Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN ARTIKEL

PRAKTIKUM KESPRO & NAPZA


Tugas ini disusun sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Praktikum Konseling Reproduksi Remaja dan
NAPZA yang diampu oleh Prof. Dr. Ni Ketut Suarni, M.Psi., KONS. dan I Gede Nugraha Sudarsana,
S.Psi.,M.Pd.

OLEH :
MAHASISWA BIMBINGAN KONSELING
SEMESTER VI B

Ribka Aprilia Darmayanthi Onthoni 1811011008/2018

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN PSIKOLOGI DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2021
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu

Puja dan puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan laporan artikel ini tepat pada waktunya.
Meskipun banyak rintangan dan hambatan yang dialami dalam proses pengerjaannya.

Saya selaku mahasiswa tak lupa mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada
dosen pengampu mata kuliah Praktikum Konseling Reproduksi Remaja dan NAPZA, serta
pihak-pihak yang turut membantu dalam mengerjakan laporan ini. Tentunya ada hal-hal yang
ingin saya berikan kepada para pembaca dari laporan ini. Karena itu saya berharap semoga
laporan ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita semua.
Semoga laporan yang saya buat ini dapat membuat kita mencapai kehidupan yang lebih
baik lagi.

Om Shanti, Shanti, Shanti Om

Singaraja, 7 Juni 2021

Penyusun
Ribka Aprilia Darmayanthi Onthoni
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH............................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH............................................................................................2
1.3 TUJUAN......................................................................................................................2
BAB 2 KAJIAN TEORI
2.1 PENGERTIAN & PENYALAHGUNAAN MINUMAN KERAS....................................4
2.2 TEORI KONSELING YANG DIGUNAKAN................................................................5
2.3 LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN KONSELING......................................6
BAB 3 PENYAJIAN HASIL
3.1 HASIL.........................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….10
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Napza (Narkotika, Psikotropika dan Zat Aditif lain) adalah bahan /zat/obat yang
apabila masuk ke tubuh akan mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan sarat pusat,
sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, fungsi sosial karena terjadi
kebiasaan (adiksi) serta ketergantungan (dependansi) terhadap Napza. Salah satu
contoh zat aditif yang sampai sekarang masih salah penggunaannya adalah minuman
keras. Minuman keras adalah minuman yang mengandung etanol. Etanol adalah
bahan psikoaktif dan konsumsinya menyebabkan penurunan kesadaran. Di
berbagai negara, penjualan minuman keras dibatasi kesejumlah kalangan saja,
umumnya orang-orang yang telah melewati batasusia tertentu (Darmawan, 2010)
Perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
kesusilaan atau kepatutan, baik dalam sudut pandang kemanusiaan secara individu
maupun makhluk sosial. Salah satu perilaku yang menyimpang adalah mengkonsumsi
miras (minuman beralkohol). Miras adalah minuman yang mengandung alkohol dan
dapat menimbulkan ketagihan, bisa berbahaya bagi pemakainya karena dapat
mempengaruhi pikiran, suasana hati dan perilaku, serta menyebabkan kerusakan
fungsi- fungsi organ tubuh. Efek yang ditimbulkan adalah memberikan rangsangan,
menenangkan, menghilangkan rasa sakit, membius, serta membuat gembira tetapi
hanya sesaat. Memodifikasi perilaku agar tidak menyimpang adalah proses yang
digunakan oleh seseorang atau kelompok untuk memengaruhi, mengajak, bahkan
memaksa individu atau masyarakat agar berperilaku sesuai dengan norma dan nilai-
nilai yang berlaku di masyarakat, sehingga tercipta ketertiban di sekolah maupun
masyarakat.
Kasus
Konseling Behavioral Untuk Menangani Kebiasaan Minum-Minuman Keras Siswa
SMP Di Lombok Timur

PENULIS : FITRI AULIA

Survei Demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 mengukap umur mulai
minum minuman keras trutama pada usia 15-19 tahun pada pria 70 pwersen dan wanita
58 persen.Sementara usia 20-24 tahun, pria yang mengkonsumsi minum minuman
keras sebanayak 18 persen dan wanita 8 persen. Beberapa karaktersitik yang ditemukan
dalam kasus ini adalah: (1). Siswa belum bisa menyelesaikan permasalahan tentang
kebiasaa minum minuman keras yang dihadapi (2) akibat dari minum minuman
keras ,ada siswa yang sering tidak masuk sekolah (3) siswa keluyuran ketika jam
pelajaran masih berlangsung siswa sering datang terlambat(5) siswa tidak hormat
kepada guru (6) siswa masih mengikuti ajakan teman untuk minum minuman keras.
Permasalahan-permasalah tersebut banyak terjadi di lingkungan sekolah,
khususnya di lingkungan sekolah di mana peneliti mendapatkan data siswa pada saat
PPL BK data kondisi siswa yang sulit mengendalikan diri dari kebiasaan miminum
minuman keras di identifikasikan ada 1 orang siswa dengan karkter siswa yang
bermasalah di antarany: Z memiliki karakter permasalahan di antarany:siswa belum
bisa menyelesaikan masalah tentang kebiasaan minum minuman keras yang
dihadapi,akibat dari minum minuman keras ada siswa yang sering tidak masuk
sekolah,siswa keluyuran ketika jam pelajran masih berlangsung,siswa sering datang
terlambat,siswa tidak hormat kepada guru,siswa masih mengikuti ajakan teman untuk
minum minuman keras. Guru BK, melakukan tindakan tegas melalui konseling invidu
untuk membantu siswa untuk bisa bertanggung jawab pada permasalahan yang
dihadapinya serta mampu menjadi yang mandiri. Pelaksanaan konseling individu
dalam proses pemberian layanan kepada siswa sangat penting bagi siswa untuk
membantu dalam mendapatkan informasi tentang materi yang layakmaaaan dan
orientasi siswa kedepannya serta memperluas tujuantujuan hidup mereka dan
membantu dalam proses pemenuhan kebutuhan psikologis tunggal yang disebut
kebutuhan akan identitas.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Minuman Keras dan Penyalahgunaanya?
2. Apa layanan konseling yang diberikan kepada pecandu NAPZA pada kasus
tersebut?
3. Bagaimana Langkah-langkang konseling pada kasus tersebut?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu dan penyalahgunaan minuman keras
2. Untuk mengetahui layanan konseling yang akan diberikan kepada pecandu NAPZA
pada kasus tersebut
3. Untuk mengetahui langkah-langkah konseling pada kasus tersebut
BAB 2
KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian dan Penyalahgunaan Minuman Keras


Minuman keras adalah minuman yang mengandung etanol. Etanol adalah
bahan psikoaktif dan konsumsinya menyebabkan penurunankesadaran. Di
berbagai negara, penjualan minuman keras dibatasi kesejumlah kalangan saja,
umumnya orang-orang yang telah melewati batasusia tertentu (Darmawan,
2010).Minuman keras telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dariperjalanan
panjang peradaban manusia. Bangsa Mesir kuno percayabahwa bouza,
sejenis bir, merupakan penemuan Dewi Osiris danmerupakan makanan
sekaligus minuman. Anggur juga ditemukan olehbangsa Mesir kuno dan
dipergunakan untuk perayaan atau upacarakeagamaan dan sekaligus sebagai obat.
Dalam perkembangan selanjutnya,anggur dianggap sebagai minuman kaum ningrat
(aristocrat) dan biradalah minuman rakyat jelata (masses). Di negara Indonesia juga
dijumapibanyak minuman tradisional yang mengandung alkohol seperti tuak, arakdan
lainnya. Setelah melalui perjalanan sejarah yang amat panjang barulahpada paruh
pertengahan abad 18 para dokter di Inggris menemukanadanya efek buruk
alkohol terhadap kesehatan. Penemuan ini akhirnya melahirkan suatu peraturan
mengenai penggunaan minuman keras sebagaiGin Act tahun 1751 (Widianarko, 2000).
World Health Organization (WHO) memperkirakan saat ini jumlah pecandu alkohol
diseluruh duniamencapai 64 juta orang, dengan angka ketergantungan yang
beragam disetiap negara. Di Amerika misalnya, terdapat lebih dari 15 juta orang
yangmengalami ketergantungan alkohol dengan 25% diantaranya adalah
pecandu dari kalangan wanita.
Penyalahgunaan alkohol dapat diklasifikasikan menjadi 5 kategoriutama
menurut respon serta motif individu terhadap pemakaian alkohol itu sendiri(Sundeen,
2007)
a. Penggunaan alkohol yang bersifat eksperimental. Kondisi penggunan alkohol
pada tahap awal yang disebabkan rasa ingin tahu dari seseorang
(remaja). Sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembangnya,remaja selalu ingin
mencari pengalaman baru atau sering jugadikatakan taraf coba-coba,
termasuk juga mencoba menggunakan alkohol.
b. Penggunaan alkohol yang bersifat rekreasional. Penggunaan alcohol pada
waktu berkumpul bersama-sama teman sebaya, misalnya pada waktu
pertemuan malam minggu, ulang tahun atau acara pestalainnya.
Penggunaan ini mempunyai tujuan untuk rekreasi bersama teman sebaya
(Ra’uf, M. 2002).
c. Penggunaan alcohol yang bersifat situasional. Seseorang mengkonsumsi
alkohol dengan tujuan tertentu secara individual, hal itu sebagai pemenuhan
kebutuhan seseorang yang harus dipenuhi. Seringkali penggunaan ini
merupakan cara untuk melarikan diri darimasalah, konflik, stress dan frustasi.
d. Penggunaan alkohol yang bersifat penyalahgunaan. Penggunaan alkohol
yang sudah bersifat patologis, sudah mulai digunakan secararutin, paling tidak
sudah berlangsung selama 1 bulan. Sudah terjadi penyimpangan perilaku,
mengganggu fungsi dalam peran dilingkungan sosial, seperti di lingkungan
pendidikan atau pekerjaan.
Penggunaan alkohol yang bersifat ketergantungan. Penggunaan alkohol yang
sudah cukup berat, telah terjadi ketergantungan fisik danpsikologis. Ketergantungan
fisik ditandai dengan adanya toleransi dansindroma putus zat (alkohol). Suatu
kondisi dimana individu yang biasa menggunakan zat adiktif (alkohol) secara
rutin pada dosistertentu akan menurunkan jumlah zat yang digunakan atau
berhenti memakai, sehingga akan menimbulkan gejala sesuai dengan macam zat
yang digunakan.

2.2 Teori Konseling Yang Digunakan


Konseling Behavioral
Konseling behavior adalah sebuah proses konseling (bantuan) yang diberikan
oleh konselor kepada klien dengan menggunakan pendekatan-pendekatan tingkah laku
(behavioral), dalam hal pemecahan masalah-masalah yang dihadapi serta dalam
penentuan arah kehidupan yang ingin dicapai oleh diri klien. Konseling behavioral
merupakan suatu proses membantu orang untuk belajar memecahkan masalah
interpersonal, emosional, dan keputusan tertentu (Surya, 2003). Konseling behavior
merupakan suatu teknik terapi dalam konseling yang berlandaskan teori belajar yang
berfokus pada tingkah laku individu untuk membantu konseli mempelajari tingkah laku
baru dalam memecahkan masalahnya melalui teknik-teknik yang berorientasi pada
tindakan. Behavior berpandangan, pada hakikatnya kepribadian manusia adalah
perilaku. Dimana perilaku tersebut merupakan hasil dari bentukan pengalaman
interaksi individu dengan lingkungan sekitarnya.
Permasalahan-permasalah tersebut banyak terjadi di lingkungan sekolah,
khususnya di lingkungan sekolah di mana peneliti mendapatkan data siswa pada saat
PPL BK data kondisi siswa yang sulit mengendalikan diri dari kebiasaan miminum
minuman keras di identifikasikan ada 1 orang siswa dengan karkter siswa yang
bermasalah di antarany: Z memiliki karakter permasalahan di antarany:siswa belum
bisa menyelesaikan masalah tentang kebiasaan minum minuman keras yang
dihadapi,akibat dari minum minuman keras ada siswa yang sering tidak masuk
sekolah,siswa keluyuran ketika jam pelajran masih berlangsung,siswa sering datang
terlambat,siswa tidak hormat kepada guru,siswa masih mengikuti ajakan teman untuk
minum minuman keras. Guru BK, melakukan tindakan tegas melalui konseling invidu
untuk membantu siswa untuk bisa bertanggung jawab pada permasalahan yang
dihadapinya serta mampu menjadi yang mandiri. Pelaksanaan konseling individu
dalam proses pemberian layanan kepada siswa sangat penting bagi siswa untuk
membantu dalam mendapatkan informasi tentang materi yang layak dan orientasi siswa
kedepannya serta memperluas tujuantujuan hidup mereka dan membantu dalam proses
pemenuhan kebutuhan psikologis tunggal yang disebut kebutuhan akan identitas.

2.3 Langkah langkah Pelaksanaan Konseling

Konseling Behavioral Untuk Menangani Kebiasaan Minum-Minuman Keras


Siswa SMP Di Lombok Timur
Konseling individual pendekatan behavioristik mempunyai sejumlah teknik
spesifik yang digunakan untuk melakukan pengubahan perilaku berdasarkan tujuan
yang hendak dicapai. Corey (2003:212-226) menyebutkan bahwa ‟teknik utama
yang sering digunakan dalam konseling behavior adalah desenstisasi sistematis,
terapiimpulsive, latihan asertif, terapi aversi, pengkondisian operan, dan token
economy‟. Sejalan dengan pendapat tersebut menurut Komalasari, dkk
(2011:161) menyebutkan bahwa ”teknik konseling behavioral terdiri dari dua jenis,
yaitu teknik untuk meningkatkan tingkah laku dan untuk menurunkan tingkah
laku. Teknik untuk meningkatkan tingkah laku antara lain: penguatan positif,
token economy,pembentukan tingkah laku (shaping), pembuatan kontrak
(contingency contracting), sedangkan teknik konseling untuk menurunkan
tingkah laku adalah: penghapusan (extinction), time out, pembanjiran (flooding),
penjenuhan (satiation), hukuman (punishment), terapi aversi (aversive therapy),
dandisensitisasi sistematis”.Dalampemecahan masalah melalui pendekatan konseling
individual pendekatan behavioristik, pemilihan teknik dapat dilakukan dengan
melihat latar belakang masalah klien. Pada dasarnya seluruh teknik yang
dimiliki konseling individual pendekatan behavioristik dapat digunakan dalam
pemecahan masalah, akan tetapi dapat dipilih beberapa teknik yang dirasa lebih
cocok dan efektif digunakan untuk mengatasi perilaku terlambat datang ke
sekolah yang dialami klien dengan teknik behavior shaping. Di dalam teknik
behavior shapingterdapat reinforcement untuk membuat perilaku yang
diinginkan berkembang di dalam konseling individual. Shapingdikenalkan oleh B.F
Skinner. Dalam teknik behavior shaping terdapat reinforcementyang digunakan
untuk memunculkan dan mengembangkan perilaku yang diinginkan (behavior
target) seperti dalam metode pengkondisian operan. Shaping memungkinkan
kita untuk memunculkan perilaku baru dengan memulai penguatan pada perilaku
yang sudah dimiliki seseorang. Perilaku yang sudah dimiliki seseorang akan
berkembang menjadi bentuk-bentuk respon yang secara bertahap berubah
menuju target behavior.

BAB 3
PENYAJIAN HASIL

3.1 HASIL
Pertemuan total yang dilakukan dengan klien adalah 5 kali pertemuan, dimana
pertemuan atau sesi-1 sampai dengan sesi-4 digunakan untuk melaksanakan proses
konseling behavioral dengan jadwal yang sudah disepakati digunakan untuk
memberikan angket setelah diberikan tretmen. Adapun uraian singkatnya,Pada
pertemuan ini untuk rangkaian treatment ini diawali dengan silahkan duduk
adek,terimakasih,bagai mana kabar,bagai mana kabar keluarga di rumah,berdoa,
perkenalan antara peneliti dan klien serta membina hubungan yang baik dengan klien,
kemudian structuring tentang apa konseling itu (pengertian konseling), mengapa
konseling (tujuan konseling), manfaat konseling dan bagaimana konseling itu
dilaksanakan, peneliti tidak lupa juga menjelaskan asas-asas dalam konseling. Pada
treatmen pertama ini klien diberikan pengertian akan pentingnya layanan konseling
bagi klien. Setelah itu klien diberikan informasi tentang masalah kebiasaan minum
minuman keras melalui proses konseling berdasarkan data angket yaitu:, 1. Pengertian
minum minuman keras: klien merasa kurang mendapat informasi tentang miras dan
perhatian dari guru, sehingga kliyen kurang meminimalisir untuk tidak minum miuman
keras 2. Penyebab kebiasaan minum minuman keras yang di minum klien tidak
memperdulikan akibat ketika minum minuman keras yang berlebihan 3. Dampak dari
kebiasaan minum minuman keras yang di minum: klien tidak peduli dampak dari
minum minuman keras yang diminum seberapa banyak yang ia minum. tingkat
masalah kebiasaan minum minuman keras sebelum dan sesudah treatmen adalah
sebagai berikut: Aspek frekuensi minum minuman keras Prosentase aspek frekuensi
minum minuman keras sebelum dan sesudah treatmen adalah 57% dan 28%.Hal ini
berarti ada perubahan aspek frekuensi minum minuma keras ke arah yang lebih fositip
Kadar minuman keras yang diminum Prosentase aspek kadar minuman keras yang
diminum sebelum dan sesudah treatmen adalah 45% dan 25%%. Hal ini berarti ada
perubahan kadar minum minuman keras ke arah yang lebih positif Jumlah minum
minuman keras yang diminum Prosentas aspek jumlah minum minuman keras yang
diminum sebelum dan sesudah treatmen adalah 50% dan 25%. Hal ini berarti ada
perubahan kea rah positif. Cara minum minuman keras Prosentase aspek cara minum
minuman keras sebelum dan sesudah treatmen adalah 25% dan 31%. Hal ini berarti ada
kenaikan cara minum minuman keras ke arak negative.
Kesimpulan beradasarkan karakteristik kondisi awal kebiasaan minum minuman
keras yang diperoleh mengunakan angket dengan guru Bk dengan jumlah sekor rata
rata 44,25% dengan katagori cukup berat klien sering minum minuman keras dan
mengkonsumsi minum minuman keras dengan kadar alkhol tinggi sampai mabok.
Karakteristik kondisi setelah diberikan layanan konseling individu terjadi penurunan
sekor dengan jumlah rata rata 27,25% termasuk katagori tidak berat, dengan
karakteristik klien minum minuman kerasnya sudah menurun dan juga kadar alkholnya
sudah menurun. Beradasarkan kondisi klien sebelum dan sesudah diberikan layanan
konseling behavioral menjadi positif, berarri ada pengaruh konseling individu
pendekatan behavioral untuk mengatasi kebiasaan minum minuman keras.
Kelebihan dengan adanya konseling individu behavioral kepada para siswa SMP
di Lombok timur dapat menangani kebiasaan minum minuman keras.

2.4 Verbatim
S Isi Percakapan Kode
P Selamat pasi mas 1
P1 Selamat pagi juga mbak 2
P Bisa minta waktunya sebentar mas sekitar 5-10 menit 3
P1 Iya bisa 4
P Perkenalkan nama saya pretty, saya mahasiswi ilmu kesehatan uksw, 5
maksud saya disini untuk melakukan penelitian sebagai tugas akhir saya. 6
Apakah masnya bersedia menjadi subjek 7
penelitian saya ? 8
P1 Iya bisa 9
P Saya akan merekam proses wawancara kita mas, apakah masnya 10
keberatan kalau saya rekam? 11
P1 Ya gak papa mbak 12
P Kalau boleh tau masnya namanya siapa? 13
P1 Mas Y. 14
P Oke mas Y, apa yang mas Y tau tentang narkoba ? 15
P1 Ya Cuma tau gitu aja mbak. Liat teman pake, enak trus saya coba 16
P Kenapa mas Y menggunakan narkoba? 17
P1 Coba-coba to mbak. Liat teman-teman pake, mereka bilang enak yo saya 18
penasaran to mbak saya coba. 19
P Apakah mas Y tau dampak negatif dari penggunaan narkoba? 20
P1 Yo tau mbak. Tapi saya penasaran liat teman-teman pada make ya saya 21
ikut to mbak. 22
P Sejak kapan mas Y mengikuti rehabilitasi di sini? 23
P1 Waduh kapan yo? Nek gak salah satu tahun. Kalo gak salah yo mbak 24
saya juga lupa. 25
P Kenapa memilih pengobatan disini? 25
P1 Saya dulu ikut IPWL mbak disini. Trus pas ada rehabilitasi disini saya 26
langsung ikut to mbak, lumayan pengobatan gratis mbak 27
P Apa yang mas Y rasakan saat pertama kali mengkonsumsi 28
metadon? 29
P1 Pertama kali yo mbak? Hmmmm rasanya gak enak mbak, walaupun 30
udah dikasih sirup tetap masi kerasa gak enak mbk. Dibadan juga gak enak 31
apalagi waktu masih dosis awal, wuuuh itu rasanya gak enak banget 32
mbak, rasanya kayak apa ya? Hmmmm 33
pokoknya gak enak mbak 34
P Adakah perbedaan yang dirasakan oleh mas Y saat menggunakan putaw 35
dan metadon? 36
P1 Bedanya yo gak enak itu to mbak. Metadon itu rasanya aja gak 37
enak banget, dibadan juga gak enak. Beda kalo putaw enak mbak 38
hehehehehe 39
P Pertama kali mengikuti pengobatan disini, mas Y diberikan dosis 40
berapa ml? 41
P1 15 ml mbak. 41
P Dosis dikirasaran berapa ml yang menurut mas Y enak 42
P1 Kalo aku 130 uwes lumayan enak mbak. Saya paling enak tu 140 150 43
mbak. 44
P Apa yang mas Y lakukan untuk mengalihkan rasa tidak enak yang 45
dirasakan oleh mas Y saat belum mencapai dosis yang enak menurut mas 46
Y? 47
P1 Apa yo mbak? Paling tak buat jalan-jalan mbak tapi jalan kaki kemana aja 48
asalkan gak diem mbak. Soalnya kalo diem keroso banget dibadan mbak. 49
Ngapain aja yang penting gak diem lah 50
mbak. 51
P Apakah selama mengikuti pengobatan disini mas Y 52
masih menggunakan putaw? 53
P1 Kalo sekarang udah engga mbak. Kalo waktu IPWL kadang-kadang 54
masih pake mbak. 55
P Apa yang dilakaukan petugas puskesmas saat mas Y pertama kali mengikuti 56
pengobatan disini? 57
P1 Maksudnya mbak? Oh iya cek darah mbak. Saya kan sudah ikut 58
IPWL disini mbak jadi Cuma tes darah aja kalo gak salah mbak 59
P Ada perbedaan yang dirasakan saat mas Y menurunkan dosis 10 ml dari 60
150 ml? 61
P1 Sama aja sih mbak, gak ada perbedaan. Kalo turun langsung 62
setengah baru berasa mbak. 63
P Trimkasih ya mas Y untuk waktu yang sudah mas Y berikan. Kalo ada kata- 64
kata saya yang kuang berkenan dihati mas Y saya mohon maaf. Kalau 65
masih ada hal yang kurang jelas boleh saya 66
berbincang-bincang dengan mas Y lagi? 67
P1 Sama-sama mbak. Iya mbak. 68
P Sekali lagi trimakasih mas untuk waktunya 69
DAFTAR PUSTAKA

Aulia, F., Marfuatun, M., & ... (2020). Konseling Behavioral Untuk Menangani Kebiasaan
Minum-Minuman Keras Siswa SMP Di Lombok Timur. … (Jurnal Konseling …, 4(1), 8–
14. http://e-journal.hamzanwadi.ac.id/index.php/jkp/article/view/2595

Anda mungkin juga menyukai