Disusun oleh :
Nama : Sharyan Hamiid
Nim : 2008203085
Perbankan Syariah (C)
SEMESTER 1
PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
Soal 1
Soal 2
Soal 3
Buatlah analisis SWOT dari potensi yang ada di masing-masing daerah saudara !
Jawab 1
Nilai PDRB Kota Cirebon atas dasar harga berlaku pada tahun 2018 mencapai
21,60 triliun rupiah. Secara nominal, nilai PDRB mengalami kenaikan sebesar
1,81 triliun rupiah dibandingkan dengan tahun 2017 yang mencapai 19,79 triliun
rupiah. Kenaikan nilai PDRB ini tidak murni diakibatkan oleh meningkatnya
kuantitas barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh lapangan usaha di Kota
Cirebon, tetapi juga karena adanya pengaruh inflasi. Berdasarkan harga konstan
2010, nilai PDRB juga mengalami kenaikan, dari 14,89 triliun rupiah pada tahun
2017 menjadi 15,82 triliun rupiah pada tahun 2018. Kenaikan sebesar 0.93 triliun
pada nilai PDRB ini mampu membawa perekonomian kota Cirebon tumbuh
sebesar 6,21 persen, sehingga pertumbuhan ekonomi kota Cirebon di tahun 2018
ini mengalami akselerasi 0,41 poin dibanding tahun 2017 yang tumbuh sebesar
5.80 persen.
Peran terbesar dalam pembentukan PDRB Kota Cirebon pada tahun 2018
berasal dari lapangan usaha Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil, dan
Sepeda Motor yang mencapai 31,57 persen, kemudian peran terbesar kedua ialah
lapangan usaha Transportasi dan Pergudangan sebesar 11,55 persen dan urutan
ketiga adalah lapangan usaha Jasa Keuangan dan Asuransi dengan peran sebesar
11,08 persen. Selain itu Industri Pengolahan dan Konstruksi masing-masing
berkontribusi sebesar 10,17 persen dan 10,15 persen dalam membentuk PDRB
Kota Cirebon pada tahun 2018
Sektor pertanian
Total luas lahan pertanian di wilayah Kabupaten Cirebon yaitu 53.000 ha.
Komoditas yang menjadi andalan Cirebon yaitu padi sawah (tanaman pangan)
yang tersebar di 40 kecamatan dengan luas lahan mencapai 46.000 ha. Sisa
lahan seluas 7.000 ha dibudidayakan untuk komoditas lain. Pengelolaan
komoditas unggulan sesuai dengan program pemerintah yaitu UPSUS
PAJALE yang juga disesuaikan dengan potensi lahan Cirebon yaitu padi
sawah, jagung (hanya jagung manis), dan kedelai (hanya di lahan kering
seperti di Walahan dan Cupang). Kondisi cuaca selama tahun 2016 yang
cenderung kemarau basah serta perbaikan sumber dan saluran irigasi menjadi
faktor pendukung bagi petani untuk lebih memilih menanam padi sawah
daripada komoditas lainnya. Komoditas seperti jagung dan kedelai hanya
sebagai selingan rotasi tanaman agar dapat memutus organisme pengganggu
tanaman di lahan. Wilayah yang menjadi sentra tanaman bawang merah yaitu
di kecamatan Pabedilan dengan total produksi sebanyak 1.084,3 ton/ha,
kecamatan Gebang dengan total produksi sebanyak 651,1 ton/ha, kecamatan
Losari dengan total produksi sebanyak 562,4 ton/ha
Sektor perikanan
Potensi Kabupaten Cirebon bukan hanya tanaman pangan (padi) namun
juga dalam perikanan. Jenis budidaya perikanan yang ada di wilayah
Kabupaten Cirebon di antaranya yaitu perikanan darat (kolam dan waduk),
perikanan tamabak, dan perikanan laut. Wilayah yang menjadi sentra
perikanan di Kabupaten Cirebon yaitu Kecamatan Kapetakan yang
mempunyai lahan tambak seluas 2.035,24 ha dengan produksi terbesar
mencapai 4.361,42 ton. Komoditi perikanan tambak yang mempunyai hasil
produksi terbesar adalah udang Vaname dengan total produksi pada tahun
2014 mencapai 469,18 ton/ha.
5. Wanawisata Ciwaringin
6. Situ Patok
Luas Situ Patok 175 Ha yang terletak di desa setu patok sekita
6 km dari kota Cirebon ke arah Tegal, dan berada di titik Koordinat
6.7862011S, 108.5648065E, obyek wisata ini selain mempunyai
panorama indah juga tersedia sarana rekreasi air dan pemancingan.
Lokasi ini berpotensi untuk di kembangkan sekitar lahan 7 Ha, dengan
status tanah Negara. Prasarana yang di perlukan pembuatan dermaga,
pengadaan perahu motor dan sarana pemancingan. serta pembangunan
rumah makan yang artistik. Jalan ke arah lokasi cukup baik dan lebar,
jaringan aliran listrik sudah tersedia dan saat ini minat masyarakat
untuk mengunjungi wisata ini cukup banyak
8. Situ Sedong
Pertanian
Kabupaten Indramayu merupakan daerah dengan potensi yang luar biasa.
Sumber daya alam luas lahan sawahnya mencapai 55,61 persen dari total luas
lahan Kabupaten Indramayu. Itulah yang membuat Indramayu menjadi salah
satu pemasok beras nasional. Produk unggulan sektor perkebunan di antaranya
mangga, tebu, kopi, kelapa dan jambu mete
Perikanan
Di sektor hilir, terdapat kilang minyak Balongan, satu dari enam kilang
minyak yang ada di Indonesia. Kilang yang dibangun pada tahun 1990 dan
mulai beroperasi tahun 1994 ini memiliki kapasitas pengolahan sekitar 125
ribu BPSD (barel per steam day). Di komplek UP VI ini juga terdapat unit
pemasaran. Kebutuhan BBM Ibu Kota sepenuhnya disuplai dari kilang ini.
Sementara itu, pengolahan gas elpiji dilakukan di kilang LPG Mundu VI,
dengan kapasitas sekitar 37,3 MMSCFD (juta kaki kubik per day).
Pariwisata
Majalengka memiliki banyak potensi, baik itu potensi sumber daya alam
maupun sumber daya manusia. Potensi-potensi ini selain menjadi objek
pengembangan Kabupaten Majalengka, juga berfungsi sebagai tolak ukur terhadap
program pembangunan di Kabupaten Majalengka.
Pariwisata Alam
Kuningan memiliki potensi sumber daya alam yang cukup baik. Antara
lain kuningan memiliki potensi sumber daya kehutanan, sumber daya perkebunan,
sumber daya pertanian, sumber daya perikanan, sumber daya air, sumber daya
panas bumi, dan sumber daya pariwisata.
Pertanian
Pariwisata
Potensi sumberdaya pariwisata Keindahan alam Kabupaten Kuningan
berpotensi untuk Dijadikan objek wisata alam. Kabupaten Kuningan memiliki
21 objek wisata alam yang sedang berkembang dan 25 objek masih dalam
tahap eksplorasi. Objek wisata tersebut merupakan paduan pesona alam,
sejarah, dan budaya.
Kehutanan
2. Iklim
3. Batas Wilayah
Topografi
Provinsi Jawa Barat dengan luas 35.377,76 Km2 menurut Data SIAK Provinsi
Jawa Barat didiami penduduk sebanyak 46.497.175 Juta Jiwa. Penduduk ini
tersebar di 26 Kabupaten/Kota, 625 Kecamatan dan 5.899 Desa/Kelurahan. Jumlah
penduduk terbesar terdapat di Kabupaten Bogor sebanyak 4.966.621 Jiwa (11,03
%), sedangkan penduduk terkecil terdapat di Kota Banjar yaitu sebanyak 192.903
Jiwa (0,43 %).
Diantaranya yaitu ada: Emping Mlinjo, Kue Cikak, Dodol Pelem, Jalabia, Wajik,
Koci, Bubur Glintir, Naga sari, Geblog, Ikan asin, Burbacek, Pedesan Entog,
Rumbah, lepet.
Jawab 3
International Market)
Usaha mangga Indramayu memiliki total skor internal sebesar 2,103 (Tabel 1)
yang menunjukkan bahwa posisi internal usaha mangga saat ini lemah. Menurut
David (2009), skor bobot total matriks internal dan eksternal berkisar antara 1,0
sampai 4,0 dengan skor rerata 2,5, nilai di atas 2,5 mencirikan organisasi yang
kuat secara internal maupun eksternal, sedangkan nilai di bawah 2,5 menunjukkan
posisi yang lemah.
Kekuatan (strengths)
Kelemahan (weaknesses)
Ancaman (threats)
Faktor eksternal usaha mangga di Indramayu memiliki total skor
sebesar 2,893 (Tabel 2). Nilai ini di atas nilai rerata (2,5) menunjukkan
bahwa kemampuan usaha mangga Indramayu dalam merespons faktor
eksternal cukup baik dalam memanfaatkan peluang dan menghindari
ancaman. Faktor tren gaya hidup sehat menjadi peluang utama dengan nilai
sebesar 0,312. Masyarakat yang semakin sadar akan pentingnya kesehatan
dengan mengonsumsi makanan dengan nilai gizi tinggi, seperti buah dan
sayuran, memberikan peluang bagi peningkatan pemasaran mangga.
Semakin tinggi minat masyarakat diharapkan maka semakin tinggi pula
tingkat konsumsinya.
Faktor teknologi pascapanen eksportir negara lain lebih baik dan trade
barrier menjadi ancaman utama bagi masuknya buah mangga Indonesia ke
negara tujuan dengan skor sebesar 0,336. Teknologi pascapanen yang baik
selain mampu menjaga kualitas dan daya simpan buah, juga mempermudah
masuknya mangga ke negara yang memiliki persyaratan ketat (technical
barrier), seperti keberhasilan ekspor mangga dari Thailand dan Filipina ke
pasar Jepang. Penurunan maupun pembebasan tarif bea masuk dalam
perjanjian perdagangan global memunculkan hambatan perdagangan
lainnya, yaitu technical barrier. Technical barrier untuk produk
hortikultura, umumnya berupa pemberlakuan peraturan/standar ketat
mengenai kriteria suatu produk oleh negara tujuan dengan alasan untuk
melindungi konsumen dan mencegah penyebaran hama dari negara inang
hama tersebut
Peluang (opportunities)