Anda di halaman 1dari 8

Daftar Isi

Kata Pengantar ........................................................ Error! Bookmark not defined.


Daftar Isi ................................................................................................................. i
Bab 1 Pendahuluan ............................................................................................... 2
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 2
1.2 Tujuan .......................................................................................................... 2
1.3 Manfaat ........................................................................................................ 2
Bab 2 Pembahasan ................................................................................................ 3
2.1 Nama Penyakit ............................................................................................ 3
2.2 Tanaman Inang........................................................................................... 3
2.4 Gejala Penyakit........................................................................................... 4
2.5 Tanda Penyakit ........................................................................................... 5
2.6 Cara/Teknik Pengendalian........................................................................ 5
Bab 3 Penutup ....................................................................................................... 7
3.1 Simpulan...................................................................................................... 7
3.2 Saran ............................................................................................................ 7
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 8

i
Bab 1
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Kubis (Brassica oleracea var. capitata L.) termasuk family Cruciferae
merupakan tanaman hortikultura yang ditanam di daerah dataran tinggi dengan
ketinggian antara 1000-3000 mdpl. Karena itulah, Malang, Karo, dan
Wonosobo termasuk daerah yang banyak ditanami kubis. Kubis menyukai
tanah yang sarang dan tidak becek. Meskipun relatif tahan terhadap suhu tinggi,
produk kubis ditanam di daerah pegunungan (400 m dpl ke atas) di daerah
tropik.
Penampilan kubis menentukan harga jual, kerap dijumpai petani
(Indonesia) melakukan penyemprotan tanaman dengan insektisida dalam
jumlah berlebihan sebagai cara pengendalian hama dan penyakit. Hama dan
penyakit tanaman adalah semua jenis organisme pengganggu tanaman yang
dapat menimbulkan kerusakan fisik yang dianggap merugikan dan tidak
diinginkan kehadirannya dalam kegiatan bercocok tanam. Penyakit sering
diartikan sebagai bentuk kerusakan fisik tanaman yang disebabkan oleh
organisme tidak kasat mata, yaitu bakteri dan jamur.
Pengendalian merupakan fungsi manajemen untuk memastikan bahwa
kegiatan dilakukan sesuai dengan yang direncanakan. Penyakit pada kubis
menyerang bagian daun, batang dan akar. Oleh karena itu, dalam menanam
tanaman kubis harus dilakukan pengendalian penyakit agar harga jualnya
tinggi.
Berdasarkan hal tersebut untuk membuat makalah dengan judul
“Pengendalian Penyebab Penyakit Pada Tanaman Kubis (Brassica oleracea)”
sebagai salah satu upaya untuk memberitahukan bahwa mengetahui
pengendalian penyakit pada tanaman itu penting.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah dengan judul “Pengendalian Penyebab
Penyakit Pada Tanaman Kubis (Brassica oleracea var. capitata L.)” ini yaitu
sebagai salah satu pemenuhan tugas dari mata kuliah dasar perlindungan
tanaman. Selain itu, tujuan yang lainnya yaitu sebagai penambah pengetahuan
tentang pengendalian penyebab penyakit pada tanaman kubis bagi penulis dan
bagi pembaca.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari makalah dengan judul “Pengendalian Penyebab
Penyakit Pada Tanaman Kubis (Brassica oleracea var. capitata L.)” ini yaitu
agar mengetahui jenis penyakit pada tanaman kubis disertai dengan gejala dan
tanda-tandanya dan juga cara pengendaliannya.

2
Bab 2
Pembahasan

Dalam pembahasan ini akan dikupas hal-hal yang berhubungan dengan


penyakit busuk lunak pada kubis (Brassica oleracea var. capitata L.), gejala, tanda
dan cara pengendaliannya. Untuk itu hal-hal yang dapat dijelaskan adalah sebagai
berikut.
2.1 Nama Penyakit
Busuk lunak(soft rot) atau busuk basah adalah penyakit yang disebabkan
oleh bakteri Erwinia carotovora Syn. Pectobacterium carotovorum. Penyakit
ini merupakan penyakit yang merugikan pada tanaman sayuran, termasuk
kubis dan kerabatnya, baik di lapangan maupun di dalam penyimpanan serta
pengangkutan sebagai penyakit pascapanen (Semangun 1989; Djatnika 1993).
Penyakit ini tersebar umum di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Busuk
basah merupakan penyakit yang penting di Indonesia, Malaysia, Thailand, dan
Filipina.
2.2 Tanaman Inang

Tanaman inang merupakan tanaman yang menjadi tempat hidup dan


berkembangnya tumbuhan atau hewan lain sebagai parasit yang bersifat
merugikan (menurut KBBI). Dalam dunia pertanian, tanaman inang adalah
tanaman lain yang menjadi tempat besembunyi, tempat hidup dan tempat
berkembangbiaknya hama dan penyakit suatu tanaman yang sedang
dibudidayakan. Tanaman inang bisa berupa tanaman/gulma liar atau tanaman
budidaya lainnya. Tanaman inang penyakit busuk basah antara lain ialah kubis,
kubis bunga, kailan, caisim, kentang, tomat, wortel dan tanaman sayuran
lainnya.
2.3 Nama Pest/OPT

Bakteri Erwinia carotovora pv. carotovora (Jones) Dye, 1978, yang


dahulu lazim disebut sebagai Erwinia carotovora (Jones) Holland (Semangun
1989; Djatnika 1993) merupakan bakteri yang menyebabkan penyakit busuk
basah.
Taksonomi dari bakteri Erwinia carotovora adalah :

3
Kingdom : Bakteria
Phylum : Protobacteria
Class : Gammaproteobacteria
Order : Enterobacterialles
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Erwinia
Speceis : Erwinia carotovora
Suhu optimal untuk perkembangan bakteri 27° C. Pada kondisi suhu
rendah dan kelembaban rendah bakteri terhambat pertumbuhannya.Penyebaran
melalui air, pupuk kendang tanah, sisa-sisa tanaman di lapangan dan alat
pertanian. Bakteri busuk lunak mempunyai daerah sebaran yang luas hampir di
seluruh dunia. Di Indonesia terdapat di Sumatera Utara, Sumatera Selatan,
Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi
Selatan.
2.4 Gejala Penyakit
Menurut Semangun (1989) dan Djatnika (1993), gejala yang umum
terdapat pada tanaman kubis dan kerabatnya adalah busuk basah, berwarna
coklat atau kehitaman pada daun, batang, dan umbi. Pembusukan juga terjadi
pada pangkal krop, sehingga krop mudah dilepas dari batang kubis. Pada
bagian yang terinfeksi mula-mula terjadi bercak kebasahan. bercak membesar
dan mengendap (melekuk), bentuknya tidak teratur, berwarna coklat tua
kehitaman. Jika kelembaban tinggi, jaringan yang sakit tampak kebasahan,
berwarna krem atau kecoklatan, dan tampak agar berbutir-butir halus. Di
sekitar bagian yang sakit terjadi pembentukan pigmen coklat tua atau hitam.
Jaringan yang membusuk pada mulanya tidak berbau. Namun, dengan adanya
serangan bakteri sekunder, jaringan tersebut menjadi berbau khas yang
menusuk hidung.

Tanaman di pesemaian juga dapat diserang bakteri busuk lunak yang


dapat menyebabkan kematian dalam waktu relatif singkat. Infeksi bakteri lebih
banyak dijumpai pada tempat penyimpanan atau pada waktu pengangkutan
(pasca panen) dari pada di lapangan. Bakteri busuk lunak merupakan parasit
lemah yang dapat melakukan penetrasi pada inangnya hanya melalui luka
misalnya pada bercak yang diinfeksi oleh patogen lainnya, luka karena gigitan
serangga, atau luka karena alat pertanian yang digunakan untuk memanen
kubis

4
2.5 Tanda Penyakit

Bakteri ini berbentuk batang yang berukuran 0,7 μm x 1,5 μm,


mempunyai bulu cambuk 2,6 peritrich, tidak membentuk spora atau kapsula,
bersifat gram negatif, dan bersifat aerob fakultatif (Semangun 1989). Bakteri
menghasilkan enzim pektinase yang dapat menguraikan pektin (yang berfungsi
untuk merekatkan dinding-dinding sel yang berdampingan). Dengan terurainya
pektin, sel-sel akan lepas satu sama lain. Bakteri bergerak dengan
menggunakan flagela yang terdapat di sekeliling sel bakteri (flagela
peritrichous).
Patologi Erwinia carotovora adalah patogen tanaman yang dapat
meyebabkan kematian sel melalui perusakan dinding sel tanaman dengan
membuat sel secara osmosis mudah pecah. Hal ini bisa terjadi akibat produksi
PCWDE seperti enzim pectic ekstrasellular dan sellulase yang menghancurkan
pektin dan sellulase. Organisme ini dapat menyebabkan penyakit busuk lunak
pada banyak tanaman dan sayuran yang dapat dikenali dengan bau busuk dan
bagian luar yang lembek. Supspesies Erwinia Carotovora subsp. Atroseptica
dapat menyerang kentang yang juga dapat menghasilkan nonribosomal peptide
phytotoxin yang dapat meinduksi nekrosis dengan kebocoran elektrolit pada
permukaan transmembran. Gen Eca1043 pada patogen diduga dapat
mensintesis dalam jumlah besar, protein seperti hemagglutinin, pili and protein
fimbrial untuk ikatan pada inang. Transfer genetik horizontal dari gen yang
meniru tipe empat sekresi dari Agrobacterium tumefaciens dapat berpotensi
patogen karena mutasi dalam gen ini dapat secara negatif meninduksi proses
virulensi.

2.6 Cara/Teknik Pengendalian

Kubis merupakan tanaman hortikultura. Hortikultura adalah cabang dari


pertanian yang terkait dengan penanaman tanaman kebun. Komoditasnya
terdiri dari kelompok tanaman sayuran (vegetables), buah (fruits), tanaman
berkhasiat obat (medicinal plants), tanaman hias (ornamental plants) termasuk
di dalamnya tanaman air, lumut dan jamur yang dapat berfungsi sebagai
tanaman hortikultura. Pada tanaman ini, tentunya banyak OPT yang

5
menyerang. Hal tersebut dapat dikendalikan dengan beberapa cara
pengendalian, yaitu:

1. Pengendalian dengan peraturan. Pengendalian ini dilakukan dengan cara


karantina dan inspeksi. Karantina dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu:
Pemeriksaan, Pengasingan, Pengamatan, Perlakuan, Penahan, Penolakan,
Pemusnahan, dan Pembebasan.
2. Pengendalian secara fisika. Pengendalian ini dapat dilakukan dengan
beberapa cara, yaitu : Perawatan air hangat, Sterilisasi tanah, dan
Pembuatan penghalang/rintangan/pembatas (barrier).
3. Pengendalian secara kultur teknis. Pengendalian ini merupakan suatu
prosedur manipulasi lingkungan tumbuh tanaman sehingga memberikan
efek pengendalian terhadap OPT. Pengendalian ini dapat dilakukan
dengan beberapa cara, yaitu : Pengolahan tanah, Pemupukan, Penggunaan
sistem rotasi tanaman, Pengaturan waktu tanam dan waktu panen yang
tepat, Penggunaan benih dan bahan propagasi yang sehat, Penggunaan
bahan propagasi vegetatif, Penanaman yang higienis, dan Santitasi.
4. Pengendalian secara biologi. Pengendalian ini dapat dilakukan dengan
menggunakan mikroorganisme antagonis atau musuh (predator) alami dari
OPT tersebut.
5. Pengendalian secara kimia. Pengendalian ini dilakukan dengan cara
penyemprotan pestisida. Penggunaan pestisida harus tepat sasaran, tepat
waktu, dan tepat dosis. Pestisida dapat digunakan pada beberapa objek,
seperti: Perawatan tanah dan Penyemprotan tanah.
6. Pengendalian terpadu. Pengendalian ini dilakukan dengan cara
memadukan beberapa cara pengendalian yang ada diatas.
Adapun Machmud (1984) memberikan anjuran sebagai berikut :
1. Sanitasi. Menjaga Kebersihan kebun dari sisa-sisa tanaman sakit sebelum
penanaman.
2. Menanam dengan jarak yang tidak terlalu rapat untuk menghindarkan
kelembaban yang terlalu tinggi, terutama di musim hujan.
3. Pada waktu memelihara tanaman diusahakan untuk sejauh mungkin
menghindari terjadinya luka yang tidak perlu, khususnya pada waktu
menyerang.
4. Pengendalian pasca panen dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Mencucui tanaman dengna air yang mengandung chlorin
b.Mengurangi terjadinya luka pada waktu penyimpanan dan
pengangkutan.
c. Menyimpan dalam ruangan yang cukup kering, mempunyai ventilasi
yang cukup, sejuk dan difumigasinya sebalumnya. Untuk mencuci
tanaman dapat juga di pakai boraks 7,5% (Anom, 1979).

6
Bab 3
Penutup
3.1 Simpulan
Kubis (Brassica oleracea var. capitata L.) termasuk family Cruciferae
merupakan tanaman hortikultura yang ditanam di daerah dataran tinggi dengan
ketinggian antara 1000-3000 mdpl. Kubis merupakan sayuran yang mudah
terkena penyakit, salah satunya yaitu penyakit busuk lunak (Soft rot) atau
busuk basah. Penyakit busuk lunak ini disebabkan oleh bakteri Erwinia
carotovora Syn. Pectobacterium carotovorum yang dimana yang dijadikan
sebagai tanaman inang oleh bakteri ini selain kubis yaitu kubis bunga, kailan,
caisim, kentang, tomat, wortel dan tanaman sayuran lainnya. Penyakit ini
merupakan penyakit yang merugikan pada tanaman sayuran, termasuk kubis
dan kerabatnya, baik di lapangan maupun di dalam penyimpanan serta
pengangkutan sebagai penyakit pascapanen (Semangun 1989; Djatnika 1993).
Penyebaran penyakit ini melalui air, pupuk kendang, tanah, sisa-sisa
tanaman di lapangan dan alat pertanian. Menurut Semangun (1989) dan
Djatnika (1993), gejala yang umum terdapat pada tanaman kubis dan
kerabatnya adalah busuk basah, berwarna coklat atau kehitaman pada daun,
batang, dan umbi. Cara pengendalian mencegah penyakit ini yaitu menjaga
kebersihan kebun dari sisa-sisa tanaman sakit sebelum penanaman, menanam
dengan jarak yang tidak terlalu rapat untuk menghindarkan kelembaban yang
terlalu tinggi, terutama di musim hujan, pada waktu memelihara tanaman
diusahakan untuk sejauh mungkin menghindari terjadinya luka yang tidak
perlu, khususnya pada waktu menyerang.
3.2 Saran
1. Dalam perlakuan pascapanen kubis harus sangat diperhatikan karena
kondisi kubis yang akan dijual menentukan harga jualnya.
2. Dalam penanaman kubis harus menggunakan benih yang unggul, untuk
meminimalisir terjadinya gangguan dari penyakit.
3. Saya menyadari bahwa dalam penyusunan tugas makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan maka dari itu saya mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca yang bersifat membangun.

7
Daftar Pustaka
Dari Buku :
Sastrosiswojo, Sudarwohadi dkk.2005.PENERAPAN TEKNOLOGI PHT pada
Tanaman Kubis.Bandung:Balai Penelitian Tanaman Sayuran
Dari Internet :
.2011.Macam-macam Penyakit Pada Kubis.[daring].Tersedia di:http://
planthospital.blogspot.com/2011/08/macam-macam-penyakit-pada-
kubis.html.[Diakses pada 8 Oktober]
.2020. Kubis.[daring]. Tersedia di: https://id.wikipedia.org/wiki/Kubis.
[Diakses pada 8 Oktober 2020]
.2019.Pengertian, Prinsip Dasar dan Konsep Pengendalian Hama
Terpadu (PHT).[daring].Tersedia di:http://cybex.pertanian.go.id/mobile/
artikel/71510/pengertian-prinsip-dasar-dan-konsep-pengendalian-hama-
terpadu-pht/.[Diakses 9 Oktober 2020]
.2020.Penyakit Busuk Basah .[daring].Tersedia di:https:/mplk.politaniko
e.ac.id/index.php/program-studi/28-manajemen-pertanian-lahan-kering/
informasi-materi-kuliah-praktek1/114-penyakit-busuk-basah.[Diakses
11 Oktober 2020]
Azzamy.2015.Tanaman Inang Hama&Penyakit Pada Tanaman Cabe.[daring].
Tersedia di:https://mitalom.com/tanaman-inang-hama-penyakit-cabe/.
[Diakses 11 Oktober 2020]
Astuti, Dian Tri.2012.IDENTIFIKASI PATOGEN(Erwinia carotovora).Tersedia
di:http://diantrias.blogspot.com/2012/12/erwinia-carotovora.html.
[Diakses 11 Oktober 2020]
Eddyana, Bondan.2013.MAKALAH LAPORAN FIELDTRIP GARUT “HAMA DAN
PENYAKIT TANAMAN WORTEL”.[daring].Tersedia di: https://www.
slideshare.net/RadenBondanEB/makalah69-laporan-kel-5-hama-dan-
penyakit-tanaman-wortel.[Diakses 11 Oktober 2020]
Sidiq, Aj.2020.Pengendalian Penyakit Terpadu pada Tanaman Hortikultura.
Tersedia di:https://www.academia.edu/9210579/Pengendalian_Penyakit
_Terpadu_pada_Tanaman_Hortikultura.[Diakses 12 Oktober 2020]

Anda mungkin juga menyukai