Anda di halaman 1dari 16

TINJAUAN TEORI PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Dosen Pengampu : Dra. Sorta Simanjuntak, M.Pd

Oleh Kelompok 2 :

Ade Putri Haryanti (1193111038)


Putri Julianti Naibaho (1193111042)
Rohayati Sihotang (1193111058)
Ainita Tamarona Lumban Goal (1193111046)
Thera Maora Manik (1193111040)
Yemima Anastasya Br Ginting (1193111103)

REGULER E, 2019
PENELITIAN TINDAKAN KELAS

S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
AGUSTUS 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “TINJAUAN TEORI
PENELITIAN TINDAKAN KELAS”.

Penulis juga berterima kasih kepada Dra. Sorta Simanjuntak, M.Pd selaku dosen yang
memberikan bimateri, saran, dan kesempatan kepada penulis.

Kami juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan oleh karena itu kami
minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan penulis juga mengharapkan kritik dan saran
yang membangun guna kesempurnaan tugas ini. Kami berharap semoga dengan makalah ini dapat
memberikan pengetahuan bagi para pembaca.

Kami menyadari bahwa makalah saya ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata kami ucapkan terima kasih semoga dapat
bermanfaat dan bisa menambah pengetahuan bagi pembaca.

Kelompok 2

Medan, Agustus 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. i


DAFTAR ISI................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ....................................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................................................. 2
1.3. Tujuan ................................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................ 3
2.1. Pengertian PTK ...................................................................................................................... 3
2.2. Ciri-Ciri PTK ......................................................................................................................... 4
2.3. Tujuan dan Manfaat PTK....................................................................................................... 5
2.4. Karakteristik PTK .................................................................................................................. 6
2.5. Prinsip PTK............................................................................................................................ 6
2.6. Jenis dan Model PK ............................................................................................................... 7
2.7. Isu Strategi Seputar Pelaksanaan PTK ................................................................................... 11
BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 12
3.1. Kesimpulan ........................................................................................................................... 12
3.2. Saran ..................................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 13

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Menurut Uno (2007), pembelajaran merupakan proses interaksi antara pengajar dan peserta
didik. Dalam proses pembelajaran peserta didik akan memperoleh tentang sesuatu yang mereka
belum ketahui, mereka akan mempelajari suatu pengetahuan dengan cara yang lebih efisien, dari
proses tersebut akan adanya kaitan tentang pengetahuan baru pada struktur kognitif yang lebih
mantap, yang dapat diperoleh pada hasil belajar.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bukanlah hal yang baru, sudah berkembang sejak tahun
1970-an atau bahkan sebelumnya. Akan tetapi di dalam dunia pendidikan di Indonesia PTK baru
menarik perhatian banyak pengambil kebijakan dan pelaku pendidikan dalam dua dasa warsa
terakhir. Perhatian yang besar pada PTK didasari oleh keyakinan bahwa upaya perbaikan atau
peningkatan kualitas pembelajaran harus dilakukan oleh pelaku pembelajaran itu sendiri yang
dalam hal ini adalah guru.

Penelitian tindakan berurusan langsung dengan praktik di lapangan dalam situasi alami.
Penelitinya adalah pelaku praktik itu sendiri dan pengguna langsung hasil penelitiannya. Yang
paling menonjol adalah penelitian tindakan ditujukan untuk melakukan perubahan pada semua diri
pesertanya dan perubahan situasi tempat penelitian dilakukan guna mencapai perbaikan praktik
secara perlahan dan berkelanjutan. Dapat disimpulkan ciri utama dari penelitian tindakan adalah
adanya intervensi atau perlakuan tertentu untuk perbaikan kinerja dalam dunia nyata. Selanjutnya,
penelitian tindakan yang diteliti oleh peneliti adalah Penelitian Tindakan Kelas (selanjutnya
disebut PTK).

Kunandar yang dikutip oleh Rochiati (2008: 46) memberikan arti bahwa PTK termasuk
penelitian kualitatif meskipun data dikumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif, di mana uraiannya
bersifat deskriptif, peneliti sebagai instrumen utama pengumpulan data, dengan proses yang sama
pentingnya dengan hasil yang diperoleh. Sedangkan, Rochman (1977) berpendapat PTK adalah
kajian terhadap permasalahan yang bersifat situasional dan kontekstual, ditujukan untuk
menemukan tindakan yang tepat dalam pemecahan masalah yang sedang dihadapi, atau untuk
memperbaiki sesuatu. PTK dapat diartikan sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di
dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi
dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisa
setiap pengaruh dari perlakukan tersebut.

Masnur (2009:12) menyebutkan beberapa karakteristik PTK, antara lain: (1) Masalah PTK
berawal dari guru, guru merasakan ada masalah di kelasnya ketika mengajar dan berusaha
mengatasi masalah tersebut dengan sebuah penelitian yang disebut dengan PTK; (2) Tujuan PTK
memperbaiki pembelajaran, guru berupaya memperbaiki proses pembelajaran agar lebih efektif.

1
Oleh karena itu, guru tidak boleh mengorbankan proses pembelajaran karena melakukan PTK; (3)
PTK bersifat kolaborasi, dilaksanakan dengan cara berkolaborasi dengan dosen maupun teman
sejawat; (4) PTK memunculkan adanya tindakan tertentu untuk memperbaiki kegiatan belajar
mengajar di kelas; (5) PTK menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik pendidikan.
Hardjodipuro mengatakan bahwa PTK adalah suatu pendekatan untuk memperbaiki pendidikan
melalui perubahan, dengan mendorong para guru untuk memikirkan praktik mengajarnya sendiri,
agar kritis terhadap praktik tersebut dan agar mau utuk mengubahnya. PTK mendorong guru untuk
berani bertindak dan berpikir kritis dalam mengembangkan teori dan rasional bagi mereka sendiri,
dan bertanggung jawab mengenai pelaksanaan tugasnya secara profesional.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang menjadi pembahasan penulis adalah:


1. Apa pengertian dari PTK ?
2. Apa saja ciri-ciri dari PTK itu ?
3. Bagaimana dengan tujuan dan manfaat PTK ?
4. Bagaimana karakteristiknya PTK itu ?
5. Apa saja prinsip-prinsip PTK ?
6. Apa saja jenis dan model PTK ?
7. Bagaimana dengan Isu Strategi Seputar Pelaksanaan PTK ?

1.3. Tujuan

Tujuan yang menjadi pembahasan penulis adalah:


1. Bertujuan untuk lebih mengetahui pengertian dari PTK.
2. Untuk mengetahui ciri-ciri dari PTK.
3. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat PTK.
4. Untuk mengetahui karakteristik apa saja yang ada dalam PTK.
5. Untuk mengetahui prinsip-prinsip apa saja yang ada dalam PTK.
6. Untuk mengetahui jenis dan model PTK.
7. Untuk memahami tentang Isu Strategi Seputar Pelaksanaan PTK.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas


Penelitian tindakan kelas berasal dari bahasa Inggris, yaitu Classrom Action Research,
yang berarti penelitian dengan melakukan tindakan yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya
sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga
hasil belajar siswa menjadi menjadi meningkat. Pertama kali penelitian tindakan kelas
diperkenalkan oleh Kurt Lewin pada tahun 1946, yang selanjutnya dikembangkan oleh Stephen
Kemmis, Robin Mc Taggart, John Elliot, Dave Ebbutt dan lainnya. Untuk lebih jelasnya, mari kita
perhatikan beberapa pengertian PTK berikut :
Dalam konteks pekerjaan guru, maka penelitian tindakan yang dilakukannya disebut
Penelitian Tindakan Kelas, dengan demikian Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu kegiatan
penelitian dengan mencermati sebuah kegiatan belajar yang diberikan tindakan, yang secara
sengaja dimunculkan dalam sebuah kelas, yang bertujuan memecahkan masalah atau
meningkatkan mutu pembelajaran di kelas tersebut. Tindakan yang secara sengaja dimunculkan
tersebut diberikan oleh guru atau berdasarkan arahan guru yang kemudian dilakukan oleh siswa.
Dalam hal ini arti Kelas tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang
lebih spesifik, yaitu kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima
pelajaran yang sama dari guru yang sama juga.
Kasihani (1999), yang menyatakan bahwa yang dimaksud dengan PTK adalah penelitian
praktis, bertujuan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran di kelas
dengan cara melakukan tindakan-tindakan. Upaya tindakan untuk perbaikan dimaksudkan sebagai
pencarian jawab atas permasalahan yang dialami guru dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari.
Pada pelaksanaannya, setiap masalah yang diungkap dan dicarikan jalan keluar haruslah masalah
yang benar-benar ada dan nyata dialami oleh guru.
Sedangkan menurut Suyanto (1997) secara singkat PTK dapat didefinisikan sebagai suatu
bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu, untuk
memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih
profesional. Oleh karena itu PTK terkait erat dengan persoalan praktek pembelajaran sehari-hari
yang dialami guru.
PTK merupakan siasat guru dalam mengaplikasikan pembelajaran dengan berkaca pada
pengalamnya sendiri atau dengan perbandingan dari guru lain. Lewin (Tahir 2012:77) Menurut
Bahri (2012:8) penelitian tindakan kelas merupakan sebuah kegiatan yang dilaksanakan untuk
mengamati kejadian-kejadian dalam kelas untuk memperbaiki praktek dalam pembelajaran agar
lebih berkualitas dalam proses sehingga hasil belajarpun menjadi lebih baik.

3
Dari beberapa definisi seperti yang telah dikemukakan dimuka maka ciri utama dari
penelitian tindakan adalah adanya intervensi atau perlakuan tertentu untuk perbaikan kinerja dalam
dunia nyata. Elliot (1982) mengatakan, “The fundamental aim of action research is to improve
practice rather than toproduce knowledge (Wina 2011:25).

2.2. Ciri-ciri Penelitian Tindakan Kelas


Ciri khusus Penelitian Tindakan Kelas adalah adanya tindakan nyata yang dilakukan
sebagai bagian dari kegiatan penelitian dalam rangka memecahkan masalah pembelajaran dikelas.
Terdapat sejumlah cirri-ciri yang merupakan keunikan dari Penelitian Tindakan Kelas
dibandingkan dengan penelitian lainnya, antara lain sebagai berikut.
1. Fleksibel
Metode penelitian dengan tindakan kelas bisanya bersifat fleksibel, artinya untuk hasil
penelitianyang dibuat dengan mempertimbangkan waktu dan kondisi sehingga dalam
perjalanannya penelitian memperlihatkan kecenderungan hasil dengan hipotesis
penelitian yang dibuat.
2. Partisipatoris
Riset dengan pendekatan PTK bersifat partisipatoris, artinya si peneliti langsung terjun
di lapangan untuk melakukan penelitian. Selain itujuga mampu menciptakan data
primer sedangkan data sekunder dalam PTK hanya dibuat untuk semacam proposal penelitian.

3. Situasional
Rancangan penelitian dengan tindakan kelas bersifat situasional yang artinya seorang
praktisi penelitian bukan hanya melakukan apa yang diperintahkan oleh kepala sekolah atau
menteri pendidikan, akan tapi peneliti juga harus mampu mencoba berbagai metode dalam
pembelajaran.

Sehingga dengan melakukan penelitian tindakan kelas, proses mencoba dan mencari
metode menjadi terarah dengan penelitian ilmiah.

4. Memberikan Kerangka Kerja


Penelitian tindakan biasanya dilakukan oleh praktisi seperti guru, kepala sekolah,
manajer, supervisor, dan mahasiswa jurusan kependidikan yang menyusun tugas akhir
(skripsi).

Sehingga dalam penyelesaiannya pembuatan PTK selalu memperhatikan


ketidakseimbangan atau kekurangan yang ada pada keadaannya dan bertindak untuk
memperbaikinya melalui rancangan yang terarah. Hal ini dilakukan karena seorang peneliti
selalu akrab dengan situasi praktis, sehingga kemampuan terhadao sistem pengetahuan dan
keterampilan teknik dasar penelitian sangat penting untuk melakukan riset dengan metodologi
ini.

4
5. Senantisa Diperlukan Validas
Riset dengan tindakan kelas sanat dibutakan jenis validitas kepada setiap pihak yang
terkait dengan topik penelitian. Misalnya saja ketika mengangkat objek penelitian tentang
pelajaran matematika maka diperlukan validitas terhadap subjek matematika, yaitu guru.

6. Adanya Komitmen untuk Peningkatkan Pendidikan


Dalam bidang pendidikan, penelitian tindakan kelas dapat menginisiasi dan
mengembangkan pasion seorang guru dalam melakukan penelitian untuk memecahkan
masalah. Hal ini mengindikasikan bahwa penelitian tindakan kelas yang dilakukan guru
berdasarkan aktivitas sehari-hari di kelasnya masing-masing sehingga ada semacam komitmen
untuk memajukannya.

Bahkan dari lingkungan dasar inilah seorang tenaga pendidik dapat menggunakan
logika dan pemecahan masalah secara ilmiah.

7. Praktis
Riset dengan PTK pada dasarnya bersifat praktis tidak seperti pada penelitian
pengembanganyang mencipatakan produk untuk memecahkan permasalahan. Sehingga atas
dasar kepraktisan ini beberapa kampus di Indonesia lebih menyarakan mahasiswa jurusan
pendidikan melakukan berbagai contoh penelitian pengembangan, alasannya agar bisa
mendapatkan solusi atas permasalahan yang terjadi.

8. Adanya unsur Kolaborasi


Penelitian tindakan kelas diperlukan unsur kolaborasi antar berbagai pihak yang terkait
didalamnya. Kaidah ini berlaku untuk guru dan kepala sekolah, ataupun mahasiswa tingkat
akhir dan guru. Sehingga ketika sudah terbiasa dengan logika dan pemecahan masalah ilmiah,
akan lebih mudah bagi untuk saling berbagi dan berdiskusi tentang masalah pendidikan.

2.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tindakan Kelas

1. Tujuan PTK
Tujuan penelitian tindakan kelas atau classroom action research adalah untuk
meningkatkan dan memperbaiki praktik pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru. W.R.
Borg, seperti dikutip oleh Suyatno (1997: 8), menyebutkan bahwa tujuan utama penelitian
tindakan kelas adalah pengembangan keterampilan guru berdasarkan pada persoalan-persoalan
pembelajaran yang dihadapi oleh guru di kelasnya, dan bukan bertujuan untuk pencapaian
pengetahuan umum dalam bidang pendidikan.
Berkenaan dengan tujuan, PTK merupakan salah satu cara strategis bagi guru untuk
meningkatkan dan memperbaiki layanan pendidikan. McNiff (Suyatno, 1997) menyebutkan
bahwa dasar utama dilaksanakan penelitian tindakan kelas adalah untuk perbaikan.

5
2. Manfaat PTK

Manfaat PTK adalah sebagai berikut:


a. Membuat guru peka dan tanggap terhadap dinamika pembelajaran di kelasnya;
b. Guru menjadi replektif dan kritis terhadap apa yang dilakukan oleh dia dan murinya;
c. Meningkatkan kinerja guru;
d. Dengan tahapan-tahapan PTK, guru mampu memperbaiki proses pembelajarannya melalui
suatu kajian yang dalam terhadap apa yang terjadi di kelas (aktual maupun faktual);
e. PTK tidak mengganggu tugas pokok karena terintegrasi antara tugas pokok dalam proses
pembelajaran dan kerja penelitian
f. PTK membuat guru lebih kreatif, dan inovatif. Selalu memperhatikan kelemahan dan
berupaya mencari solusi.

2.4. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas


PTK mempunyai karakteristik yang berbeda dengan penelitian yang lain. PTK merupakan
penelitian kualitatif meski data yang diperoleh dapat berupa data kuantitatif. Karaktersitik dari
Penelitian Tindakan Kelas antara lain sebagai berikut (Jufri, 2010):
1. PTK dilakukan atas dasar adanya masalah yang dipicu oleh kesadaran guru bahwa praktik
pembelajaran yang dilakukannya di kelas memerlukan perbaikan.
2. PTK merupakan suatu bentuk kegiatan inkuiri yang dilakukan melalui refleksi diri.
3. PTK dilaksanakan di dalam kelas oleh guru sebagai peneliti utama, sehingga penelitian
yang dilakukan terintegrasi dengan kegiatan pembelajaran dan dapat berupa perilaku atau
tindakan inovatif guru dalam proses berinteraksi dengan siswa.
4. PTK bertujuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. Dalam hal ini perbaikan
dilakukaan sendiri oleh guru secara bertahap dan berkesinambungan, selama proses
pelaksanaan penelitian.
Terdapat sejumlah karakteristik yang merupakan keunikan PTK dibandingkan dengan
penelitian pada umumnya, antara lain sebagai berikut (Aqib & Chotibuddin, 2018):
1. PTK merupakan kegiatan yang berupaya memecahkan masalah pembelajaran, dengan
dukungan ilmiah.
2. PTK merupakan bagian penting upaya pengembangan profesi guru melalui aktifitas
berpikir kritis dan sistematis serta membelajarkan guru untuk menulis dan membuat
catatan.
3. Persoalan yang dipermasalahkan dalam PTK berasal dari adanya permasalahan nyata dan
actual (yang terjadi saat ini) dalam pembelajaran di kelas.
4. PTK dimulai dari permasalahann yang sederhana, nyata, jelas, dan tajam mengenai hal-hal
yang terjadi di dalam kelas.
5. Adanya kolaborasi (kerja sama) antara praktisi(guru dan kepala sekolah) dengan peneliti
dalam hal pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan, pengambilan keputusan yang
akhirnya melahirkan kesamaan tentang tindakan (action).

6
2.5. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas
Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh guru (peneliti) dalam pelaksanaan
PTK, yaitu sebagai berikut (Aqib & Chotibuddin, 2018):
1. Tindakan dan pengamatan dalam proses penelitian yang dilakukan tidak boleh
mengganggu atau menghambat kegiatan utama, misalnya bagi guru tidak boleh sampai
mengorbankan kegiatan pembelajaran.
2. Masalah penelitian yang dikaji merupakan masalah yang cukup merisaukan dan berpijak
dari tanggung jawab professional guru di kelas.
3. Metode pengumpulan data yang digunakan tidak menuntut waktu yang lama, sehingga
berpeluang mengganggu proses pembelajaran.
4. Metodologi yang digunakan harus terencana secara cermat dan taat azas PTK.
5. Permasalahan atau topik yang dipilih harus benar-benar nyata, mendesak, menaik, mampu
ditangani, dan berada dalam jangkauan kewenangan peneliti untuk melakukan perubahan.
6. Peneliti harus tetap memperhatikan etika dan tata krama penelitian serta rambu-rambu
pelaksanaan yang berlaku umum.

2.6. Jenis Dan Model Ptk

1. Jenis Penelitian Tindakan Kelas


Ada empat jenis PTK, yaitu:
a) PTK diasnogtik,
b) PTK partisipan,
c) PTK empiris, dan
d) PTK eksperimental (Chein, 1990).

Untuk lebih jelas, berikut dikemukakan secara singkat mengenai keempat jenis PTK
tersebut.

1) PTK Diagnostik
Jenis Diagnostik maksudnya penelitian dilakukan untuk menuntun peneliti ke
arah suatu tindakan karena suatu masalah yang terjadi, misalnya adanya konflik antar
siswa di kelas, adanya pertengkaran di antara siswa dan sejenisnya.
2) PTK Partisipan
Suatu penelitian dikatakan sebagai PTK Partisipan ialah apabila orang yang
akan melaksanakan penelitian harus terlibat langsung dalam proses penelitian sejak
awal sampai dengan hasil penelitian berupa laporan. Dengan demikian, sejak

7
penencanan panelitian peneliti senantiasa terlibat, selanjutnya peneliti memantau,
mencacat, dan mengumpulkan data, lalu menganalisa data serta berakhir dengan
melaporkan hasil panelitiannya. PTK partisipasi dapat juga dilakukan di sekolah
seperti halnya contoh pada butir a di atas. Hanya saja, di sini peneliti dituntut
keterlibatannya secara langsung dan terus-menerus sejak awal sampai berakhir
penelitian.
3) PTK Empiris
Yang dimaksud dengan PTK Empiris ialah apabila peneliti berupaya
melaksanakan sesuatu tindakan atau aksi dan membukakan apa yang dilakukan dan
apa yang terjadi selama aksi berlangsung. Pada prinsipnya proses penelitinya berkenan
dengan penyimpanan catatan dan pengumpulan pengalaman penelti dalam pekerjaan
sehari-hari.
4) PTK Eksperimental

Yang dikategorikan sebagai PTK Eksperimental ialah apabila PTK


diselenggarakan dengan berupaya menerapkan berbagai teknik atau strategi secara
efektif dan efisien di dalam suatu kegiatam belajar-mengajar. Di dalam kaitanya
dengan kegitan belajar-mengajar, dimungkinkan terdapat lebih dari satu strategi atau
teknik yang ditetapkan untuk mencapai suatu tujuan instruksional. Dengan
diterapkannya PTK ini diharapkan peneliti dapat menentukan cara mana yang paling
efektif dalam rangka untuk mencapai tujuan pengajaran.

2. Model-Model Penelitian Tindakan Kelas

Ada beberapa model PTK yang sampai saat ini sering digunakan di dalam
dunia pendidikan, di antaranya: (1) Model Kurt Lewin, (2) Model Kemmis dan Mc
Taggart, (3) Model John Elliot, dan (4) Model Dave Ebbutt.
1. Model Kurt Lewin
PTK pertama kali diperkenalkan oleh Kurt Lewin pada tahun 1946. Konsep inti
PTK yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin ialah bahwa dalam satu siklus terdiri dari
empat langkah, yaitu:
a) Perencanaan ( planning),
b) Aksi atau tindakan (acting),

8
c) Observasi (observing), dan
d) Refleksi (reflecting) (Lewin, 1990).
Sementara itu, empat langkah dalam satu siklus yang dikemukakan oleh Kurt
Lewin tersebut oleh Ernest T. Stringer dielaborasi lagi menjadi :

a) Perencanaan (planning),
b) Pelaksanaan (implementing), dan
c) Penilaian (evaluating) (Ernest, 1996).
2. Model Kemmis dan Mc. Taggart
Model yang dikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robin Mc. Taggart tidak
terlalu berbeda dengan model Kurt Lewin. Dikatakan demikian karena di dalam satu
siklus atau piutaran terdiri atas empat komponen seperti yang dilaksanakan Lewin.
Keempat komponen tersebut adalah:

a) Perencanaan ( planning),
b) tindakan ( acting )
c) Observasi ( observation ), dan
d) refleksi ( reflection ).
Sesudah satu siklus selesai diimplementasikan, khususnya sesudah ada refleksi,
diikuti dengan adanya perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam bentuk siklus
tersendiri. Demikian seterusnya atau dengan beberapa kali siklus. Kemmis dan Taggart
telah melakukan penelitian tindakan kelas, mengenai proses inkuari pada pelajaran
sains. Ia memfokuskan pada strategi bertanya kepada siswa.

Keputusannya timbul dari pengamatan tahap awal yang menunjukkan bahwa


siswa belajar sains dengan menghafal bukan dalam proses inkuari. Dalam diskusi,
dipikirkannya cara untuk mendorong siswa berinkuari, apakah dengan mengubah
kurikulum atau mengubah cara bertanya kepada siswa. Akhirnya diputuskan untuk
menyusun strategi bertanya untuk mendorong siswa menjawab pertanyaan. Semua
kegiatan ini dilakukan pada tahap perencanaan. Pada kotak act (tindakan), mulai
diajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa untuk mendorong mereka mengatakan
apa yang mereka pahami dan apa yang mereka minati.Pada kotak observasi,
pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban siswa dicatat atau direkam untuk melihat

9
apa yang sedang terjadi. Pengamat juga mencatat dalam buku hariannya. Dalam kotak
refleksi, ternyata kontrol kelas yang terlalu ketat menyebabkan tanya jawab kurang
lancar dilaksanakan, sehingga tidak mencapai hasil yang baik dan perlu diperbaiki.

Pada siklus berikutnya, perencanaan direvisi dengan memodifikasi dalam bentuk


mengurangi pertanyaan-pertanyaan guru yang bersifat mengontrol siswa, agar strategi
bertanya dapat berlangsung dengan baik. Pada tahap tindakan siklus kedua hal itu
dilakukan. Pelaksanaannya dicatat dan direkam untuk melihat pengaruhnya terhadap
perilaku siswa. Pada tahap refleksi, ternyata siswa sulit dikendalikan. Kemmis
merenung, apakah pelajaran dilanjutkan dengan probing atau menggunakan teknik
lain. Demikian permasalahan lanjutan terjadi, dan seterusnya harus kembali pada
perencanaan.

3. Model John Elliot


Apabila dibandingkan dua model yang sudah diutarakan di atas, yaitu Model
Kurt Lewin dan Kemmis-McTaggart, PTK Model John Elliot ini tampak lebih detail
dan rinci. Dikatakan demikian, oleh karena di dalam setiap siklus dimungkinkan terdiri
dari beberapa aksi yaitu antara 3-5 aksi (tindakan). Sementara itu, setiap aksi
kemungkinan terdiri dari beberapa langkah, yang terealisasi dalam bentuk kegiatan
belajar-mengajar. Maksud disusunnya secara terinci pada PTK Model John Elliot ini,
supaya terdapat kelancaran yang lebih tinggi antara taraf- taraf di dalam pelaksanan
aksi atau proses belajar-mengajar. Selanjutnya, dijelaskan pula olehnya bahwa
terincinya setiap aksi atau tindakan sehingga menjadi beberapa langkah oleh karena
suatu pelajaran terdiri dari beberapa subpokok bahasan atau materi pelajaran.

4. Model Dave Ebbutt


Sesudah Dave Ebbutt mempelajari model-model PTK yang dikemukakan para
ahli PTK sebelumnya, dia berpendapat bahwa model- model PTK yang ada seperti
yang diperkenalkan oleh John Elliot, Kemmis dan Mc Taggart, dan sebagainya
dipandang sudah cukup bagus. Akan tetapi, tetapi dalam model-model tersebut masih
ada beberapa hal atau bagian yang belum tepat sehingga masih perlu dibenahi. Pada
dasarnya Ebbutt setuju dengan gagasan-gagasan yang diutarakan oleh Kemmis dan
Elliot tetapi tidak setuju mengenai beberapa interprestasi Elliot mengenai karya

10
Kemmis. Selanjutnya dikatakan pula olehnya tentang pandangan Ebbutt yang
mengatakan bahwa bentuk spiral yang dilakukan oleh Kemmis dan Mc Taggart bukan
merupakan cara baik untuk menggambarkan proses aksi refleksi (actionreflection).

2.7. Isu Strategi Seputar Pelaksanaan PTK


Kriteria keberhasilan dikembangkan dari masalah pembelajaran yang akan dipecahkan
atau tujuan peningkatan kualitas pembelajaran yang ingin dicapai. Dalam pembelajaran banyak
aspek menjadi ukuran keberhasilan. Kegiatan pembelajaran yang tidak menghasilkan tingkat
prestasi akademik seperti yang diinginkan pada peserta didik memiliki masalah pembelajaran
yang perlu dipecahkan. Kegiatan pembelajaran yang tidak berdampak pada tumbuhnya motivasi
peserta didik untuk memiliki self-regulated learning, atau kegiatan belajar mandiri memiliki
masalah pembelajaran yang perlu dipecahkan. Kegiatan pembelajaran yang berlangsung dalam
suasana yang tidak menyenangkan, yang menakutkan, yang menimbulkan stress bagi peserta didik
ataupun bagi gurunya, yang menyebabkan peserta didik kehilangan kepercayaan akan
kemampuan dirinya untuk menguasai ketrampilan yang sedang dipelajari, yang mematikan
kemampuan sosial siswa (seperti kerjasama, kepedulian) adalah kegiatan pembelajaran yang
memiliki masalah yang perlu dipecahkan.

Indikator terpecahkannya masalah-masalah tersebut bisa berupa data kuantitatif (seperti


skor hasil tes yang menggambarkan prestasi akademik, frekwensi bertanya yang menggambarkan
keaktifan dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran, dsb), dan atau data kualitatif (seperti
gambaran suasana kelas, gambaran suasana batin peserta didik maupun guru yang bersangkutan).
Data kuantitatif sangat objektif, terukur dengan pasti dan bisa dianalisis secara statitik. Sementara
data kualitatif sangat subjektif berupa gambaran suasana kelas, kecintaan peserta didik pada
bidang yang sedang dipelajarai, dsb.

Strategi pembelajaran yang dihasilkan melalui PTK akan memiliki banyak kelebihan yang
menarik bagi banyak guru lain untuk ikut menggunakannya dalam kelas mereka apabila telah
terbukti mampu mencapai target criteria of success baik yang berupa prestasi akademik maupun
atmosfir akademik yang menunjang.

11
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bukanlah hal yang baru, sudah berkembang sejak tahun
1970-an atau bahkan sebelumnya. Akan tetapi di dalam dunia pendidikan di Indonesia PTK baru
menarik perhatian banyak pengambil kebijakan dan pelaku pendidikan dalam dua dasa warsa
terakhir. Perhatian yang besar pada PTK didasari oleh keyakinan bahwa upaya perbaikan atau
peningkatan kualitas pembelajaran harus dilakukan oleh pelaku pembelajaran itu sendiri yang
dalam hal ini adalah guru. Dalam konteks pekerjaan guru, maka penelitian tindakan yang
dilakukannya disebut Penelitian Tindakan Kelas, dengan demikian Penelitian Tindakan Kelas
adalah suatu kegiatan penelitian dengan mencermati sebuah kegiatan belajar yang diberikan
tindakan, yang secara sengaja dimunculkan dalam sebuah kelas, yang bertujuan memecahkan
masalah atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas tersebut. Tindakan yang secara sengaja
dimunculkan tersebut diberikan oleh guru atau berdasarkan arahan guru yang kemudian dilakukan
oleh siswa. Dalam hal ini arti Kelas tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam
pengertian yang lebih spesifik, yaitu kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama,
menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama juga.

3.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka, banyak harapan penulis agar tenaga pendidik atau
guru lebih memberikan perhatian besar pada penelitian tindakan kelas agar lebih memahami dan
bisa memecahkan masalah yang ada didalam kelas pada saat pembelajaran.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangan meskipun penulis sudah
berusaha semaksimal mungkin. Hal ini disebabkan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan
yang penulis miliki. Oleh karena itu, tidak ada kata-kata yang lebih indah melainkan saran dan
kritik yang membangun dari seluruh pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya sebagai
penutup penulis mohon maaf segala kekurangan dan kesalahan, serta penulis berdo’a semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Z., & Chotibuddin, M. (2018). TEORI DAN APLIKASI PENELITIAN TINDAKAN KELAS.
Yogyakarta: Deepublish.
Aqib, Zainal. 2009, Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Yrama Widya.
Arikunto Suharsimi,dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Angkasa

Jufri, A. W. (2010). Penelitian Tindakan Kelas: Antara Teori dan Praktek. Jurnal Pijar MIPA,
49-52.

Mahmud, H dan Tefi Priatna. (2008). Penelitian Tindakan Kelas Teori dan Praktik. Bandung:
Tsabita

Sanjaya, Wina, 2011, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
MU`ALIMIN. 2014. Penelitian tindakan kelas teori dan praktik. Ganding

13

Anda mungkin juga menyukai