Anda di halaman 1dari 14

KONSEP HUKUM PEMBIAYAAN KONSUMEN DI MASA YANG AKAN DATANG

Oleh: Endang Prasetyawati


Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Email: endang_pras@yahoo.com.

Abstract

The purpose of this research is to explain the concept of law of consumer finance in the future, that
consumer finance is characterized by Indonesia. The method used is normative legal research (legal
research), with the approach of the statute and philosophy. Legal materials used in the study include legal
primary, secondary and tertiary and supported with interviews. Legal material is then analyzed in such a
way and poured in the form of a diskriptif analysis. The results of this research provide consumer finance
law concept bids forward, namely consumer finance are characterized by Indonesia, which are based on
religious, humanitarian, nationality, democracy and social justice. Consumer finance law characterized
by an Indonesia that regulates the equivalence of the position of consumer finance companies and
consumers, legal protection for consumer finance companies as well as consumers, as well as paying
attention to process contracts, and dispute resolution with the approach of the conscience, in the form
of regulation-level legislation, with the hope of better guarantee legal certainty.

Key words: Legal concept, consumer Finance, Future.

Abstrak

Tujuan penelitian ini ialah untuk memamaparkan tentang konsep hukum pembiayaan konsumen di masa
yang akan datang, yaitu pembiayaan konsumen yang bercirikan Indonesia. Metode yang digunakan ialah
metode penelitian hukum normatif (legal research), dengan pendekatan undang-undang (statute approach)
dan pendekatan filsafat (philosophy approach). Bahan hukum yang dipergunakan dalam penelitian ini
meliputi bahan hukum primer, sekunder dan tersier dan ditunjang dengan wawancara. Bahan hukum
kemudian dianalisis sedemikian rupa dan dituangkan dalam bentuk tulisan secara diskriptif analisis. Hasil
penelitian ini memberikan tawaran konsep hukum pembiayaan konsumen ke depan, yaitu pembiayaan
konsumen yang bercirikan Indonesia, yaitu berdasarkan religius, kemanusiaan, kebangsaan, demokrasi
dan keadilan sosial. Hukum pembiayaan konsumen yang bercirikan Indonesia yang mengatur kesetaraan
kedudukan perusahaan pembiayaan konsumen dan konsumen, perlindungan hukum bagi perusahaan
pembiayaan konsumen maupun konsumen, serta memperhatikan proses kontrak, dan penyelesaian
sengketa dengan pendekatan nurani, dalam bentuk peraturan setingkat undang-undang, dengan harapan
lebih memberikan jaminan kepastian hukum.

Kata kunci: Konsep Hukum, Pembiayaan Konsumen, Masa depan.

A. Pendahuluan
yang tergolong dalam lembaga keuangan non
Mengingat kebutuhan dana bagi masyarakat bank (LKNB) ini, yaitu: lembaga pembiayaan,
terus meningkat, maka muncul bentuk-bentuk lembaga perasuransian, lembaga dana pensiun,
penyandang dana selain perbankan. Kehadiran lembaga pegadaian dan lembaga pasar modal
penyandang dana selain perbankan tersebut (capital Market).
ditujuk an untuk membantu pelak u usaha Salah satu jenis usaha pembiayaan dalam
maupun konsumen dalam rangka memenuhi Lembaga pembiayaan,adalah : pembiayaan
kebutuhannya. Lembaga penyandang dana konsumen (consumers finance). Pembiayaan
selain perbankan tersebut merupakan lembaga k onsumen merupak an badan usaha yang
penyandang dana yang lebih fleksibel dan melakukan kegiatan pembiayaan untuk pengadaan
moderat dibanding dengan lembaga perbankan, barang berdasarkan kebutuhan konsumen
yaitu berupa lembaga keuangan non bank (LKNB) dengan sistem pembayaran angsuran atau
dan lembaga pembiayaan. Lembaga keuangan berkala oleh konsumen. Masyarakat seringkali

30 Yustisia Vol.2 No.2 Mei - Agustus 2013 Konsep Hukum Pembiayaan Konsumen ....
menganggap lembaga pembiayaan konsumen dibutuhkan, konsumen adalah pembeli barang
adalah sewa beli, karena membayar secara yang menggunakan jasa pembiayaan itu.
angsuran. Lembaga pembiayaan konsumen pada Atas dasar kepemilikannya, perusahaan
prinsipnya memiliki kesamaan dengan sewa beli pembiayaan konsumen dapat dibedakan menjadi
karena sama-sama membayar barang konsumen 3 (tiga) jenis, yaitu perusahaan pembiayaan
dengan cara angsuran, hanya perbedaannya konsumen yang merupakan anak perusahaan dari
dalam sewa beli tidak ada pihak ketiga yang pemasok barang dan jasa yang akan dibeli oleh
ikut serta dalam pembiayaan. (Zaeni Asyhadie, debitur, perusahaan pembiayaan konsumen yang
2005: 121) Kemajuan di bidang teknologi telah merupakan satu grup usaha dengan pemasok
memacu perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasa yang akan dibeli oleh debitur, dan
produk yang semakin canggih dan beragam. perusahaan pembiayaan konsumen yang tidak
Kelebihan-kelebihan atas suatu produk terbaru mempunyai kaitan kepemilikan dengan pemasok
mendorong masyarakat (konsumen) tergiur barang dan jasa yang akan dibeli oleh debitur. (
untuk memilikinya meskipun barangkali secara Sigit Triandaru dan Totok Budi Santoso, 2006 :204)
finansial dana untuk membelinya tidak mencukupi. Pembiayaan konsumen merupakan lembaga
Bagi masyarakat kelas menengah ke bawah hutang piutang yang cukup banyak di masyarakat.
yang berpenghasilan rendah, hal ini tentu Pembiayaan konsumen ada di wilayah provinsi
merupakan suatu problem tersendiri. Kondisi sampai di kecamatan, tetapi juga cukup banyak
inilah yang antara lain menyebabkan tumbuh dan mempunyai masalah baik dalam tataran filosofis,
berkembangnya lembaga pembiayaan konsumen teoritis maupun normatif.
sebagai salah satu sumber pembiayaan alternatif Pe l a k sa n aa n p e m b ia y aa n k on s u me n
untuk memenuhi kebutuhan konsumen atas rentan akan munculnya ketidakadilan baik bagi
barang-barang konsumtif yang dibutuhkannya konsumen maupun perusahaan pembiayaan
seperti, rumah, mobil, televisi, radio, tape konsumen. Ketidakadilan tersebut muncul
recorder, lemari es, tempat tidur, sepeda motor k arena belum ter ak om odasin ya ber bagai
bahkan juga kebutuhan pokok sehari-hari. kepentingan dalam pembiayaan konsumen oleh
Melalui pembiayaan konsumen, masyarakat suatu hukum, khususnya dalam hal ini adalah
berupa undang-undang. Sebagaimana dipahami
yang tadinya kesulitan untuk membeli barang
hukum merupakan kristalisasi nilai-nilai yang
secara tunai, akan dapat teratasi dengan mudah
terdapat dalam masyarakat, namun demikian
dan cepat. Kemudahan yang diberikan oleh
dalam hukum biasanya nilai-nilai tersebut
lembaga pembiayaan konsumen melebihi
digambarkan sebagai berpasangan, tetapi tidak
kemudahan yang diberikan oleh bank. Lembaga
jarang bersitegang. Nilai-nilai tersebut misalnya:
pembiayaan konsumen memberikan kemudahan,
ketertiban dan ketentraman, kepentingan umum
keringanan, pelayanan yang cepat, waktu yang
dan kepentingan individu, kepastian hukum dan
singkat, prosedur yang tidak birokratis dan tidak keadilan. Ketiada keserasian dan harmonisasi di
berbelit-belit. Kondisi tersebut sangat disukai antara nilai-nilai tersebut yang terdeskripsikan
oleh masyarakat, dan membawa suatu resiko. dalam masyarakat mengganggu tujuan dan
Terciptalah lembaga penyandang dana yang lebih jalannya proses penegakan hukum itu sendiri.
fleksibel dan moderat dari bank, yang dalam hal- Fokus utama pertentangan ini terletak pada
hal tertentu bahkan tingkat resikonya lebih tinggi. persoalan bagaimana hukum positif dengan
(Ade Arthesa dan Edia Handiman, 2006: 248). jaminan kepastian dapat mewujudkan nilai-nilai
Resiko tersebut bukan hanya bagi konsumen moral, khususnya keadilan yang dijunjung tinggi
saja tetapi juga bagi lembaga pembiayaan oleh masyarakat dan bentuk keadilan apakah
konsumen. Tidak berarti bahwa bisnis pembiayaan yang diharapkan dan atau seharusnya menjadi
konsumen ini tidak punya risiko sama sekali. landasan dalam hukum positif. (Endang Sutrisno,
Sebagai suatu pemberian kredit, risiko tetap 2007: 28)
ada. Macetnya pembayaran tunggakan oleh P e m b i a ya a n k o n s u m e n l a h i r k a r e n a
konsumen merupakan hal yang sering terjadi. adanya asas kebebasan berkontrak. Sumber
(Munir Fuady,2002: 161) dari kebebasan berkontrak adalah kebebasan
Para pihak yang terkait dalam aktivitas individu, yang memiliki makna bahwa setiap
pembiayaan konsumen adalah perusahaan individu memiliki kebebasan berkontrak dan
pembiayaan konsumen, supplier, dan konsumen. membuat kontrak dengan didasarkan pada adanya
(Ade Maman Suherman, 2004: 267) Perusahaan asas konsensualisme. Asas konsensualisme
pembia yaan k onsumen member ik an jasa menentukan bahwa tanpa adanya kesepakatan
pembiayaan, supplier menyediakan barang yang dari kedua belah pihak, kontrak yang dibuat dapat

Yustisia Vol.2 No.2 Mei - Agustus 2013 Konsep Hukum Pembiayaan Konsumen .... 31
dibatalkan. Orang tidak dapat dipaksa untuk hukum bisnis akan menjadi kebutuhan yang tidak
memberikan sepakatnya. Sepakat yang diberikan terelakkan sebagai pedoman fundamental.
dengan paksa disebut dengan contradictio Fungsi hukum adalah untuk mengatur
intermini, yang pada dasarnya menunjukkan hubungan antara negara atau masyarakat dengan
bahwa adanya paksaan itu sama dengan tidak warganya dan hubungan antar manusia, agar
adanya sepakat. Yang mungkin dilakukan oleh supaya kehidupan di dalam masyarakat berjalan
pihak lain adalah untuk memberikan pilihan dengan lancar dan tertib. Tugas hukum adalah
kepadanya, yaitu untuk setuju mengikatkan diri untuk mencapai kepastian hukum (demi adanya
pada perjanjian yang dimaksud, atau menolak ketertiban) dan keadilan di dalam masyarakat.
mengikatkan diri pada perjanjian dengan akibat (Soerjono Soekanto, 1983: 55) Kepastian hukum
transaksi yang diinginkan tidak terlaksana atau mengharuskan diciptakannya peraturan-peraturan
take it or leave it. (Sutan Remy Sjahdeini, 1993: umum atau kaedah-kaedah yang berlaku umum.
65) Agar supaya tercipta suasana yang aman dan
Kebebasan berkontrak dalam pengertian tenteram di dalam masyarakat maka peraturan-
sebagai kebebasan berkontrak yang murni peraturan termaksud harus ditegakkan serta
memiliki arti bahwa para pihak yang kedudukannya dilaksanakan dengan tegas.
seimbang sepenuhnya praktis tidak ada, selalu ada Lembaga pembiayaan yang lebih fleksibel
pihak yang lebih lemah dari pihak yang lain. Kondisi dan moder at ter sebut memerluk an suatu
di atas, dalam ilmu hukum disebut dengan misbruik payung hukum dalam menjalankan aktivitasnya,
van omstandigheden atau penyalahgunaan sekaligus untuk mengatasi permasalahan apabila
kesempatan atau penyalahgunaan keadaan. terjadi sengketa di antara para pihak. Lembaga
Salah satu keadaan yang dapat disalahgunakan pembiayaan, sampai sekarang hanya diatur
ialah adanya kekuasaan ekonomi (economish dalam:
over w i cht) pad a s al ah satu p ih ak , ya ng 1). Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988
mengganggu keseimbangan antara kedua belah tentang Lembaga Pembiayaan, yang kemudian
pihak. Adanya kehendak yang bebas untuk dicabut dengan Peraturan Presiden Nomor 9 tahun
memberikan persetujuan yang merupakan salah 2009 tentang Lembaga Pembiayaan;
satu syarat bagi sahnya suatu persetujuan pada 2). Keputusan Menteri Keuangan Republik
akhirnya menunjukkan tidak ada kehendak yang Indonesia No.1251/KMK.013/1988 tentang
bebas atau ada kehendak yang cacat. Ketentuan dan Tata cara Pelaksanaan Lembaga
Perkembangan ekonomi masyarakat yang Pembiayaan juncto Keputusan Menteri Keuangan
begitu pesat mengharuskan hukum dapat Repubik Indonesia No. 468/KMK.017/1995
mengikuti perkembangan tersebut secara tentang Perubahan Keputusan Menteri Keuangan
seimbang agar dapat mendukung kebutuhan No. 1251/KMK.013/1988;
hukum dalam masyarakat. Keterhubungan hukum 3). Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/
dan masyarakat tersebut diikuti pula dengan PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan;
hubungan hukum dan ekonomi yang sering
4). Peraturan Menteri Keuangan Nomor
digambarkan bahwa hukum berkejar-kejaran
30/PMK.010/2010 tentang Penerapan Prinsip
dengan ekonomi. Keadaan tersebut memunculkan
Mengenal Nasabah Bagi Lembaga Keuangan Non
kebutuhan akan peraturan-peraturan hukum
Bank.
yang melingkupi semua kegiatan ekonomi, atau
yang dimaksud sebagai hukum ekonomi. Saat Aturan tersebut hanya merupakan pengaturan
ini peraturan dalam bidang hukum ekonomi secara administratif, sedangkan aturan substantif
dapat dikatakan masih sangat kurang dan belum belum ada. Hal tersebut menimbulkan kesulitan
memadai, sebagai contoh keberlakuan hukum apabila terjadi pelanggaran dari salah satu pihak,
perjanjian dalam lembaga pembiayaan konsumen. karena belum adanya aturan khusus dalam
Lembaga Pembiayaan Konsumen.
Seiring dengan meningkatnya transaksi
bisnis, baik yang bersifat lokal, nasional, regional Aturan hukum yang ada mengenai
maupun global ini sudah barang tentu akan pembiayaan konsumen selama ini hanya berupa
aturan administratif, baik yang berupa Peraturan
membawa konsekuensi perlunya aturan main
Presiden dan Keputusan Menteri Keuangan.
(rule of the game) yang berupa regulasi yang
dapat menjamin kontinuitas aktivitas dunia Aturan Substantif pembiayaan konsumen berdasar
usaha itu sendiri secara adil dan pasti. (Ade pada Buku III Burgerlijk Wetboek/Kitab Undang-
Maman Suherman, 2004: 1). Demi terciptanya Undang Hukum Perdata (selanjutnya disingkat
keteraturan dan kepastian dalam mengakomodasi KUH Perdata) tentang Perikatan khususnya
bersumber pada pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata
berbagai kepentingan para pelaku bisnis, maka
tentang kebebasan berkontrak.

32 Yustisia Vol.2 No.2 Mei - Agustus 2013 Konsep Hukum Pembiayaan Konsumen ....
Proses kontrak dalam pembiayaan konsumen dikarenakan konsumen sudah semakin
seharusnya melalui tiga tahapan yaitu, tahap pra pandai sehingga mampu memanfaatkan
kontrak, tahap kontrak, dan tahap pasca kontrak. kelemahan-kelemahan pihak perusahaan
Banyak faktor yang dapat memberikan indikasi pembiayaan konsumen. Misalnya Konsumen
tentang adanya penyalahgunaan kekuasaan mempelajari isi kontrak dan konsumen
ekonomi, dalam tahap pra kontrak dan tahap menemukan kelemahan dari isi kontrak yaitu,
kontrak dari pihak perusahaan pembiayaan misalnya, “Yang menggugurkan wanprestasi
konsumen sedangkan dalam tahap pasca kontrak adalah dikembalikannya satu unit barang”,
perusahaan pembiayaan konsumen dalam posisi maka yang terjadi konsumen mengembalikan
lemah. Proses kontrak pembiayaan konsumen barang dalam keadaan sudah tidak sesuai
yang ada adalah sebagai berikut: dengan aslinya, karena bagian-bagian tertentu
sudah ditukar. Perusahaan pembiayaan
1. Tahap Pra kontrak
konsumen saat ini juga membutuhkan
Kontrak dalam pembiayaan konsumen perlindungan hukum, karena konsumen
adalah berbentuk standard contract (kontrak jaman sekarang tidak bodoh ataupun berada
baku). Pada tahap pra kontrak, konsumen pada posisi yang lemah seperti anggapan
sama sekali tidak diperhitungkan. Konsumen selama ini. Menguraikan tahapan dalam
ti d ak me m p u n ya i k es e m p at a n u n tu k kontrak, maka pada tahap pasca kontrak,
melakukan tawar menawar, begitu juga perusahaan pembiayaan konsumen berada
informasi yang diperoleh oleh konsumen pada posisi lemah, mengingat konsumen
sangat minim. saat ini telah pandai bersiasat dan membuat
2. Tahap Kontrak perhitungan-perhitungan untuk keuntungan
pribadinya.
Berlakunya standard contract (kontrak
bak u) dalam pembia yaan k onsumen, Berdasarkan uraian di atas menunjukkan
mengakibatkan kontrak tersebut banyak bahwa dalam pembiayaan konsumen bukan hanya
sekali mengandung kelemahan-kelemahan. konsumen saja yang memerlukan perlindungan
Kelemahan-kelemahan tersebut antara lain, hukum tetapi juga perusahaan pembiayaan
pihak yang disodori kontrak tidak mempunyai konsumen. Mengenai perlindungan konsumen,
banyak kesempatan untuk mengetahui isi Pemer intah Indones ia telah member ik an
kontrak tersebut, apalagi ada kontrak yang pengaturan secara umum melalui Undang-undang
ditulis dengan huruf-huruf yang sangat kecil. Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Beberapa syarat-syarat yang diperjanjikan Konsumen. Hanya saja pengaturan perlindungan
ada yang tidak masuk akal atau yang yang diberikan adalah bersifat lebih umum, dan
tidak patut atau bertentangan dengan belum menjamin perlindungan hukum bagi para
konsep perikemanusiaan atau on redelijke pihak dalam pembiayaan konsumen.
contractsvoorwaarden atau unfair contract Bentuk jaminan dalam lembaga pembiayaan
terms, yang menempatkan pihak konsumen konsumen seharusnya adalah fidusia, sesuai
dalam keadaan tertekan atau dwang positie. dengan Undang-undang No. 42 Tahun 1999
Munculnya keadaan yang menempatkan tentang Fidusia. Secara eksplisit ketentuan Pasal
konsumen pada kondisi tidak ada pilihan lain 11 Undang-undang No. 42 Tahun 1999 tentang
kecuali mengadakan kontrak dengan syarat- Fidusia, menyatakan bahwa: untuk memberikan
syarat yang memberatkan, maka terdapat kepastian hukum pasal tersebut mewajibkan
keadaan di mana nilai dan hasil kontrak benda yang dibebani dengan jaminan fidusia
tersebut sangat tidak seimbang apabila didaftarkan pada kantor pendaftaran fidusia.
dibandingkan dengan prestasi timbal balik Menurut Pasal 14 ayat (3) UU No. 42 Tahun 1999,
dari para pihak. Misalnya, besarnya denda maka fidusia oleh undang-undang dianggap lahir
maupun besarnya bunga yang harus dibayar pada saat yang sama dengan dicatatnya jaminan
oleh konsumen. fidusia dalam buku daftar fidusia. Adapun bukti
pendaftaran fidusia yang diterima penerima
3. Tahap pasca kontrak
fidusia sebagai hak memiliki fidusia diserahkan
Berkaitan dengan tahap pasca kontrak, kepadanya dokumen yang disebut sertipikat
maka dapat ditunjukkan dengan keadaan jaminan fidusia. Fakta empiris yang ada dalam
saat ini, yang menunjukkan adanya fenomena hal pembiayaan konsumen yang objeknya berupa
baru. Fenomena tersebut yaitu melemahnya mobil, apabila konsumennya adalah badan hukum,
kedudukan atau posisi perusahaan dan pembiayaan dalam jumlah besar, maka bentuk
pembiayaan konsumen. Keadaan tersebut jaminannya beragam. Jaminan tersebut ada

Yustisia Vol.2 No.2 Mei - Agustus 2013 Konsep Hukum Pembiayaan Konsumen .... 33
yang berupa jaminan fidusia dengan tambahan hukum yang dipergunakan dalam penelitian ini
hak tanggungan, jaminan fidusia terhadap meliputi bahan hukum primer terdiri dari peraturan
aset benda bergerak yang lain (bukan obyek perundang-undangan, yang berkaitan dengan
pembiayaan), jaminan cessie dan sebagainya. pembiayaan konsumen. Bahan hukum sekunder
Tidak adanya keseragaman mengenai jaminan adalah semua publikasi tentang hukum yang
tersebut mencerminkan adanya ketidak pastian bukan merupakan dokumen-dokumen resmi,
sehingga memungkinkan timbulnya persaingan antara lain, diperoleh dari buku teks, jurnal jurnal,
curang. Sesuai dengan Pasal 26 UU No. 42 Tahun pendapat para sarjana, putusan pengadilan,
1999, maka pada saat konsumen telah melunasi hasil laporan penelitian dan hasil-hasil seminar/
pinjaman seharusnya, lembaga pembiayaan lokakarya/simposium yang dilakukan oleh para
konsumen memintakan pencoretan jaminan ke pakar yang terkait dengan pembahasan ( Ronny
kantor pendaftaran fidusia, namun hal ini tidak Hanintijo Soemitro, 1988: 24) tentang pembiayaan
dilakukan oleh lembaga pembiayaan konsumen konsumen. Bahan hukum tersier diperoleh dari
sehingga menimbulkan kerugian bagi konsumen. kamus, ensiklopedia, wawancara dan lain-lain.
Hal ini membutuhkan perhatian khusus dalam (Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2001:
pembaharuan hukum nasional, guna tercapainya 14-15).
suatu perlindungan hukum bagi para pihak dalam Disamping itu dilak uk an w awancara
pembiayaan konsumen untuk keadilan, kepastian dengan pihak-pihak yang terkait , yaitu PT.
hukum dan kemanfaatan, serta mengingat Federal International Finance dan PT. Adira
pembiayaan konsumen merupakan lembaga Finance. Wawancara ini dibutuhkan untuk
utang piutang yang cukup besar di Indonesia, menjelaskan dan memahami proses bekerjanya
namun belum ada peraturan setingkat undang- hukum yang berlaku (ius operatum) secara
undang yang memayunginya. kontekstual, termasuk kendala-kendala dan upaya
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di mengatasinya, dalam melindungi para pihak
atas, maka rumusan masalah yang dikemukakan dalam pembiayaan konsumen yang bergerak
ad a l a h : B a g a i m a n ak a h k on s ep h u k u m dalam bidang pembiayaan terhadap, sepeda
pembiayaan konsumen yang memberikan rasa motor. Proses analisa bahan-bahan hukum
keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan di dimulai dari peraturan perundang-undangan
masa yang akan datang? maupun peraturan lain yang mengatur tentang
pembiayaan konsumen dengan cara mencari
substansi berupa ketentuan-ketentuan yang
B. Metode Penelitian
mengatur berlakunya kontrak dalam pembiayaan
Penelitian ini menggunakan metode penelitian konsumen. Di samping itu proses analisa juga
hukum normatif, yaitu sebagai salah satu kajian dilakukan terhadap substansi bahan hukum
yang dikenal umum dalam bidang ilmu hukum berupa dokumen putusan-putusan pengadilan
untuk mengkaji substansi hukum positifnya secara yang mengatur tentang penyelesaian sengketa
tekstual (tidak hanya terhadap norma-norma, tetapi tentang kontrak dalam pembiayaan konsumen.
juga asas-asas, bahkan nilai-nilai yang terkandung Pengkajian (analisis) dilakukan secara yuridis
di dalamnya) yang sifatnya memberikan keadilan, kualitatif, yaitu analisis hukum yang mendasarkan
kepastian dan kemanfaatan dalam pembiayaan atau bertumpu pada penalaran hukum (legal
konsumen. (Sugijanto Darmadi, 1988: 66). reasoning) dan argumentasi hukum (legal
Berkaitan dengan jenis penelitian hukum argumentation) secara runtut dengan ciri-ciri: (a)
normatif yang menjadi acuan, maka pendekatan positivitas, yakni hukum yang harus memiliki
yang digunakan, pendekatan undang-undang otoritas atau kewenangan; (b) koherensi, hukum
(statute approach), pendekatan undang-undang harus dilihat dalam kaitannya dengan aspek-aspek
digunakan untuk menelaah semua undang- lain sebagai tatanan kehidupan masyarakat; (c)
undang dan aturan-aturan yang berkaitan dengan keadilan, hukum harus berisi nilai-nilai filosofis
pembiayaan konsumen. Pendekatan filsafat yang digunakan untuk mengatur hubungan
(philosophy approach), pendekatan filsafat untuk antarmanusia. (Jazim Hamidi)
memperjelas eksistensi dan perkembangan konflik
nilai (keadilan dan kepastian) dalam pembiayaan
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan
konsumen, sehingga pada akhirnya dapat
ditemukan dan dikembangkan konsep hukum 1. Konsep Hukum Pembiayaan Konsumen
yang dicita-citakan (ius constituendum) tentang Yang bercirikan Indonesia
pembiayaan konsumen yang memenuhi unsur Norma hukum pembiayaan konsumen
keadilan, kepastian dan kemanfaatan. Bahan tidak hanya diharapkan mewujudkan keadilan,

34 Yustisia Vol.2 No.2 Mei - Agustus 2013 Konsep Hukum Pembiayaan Konsumen ....
tetapi juga harus mampu merefleksikan dipatuhi setiap orang tanpa mempedulikan
integritas moral. Dalam rangka mewujudkan sanksi meski tidak ditetapkan penguasa.
idealisme tersebut, pembentukan hukum Kemauan baik harus dinilai baik pada dirinya
harus disusun dengan menggunakan acuan sendiri terlepas dari apapun. Kemauan yang
yang sesuai dengan cita bangsa Indonesia. baik yaitu syarat mutlak untuk bertindak
Pembaharuan hukum harus ditempuh dengan secara moral. (Immanuel Kant, 1998: 23).
pendekatan yang berorientasi pada kebijakan Kata moral tersebut banyak kaitannya dengan
(policy oriented approach) dan sekaligus agama, hukum, termasuk adat. Moral dengan
pendekatan yang berorientasi pada nilai agama mempunyai hubungan erat dalam
(value oriented approach). (Barda Nawawi praktik kehidupan. Motivasi terpenting dan
Arif, 2005: 4). Bertolak dari pemikiran tersebut terkuat bagi perilaku moral yaitu agama.
di atas maka penyusunan konsep undang- Semua perbuatan boleh atau tidak boleh
undang hukum pembiayaan konsumen dilakukan karena agama atau adat melarang
tidak dapat dilepaskan dari kebijakan atau hal itu bertentangan dengan kehendak
sistem pembangunan hukum nasional yang Tuhan. Apa yang dinyatakan baik oleh agama,
berlandaskan Pancasila sebagai nilai-nilai hukum, dan adat secara moral akan baik dan
berkehidupan kebangsaan yang dicita- sebaliknya, apa yang dinyatakan tidak baik
citakan, yang di dalamnya mengandung oleh agama, hukum dan adat merupakan
keseimbangan nilai: perbuatan tercela.
1. moral religius (Ketuhanan) Setiap agama, mengandung ajaran
2. kemanusiaan (humanistik) moral, meski mempunyai ukuran yang tidak
3. kebangsaan terlalu berbeda. Keadilan menurut ajaran
4. demokrasi Islam dapat diartikan sebagai kewajaran.
5. keadilan sosial. Keadilan menurut ajaran Islam juga harus
dilihat dari itikad atau niatnya, kemudian
Oleh karena itu dalam upaya menyusun dilihat dari prosesnya dan tujuannya. Karena
konsep pembaharuan hukum pembiayaan itu didalam pembiayaan konsumen ketiga
konsumen perlu dilakukan pengkajian hal tersebut harus terpenuhi, begitu juga
dan penggalian nilai-nilai yang hidup di kewajaran dalam pembiayaan konsumen
masyarakat yaitu nilai-nilai religius maupun harus terpenuhi. Misalnya, denda, maupun
nilai-nilai budaya/adat. Kata “moral” berasal keuntungan yang diperoleh perusahaan
dari bahasa Latin mos jamaknya mores yang pembiayaan konsumen harus dalam batas
berarti kebiasaan dan adat. Secara etimologi, kewajaran.
moral berarti nilai-nilai atau norma-norma Menurut konteks agama, kesalahan
yang menjadi pegangan bagi seseorang atau moral yaitu dosa. Artinya, orang beragama
suatu kelompok dalam mengatur tingkah merasa bersalah dihadapan Tuhan karena
lakunya. Moralitas, pengertiannya lebih melanggar perintah-Nya. Menurut filsafat
abstrak yaitu sifat moral atau keseluruhan moral, kesalahan moral berupa pelanggaran
asas dan nilai yang berkenaan dengan prinsip etis yang seharusnya dipatuhi.
baik dan buruk. (K. Bertens, 2000:7). Moral Kesalahan moral pada dasarnya adalah
merupakan aturan mengenai sikap dan sebuah inkonsistensi rasional. Agama
perilaku manusia sebagai manusia. Moral sebagai dasar moralitas. Namun demikian,
menyangkut aturan tentang baik atau buruk, moralitas bukan merupakan monopoli orang
adil tidaknya tindakan, dan perilaku manusia beragama. Baik dan buruk tidak hanya dimiliki
sejauh dilihat dari segi manusia. Norma moral orang beragama.
meletakkan dasar dan tolok ukur penilaian Sementara moral dengan hukum memiliki
atas perilaku seseorang sebagai penghayatan keterkaitan erat. Hukum membutuhkan
hidupnya atau kaitannya dengan profesi yang moral. Pada masa kekaisaran Roma sudah
diembannya. Moral berkaitan dengan hal-hal dikenal pepatah quid leges sine moribus.
yang mempunyai atau dianggap mempunyai Maksudnya, apa artinya undang-undang jika
konsekuensi serius bagi kesejahteraan, tidak disertai moralitas. Hukum tidak berarti
kebaikan, dan kehidupan manusia. Moral banyak kalau tidak dijiwai moralitas. Tanpa
merupakan pedoman tingkah laku agar tidak moralitas, hukum akan kosong. Kualitas
merugikan orang lain. Moral juga merupakan hukum sebagian besar ditentukan mutu
cermin, ekspresi, dan harapan masyarakat moralnya. Karena itu, hukum harus diukur
mengenai apa yang baik dan apa yang buruk. dengan norma moral. Moral membutuhkan
Moral sebagai norma diharapkan dapat

Yustisia Vol.2 No.2 Mei - Agustus 2013 Konsep Hukum Pembiayaan Konsumen .... 35
hukum sebagai manifestasi nilai moral. Jika norma dan kebudayaan umumnya. Potensi
tidak diungkapkan dan dilembagakan akan kemanusiaan dimiliki oleh semua manusia
tidak berarti. Meski demikian, tidak berarti di dunia, tanpa memandang ras, keturunan
seluruh moral dirumuskan dalam undang- dan warna kulit, serta bersifat universal.
undang sebab terdapat perbedaan antara Kemanusiaan yang adil dan beradab bagi
hukum dengan moral. bangsa Indonesia bersumber pada ajaran
Usaha untuk melaksanakan hukum guna Tuhan Yang Maha Esa yakni sesuai dengan
menegakan keadilan di antaranya meletakkan kodrat manusia sebagai ciptaanNya. Hal ini
hukum dalam potensi yang relevan walaupun selaras dengan : Pembukaan UUD NRI 1945
tidak dapat dilepaskan dari persepsi subjek alinea pertama dan Pasal 27, 28, 29, 30 dan
hukum tentang keadilan sebagai suatu 31 UUD NRI 1945.
gagasan yang berlaku umum. Hal itu dikatakan Demokrasi Indonesia harus memihak
karena setiap pribadi memiliki hati nurani yang pada demokrasi sosial, suatu pemihakan
berperan sebagai instansi moral yang mampu politik yang menjunjung tinggi pada cita-cita
memandang sesuatu sebagai kebenaran atau keadilan dan bukan sekedar kebebasan. Suatu
kesalahan. Axioma itulah yang menjadi dasar demokrasi yang mencari dan menggalang
bagi Rawls untuk mengasumsikan bahwa kekuatan untuk mencapai konsensus politik.
......in a well ordered society, one effectively Demokrasi bukan masalah prosedural
regulated by a shared conception of justice, melainkan alat politik untuk menjunjung
there is also a public understanding as to dan melaksanakan cita-cita kolektif tentang
what is just and u njust. Kesamaan asumsi keadilan sosial.
itu yang menjamintegaknya ‘a well-ordered “Dasar demokrasi ekonomi tercantum
society, tetapi sebaliknya a well-ordered dalam Pasal 33 UUDNRI 1945, yaitu produksi
society tidak niscava memajukan a shared dikerjakan oleh semua untuk semua di bawah
conception of justice, misalnya ketertiban pimpinan atau pemilikan anggota-anggota
itu dipaksakan oleh suatu diktatoran. Setiap masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah
masyarakat yang normal memiliki perasaan yang diutamakan, bukan kemakmuran orang
keadilan yang relatif merata terhadap bentuk- seorang. Sebab itu perekonomian disusun
bentuk perilaku yang adil atau tidak adil. sebagai usaha bersama berdasar atas asas
Persoalannya adalah dalam masyarakat yang kekeluargaan. Bangun perusahaan yang
sedang kacau. Rasa keadilan itu mengalami sesuai dengan itu ialah koperasi”. (Revrisond
distorsi sehingga apa yang dianggap tidak Baswir, 2006: 1)
adil oleh yang satu, dianggap wajar oleh Selain merupakan dasar demokrasi
yang lain dan sebaliknya. Keadilan moral Pancasila, Pasal 33 UUDNRI 1945 juga
tidak saja dituntut oleh konsumen tetapi juga merupakan konsep keadilan sosial. Pasal 33
perusahaan pembiayaan konsumen, ketika UUDNRI memuat ketentuan:
mengadakan kontrak pembiayaan konsumen. 1. Perekonomian disusun sebagai usaha
Kemanusiaan berasal dari kata manusia, bersama atas asas kekeluargaan.
yakni makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, 2. Cabang-cabang produksi yang penting
yang memiliki potensi, pikir, rasa, karsa dan bagi negara dan yang menguasai hajat
cipta. Karena potensi ini manusia mempunyai, hidup orang banyak, dikuasai oleh
menempati kedudukan dan martabat yang negara.
tinggi. Kata adil mengandung makna bahwa
3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang
suatu keputusan dan tindakan didasarkan
terkandung di dalamnya dikuasai oleh
atas ukuran/norma-norma yang obyektif, dan
negara dan dipergunakan untuk sebesar-
tidak subyektif, sehingga tidak sewenang-
besar kemakmuran rakyat.
wenang. Kata beradab berasal dari kata adab,
artinya budaya. Jadi adab mengandung arti 4. Perekonomian nasional diselenggarakan
berbudaya, yaitu sikap hidup, keputusan berdasar atas demokrasi ekonomi
dan tindakan yang selalu dilandasi oleh dengan prinsip kebersamaan, efisiensi
nilai-nilai budaya, terutama norma sosial dan berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian, serta dengan
kesusilaan/moral. Kemanusiaan yang adil dan
beradab mengandung pengertian adanya menjaga keseimbangan kemajuan dan
kesadaran sikap dan perbuatan manusia kesatuan ekonomi nasional.
yang didasarkan kepada potensi budi nurani Bila dicermati isi dari Pasal 33 ayat
manusia dalam hubungannya dengan norma- (4) UUDNRI 1945 tersebut di atas maka

36 Yustisia Vol.2 No.2 Mei - Agustus 2013 Konsep Hukum Pembiayaan Konsumen ....
Indonesia mempunyai sistem demokrasi pada 22 Juni 1945. Konsep kesejahteraan
ekonomi yang mempunyai karakter khusus sosial diubah menjadi keadilan sosial dan
yaitu adanya pengakuan hak individu dan urutannya dari sila keempat berubah menjadi
pengakuan hak komunal/bersama yang sila kelima. (Ign Gatut Saksono: 3-4)
seharusnya dijadikan acuan bagi sistem Upaya mewujudkan keadilan sosial di
perekonomian nasional. Karena demokrasi Indonesia tercermin dalam Tap MPR No. vII
ekonomi inilah yang semestinya paling cocok Tahun 2001 tentang visi Indonesia Masa
dengan bangsa Indonesia karena sesuai Depan, yang menyatakan : “visi Indonesia
dengan ideologi bangsa dan tujuan bangsa 2020 adalah terwujudnya masyarak at
yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang religius, manusiawi, bersatu,
Indonesia. demokratis, adil, sejahtera, maju, mandiri
Keadilan sosial merupakan kewajiban serta baik dan bersih dalam penyelenggaraan
yang keras, tidak mengusahakan keadilan negara”. Konsep keadilan dan kesejahteraan
sosial sama dengan membiarkan dalam visi ini dipisah dan dibuat indikator-
ketidakadilan. Bersikap adil merupakan suatu indikator untuk mengukur tingkat
tuntutan moral, dasar moralitas manusia mulai keberhasilannya.
dengan kesediaan untuk selalu bertindak
Indikator untuk adil adalah:
adil. (Franz Magnis Suseno, 1987: 330).
Keadilan sosial merupakan keadilan yang 1. Tegaknya hukum yang berkeadilan tanpa
pelaksanaannya tergantung dari struktur- diskriminasi;
struktur proses ekonomis, politis, sosial, 2. Terwujudnya institusi dan aparat hukum
budaya dan ideologis dalam masyarakat. yang bersih dan profesional;
Struktur-struktur itu merupakan struktur- 3. Terwujudnya penegakan HAM;
struktur kekuasaan dalam dimensi utama 4. Terwujudnya keadilan gender;
kehidupan masyarakat yang susunannya 5. Terwujudnya budaya penghargaan dan
menentukan kedudukan masing-masing kepatuhan terhadap hukum;
golongan sosial, apa yang mereka masukkan
6. Terwujudnya keadilan dalam distribusi
dan apa yang mereka peroleh dari proses-
pendapatan, sumber daya ekonomi
proses itu. Masyarakat merupakan proses
dan penguasaan aset ekonomi, serta
yang mengalir terus menerus menurut
hilangnya praktek monopoli;
struktur-struktur kekuasaan.
7. Tersedianya peluang yang lebih besar
Mewujudkan keadilan sosial bisa jadi
bagi kelompok ekonomi kecil, penduduk
mengubah struktur ekonomis, politis, sosial,
miskin dan tertinggal.
budaya dan ideologis yang menyebabkan
segolon gan or ang tidak memper oleh Indikator untuk sejahtera adalah:
haknya sebagaimana yang seharusnya. 1. Meluasn ya k esempatan k erja dan
Ketidakadilan struktural nampak apabila meningkatnya pendapatan penduduk
segolongan orang atau kelas-kelas sosial sehingga bangsa Indonesia menjadi
tertentu, tertimpa ketidakadilan. Bila satu sejahtera dan mandiri;
kelas dalam keseluruhannya, misalnya
2. Meningkatnya angka partisipasi murni
konsumen dalam pembiayaan konsumen
anak usia sekolah;
tidak memperoleh keadilan, maka hal tersebut
tidak semata-mata karena sikap pelaku usaha 3. Terpenuhinya sistem pelayanan umum
pembiayaan konsumen yang salah, namun bag i s el ur u h la p i sa n ma s yar ak at
juga dipengaruhi oleh struktur-struktur yang termasuk pelayanan kepada penyandang
menguasai lalu lintas ekonomi nasional cacat dan usia lanjut, seperti pelayanan
bahkan internasional, dan secara tidak transportasi, komunikasi, penyediaan
langsung juga struktur kekuasaan politik, energi dan air bersih.
sosial, budaya dan ideologi yang dianut. 4. Tercapainya hak atas hidup sehat
Keadilan sosial dalam konteks Indonesia bag i s el ur u h la pi s an ma s yar ak at
berasal dari pidato Soekarno pada 1 Juni termasuk melalui sistem kesehatan
1945 dalam sidang BPUPKI yang menyatakan yang dapat menjamin terlindunginya
“kesejahteraan sosial” (bukan keadilan sosial) masyarakat dari berbagai resiko yang
sebagai dasar negara yang keempat. Konsep dapat mempengaruhi kesehatan dan
tersebut dirumuskan kembali oleh Panitia tersedianya pelayanan kesehatan yang
Sembilan yang menghasilkan Piagam Jakarta bermutu, terjangkau dan merata;

Yustisia Vol.2 No.2 Mei - Agustus 2013 Konsep Hukum Pembiayaan Konsumen .... 37
5. Meningkatnya indeks pengembangan Perdata. Menurut Joyodigoeno, itikad baik
manusia yang menggambarkan keadaan digunakan pada saat akan membuat perjanjian/
ekonomi, pendidikan, dan kesehatan kontrak. Artinya sejak semula para pihak
secara terpadu. harus mempunyai sikap yang jujur (beritikad
6. Terwujudnya keamanan dan rasa aman baik sudah ada pada mulanya). Orang yang
dalam masyarakat. menganggap beritikad buruk maka yang
menuduh tersebut harus membuktikannya.
Penerapan sila keadilan sosial dan (HR. Daeng Naja. 2006:13).Asas moral dan
Pancasila terdapat dalam UU No. 25/2000 asas kepatutan terdapat dalam Pasal 1339
tentang Program Perencanaan Nasional KUH Perdata. Asas moral adalah faktor-
(Propenas) maupun dalam UU No. 25/2004 faktor yang memberikan motivasi pada yang
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan bersangkutan untuk melakukan perbuatan
Nasional serta dalam Rencana Pembangunan hukum berdasarkan pada kesusilaan (moral),
Jangka Panjang (RPJP) 2005-2025. sebagai panggilan dari hati nuraninya,
Tu g a s d a n t u j u a n n e g a r a u n t u k sedangkan asas kepatutan berkaitan dengan
mewujudkan keadilan sosial semakin sulit ketentuan mengenai isi perjanjian.
dalam era globalisasi neoliberal karena Berdasarkan ketentuan tersebut di atas
masyarakat dan ekonomi tumbuh dalam maka seharusnya berdasarkan asas itikad
sistem kapitalisme, yang mengakibatkan baik, asas moral dan asas kepatutan kontrak
semakin tampak kesenjangan ekonomi kuat pembiayaan konsumen memperhatikan
dan ekonomi lemah. Penindasan ekonomi kesetaraan kedudukan para pihak dalam
kuat terhadap ekonomi lemah dengan perjanjian yang sebenarnya di dalam hukum
mengambil keuntungan sebesar-besarnya kontrak juga sudah diatur yaitu yang biasanya
sehingga menimbulkan ketidakserasian dan disebut dengan asas persamaan hukum.
menimbulkan kecurangan-kecurangan dari Asas ini menempatkan para pihak di dalam
masing-masing pihak untuk mendapatkan persamaan derajat, tidak ada perbedaan,
keuntungan bagi masing-masing pihak walaupun ada perbedaan kulit, bangsa,
tersebut dengan menghalalkan segala cara kekayaan, kekuasaan, jabatan dan lain - lain.
mengabaikan rasa kemanusiaan. Masing - masing pihak wajib melihat adanya
Sebagaimana yang terjadi dalam kontrak persamaan ini dan mengharuskan kedua
pembiayaan konsumen ternyata beberapa pihak untuk menghormati satu sama lain
ketentuan yang seharusnya diperhatikan oleh sebagai manusia ciptaan Tuhan.
para pihak ternyata diabaikan misalnya: Perwujudan kesetaraan kedudukan para
a. good faith (itikad baik); pihak dalam hal ini adalah:
b. fair dealing (transaksi yang adil); a. Ha k da n Ke w a j i b a n P er u s a h a an
Konsep pembia yaan k onsumen yang Pembiayaan Konsumen dan Konsumen
bercirikan Indonesia harus memperhatikan Memperhatikan hak dan kewajiban
beberapa hal yaitu: perusahaan pembiayaan konsumen
1. Kesetaraan kedudukan perusahaan maupun hak dan kewajiban konsumen
pembiayaan konsumen dan konsumen. secara proporsional sesuai dengan
Sebagaimana diketahui bahwa para teori keadilan distributif, sebagaimana
telah diuraikan dalam Bab II, bahwa
pihak tidak hanya terikat oleh ketentuan
yang ada dalam perjanjian dan ketentuan keadilan distributif menuntut setiap orang
undang - undang, tetapi terikat juga oleh mendapat apa yang menjadi haknya
itikad baik, moral dan kepatutan. Itikad baik secara proporsional dan berdasarkan
atau bonafides (bahasa Romawi), artinya asas keseimbangan dalam kontrak.
bahwa kedua belah pihak harus berlaku Asas ini menghendaki kedua pihak
terhadap yang lain berdasarkan kepatutan di memenuhi dan melaksanakan kontrak
antara orang - orang yang sopan tanpa tipu yang telah dibuat. Asas keseimbangan
daya, tanpa tipu muslihat, dan tanpa akal ini merupakan kelanjutan dari asas
- akalan, tidak hanya melihat kepentingan persamaan. Perusahaan pembiayaan
diri sendiri tetapi juga harus memperhatikan konsumen mempunyai k ekuatan
kepentingan orang lain. untuk menuntut prestasi dan jika di
perlukan dapat menuntut pelunasan
Suatu perjanjian/k ontrak haruslah
prestasi melalui kekayaan konsumen.
dilaksanakan dengan itikad baik, asas itikad
Perusahaan pembiayaan konsumen
baik tertuang dalam Pasal 1338 ayat (3) KUH

38 Yustisia Vol.2 No.2 Mei - Agustus 2013 Konsep Hukum Pembiayaan Konsumen ....
memikul pula beban untuk melaksanakan Guna melindungi konsumen, maka
kontrak itu dengan itikad baik. terdapat larangan bagi perusahaan
Kedudukan perusahaan pembiayaan pembiayaan konsumen untuk
konsumen yang kuat diimbangi dengan mengalihkan beban tanggung gugat
kewajibannya untuk memperhatikan itikat dari pihak perusahaan pembiayaan
baik, sehingga kedudukan perusahaan konsumen kepada pihak konsumen,
pembiayaan konsumen dan konsumen setiap kerugian yang timbul di kemudian
seimbang. hari harus tetap ditanggung oleh para
b. Perlindungan hukum terhadap para pihak pihak yang harus bertanggung gugat
dalam pembiayaan konsumen : berdasarkan klausul kontrak pembiayaan
1) Perlindungan hukum bagi konsumen konsumen, kecuali jika klausul tersebut
Kontrak baku dalam pembia- merupak an k lausul ya ng dilarang
yaan konsumen merupakan kontrak berdasarkan Pasal 18 UUPK.
yang telah ditentukan dan telah Perlu diperhatikan juga perlindungan
dituangkan dalam bentuk formulir/ hukum terhadap konsumen bila terjadi
tertulis. Kontrak ini telah ditentukan force majeure/k eadaan memak sa,
secara sepihak oleh pihak perusa- mi saln ya terjadi musibah ( gempa
haan pembiayaan konsumen bumi). Dasar dari force majeure dalam
(kreditur). Penyusun kontrak dalam Pembiayaan konsumen adalah ketentuan
hal ini perusahaan pembiayaan yang terdapat di dalam:
konsumen mempunyai kedudukan 1. Pasal 1244 Buku III KUH Perdata:
monopoli, perusahaan pembiayaan
“Jik a ada alasan untuk itu, si
konsumen bebas dalam membuat
berhutang harus dihukum mengganti
redaksinya, sehingga konsumen
biaya, rugi dan bunga apabila ia tidak
berada dalam keadaan di bawah
kekuasaan kreditur. dapat membuktikan, bahwa hal tidak
atau tidak pada pada waktu yang
Pada k ontrak pembia yaan
dapat dilaksanakannya perikatan
konsumen, kedudukan para pihak
tidak seimbang, pihak konsumen itu, disebabkan karena suatu hal
tidak berada dalam keadaan yang yang tidak terduga, pun tidak dapat
betul-betul bebas untuk menentukan dipertanggungjawabkan padanya ,
apa yang diinginkan dalam kontrak. kesemuanya itupun jika itikad buruk
Pihak perusahaan pembiayaan tidaklah ada pada pihaknya.”
konsumen memiliki posisi lebih kuat 2. Pasal 1245 Buku III KUH Perdata:
dan menggunakan kesempatan “Tidaklah biaya rugi dan bunga,
tersebut untuk menentukan klausul- harus digantinya apabila lantaran
klausul tertentu dalam kontrak keadaan memaksa atau lantaran
pembiayaan konsumen. Format suatu kejadian tidak disengaja
dan isi kontrak dirancang oleh pihak si berhutang berhalangan
perusahaan pembiayaan konsumen. memberikan atau berbuat sesuatu
Format dan isi kontrak yang diwajibkan atau lantaran hal-
dirancang oleh pihak yang memiliki hal yang sama telah melakukan
kedudukan lebih kuat, maka dapat perbuatan yang terlarang.”
dipastikan bahwa kontrak tersebut
mem ua t k lau su l- k lau s ul ya ng Berdasarkan rumusan pasal-pasal
menguntungkan baginya, atau tersebut di atas, terdapat 3 (tiga) unsur
meringankan atau menghapuskan yang harus dipenuhi untuk force majeure
beban- beban atau k ewajiban- yaitu:
kewajiban tertentu yang seharusnya 1. tidak memenuhi prestasi;
menjadi bebannya yang biasa
2. ada sebab yang terletak di luar
dikenal dengan klausul eksonerasi.
kesalahan yang bersangkutan;
Berdasarkan hal tersebut perlu
diberikan perlindungan hukum 3. f a k t o r p e n y e b a b i t u t i d a k
terhadap konsumen dari tindakan diduga sebelumn ya dan tidak
sewenang-wenang perusahaan dapat diper tanggungjawabk an
pembiayaan konsumen. sebelumnya.

Yustisia Vol.2 No.2 Mei - Agustus 2013 Konsep Hukum Pembiayaan Konsumen .... 39
Selain itu dalam suatu force majeure 1. personality,
harus dapat dibuktikan oleh orang atau Perusahaan pembia yaan
pihak yang bersangkutan mengenai: konsumen harus mencari data
1. tidak bersalah; secara lengkap mengenai
2. tidak dapat memenuhi kewajibannya kepribadian calon konsumen, antara
dengan cara lain; lain mengenai riwayat hidupnya,
peri lakunya misalnya apakah dia
3. tidak menanggung resiko. ( H.R.
menjalankan salah satu saja dari
Daeng Naja, 2006: 235-236)
Ma 5 (istilah Jawa : Maling, Madon,
Pada fakta pembiayaan konsumen Madat, Mabuk, Main) yaitu, mencuri,
telah terjadi pergeseran konsep force main perempuan, candu/drugs,
majeure, karena perusahaan pembiayaan minuman keras, berjudi. Hal ini
konsumen tidak mau tahu dengan perlu diperhatikan karena apabila
keadaan tersebut. Seharusnya ketentuan seseorang melakukan hal tersebut
tentang force majeure disesuaikan di atas maka kejujuran dan itikad
dengan ketentuan yang terdapat di dalam baiknya perlu dipertanyakan.
Buku III KUH Perdata, dan ketentuan 2. purpose,
tersebut perlu ditaati. Perusahaan pembiayaan
konsumen juga harus mencari data
2) Perlindungan hukum bagi perusahaan tentang tujuan penggunaan barang
pembiayaan konsumen. oleh calon konsumen.
Era globalisasi membawa dampak 3. payment,
perubahan dalam berbagai hal termasuk Perusahaan pembiayaan
kemampuan dan perilaku konsumen. konsumen harus mengetahui
Kondisi tertentu dalam pembiayaan dengan jelas mengenai kemampuan
konsumen menunjukkan bahwa ternyata dari calon konsumen untuk melunasi
yang membutuhkan perlindungan hukum hutangnya dalam jumlah dan jangka
bukan hanya konsumen tetapi kreditur/ waktu yang telah ditentukan.
perusahaan pembiayaan konsumen.
Hal ini dikarenakan konsumen pada Formula 4C dapat diuraikan sebagai
berikut:
era sekarang lebih kritis dan pandai
juga “nakal” (bad debtor). (Richard 1. character,
Hynes). Sebagaimana telah diuraikan Calon konsumen harus
dalam bab terdahulu bahwa pada memiliki watak, moral dan sifat-
tahap pasca kontrak posisi kreditur sifat pribadi yang baik. Penilaian
terhadap karakter ini dilakukan
adalah lemah. Guna melindungi pihak
untuk mengetahui tingkat kejujuran,
kreditur/pelaku usaha maka perusahaan
integritas dan kemauan dari calon
pembiayaan k onsumen juga perlu
konsumen untuk memenuhi
menerapkan prinsip-prinsip umum yang
k ewajiban dan men yelesaik an
berlaku dalam perkreditan. Prinsip umum
pembayaran hutangnya.
dalam perkreditan adalah Formula 4P
2. collateral,
(personality, purpose, prospect, payment)
Jaminan untuk sarana
dan Formula 5C (collateral, capacity,
pe n g a ma n a n ( b a c k u p ) , at a s
character, capital, condition of economy).
resiko yang mungkin terjadi atas
Secara umum prinsip ini sering disebut
w a n pr e s t a s i n ya k o n s um e n d i
sebagai prinsip kehati-hatian (prudential
kemudikan hari, misalnya tidak
principle). (Hermansyah, 2008: 66). bisa melunasi utangnya. Jaminan
Pembiayaan konsumen seharusnya ini diharapkan mampu melunasi sisa
mengikuti prinsip-prinsip kehati-hatian utang dan bunganya.
tersebut walaupun yang digunakan tidak 3. condition of Economy,
perlu seluruhnya namun sebagian saja
Kondisi ekonomi secara umum
yaitu cukup dengan Formula 3P dan dan pekerjaan/penghasilan dari
formula 4C. calon konsumen perlu mendapatkan
Formula 3P dapat diuraikan sebagai perhatian dari perusahaan
berikut: pembia yaan k onsumen untuk

40 Yustisia Vol.2 No.2 Mei - Agustus 2013 Konsep Hukum Pembiayaan Konsumen ....
menghindari resiko yang mungkin Tahap kontrak juga harus beritikad baik
terjadi yang diakibatkan oleh kondisi yaitu pihak kreditur memberikan kesempatan
ekonomi tersebut. kepada pihak debitur untuk membaca,
4. capacity, mengerti dan memahami isi kontrak. Bila perlu
Kemampuan konsumen untuk pihak kreditur memberikan penjelasan kepada
dapat melunasi hutangnya sesuai konsumen tentang hal-hal yang dianggap
dengan jumlah dan jangka waktu penting, misalnya hak-hak konsumen. Setelah
kontrak ditandatangani salinan kontrak harus
yang telah ditentukan.
diberikan kepada konsumen sebagai arsip
Selain penggunaan prinsip kehati- konsumen untuk disimpan. Seharusnya
hatian, kreditur/perusahaan pembiayaan diberikan kesempatan kepada konsumen
konsumen juga harus membina kerja sebagaimana yang terjadi di Inggris, Pakistan
sama antar perusahaan pembiayaan, dan Pensylvania, untuk dapat membatalkan
sehingga bisa saling memberik an kontrak dengan syarat-syarat tertentu yang
informasi tentang bad debtor, karena di ditentukan oleh kreditur
dalam praktek pembiayaan konsumen Tahap pasca kontrak, untuk menghindari
bad debtor bi asan ya mengul angi adanya berbagai permasalahan setelah
perbuatannya dengan berpindah-pindah ter ja di n ya k ontr ak mak a seh ar u sn ya
perusahaan pembiayaan konsumen. Bila mekanisme kontrak yang ada diikuti dengan
ada kerja sama dan saling memberikan ben ar. A pa bi l a ter j ad i per m as a la ha n
informasi tentang bad debtor maka seharusnya diselesaikan melalui jalur yang
perusahaan pembiayaan konsumen benar yaitu, jalur hukum.
bisa melakukan penghadangan terhadap 3. Penyelesaian sengketa dengan pendekatan
bad debtor tersebut melalui black list, nurani
sehingga tidak terjadi persaingan curang.
Sebagaimana yang terjadi di negara- Kemacetan pembayaran utang yang
negara lain yaitu Inggris, Pakistan dan biasa disebut dengan kredit bermasalah
Penssylvania, perusahaan pembiayaan atau nonperforming loan merupakan risiko
yang ada dalam pembiayaan konsumen.
konsumen wajib mempunyai sistem
Risiko tersebut berupa keadaan di mana
komputerisasi sehingga daftar dari bad
konsumen tidak dapat membayar angsuran
debtor bisa diketahui oleh semua pihak/
tepat pada waktunya. Kredit bermasalah
perusahaan pembiayaan konsumen.
ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor.
Misalnya, faktor kondisi ekonomi konsumen,
2. Proses kontrak pembiayaan konsumen kesengajaan dari konsumen, kelalaian dari
Ter da pat 3 ( ti ga) ha l ya ng per lu para pihak yang terlibat dalam proses kredit,
diperhatikan di dalam proses pembuatan kesalahan prosedur pemberian kredit maupun
kontrak yaitu, tahap pra kontrak, kontrak dan disebabkan oleh faktor lain seperti kenaikan
pasca kontrak. Tahap pra kontrak di dalam suku bunga maupun karena overmacht.
pembiayaan konsumen diawali dengan Berdasarkan berbagai sebab tersebut
adanya informasi baik melalui pemasangan di atas maka penyelesaian sengketa akibat
spanduk, penyiaran di radio maupun di televisi. adanya pembayaran utang yang tidak tepat
Berdasarkan teori kontrak yang dikemukakan atau macet tidak bisa ditangani secara
oleh van Dunne, tahap pra kontrak harus generalisir, namun harus dipilah-pilah sesuai
sudah memperhatikan itikad baik, karena sebab yang ada. Selama ini walaupun di
menurut teori ini dasar pengikatan kontrak dalam kontrak pembiayaan konsumen tidak
bukan hanya kepastian hukum namun lebih selalu tercantum suatu klausul, bahwa
utama adalah tercapainya keadilan. Sehingga “apabila konsumen tidak membayar uang
walaupun tanpa kesepakatan secara tertulis angsuran selama 3 (tiga) bulan maka
maka sudah terjadi pengikatan sehingga apa barang akan ditarik kembali oleh kreditur”,
yang tertuang di dalam brosur ataupun iklan namun konsumen sudah tahu akan hal
harus sesuai dengan pelaksanaan perjanjian. tersebut karena hal itulah yang selalu terjadi.
Sebagaimana yang terjadi di Inggris maupun Penyelesaian tersebut seharusnya tidak
di Pensylvania, informasi yang diberikan harus selalu demikian.
kepada konsumen diawasi dengan ketat agar Pen yelesaian dengan hati nur ani
tidak terjadi penyesatan terhadap konsumen. yang dimaksudkan di sini adalah bahwa

Yustisia Vol.2 No.2 Mei - Agustus 2013 Konsep Hukum Pembiayaan Konsumen .... 41
harus ada kebijakan-kebijakan tertentu pihak saja, yaitu kreditur dan konsumen
dari perusahaan pembiayaan konsumen tertentu.
untuk menyelesaikan permasalahan secara
kasuistis. Misalnya, pembayaran angsuran C. Simpulan
macet karena konsumen atau mungkin
keluarganya sakit atau terkena musibah. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
Maka seharusnya diadakan perundingan dapat disimpulkan sebagai berikut:
ulang dan kalau mungkin dibuat kontrak baru Konsep hukum pembiayaan konsumen
yang menguntungkan bagi para pihak. Namun ke depan, yaitu pembiayaan konsumen yang
bila pembayaran angsuran macet karena bercirikan Indonesia, yaitu berdasarkan religius,
konsumen yang “nakal” atau tidak beritikad kemanusiaan, kebangsaan, demokrasi dan
baik maka dapat diselesaikan secara hukum. keadilan sosial. Hukum pembiayaan konsumen
Durkheim mengidentifikasi dua jenis hukum, yang bercirikan Indonesia yang mengatur
yang kemudian didefinisikan sebagai jenis kesetaraan kedudukan perusahaan pembiayaan
sanksi yang menjalankannya. Hukum yang konsumen dan konsumen, perlindungan hukum
represif seperti hukum kriminal, menghukum bagi perusahaan pembiayaan konsumen maupun
orang yang bersalah dengan membebaninya konsumen, serta memperhatikan proses kontrak,
hukuman. Hukum restitutif mengandung dan penyelesaian sengketa dengan pendekatan
sanksi yang bertujuan mengembalikan nurani, dalam bentuk peraturan setingkat undang-
ke kondisi sebelum tindakan melanggar undang, dengan harapan lebih memberikan
hukum dilakukan. Maka dalam kontrak jaminan kepastian hukum.
pembiayaan konsumen, sanksi hukum
restitutif dapat dikenakan kepada konsumen d. Saran
“nakal”, khususnya yang mengganti/menukar
Berdasarkan kesimpulan tersebut di atas saran
bagian-bagian dari kendaraan bermotor yang
yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut :
asli dengan yang tidak asli/kualitas jelek.
1. Kepada badan pembentuk undang-undang (
Berdasarkan keadaan tersebut di atas
DPR bersama-sama Presiden):
maka agar kontrak pembiayaan konsumen
memenuhi unsur keadilan, kepastian maupun Segera membentuk peraturan pembiayaan
kemanfaatan baik bagi konsumen maupun konsumen yang setingkat undang-undang,
kreditur maka perlu dipikirkan bentuk kontrak yang mengatur secara administratif maupun
pembiayaan konsumen yang sesuai. Konsep secara substantif dan bercirikan Indonesia.
yang ditawarkan dalam penulisan ini adalah 2. Bagi pelaku usaha yaitu pihak perusahaan
kontrak dalam bentuk umum dan khusus pembiayaan konsumen:
(genereal Term and Special Term). a. Perlu diperhatikan di dalam proses
a. general Term, adalah kontrak dalam pembuatan kontrak yaitu, tahap pra
bentuk standard contract (kontrak baku) kontrak, kontrak dan pasca kontrak.
yang sudah tersedia dalam bentuk Tahap pra kontrak harus sesuai dengan
tertulis dan berlaku secara umum bagi pelaksanaan perjanjian.
seluruh konsumen sebagaimana yang b. Penyelesaian sengketa/permasalahan
sekarang ini sudah dilaksanakan oleh secara kasuistis.
perusahaan pembiayaan konsumen. 3. Bagi konsumen, harus:
b. Spesial Term, adalah kontrak yang dibuat a Mengukur kemampuan daya belinya dan
secara khusus tergantung dari keadaan beritikad baik, pada pasca kontrak.
konsumen. Misalnya adanya perundingan b. Bersikap teliti dan kritis selama proses
baru antara kreditur dan konsumen yang kontrak.
mengharuskan dibuat kontrak baru c. Berani melakukan pengaduan kepada
dengan ketentuan-ketentuan khusus lembaga yang berwenang.
yang hanya berlaku bagi kedua belah

42 Yustisia Vol.2 No.2 Mei - Agustus 2013 Konsep Hukum Pembiayaan Konsumen ....
dAFTAR PUSTAKA

Arthesa, Ade., dan Edia Handiman, Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank. (Jakarta: Indeks, 2006),
hlm. 248
Asyhadie, Zaeni. Hukum Bisnis: prinsip dan pelaksanaannya di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2005
Berten, K. Pengantar Etika Bisnis. Yogyakarta: Kanisius. 2000
Darmadi, Sugijanto. Kedudukan Ilmu Hukum dalam Ilmu dan Filsafat. Bandung: Mandar Maju. 1988
Fuady, Munir. Hukum Tentang pembiayaan dalam Teori dan praktek. Bandung: Citra Aditya Bakti. 2002
Hamidi, Jazim. Makna dan Kedudukan Hukum Naskah proklamasi 17 Agustus 1945 dalam Sistem
Ketatanegaraan Indonesia. Disertasi Program Pascasarjana Universitas Pajajaran, Bandung
Hartono, Sunaryati. penelitian Hukum di Indonesia pada Akhir Abad ke- 20, Bandung: Alumni, 1994
Naja, HR. Daeng. contract drafting. Bandung: Citra Aditya Bakti. 2006
Hynes, Rychard et.all, The Law and Economics of Konsumer Finance
Rawls, John. A Theory of Justice. Cambridge: Massacussets, Harvard University Press, 1971
Sjahdeini, Sutan Remy. Kebebasan Berkontrak dan perlindungan yang Seimbang Bagi para pihak dalam
perjanjian Kredit Bank di Indonesia. Jakarta: Institut Bankir Indonesia, 1993
Soekanto, Soerjono. Beberapa permasalahan hukum dalam kerangka pembangunan di Indonesia,
Jakarta: UI- Press. 1983
Soekanto, Soerjono., dan Sri Mamudji, , penelitian Hukum Normatif suatu Tinjauan Singkat . Jakarta:
Raja Grafindo Persada. 2001
Soemitro, Ronny Hanintijo. Metodologi penelitian Hukum dan Jurimetri. Jakarta: Ghalia Indonesia. 1988
Suherman, Ade Maman. pengantar perbandingan Sistem Hukum. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2004
.Aspek Hukum dalam Ekonomi global. Bogor: Ghalia Indonesia
Sunaryo. Hukum Lembaga pembiayaan. Jakarta: Sinar Grafika. 2008
Suseno, Frans Magnis. Etika Jawa, Sebuah Analisa Falsafati tentang Kebijaksanaan Hidup Jawa. Jakarta
: Gramedia Pustaka Utama. 1996
Sutrisno, Endang. Bunga rampai Hukum dan globalisasi. Yogyakarta: Genta Press, 2007
Triandaru, Sigit., dan Totok Budi Santoso, Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Salemba Empat.
2006

Yustisia Vol.2 No.2 Mei - Agustus 2013 Konsep Hukum Pembiayaan Konsumen .... 43

Anda mungkin juga menyukai