Anda di halaman 1dari 10

GENERASI LANJUT USIA MANDIRI DAN

FENOMENA PERGESERAN ASPEK EKO-MORFOLOGI KAWASAN


HUNIAN
Lucia Asdra Rudwiarti
Program Studi Magister Arsitektur, Program Pascasarjana, Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Jl. Babarsari 43 Yogyakarta 55281
E-mail: lucia.asdra@uajy.ac.id

Abstraksi: Gaya hidup fase penuaan didominasi oleh nilai-nilai kenyamanan sosial dan
simbol, etika budaya, identitas, dan sumber daya budaya lainnya. Masalah budaya pada
tahapan lansia menampilkan kontennya dalam batas perspektif kehidupan. Dengan
demikian, ruang hidup dan lingkungan hidup untuk lansia yang mandiri harus
memperhatikan transformasi nilai-nilai sosial-budaya untuk memenuhi kebutuhan dan
preferensi lansia dari keseluruhan sistem lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan preferensi lansia dalam proses modifikasi elemen desain lingkungan menjadi
lingkungan hidup yang ramah lansia. Investigasi menggunakan metode observasi dan
wawancara untuk lebih dalam mendapatkan preferensi lansia. Studi ini juga menggunakan
prediksi lingkungan untuk meninjau fenomena eko-morfologi. Hasilnya menunjukkan bahwa
kebutuhan hidup sehari-hari lansia berubah karena proses penuaan. Sementara itu,
paradigma menyesuaikan tuntutan kehidupan secara signifikan mempengaruhi perubahan
eko-morfologis spasial lingkungan mereka.

Katakunci: manula mandiri; lingkungan untuk kaum manula; perubahan eko-morfologis.

Title: Independent Elderly Generations and Aspects of Eco-Morphological Changes of


Residential Areas

Abstract: The life style of ageing phase is dominated by the values of social comfort and
symbols, cultural ethics, identity, and other cultural resources. Cultural issues of the
elderly’s stage perform their content within the perspective boundary of life. Accordingly,
living space and eco-environment for the independent elderly should regard the
transformation of socio-cultural values in order to meet the elderly’s need and preferences
of the whole environmental system. This study aims to obtain elderly’s preferences in the
modification process of environmental design elements to become elderly-friendly living
environment. The investigation used observation and interviews methods to deeper gain the
elderly’s preferences. The study also utilised environmental prediction to review the
phenomenon of its eco-morphology. The results show that the needs of elderly daily lives
changed due to the ageing process. Whilst, the paradigm of adjusting demands of life
significantly affected the eco-morphological changes of their spatial environment.

Keywords: independent elderly; environment for the elderly; eco-morphological changes.

PENDAHULUAN internal menua yang dialaminya juga akan


merubah struktur spasial lingkungannya. Tulisan
Generasi kaum lanjut usia mempunyai ini akan membahas keterkaitan perubahan fisik
karakteristik yang unik. Kebiasaan dan gaya hidup
dan psikis kaum lansia karena proses menua
mereka akan sangat berpengaruh terhadap secara sosio-kultural dengan perubahan tatanan
lingkungan hidupnya. Kecenderungan perubahan fisik kawasan dan kondisi spasial lingkungan
pandangan gaya hidup dan tradisi yang secara morfologis. Pertama akan dibahas prinsip
disebabkan oleh faktor eksternal maupun proses morfologi kawasan, kemudian dilanjutkan dengan

45
Lucia Asdra Rudwiarti: Generasi Lanjut Usia Mandiri dan Fenomena Pergeseran
Aspek Eko-Morfologi Kawasan Hunian

proses transformasi perubahan spasial tatanan mengetahui transformasi historis dari


fisik kawasan yang disebabkan oleh pengaruh perkembangan dan pembangunan suatu kawasan.
tradisi budaya dari masyarakat penghuninya.
Berdasarkan teori-teori morfologi perkotaan,
Setelah itu akan dibahas pengaruh preferensi
aktivitas dan penggunaan ruang yang menerus
kehidupan kaum lansia mandiri pada tatanan fisik
selama kurun waktu tertentu, lebih lanjut akan
lingkungan hidupnya.
berkaitan erat dengan kualitas struktur sosial
Morfologi Kawasan dalam membentuk karakter lingkungan yang
kontekstual. Butina (1986) mengemukakan bahwa
Pendekatan umum dalam analisis morfologis metoda analisis morfologi dapat
dari suatu transformasi bentuk dan wajah kawasan mengkombinasikan elemen dari tiga area utama,
didasarkan pada pengakomodasian elemen yaitu (a) analisis morfogenetik, yang meneliti
morfologi dan proses perubahan sejarah yang bentuk kota dari aspek morfogenetik, (b) analisis
terjadi (Whitehand, 1981; Samuels, 1985). Krier
struktur spasial, yang berdasarkan analisis lokasi
(1979, 1993) menekankan bahwa perubahan dan distribusi dari kegiatan tertentu, serta
morfologis dari elemen fisik dasar seperti ruang hubungan fungsional antar elemen, dan (c)
terbuka, jalan dan variasinya terjadi dalam hal pendekatan urban design, yang terutama berkaitan
wujud, bentuk dan karakteristik fungsi dari dengan sisi praktis morfologi perkotaan dan
elemen tersebut. Lebih lanjut, interaksi antar
metoda pengumpulan pengetahuan melalui
elemen morfologi seperti plot lahan, bangunan,
analisisnya yang dapat diaplikasikan dalam proses
kegunaan lahan, jalan, area perencanaan maupun desain. Dengan demikian, tatanan fisik dan
townscape menjadi sangat kompleks. elemen-elemen struktur keruangan kota akan
Transformasi dari elemen tersebut tergantung saling berkaitan dan saling terjadi ketergantungan
pada aktor kunci perencanaan kota, serta sangat secara historis. Tatanan fisik secara spasial akan
berkaitan dengan faktor waktu dan skala
menyangkut pola pembagian lahan, jaringan
ruangnya. Kemudian, untuk menganalisis suatu komunikasi, tipologi bangunan dan ruang terbuka.
proses perkembangan dan dampaknya terhadap Setiap perubahan dari elemen fisik tatanan
sistem kehidupan manusia yang hidup di kota, kawasan akan membawa dampak pada elemen
elemen dasar dari bentuk dan tata fisik kota seperti
yang lain. Konsekuensinya, katerlibatan aspek-
yang dijelaskan Banz, 1970; Krier & Krier, 1979 ;
aspek sosial budaya dan psikologi manusia serta
Kostof, 1992; harus diuji secara teliti. konteks historis dari kawasan/ area perkotaan,
Moudon (1997) menjelaskan bahwa bentuk termasuk didalamnya adalah pola dan distribusi
kota dan wajah kawasan secara keseluruhan penggunaan/ kegiatan, akan menjadi faktor yang
merupakan perubahan entitas yang menerus, signifikan yang harus dianalisis untuk menilai
terkonsentrasi dalam suatu keterkaitan antara kembali situasi ruang kawasan secara komplit.
produsen elemen fisik ruang dan aktivitas manusia Butina (1986) juga mengindikasikan bahwa
yang hidup di dalamnya… (pp. 3-10). Kawasan pendekatan struktur keruangan, termasuk sifat dan
merupakan akumulasi dan integrasi dari tindakan distribusi aktivitas tertentu, pola keterkaitan dan
sekelompok individu maupun kelompok, yang hirarki elemen, berkaitan langsung dengan
dipengaruhi oleh adanya tradisi budaya, dan produksi tatanan fisik lingkungan buatan.
diwujudkan oleh kekuatan sosial ekonomi Selanjutnya, Moudon (1997, p. 7) mempertegas
sepanjang waktu. Kawasan/ area kota juga dapat bahwa tiga komponen fundamental dari
dibaca dan dianalisis melalui media elemen fisik penelusuran morfologi kawasan/ area perkotaan
dan bentuk fisiknya (Moudon, op.cit., 7). Dengan akan sangat terkait dengan bentuk, resolusi, dan
demikian selain elemen fisik, aspek interdisipliner waktu. Pendekatan morfologi mempertimbangkan
lain juga mengkontribusi proses perubahan dan bahwa area/ kawasan bukan sebagai artefak tetapi
produk kreatif dari urban tissue misalnya aspek sebagai organisme, dimana dunia fisik tidak dapat
sosial, budaya, tekanan politik dan ekonomi, yang terpisahkan dengan proses perubahan pada
kesemuanya itu masuk dalam analisis untuk subyeknya (Moudon, op.cit, 9), entah untuk
mengisi atau melengkapi pembangunan.

46
Jurnal Arsitektur Komposisi, Volume 13, Nomor 1, Oktober 2019 P-ISSN: 1411-6618 & E-ISSN: 2656-551X

Kemudian, metoda morfologis dari analisis suatu dan servis lingkungan yang selayaknya disediakan
kasus akan terpilih untuk menganalisis struktur untuk mendukung proses kehidupan menuanya.
kota secara fisik maupun spasial. Untuk Tradisi sosial misalnya berkumpul bersama para
menetapkan konsepsual teori analisisnya tetangga sekitar akan memerlukan area (space),
diperlukan evaluasi dari elemen fisik apa yang dan menyebabkan terjadinya pola-pola setting
dominan, dan faktor sosial budaya apa yang tertentu dimana masyarakat sering berkumpul
relevan. bersama, entah mendiskusikan masalah
lingkungan tempat tinggal atau hanya sekedar
Pengaruh Tradisi Budaya Dalam berinteraksi sosial. Tradisi adanya pedagang
Transformasi Tatanan Fisik Kawasan keliling yang mendukung keperluan kaum lansia
Hunian Kaum Lansia untuk berbelanja bahan makanan ataupun
keperluan sehari-hari juga akan membentuk suatu
Elemen fisik lingkungan terbangun juga pola spasial tempat sebagai mangkal kaum
terbentuk dan dipengaruhi oleh sumber daya pedagang, dimana masyarakat dapat melakukan
kebudayaan dan tradisi dari masyarakat yang kegiatan belanja serta bersosialisasi dengan
menggunakan lingkungan tersebut. Beberapa tetangga. Tentu saja hal seperti ini akan
elemen seperti ruang terbuka dapat terbentuk berpengaruh juga terhadap lokasi yang strategis
secara organik karena kepentingannya untuk dan jenis servis yang mungkin disediakan, serta
menampung dan mengakomodasi kegiatan efek kenyamanan dan kesehatan lingkungan
perkumpulan sosial dan perayaan festival sekitar. Hal praktis lain yang juga berpengaruh
kebudayaan. Memang, beberapa elemen tidak terhadap perubahan bentuk tatanan fisik adalah
selalu menguntungkan secara ekonomi, tetapi tipe akomodasi yang diharapkan oleh orang yang
sangat diperlukan untuk kepentingan tradisi sedang mengalami/memasuki proses menua.
budaya lokal. Kehidupan rutin masyarakat sehari- Perubahan pola keluarga dari keluarga besar
hari, kejadian dan perayaan upacara sosial budaya, menjadi keluarga kecil juga sudah banyak
upacara keagamaan, serta festival khusus berpengaruh terhadap cara pandang terhadap
perayaan akan mempengaruhi bagaimana sistem tradisi masyarakat dalam mewariskan sebagian
kehidupan secara keseluruhan. Konsekuensinya, lahan nya untuk keturunannya. Sebagian
bentuk tatanan fisik dari struktur spasial kawasan masyarakat jaman dulu masih membagi-bagi plot
juga akan terpengaruh. Mencermati pada apa yang lahan nya untuk didirikan rumah baru dalam
dikatakan Bentley (1999), bahwa proses produksi rangka menampung anak-anaknya yang sudah
bentuk tatanan fisik lingkungan terjadi karena berkeluarga. Yang tidak mempunyai lahan luas
pola negosiasi dan perdebatan yang kompleks kemudian membuat tambahan ruang untuk
antar pelaku perencaan yang bervariasi, dan keluarga anaknya, dan menghabiskan sisa lahan
sangat tergantung pada sumber daya yang yang dipunyai. Tradisi seperti ini tentunya sangat
dipunyai para pelaku perencanaan tersebut berpengaruh terhadap tatanan fisik kawasan
berkaitan dengan kondisi ekonomi, situasi politik hunian secara keseluruhan, dalam hal ini berkaitan
termasuk juga adanya support kebudayaan (pp. dengan potensi ketersediaan lahan terbuka dan
69-73). Berdasarkan paradigma seperti itu, dan perubahan kepadatan bangunan.
karena masalah budaya masih erat melekat dalam
kehidupan konteks area perkotaan di Indonesia, Selain itu, terkait dengan kondisi fisik kaum
terutama dalam sistem kehidupan generasi lansia, lansia mandiri dalam bermobilitas, jarak
tentunya hal-hal yang berkaitan dengan tradisi keterjangkauan lokasi tempat yang kurang
budaya akan mempengaruhi proses transformasi memadai untuk ketahanan fisik berjalan kaki
tatanan spasial dan bentuk fisiknya. kaum lansia menyebabkan mereka lebih suka naik
alat transport tradisional seperti becak atau
Pada studi terdahulu (Rudwiarti, 2002) tentang andhong, yang tentu saja akan sangat berpengaruh
kasus lingkungan di sekitar hunian lansia mandiri terhadap perubahan spasial pada morfologi ruang
juga mengindikasikan bahwa kegiatan harian jalan sebagai prasarananya. Konektivitas antar
masyarakat lansia, baik di dalam rumah maupun alat transport yang satu dengan alat transport lain
di luar rumah sangat berpengaruh pada fasilitas

47
Lucia Asdra Rudwiarti: Generasi Lanjut Usia Mandiri dan Fenomena Pergeseran
Aspek Eko-Morfologi Kawasan Hunian

di bagian kota yang lain akan mempengaruhi kemampuan fisik kaum lansia akan berpengaruh
perencanaan sistem transit moda trasportasi kota, terhadap tingkat aksesibilitas dan mobilitas
dan selanjutnya akan berpengaruh juga terhadap mereka.
struktur spasial perkotaan secara keseluruhan.
Disamping itu, problem kekurangnyamanan
Konsep-konsep kosmologis ruang kehidupan
secara fisik maupun psikologis juga menyebabkan
yang masih erat melekat pada keyakinan generasi
kegiatan yang dilakukan kaum lansia di ruang
lansia juga akan besar pengaruhnya terhadap pola
publik menjadi terbatas. Ketergantungan terhadap
perubahan morfologis suatu lingkungan.
orang lain meningkat. Rentang waktu penggunaan
Demikian juga dengan prinsip sosial gotong
ruang publik yang nyaman untuk beraktivitas
royong, kerukunan, dan menghormati hak orang
kadangkala terbatasi karena kendala cuaca,
lain ataupun penghormatan perbedaan gender
misalnya temperatur dari terik matahari maupun
yang masih dijunjung tinggi juga akan
hujan. Interaksi sosial juga menjadi terbatas
berpengaruh terhadap pola pikir dan preferensi
karena kesempatan bertemu dengan orang lain
kaum lansia dalam memutuskan fungsi dan
antar generasi pada saat bersamaan sangat minim
penggunaan ruang-ruang privat dan ruang semi
mengingat kesibukan masing-masing generasi
privat yang dimilikinya.
berbeda. Kadang rasa penghormatan terhadap
Studi terdahulu mengenai prediksi ke depan orang berusia lanjut juga berkurang, hal ini sedikit
preferensi generasi lansia dalam menikmati hari banyak juga mempengaruhi rasa ketidakamanan
tuanya (Rudwiarti, 2000) menunjukkan bahwa dan ketidaknyamanan tersebut. Perubahan pola
ada beberapa hal esensial yang perlu dicermati penggunaan ruang publik oleh beda generasi
untuk meningkatkan pelayanan kaum lansia seperti itu akan berpengaruh juga terhadap
supaya mereka dapat hidup lebih mandiri dan perkembangan atau perubahan spasial
sesedikit mungkin merepotkan pihak lain, dalam lingkungannya.
hal ini keluarga. Ada beberapa elemen problem
Jenis fasilitas untuk memenuhi kebutuhan
inti berkaitan dengan lingkungan dalam sistem
tempat tinggal dalam menikmati hidup di hari tua,
kehidupan kaum lansia pada umumnya, yang
entah tinggal di rumah sendiri secara mandiri,
tentu saja akan sangat berpengaruh terhadap
tinggal bersama anak/famili, ataupun tinggal
proyeksi perubahan ecospasial lingkungan. Dari
terpisah dari anak/famili tetapi dalam jarak dekat
sudut pandang antroposentrisme kaum lansia,
yang mudah terjangkau, ataupun tinggal di rumah
dapat disarikan bahwa problem utama adalah
perawatan khusus bagi orang lanjut usia, akan
masalah rasa ketidak amanan dalam menjalani
mempengaruhi struktur perubahan fisik morfologi
kehidupan proses menua, yang antara lain dapat
lingkungan secara keseluruhan.
dipicu oleh faktor eksternal misalnya kejahatan
dan sikap tidak bersahabat dari pengguna lain di
Metodologi Penelitian
lingkungan tersebut. Namun hal ini juga
dipengaruhi oleh faktor internal dari lansia bahwa Metode yang diterapkan untuk penelusuran
mereka merasa kemampuan fisiknya terbatas dalam penelitian ini adalah observasi lapangan,
tidak dapat melawan ataupun menyelesaikan wawancara dengan beberapa tokoh yang dapat
masalah karena keterbatasan kemampuan fisik mewakili kaum lansia, serta dalam bentuk open
tersebut. ended questionnaire. Metode wawancara untuk
mendapatkan data mengenai kehidupan sehari-
Problem lain adalah masalah kejelasan spasial
hari dan kegiatan yang biasa dilakukan. Metode
lingkungan, dalam hal ini termasuk juga kejelasan
penelusuran melalui kuesioner untuk
menemukan arah dan orientasi. Kejelasan
mengumpulkan data tentang gambaran time-
orientasi untuk menemukan arah dan jalannya
budget kegiatan mereka. Sedangkan observasi
sendiri memerlukan kondisi yang sesuai dengan
lapangan dimaksudkan untuk me-recheck
kemampuan fisik dan mental mereka. Orientasi
kegiatan apa yang umumnya dilakukan oleh kaum
yang tidak jelas membuat suatu tempat tidak
lansia serta mengamati kondisi bagaimana
aksesibel bagi mereka. Selain itu, desain fisik
kegiatan tersebut dilakukan, kemudahan dan
spasial lingkungan yang tidak sesuai dengan

48
Jurnal Arsitektur Komposisi, Volume 13, Nomor 1, Oktober 2019 P-ISSN: 1411-6618 & E-ISSN: 2656-551X

kesulitan yang mungkin dialami sesuai fakta yang aman dan percaya diri mereka dalam melakukan
ada di lapangan. aktivitasnya secara mandiri dan mudah
beradaptasi seiring dengan perubahan
TEMUAN DAN PEMBAHASAN kemampuan fisik, mental serta pilihan keputusan
hati mereka. Selain itu, penyelesaian problem
Berdasarkan beberapa pengalaman problem
psikologis ketidaknyamanan dapat terkondisikan
lansia yang disebutkan dalam studi terdahulu
secara desain fisik lingkungan dengan modifikasi
tersebut diatas, nampaknya penyelesaian yang iklim mikro serta melalui penyediaan ruang yang
mengarah ke perbaikan lingkungan fisik adalah cukup dan fasilitas ameniti yang diperlukan untuk
salah satu yang mendukung preferensi kaum mendukung kegiatan yang biasa dilakukan kaum
lansia untuk lebih bisa mandiri dan bahagia dalam lansia, terutama di ruang-ruang komunal.
menikmati hari tuanya. Walaupun dari sisi yang
berbeda, upaya pengembangan dan pemberdayaan Apa yang ditegaskan dalam studi terdahulu
masa tua dari masing-masing individu lansia juga oleh sebagian besar kaum lansia mengenai
akan sangat berpengaruh terhadap tingkat preferensi perbaikan lingkungan ke depan untuk
kemampuan kemandirian mereka. Selain itu, meningkatkan kemampuan kemandirian
pengadaan fasilitas dan servis yang mendukung (Rudwiarti, 2002), akan berpengaruh gambaran
kemandirian mereka juga sangat berperan. prediksi perubahan spasial-morfologis lingkungan
Semuanya itu akan berpengaruh terhadap yang mungkin terjadi, yaitu pada:
perubahan spasial morfologis kawasan hunian 1. Tatanan fisik desain ruang untuk mobilitas,
maupun struktur spasial lingkungan sekitar secara yang menyediakan jalur terpisah antara
keseluruhan. Berikut adalah kajian pembahasan pejalan kaki dan kendaraan bermotor. Hal ini
perubahan eco-morfologis kawasan karena dimaksudkan untuk memenuhi keinginan dan
kebutuhan perbaikan fasilitas fisik lingkungan kebutuhan generasi lanjut usia dalam
yang sesuai dengan kemampuan fisik maupun meningkatkan rasa aman berjalan kaki secara
psikologis kaum lansia. mandiri, terhindar dari kemungkinan celaka
yang dikarenakan oleh kendaraan bermotor.
Perubahan Morfologis Kawasan Karena
Tuntutan Perbaikan Lingkungan Fisik 2. Penempatan poin tata tanda yang jelas pada
lokasi strategis yang mudah terlihat untuk
Secara psikologis, area kegiatan yang mudah membantu memudahkan kaum lansia
terlihat oleh pengguna lain untuk meningkatkan menemukan arah dan orientasi lingkungan
pengawasan visual dari orang-orang sekitar akan (wayfinding), akan merubah struktur koneksi
meningkatkan perasaan aman karena merasa ada spasial (pembagian ruang) lokasi tersebut.
kontrol sosial dari lingkungan sekitarnya
(Carstens, 1985). Demikian juga prinsip 3. Pada tempat-tempat publik, penyediaan
rancangan defensible space serta adanya ameniti publik yang lengkap dan mencukupi,
penerangan yang cukup pada tempat tertentu misalnya tambahan fasilitas tempat duduk,
(ruang komunal, jalan setapak) akan mengurangi pencahayaan yang cukup, serta pengamanan
perasaan takut dan ketidak amanan (The AIA dan kenyamanan terhadap cuaca, serta desain
Foundation, 1985; Carstens, 1998; elemen fisik yang tidak membahayakan
http://www.cfharchitects.com/cfhn17.htm). mobilitas atau pergerakan kaum lansia, akan
Sedangkan kelengkapan sistem penandaan dan membutuhkan keluasan ruang untuk
ciri fisik lingkungan lain yang mudah diingat akan penataannya.
membuat suatu tempat lebih jelas dan secara 4. Pada ruang jalan utama atau ruang jalan
visual lebih aksesibel. Dari kebutuhan psikologis, penghubung, kaitannya dengan kebutuhan
tentu saja kaum lansia membutuhkan elemen fasilitas perpindahan transportasi yang aman
stimulasi lain dalam berbagai bentuk sumber dan nyaman bagi kaum lansia, akan
sensori untuk lebih memudahkan mereka membutuhkan perubahan tatanan spasial
mengingat dan mengenali lingkungannya sendiri. ruang jalan tersebut, yang kemungkinan akan
Dengan demikian akan lebih meningkatkan rasa

49
Lucia Asdra Rudwiarti: Generasi Lanjut Usia Mandiri dan Fenomena Pergeseran
Aspek Eko-Morfologi Kawasan Hunian

merubah pola dan struktur ruang kawasan memperindah kebun supaya tercipta lingkungan
yang lebih luas. yang lebih asri. Hal-hal tersebut sedikit banyak
juga akan merubah wajah spasial lingkungan,
Lebih jauh lagi, perlunya suatu pendekatan
terutama halaman depan rumah, ataupun pada
desain ‘prosthetic’. Carstens (1985) menjelaskan
ruang komunal dimana mereka sering mengajak
bahwa pendekatan desain secara proshetic adalah
cucu untuk berjalan-jalan. Dukungan jaringan
‘desain yang mengoptimalkan fungsi dan
sosial juga penting, terutama dari kelompok
menawarkan support pada saat diperlukan namun
generasi yang berbeda. Interaksi sosial dengan
memberi kemungkinan kemandirian individu,
generasi yang berbeda dapat dimanfaatkan untuk
tantangan, maupun proses belajar…’ (p.15).
saling transfer pengetahuan, pengalaman
Tantangan dan support tersebut harus disediakan
bersosialisasi, mengajarkan ketrampilan tradisi-
secara seimbang untuk latihan ketrampilan dan
budaya dan nilai etika-estetika pada generasi yang
kemandirian bagi segala tingkatan kemampuan,
lebih muda. Hal tersebut akan sangat membantu
supaya tidak terjadi rasa frustrasi dan kecemasan
meningkatkan rasa percaya diri dan nilai harga
yang berlebihan, serta untuk mencegah hilangnya
diri kaum lansia. Untuk mendukung hal itu,
ketrampilan karena tidak ada kesempatan belajar.
tentunya membutuhkan fasilitas komunal yang
Ruang komunal dan ruang publik perlu
dapat menyediakan ruang interaksi sosial tersebut.
menyesuaikan dengan pendekatan prinsip desain
seperti ini dan tentunya secara spasial juga akan Hal lain misalya motivasi untuk melakukan
mengalami pergeseran bentuk maupun dimensi aktivitas yang dapat meningkatkan harga diri.
luasan. Secara psikologis hal tersebut akan berpengaruh
terhadap rasa otonomi, personalisasi, rasa
Perubahan Morfologi Kawasan Karena dihargai, dan rasa masih dibutuhkan orang lain.
Motivasi Mandiri Kaum Lansia Ini akan sangat membantu menyeimbangkan
Disamping hal-hal yang terkait dengan perasaan menurunnya kemampuan fisik dan psikis
kelengkapan fasilitas fisik lingkungan, hasrat karena proses menua yang dialami. Untuk
pengembangan diri dari kaum lansia sendiripun mendukung motivasi mandiri tersebut,
juga menunjukkan antusiasme yang tinggi untuk dibutuhkan fasilitas tempat yang memadai.
dapat lebih mandiri. Beberapa motivasi untuk Prediksi kebutuhan akan tersedianya bangunan
dapat lebih mandiri tersebut ternyata juga komunal dan ruang-ruang terbuka publik
mempunyai implikasi terhadap distribusi spasial semacam taman akan sangat berperan.
lingkungan (eco-spatial) tempat hidupnya.
Sebagai contoh, dalam hal menjaga stamina fisik, Perubahan Morfologis Kawasan Karena
kebanyakan kaum lansia sudah menyadari Tuntutan Kelengkapan Fasilitas dan
kekurangannya dan berhasrat untuk lebih manjaga Sistem Pelayanan
kesehatan dan stamina untuk menyegarkan
Sehubungan dengan keinginan untuk dapat
pikiran dari tekanan kehidupan sehari-hari.
lebih mobile dan mandiri, kaum lansia
Mereka percaya, semakin lama kesehatan mereka
memerlukan dukungan adanya kesempatan dan
terjaga, semakin lama pula mereka dapat hidup
kemungkinan untuk dapat melakukan aktivitas
mandiri dalam mengarungi hidup sehari-harinya
sendiri, dan juga faktor eksternal yang tidak
tanpa merepotkan pihak lain. Untuk melatih
membahayakan mereka. Misalnya fasilitas ruang
stamina dan menjaga kesehatan, mereka butuh
pedestrian (jalur pejalan kaki) dan transportasi
fasilitas tempat untuk sekedar berjemur di pagi
umum yang aman dan nyaman selaras dengan
hari, atau berolah raga ringan misalnya dengan
kondisi fisik maupun psikologis kaum lansia. Hal
mengadakan senam lansia bersama. Selain itu,
ini akan sangat membantu kemandirian mereka
untuk mengisi waktu supaya dapat berguna bagi
dalam hal kebutuhan mobilitas bepergian. Pilihan
orang lain disekitarnya, tanpa memikirkan akan
mereka pada fasilitas transportasi tradisional
menghasilkan uang atau tidak, misalnya seringkali
seperti becak atau andong nampaknya dapat
mereka menginginkan dapat membantu keluarga
dipahami, karena moda transportasi tersebut
dalam menjaga cucu ataupun merawat dan
dirasa masih menawarkan rasa aman dan tingkat

50
Jurnal Arsitektur Komposisi, Volume 13, Nomor 1, Oktober 2019 P-ISSN: 1411-6618 & E-ISSN: 2656-551X

kenyamanan tersendiri bagi kaum lansia. Hal ini berjalan kaki dengan ambang batas sekitar 15
tentu saja akan sangat mempengaruhi struktur dan menit.
pola ruang jalan serta wajah jalan-jalan umum di (https://www.gov.uk/government/uploads/system/
lingkungan sekitar tempat tinggal mereka. uploads/attachment_data/file/372139/accessibilit
Fasilitas sektor informal seperti pedagang y-statistics-guidance.pdf). Untuk fasilitas khusus
keliling, pedagang pinggir jalan, dan jenis yang mempertimbangkan kemampuan fisik kaum
pelayanan keliling lain misalnya pos keliling, lansia mestinya ada toleransi jarak maksimal
pembayaran tagihan rekening keliling, puskesmas tersebut.
keliling, pengambil sampah keliling, akan sangat
menguntungkan dan mendukung kemandirian Tendensi Perubahan Tipe Permukiman
mereka dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari Berdasarkan Kebutuhan Psikologis Kaum
tanpa harus pergi jauh. Peningkatan fasilitas Lansia
tersebut akan memerlukan ketersediaan ruang
atau lokasi tempat untuk mangkal yang strategis Perubahan setting lay-out atau tatanan ruang di
dan aksesibel. Tentunya sangat diperlukan dalam rumah seringkali dilakukan karena
peraturan pembatasan servis yang diijinkan kebutuhan perubahan penggunaan ruang bagi
beroperasi masuk ke lingkungan tempat tinggal kaum lansia yang mengalami kemunduran
supaya tidak terjadi kekacauan fasilitas. kemampuan fisik maupun psikologis. Ruang
Perubahan pola spasial lingkungan akan tidur, ruang keluarga, dan kamar mandi (toilet)
terpengaruh karena tuntutan fasilitas dan jenis menuntut kedekatan dan kemudahan dalam
pelayanan yang dibutuhkan oleh kaum lansia pencapaian karena frekuensi penggunaan yang
tersebut. Sejalan dengan perubahan waktu dan meningkat akibat dari proses menua. Lay-out atau
kebutuhan, aspek yang sangat mempengaruhi tatanan perabot dalam ruang keluarga juga
prediksi kebutuhan sarana prasarana mobilitas cenderung berubah karena pergeseran pola
yang tanggap terhadap kebutuhan kaum lansia kesenangan dalam pilihan beraktivitas. Kaum
dapat dirangkum antara lain (Rudwiarti, 2015): lansia cenderung ingin melakukan kegiatan
pengisi (hobi) sehari-hari yang disukai dengan
1. Tatanan dan layout fisik desain ruang jalan tidak perlu bersusah payah berpindah-pindah
yang aman dan mendukung keselamatan ruang. Tambahan ruang khusus mungkin
bermobilitas. diperlukan misalnya ruang hobi, kebun, taman,
2. Ruang transit perpindahan moda transportasi untuk menampung kegiatan yang mereka
yang kontinyu dan terintegrasi. inginkan guna mensuport proses kehidupan masa
menuanya.
3. Fasilitas transportasi umum yang aman dan
nyaman selaras dengan kondisi fisik maupun Fenomena penambahan paviliun khusus untuk
psikologis kaum lansia. lansia yang hidup bersama keluarga anak atau
famili juga sangat signifikan. Hal ini dapat
Preferensi kaum lansia akan fasilitas moda menampung kebutuhan kaum lansia yang masih
transportasi untuk mendukung mobilitas mereka ingin sehari-harinya hidup mandiri, tidak terlalu
tentu saja akan sangat mempengaruhi pihak membebani anggota keluarga yang lain, tetapi
pengambil kebijakan dalam mempertimbangkan masih perlu pengawasan dan hubungan kedekatan
keputusan kebijakan publik terkait dengan secara psikologis dengan keluarga. Tambahan
fasilitas transportasi umum, misalnya lokasi halte/ bangunan yang terpisah dari rumah induk, khusus
tempat pemberhentian moda transportasi. Lokasi untuk merawat anggota keluarga yang sudah
halte untuk transportasi perkotaan kadang lanjut usia, barangkali juga dapat dijadikan
menyulitkan keputusan masyarakat untuk alternatif. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan
memilih fasilitas transportasi publik, karena psikologis misalnya suasana tenang dan
belum merata untuk menjangkau seluruh bagian kebutuhan privasi, namun masih dapat dikontrol
area perkotaan maupun pusat-pusat aktivitas oleh keluarga.
perkotaan. Jarak geografis maksimal untuk orang
normal seharusnya sepadan dengan waktu

51
Lucia Asdra Rudwiarti: Generasi Lanjut Usia Mandiri dan Fenomena Pergeseran
Aspek Eko-Morfologi Kawasan Hunian

Kecenderungan merasa lebih aman karena Implementasi kebijakan publik sarana


dapat berkumpul bersama sesama kaum lansia transportasi yang tanggap terhadap kaum lansia
juga mungkin terjadi. Hal ini akan membentuk akan mempengaruhi prasarana jaringan
lingkungan khusus dengan fasilitas untuk transportasi dan bersinergi terhadap kualitas
memenuhi kelengkapan kebutuhan aktivitas lingkungan serta tata ruang perkotaan secara
sehari-hari maupun aktivitas yang sifatnya keseluruhan. Integrasi kebijakan antara
eventual yang lain, misalnya penataan kembali peningkatan pelayanan publik dengan
halaman rumah yang masih luas yang dapat perencanaan dan pengaturan tata ruang
dimanfaatkan untuk fasilitas kegiatan bersama lingkungan perkotaan sangatlah esential.
lansia lain di lingkungan sekitar.
Berikut adalah tabel kesimpulan prediksi
berdasarkan tendensi perubahan peta eco-
KESIMPULAN
morfologis dalam tatanan spasial lingkungan
Prediksi perubahan kebutuhan beraktivitas hunian kaum lansia mandiri.
kaum lansia sangat berpengaruh terhadap
proyeksi perubahan eco-spasial morfologis dan
modifikasi rancangan elemen fisik lingkungan.
Hal ini sangat diperlukan dalam rangka
mendukung kemandirian generasi kaum lansia,
mengurangi ketergantungan terhadap orang lain di
sekitar tempat hidupnya, serta untuk
meningkatkan apresiasi kaum lansia terhadap
kualitas lingkungan hidup di sekitarnya.
Kondisi kemunduran kemampuan fisik dan
psikologis yang dialami kaum lanjut usia dalam
perjalanan proses menua menuntut aspek
kenyamanan dan keamanan dalam setiap aktivitas
yang dilakukan, supaya dapat memudahkan
pergerakan/mobilitas serta menjaga keselamatan
dan kemandirian. Konsekuensinya, jenis moda
transportasi yang aman dan nyaman menjadi
pilihan sarana mobilitas yang tanggap dan
bersahabat terhadap keterbatasan kemampuan
fisik dan psikologis mereka.

Tabel 1. Prediksi perubahan eco-spasial morfologis

Aspek pengaruh Tuntutan fisik Tuntutan spasial Peta Perubahan


eco-morfologis

Kebutuhan Tradisi budaya: Wadah interaksi/sosialisasi Pola setting ruang bersama Modifikasi halaman rumah,
Interaksi sosial dengan ruang terbuka umum,
tetangga bangunan umum
Fasilitas keliling Tempat mangkal fasilitas Lokasi strategis Pola jalan, ruang terbuka
umum
Perubahan pola keluarga Hunian mandiri Dekat dengan fasilitas dan Penambahan paviliun,
servis pengembangan rumah,
pembagian plot hunian,
peningkatan kepadatan
bangunan, pengurangan ruang
terbuka

52
Jurnal Arsitektur Komposisi, Volume 13, Nomor 1, Oktober 2019 P-ISSN: 1411-6618 & E-ISSN: 2656-551X

Aspek pengaruh Tuntutan fisik Tuntutan spasial Peta Perubahan


eco-morfologis

Pilihan moda transport Aman dan nyaman, moda Pola jalan Modifikasi pola ruang jalan,
transport tradisional
Kepercayaan kosmologis Bersahabat dengan alam Pola hirarki ruang Pola tatanan ruang fasilitas,
kejawaan Ruang privat dan semi privat
Kemunduran kemampuan Aman thd lingkungan Ruang yang lapang dan Modifikasi Pola ruang jalan,
fisik sekitar terkontrol pola ruang terbuka
Kemunduran kemampuan Orientasi jelas Kejelasan setting dan pola Modifikasi ruang dan
kognitif ruang, permeable penambahan signage untuk
orientasi dan identitas
Tuntutan kenyamanan fisik Nyaman thd cuaca, Ketercukupan spasial, Re-arrange lay out ruang
dan psikologis proses nyaman thd manusia lain ruang yang bersahabat jalan, ruang terbuka umum
menua
Tuntutan perbaikan Aman untuk mobilitas Aman dan nyaman secara Pemisahan jalur jalan, setting
lingkungan fisik yang kegiatan lansia spasial jalur pedestrian
memadai
Pola ruang jelas, tidak Ketercukupan ruang Penambahan signage pada
membingungkan orientasi orientasi tempat strategis
Kelengkapan fasilitas Nyaman dan mudah Penambahan public amenities
publik terjangkau di ruang publik
Kemudahan Ketercukupan setting ruang Setting ruang sekitar halte/
bergerak/mobilitas dan transfer moda angkut pemberhentian moda transport,
pindah moda transport jalur pedestrian untuk
kontinuitas pergerakan
Motivasi mandiri: latihan Aman Ruang latihan Lay out ruang komunal
ketahanan fisik
Motivasi meningkatkan Nyaman dan asri Kecukupan ruang aktivitas Modifikasi halaman rumah/
kualitas lingkungan kebun, Ruang komunal
Motivasi meningkatkan Aman dan nyaman ruang aktivitas memadai Lay out ruang komunal,
harga diri bangunan umum
Kelengkapan sistem Mobilitas aman Kecukupan ruang Lay out ulang pola jalan,
pelayanan lingkungan pedestrian, pola ruang terbuka,
ruang interface
Pilihan tipe hunian dengan Aman, nyaman, strategis Setting dan pola tatanan Penambahan fasilitas khusus
motivasi mandiri ruang di ruang tertentu di rumah, lay
out perabot, penambahan
paviliun, pola kekerabatan/
tetangga, ruang interaksi sosial
Sumber: rangkuman analisis penulis.

DAFTAR PUSTAKA Alternatives, New York: Van Nostrand


Reinhold Company
Banz, G. 1970. Elements of Urban Form, London: Carstens, D.Y. 1998. “Housing and Outdoor Spaces
McGraw Hill. for the Elderly”, in Marcus, C.C., and
Bentley, I. 1999. Urban Transformations: Power, Francis, C. (eds), People Places, Design
People and Urban Design, London: Guidelines for Urban Open Space, New
Routledge. York: Van Nostrand Reinhold, pp. 171 –
214, 2nd ed.
Butina, G. 1986. Research Issues in the Evolution
of Urban Form, Research Notes, JCUD, Kostof, S. 1992. The City Assembled: The Elements
Oxford Polytechnic, September. of Urban Form Through History, London:
Thames & Hudson.
Carstens, D.Y. 1985. Site Planning and Design for
the Elderly: Issues, Guidelines, and

53
Lucia Asdra Rudwiarti: Generasi Lanjut Usia Mandiri dan Fenomena Pergeseran Aspek
Eko-Morfologi Kawasan Hunian

Krier, R. 1979. Urban Space, London: Academy Institute of British Geographers, Special
Editions. Publication No. 13, London: Academic
Press.
Krier, R. 1993. Architecture and Urban Design,
Architectural Monographs No. 30, London: Sumber internet:
Academy Editions.
https://www.gov.uk/government/uploads/system/u
Krier, R, and Krier, L. 1979. Typological and ploads/attachment_data/file/372139/accessi
Morphological Elements of the Concept of bility-statistics-guidance.pdf (last revised
Urban Space, and The City Within the City: Oktober 2014, downloaded August 2018)
Luxembourg, Architectural Design Profile
http://www.cfharchitects.com/cfhnl7.htm
18, Vol. 49. No. 1.
(accessed August 2018)
Moudon, A.V. 1997. “Urban Morphology as
Emerging Interdisciplinary Field”, Urban
Morphology, Journal of the International
Seminar on Urban form, Vol. I, pp. 3 – 10.
Rudwiarti, L.A. 2000. “Ageing, Cultural
Resources, and Urban Form; Case Study of
Yogyakarta, Indonesia”, Sustainable Cities:
Sustainable Development, The Urban
Agenda in the Developing World, 17th
InterSchools Conference, Oxford, April,
Conference Proceeding.
Rudwiarti, L.A. 2002. Perception and
Environment: Urban Design Strategy for the
Living Environment for the Elderly People in
Yogyakarta, Indonesia, Ph.D. in Urban
Design, Joint Centre for Urban Design,
Oxford Brookes University, Oxford:
unpublished Ph.D Thesis.
Rudwiarti, L.A. 2015. “Moda Transportasi
Perkotaan Yang Bersahabat dan Tanggap
Terhadap Kebutuhan Kaum Lansia”,
Konferensi Teknik Sipil 9 (KoNTekS-9):
Peran Inovasi Rekayasa Sipil Menuju
Infrastruktur Berkelanjutan yang Tanggap
Terhadap Bencana, hal. 139 – 145.
Makassar, 7-8 Oktober 2015, Prosiding
Samuels, I. 1985. Urban Morphology in Design,
Urban Morphology in Developed Countries,
Research Note 19, Joint Centre for Urban
Design, Oxford Polytechnic, August 1985.
The AIA Foundation. 1985. Design for Aging: An
Architect’s Guide, Washington, D.C: The
AIA Press.
Whitehand, J.W.R., (ed). 1981. The Urban
Landscape: Historical Development and
Management, Paper by M.R.G. Conzen,

54

Anda mungkin juga menyukai