PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keadaan bahan secara keseluruhan secara mudah dapat dibagi menjadi zat
padat dan fluida. Zat padat cenderung tegar dan mempertahankan bentuknya,
sedangkan fluida tidak mempertahankan bentuknya tetapi mengalir. Fluida
meliputi cairan yang mengalir di bawah pengaruh gravitasi sampai menempati
daerah terendah.
Fluida yang berbeda secara umum mempunyai sifat yang berbeda pula, begitu
pun dengan beberapa zat kimia juga memiliki sifat-sifat khas yang berbeda. Dari
sifat inilah kita dapat mengidentifikasi zat kimia tersebut. Sifat-sifat tersebut
dapat dibagi dalam beberapa bagian, salah satunya yaitu sifat ekstensif dan sifat
intensif. Sifat ekstensif adalah suatu sifat yang besarnya tergantung pada jumlah
bahan yang sedang diselidiki. Massa dan volume merupakan contoh dari sifat
ekstensif ini. Sedangkan sifat intensif adalah suatu sifat yang tergantung pada
jumlah bahan tersebut. Salah satu contoh dari sifat intensif yaitu kerapatan.
Kerapatan merupakan rasio massa suatu senyawa dengan volumenya. Bila
kerapatan suatu senyawa lebih besar daripada kerapatan air, maka senyawa
tersebut akan tenggelam dalam air. Namun, apabila kerapatannya lebih kecil
maka senyawa tersebut akan mengapung di atas air. Perbedaan kerapatan suatu
zat terkadang dapat pula dilihat dari kemampuannya untuk bercampur.
Bobot jenis adalah suatu besaran yang menyatakan perbandingan antara massa
(g) dengan volume (ml), jadi satuan bobot jenis g/ml. Sedangkan Rapat jenis
adalah perbandingan antara bobot janis sampel dengan bobot jenis air suling, jadi
rapat jenis tidak memiliki satuan. Cara penentuan bobot jenis ini sangat penting
diketahui oleh seorang calon farmasis, karena dengan mengetahui bobot jenis kita
dapat mengetahui kemurnian dari suatu sediaan khususnya yang berbentuk
larutan. Disamping itu dengan mengetahui bobot jenis suatu zat, maka akan
mempermudah dalam memformulasi obat. Karena dengan mengetahui bobot
1
jenisnya maka kita dapat menentukan apakah suatu zat dapat bercampur atau
tidak dengan zat lainnya.
Kerapatan merupakan defenisi lama dari bobot jenis. Bobot jenis menurut
defenisi baru yaitu perbandingan antara bobot sejumlah volume zat dengan bobot
sejumlah volume air pada suhu tertentu. Kerapatan dan bobot jenis setiap bahan
berbeda-beda. Untuk menentukan kerapatan dan bobot jenis dapat dilakukan
dengan berbagai cara, salah satunya dengan menggunakan piknometer.
1.2 Maksud Percobaan
Maksud percobaan ini yaitu untuk mengetahui dan mempelajari cara
penentuan kerapatan dan bobot jenis zat dengan menggunakan metode
piknometer.
1.3 Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui bobot jenis dan kerapatan jenis dengan menggunakan alat
piknometer.
1.4 Prinsip Percobaan
Menentukan kerapatan dan bobot jenis cairan. Penentuan bobot jenis dengan
menimbang piknometer kosong dan piknometer yang telah diisi sampel, lalu
selisih penimbang dibagi dengan volume piknometer yang ditentukan sebagai
bobot jenis. Lalu dibandingkan dengan bobot jenis air suling untuk mendapatkan
rapat jenisnya.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori
Bobot jenis merupakan perbandingan massa dari suatu zat terhadap Kerapatan
air, harga kedua zat itu harus ditentukan pada temperatur yang sama, Jika tidak
dengan cara lain yang khusus. Bobot jenis dapat ditentukan dengan Menggunakan
berbagai jenis piknometer, hidrometer dan alat-alat lain (Sinko, 2006).
Bobot jenis adalah rasio bobot suatu zat terhadap bobot zat baku yang
volumenya sama pada suhu yang sama dan dinyatakan dalam desimal. Penting
untuk membedakan antara kerapatan dan bobot jenis. Kerapatan adalah massa per
satuan volume, yaitu bobot zat per satuan volume. Misalnya, satu mililiter raksa
berbobot 13,6 g, dengan demikian kerapatannya adalah13,6 g/mL. Jika kerapatan
dinyatakan sebagai satuan bobot dan volume, maka bobot jenis merupakan
bilangan abstrak. Bobot jenis menggambarkan hubungan antara bobot suatu zat
terhadap sebagian besar perhitungan dalam farmasi dan dinyatakan memiliki
bobot jenis 1,00. Sebagai perbandingan, bobot jenis gliserin adalah 1,25 , artinya
bobot gliserin 1,25 kali bobot volume air yang setara, dan bobot jenis alkohol
adalah 0,81 , artinya bobot jenis alkohol 0,81 kali bobot volume air yang setara
(Ansel, 2006).
Kerapatan adalah massa per unit volume suatu zat pada temperatur tertentu.
Sifat ini merupakan salah satu sifat fisika yang paling sederhana dan sekaligus
merupakan salah satu sifat fisika yang paling definitive, dengan demikian dapat
digunakan untuk menentukan kemurnian suatu zat (Martin, 1993).
Hubungan antara massa dan volume tidak hanya menunjukan ukuran dan
bobot molekul suatu komponen, tetapi juga gaya-gaya yang mempengaruhi sifat
karakteristik “pemadatan” (“PackingCharacteristic”). Dalam sistem matriks
kerapatan diukur dengan gram/milimeter (untuk cairan) atau gram/cm2 (Martin,
1993).
3
Kerapatan dan berat jenis. Ahli farmasi sering kali mempergunakan besaran
pengukuran ini apabila mengadakan perubahan antara massa dan volume.
Kerapatan adalah turunan besaran karena menyangkut satuan massa dan volume.
Batasannya adalah massa per satuan volume pada temperatur dan tekanan
tertentu, dan dinyatakan dalam sistem cgs dalam gram per sentimeter kubik
(gram/cm3) (Martin, 1993).
Berbeda dengan kerapatan, berat jenis adalah bilangan murni tanpa dimensi,
yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok.
Berat jenis didefinisikan sebagai perbandingan kerapatan dari suatu zat terhadap
kerapatan air, harga kedua zat itu ditentukan pada temperatur yang sama, jika
tidak dengan cara lain yang khusus. Istilah berat jenis, dilihat dari definisinya,
sangat lemah, akan lebih cocok apabila dikatakan sebagai kerapatan relatif
(Martin, 1993).
Berat jenis untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai
perbandingan massa dari suatu zat terhadap massa sejumlah volume air yang
sama pada suhu 4oC atau temperatur lain yang tertentu. Notasi berikut sering
ditemukan dalam pembacaan berat jenis: 25oC/25oC, 25oC/4oC, dan 4oC/4oC.
Angka yang pertama menunjukkan temperatur udara di mana zat ditimbang;
angka di bawah garis miring menunjukkan temperatur air yang dipakai. Buku-
buku farmasi resmi menggunakan patokan 25oC /25oC untuk menyatakan berat
jenis (Martin, 1993).
Berat jenis dapat ditentukan dengan menggunakan berbagai tipe piknometer,
neraca Mohr-Westphal, hidrometer dan alat-alat lain. Pengukuran dan
perhitungan didiskusikan di buku kimia dasar, fisika dan farmasi (Martin, 1993).
Suatu sifat yang besarnya tergantung pada jumlah bahan yang sedang
diselidiki disebut sifat ekstensif. Baik massa maupun volume adalah sifat-sifat
ekstensif. Suatu sifat tergantung pada jumlah bahan adalah sifat intensif. Rapatan
yang merupakan perbandingan antara massa dan volume, adalah sifat intensif.
4
Sifat-sifat intensif umumnya dipilih oleh para ilmuwan untuk pekerjaan ilmiah
karena tidak tergantung pada jumlah bahan yang sedang diteliti. (Petrucci, 1985)
A. Penentuan Bobot Jenis dan Rapat jenis
Penentuan bobot jenis berlangsung dengan piknometer, Areometer, timbangan
hidrostatik (timbangan Mohr-Westphal) dan cara manometris.
Ada beberapa alat untuk mengukur bobot jenis dan rapat jenis, yaitu
menggunakan piknometer, neraca hidrostatis (neraca air), neraca Reimann, neraca
Mohr-Westphal (Sutoyo, 1993).
a. Bobot jenis zat cair :
1. Metode Piknometer
Pinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan
penentuan rungan yang ditempati cairan ini. Ruang piknometer dilakukan
dengan menimbang air. Menurut peraturan apotek, harus digunakan
piknometer yang sudah ditera, dengan isi ruang dalam ml dan suhu
tetentu (20oC). Ketelitian metode piknometer akan bertambah sampai
suatu optimum tertentu dengan bertambahnya volume piknometer.
Optimun ini terletak sekitar isi ruang 30 ml. Ada dua tipe piknometer,
yaitu tipe botol dengan tipe pipet (Roth, 1996).
2. Neraca Mohr-Westphal
Dipakai untuk mengukur bobot jenis zat cair. Terdiri atas tua dengan
10 buah lekuk untuk menggantungkan anting, pada ujung lekuk yang ke
10 tergantung sebuah benda celup C terbuat dari gelas (kaca) pejal (tidak
berongga), ada yang dalam benda celup dilengkapi dengan sebuah
thermometer kecil untuk mengetahui susu cairan yang diukur massa
jenisnya, neraca seimbang jika ujum jarum D tepat pada jarum T (Sutoyo,
1993).
3. Densimeter
Alat untuk mengukur massa jenis (densitas) zat cair secara
langsung. Angka-angka yang tertera pada tangkai berskala secara
5
langsung menyatakan massa jenis zat cair yang permukaannya tepat pada
angka yang tertera (Sutoyo, 1993).
b. Bobot jenis zat padat
Menurut defenisi kerapatan :
Dapat ditentukan pada volume V suatu bentuk pada dengan menimbangan
massa m. Volume V dengan permukaan bentuk teratur dapat dihitung dari
bentuk geometrisnya. Untuk penentuan kerapatan bentuk pdata yang
volumenya tidak teratur, V dapat ditentukan melalui pendesakan volume
cairan. (Roth, 1996)
Pengujian bobot jenis dilakukan untuk menentukan 3 macam bobot jenis
yaitu (Lachman, 1994) :
1. Bobot jenis sejati
Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk rongga yang
terbuka dan tertutup.
2. Bobot jenis nyata
Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk pori/lubang
terbuka, tetapi termasuk pori yang tertutup.
3. Bobot jenis efektif
Massa parikel dibagi volume partikel termausk pori yang tebuka dan
tertutup. Seperti titik lebur, titik didih atau indeks bias (bilangan bias).
Kerapatan relatif merupakan besaran spesifik zat. Besaran ini dapat
digunakan untuk pemeriksan konsentrasi dan kemurniaan senyawa aktif,
senyawa bantu dan sediaan farmasi (Lachman, 1994).
2.2 Uraian Bahan
1. Alkohol (Dirjen POM RI, 1979: 65)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Etanol
Berat molekul : 46,07 g/mol
Rumus molekul : C2H6O
6
Rumus struktur :
7
Stabilitas : Ketika didinginkan minyak zaitun menjadi keruh
sekitar 10°C dan menjadi massa seperti butter pada
0°C
Kegunaan : Sebagai alkalizingagent
Inkompabilitas : Minyak zaitun dapat disaponifikasi oleh hidroksida
alkali karena mengandung asam lemak tak jenuh
dengan kadar tinggi. Minyak zaitun rentan terhadap
oksidasi, dan tidak kompatibel dengan agen oksidasi
8
BAB 3
METODE KERJA
3.1 Alat- alat yang Digunakan
1. Loyang Stainless
2. Neraca Analitik
3. Oven
4. Piknometer
5. Termometer
3.2 Bahan – bahan yang Digunakan
1. Alkohol 70%
2. Es Batu
3. Minyak Zaitun
4. Tisu
3.3 Cara Kerja
1. Dibersihkan piknometer dengan air suling kemudian dibilas dengan alkohol
70%.
2. Dipanaskan piknometer pada suhu 40°C selama 12 menit.
3. Dikeluarkan piknometer dari oven lalu ditimbang massa piknometer kosong
50 mL pada neraca analitik sebanyak 3 kali.
4. Dimasukan minyak zaitun ke dalam piknometer 50 mL.
5. Dimasukan piknometer yang sudah berisi minyak zaitun ke dalam wadah
stainless yang berisi es batu.
6. Diukur suhunya dengan termometer sampai mencapai suhu 25°C.
7. Setelah mencapai suhu 25°C, diangkat piknometer dan dibersihkan bagian
luar piknometer menggunakan tisu.
8. Ditimbang kembali piknometer pada neraca analitik sebanyak tiga kali.
9. Dihitung bobot jenis dan rapat jenis minyak zaitun.
9
BAB 4
HASIL PENGAMATAN
4.1 Tabel Pengamatan
Pengukuran Piknometer Kosong Piknometer Kosong Berisi Minyak
ke- (b1) Zaitun (b2)
1 31,2351 gram 74,4001 gram
2 31,2385 gram 74,3977 gram
3 31,2303 gram 74,3986 gram
Jumlah 93,7039 gram 223,1964 gram
Rata- rata 31,2346 gram 74,3988 gram
4.2 Perhitungan
1. Bobot Jenis
m b 2−b 1
ρ= atau ρ =
v v
dimana ;
ρ = Berat jenis zat
m = Bobot Piknometer kosong – piknometer berisi zat
b2 = Bobot Piknometer berisi zat
b1 = Bobot Piknometer kosong
v = Volume Piknometer
dimasukkan ke dalam rumus :
b 2−b 1
ρ (minyak zaitun) =
v
74 , 3988 gram−31,2346 gram
=
50 ml
43 , 1642 gram
=
50 ml
= 0,86 g/ml
10
2. Rapat Jenis
ρ zat
d=
ρ air
0,86 g /ml
d=
1 g /ml
d = 0,86
11
BAB 5
PEMBAHASAN
5.1 Pembahasan
Berat jenis suatu zat adalah perbandingan antara bobot zat dibanding dengan
volume zat pada suhu tertentu (biasanya pada suhu 25 oc, sedangkan rapat
jenis(specific gravity) adalah perbandingan antara bobotzat pada suhu
tertentu( dalam bidang farmasi biasanya digunakan 25oc/25oc ) (Lachman,1994).
Bobot jenis adalah rasio bobot suatu zat terhadap bobot zat baku yang volumenya
sama pada suhu yang sama dan dinyatakan dalam desimal. Dalam bidang farmasi
bobot jenis dan rapat jenis suatu zat atau cairan digunakan sebagai salah satu
metode analisis yang berperan dalam menentukan senyawa cair, digunakan pula
untuk uji identitas dan kemurnian dari senyawa obat terutama dalam bentuk
cairan, serta dapat pula diketahui tingkat kelarutan dan daya larut suatu zat.
Pada praktikum kali ini akan dilakukan perhitungan dari berat jenis minyak
zaitun dengan menggunakan metode piknometer. Metode ini didasari dengan
massa cairan yang menempati suatu ruang, metode piknometer berdasarkan atas
penentuan massa dan ruang yang ditempati cairan ini. Untuk ini dibutuhkan
wadah untuk menimbang yang dinamakan piknometer (Ansel,1989)
Untuk melakukan percobaan penetapan bobot jenis, piknometer dibersihkan
dengan menggunakan aquadest, kemudian dibilas dengan alkohol 70% untuk
mempercepat pengeringan piknometer kosong. Piknometer dipanaskan pada suhu
40ºC hal ini bertujuaan untuk memastikan zat cair pembersih seperti aquadest
dan alkohol menguap sehingga didapatkan piknometer yang bebas zat cair yang
tidak di inginkan.Selanjutnya ditimbang massa piknometer kosong sebanyak tiga
kali agar meminimalisir kesalahan penimbangan. Selanjutnya dimasukan minyak
zaitun ke piknometer sampai memenuhi piknometer. Piknometer yang telah berisi
minyak zaitun ini diletakan pada loyang stainless yang telah berisi es batu
kemudian diukur suhunya hingga mencapai suhu 25ºC hal ini bertujuan untuk
mendapatkan suhu yang sesuai dan tidak mempengaruhi penimbangan, hal ini
12
sesuai yang dikatakan Sutoyo (1993) yaitu penimbangan bobot jenis dipengaruhi
oleh berbagai macam faktor salah satunya suhu dikarenkan pada suhu yang tinggi
bisa saja zat yang ingin diukur bobot jenisnya menguap, hal ini pula berlaku
sebaliknya dimana pada saat suhu terlalu rendah dikhawatirkan zat yang akan
diukur bobot jenisnya akan membeku. Pengukuran dengan menggunakan
piknometer dilakukan pada suhu 25ºC atau suhuruangan. Karena pada suhu 25ºC
dan pada suhu ruang, air memiliki bobot jenis yang mendekati 1 g/ml. Setelah
mencapai suhu 25ºC dibersihkan bagian luar piknometer agar tidak terdapat sisa
air yang terdapat di luar piknometer yang selanjutnya piknometer yang berisi
minyak zaitun ditimbang sebanyak tiga kali dan dilakukan perhitungan bobot
jenis dari minyak zaitun.
Dari hasil perhitungan yaitu membagi massa dari minyak zaitun yang telah di
timbang sebelumnnya dengan bobot jenis air penggunaan air sebagai zat pembagi
atau larutan baku dikarenkan bobot jenis air yaitu 1g/m3 dapat memudahkan
perhitungan hal ini juga telah dikemukakan Ansel (2006) air merupakan zat baku
pada perhitungan bobot jenis. Dari hasil perhitungan didapati bobot minyak zaitun
yaitu 0.86g/m3 bobot jenis ini jika dibandingakn dengan literatur yaitu
Farmakope Indonesia Edisi III bobot jenis minyak zaitun 0,91g/m3 dari
perbandingan tersebut dapat diketahui terdapat selisih yang tidak terlalu besar.
Selisih ini mungkin terjadi diakibat karena kemungkinan kesalahan yaitu
penggunaan suhu 40ºC pada saat memanaskan piknometer sehingga terdapat
kemungkinan bila adanya zat cair yang tidak menguap pada saat pemanasan
piknometer.
13
BAB 6
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat disimpulkan bahwa bobot jenis dari
minyak zaitun sebesar 0,89 g/ml mendekati dengan literatur berdasarkan
Farmakope Indonesia Edisi III 1979 yaitu sebesar 0,91 g/ml. Bobot jenis
merupakan perbandinagan massa suatu zat dengan massa sejumlah volume air
pada suhu yang telah ditentukan, terbukti bahwa bobot jenis dari minyak zaitun
hampir mendekati bobot jenis air yaitu 1 g/ml.
6.2 Saran
1. Untuk Laboratoriun
Alat dan bahan sebaiknya dilengkapi dan jumlahnya diperbanyak agar
praktikum dapat berjalan dengan baik.
2. Untuk Asisten
Pertahankan keakraban dan keramahan terhadap praktikan.
3. Untuk Praktikan
Memahami tahapan kerja yang akan dilakukan sehingga praktikum dapat
berjalan lancar dan mendapatkan hasil maksimal.
14