Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS

KROMATOGRAFI GAS
PENETAPAN KADAR ETANOL DAN METANOL

DISUSUN OLEH :
GOLONGAN I
KELOMPOK 9

NI PUTU DIAN AGUSTINA (1708551036)


PANDE GEDE RADITYA WIRA PERDANA (1708551037)
KADEK VALENTINA RETINA DEWI (1708551038)
I MADE ARI PARWATA (1708551039)
NI PUTU DITA RIANTI NILA DEWI (1708551040)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
PERCOBAAN V
KROMATOGRAFI GAS
PENETAPAN KADAR ETANOL DAN METANOL

1. TUJUAN
1. Mengetahui prinsip pemisahan dan identifikasi menggunakan
Kromatografi Gas.
2. Mengetahui cara preparasi sampel yang akan dipisahkan dan identifikasi
menggunakan metode Kromatografi Gas.
3. Menetapkan kadar etanol dan metanol dari sampel arak bali
menggunakan metode Kromatografi Gas.

2. DASAR TEORI
2.1 Arak Bali
Arak merupakan minuman beralkohol yang diperoleh dari penyulingan
cairan beralkohol hasil fermentasi bahan pangan misalnya beras, shorgum,
molases, nira dan buah-buahan. Arak memiliki bau dan rasa normal khas, kadar
etanol tidak kurang dari 30% v/v; metanol tidak lebih dari 0,01% v/v dihitung
terhadap volume produk (BPOM RI, 2016). Minuman arak Bali dapat mencapai
kadar alkohol yang hingga 37-50% (BPOM RI, 2014). Secara teoritis proses
penyulingan akan menghasilkan arak dengan kadar maksimum 95,5% yang sering
disebut etanol azeotrop yang merupakan etanol dengan sedikit kadar air yang
dapat diproduksi dengan proses destilasi sederhana, tanpa dibutuhkan langkah
destiasi lanjutan (penyaringan molekul) untuk menjadikan etanol kering. Etanol
azeotrop menguap pada suhu 78,1oC, sedangkan alkohol murni menguap pada
suhu 78,8oC (Suarta dan Darmawa, 2016).
2.2 Etanol
Etanol disebut juga etil alkohol dengan rumus kimia C 2H5OH dan rumus
empiris C2H6O, mempunya berat molekul 46,07 g/mold an memiliki titik didih
78°C. Etanol mengandung tidak kurang dari 94,7 % v/v atau 92,0 % dan tidak
lebih dari 95,2 % v/v atau 92,7 % C2H5OH. Etanol merupakan cairan tidak
berwarna, jernih, mudah menguapdan mudah bergerak, memiliki bau khas, dan
rasa panas. Mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap.

1
sangat mudah larut dalam air, kloroform P dan dalam eter P. Etanol disimpan
dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya; di tempat sejuk, jauh dari
nyala api. Bobot jenis etanol antara 0,812 dan 0,816 (Depkes RI, 1995). Waktu
retensi etanol adalah 1,607 menit (Putri dan Sukandar, 2008).

Gambar 2.1 Struktur Kimia Etanol (Chang, 2003).


2.3 Metanol
Metanol yaitu berupa cairan tidak berwarna, jernih, dan bau khas. Metanol
dapat bercampur dengan air, membentuk cairan jernih tidak berwarna dengan
bobot jenis 0,796 gram/mL sampai 0,798 gram/mL (Depkes RI, 1979). Metanol
bersifat higroskopis, mudah menguap dan mudah terbakar (Spencer, 1988).
Metanol adalah alkohol dengan satu rantai karbon. Rumus molekul metanol yakni
CH3OH, dengan berat molekul 32 gram/mol. Metanol memiliki titik didih yang
lebih rendah dibandingkan etanol yakni 64-65oC (tergantung kemurnian)
(Spencer, 1988). Metanol memiliki berat molekul 32,04 g/mol (Kemenkes RI,
2014: 1724). Waktu retensi metanol adalah 1,545 menit (Putri dan Sukandar,
2008).

Gambar 2.2 Struktur Kimia Metanol (Chang, 2003).


2.4 Destilasi
Destilasi adalah suatu proses pemurnian untuk senyawa cair, yaitu suatu
proses yang didahului dengan penguapan senyawa cair dengan memanaskannya,
lalu mengembunkan uap yang terbentuk yang akan ditampung dalam wadah yang
terpisah untuk mendapatkan destilat (Underwood, 1983). Prinsip kerja dari
destilasi adalah proses perubahaan fase cair menjadi fase uap atau gas dengan
pendidihan dan kondensasi pengembun, tetapi destilasi bukan merupakan dua
urutan proses penguapan kondensasi. Tekanan uap selalu bertambah dengan

2
kenaikan suhu (Khopkar, 2003). Terdapat dua tahap proses dalam destilasi yaitu
tahap penguapan dan tahap pengembunan kembali uap menjadi cairan. Campuran
zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke
dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap
terlebih dahulu (Hamzah, 2009).
2.5 Kromatografi Gas (GC)
Kromatografi gas adalah teknik kromatografi yang bisa digunakan untuk
memisahkan senyawa organik yang mudah menguap. Senyawa yang dapat
dipisahkan dengan kromatografi gas sangat banyak, namun ada batasan
batasannya. Senyawa tersebut harus mudah menguap dan stabil pada temperatur
pengujian, utamanya antara 50-300 °C. Jika senyawa tidak mudah menguap atau
tidak stabil pada temperatur pengujian, maka senyawa tersebut bisa diderivatisasi
agar dapat dianalisis dengan kromatografi gas. Pada kromatografi gas, fase
geraknya berupa gas yang inert (tidak bereaksi), sedangkan fase diamnya dapat
berupa zat padat atau zat cair. Pemisahan tercapai dengan partisi sampel antara
fase gas bergerak dan fase diam berupa cairan dengan titik didih tinggi (tidak
mudah menguap) yang terikat pada zat padat penunjangnnya (Khopkar, 2003).
Prinsip kromatografi gas adalah pemisahan yang mana solut-solut yang
mudah menguap (dan stabil terhadap panas) bermigrasi melalui kolom yang
mengandung fase diam dengan suatu kecepatan yang tergantung pada rasio
distribusinya. Pada umumnya solut akan terelusi berdasarkan pada peningkatan
titik didihnya, kecuali jika ada interaksi khusus antara solut dengan fase diam.
Pemisahan pada kromatografi gas didasarkan pada titik didih suatu senyawa
dikurangi dengan semua interaksi yang mungkin terjadi antara solut dengan fase
diam. Fase gerak yang berupa gas akan mengelusi solut dari ujung kolom lalu
menghantarkannya ke detector. Penggunaan suhu yang meningkat (biasanya pada
kisaran 50 – 350°C) bertujuan untuk menjamin bahwa solut akan menguap dan
cepat terelusi. Terdapat 2 jenis kromatografi gas yaitu Kromatografi gas-cair
(KGC) yang menggunakan mekanisme sorpsi partisi dan Kromatografi gas-padat
(KGP) yang menggunakan mekanisme sorpsi adsorpsi (Gandjar dan Rohman,
2007).

3
Diagram skematik peralatan kromatografi gas dengan komponen utama
yang dimiliki yaitu:
a. Kontrol dan penyedia gas pembawa (fase gerak) berfungsi untuk membawa
solut ke kolom, karenanya gas pembawa tidak berpengaruh pada selektifitas.
Adapun syarat gas pembawa adalah tidak reaktif, murni, dan dapat disimpan
dalam tangki yang bertekanan tinggi.
b. Ruang suntik atau inlet yang berfungsi untuk mengantarkan sampel ke dalam
aliran gas pembawa. Penyuntikan sampel dapat dilakukan secara manual dan
otomatis.
c. Kolom merupakan tempat terjadinya proses pemisahan karena didalamnya
terdapat fase diam. Terdapat 2 jenis kolom pada kromatografi gas yaitu
kolom kemas (packing column) dan kolom kapiler (capillary column).
d. Sistem deteksi dan pencatat (detektor dan rekorder) merupakan perangkat
yang
letaknya pada ujung kolom tempat keluar fase gerak (gas pembawa) yang
membawa komponen hasil pemisahan. Fungsinya untuk mengubah sinyal gas
pembawa dan komponen yang ada di dalamnya menjadi sinyal elektronik.
Selanjutnya sinyal tersebut akan di catat oleh rekorder.
e. Komputer yang dilengkapi dengan perangkat pengolah data yang akan
menampilkan data sebagai kromatogram. (Gandjar dan Rohman, 2007).
Adapun kelebihan dan kekurangan dari metode kromatografi gas ini yaitu,
kelebihannya adalah analisisnya cepat, memberikan hasil yang beresolusi
tinggi, sampel yang dibutuhkan hanya sedikit, tidak membutuhkan biaya yang
terlalu besar. Sedangkan kekurangannya adalah terbatas pada sampel-sampel
yang mudah menguap, cukup sulit untuk preparasi sampel dalam jumlah
besar, tidak cocok untuk zat-zat yang tidak tahan terhadap pemanasan
(Mcnair dan Miller, 2009)

4
Gambar 2.3 Diagram Skema Peralatan Kromatografi Gas
(Mcnair dan Miller,2009).
2.6 Detektor Ionisasi Nyala (Flame Ionization Detektor/ FID)
Detektor FID ini mengukur jumlah atom karbon, dan bukan jumlah molekul
seperti pada detektor hantar panas (TCD). FID pada dasarnya bersifat umum
untuk hampir semua senyawa organik (senyawa fluoro tinggi dan karbon disulfida
tidak terdeteksi). Di samping itu, respon FID sangat peka, dan linier ditinjau dari
segi ukuran cuplikan, serta teliti (Gandjar dan Rohman, 2007).

3. ALAT DAN BAHAN


3.1 Alat
1. Detektor FID
2. Kolom Kapiler (Kolom HP InnoWax panjang 30 m; diameter 0,32 μm
dan laju alir 0,70mL/menit)
3. Syringe
4. Alat destilasi
5. Botol vial 5 mL, 10 mL
6. Labu ukur 5 mL, 10 mL
7. Pipet tetes
8. Pipet ukur
9. Termometer
10. Bulb Filler
11. Gas Cromatography (GC-agilent Technologies 6890-N Network GC
System)

5
12. Kolom HP InnoWax panjang 30 m; diameter 0,32 μm dan laju alir
0,70mL/menit
13. Fase diam polietilen glikol
3.2 Bahan
 Sampel (Arak Bali)
 Aquadest
 Etanol 100% (p.a)
 Metanol 100% (p.a)
 Gas pembawa (Helium)
 Make-up gas nitrogen (gas tambahan)

4. PROSEDUR PRAKTIKUM
4.1. Perhitungan Pembuatan Larutan
4.1.1. Perhitungan Larutan Standar
a. Pembuatan Larutan Baku Etanol 100%v/v
Diketahui : Cbaku = 100%v/v
Vbaku = 100 mL
Cstok = 100%v/v
Ditanya : Vstok yang dipipet = . . . ?
Jawab :
Cstok × Vstok = Cbaku × Vbaku
100% v/v × Vstok = 100% v/v × 100 mL

Vstok =

Vstok = 100 mL
Jadi, volume larutan stok etanol 100% v/v yang dipipet adalah 100 mL.
b. Pembuatan Larutan Baku Metanol 1%v/v
Diketahui : Cbaku = 0,5%v/v
Vbaku = 100 mL
Cstok = 100%v/v

6
Ditanya : Vstok yang dipipet= . . .?
Jawab :
Cstok ×Vstok = Cbaku× Vbaku
100% v/v × Vstok = 0,5%v/v × 100 mL

Vstok =

Vstok = 0,5 mL
Jadi, volume larutan stok metanol 100% v/v yang dipipet adalah 0,5 mL.
4.1.2. Perhitungan Larutan Seri
a. Larutan Seri I
- Larutan seri etanol 10% v/v
Diketahui : Cseri = 10%v/v
Vseri = 5 mL
Cbaku = 100%v/v
Ditanya : Vbaku yang dipipet = . . . ?
Jawab :
Cbaku × Vbaku = Cseri × Vseri
100%v/v × Vbaku = 10%v/v × 5 mL

Vbaku =

Vbaku = 0,5 mL
Jadi, volume larutan baku etanol yang dipipet adalah 0,5 mL.
- Larutan metanol 0,01% v/v
Diketahui : Cseri = 0,01% v/v
Vseri = 5 mL
Cbaku = 0,5%v/v
Ditanya : Vbaku yang dipipet = . . . ?
Jawab :
Cbaku × Vbaku = Cseri × Vseri

7
0,5%v/v × Vbaku = 0,01%v/v × 5 mL
Vbaku =
Vbaku = 0,1 mL
Jadi, volume larutan baku metanol yang dipipet adalah 0,1 mL.
b. Larutan Seri II
- Larutan seri etanol 20% v/v
Diketahui : Cseri = 20%v/v
Vseri = 5 mL
Cbaku = 100%v/v
Ditanya : Vbaku yang dipipet = . . . ?
Jawab :
Cbaku × Vbaku = Cseri × Vseri
100%v/v × Vbaku = 20%v/v × 5 mL

Vbaku =

Vbaku = 1 mL
Jadi, volume larutan baku etanol yang dipipet adalah 1 mL.
- Larutan metanol 0,05% v/v
Diketahui : Cseri = 0,05%v/v
Vseri = 5 mL
Cbaku = 0,5%v/v
Ditanya : Vbaku yang dipipet = . . . ?
Jawab :
Cbaku × Vbaku = Cseri× Vseri
0,5%v/v × Vbaku = 0,05%v/v × 5 mL
Vbaku =
Vbaku = 0,5 mL
Jadi, volume larutan baku metanol yang dipipet adalah 0,5 mL.

c. Larutan Seri III

8
- Larutan seri etanol 30% v/v
Diketahui : Cseri = 30%v/v
Vseri = 5 mL
Cbaku = 100%v/v
Ditanya : Vbaku yang dipipet = . . . ?
Jawab :
Cbaku × Vbaku = Cseri× Vseri
100%v/v × Vbaku = 30%v/v × 5 mL

Vbaku =

Vbaku = 1,5 mL
Jadi, volume larutan baku etanol yang dipipet adalah 1,5 mL.
- Larutan metanol 0,1% v/v
Diketahui : Cseri = 0,1%v/v
Vseri = 5 mL
Cbaku = 0,5%v/v
Ditanya : Vbaku yang dipipet = . . . ?
Jawab :
Cbaku × Vbaku = Cseri× Vseri
0,5%v/v × Vbaku = 0,1%v/v × 5 mL
Vbaku =
Vbaku = 1 mL
Jadi, volume larutan baku metanol yang dipipet adalah 1 mL.
d. Larutan Seri IV
- Larutan seri etanol 40% v/v
Diketahui : Cseri = 40%v/v
Vseri = 5 mL
Cbaku = 100%v/v
Ditanya : Vbaku yang dipipet = . . . ?
Jawab :

9
Cbaku × Vbaku = Cseri × Vseri
100%v/v × Vbaku = 40%v/v × 5 mL

Vbaku =

Vbaku = 2 mL
Jadi, volume larutan baku etanol yang dipipet adalah 2 mL.
- Larutan metanol 0,2% v/v
Diketahui : Cseri = 0,2% v/v
Vseri = 5 mL
Cbaku = 0,5%v/v
Ditanya : Vbaku yang dipipet = . . . ?
Jawab :
Cbaku × Vbaku = Cseri × Vseri
0,5%v/v × Vbaku = 0,2% v/v× 5 mL
Vbaku =
Vbaku = 2 mL
Jadi, volume larutan baku metanol yang dipipet adalah 2 mL.
e. Larutan Seri V
- Larutan seri etanol 50% v/v
Diketahui : Cseri = 50% v/v
Vseri = 5 mL
Cbaku = 100% v/v
Ditanya : Vbaku yang dipipet = . . . ?
Jawab :
Cbaku × Vbaku = Cseri × Vseri
100%v/v × Vbaku = 50%v/v × 5 mL

Vbaku =

Vbaku = 2,5 mL

10
Jadi, volume larutan baku etanol yang dipipet adalah 2,5 mL.
- Larutan metanol 0,3% v/v
Diketahui : Cseri = 0,3% v/v
Vseri = 5 mL
Cbaku = 0,5% v/v
Ditanya : Vbaku yang dipipet = . . . ?
Jawab :
Cbaku × Vbaku = Cseri× Vseri
0,5%v/v × Vbaku = 0,3% × 5 mL
Vbaku =
Vbaku = 3 mL
Jadi, volume larutan baku metanol yang dipipet adalah 3 mL.
4.1.3. Perhitungan Larutan Uji
Diketahui : Cbaku etanol = 100% v/v
Cbaku metanol = 1% v/v
Vuji = 5 mL
Cuji etanol = 25% v/v
Cuji metanol = 0.02% v/v
Ditanya : Cuji etanol dan Cuji metanol...?
Jawab :

1. Larutan Uji Etanol


Cbaku etanol ×Vbaku etanol = Cuji etanol × Vuji
100% v/v × Vbaku etanol = 25% v/v × 5 mL
Vbaku etanol = 1,25 mL

2. Larutan Uji Metanol


Cbaku metanol ×Vbaku metanol = Cuji metanol × Vuji
1% v/v × Vbaku metanol = 0,02% v/v × 5 mL
Vbaku metanol = 0,1 mL

11
4.2. Prosedur Kerja
4.2.1 Pembuatan Larutan Baku Etanol 100% v/v
Dipipet larutan etanol 100% berderajat pro analisis (p.a) sebanyak 100 mL
lalu dimasukan ke botol vial dan diberi label.

4.2.2 Pembuatan Larutan Baku Metanol 1%v/v


Dipipet larutan metanol 100% berderajat pro analisis (p.a) sebanyak 0,5 mL.
Dimasukkan ke labu ukur 10 mL. Kemudian ditambahkan akuades hingga tanda
batas, lalu digojog hingga homogen dan diberi label.
4.2.3 Pembuatan Larutan Seri Etanol dan Metanol Berbagai Konsentrasi
 Larutan Seri I
Dipipet larutan baku etanol sebanyak 0,5 mL ke dalam labu ukur 5
mL. Dipipet larutan baku metanol sebanyak 0,1 mL ke dalam labu ukur yang
telah berisi larutan baku etanol. Ditambahkan akuades hingga tanda batas,
lalu digojog hingga homogen.
 Larutan Seri II
Dipipet larutan baku etanol sebanyak 1 mL ke dalam labu ukur 5 mL.
Dipipet larutan baku metanol sebanyak 0,5 mL ke dalam labu ukur yang telah
berisi larutan baku etanol. Ditambahkan akuades hingga tanda batas, lalu
digojog hingga homogen.
 Larutan Seri III
Dipipet larutan baku etanol sebanyak 1,5 mL ke dalam labu ukur 5
mL. Dipipet larutan baku metanol sebanyak 1 mL dimasukkan ke dalam labu
ukur yang telah berisi larutan baku etanol. Ditambahkan akuades hingga
tanda batas, lalu digojog hingga homogen.
 Larutan Seri IV
Dipipet larutan baku etanol sebanyak 2 mL ke dalam labu ukur 5 mL.
Dipipet larutan baku metanol sebanyak 2 mL dimasukkan ke dalam labu ukur
yang telah berisi larutan baku etanol. Ditambahkan akuades hingga tanda
batas, lalu digojog hingga homogen.

12
 Larutan Seri V
Dipipet larutan baku etanol sebanyak 2,5 mL ke dalam labu ukur 5
mL. Dipipet larutan baku metanol sebanyak 3 mL ke dalam labu ukur yang
telah berisi larutan baku etanol. Ditambahkan akuades hingga tanda batas,
lalu digojog hingga homogen.
4.2.3 Pembuatan Larutan Uji
Dipipet masing-masing larutan baku etanol 100% sebanyak 1,75 mL dan
0,5 mL larutan baku metanol 1% v/v. Dimasukkan ke labu ukur 5 mL yang sama.
Ditambahkan akuades hingga tanda batas dan digojog hingga homogen.
Dimasukkan ke dalam botol vial dan diberi label.
4.2.4 Destlasi Sampel (Arak Bali)
Dipipet sampel sebanyak 25 mL, kemudian dimasukkan dalam labu alas
bulat yang telah berisi akuades sebanyak 25 mL. Setelah itu dilakukan destilasi
dengan suhu 78°C sampai diperoleh destilat.
4.2.5 Penetapan Kadar Etanol dan Metanol pada Sampel Arak Bali dengan
Kromatografi Gas
 Optimasi Kromatografi Gas
Sebelum melakukan pengukuran sampel dilakukan optimasi dan
validasi terhadap kondisi gas chromatography. Kromatografi gas yang
digunakan adalah GC-agilent Technologies 6890-N Network GC
System.Kondisi analisis yang dipergunakan yaitu suhu injektor 250°C,
suhu detektor 300°C, dengan split rasio 20. Suhu awal kolom 50°C ditahan
dua menit pada suhu tersebut, ditingkatkan secara bertahap sebesar
10°C/menit sampai suhu mencapai 220°C dan ditahan selama lima menit.
Laju alir dari kolom yang terpilih adalah 0,7 mL/menit. Laju alir gas
helium 40 mL/ menit.
 Pengukuran Larutan Seri
Dibuat identitas larutan pada pilihan, pilih “save sequence”, tunggu
hingga pada software mucul kata “ready”, kemudian pilih “run sequence”.
Dipipet larutan seri dari konsentrasi rendah ke konsentrasi besar dengan

13
menggunakan microliter syringe sebanyak 1 μL, pastikan tidak ada
gelembung yang masuk dalam syringe. Lalu dimasukkan tegak lurus pada
injektor perlahan-lahan, dan ditekan pilihan “start” pada software, larutan
diinjeksikan perlahan-lahan pada injektor. Ditekan tombol “start” pada
instrumen kromatografi gas. Tunggu beberapa menit hingga muncul peak-
peak pada software. Dibuat persamaan regresi liniernya dan ditentukan
nilai r2 (koefisien korelasi).
 Pengujian Larutan Uji
Setelah dipilih dan diperoleh kondisi kromatografi gas, larutan uji
(campuran metanol dan etanol) diinjeksikan ke dalam injektor Gas
Chromatography sebanyak 1,0 μL. Diamati peak-peak nya dan dihitung
konsentrasi dan persentase recovery.
 Pengukuran Larutan Sampel
Dibuat identitas larutan pada pilihan, pilih “save sequence”, tunggu
hingga pada software muncul kata “ready”, kemudian pilih “run
sequence”. Dipipet larutan sampel dengan menggunakan microliter
syringe sebanyak 1 μL, pastikan tidak ada gelembung yang masuk dalam
syringe. Lalu dimasukkan tegak lurus pada injektor perlahan-lahan, dan
ditekan pilihan “start” pada software, larutan diinjeksikan perlahan-lahan
pada injektor. Ditekan tombol “start” pada instrumen kromatografi gas.
Tunggu beberapa menit hingga muncul peak-peak pada software.

5. SKEMA KERJA
5.1 Skema Kerja Pembuatan Larutan
5.1.1 Pembuatan Larutan Baku Etanol 100% v/v

Dipipet larutan etanol 100% berderajat pro analisis (p.a)


sebanyak 100 mL

Dimasukan kedalam botol vial dan diberi label

14
5.1.2 Pembuatan Larutan Baku Metanol 1% v/v

Dipipet larutan metanol 100% berderajat pro analisis (p.a)


sebanyak 0,5 mL dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL

Ditambahkan akuades hingga tanda batas

Digojog hingga homogen dan diberi label

5.1.3 Pembuatan Larutan Seri Etanol dan Metanol Berbagai Konsentrasi


1) Larutan Seri I

Dipipet larutan baku etanol sebanyak 0,5 mL ke dalam labu ukur


5 mL

Dipipet larutan baku metanol sebanyak 0,1 mL ke dalam labu


ukur yang telah berisi larutan baku etanol

Ditambahkan dengan akuades hingga tanda batas

Digojog hingga homogen dan dimasukkan kedalam botol vial

15
2) Larutan Seri II

Dipipet larutan baku etanol sebanyak 1 mL ke dalam labu ukur


5 mL

Dipipet larutan baku metanol sebanyak 0,5 mL ke dalam labu


ukur yang telah berisi larutan baku etanol

Ditambahkan dengan akuades hingga tanda batas

Digojog hingga homogen


3)
Larutan Seri III

Dipipet larutan baku etanol sebanyak 1,5 mL ke dalam labu ukur


5 mL

Dipipet larutan baku metanol 0,01% v/v sebanyak 1 mL ke


dalam labu ukur yang telah berisi larutan baku etanol

Ditambahkan dengan akuades hingga tanda batas

Digojog hingga homogen

4) Larutan Seri IV

Dipipet larutan baku etanol sebanyak 2 mL ke dalam labu ukur


5 mL

Dipipet larutan baku metanol sebanyak 2 mL ke dalam labu


ukur yang telah berisi larutan baku etanol

Ditambahkan dengan akuades hingga tanda batas

16
Digojog hingga homogen
5) L
arutan Seri V

Dipipet larutan baku etanol sebanyak 2,5 mL ke dalam labu


ukur 5 mL

Dipipet larutan baku metanol sebanyak 3 mL ke dalam labu


ukur yang telah berisi larutan baku etanol

Ditambahkan dengan akuades hingga tanda batas

Digojog hingga homogen

5.1.4 Pembuatan Larutan Uji

Dipipet larutan baku etanol 100% sebanyak 1,25 mL dan 0,2


mL larutan baku metanol 1% v/v dan dimasukkan ke labu ukur
5 mL yang sama

Ditambahkan akuades hingga tanda batas pada labu ukur

Digojog hingga homogen dan dimasukkan kedalam botol vial


beri label
5.1.5 Destilasi
Sampel ( Arak Bali )

Dipipet arak bali sebanyak 25 mL

17
Dimasukkan ke dalam labu alas bulat yang telah berisi akuades
sebanyak 25 mL

Dilakukan destilasi dengan suhu 78oC hingga diperoleh destilat

5.1.6 Penetapan Kadar Etanol dan Metanol pada Sampel Arak Bali pada
Kromatografi Gas
1) Optimasi Kromatografi Gas

Kondisi analisis yang dipergunakan yaitu suhu injektor 250OC,


suhu detektor 300OC, dengan split rasio 20

2)

Suhu awal kolom 50OC ditahan 2 menit pada suhu tersebut,


ditingkatkan secara bertahap sebesar 10OC per menit sampai
suhu mencapai 220OC dan ditahan selama 5 menit

Laju alir dari kolom yang terpisah adalah 0,7 ml/menit. Laju
alir gas helium 40 ml/menit

3) Pengukuran Larutan Seri

Dibuat identitas larutan, pada pilihan pilih “save sequence”,


tunggu hingga pada software muncul kata “ready”, kemudian
pilih “run sequence”

18
Dipipet larutan seri dari konsentrasi rendah ke konsentrasi
besar dengan menggunakan mikroliter syringe sebanyak 1 µL,
pastikan tidak ada gelembung yang masuk dalam syringe

Dimasukkan tegak lurus pada injektor perlahan-lahan dan


ditekan pilihan “start” pada software, larutan diinjeksikan
perlahan-lahan pada injektor

Ditekan tombol “start” pada instrument kromatografi gas

Ditunggu beberapa menit hingga muncul peak-peak pada


software

Dibuat persamaan regresi linearnya dan ditentukan nilai


r 2 (koefesien korelasi)
3) Pengujian Larutan Uji

Larutan uji (campuran metanol dan etanol) diinjeksikan ke


dalam injektor Gas Chromatography sebanyak 1,0 μL

Diamati peak-peak nya dan dihitung konsentrasi dan percent


recovery

4) Pengukuran Larutan Sampel

Dibuat identitas larutan, pada pilihan pilih “save sequence”


tunggu hingga pada software muncul kata “ready” kemudian
19
pilih “run sequence”
Dipipet larutan sampel dengan menggunakan microliter
syringe sebanyak 1 μL pastikan tidak ada gelembung yang
masuk dalam syringe

Dimasukkan tegak lurus pada injektor perlahan-lahan dan


ditekan pilihan “start” pada software, larutan diinjeksikan
perlahan-lahan pada injektor

Ditekan tombol “start” pada instrument kromatografi gas

Ditunggu beberapa menit hingga muncul peak-peak pada


software
5.1. HASIL DAN PERHITUNGAN
6.1 Data Hasil Pengukuran
6.1.1 Larutan Seri Metanol
No Larutan Waktu Retensi Konsentrasi AUC
1 Seri I 2,374 0,01 % v/v 2251
2 Seri II 2,255 0,05 % v/v 9429
3 Seri III 2,319 0,1 % v/v 20079
4 Seri IV 2,340 0,2 % v/v 30318
5 Seri V 2,380 0,3 % v/v 52491
6.1.2 Larutan Seri Etanol
No Larutan Waktu Retensi Konsentrasi AUC

1 Seri I 2,527 10 % v/v 1585363


2 Seri II 2,459 20 % v/v 4134607

20
3 Seri III 2,424 30 % v/v 7864069

4 Seri IV 2,444 40 % v/v 92819971


5 Seri V 2,565 50 % v/v 11031196

6.1.3 Larutan Uji (Kandungan metanol 0,02% dan etanol 25%)


Sampel Waktu Retensi AUC 1 AUC 2 AUC 3
Metanol 2,380 4361 4456 4365
Etanol 2,553 5577505 5562034 5556060

6.1.4 Larutan Sampel


Sampel Waktu Retensi AUC 1 AUC 2 AUC 3
Metanol 2,448 47718 46178 47120
Etanol 2,553 9333094 9124900 9280167

6.1.5 Tabel Penimbangan


Penimbangan
No. Nama Bahan
dan Pengukuran
1 Pembuatan Larutan Seri Etanol Metanol I
 Volume larutan baku etanol yang dipipet 0,5 mL
 Volume larutan baku metanol yang dipipet 0,1 mL
 Aquadest Ad 5 mL
2 Pembuatan Larutan Seri Etanol Metanol II
 Volume larutan baku etanol yang dipipet 1 mL
 Volume larutan baku metanol yang dipipet 0,05 mL
 Aquadest Ad 5 mL
3 Pembuatan Larutan Seri Etanol Metanol III
 Volume larutan baku etanol yang dipipet 1,5 mL
 Volume larutan baku metanol yang dipipet 1 mL
 Aquadest Ad 5 mL
4 Pembuatan Larutan Seri Etanol Metanol IV
 Volume larutan baku etanol yang dipipet 2 mL

21
 Volume larutan baku metanol yang dipipet 2 mL
 Aquadest Ad mL
5 Pembuatan Larutan Seri Etanol Metanol V
 Volume larutan baku etanol yang dipipet 2,5 mL
 Volume larutan baku metanol yang dipipet 3 mL
 Aquadest Ad 5 mL
6 Pembuatan Larutan Uji
 Volume larutan baku etanol yang dipipet 1,25 mL
 Volume larutan baku metanol yang dipipet 0,2 mL
 Aquadest Ad 5 mL

6.2 Perhitungan
6.2.2 Etanol
A. Persamaan Regresi Linear
Persamaan regresi linier menyatakan hubungan kurva antara konsentrasi
(x) dengan AUC (Y). Untuk menentukan kurva kalibrasi dan persamaan regresi
linier diambil data dari larutan seri etanol yang mana dapat memberikan nilai r
(koefisien korelasi) mendekati 1. Digunakan 5 data sehingga didapatkan
persamaan regresi linier sebagai berikut :
No Larutan Waktu Retensi Konsentrasi AUC

1 Seri I 2,527 0,01 % v/v 1585363


2 Seri II 2,459 0,05 % v/v 4134607

3 Seri III 2,424 0,1 % v/v 7864069

4 Seri IV 2,444 0,2 % v/v 92819971


5 Seri V 2,565 0,3 % v/v 11031196

Dari 5 data diatas dapat diketahui :


R2= 0,9855862327

a = -432270,4

22
b = 240390,56
Maka persamaan regresi linier larutan seri etanol :
y = bx + a
y = 240390,56x – 432270,4

Gambar 6.1 Kurva Kalibrasi Lima Larutan Seri Etanol


B. Penentuan Nilai Simpangan Baku Residual
Diketahui : Persamaan regresi linier : y = 240390,56x – 432270,4
Seri 1 = 10 % v/v
Seri 2 = 20 % v/v
Seri 3 = 30 % v/v
Seri 4 = 40 % v/v
Seri 5 = 50 % v/v
Ditanya : Nilai simpangan baku residual (Sy/x) =......................?
Jawab :
 Seri I
y = 240390,56x – 432270,4
y” = 240390,56 (10) – 432270,4
= 1971635,2
 Seri II
y = 240390,56x – 432270,4
y” = 240390,56 (20) – 432270,4
= 4375540,8
 Seri III

23
y = 240390,56x – 432270,4
y” = 240390,56 (30) – 432270,4
= 6779446,4
 Seri II
y = 240390,56x – 432270,4
y” = 240390,56 (40) – 432270,4
= 9183352
 Seri III
y = 240390,56x – 432270,4
y” = 240390,56 (50) – 432270,4
= 11587257,6

Seri y y” (y-y”)2
I 1585363 1971635,2 1,4920 x 10-11
II 4134607 4375540,8 8,5804 x 10-11
III 7864069 6779446,4 11,7640 x 10-11
IV 9281997 9183352 9730836025
V 11031496 11587257,6 3,0920 x 10-11
∑(𝑦 − 𝑦")² = 1,702579836 x 1012

= 753343,6215
C. Penentuan Nilai LOD dan LOQ
Diketahui : Persamaan regresi linier: y = 240390,56x – 432270,4
b = 240390,56
Sy/x = 753343,6215
Ditanya : Nilai LOD dan LOQ =...........................?
Jawab :

24
Batas deteksi (LOD)

= 9,4015%
Batas kuantifikasi (LOQ)

= 31,3383%
D. Penetapan Kadar Larutan Uji Etanol
Diketahui : AUC 1 etanol = 5577505
AUC 2 etanol = 5562034
AUC 3 etanol = 5556060
y = 240391x – 432270
Ditanya : Kadar Etanol Dalam Larutan Uji ?
Jawab :
 Larutan uji 1
y = 240391x + 432270
5577505 = 240391x + 432270
x = 25 % v/v
 Larutan uji 2
y = 240391x + 432270
5562034 = 240391x + 432270
x = 24,936 % v/v
 Larutan uji 3
y = 240391x + 432270
5556060 = 240391x + 432270

25
x = 24,91 % v/v
6. Presisi

Rata- rata kadar =

=
= 24,9467% v/v
Penentuan presisi larutan uji etanol

No X x rata-rata (x - x rata-rata)2
1 25 % 24,9488% 2,6214 x 10-3
2 24,9356 % 24,9488% 1,7424 x 10-4
3 24,9108 % 24,9488% 1,444 x 10-3
∑(x – x rata-rata)² 4,23964 x 10-3
 SD =

= 0,0460

 RSD =

= 0,1843 %
Nilai RSD = 0,1843 %, nilai tersebut < 2% mengindikasikan validasi
metode presisi sudah valid.
 Akurasi

% Recovery =

% Recovery =

= 99,7952 %
E. Penetapan Kadar Larutan Sampel Etanol

26
Diketahui : AUC 1 etanol = 9333094
AUC 2 etanol = 9124900
AUC 3 etanol = 9280167
y = 240390,56x – 432270,4
Ditanya : Kadar Etanol Dalam Larutan Sampel ?
Jawab :
 Larutan uji 1
y = 240390,56x + 432270,4
9333094 = 240390,56x + 432270,4
x = 40,6229 % v/v
 Larutan uji 2
y = 240390,56x + 432270,4
9124900 = 240390,56x + 432270,4
x = 39,7568 % v/v
 Larutan uji 3
y = 240390,56x + 432270,4
9280167 = 240390,56x + 432270,4
x = 40,4027 % v/v

Rata- rata =

=
= 40,2608 %
7. Presisi
No X x rata-rata (x - x rata-rata)2
1 40,6229 % 40,2608 % 0,13111641
2 39,7568 % 40,2608 % 0,254016
3 40,4027 % 40,2608 % 0,02013561
∑(x – x rata-rata)² 0,40526802
 SD =

= 0,4501488754 %

27
RSD = =
= 1,118 %
Nilai RSD = 1,118 %, nilai tersebut < 2% mengindikasikan validasi
metode presisi sudah valid.
6.3 Perhitungan
6.3.1 Metanol
A. Persamaan regresi linear
Persamaan regresi linier menyatakan hubungan kurva antara konsentrasi
(x) dengan AUC (Y). Untuk menentukan kurva kalibrasi dan persamaan regresi
linier diambil data dari larutan seri etanol yang mana dapat memberikan nilai r
(koefisien korelasi) mendekati 1. Digunakan 5 data sehingga didapatkan
persamaan regresi linier sebagai berikut :
No Larutan Waktu Retensi Konsentrasi AUC

1 Seri I 2,374 0,01 % v/v 2251


2 Seri II 2,255 0,05 % v/v 9429

3 Seri III 2,319 0,1 % v/v 20079

4 Seri IV 2,340 0,2 % v/v 30318


5 Seri V 2,380 0,3 % v/v 52491

Dari 5 data diatas dapat diketahui :

R2 = 0,992128005
a = 1048,937275
b = 165641,3843
Maka persamaan regresi linier larutan seri Metanol :
y = bx + a
y = 165641,3843x + 1048,937275

28
Gambar 6.2 Kurva Kalibrasi Lima Larutan Seri Metanol
 Penentuan Nilai Simpangan Baku Residual
Diketahui : Persamaan regresi linier : y = 165641,3843x + 1048,937275
Seri 1 = 0,01 % v/v
Seri 2 = 0,05% v/v
Seri 3 = 0,1% v/v
Seri 4 = 0,2 % v/v
Seri 5 = 0,3 % v/v
Ditanya : Nilai simpangan baku residual (Sy/x) =......................?
Jawab :
 Seri I
y = 165641,3843x + 1048,937275
y” = 165641,3843(0,01) + 1048,937275
= 2705,351118
 Seri II
y = 165641,3843x + 1048,937275
y” = 165641,3843(0,05) +1048,937275
= 9331,00649
 Seri III
y = 165641,3843x + 1048,937275
y” = 165641,3843(0,1) + 1048,937275

29
= 17613,07571
 Seri IV
y = 165641,3843x + 1048,937275
y” = 165641,3843(0,2) + 1048,937275
= 34177,21414
 Seri V
y = 165641,3843x + 1048,937275
y” = 165641,3843(0,3) + 1048,937275
= 50741,35257

Seri Y y” (y-y”)2
I 2251 2705,351118 206434,9384
II 9429 9331,00649 9602,728002
III 20079 17613,07571 6080782,604
IV 30318 34177,21414 14893533,78
V 52491 50741,35257 3061266,129
∑(𝑦 − 𝑦")² = 24251620,18

= 2843,215327
 Penentuan Nilai LOD dan LOQ
Diketahui : Persamaan regresi linier: y = 165641,3843x + 1048,937275
b = 165641,3843
Sy/x = 2843,215327
Ditanya : Nilai LOD dan LOQ =...........................?
Jawab :
Batas deteksi (LOD)

30
= 0,051494655
Batas kuantifikasi (LOQ)

= 0,17164885
D. Penetapan Kadar Larutan Uji Metanol
Diketahui : AUC 1 metanol = 4361
AUC 2 metanol = 4456
AUC 3 metanol = 4365
y = 165641,3843x + 1048,937275
Ditanya : Kadar Metanol Dalam Larutan Uji ?
Jawab :
 Larutan uji 1
y = 165641,38x + 1048,937275
4361 = 165641,38x + 1048,937275
x = 0,019995381% v/v
 Larutan uji 2
y = 165641,38x + 1048,937275
4456 = 165641,38x + 1048,937275
x = 0,020568909% v/v
 Larutan uji 3
y = 165641,38x + 1048,937275
4365 = 165641,38x + 1048,937275

31
x = 0,02001953% v/v
 Presisi

Rata- rata =

=
= 0,0201946% v/v
 Presisi
No X x rata-rata (x - x rata-rata)2
1 0,019995381 0,0201946 3,968064 x 10-8
2 0,020568909 0,0201946 14,010049 x 10-8
3 0,02001953 0,0201946 3,066001 x 10-8
∑(x – x rata-rata)² 17,97811303 x 10-8

 SD =

= 2,998175531 x 10-4
 RSD =
=
= 1,4846 %
Nilai RSD = 1,4846 %, nilai tersebut < 2% mengindikasikan validasi
metode presisi sudah valid.
 Akurasi

% Recovery =

% Recovery =
= 100,973 %
 Penetapan Kadar Larutan Sampel Metanol
Diketahui : AUC 1 etanol = 4771
AUC 2 etanol = 46178

32
AUC 3 etanol = 927120
y = 165641,38x + 1048,937275
Ditanya : Kadar Etanol Dalam Larutan Sampel ?
Jawab :
 Larutan uji 1
y = 165641,38x + 1048,937275
4771 = 165641,38x + 1048,937275
x = 0,28175 % v/v
 Larutan uji 2
y = 165641,38x + 1048,937275
46178 = 165641,38x + 1048,937275
x = 0,27245 % v/v
 Larutan uji 3
y = 165641,38x + 1048,937275
927120 = 165641,38x + 1048,937275
x = 0,27814 % v/v

 Presisi

Rata- rata =

=
= 0,27745 %
 Presisi
No X x rata-rata (x - x rata-rata)2
1 0,28175 % 0,27745 % 1,849 x 10-5
2 0,27245 % 0,27745 % 2,5 x 10-5
3 0,27814 % 0,27745 % 4,761 x 10-7
∑(x – x rata-rata)² 4,39661 x 10-5
 SD =
=
= 4,6886 x 10-3 %
 RSD =

33
=

= 1,69 %
Nilai RSD = 1,69 % nilai tersebut < 2% mengindikasikan validasi metode presisi
sudah valid.

7. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan penetapan kadar etanol dan metanol yang
terkandung dalam arak Bali dengan menggunakan instrumen kromatografi gas.
Pemisahan kadar etanol dan metanol pada sampel arak bali menggunakan
instrumen kromatografi gas karena kromatografi gas dapat memisahkan dan
mengidentifikasi suatu senyawa organik yang mudah menguap dan juga dapat
melakukan analisis kualitatif dan kuantitatif senyawa dalam suatu campuran
dalam waktu singkat, serta memiliki keunggulan yaitu jumlah pelarut dan sampel
yang digunakan sedikit, lebih efisien, dan mempunyai resolusi dan hasil
pemisahan yang lebih baik dibandingkan dengan metode kromatografi kertas,
kromatografi lapis tipis, atau pun spektrofotometri (Winarno, 2002).
Prinsip kromatografi gas yaitu teknik pemisahan yang mana solut-solut yang
mudah menguap (dan stabil terhadap panas) bermigrasi melalui kolom yang
mengandung fase diam dengan suatu kecepatan yang tergantung pada rasio
distribusinya. Pada umumnya solut akan terelusi berdasarkan pada peningkatan
titik didihnya, kecuali jika ada interaksi khusus antara solut dengan fase diam.
Fase gerak yang berupa gas akan mengelusi solut dari ujung kolom lalu
menghantarkannya ke detektor (Gandjar dan Rohman, 2007). Pada kromatografi
gas, fase geraknya berupa gas yang inert (tidak bereaksi), sedangkan fase diamnya
dapat berupa zat padat atau zat cair. Pemisahan tercapai dengan partisi sampel
antara fase gas bergerak dan fase diam berupa cairan dengan titik didih tinggi
(tidak mudah menguap) yang terikat pada zat padat penunjangnnya (Khopkar,
2003).
Penetapan kadar etanol dan metanol dalam Arak Bali pada praktikum kali
ini bertujuan untuk quality control, yakni untuk mengetahui dan memastikan

34
kadar etanol dan metanol dalam sampel masih dalam batas yang diizinkan.
Quality control terhadap sampel makanan atau minuman yang mengandung
bahan-bahan seperti alkohol dan metanol, sangat diperlukan untuk menghindari
penyalahgunaan terhadap bahan-bahan tersebut serta untuk menentukan kelayakan
konsumsinya. Dimana kadar etanol yang masih diizinkan pada minuman arak
adalah tidak kurang dari 30% v/v dan kadar metanol yang masih diizinkan tidak
lebih dari 0,01% v/v. Jika kadar metanol yang masuk ke dalam tubuh lebih dari
batas yang telah ditentukan akan cepat menimbulkan toksisitas karena didalam
tubuh, metanol mudah terabsorbsi sehingga dengan cepat akan terdistribusi dalam
cairan tubuh. Toksisitas yang ditimbulkan yaitu menyebabkan gangguan
kesadaran dan akan menyebabkan metabolisme asidosis metabolitnya yaitu
formaldehid dan asam format yang dapat menyebabkan kerusakan pada hati.
(BPOM RI, 2010).
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, penetapan kadar etanol dapat
dilakukan dengan dua metode yaitu metode dengan cara destilasi dan cara
kromatografi gas cair (Depkes RI, 1995). Penetapan kadar etanol dan metanol
dalam praktikum ini dilakukan melalui dua tahap dimana tahap pertama yaitu
preparasi sampel dengan metode destilasi dan langkah kedua yaitu penetapan
kadar etanol dan metanol dengan menggunakan kromatografi gas.
Tahap preparasi sampel dengan metode destilasi bertujuan untuk
memisahkan etanol dan metanol dari komponen-komponen seperti gula, air, dan
zat pengotor lainnnya sehingga didapatkan ekstrak murni yang hanya
mengandung etanol dan metanol tanpa ada zat-zat pengotor lain. Preparasi sampel
dengan cara destilasi dilakukan karena instrument GC sangat sensitif sehingga
sampel yang dimasukkan harus mengandung senyawa yang akan dianalisis saja
tanpa pengotor agar tidak mengganggu selektivitas alat untuk mengoptimalkan
pemisahan (Gandjar dan Rohman, 2007).
Penetapan kadar etanol dan metanol dalam arak Bali, menggunakan
instrument kromatografi gas dengan gas pembawa yang digunakan adalah helium.
Suhu awal kolom dijaga selama 50 menit kemudian setiap 2 menit dinaikkan
suhunya 10oC hingga mencapai 220oC. Suhu pada sistem injeksi, kolom, dan

35
detektor harus tetap dijaga agar tidak mengalami penurunan pada saat pemisahan,
karena selain dapat mengganggu proses pemisahan, hal ini juga dapat merusak
alat kromatografi. Pemisahan dengan suhu terprogram mampu meningkatkan
resolusi komponen-komponen dalam suatu campuran yang mempunyai titik didih
pada kisaran yang luas serta mampu mempercepat keseluruhan waktu analisis,
karena senyawa-senyawa dengan titik didih tinggi akan terelusi dengan cepat
(Gandjar dan Rohman, 2007). Proses analisis dengan kromatografi gas dilakukan
melalui tiga tahap, yaitu pengkondisian (conditioning), analisis, dan pendinginan
(cooling). Proses conditioning dilakukan untuk mengkondisikan instrumen dalam
kromatografi gas sesuai yang diharapkan untuk proses analisis. Selain itu, fungsi
dari conditioning adalah untuk menghilangkan sisa-sisa sampel yang mungkin
masih ada dari analisis sebelumnya (Gandjar dan Rohman, 2007).
Pemisahan sampel menggunakan metode GC yakni langkah pertama yang
dilakukan penyuntikan larutan seri standar, dimana larutan seri dengan
konsentrasi terendah diinjeksikan terlebih dahulu kemudian diikuti dengan larutan
seri berkonsentrasi lebih tinggi. Karena apabila penyuntikan diawali dengan
larutan seri berkonsentrasi tinggi, kemungkinan sisa larutan yang terdapat pada
syringe akan mengubah konsentrasi larutan seri berkonsentrasi kecil yang akan
diinjeksikan selanjutnya. Dari larutan seri ini, akan diperoleh data berupa AUC
yang digunakan untuk mendapatkan kurva kalibrasi serta persamaan regresi linier
sehingga dapat menentukan validasi metode linearitas, presisi, batas deteksi
(LOD) dan batas untuk ditentukan kadarnya (LOQ) (Gandjar dan Rohman, 2007).
Selanjutnya, diinjeksikan larutan sampel untuk menentukan kadar etanol
dan metanol dalam sampel. Setelah disuntikan, sampel akan langsung menguap
bersama pelarutnya. Hal ini disebabkan oleh pengaturan suhu yang terus menerus
meningkat akan menyebabkan perubahan fase sampel dari bentuk cair menjadi
gas, sehingga setelah diinjeksikan, sampel akan berubah fase dalam waktu yang
singkat. Uap sampel akan dibawa oleh gas pembawa menuju ke kolom dan
mengalami pemisahan yang didasarkan atas titik didih dan afinitasnya terhadap
fase diam. Senyawa-senyawa pada campuran yang memiliki titik didih yang lebih
rendah dan tekanan uap yang tinggi akan terpisah dan terelusi lebih dahulu

36
sedangkan senyawa dengan titik didih yang lebih tinggi akan lebih lama tertahan
pada kolom (Gandjar dan Rohman, 2007).
Gas pembawa yang mengandung analit yang telah keluar akan masuk ke
detektor. Pada detektor sinyal gas pembawa yang mengandung komponen-
komponen tertentu akan diubah menjadi sinyal elektronik. Sinyal elektronik ini
akan dikuatkan oleh amplifier sehingga dapat dibaca pada komputer. Komputer
akan menampilkan kromatogram dan informasi-informasi lain dengan
menggunakan grafik berwarna (Gandjar dan Rohman, 2007).
Dari situlah diperoleh data waktu retensi, spektrum, dan AUC sampel
sehingga dapat menetapkan kadar analit dalam sampel. Jumlah komponen yang
ada dalam suatu sampel akan terlihat dari jumlah peak yang dihasilkan. Setiap
peak akan menghasilkan nilai AUC tersendiri. Pada tahap terakhir
adalah proses cooling. Pada proses ini terjadi penurunan suhu instrumen
kromatografi gas secara bertahap setelah proses analisis selesai. Hal ini dilakukan
untuk pemeliharaan alat agar dapat digunakan kedepannya serta mencegah
kerusakan pada alat (Gandjar dan Rohman, 2007).
Diperoleh nilai AUC tiap komponen dalam larutan seri yang digunakan pada
analisis metanol dan etanol dalam sampel minuman arak bali adalah sebagai berikut:
No Larutan Waktu Retensi Konsentrasi AUC
1 Seri I 2,374 0,01 % v/v 2251
2 Seri II 2,255 0,05 % v/v 9429
3 Seri III 2,319 0,1 % v/v 20079
4 Seri IV 2,340 0,2 % v/v 30318
5 Seri V 2,380 0,3 % v/v 52491
Tabel 7.1 Hasil Analisis Larutan Seri Metanol.
No Larutan Waktu Retensi Konsentrasi AUC

1 Seri I 2,527 10 % v/v 1585363


2 Seri II 2,459 20 % v/v 4134607

3 Seri III 2,424 30 % v/v 7864069

4 Seri IV 2,444 40 % v/v 92819971

37
5 Seri V 2,565 50 % v/v 11031196

Tabel 7.2 Hasil Analisis Larutan Seri Etanol.


Pemisahan dengan metode kromatografi gas terhadap sampel arak bali
didapatkan hasil yaitu AUC pada tiap konsentrasi yang dibuat. Dari hubungan
antara kosentrasi dan AUC diperoleh persamaan regresi linear. Bedasarkan
perhitungan, didapat persamaan regresi linear untuk larutan seri metanol adalah y
= 165641,3843x + 1048,937275, sementara persamaan regresi linear untuk larutan
seri etanol adalah y = 240390,56x – 432270,4. Parameter liniearitas dapat dilihat
dari kurva persamaan regresi yang diperoleh apabila nilai koefisien determinasi
(r2) lebih dari atau sama dengan 0,997 maka telah diterima untuk syarat linearitas
(Gandjar dan Rohman, 2007). Hal ini bertujuan untuk memastikan metode yang
digunakan menghasilkan hasil-hasil uji yang secara langsung proporsional dengan
konsentrasi analit pada kisaran yang diberikan (Gandjar dan Rohman, 2007: 469).
Berdasarkan data yang sudah diperoleh, koefisien determinasi (r 2) seri metanol
sebesar 0,992128005 sedangkan koefisien determinasi (r2) seri etanol sebesar
0,9855862327. Dengan demikian, metode yang digunakan belum valid karena
tidak memenuhi parameter linearitas sebab nilai r2 terukur seri metanol dan etanol
di bawah 0,997.
Larutan seri yang dibuat untuk membuat kurva kelibrasi dan persamaan
regresi linier adalah kelima larutan seri tersebut. Kurva kalibrasi untuk senyawa
metanol dan etanol berdasarkan nilai AUC adalah sebagai berikut:

Gambar 7.3 Kurva Kalibrasi Lima Larutan Seri Metanol

38
Gambar 7.4 Kurva Kalibrasi Lima Larutan Seri Etanol
Persamaan regresi linear yang diperoleh kemudian digunakan untuk
menentukan nilai dari tiap parameter validasi metode yaitu akurasi, presisi, LOD,
dan LOQ serta untuk menetapkan kadar etanol dan metanol dalam sampel.
Parameter validasi metode yang harus ditentukan yaitu LOD dan LOQ. LOD atau
limit of detection merupakan konsentrasi analit terendah dalam sampel yang masih
dapat dideteksi, meskipun tidak selalu dapat dikuantifikasi. Sementara, LOQ atau
limit of quantification adalah batas terendah analit dalam sampel dapat
dikuantifikasi. Berdasarkan pada praktikum, diperoleh LOD dan LOQ metanol
diperoleh sebesar 0,051494655 %v/v dan 0,17164885 %v/v. Dilihat dari nilai
LOD dan LOQ yang diperoleh maka kadar terendah sampel metanol yang dapat
dideteksi dan dapat dikuantifikasi adalah 0,051494655 %v/v dan 0,17164885
%v/v. LOD dan LOQ etanol sebesar 9,4015 %v/v dan 31,3383 %v/v. Dilihat dari
nilai LOD dan LOQ yang diperoleh maka kadar terendah sampel etanol yang
dapat dideteksi dan dapat dikuantifikasi adalah sebesar 9,4015 %v/v dan 31,3383
%v/v.
Sampel Waktu Retensi AUC 1 AUC 2 AUC 3
Metanol 2,380 4361 4456 4365
Etanol 2,553 5577505 5562034 5556060
Tabel 7.5 Hasil Analisis Larutan Uji (metanol 0,02% dan etanol 25%).
Akurasi dari metode yang digunakan dapat ditentukan dengan mencari nilai

39
persen perolehan kembali atau % recovery. Rata-rata perolehan kembali analit
harus berada pada rentang 98-102% (Gandjar dan Rohman, 2007). Pada
penetapan kadar metanol dan etanol dalam larutan uji didapatkan kadar methanol
rata-rata yaitu 0,0201946% v/v dengan nilai presisi yang baik sebesar 1,4846 %
dan nilai akurasi yang akurat sebesar 100,973%. Sedangkan kadar etanol rata-rata
24,9467% v/v dengan nilai presisi yang baik yaitu 0,1843 % dengan nilai akurasi
sebesar 99,7952 %. Dapat disimpulkan bahwa metode yang digunakan sudah absah
karena nilai presisi yang kurang dari 2% dan nilai akurasi pada rentang 98% - 102%.
Sampel Waktu Retensi AUC 1 AUC 2 AUC 3
Metanol 2,448 47718 46178 47120
Etanol 2,553 9333094 9124900 9280167
Tabel 7.6 Hasil Analisis Larutan Sampel
Berdasarkan persamaan regresi linear tersebut maka dapat ditentukan kadar
metanol dan etanol dalam sampel. Kadar metanol sampel 1 adalah 0,28175% v/v,
sampel 2 adalah 0,27245% v/v, sampel 3 adalah 0,27814% v/v. Kemudian, rata-
rata yang didapat berdasarkan perhitungan adalah sebesar 0,27745% v/v.
Sedangkan kadar etanol sampel 1 adalah 40,6229% v/v, sampel 2 adalah
39,7568% v/v, sampel 3 adalah 40,4027% v/v. Kemudian, rata-rata yang didapat
berdasarkan perhitungan adalah sebesar 40,26% v/v. Berdasarkan kadar sampel
metanol 1, 2, dan 3 yang diperoleh maka diiterpretasikan bahwa kadar metanol
dalam sampel tidak memenuhi persyaratan BPOM yaitu tidak lebih dari 0,01%
v/v (BPOM RI, 2016). Berdasarkan kadar sampel etanol 1, 2, dan 3 yang
diperoleh maka diiterpretasikan bahwa kadar etanol dalam sampel tidak
memenuhi persyaratan BPOM yaitu tidak kurang dari 30% v/v. Sehingga
minuman arak bali yang diuji tidak layak dikonsumsi dan diedarkan.
Berdasarkan konsentrasi dari tiga sampel metanol dan tiga sampel etanol
yang diperoleh, maka dapat ditentukan nilai dari parameter validasi metode yaitu
nilai keterulangan (presisi). Presisi dari metode yang digunakan dapat ditentukan
dengan mencari persen nilai simpangan baku relatif (%RSD). Dari hasil
perhitungan, %RSD yang diperoleh yaitu 1,69 % untuk metanol dan 1,118 %
untuk etanol maka metode yang digunakan valid karena berada pada rentang
presisi yaitu kurang dari 2% (Gandjar dan Rohman, 2007).

40
Ditinjau dalam waktu retensi metanol dan etanol dalam sampel menunjukan
bahwa metanol memiliki waktu retensi yang lebih singkat daripada etanol (2,448
berbanding 2,553). Hal ini dikarenakan titik didih metanol lebih rendah
dibandingkan etanol (Kemenkes RI, 2014) sehingga metanol lebih mudah
menguap dan keluar menuju detektor lebih cepat. Namun dalam pustaka yang
diperoleh waktu retensi 4,167 (metanol) dan 4,646 (etanol) dengan menggunakan
alat kromatografi gas GC-agilent Technologies 6890-N Network GC System,
komponen fase diam dan fase gerak dan serta pengondisian yang sama (Astuti,
dkk, 2018). Hal ini dimungkinkan terjadi karena panjang kolom yang digunakan
dalam praktikum lebih pendek (belum diketahui panjangnya), sehingga
menunjukan hasil waktu retensi yang lebih singkat.
8. PENUTUP
8.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, adapun yang dapat disimpulkan adalah
sebagai berikut :
8.1.1 Prinsip pemisahan dan identifikasi dengan metode kromatografi gas adalah
kemudahan dari suatu analit untuk menguap dan bermigrasi melalui suatu kolom
dengan kecepatan berdasarkan pada rasio distribusinya.
8.1.2 Metode preparasi sampel yang digunakan adalah metode destilasi dengan
prinsip yaitu pemisahan dengan analit yang memiliki titik didih lebih rendah akan
menguap terlebih dahulu dan identifikasi dengan menggunakan kromatografi gas
karena analit yaitu etanol dan metanol adalah senyawa yang mudah menguap.
8.1.3 Kadar etanol dan metanol yang terdapat pada sampel adalah 40,2608% v/v
dan 0,27745 % v/v, yang tidak sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh
BPOM.
8.2 Saran
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, adapun saran yang dapat
disampaikan adalah sebagai berikut :
8.2.1 Kepada praktikan, agar lebih memahami prinsip, metode serta step by step
yang akan dilakukan atau dikerjakan di dalam lab, serta memahami teknis

41
pengoprasian alat sehingga nantinya dapat diterapkan dengan baik dalam dunia
kerja kefarmasian.
8.2.2 Kepada asisten dosen, agar lebih mendampingi praktikan, juga
menyediakan masing-masing alat yang akan di gunakan praktikum disetiap meja
kelompok terdapat alat-alat yang diperlukan oleh praktikan. Agar nantinya
praktikan tidak bingung dalam mencari alat sampai mengambil dari kelompok
lain.

DAFTAR PUSTAKA
Astuti, W., N. M. Suaniti, dan I. G. Mustika. 2018. Validasi Metode Dalam
Penentuan Kadar Etanol Pada Arak Dengan Menggunakan Kromatografi
Gas Detektor Ionisasi Nyala. Jurnal Kimia. 11 (2) : 128-133.
BPOM RI. 2010. Siker Informasi Keracunan (SIKer) Pedoman Penatalaksanaan
Keracunan Untuk Rumah Sakit. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia.
BPOM RI. 2014. Menilik Regulasi Minuman Beralkohol Indonesia. Jakarta:
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.
BPOM RI. 2016. Standar Keamanan Dan Mutu Minuman Beralkohol. Jakarta:
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.
Chang, R. 2003. Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Gandjar, I. G. dan dan A. Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

42
Hamzah, A.. 2009. Destilasi dan Pengaruhnya terhadap Kenaikan Titik Didih.
Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Kemenkes RI. 2014. Farmakope Indonesia. Edisi V. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Khopkar, S. M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press.
McNair, H. dan J. M. Miller. 2009. Basic Gas Chromatography. Second Edition.
New Jersey: John Wiley and Sons Inc.
Putri, L. S. E. dan D. Sukandar. 2008. Konversi Pati Ganyong (Canna edulis Ker.)
Menjadi Bioetanol melalui Hidrolisis Asam dan Fermentasi. Biodiversitas
9(2):112-116.
Spencer, N.D. 1988. Partial Oxydation of Methane to Formaldehyde by Means of
Molekular Oxygen. Journal of Catalysis, 109(1).
Suarta I. M., dan I Putu Darmawa. 2016. Pengujian Arak Bali Sebagai Aditif
Bahar Bakar. Industri Inovatif 6(2):10-16.
Underwood, A. L. dan R. A. Day. 1983. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

43

Anda mungkin juga menyukai