi di lapangan realisasi harus diberlakukan sebagai koordinat/batas-
batas pasti (teknis) yang wajib disampaikan kepada unit keja periznan lokasi untuk dilakukan
KADASTER LAUT (pencatatan dan pengadministrasian);
• Unit kerja kadaster laut secara terus menerus melakukan pemeliharaan dan pemutakhiran data
pelaksanaan Izin Lokasi Perairan sepanjang terdapat pembaharuan data dari institusi
pengawasan (Misal adanya penyimpangan, habis masa berlaku, dll).
PROCESS ‘CLEAR AND
CLEAN’ LOKASI DI LAPANGAN
• Penggunaan eksisting
6
PELAKU USAHA • Ekosistem
• Perikanan
5
• Masy.nelayan NOTE:
1
• Strategis nasional
• Proses ‘Clear and Clean’ lokasi merupakan
PERMOHONAN • Aspek2 teknis ops.
beban pelaku usaha
IZIN LOKASI PERAIRAN • Obyek kadaster adalah bidang ruang/lokasi
7 sesuai batas/koordinat di lapangan realisasi
• Jenis Kegiatan
• Lokasi (indikatif) 8
BATAS / KOORDINAT
2 DI LAPANGAN REALISASI

IZIN LOKASI UNIT KERJA 9


PERIZINAN PETA KADASTER LAUT
PERAIRAN
3
4
VERIFIKASI PENGAWASAN DAN
Lokasi Permohonan PENGENDALIAN 11
10

Tingkat Risiko HASIL


Kegiatan (Pembaharuan Data)
11 Pemeliharaan dan
• Penyimpangan
Pemutakhiran Data
• Perubahan2
Rencana Zonasi • Dll.

IZIN LOKASI PADA REZIM PERTANAHAN KADASTER (BATAS2) TANAH


Proses ‘Clear and Clean’
pengadaan tanah di lapangan
IZIN LOKASI PELAKU USAHA PENERBITAN
(Lokasi Indikatif) HAK ATAS TANAH
BATAS2 FAKTUAL TANAH
YANG DIPEROLEH
Pemeliharaan dan
Pemutakhiran Data
ALUR ANALISA RBA
Kriteria risiko (dasar) Tingkat Risiko Jenis Perizinan Berusaha
dan Tipe Pengawasan
KEMENTERIAN
KOORDINATOR
BIDANG
02 03
NIB
INTEGRATED RISK ASSESMENT
PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
KESELAMATAN LINGKUNGAN RENDAH PENGAWASAN TIPE 1

01 04

KESEHATAN MENENGAH RENDAH/ SERTIFIKAT STANDAR


KETERBATASAN
PENGAWASAN TIPE 2 - 3
SUMBER DAYA MENENGAH TINGGI
RUU
CIPTA
KERJA
TINGGI IZIN
PENGAWASAN TIPE 4
TERIMA KASIH
INVENTARISASI KEGIATAN
PEMANFAATAN RUANG LAUT

KELOMPOK KEGIATAN JENIS KEGIATAN TINGKAT RISIKO

❑ Perikanan Tangkap R
PERIKANAN
❑ Perikanan Budidaya MR – MT
❑ Wisata Bahari MR
PARIWISATA
❑ Resort MT
❑ Minerba T
PERTAMBANGAN
❑ Migas T
❑ Kabel Bawah Laut MR – MT
KABEL/PIPA BAWAH LAUT
❑ Pipa Bawah Laut MR – MT
❑ Alur Pelayaran MR – MT
PELAYARAN
❑ Kawasan Pelabuhan T
❑ Limbah B3 T
DUMPING
❑ Material Keruk T
❑ Prasarana Navigasi MR
BANGUNAN LAUT
❑ Bangunan Lainnya MT – T
MATRIK PERIZINAN BERUSAHA DAN
TIPE PENGAWASAN PEMANFAATAN
RUANG LAUT
KAWASAN
TINGKAT KONSERVASI
JENIS KEGIATAN KPU
RISIKO
Di Luar
Zona Inti
Zona Inti
❑ Perikanan Tangkap R 1 X 4
❑ Perikanan Budidaya MR – MT 2–3 X 4
❑ Wisata Bahari MR 2 X 4
❑ Resort MT 3 X X
❑ Minerba T 4 X X
❑ Migas T 4 X X
❑ Kabel Bawah Laut MR – MT 2–3 X 4
❑ Pipa Bawah Laut MR – MT 2–3 X 4
❑ Alur Pelayaran MR – MT 2–3 X 4
❑ Kawasan Pelabuhan T 4 X X
❑ Limbah B3 T 4 X X
❑ Material Keruk T 4 X X
❑ Prasarana Navigasi MR 2 X 4
❑ Bangunan Lainnya T 4 X X
PERTIMBANGAN KOMPLEMENTARITAS ANTARA KEGIATAN PEMANFAATAN RUANG LAUT
DENGAN ZONA PERUNTUKAN DAN/ATAU
KEGIATAN PEMANFAATAN RUANG BERBATASAN DI SEBELAHNYA DALAM PEMBERIAN IZIN LOKASI PERAIRAN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 KETERANGAN

1. Perikanan Tangkap
1
2. Perikanan Budidaya
2 3. Wisata Bahari

3 4. Resort
5. Minerba
4
6. Migas
5 7. Kabel Bawah Laut
8. Pipa Bawah Laut
6
9. Alur Pelayaran
7 10. Kawasan Pelabuhan
11. Limbah B3
8
12. Material Keruk
9 13. Prasarana Navigasi

10 14. Bangunan Lainnya

11 Sesuai

12 Komplementer

13 Tidak Sesuai

14 Kasuistis

Anda mungkin juga menyukai