Anda di halaman 1dari 81

UJI STABILITAS DIPERCEPAT SEDIAAN KRIM GAMMA

ORYZANOL

SKRIPSI

TALITHA AMANDA SHABRINA


NIM. 1113102000032

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
SEPTEMBER / 2017
UJI STABILITAS DIPERCEPAT SEDIAAN KRIM GAMMA
ORYZANOL

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi

TALITHA AMANDA SHABRINA


NIM. 1113102000032

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
SEPTEMBER / 2017

i
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama : Talitha Amanda Shabrina


NIM : 1113102000032
Program Studi : Farmasi
Judul : Uji Stabilitas Dipercepat Sediaan Krim Gamma Oryzanol

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh:


Nama : Talitha Amanda Shabrina
NIM : 1113102000032
Program Studi : Farmasi
Judul : Uji Stabilitas Dipercepat Sediaan Krim Gamma Oryzanol

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Safjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

iv
ABSTRAK
Nama : Talitha Amanda Shabrina
NIM : 1113102000032
Program Studi : Farmasi
Judul : Uji Stabilitas Dipercepat Sediaan Krim Gamma Oryzanol

Gamma oryzanol merupakan komponen yang telah ada secara alami dalam dedak
padi. Gamma oryzanol memiliki kemampuan sebagai antioksidan alami sehingga
dapat digunakan untuk perawatan wajah dalam sediaan kosmetik yang dapat
membantu menghindari proses penuaan pada kulit akibat paparan sinar matahari.
Dikarenakan sifat gamma oryzanol yang tidak larut dalam air, pilihan bentuk
sediaan topikal yang sesuai untuk gamma oryzanol adalah krim. Adanya pengaruh
lingkungan dapat mempengaruhi stabilitas sediaan baik secara fisika dan kimia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengamati stabilitas fisika dan kimia sediaan krim
yang mengandung zat aktif gamma oryzanol dengan metode uji stabilitas
dipercepat. Uji stabilitas dipercepat dilakukan dengan menyimpan sediaan krim
gamma oryzanol selama tiga bulan pada suhu 40oC dan dilakukan pengamatan
stabilitas fisik dan kimia pada hari ke-0, 3, 7, 15, 30, 60 dan 90. Uji stabilitas fisik
ditentukan berdasarkan parameter organoleptis, pH, rheologi, dan uji sentrifugasi.
Uji stabilitas kimia dilakukan dengan mengukur kadar gamma oryzanol dalam
sediaan krim dengan menggunakan instrument Spektrofotometri UV-Visible.
Hasil uji stabilitas fisik menunjukkan sediaan krim gamma oryzanol tidak stabil
secara fisik dikarenakan mengalami perubahan nilai parameter uji berupa pH.
Untuk hasil uji stabilitas kimia sediaan krim gamma oryzanol menunjukkan
terjadinya penurunan kadar secara signifikan berturut-turut rerata kadar yang
tersisa sebesar 95,963%, 95,391%, 93,751%, 91,387%, 89,176%, 85,782% dan
81,817%. Hasil ini menunjukkan ketidakstabilan secara kimiawi dari sediaan krim
gamma oryzanol. Sediaan krim gamma oryzanol memiliki masa simpan 72 hari
pada suhu ruang.

Kata kunci: Krim, gamma oryzanol, stabilitas dipercepat, Spektrofotometri UV


Visible

v
ABSTRACT
Name : Talitha Amanda Shabrina
NIM : 1113102000032
Major : Pharmacy
Title : Accelerated Stability Testing of Gamma Oryzanol Cream

Gamma oryzanol is a natural component in rice bran. Gamma oryzanol has the
ability as natural antioxidant, so it can be used as cosmetic to prevent aging in
skin as a result of sun rays exposure. Because gamma oryzanol is lipophilic, the
choice of dosage form that suitable with gamma oryzanol was cream.
Environmental factors can altered psychochemical stability of dosage form. The
purpose of this research was to observe psychochemical stability of gamma
oryzanol cream with accelerated stability testing method. Accelerated stability
testing was done by storing gamma oryzanol cream for three months at
temperature 40oC and observed physical and chemistry stability at 0, 3, 7, 15, 30,
60 and 90 days. Physic stability testing was based on parameters such as
organoleptic, pH, rheology and centrifugation test. Chemical stability test was
done by measuring gamma oryzanol concentration in cream with
Spectrophotometer UV-Visible. The result of physic stability test showed that
gamma oryzanol cream not stable physically because there was a changing in pH
value of gamma oryzanol cream. For chemical stability test of gamma oryzanol
cream showed the decreasing in concentration of gamma oryzanol significantly
where the remaining concentration after storage were 95,963%, 95,391%,
93,751%, 91,387%, 89,176%, 85,782% and 81,817% consecutively. This showed
the chemical instability of gamma oryzanol cream in this experiment. Gamma
oryzanol cream has 72 days of shelf life in room temperature.

Keywords: Cream, gamma oryzanol, accelerated stability, Spectrophotometer


UV-Visible

vi
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbal’alamiin, segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat


Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini hingga selesai. Penulisan skripsi yang
berjudul “Uji Stabilitas Dipercepat Sediaan Krim Gamma Oryzanol” sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada penulisan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari bimbingan, semangat,
motivasi, bantuan baik moral maupun material serta doa dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, dengan segenap kerendahan dan kesungguhan hati penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Ofa Suzanti Betha, M.Si., Apt dan Bapak Supandi, M.Si., Apt. sebagai
dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, waktu,
tenaga, saran dan membantu penulis dalam penelitian hingga menyusun
skripsi.
2. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, SKM., M.Kes., selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Dr. Nurmeilis, M.Si., Apt. Selaku Ketua Program Studi Farmasi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Nelly Suryani Ph.D., Apt. sebagai pembimbing akademik yang telah
membimbing dan memberikan dukungan dalam menghadapi permasalahan
akademik.
5. Bapak dan Ibu staf pengajar, serta karyawan yang telah memberikan
bimbingan dan bantuan selama menempuh pendidikan di Program Studi
Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
6. Kedua orang tua saya, Mama dan Papa, yaitu Bapak Tamsir, SH., MH dan
Ibu Yenny yang selalu memberikan kasih sayang dan doa yang tiada henti
senantiasa mengiringi perjalanan hidup penulis, serta dukungan baik secara
moril dan materil. Kepada kakakku tersayang Tamimi Hutama Putera dan

vii
Amalia Fitranty Almira, serta calon keponakan yang telah memberikan doa
dan semangat dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
7. Teman seperjuangan penelitian, Sinthiya Nur Septiani, Auliyani Rosdiana
dan M. Faisal atas perhatian, kerja sama, kebersamaan dan waktu untuk
mendengarkan segala keluh kesah selama penelitian.
8. Teman sepermainan dan pelabuhan keluh kesah Mari Kita Patenkan, Puspa
Novadianti S, Sinthiya Nur Septiani dan Berliana Novianita. Semoga cita-
cita kita tersampai, “Masuk bareng, wisuda bareng!”.
9. Seluruh laboran, Kak Eris, Kak Rahmadi, Kak Yaenap, Kak Rani, Kak Tiwi,
dan Kak Walid yang telah banyak membantu dalam penelitian ini.
10. Teman-teman seangkatan Farmasi 2013 yang telah memberikan semangat
dan doa selama ini.
11. Semua pihak yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian
dan penulisan yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini. Penulis berdoa
semoga amal baik dari semua pihak yang telah membantu penulis mendapat
balasan dari Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Ciputat, 28 September 2017

Penulis

viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif


Hidayatullah Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Talitha Amanda Shabrina


NIM : 1113102000032
Program Studi : Farmasi
Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Jenis Karya : Skripsi

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya


ilmiah saya, dengan judul :

UJI STABILITAS DIPERCEPAT SEDIAAN KRIM GAMMA ORYZANOL

Untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital
Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk kepentingan akademik sebatas sesuai Undang-Undang Hak Cipta.
Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat
dengan sebenarnya.

Dibuat di : Ciputat
Pada Tanggal : 28 September 2017
Yang menyatakan

(Talitha Amanda Shabrina)

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ......................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv
ABSTRAK ...................................................................................................... v
ABSTRACT .................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1.Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah ...................................................................................... 3
1.3.Tujuan Penelitian ....................................................................................... 3
1.4.Manfaat Penelitian ................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 4
2.1.Gamma Oryzanol ...................................................................................... 4
2.1.1. Sifat Fisikokimia ........................................................................... 4
2.1.2. Kandungan .................................................................................... 4
2.1.3. Ekstraksi ........................................................................................ 5
2.1.4. Fungsi ............................................................................................ 6
2.2.Krim .......................................................................................................... 7
2.2.1. Definisi ......................................................................................... 7
2.2.2. Stabilitas ........................................................................................ 7
2.3.Preformulasi .............................................................................................. 8
2.3.1. Setil Alkohol ................................................................................. 8
2.3.2. Parafin Cair ................................................................................... 8
2.3.3. Propilen Glikol .............................................................................. 9

x
2.3.4. Natrium Lauril Sulfat .................................................................... 9
2.3.5. Metil Paraben ................................................................................ 9
2.3.6. Propil Paraben ............................................................................... 9
2.3.7. Aquadest ........................................................................................ 10
2.4.Validasi Metode ......................................................................................... 10
2.4.1. Akurasi / Kecermatan .................................................................... 10
2.4.2. Presisi/Keseksamaan ..................................................................... 11
2.4.3. Linieritas dan Rentang .................................................................. 11
2.5.Spektrofotometri UV-Vis ........................................................................... 11
2.6.Uji Stabilitas Dipercepat ............................................................................ 12
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 16
3.1.Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 16
3.2.Alat dan Bahan ........................................................................................... 16
3.2.1. Alat ............................................................................................... 16
3.2.2. Bahan ............................................................................................. 16
3.3.Prosedur Kerja............................................................................................ 16
3.3.1. Pembuatan Krim ............................................................................ 16
3.3.2. Validasi Metode Analisis Gamma Oryzanol dalam Krim ............ 17
3.3.3. Uji Stabilitas Dipercepat ............................................................... 19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 21
4.1.Pembuatan Krim Gamma Oryzanol ........................................................... 21
4.2.Validasi Metode Analisis Gamma Oryzanol dalam Krim ......................... 21
4.2.1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum ................................. 21
4.2.2. Kurva Kalibrasi Relatif Gamma Oryzanol Standar....................... 22
4.2.3. Hasil Optimasi Ekstraksi Sediaan Krim Gamma Oryzanol .......... 23
4.2.4. Kurva Kalibrasi Absolut Krim Gamma Oryzanol......................... 24
4.2.5. Hasil Uji Presisi............................................................................. 25
4.2.6. Hasil Uji Akurasi ........................................................................... 25
4.3.Uji Stabilitas Dipercepat ............................................................................ 25
4.3.1. Uji Stabilitas Fisik ......................................................................... 25
4.3.2. Uji Stabilitas Kimia ....................................................................... 31
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 34

xi
5.1.Kesimpulan ................................................................................................ 34
5.2.Saran ........................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 35

xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tabel Rentang Kesalahan dalam Akurasi ........................................ 10
Tabel 3.1 Formulasi Sediaan Krim Gamma Oryzanol ..................................... 17
Tabel 4.1 Absorbansi Seri Konsentrasi Kurva Kalibrasi Relatif Gamma Oryzanol
.......................................................................................................................... 22
Tabel 4.2 Hasil Optimasi Ekstraksi Sediaan Krim Gamma Oryzanol ............. 23
Tabel 4.3 Absorbansi Seri Konsentrasi Kurva Kalibrasi Absolut Gamma Oryzanol
.......................................................................................................................... 24
Tabel 4.4 Persen Uji Perolehan Kembali Sediaan Krim Gamma Oryzanol .... 25
Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Organoleptis Krim Gamma Oryzanol ................ 26
Tabel 4.6 Hasil Pengukuran pH Sediaan Krim Gamma Oryzanol................... 27
Tabel 4.7 Hasil Penetapan Kadar Sediaan Krim Gamma Oryzanol ................ 31

xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur Kimia Senyawa dalam Gamma Oryzanol ...................... 5
Gambar 4.1 Kurva Kalibrasi Gamma Oryzanol Standar ................................. 23
Gambar 4.2 Kurva Kalibrasi Gamma Oryzanol dalam Sediaan Krim ............. 24
Gambar 4.3 Kurva Rheologi Sediaan Krim Gamma Oryzanol Hari ke-0 ....... 28
Gambar 4.4 Kurva Rheologi Sediaan Krim Gamma Oryzanol Hari ke-3 ....... 28
Gambar 4.5 Kurva Rheologi Sediaan Krim Gamma Oryzanol Hari ke-7 ....... 28
Gambar 4.6 Kurva Rheologi Sediaan Krim Gamma Oryzanol Hari ke-15 ..... 29
Gambar 4.7 Kurva Rheologi Sediaan Krim Gamma Oryzanol Hari ke-30 ..... 29
Gambar 4.8 Kurva Rheologi Sediaan Krim Gamma Oryzanol Hari ke-60 ..... 29
Gambar 4.9 Kurva Rheologi Sediaan Krim Gamma Oryzanol Hari ke-90 ..... 30
Gambar 4.10 Kurva Viskositas Sediaan Krim Gamma Oryzanol.................... 30
Gambar 4.11 Spektrum Absorbansi Asam Ferulat UV-Visible ....................... 32

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Spektrum Panjang Gelombang Maksimum Gamma-oryzanol


dalam Pelarut Etil Asetat ............................................................ 40
Lampiran 2 Tabel Optimasi Ekstraksi.............................................................. 41
Lampiran 3 Data Perhitungan Presisi ............................................................... 42
Lampiran 4 Data Perhitungan Akurasi ............................................................. 42
Lampiran 5 Hasil Organoleptis Sediaan Krim Gamma Oryzanol Batch I ....... 43
Lampiran 6 Hasil Organoleptis Sediaan Krim Gamma Oryzanol Batch II ..... 44
Lampiran 7 Hasil Homogenitas Sediaan Krim Gamma Oryzanol Batch I ...... 45
Lampiran 8 Hasil Homogenitas Sediaan Krim Gamma Oryzanol Batch II ..... 46
Lampiran 9 Data Perhitungan pH Sediaan Krim Gamma Oryzanol Batch I ... 47
Lampiran 10 Data Perhitungan pH Sediaan Krim Gamma Oryzanol Batch II 49
Lampiran 11 Data Rheologi Sediaan Krim Gamma Oryzanol Batch I............ 51
Lampiran 12 Data Rheologi Sediaan Krim Gamma Oryzanol Batch II .......... 51
Lampiran 13 Hasil Pengukuran Viskositas Sediaan Krim Gamma Oryzanol . 51
Lampiran 14 Hasil Sentrifugasi Sediaan Krim Gamma Oryzanol Batch I ...... 52
Lampiran 15 Hasil Sentrifugasi Sediaan Krim Gamma Oryzanol Batch II ..... 53
Lampiran 16 Data Perhitungan Kadar Sediaan Krim Gamma Oryzanol Batch I
.......................................................................................................................... 54
Lampiran 17 Data Perhitungan Kadar Sediaan Krim Gamma Oryzanol Batch II
.......................................................................................................................... 56
Lampiran 18 Perhitungan Masa Simpan Krim Gamma Oryzanol pada Suhu Ruang
(25oC) .......................................................................................... 58
Lampiran 19 Spektrum Gamma-oryzanol Hasil Ekstraksi Sediaan Krim H-0 59
Lampiran 20 Spektrum Gamma-oryzanol Hasil Ekstraksi Sediaan Krim H-3 60
Lampiran 21 Spektrum Gamma-oryzanol Hasil Ekstraksi Sediaan Krim H-7 61
Lampiran 22 Spektrum Gamma-oryzanol Hasil Ekstraksi Sediaan Krim H-1562
Lampiran 23 Spektrum Gamma-oryzanol Hasil Ekstraksi Sediaan Krim H-3063
Lampiran 24 Spektrum Gamma-oryzanol Hasil Ekstraksi Sediaan Krim H-6064
Lampiran 25 Spektrum Gamma-oryzanol Hasil Ekstraksi Sediaan Krim H-9065
Lampiran 26 Sertifikat Analisis Setil Alkohol ................................................. 66

xv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diperlukan suatu sediaan kosmetik yang dapat membantu menghindari
proses penuaan pada kulit akibat paparan sinar matahari. Sediaan kosmetik yang
mengandung antioksidan banyak digunakan sebagai perawatan wajah untuk anti-
aging. Salah satu antioksidan yang tersedia di alam adalah gamma oryzanol.
Gamma oryzanol merupakan campuran ester sterol asam ferulat dan alkohol
triterpen yang hanya terdapat pada minyak dedak padi (Kusbiantoro, dkk., 2012).
Minyak dedak padi diperoleh dari dedak padi yang merupakan hasil sampingan
dari proses penggilingan padi. Indonesia sendiri merupakan negara pengekspor
beras terbesar di kawasan Asia Tenggara (99,28%) dan merupakan produsen padi
terbesar dengan tingkat pertumbuhan produksi mencapai 2,6% disamping
Vietnam dan Thailand (Hermawan, 2013). Umumnya, dedak padi yang dihasilkan
dari penggilingan padi adalah sebanyak 8-12%, sehingga mengacu pada produksi
beras pada tahun 2010 yaitu 66,5 juta ton, maka akan dihasilkan dedak padi
sebanyak 5,3 juta sampai 7,9 juta ton (Kusbiantoro, dkk., 2012). Hal ini
menunjukkan tingginya ketersediaan gamma oryzanol di Indonesia dan besarnya
potensi pemanfaatan gamma oryzanol untuk diaplikasikan sebagai sediaan obat
maupun kosmetik dikarenakan gamma oryzanol sebagai antioksidan memiliki
berbagai macam fungsi seperti menurunkan kolesterol plasma, meningkatkan
massa otot, menurunkan gejala menopause, dan lain-lain (Patel, 2004).
Gamma oryzanol merupakan senyawa yang tidak larut dalam air
(Kusbiantoro, dkk., 2012) sehingga untuk pengaplikasian pada kulit diperlukan
bentuk sediaan yang sesuai dan juga nyaman bagi konsumen. Dikarenakan
sifatnya yang tidak larut dalam air tersebut, pilihan bentuk sediaan topikal secara
umum yang sesuai untuk gamma oryzanol adalah krim. Krim dipilih dikarenakan
nyaman untuk digunakan, mudah dibersihkan, penyebaran mudah, tahan lama dan
dapat melembapkan kulit dikarenakan pada sediaan terdapat bahan yang bersifat
emolien (Aulton, 2003).

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


2

Namun, terdapat beberapa ketidakstabilan dalam krim berupa terjadinya


pemisahan fasa yang dapat terjadi melalui cracking, creaming atau infers fasa.
Pemisahan fasa ini dapat mempengaruhi stabilitas sediaan dikarenakan gamma
oryzanol yang bersifat nonpolar tidak akan terdispersi secara sempurna dalam
sediaan. Meskipun gamma oryzanol termasuk zat yang cukup stabil, namun
adanya fase minyak dalam krim yang rentan mengalami oksidasi dari pengaruh
lingkungan baik suhu, cahaya maupun udara dapat mempengaruhi kestabilan
gamma oryzanol dalam sediaan krim tersebut.
Untuk melihat kestabilan sediaan krim yang mengandung zat aktif gamma
oryzanol dapat dilakukan uji stabilitasnya baik secara fisika maupun kimia.
Stabilitas dari formulasi sediaan selama masa simpan sangat berpengaruh terhadap
kondisi dan fungsi sediaan tersebut. Adanya perubahan dalam karakteristik fisik,
kimia, mikrobiologi dan terapeutik dari tiap komponen obat baik zat aktif maupun
eksipien akan mengarahkan pada ketidakstabilan. Dikarenakan alasan inilah
selama merancang dan mengembangkan bentuk sediaan obat baru diharuskan ada
pertimbangan khusus bahwa zat aktif maupun eksipien harus tetap stabil dan dapat
mempertahankan karakteristiknya selama masa penyimpanan dan tiap produk
harus mengandung tidak kurang dari 90% dari aktivitas terapeutiknya,
mengandung setidaknya 90% dari konsentrasi yang dicantumkan, tidak ada
perubahan yang terlihat, seperti pemudaran, pengendapan dan pembentukan bau
yang tidak sedap, serta tidak menyebabkan toksisitas dan iritasi (Naveed dkk,
2016). Salah satu metode studi stabilitas adalah uji stabilitas dipercepat
(Accelerated Stability Test). Studi ini menggunakan kondisi penyimpanan yang
melebihi kondisi umum, hal ini dilakukan untuk meningkatkan kecepatan
degradasi fisik dan kimia sehingga proses pengamatan degradasi zat aktif dan
kestabilan sediaan dapat dilakukan lebih cepat (Younis, dkk., 2015).
Sehingga dari uraian di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengamati
stabilitas fisika dan kimia sediaan krim yang mengandung zat aktif gamma
oryzanol dengan metode uji stabilitas dipercepat.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


3

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat
diidentifikasi masalah sebagai berikut:
Bagaimana stabilitas fisika dan kimia sediaan krim yang mengandung zat aktif
gamma oryzanol setelah metode uji stabilitas dipercepat?

1.3 Tujuan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui stabilitas fisika dan kimia
sediaan krim yang mengandung zat aktif gamma oryzanol setelah metode uji
stabilitas dipercepat.

1.4 Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah terkait
stabilitas fisika dan kimia sediaan krim yang mengandung zat aktif gamma
oryzanol setelah metode uji stabilitas dipercepat.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gamma Oryzanol

2.1.1 Sifat Fisikokimia


Gamma oryzanol adalah serbuk kristalin putih atau putih kekuningan,
tidak berbau. Gamma oryzanol tidak larut dalam air, sukar larut dalam dietil eter
dan n-heptan, agak sukar larut dalam isopropil alkohol dan praktis larut dalam
kloroform (Bucci, dkk,2003). Menurut Kumar, dkk (2009) kelarutan gamma
oryzanol bervariasi dalam tiap pelarut, kelarutannya cukup tinggi dalam etil metil
keton, diklorometana, etil asetat dan aseton, namun cenderung lebih rendah dalam
isopropanol dan heksana. Gamma oryzanol memiliki berat molekul sebesar
602,98 g/mol dan titik lebur 136oC (Oryza oil and fat chemical co.,ltd, 2010).

2.1.2 Kandungan
Gamma oryzanol merupakan komponen yang telah ada secara alami dalam
dedak padi. Gamma oryzanol adalah campuran dari ester asam ferulat dengan
triterpen alcohol dan sterol. Walaupun awalnya dianggap sebagai senyawa tunggal,
namun telah teridentifikasi bahwa merupakan fraksi yang mengandung asam
ferulat (asam 4-hidroksi-3-metoksinamat) teresterifikasi oleh triterpen alcohol
atau sterol tumbuhan. Analog gamma oryzanol teridentifikasi sebagai ester asam
ferulat dari cycloartenyl, 24-methylene cycloartanyl, campesteryl dan -sitosterol
(Kumar, dkk, 2009) dan merupakan komponen mayor gamma oryzanol terdiri atas
83,6% dari kandungan total (Kim HW, dkk, 2015). Struktur gamma oryzanol
dapat dilihat pada Gambar 2.1.

4 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


5

1 2

3 4

5
Gambar 2.1 Struktur Kimia Senyawa dalam Gamma-oryzanol
Keterangan: 1= Campesteryl ferulate; 2= -Sitosteryl ferulate; 3= Cycloartenyl ferulate; 4=
Cycloartanyl ferulate; 5= 24-Methylene cycloartanyl ferulate (Kumar, dkk., 2009)

2.1.3 Ekstraksi
Beberapa metode ekstraksi telah dilakukan untuk mengekstrak gamma
oryzanol dari bekatul secara optimal, di antaranya liquid phase extraction, solid
phase extraction (SPE), supercritical fluid extraction, dan ekstraksi langsung
menggunakan pelarut. Dari keempat metode tersebut, ekstraksi secara langsung
menggunakan pelarut adalah metode yang paling sering digunakan. Jenis pelarut
yang digunakan beragam, di antaranya heksan, etanol, metanol, dan alkohol rantai
pendek seperti isopropanol. Ekstraksi selama 45-60 menit pada suhu 60oC
memberikan hasil tertinggi dibanding pelarut lainnya, yaitu 1,68 mg/g bekatul.
Namun ekstraksi dengan SPE pada kondisi 680 atm, suhu 50oC selama 25 menit,
akan menghasilkan ekstrak 4 kali lebih banyak.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


6

Ekstraksi gamma oryzanol dari minyak bekatul (RBO) dapat dilakukan dengan
beberapa cara, yaitu:
(1) Mendestilasi minyak pada temperatur rendah. Residu yang diperoleh
kemudian diekstrak dengan larutan hydrosol dan dialkalinisasi dibawah 0,5 N.
Ekstrak yang diperoleh dinetralkan dengan asam organik sampai pH 6.
(2) Menghidrolisis minyak bekatul dengan HCl encer dan merefluks residunya
dengan campuran NaOH dalam metanol. Hasil penyabunan kemudian di
treatment dengan metanol dan disaring. Filtrat yang dihasilkan kemudian
dinetralkan, sementara metanol di evaporasi. Residu yang terbentuk di
treatment dengan HCl encer, dilarutkan dalam dietil eter, dan dihilangkan
asam lemaknya dengan disodium trioxide. Setelah dicuci dengan air, larutan
di evaporasi untuk menghasilkan residu yang mengandung oryzanol
(Kusbiantoro, dkk., 2012).

2.1.4 Fungsi
Gamma oryzanol telah dilaporkan memiliki beberapa kelebihan, beberapa
diantaranya adalah reduksi total kolesterol plasma dan meningkatkan kadar
kolesterol HDL, inhibisi agregasi platelet, dan memiliki karakteristik antioksidan
sehingga dapat digunakan sebagai antioksidan alami untuk meningkatkan
stabilitas makanan, terlebih lagi telah digunakan sebagai penyaring UV-A dalam
sediaan kosmetik sunscreen (Juliano, dkk., 2005). Selain berpengaruh terhadap
kolseterol tubuh, sebuah studi di Jepang meneliti 40 wanita perimenopause yang
menerima 300 mg gamma oryzanol setiap hari selama 4-8 minggu dan
memberikan hasil 90% wanita tersebut mengalami peningkatan dan 40% darinya
mengungkapkan keefektifan yang luar biasa dalam menurunkan gejala menopause.
Efek suplemen gamma oryzanol selama daya tahan pelatihan olah raga juga telah
dipelajari dan bukti menunjukkan bahwa gamma oryzanol mungkin telah
meningkatkan pelepasan endorphin dan membantu perkembangan otot, hal ini
meningkatkan ketertarikan dalam penggunaan gamma oryzanol sebagai suplemen
untuk olah raga (Patel, dkk, 2004). Dalam penelitian oleh Yasukawa dkk, 1998
menunjukkan bahwa komponen aktif dedak padi sitosterol ferulat, 24-
metilkolesterol ferulat, sikloartenol ferulat dan 24-metilensikloartanol ferulat
menginhibisi inflamasi terinduksi TPA pada mencit. Hal ini menunjukkan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


7

kelebihan gamma oryzanol yang juga dapat digunakan sebagai antikanker. Asam
ferulat dan esternya menstimulasi pertumbuhan rambut dan mencegah penuaan
kulit, diferensiasi sel dipercepat dan mengurangi keriput pada wanita lansia pada
senyawa yang mengandung gamma oryzanol (Patel, dkk, 2004).
Tidak hanya fungsi-fungsi di atas, gamma oryzanol juga memiliki
keutamaan lainnya seperti antialergi dengan cara menekan alergi tipe I berikatan
dengan antibody IgE menyebabkan inhibisi ikatan IgE dengan reseptor sel mast
sehingga tidak menimbulkan episode alergi seperti bersin, gatal, ingusan, dan lain-
lain (Oka dkk, 2010). Manfaatnya pada kulit, gamma oryzanol dianggap
menghambat proses pigmentasi melanin dengan cara menahan aktivitas eritema
tirosinase dikarenakan gamma oryzanol mencegah radiasi ultraviolet pada
permukaan kulit dan menghalangi transmisi sinar ultraviolet pada kulit sehingga
gamma oryzanol membantu melindungi kulit terhadap terbentuknya bintik-bintik
noda dan penuaan (Tsuno.co.id).

2.2 Krim
2.2.1 Definisi
Krim adalah sediaan semi-solid mengandung satu atau lebih bahan yang
dilarutkan atau didispersikan dalam baik sebuah emulsi minyak dalam air (M/A)
atau air dalam minyak (A/M) (Ansel, 2011). Jika droplet minyak terdispersi dalam
fase aqueous, maka emulsi tersebut dinamakan sebagai minyak dalam air dan jika
air terdispersi dalam fase minyak, maka emulsi ini disebut sebagai air dalam
minyak. Untuk membuat satu fase terdispersi dalam fase lain, maka digunakan
emulgator yang sesuai (Kawarkhe dkk, 2016). Emulsi m/a paling banyak dipilih
dikarenakan lebih mudah dibersihkan, penyebaran lebih mudah, tidak lengket, dan
meskipun tidak membentuk lapisan oklusif, namun dapat melembapkan kulit
dikarenakan pada sediaan terdapat bahan yang bersifat emolien (Aulton, 2003).

2.2.1 Stabilitas
Stabilitas emulsi dapat hancur melalui cracking, creaming atau infers fasa.
Cracking adalah istilah yang menggambarkan saat fase terdispersi bergabung dan
membentuk lapisan yang terpisah. Cracking dapat muncul saat minyak dalam
emulsi menjadi tengik selama penyimpanan dikarenakan asam yang terbentuk
merusak emulgator menyebabkan kedua fase terpisah. Selanjutnya pada creaming,

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


8

minyak berpisah membentuk lapisan namun masih berupa globul dan dapat
diredispersi dengan cara pengocokan. Meskipun begitu hal ini tetap tidak
diharapkan karena penampilan emulsi akan menjadi tidak bagus lagi. Namun,
creaming kurang akan terjadi jika viskositas sediaan ditingkatkan. Yang terakhir,
infersi fasa adalah proses saat emulsi m/a berubah menjadi emulsi a/m atau
sebaliknya. Untuk stabilitas emulsi, rentang konsentrasi optimal dari fase
terdispersi adalah 30-60% dari volume total. Jika fase terdispersi melebihi jumlah
ini, maka stabilitas sediaan akan menurun. Saat konsentrasi fase terdispersi
mencapai nilai maksimum secara teori sebesar 74% dari volum total, maka infersi
fasa akan lebih besar kemungkinannya untuk terjadi (Marriott, 2010).

2.3 Preformulasi
2.3.1 Setil Alkohol
Memiliki organoleptis berupa lilin putih dengan bau khas dan rasa yang
tawar. Mudah larut dalam eanol 95% dan eter, kelarutan meningkat seiring
meningkatnya suhu, praktis tidak larut dalam air. Bercampur dengan leburan
lemak lain, paraffin cair dan padat dan isopropyl miristat. Titik lebur sebesar 45-
52oC. Stabil dengan adanya asam, basa, cahaya dan udara, tidak menjadi tengik.
Penyimpanan di dalam wadah tertutup rapat dan kering. Dalam sediaan krim
digunakan karena efek emollient, menyerap air, dan sebagai emulgator (2-5%)
(Rowe, dkk., 2009).

2.3.2 Parafin Cair


Berupa cairan berminyak kental, tak berwarna, transparan, tanpa
fluorosensi dalam cahaya siang hari. Praktis tidak berasa dan tidak berbau saat
dalam keadaan dingin dan memiliki bau samar seperti petroleum saat dipanaskan.
Praktis tidak larut dalam etanol 95%, gliserin, dan air; larut dalam aseton, benzena,
kloroform, karbon disulfide, eter, dan petroleum eter. Bercampur dengan minyak
atsiri. Titik didih sebesar >360oC. Mengalami oksidasi saat terpapar panas dan
cahaya, ditandai dengan pembentukan aldehida dan asam organik yang dapat
mengubah rasa dan bau, dan dapat disimpan di dalam wadah tertutup rapat,
terlindung dari cahaya dan kering. Paling banyak digunakan dalam sediaan topikal
dikarenakan karakteristik emoliennya. Dalam emulsi m/a digunakan sebagai
pelarut (1-32%) (Rowe, et al,2009).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


9

2.3.3 Propilen Glikol


Propilen glikol merupakan cairan kental, tidak berbau, tidak berwarna dan
jernih, serta memiliki rasa yang manis dengan sedikit rasa asam yang menyerupai
gliserin. Bercampur dengan aseton, kloroform, etanol 95%, gliserin, dan air; larut
dalam eter. Dalam suhu ruang dan wadah tertutup rapat merupakan bahan yang
stabil, namun pada suhu tinggi dan keadaan terbuka cenderung untuk mengalami
oksidasi. Bersifat higroskopis dan harus disimpan dalam wadah tertutup rapat,
terlindung cahaya dan kering. Dalam formulasi topikal dan kosmetik, propilen
glikol digunakan umumnya karena karakteristik humektan (15%) dan juga sebagai
kosolven (5-80%) (Rowe, et al,2009).

2.3.4 Natrium Lauril Sulfat


Terdiri atas kristal berwarna kuning pucat atau putih, memiliki rasa lembut,
rasa pahit, dan bau samar senyawa lemak. Mudah larut dalam air, menghasilkan
larutan yang keruh, praktis tidak larut dalam kloroform dan eter. NLS merupakan
senyawa yang stabil pada kondisi penyimpanan yang normal, namun dalam
larutan dengan pH 2,5 atau lebih kecil akan mengalami hidrolisis menjadi laurel
alcohol dan natrium bisulfate. Dapat digunakan sebagai emulgator anionik pada
konsentrasi 0,5-2,5% (Rowe, dkk,2009).

2.3.5 Metil Paraben


Organoleptis berupa serbuk kristalin putih, tidak berbau dan memiliki rasa
seperti terbakar. Mudah larut dalam etanol 95% dan propilen glikol, agak sukar
larut dalam gliserin dan air, praktis tidak larut dalam minyak mineral. Pada pH di
atas 8, dalam bentuk larutan akan cepat mengalami hidrolisis. Banyak digunakan
sebagai pengawet (0,02-0,3%) dan memiliki aktivitas antimikroba pada pH 4-8
(Rowe, dkk,2009).

2.3.6 Propil Paraben


Memiliki penampakan berupa serbuk kristalin putih, tidak berbau dan
tidak berwarna. Mudah larut dalam aseton, eter, propilen glikol, etanol 95%, sukar
larut dalam gliserin, sangat sukar larut dalam air. Pada pH di atas 8, dalam bentuk
larutan akan cepat mengalami hidrolisis. Banyak digunakan sebagai pengawet
(0,01-0,6%) dan memiliki aktivitas antimikroba pada pH 4-8 (Rowe, dkk,2009).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


10

2.3.7 Aquadest
Berupa cairan jernih, tidak berwarna dan tidak berbau. Merupakan bahan
yang stabil dan memiliki titik didih sebesar 100oC (FI V, 2014).

2.4 Validasi Metode


Validasi metoda analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap
parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan
bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya. Berikut
beberapa parameter yang digunakan untuk menilai validasi metode analisis:

2.4.1 Akurasi/Kecermatan
Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil
analis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan dalam bentuk
persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Persen perolehan
kembali dinyatakan sebagai rasio antara hasil yang diperoleh dengan hasil yang
sebenarnya (Harmita, 2004). Persen perolehan kembali dapat ditentukan dengan
cara membuat sampel plasebo (eksepien obat, cairan biologis) kemudian ditambah
analit dengan konsentrasi tertentu (biasanya 80% sampai 120% dari kadar analit
yang diperkirakan), kemudian dianalisis dengan metode yang akan divalidasi.
Rentang kesalahan yang diijinkan pada setiap konsentrasi analit pada matriks
dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Tabel Rentang Kesalahan dalam Akurasi
(Sumber: Harmita, 2004)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


11

2.4.2 Presisi/Keseksamaan
Keseksamaan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara
hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika
prosedur diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil dari
campuran yang homogen. Keseksamaan diukur sebagai simpangan baku atau
simpangan baku relatif (koefisien variasi). Kriteria seksama diberikan jika metode
memberikan simpangan baku relatif atau koefisien variasi 2% atau kurang.
Namun, dari penelitian dijumpai bahwa koefisien variasi meningkat dengan
menurunnya kadar analit yang dianalisis. Ditemukan bahwa kadar koefisien
variasi meningkat seiring dengan menurunnya konsentrasi analit. Pada kadar 1%
atau lebih, standar deviasi relative antara laboratorium adalah sekitar 2,5%. Pada
kadar satu per sejuta (ppm) RSDnya adalah 16% dan pada kadar part per billion
(ppb) adalah 32% (Harmita, 2004).

2.4.3 Linieritas dan Rentang


Linieritas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon
secara langsung atau dengan bantuan transformasi matematik yang baik,
proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Linieritas biasanya
dinyatakan dalam istilah variansi sekitar arah garis regresi yang dihitung
berdasarkan persamaan matematik data yang diperoleh dari hasil uji analit dalam
sampel dengan berbagai konsentrasi analit. Sebagai parameter adanya hubungan
linier digunakan koefisien korelasi r pada analisis regresi linier y=a+bx.
Hubungan linier yang ideal dicapai jika nilai r= +1 atau -1 (Harmita, 2004).

2.5 Spektrofotometri UV-Vis


Spektroskopi ultra violet adalah teknik fisik dari spektroskopi optis yang
menggunakan cahaya tampak, ultraviolet dan mendekati rentang infra merah.
Hukum Beer-Lambert mengemukakan bahwa absorbansi suatu larutan secara
langsung proporsional terhadap konsentrasi senyawa yang menyerap dalam
larutan dan panjang gelombang. Sehingga untuk panjang gelombang yang telah
diketahui, spektroskopi UV-Vis dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi
penyerap dalam larutan. Merupakan hal yang penting untuk mengetahui seberapa
cepat absorbansi berubah dengan konsentrasi. Metode analisis didasarkan atas
pengukuran absorpsi dari sebuah cahaya monokromatik oleh senyawa tak

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


12

berwarna dalam spektrum mendekati ultraviolet (200-380 nm). Hukum Lambert-


Beer adalah prinsip dibalik absorbansi spektroskopi. Untuk panjang gelombang
tunggal, A adalah absorbansi, a merupakan molar kapasitas penyerapan dari
senyawa atau molekul dalam larutan (M-1cm-1), b adalah lebar kuvet atau tempat
sampel (biasanya 1 cm), dan c adalah konsentrasi larutan (M) dan dapat
dirumuskan sebagai berikut A= a b c .
Data spektroskopis UV-Visible dapat memberikan informasi kualitatif dan
kauntitatif dari suatu senyawa atau molekul. Untuk informasi kuantitatif suatu
senyawa, mengkalibrasi instrument menggunakan konsentrasi yang diketahui dari
senyawa yang akan diuji dalam larutan dengan pelarut yang sama seperti sampel
sangat diperlukan. Untuk membuat kurva kalibrasi setidaknya tiga konsentrasi
dari senyawa dibutuhkan, namun lima konsentrasi akan lebih ideal untuk kurva
yang lebih akurat (Gandhimathi dkk, 2012).

2.6 Uji Stabilitas Dipercepat


Stabilitas didefinisikan sebagai kapasitas senyawa obat atau produk obat
untuk tetap berada dibatas spesifikasi yang ditetapkan untuk menjaga identitas,
kekuatan, kualitas dan kemurniannya sepanjang pengujian kembali atau periode
kadaluarsa. Uji stabilitas adalah salah satu tahap paling penting dalam proses
pengembangan obat dikarenakan dibutuhkan untuk menjamin identitas, potensi
dan kemurnian bahan dalam produk yang diformulasikan (Singh dkk, 2000).
WHO mengungkapkan bahwa stabilitas produk farmaseutikal bergantung
terhadap faktor lingkungan seperti temperatur, kelembaban dan cahaya, begitu
pula faktor yang berasal dari produk obat itu sendiri contohnya karakteristik
fisikokimia zat aktif dan farmaseutikal eksipien, bentuk sediaan dan komposisinya,
proses pembuatan, dan wadah yang digunakan (Tangri dkk, 2012). Dalam United
Stated Pharacopeia (USP), stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan produk
untuk mempertahankan karakteristik yang dimilikinya selama pembuatan
(karakteristik fisik, kimia, mikrobiologi, terapeutik) dalam rentang yang spesifik
sepanjang periode penyimpanan dan pemakaian (David, 2008). Menurut
guidelines ICH, uji stabilitas sediaan didefinisikan sebagai eksperimen sistematik
yang dilakukan kepada sediaan farmaseutik untuk mengetahui dan menyediakan
bukti bagaimana kualitas produk obat berbeda di bawah pengaruh faktor

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


13

lingkungan yang berbeda, seperti suhu, kelembapan, dan cahaya dan untuk
menetapkan periode pengujian ulang untuk obat atau menetapkan waktu simpan
untuk produk obat dan merekomendasikan kondisi penyimpanan yang baik (Kim,
2009).
Stabilitas dari formulasi sediaan selama masa simpan sangat berpengaruh
terhadap kondisi dan fungsi sediaan tersebut. Adanya perubahan dalam
karakteristik fisik, kimia, mikrobiologi dan terapeutik dari tiap komponen obat
baik zat aktif maupun eksipien akan mengarahkan pada ketidakstabilan.
Dikarenakan alasan inilah selama merancang dan mengembangkan bentuk sediaan
obat baru diharuskan ada pertimbangan khusus bahwa zat aktif maupun eksipien
harus tetap stabil dan dapat mempertahankan karakteristiknya selama masa
penyimpanan dan tiap produk harus mengandung tidak kurang dari 90% dari
aktivitas terapeutiknya, mengandung setidaknya 90% dari konsentrasi yang
dicantumkan, tidak ada perubahan yang terlihat, seperti pemudaran, pengendapan
dan pembentukan bau yang tidak sedap, serta tidak menyebabkan toksisitas dan
iritasi (Naveed dkk, 2016). Studi stabilitas dapat digunakan untuk memastikan
pengemasan yang paling sesuai terkait obat dan untuk menjamin produk
memenuhi persyaratan kuantitatif terkait sifat fisikokimia sepanjang masa simpan
produk tersebut (ICH, 1996).
Parameter yang dapat digunakan dalam studi stabilitas, antara lain
karakteristik fisikokimia, kimia dan mikroorganisme. Parameter yang dapat
digunakan untuk karakteristik fisikokimia, antara lain organoleptis, disintegrasi,
disolusi dan kadar air untuk bentuk sediaan tablet dan kapsul. Untuk bentuk
sediaan optalmik, parenteral, suppositoria parameter yang digunakan antara lain
pH, kejernihan larutan, distribusi ukuran partikel, dan sterilitas. Karakteristik
kimia dapat diamati dari pengujian kadar dan degradasi produk untuk semua
bentuk sediaan. Pengujian kejernihan sediaan dari kontaminasi mikroba dapat
digunakan sebagai parameter untuk mengamati karakteristik mikrobial (Singh dkk,
2000). Stabilitas fisik sendiri menggambarkan bahwa formulasi secara
keseluruhan tidak mengalami perubahan sepanjang masa simpannya dan tidak
terdapat perubahan baik dari penampilannya, karakteristik organoleptis, dan
karakteristik fisika lainnya (seperti kekerasan, kerapuhan, ukuran partikel, dsb).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


14

Sifat pelepasan obat (kecepatan dan mekanisme) tidak boleh berubah. Stabilitas
fisik mempengaruhi homogenitas obat dan kecepatan pelepasan obat sehingga
kestabilan fisik termasuk penting dari sudut pandang efisiensi dan keamanan.
Sedangkan, stabilitas kimia menggambarkan kesatuan senyawa kimia yang
tergabung dalam formulasi sebagai obat. Senyawa kimia yang telah ada dalam
formulasi sebagai pengawet atau eksipien juga dapat mempengaruhi atau
mengganggu stabilitas kimia kadar zat aktif. Kestabilan kimia memiliki pengaruh
besar dikarenakan obat akan menjadi kuran efektif saat mengalami degradasi.
Dekomposisi obat juga dapat menghasilkan produk sampingan bersifat toksik
yang dapat menyebabkan bahaya bagi pasien. Terakhir, stabilitas mikrobiologis
menggambarkan bahwa formulasi tidak mengalami kontaminasi mikrobiologis
dan telah memenuhi standar terkait adanya pertumbuhan mikroorganisme yang
dapat mempengaruhi sterilitas sediaan. Ketidakstabilan mikrobiologis pada
sediaan obat steril dapat menyebabkan bahaya (Panda, 2013).
Salah satu metode studi stabilitas adalah uji stabilitas dipercepat
(Accelerated Stability Test). Studi ini menggunakan kondisi penyimpanan yang
melebihi kondisi umum, hal ini dilakukan untuk meningkatkan kecepatan
degradasi fisik dan kimia sehingga proses pengamatan reaksi degradasi dan
memprediksi masa simpan dapat dilakukan lebih cepat (Younis, dll, 2015). Uji
stabilitas dipercepat untuk sistem terdispersi pada bentuk sediaan semisolid
meliputi shaking test, centrifugal test, Freeze-thaw test, dan elevated
themperature test. Kondisi penyimpanan untuk studi stabilitas baik fisika dan
kimia bagi sediaan semisolid adalah pada suhu 40oC dengan waktu penyimpanan
selama 3 bulan (Carstensen, dkk, 2000).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Laboratorium Penelitian II, Laboratorium Teknologi Sediaan Padat,
Laboratorium Kimia Obat, Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia Gedung FKIK
UIN Jakarta.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Thermometer, kaca objek,
timbangan analitik (AND GH-120), pengaduk magnetik, Viskometer HAAKE 6R
(Thermo scientific), sonikator (Elmasonic), sentrifuge, homogenizer (RW 20
Digital, IKA), pH meter (F-52, Horiba), spektrofotometri UV-Vis (U- 2900,
Hitachi) dan alat-alat gelas yang sering dipakai di laboratorium.

3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah gamma oryzanol,
setil alkohol, paraffin cair, natrium lauril sulfat, propilen glikol, metilparaben,
propilparaben, parfum, dan akuades.

3.3 Prosedur Kerja


3.3.1 Pembuatan Krim
3.3.1.1 Formulasi Krim
Formula sediaan krim dapat dilihat pada Tabel 3.1.

16 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


17

Tabel 3.1. Formulasi Sediaan Krim Gamma-oryzanol


(Sumber: Nurdianti dkk., 2016)

Komposisi Penimbangan Bahan (g)


Fase Gamma-oryzanol 0,1
Minyak Parafin Cair 12,5
Setil Alkohol 13
Fase Air Natrium Lauril Sulfat 0,5
Metil Paraben 0,2
Propil Paraben 0,03
Parfum q.s.
Propilen glikol 10
Aquadest Ad 100

3.3.1.2 Pembuatan Krim


Pembuatan emulsi dilakukan dengan cara masing-masing fase, yaitu fase
minyak dileburkan pada suhu 70oC dan fase air dipanaskan pada suhu 70oC di
dalam beaker glass yang berbeda. Kemudian fase minyak ditambahkan ke dalam
fase air perlahan-lahan pada suhu 70-80oC dan diaduk dengan menggunakan
overhead stirrer kecepatan 1000 rpm selama 15 menit, kemudian ditambahkan
parfum setelah suhu krim sudah turun (Smaoui dkk, 2012).

3.3.2 Validasi Metode Analisis Gamma-Oryzanol dalam Krim


3.3.2.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Sebanyak 10 mg gamma oryzanol standar dilarutkan ke dalam 100 mL etil
asetat sehingga diperoleh larutan induk dengan konsentrasi 100 ppm. (Bucci dkk,
2003). Dari larutan induk dilakukan pengenceran hingga 10x sehingga diperoleh
larutan dengan konsentrasi 10 ppm. Larutan tersebut dimasukkan dalam kuvet dan
diukur absorbansinya pada rentang panjang gelombang 200-500 nm (Rahayu, dkk,
2009).

3.3.2.2 Pembuatan Kurva Kalibrasi Standar (Relatif)


Larutan baku dengan seri konsentrasi 8, 10, 12, 14, dan 16 ppm dibaca
absorbansinya pada panjang gelombang maksimum. Dari data hasil absorbansi,
selanjutnya dibuat kurva konsentrasi terhadap absorbansi, lalu dihitung persamaan
kurva bakunya sehingga diperoleh persamaan garis linier y= bx + a. Linieritas dari

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


18

kurva kalibrasi dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi yang mendekati nilai 1
(Rahayu dkk, 2009).

3.3.2.3 Optimasi Ekstraksi


Ditimbang seksama krim yang setara dengan 1 mg gamma oryzanol dan
dilarutkan dalam pelarut etil asetat sebanyak 10 mL pada tube sentrifugasi. Lalu,
dilakukan prosedur ekstraksi sediaan dengan cara sampel divortex, kemudian
disonikasi pada suhu 30oC dilanjutkan dengan sentrifugasi pada kecepatan 3500
rpm selama 15 menit. Supernatan dipipet sebanyak 1 mL dan dimasukkan ke
dalam labuukur 10 mL, diencerkan kembali dengan etil asetat sampai garis tanda.
Kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimum. Dilakukan
variasi waktu pada saat divortex dan disonikasi hingga diperoleh konsentrasi
sampel hasil ekstraksi yang mendekati konsentrasi gamma oryzanol standar 10
ppm dari data kurva kalibrasi relatif (Rahayu dkk, 2009; Noviyanto dkk., 2014;
Khalid dkk, 2017).

3.3.2.4 Pembuatan Kurva Kalibrasi Sediaan (Absolut)


Ditimbang seksama krim yang setara dengan 1 mg gamma oryzanol dan
dilarutkan dalam pelarut etil asetat sebanyak 10 mL pada tube sentrifugasi. Lalu
sampel diekstraksi sesuai dengan metode yang diperoleh pada optimasi ekstraksi.
Supernatan diambil dan dilakukan pembuatan larutan seri konsentrasi 8, 10, 12,
14, dan 16 ppm dibaca absorbansinya pada panjang gelombang maksimum. Dari
data hasil absorbansi, selanjutnya dibuat kurva konsentrasi terhadap absorbansi,
lalu dihitung persamaan kurva kalibrasinya sehingga diperoleh persamaan garis
linier y= bx + a. Linieritas dari kurva kalibrasi dapat dilihat dari nilai koefisien
korelasi yang mendekati nilai 1 (Rahayu dkk, 2009; Noviyanto dkk., 2014; Khalid
dkk, 2017).

3.3.2.5 Uji Presisi


Ditimbang seksama krim yang setara dengan 1 mg gamma oryzanol dan
dilarutkan dalam pelarut etil asetat sebanyak 10 mL pada tube sentrifugasi. Lalu
sampel diekstraksi sesuai dengan metode yang diperoleh pada optimasi ekstraksi.
Supernatan dipipet sebanyak 1 mL dan dimasukkan ke dalam labuukur 10 mL,
diencerkan kembali dengan etil asetat sampai garis tanda. Kemudian diukur

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


19

absorbansinya pada panjang gelombang maksimum dan dilakukan enam kali


pengulangan (Rahayu dkk, 2009; Khalid dkk, 2017).

3.3.2.6 Uji Akurasi


Ditimbang seksama krim gamma oryzanol seberat 1 g dan dilarutkan
dalam pelarut etil asetat sebanyak 10 mL pada tube sentrifugasi. Lalu sampel
diekstraksi sesuai dengan metode yang diperoleh pada optimasi ekstraksi.
Supernatan diambil dan diencerkan hingga diperoleh konsentrasi 12 ppm.
Kemudian dibaca absorbansi dari larutan hasil pengenceran tersebut pada panjang
gelombang maksimum. Proses dilakukan pada sediaan krim dengan konsentrasi
gamma oryzanol 80%, 100% dan 120% (Rahayu dkk, 2009; Harmita, 2004;
Khalid dkk, 2017).

3.3.3 Uji Stabilitas Dipercepat


Sediaan krim gamma oryzanol disimpan dalam oven pada suhu 40±2oC
selama periode 3 bulan. Sediaan diamati stabilitasnya baik fisika dan kimia pada
hari ke-0, 3, 7, 15, 30, 60 dan 90 hari (A.R. Baby, dkk, 2007).

3.3.3.1 Uji Stabilitas Fisik


3.3.3.1.1 Uji Organoleptis
Pengamatan organoleptis dilakukan dengan mengamati sediaan krim
secara visual dari segi warna, homogenitas, dan tekstur. Proses dilakukan pada
setiap penyampelan (Khullar dkk, 2012).

3.3.3.1.2 Uji pH
Sebanyak 10 gram sampel sediaan diukur pHnya menggunakan alat pH
meter. Elektroda dicelupkan ke dalam sediaan dan pH yang muncul dilayar yang
stabil dicatat dan proses dilakukan secara triplo. Pengukuran dilakukan terhadap
sediaan pada suhu ruang (25±2oC) (DepKes RI, 1995). Sediaan krim menurut SNI
harus memenuhi rentang pH yang disyaratkan yaitu 3,5-8 (Badan Standar
Nasional, 1998).

3.3.3.1.3 Uji Viskositas dan Rheologi


Viskositas dan sifat alir diukur menggunakan viskometer Brookfield
dan menggunakan spindel no. 6, Krim dimasukkan ke dalam wadah gelas
kemudian spindel yang telah dipasang diturunkan sehingga batas spindel tercelup

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


20

ke dalam krim. Kecepatan alat dipasang pada 1 rpm, 2 rpm, 3 rpm, 4 rpm, 5 rpm;
dilanjutkan 4 rpm, 3 rpm, 2 rpm, 1 rpm; secara berturur-turut, kemudian dibaca
dan dicatat skalanya. Sifat aliran dapat diperoleh dengan membuat kurva antara
tegangan geser (sb. x) terhadap kecepatan geser (sb. y) (Dewi dkk, 2014).

3.3.3.1.4 Uji Sentrifugasi


Sebanyak 5 gram sampel sediaan dimasukkan ke dalam tabung
sentrifugasi kemudian dilakukan sentrifugasi pada kecepatan 5000 rpm selama 30
menit, lalu diamati terjadinya pemisahan fasa (Elya, dkk, 2013).

3.3.3.2 Uji Stabilitas Kimia


Ditimbang seksama krim yang setara dengan 1 mg gamma oryzanol dan
dilarutkan dalam pelarut etil asetat sebanyak 10 mL pada tube sentrifugasi. Lalu
sampel diekstraksi sesuai dengan metode yang diperoleh pada optimasi ekstraksi..
Supernatan dipipet sebanyak 1 mL dan dimasukkan ke dalam labuukur 10 mL,
diencerkan kembali dengan etil asetat sampai garis tanda. Kemudian dibaca
absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang
maksimum. Kemudiaan ditetapkan kadarnya. Dilakukan perlakuan yang sama
terhadap basis. Penetapan kadar GO dalam krim dilakukan pengulangan 3 kali
dengan penyampelan krim pada bagian atas, tengah dan bawah wadah. Lalu
dihitung waktu simpan krim gamma oryzanol pada suhu ruang (25oC) dapat
dihitung dengan rumus:
ts = λ . te = exp * ( )+ . te

Dimana ts adalah waktu simpan produk pada suhu rekomendasi


penyimpanan, λ adalah faktor dipercepat atau biasa disebut Q10, Ea adalah energi
aktivasi, R adalah konstanta gas, Ts adalah suhu rekomendasi penyimpanan, Te
adalah suhu pada kondisi dipercepat, dan te adalah waktu dimana produk stabil
pada temperatur yang dipercepat (Noviyanto dkk., 2014; Khalid dkk, 2017;
Magari, 2003).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui stabilitas sediaan krim dengan


zat aktif gamma oryzanol baik secara fisik dan kimia. Formula krim dibuat dan
dikembangkan dari riset Nurdianti dkk, 2016. Formulasi yang digunakan telah
disesuaikan dengan ketersediaan bahan yang mudah diperoleh dan juga
kesesuaian zat aktif dengan bahan eksipien lainnya untuk membentuk sediaan
kosmetik krim, seperti emulgator, humektan, stiffening agent, pengawet, pewangi,
dan akuades.

4.1 Pembuatan Krim Gamma oryzanol


Sediaan krim yang dibuat mengandung zat aktif gamma oryzanol yang
memiliki manfaat sebagai antioksidan. Sediaan krim dibuat dengan
mencampurkan fase minyak dan fase air. Untuk menyatukan dan menstabilkan
kedua fase tersebut dibutuhkan emulgator. Emulgator berfungsi untuk
menstabilkan emulsi dengan cara menurunkan tegangan permukaan dan menjaga
perpisahan droplet dengan cara membentuk lapisan penghalang di permukaan
droplet tersebut (Khan dkk, 2011). Emulgator yang digunakan dalam formulasi ini
adalah natrium lauril sulfat dan setil alkohol. Natrium lauril sulfat merupakan
surfaktan yang memiliki muatan anionik. Natrium lauril sulfat dikombinasikan
dengan setil alkohol dikarenakan dapat menstabilkan sediaan krim m/a dengan
cara membentuk lapisan di antara droplet yang bersifat sebagai emulgator
(Aulton, 2003). Natrium lauril sulfat juga berguna sebagai peningkat penetrasi
dikarenakan kemampuannya yang dapat meningkatkan fluiditas lipid epidermis
(Pandey, 2014).

4.2 Validasi Metode Analisis Gamma Oryzanol dalam Krim


4.2.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Panjang gelombang maksimum (maks) merupakan panjang gelombang
dimana terjadi eksitasi elektronik yang memberikan absorbansi maksimum.
Alasan dilakukan pengukuran absorbansi pada panjang gelombang maksimum
dikarenakan perubahan absorban untuk setiap satuan konsentrasi adalah paling

21 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


22

besar pada panjang gelombang maksimum sehingga akan diperoleh kepekaan


analisis yang maksimum (Rahayu, 2009). Dari hasil penelitian diperoleh panjang
gelombang maksimum gamma oryzanol dalam pelarut etil asetat yaitu 320 nm
(Lampiran 1) dan hal ini telah sesuai dengan jurnal Srisaipet dkk (2014) yang
menyatakan bahwa panjang gelombang maksimum gamma oryzanol dalam
pelarut etil asetat adalah sebesar 320 nm. Pemilihan pelarut etil asetat dikarenakan
menurut jurnal yang diteliti oleh Kumar, dkk (2009) kelarutan gamma oryzanol
cukup tinggi dalam etil asetat, namun cenderung lebih rendah dalam isopropanol
dan heksana. Selain itu, hasil persen perolehan kembali kandungan gamma
oryzanol yang terekstraksi paling tinggi diperoleh dengan pelarut etil asetat
dibandingkan dengan pelarut lainnya (Kumar, dkk, 2009).

4.2.2 Kurva Kalibrasi Relatif Gamma Oryzanol Standar


Kadar gamma oryzanol dihitung menggunakan persamaan y=a+bx dimana
variabel y menyatakan absorbansi dan variabel x menyatakan kadar. Nilai r
menunjukkan linearitas kurva kalibrasi tersebut (Rahayu, 2009).
Tabel 4.1. Absorbansi Seri Konsentrasi Kurva Kalibrasi Relatif
Konsentrasi (ppm) Absorbansi
0 0
8 0,375
10 0,459
12 0,543
14 0,642
16 0,730

Linearitas dari metode yang dilakukan dapat menggambarkan ketelitian


pengerjaan analisis suatu metode yang ditunjukkan oleh nilai koefisien
determinasi sebesar >0,997 (Chan, 2004). Kurva kalibrasi relatif diperoleh dari
pengukuran kadar gamma oryzanol standar dalam pelarut etil asetat. Dari hasil
pengukuran absorbansi gamma oryzanol standar dengan seri konsentrasi 8, 10, 12,
14 dan 16 ppm diperoleh persamaan y= 0,04553x + 0,00292 dengan R2 sebesar
0,99965 sehingga kurva kalibrasi gamma oryzanol standar yang dibuat dapat
dinilai telah memenuhi syarat linearitas.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


23

0.8
0.7
Absorbansi
0.6
0.5
0.4 Kurva Kalibrasi Relatif
0.3 GO Standar
0.2
0.1
0
0 10 20
Konsentrasi (ppm)

Gambar 4.1. Kurva Kalibrasi Gamma Oryzanol Standar

4.2.3 Hasil Optimasi Ekstraksi Sediaan Krim Gamma Oryzanol


Dilakukan variasi metode ekstraksi krim gamma oryzanol dan diukur
kadar yang diperoleh dari tiap metode ekstraksi.

Tabel 4.2. Hasil Optimasi Ekstraksi Sediaan Krim Gamma Oryzanol


Waktu Suhu Waktu
Konsentrasi Kadar
Metode Vortex Sonikasi Sonikasi Sentrifugasi
o (ppm) (%)
(menit) ( C) (menit)
3500 rpm 15
A 5 30 10 8,018 80,18
menit
3500 rpm 15
B 5 30 20 8,194 81,94
menit
3500 rpm 15
C 10 30 20 9,490 94,90
menit

Dari hasil kadar krim gamma oryzanol yang diperoleh (Lampiran 2) dapat
dilihat metode C memiliki perolehan kadar gamma oryzanol yang terekstraksi
paling tinggi, sehingga metode C dipilih sebagai metode yang dipakai untuk
mengekstraksi gamma oryzanol dari dalam sediaan krim. Vortex dilakukan untuk
menghomogenasikan sampel dalam pelarut (Rahmi, 2012). Sonikasi dilakukan
untuk memecah basis, hal ini dikarenakan gelombang kejut pada metode sonikasi
akan membentuk banyak rongga pemisah antar partikel sehingga dapat
memisahkan basis (Delmifiana, dkk, 2013). Selanjutnya, untuk memisahkan basis

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


24

dengan zat aktif gamma oryzanol yang telah terlarut dalam pelarut etil asetat,
maka dilakukanlah sentrifugasi (Khalid dkk, 2017).

4.2.4 Kurva Kalibrasi Absolut Gamma Oryzanol dalam Sediaan Krim


Kurva kalibrasi absolut diperoleh dari pengukuran kadar gamma oryzanol
dalam sediaan. Sediaan krim diberi perlakuan terlebih dahulu agar gamma
oryzanol dalam sediaan dapat terekstraksi dari sediaan dan dapat diukur
absorbansinya dengan Spektrofotometri UV-Visible.

Tabel 4.3. Absorbansi Seri Konsentrasi Kurva Kalibrasi Absolut Gamma


Oryzanol
Konsentrasi (ppm) Absorbansi
0 0
8 0,344
10 0,430
12 0,524
14 0,607
16 0,701

Dari hasil pengukuran absorbansi gamma oryzanol dari sediaan krim


dengan seri konsentrasi 8, 10, 12, 14 dan 16 ppm diperoleh persamaan y=
0,04371x - 0,00279 dengan R2 sebesar 0,99979 sehingga kurva kalibrasi gamma
oryzanol dari sediaan krim yang dibuat dapat dinilai telah memenuhi syarat
linearitas.
0.8
0.7
0.6
Absorbansi

0.5
0.4
0.3 Kurva Kalibrasi
0.2 Absolut Krim GO
0.1
0
0 5 10 15 20
Konsentrasi (ppm)

Gambar 4.2. Kurva Kalibrasi Gamma-oryzanol dalam Sediaan Krim

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


25

4.2.5 Hasil Uji Presisi


Presisi atau keseksamaan adalah ukuran yang menunjukkan derajat
kesesuaian antara hasil uji individual dan diukur sebagai simpangan baku atau
simpangan baku relatif (koefisien variasi). Kriteria seksama diberikan jika metode
memberikan simpangan baku relatif atau koefisien variasi 2% atau kurang
(Harmita, 2004). Hasil penelitian menunjukkan koefisien variasi yang diperoleh
sebesar 1,97% (Lampiran 3) sehingga menunjukkan metode yang dilakukan telah
memenuhi persyaratan keseksamaan.

4.2.6 Hasil Uji Akurasi


Akurasi atau kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat
kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan
dinyatakan dalam bentuk persen perolehan kembali (recovery) analit yang
ditambahkan. Dalam penelitian ini kecermatan ditentukan dengan metode simulasi
(spiked-placebo recovery). Dalam metode ini, sejumlah analit bahan murni
ditambahkan ke dalam campuran bahan pembawa sediaan farmasi (plasebo), lalu
campuran tersebut dianalisis dan hasilnya dibandingkan dengan kadar analit murni
yang sebenarnya (Harmita, 2004).

Tabel 4.4. Persen Uji Perolehan Kembali Sediaan Krim Gamma Oryzanol
Krim GO Konsentrasi %UPK
80% 12 ppm 98,81225
100% 12 ppm 97,00107
120% 12 ppm 99,47952

Hasil pengukuran persen perolehan kembali (Lampiran 4) untuk sediaan


krim gamma oryzanol pada tiap konsentrasi diketahui telah memasuki rentang
yang ditentukan untuk kadar analit pada matriks sampel (%) >0,1 yaitu berkisar
95-105% (Harmita, 2004).

4.3 Uji Stabilitas Dipercepat


4.3.1 Uji Stabilitas Fisik
4.3.1.1 Hasil Pengamatan Organoleptis Krim Gamma Oryzanol
Hasil pengamatan organoleptis sediaan krim gamma oryzanol pada hari
ke-0 menunjukkan bahwa krim memiliki warna putih, harum, tidak lengket, dan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


26

mudah tersebar. Krim gamma oryzanol juga menunjukkan tekstur yang lembut.
Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya butiran-butiran kasar pada kaca objek.
Setelah dilakukan penyimpanan pada suhu 40oC dan dilakukan
pengamatan organoleptis sediaan krim gamma oryzanol pada hari ke-3, 7, 15, 30,
60 dan 90, krim gamma oryzanol yang teramati tetap memiliki warna putih,
harum, tidak lengket dan mudah tersebar. Pada tiap pengamatan juga
menunjukkan bahwa krim gamma oryzanol tetap bertekstur lembut (Lampiran 5-
8).

Tabel 4.5. Hasil Pengamatan Organoleptis Sediaan Krim Gamma Oryzanol

Hari A B
ke- Warna Tekstur Warna Tekstur
Lembut, Tidak Lembut, Tidak
0 Putih Putih
lengket lengket
Lembut, Tidak Lembut, Tidak
3 Putih Putih
lengket lengket
Lembut, Tidak Lembut, Tidak
7 Putih Putih
lengket lengket
Lembut, Tidak Lembut, Tidak
15 Putih Putih
lengket lengket
Lembut, Tidak Lembut, Tidak
30 Putih Putih
lengket lengket
Lembut, Tidak Lembut, Tidak
60 Putih Putih
lengket lengket
Lembut, Tidak Lembut, Tidak
90 Putih Putih
lengket lengket
Keterangan: Sampel A= Krim GO Batch I; Sampel B= Krim GO Batch II

4.3.1.2 Hasil Pengukuran pH Krim Gamma Oryzanol


Hasil pengukuran pH sediaan krim gamma oryzanol dapat dilihat pada
Tabel 4.5. Hasil pH sediaan krim gamma oryzanol yang diperoleh ini telah sesuai
dengan persyaratan sediaan krim menurut SNI yang harus memenuhi rentang pH
yang disyaratkan yaitu 3,5-8 (Badan Standar Nasional, 1998). Sediaan pH harus
berada di rentang yang sama dengan pH kulit dikarenakan apabila pH sediaan
terlalu asam dapat menyebabkan iritasi kulit atau jika terlalu basa dapat
menyebabkan kulit menjadi bersisik (Kuncari, dkk., 2014).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


27

Tabel 4.6. Hasil Pengukuran pH Sediaan Krim Gamma Oryzanol


pH Krim GO
Hari ke-
A B
0 6,467±0,03 6,566±0,12
3 6,594±0,09 6,572±0,08
7 6,452±0,08 6,541±0,11
15 6,473±0,08 6,563±0,05
30 7,124±0,03 7,148±0,03
60 6,134±0,01 6,143±0,01
90 6,479±0,02 6,318±0,09
Keterangan: Data merupakan rata-rata pH dari tiga kali pengulangan uji ± SD

Setelah dilakukan penyimpanan pada suhu 40oC dan dilakukan


pengukuran pH sediaan krim gamma oryzanol pada hari ke-3, 7, 15, 30, 60 dan 90
(Lampiran 9-10). Hasil pengukuran pH sediaan krim gamma oryzanol
menunjukkan terdapatnya peningkatan dan penurunan pH sediaan krim gamma
oryzanol selama penyimpanan yang menunjukkan kurang stabilnya sediaan
selama penyimpanan. Adanya perubahan pH pada sediaan krim gamma oryzanol
selama penyimpanan dapat disebabkan karena pembentukan senyawa baru yang
bersifat asam atau basa yang dapat mempengaruhi perubahan nilai pH. Oksidasi
atau pemecahan ikatan rangkap dari senyawa karbonil gamma oryzanol akibat
pemanasan diketahui dapat meningkatkan nilai keasaman (Irwandi dkk, 2000).
Namun, hasil pengukuran pH pada hari ke-30 dimana terjadi peningkatan pH yang
cukup tinggi dari sediaan krim gamma oryzanol dapat disebabkan akibat pH meter
yang tak terkalibrasi sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut terkait penyebab
perubahan nilai pH sediaan krim gamma oryzanol tersebut.

4.3.1.3 Hasil Uji Rheologi dan Viskositas Krim Gamma Oryzanol


Pada sifat uji alir sediaan krim gamma oryzanol diketahui bahwa sifat alir
yang dimiliki berupa tipe aliran plastis tiksotropik. Hal ini dibuktikan dari kurva
menurun yang berada di sebelah kiri kurva menaik (Lampiran 11-12). Setelah
dilakukan penyimpanan pada suhu 40oC dan dilakukan uji sifat alir sediaan krim
gamma oryzanol pada hari ke-3, 7, 15, 30, 60 dan 90 diamati bahwa sifat aliran
sediaan krim gamma oryzanol tetap bersifat aliran plastis tiksotropik.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


28

6 6

Kecepatan Geser (rpm)


Kecepatan Geser (rpm)
5 5
Kurva Kurva
4 4
Menaik Menaik
3 3
2 Kurva 2 Kurva
1 Menuru 1 Menuru
10 60 n 20 40 60 n
Tegangan Geser (%Torque) Tegangan Geser (%Torque)
A B
Gambar 4.3. Kurva Rheologi Sediaan Krim Gamma Oryzanol Hari ke-0
Keterangan: Sampel A= Krim GO Batch I; Sampel B= Krim GO Batch II

6 6
Kecepatan Geser (rpm)

Kecepatan Geser (rpm)


5 5
Kurva Kurva
4 Menaik 4 Menaik
3 3
2 Kurva 2 Kurva
1 Menuru 1 Menuru
n n
10 60 10 60
Tegangan Geser (%Torque) Tegangan Geser (%Torque)
A B
Gambar 4.4. Kurva Rheologi Sediaan Krim Gamma Oryzanol Hari ke-3
Keterangan: Sampel A= Krim GO Batch I; Sampel B= Krim GO Batch II

6 6
Kecepatan Geser (rpm)

Kecepatan Geser (rpm)

5 5
Kurva Kurva
4 Menaik 4 Menaik
3 3
2 Kurva 2 Kurva
1 Menuru 1 Menuru
n n
10 60 10 60
Tegangan Geser (%Torque) Tegangan Geser (%Torque)
A B
Gambar 4.5. Kurva Rheologi Sediaan Krim Gamma Oryzanol Hari ke-7
Keterangan: Sampel A= Krim GO Batch I; Sampel B= Krim GO Batch II

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


29

6 6

Kecepatan Geser (rpm)


Kecepatan Geser (rpm)
5 5
Kurva Kurva
4 Menaik 4 Menaik
3 3
2 Kurva 2 Kurva
1 Menuru 1 Menuru
n 10 60 n
10 60
Tegangan Geser (%Torque) Tegangan Geser (%Torque)
A B
Gambar 4.6. Kurva Rheologi Sediaan Krim Gamma Oryzanol Hari ke-15
Keterangan: Sampel A= Krim GO Batch I; Sampel B= Krim GO Batch II

6 6
Kecepatan Geser (rpm)

Kecepatan Geser (rpm)


5 5
Kurva Kurva
4 Menaik 4 Menaik
3 3
2 Kurva 2 Kurva
1 Menuru 1 Menuru
n n
10 60 10 60
Tegangan Geser (%Torque) Tegangan Geser (%Torque)
A B
Gambar 4.7. Kurva Rheologi Sediaan Krim Gamma Oryzanol Hari ke-30
Keterangan: Sampel A= Krim GO Batch I; Sampel B= Krim GO Batch II

6 6
Kecepatan Geser (rpm)

Kecepatan Geser (rpm)

5 5
Kurva Kurva
4 Menaik 4 Menaik
3 3
2 Kurva 2 Kurva
1 Menuru 1 Menuru
n n
10 60 10 60
Tegangan Geser (%Torque) Tegangan Geser (%Torque)
A B
Gambar 4.8. Kurva Rheologi Sediaan Krim Gamma Oryzanol Hari ke-60
Keterangan: Sampel A= Krim GO Batch I; Sampel B= Krim GO Batch II

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


30

6 6

Kecepatan Geser (rpm)

Kecepatan Geser (rpm)


5 5
Kurva Kurva
4 Menaik 4 Menaik
3 3
2 Kurva 2 Kurva
1 Menuru 1 Menuru
n n
10 60 10 60
Tegangan Geser (%Torque) Tegangan Geser (%Torque)
A B
Gambar 4.9. Kurva Rheologi Sediaan Krim Gamma Oryzanol Hari ke-90
Keterangan: Sampel A= Krim GO Batch I; Sampel B= Krim GO Batch II

Hasil uji viskositas sediaan krim gamma oryzanol dilakukan pada


kecepatan 5 rpm. Hasil uji viskositas pada tiap hari pengamatan menunjukkan
tidak terdapat perubahan besar dari kekentalan sediaan krim gamma oryzanol
(Lampiran 13).
130000
125000
Viskositas (cP)

120000
115000
Kurva A
110000
Kurva B
105000
100000
0 50 100
Waktu Pengamatan (Hari)

Gambar 4.10. Kurva Viskositas Sediaan Krim Gamma Oryzanol


Keterangan: Sampel A= Krim GO Batch I; Sampel B= Krim GO Batch II

Pada sistem tiksotropik, ketika geseran (shear) diterapkan dan aliran


mulai terjadi, struktur akan mulai pecah karena titik-titik kontak terganggu dan
mengindikasikan terganggunya struktur yang tidak segera terbentuk kembali saat
tegangan dihilangkan atau dikurangi (Sinko, 2011). Sifat alir tiksotropik memiliki
sifat yaitu viskositas akan berkurang dengan meningkatnya kecepatan geser. Sifat
aliran tiksotropik merupakan sifat alir yang diinginkan dalam suatu sediaan krim
dimana sediaan memiliki konsistensi tinggi dalam wadah, tetapi dengan sedikit

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


31

gaya dapat dikeluarkan dari wadah dengan mudah dan juga mudah menyebar saat
diaplikasikan (Indrawati dkk, 2010).

4.3.1.4 Hasil Uji Sentrifugasi


Uji sentrifugasi bertujuan untuk memisahkan dua atau lebih zat yang
memiliki kepadatan berbeda karena adanya pengaruh gaya sentrifugal dan
merupakan suatu alat yang berguna untuk menilai dan memprediksi shelf-life
suatu emulsi (Khan dkk, 2010). Hasil uji sentrifugasi dari sediaan krim gamma
oryzanol dari hari ke-0, 3, 7, 15, 30, 60 dan 90 menunjukkan tidak adanya
pemisahan fase (Lampiran 14-15). Kemungkinan hal ini dikarenakan kecepatan
pengadukan selama proses homogenisasi krim yang telah sesuai sehingga
mencegah terjadinya pemisahan selama pengujian (Smaoui dkk, 2012).

4.3.2 Uji Stabilitas Kimia


Pada uji stabilitas kimia sediaan krim gamma oryzanol diperoleh dari
pengukuran kadar gamma oryzanol dalam sediaan krim yang telah diekstraksi
terlebih dahulu, kemudian diukur absorbansinya dengan alat Spektrofotometri
UV-Visible. Sediaan krim gamma oryzanol disimpan dalam oven bersuhu
40±0,5oC dan dilakukan pengukuran kadar gamma oryzanol pada tiap hari ke-0, 3,
7, 15, 30, 60 dan 90. Penyimpanan pada suhu yang ditingkatkan bertujuan untuk
mempercepat laju degradasi kimia dari senyawa aktif dalam sediaan (A.R. Baby,
dkk, 2007).

Tabel 4.7. Hasil Penetapan Kadar Sediaan Krim Gamma Oryzanol


Kadar (%)
Hari ke-
A B Rata-Rata
0 97,336±2,40 94,590±1,08 95,963
3 96,344±2,71 94,438±1,04 95,391
7 93,294±1,72 94,209±0,91 93,751
15 90,396±2,07 92,379±1,37 91,387
30 87,727±1,71 90,625±1,08 89,176
60 86,202±2,47 85,363±1,74 85,782
90 81,474±3,93 82,160±1,39 81,817
Keterangan: Data merupakan rata-rata % kadar dari tiga kali pengulangan uji ± SD

Dari hasil pengukuran kadar dapat dilihat adanya penurunan kadar gamma
oryzanol dalam sediaan krim dimana semakin lama penyimpanan, maka semakin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


32

kecil kadar gamma oryzanol yang tersisa dalam sediaan krim (Lampiran 16-17).
Jika energi aktivasi diketahui, kecepatan degradasi pada temperatur penyimpanan
dapat diprediksi dari data yang diperoleh dari satu temperatur yang ditingkatkan
(Magari dkk., 2003). Berdasarkan penelitian Khuwijitjaru dkk (2009), energi
aktivasi dari gamma oryzanol adalah 45,49 kJ/mol, sehingga setelah dihitung
menggunakan persamaan faktor Q10 dengan prediksi dimana krim gamma
oryzanol memiliki kadar yang tersisa mendekati 90% selama 30 hari, maka
perkiraan masa simpan krim gamma oryzanol pada suhu ruang (25oC) adalah
sekitar 72 hari (Lampiran 18).
Penurunan kadar gamma oryzanol akibat pemanasan juga terjadi pada
penelitian Srisaipet dkk (2014) dimana pemanasan yang dilakukan pada rice bran
oil menunjukkan tingginya suhu untuk pemanasan akan menyebabkan terjadinya
penurunan kadar gamma oryzanol. Gamma oryzanol sendiri terdiri dari campuran
steryl ferulate yang memiliki aktivitas sebagai antioksidan. Proses pemanasan
yang dilakukan terhadap sitostanyl ferulate (salah satu komponen steryl ferulate)
dalam minyak bunga matahari menunjukkan terjadinya degradasi sitostanyl
ferulate, terbukti dari terjadinya penurunan level antioksidan secara perlahan-
lahan selama proses pemanasan tersebut (Nyström dkk, 2007). Hal ini
menunjukkan bahwa peningkatan suhu dapat mempercepat laju degradasi gamma
oryzanol.
Komponen mayor gamma oryzanol sebesar 83,6% dari kandungan total
merupakan senyawa ester asam ferulat (Kim HW, dkk, 2015). Pussayanawin V,
dkk (1987) mengungkapkan bahwa panjang gelombang maksimum asam ferulat
berada pada 320 nm (Gambar 4.4.). Hal ini sesuai dengan panjang gelombang
maksimum gamma oryzanol yaitu sebesar 320 nm (Lampiran 19-25).

Gambar 4.11. Spektrum Absorbansi Asam Ferulat UV-Visible

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


33

(Sumber: Pan, dkk, 2007)

Dalam jurnal Fiddler, dkk (1967) menyatakan bahwa pemanasan dapat


menyebabkan terdekomposisinya asam ferulat. Hal ini menunjukkan bahwa
penurunan kadar gamma oryzanol dalam sediaan krim dapat disebabkan oleh
terjadinya degradasi senyawa asam ferulat akibat penyimpanan dalam suhu tinggi.
Dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa penurunan kadar gamma oryzanol dalam
sediaan krim yang melebihi 90% menunjukkan ketidakstabilan secara kimiawi
dari sediaan krim gamma oryzanol yang diteliti. Selain itu, tidak adanya
antioksidan tambahan untuk mencegah oksidasi yang mungkin terjadi pada
sediaan krim akibat pemanasan juga dapat menjadi faktor pendukung lainnya
yang menyebabkan instabilitas krim gamma oryzanol yang diteliti. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa formulasi basis krim yang digunakan dalam penelitian
ini tidak dapat menjaga stabilitas dari zat aktif gamma oryzanol.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut.
1. Krim gamma oryzanol yang disimpan selama 90 hari pada suhu 40oC
menunjukkan sifat fisik yang tidak stabil dibuktikan dari parameter pH yang
terukur mengalami perubahan yang signifikan.
2. Hasil uji stabilitas kimia krim gamma oryzanol yang disimpan pada suhu
40oC selama 90 hari pada pengamatan hari ke-0, 3, 7, 15, 30, 60, dan 90
rerata kadar yang tersisa berturut-turut adalah 95,963%, 95,391%, 93,751%,
91,387%, 89,176%, 85,782% dan 81,817%. Hasil ini menunjukkan
terjadinya penurunan kadar zat aktif gamma oryzanol secara signifikan,
sehingga dapat disimpulkan bahwa sediaan krim gamma oryzanol yang
diteliti tidak stabil secara kimiawi. Sediaan krim gamma oryzanol memiliki
masa simpan selama 72 hari pada suhu ruang.
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait jalur degradasi gamma
oryzanol menggunakan instrument lainnya.
2. Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut terkait formulasi sediaan obat yang
lebih tepat untuk dapat menjaga stabilitas zat aktif gamma oryzanol dalam
sediaan.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terkait uji stabilitas gamma oryzanol
pada suhu lainnya.

34 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


35

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H., Allen, L., Popovich, N., 2011. Ansel’s pharmaceutical dosage forms
and drug delivery systems, 9th Edition, pp 398, Lippincott Williams &
Wilkins, Baltimore.
A.R. Baby dkk. 2007. Accelerated chemical stability data of o/w fluid emulsions
containing the extract of trichilia catigua ade. juss (and) ptychopetalum
olacoides bentham. Brazilian Journal of Pharmaceutical Sciences, Vol.
43(3): 405-412.
Aulton, M. E. 2003. Pharmaceutics the science of dosage form design, Second
Edition, 408, ELBS Fonded by British Goverment.
Badan Standar Nasional, 1998. SNI 16-4954-1998 krim pemutih kulit, BSN,
Jakarta.
Bucci R., Andrea D. Magri, Antonio L. Magri, Marini F. 2003. Comparison of
three spectrophotometric methods for the determination of γ-oryzanol in
rice bran oil. Anal Bioanal Chem 375: 1254-1259.
Carstensen, dkk. 2000. Drug stability principles and practice. Marcel Dekker.Inc,
New York, USA.
Chan dkk. 2004. Analytical method validation and instrument performance
verification. Wiley Intercine A. John Willy and Sons Inc., Publication.
New Jersey.
David A, Alexander TF. 2008. Fast track: Physical Pharmacy, 1st (edn.), London,
Pharmaceutical Press p: 29.
Delmifiana, dkk. 2013. Pengaruh sonikasi terhadap struktur dan morfologi
nanopartikel yang disintesis dengan metode kopresipitasi. Jurnal Fisika
Unand Vol. 2(3): 186-189.
Dewi dkk. 2014. Uji stabilitas fisik formula krim yang mengandung ekstrak
kacang kedelai (Glycine max). Pharm Sci Res, Vol 1(3): 194-208.
Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan R.I.
Ditjen POM. 2014. Farmakope Indonesia. Edisi V. Jakarta: Departemen
Kesehatan R.I.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


36

Elya, dkk. 2013. Antioxidant cream of Solanum lycopersicum L. Pharm Tech


Research, Vol. 5(1): 233-238.
Fiddler W, dkk. 1967. Thermal decomposition of ferulic acid. J. Agr. Food Chem,
Vol. 15(5): 757-761.
Gandhimathi R, dkk. 2012. Analytical process of drugs by ultraviolet
spectroscopy- a review. International Journal of Pharmaceutical Research
and Analysis, Vol 2(2): 72-78.
Harmita. 2004. Petunjuk pelaksananaan validasi metoda dan cara perhitungannya.
Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol.1. Hal. 119, 122.
Hermawan I. 2013. Analisis perdagangan beras dan ketahanan pangan di negara –
negara asia tengggara. Politica Vol 4(2): 157-195.
ICH. 1996. QIC: Stability Testing for New Dosage Forms.
Indrawati dkk. 2010. Pengaruh butter alpukat terhadap karakteristik krim
pelembut a/m. Majalah Farmasi Indonesia, 21(3): 185-190.
Irwandi dkk. 2000. Effect of rosemary and sage extract on frying performance of
RBD palm olein during deep fat frying. Food Chemistry, vol. 69: 301-308.
Juliano C., Cossu M., Alamanni MC., Piu L. 2005. Antioxidant activity of
gamma-oryzanol: mechanism of action and its effect on oxidative stability
of pharmaceutical oils. International Journal of Pharmaceutics 299: 146-
154.
Kawarkhe, P., Deshmane, S., & Biyani, K. 2016. Natural antioxidant for face
cream: a review, Int J of Res in Cosmetic Sci; 6(1): 1-5.
Khalid dkk. 2017. Encapsulation of -sitosterol plus γ-oryzanol in O/W emulsions:
formulation characteristics and stability evaluation with microchannel
emulsification. Journal of Food and Bioproducts Processing, 222-232.
Khan dkk. 2010. Formulation and pharmaceutical evaluation of a w/o emulsion of
Hippophae ramnoides fruit extract. J. Pharm Res 3: 1342-1344.
Khan dkk. 2011. Basics of pharmaceutical emulsions: a review. African Journal
of Pharmacy and Pharmacology, Vol 5(25): 2715-2725.
Khullar R., Kumar D., Seth N., Saini S. 2012. Formulation and evaluation of
mefenamic acid emulgel for topical delivery. Saudi Pharmaceutical
Journal 20: 63-67.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


37

Khuwijitjaru, Pramote dkk,. 2009. Degradation kinetics of gamma oryzanol in


antioxidant-stripped rice bran oil during thermal oxidation. Journal of
Oleo Science, Japan Oil Chemists Society.
Kim, HW, dkk. 2015. Characterization and quantification of gamma-oryzanol in
grains of 16 koreans rice varieties. International Journal of Food Sciences
and Nutrition 66(2): 166-174.
Kumar, dkk. 2009. Preferential extractability of gamma oryzanol from dried
soapstock using different solvents. J Sci Food Agric 89: 195-200.
Kuncari, dkk. 2014. Evaluasi, uji stabilitas fisik dan sineresis sediaan gel yang
mengandung minoksidil, apigenin dan perasan herba seledri. Bul. Penelit.
Kesehat, Vol. 42(4): 213-222.
Kusbiantoro B., Rakhmi AT. 2012. Review: Gamma oryzanol potensi
tersembunyi dalam produk samping padi. Balai Besar Penelitian Tanaman
Padi, Sukamandi.
Magari, Robert T. 2003. Assessing shelf life using real-time and accelerated
stability tests. Biopharm International Vol 16(11).
Marriott J, dkk. 2010. Pharmaceutical Coumpounding and Dispensing 2nd ed,
Pharmaceutical Press., UK.
Naveed S., Basheer S., Qamar F. 2016. Stability of a dosage form and forced
degradation studies. Journal of Bioequivalence and Bioavailability 8(4):
191-193.
Noviyanto F, Tjiptasurasa, Utami PI. 2014. Ketoprofen penetapan kadarnya dalam
sediaan gel dengan metode spektrofotometri uv-visibel. Pharmacy Vol
11(1).
Nurdianti dkk. 2016. Uji aktivitas antioksidan krim ekstrak daun mangga terhadap
dpph. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada Vol. 16(1): 50-56.
Nyström dkk. 2007. A comparison of the antioxidant properties of steryl ferulates
with tocopherol at high temperatures. Food Chemistry 101: 947-954.
Oka, T., Fujimoto, M., Nagasaka, R., Ushio, H., Hori, M., and Ozaki, H. 2010.
Cycloartenyl ferulate, a component of rice bran oil-derived [gamma] -
oryzanol, attenuates mast cell degranulation. Phytomedicine, 17: 152-156.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


38

Oryza Oil and Fat Chemical Co., Ltd. 2010. Gamma oryzanol food and cosmetics
ingredients.
Pan G, dkk. 2007. UV-Vis spectroscopic characteristics of ferulic acid and related
compounds. Journal of Wood Chemistry and Technology, 22:2-3, 137-146.
Panda dkk. 2013. Stability studies: an integral part of drug development process.
International Journal of Pharmaceutical Research and Bioscience,
Volume 2(6): 69-80.
Pandey dkk. 2014. Role of surfactants as penetration enhancer in transdermal drug
delivery system. Molecular Pharmaceutics & Organic Process Research,
Vol. 2(2): 113-123.
Patel M, Naik MN. 2004. Gamma-oryzanol from rice bran oil-a review. Journal
of Scientific and Industrial Research Vol 63: 569-578.
Phillips T, Kanj L. 1994. Clinicial manisfestations of skin aging. In: Squier C, Hill
MW, eds. The Effect of Aging in Oral Mucosa and Skin. Boca Raton,
Florida: CRC Press;25–40.
Pussayanawin V, dkk. 1987. J-Chromatogr 391 (1): 243-55 diakses dari
https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/ferulic_acid pada tanggal 12-
9-2017 Pukul 20:00 WIB.
Rahayu WS., Utami PI., Fajar SI. 2009. Penetapan kadar tablet ranitidin
menggunakan metode spektrofotometri uv-vis dengan pelarut metanol.
Pharmacy Vol 6(3): 104-125.
Rahmi. 2012. Deteksi molekular vektorpenyebab wssv pada udang windu di
kabupaten talakar. Jurnal Ilmu Perikanan Volume 1(2): 96-101.
Rowe, R.C. dkk. 2009. Handbook of pharmaceutical excipients, 6th Ed, The
Pharmaceutical Press, London.
Singh S dkk. 2000. Stability testing during product development in jain nk
pharmaceutical product development. CBS Publisher and Distributors,
India, 272-293.
Sinko dkk. 2011. Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika Martin Ed.5. Jakarta:
EGC.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


39

Smaoui dkk. 2012. Cosmetic emulsion from virgin olive oil: formulation and
biophysical evaluation. African Journal of Biotechnology Vol. 11(40):
9664-9671.
Srisaipet dkk. 2014. Influence of temperature on gamma oryzanol stability of
edible rice bran oil during heating. International Journal of Chemical
Engineering and Applications, Vol. 5(4): 303-306.
Tangri P dkk. 2012. Who role and guidelines in stability study of pharmaceuticals:
a regulatory perspective. International Journal of Research in
Pharmaceutical and Biomedical Science, 3(3).
Tsuno.co.id
Yasukawa K, dkk. 1998. Inhibitory effect of cycloartenol ferulate, a component of
rice bran on tumor promotion in two-stage carcinogenesis in mouse skin.
Biol Pharma Bull 21, 1072-1076.
Younis dkk. 2015. Stability testing in pharmacy: a review. International Journal
of Institutional Pharmacy and Life Sciences, 5(1): 108-116.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


40

Lampiran 1 Spektrum Panjang Gelombang Maksimum Gamma Oryzanol dalam


Pelarut Etil Asetat

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


41

Lampiran 2 Tabel Optimasi Ekstraksi Gamma Oryzanol dalam Krim


Metode Absorbansi Konsentrasi Kadar(%)
Vorteks 5 menit+Sonikasi 10 menit
30oC+Sentrifugasi 3500 rpm 15 menit 0,368 8,018 80,18
(10 ppm)
Vorteks 5 menit+Sonikasi 20 menit
30oC+Sentrifugasi 3500 rpm 15 menit 0,376 8,194 81,94
(10 ppm)
Vorteks 10 menit+Sonikasi 20 menit
30oC+Sentrifugasi 3500 rpm 15 menit 0,435 9,490 94,90
(10 ppm)
Keterangan: Absorbansi dimasukkan sebagai y dalam persamaan y = 0.04553x +
0.00292
Contoh Perhitungan:
Y= 0,368  0,368 = 0,04553x + 0,00292

X= ppm

Kadar (%) =

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


42

Lampiran 3 Data Perhitungan Presisi

Sampel A x' x'-x mean (x'-x mean)2

1 0.409 9.420956 -0.22878 0.052341


2 0.421 9.695493 0.045756 0.002094
3 0.432 9.947152 0.297415 0.088456
4 0.422 9.718371 0.068634 0.004711
5 0.411 9.466712 -0.18302 0.033498
6 0.419 9.649737 0 0

JUMLAH 57.89842 JUMLAH 0.181098

x mean 9.649737

SD2= 0.03622
SD = 0.190315
KV(%)= 1.972226

Lampiran 4 Data Perhitungan Akurasi


Konsentrasi Absorbansi C real %UPK Rerata %UPK
0,518 11,91466 99,28887
80% 12 ppm 98,81225
0,513 11,80027 98,33562
0,506 11,64013 97,00107
100% 12 ppm 97,00107
0,506 11,64013 97,00107
0,514 11,82315 98,52627
120% 12 ppm 99,47952
0,524 12,05193 100,4328
Keterangan: Absorbansi dimasukkan sebagai y dalam persamaan y=0,04371x –
0,00279
Contoh Perhitungan % UPK:
Y= 0,518  0,518 = 0,04371x – 0,00279

X=

%UPK =

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


43

Lampiran 5 Hasil Organoleptis Sediaan Krim Gamma Oryzanol Batch I


H-0 H-3 H-7

H-15 H-30 H-60

H-90

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


44

Lampiran 6 Hasil Organoleptis Sediaan Krim Gamma Oryzanol Batch II


H-0 H-3 H-7

H-15 H-30 H-60

H-90

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


45

Lampiran 7 Hasil Homogenitas Sediaan Krim Gamma Oryzanol Batch I


H-0 H-3 H-7 H-15 H-30

H-60 H-90

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


46

Lampiran 8 Hasil Homogenitas Sediaan Krim Gamma Oryzanol Batch II


H-0 H-3 H-7 H-15 H-30

H-60 H-90

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


47

Lampiran 9 Data Perhitungan pH Sediaan Krim Gamma Oryzanol Batch I


X x-x
Hari pH (x) (x-x mean)2 Jumlah SD2 SD
mean mean
6.492 0.025 0.0006250
H-0 6.43 6.467 -0.037 0.001369 0.00213 0.00106 0.0326
6.479 0.012 0.000144
6.484 -0.1103 0.012173444
H-3 6.639 6.594 0.04466 0.001995111 0.01848 0.00924 0.0961
6.66 0.06566 0.004312111
6.356 -0.096 0.009216
H-7 6.467 6.452 0.015 0.000225 0.01600 0.00800 0.0894
6.533 0.081 0.006561
6.489 0.01566 0.000245444
H-15 6.55 6.473 0.07666 0.005877778 0.01464 0.00732 0.0855
6.381 -0.0923 0.008525444
7.152 0.02766 0.000765444
H-30 7.13 7.124 0.00566 0.00003211 0.00190 0.00095 0.0308
7.091 -0.0333 0.001111111
6.138 0.00333 0.00001111
H-60 6.122 6.134 -0.0126 0.00016044 0.00025 0.00012 0.0113
6.144 0.00933 0.00008711
6.459 -0.0206 0.00042711
H-90 6.502 6.479 0.02233 0.00049878 0.00092 0.00046 0.0215
6.478 -0.0016 0.00000278

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


48

Anova: Single Factor


SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance
H0 3 19.401 6.467 0.00106
H3 3 19.783 6.594 0.00924
H7 3 19.356 6.452 0.00800
H15 3 19.42 6.473 0.00732
H30 3 21.373 7.124 0.00095
H60 3 18.404 6.134 0.00012
H90 3 19.439 6.479 0.00046
ANOVA
Source of
SS df MS F P-value F crit
Variation
Between 0.00000
1.5882 6 0.264 68.16 2.8477
Groups 0001
Within Groups 0.0543 14 0.003
Total 1.6426 20
Keterangan: Signifikansi <0,05, pH berbeda secara signifikan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


49

Lampiran 10 Data Perhitungan pH Sediaan Krim Gamma Oryzanol Batch II


pH x x-x (x-x
Hari Jumlah SD2 SD
(x) mean mean mean)2
6.565 -0.0013 0.0000017
H-0 6.446 6.566 -0.1203 0.0144801 0.0292846 0.01464 0.1210
6.688 0.1216 0.0148027
6.665 0.0926 0.0085871
H-3 6.552 6.572 -0.0203 0.0004134 0.0142326 0.00711 0.0843
6.5 -0.0723 0.0052321
6.643 0.1013 0.0102684
H-7 6.416 6.541 -0.1256 0.0157921 0.0266526 0.01332 0.1154
6.566 0.0243 0.0005921
6.548 -0.015 0.000225
H-15 6.522 6.563 -0.041 0.001681 0.005042 0.00252 0.0502
6.619 0.056 0.003136
7.179 0.0303 0.0009201
H-30 7.149 7.148 0.0003 0.0000001 0.0018606 0.00093 0.0305
7.118 -0.0306 0.0009404
6.149 0.006 0.000036
H-60 6.159 6.143 0.016 0.000256 0.000776 0.00038 0.0196
6.121 -0.022 0.000484
6.41 0.0913 0.0083417
H-90 6.33 6.318 0.0113 0.0001284 0.0190106 0.00950 0.0974
6.216 -0.1026 0.0105404

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


50

Anova: Single Factor


SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance
H0 3 19.69 6.566333 0.014642
H3 3 19.71 6.572333 0.007116
H7 3 19.62 6.541667 0.013326
H15 3 19.68 6.563 0.002521
H30 3 21.44 7.148667 0.00093
H60 3 18.42 6.143 0.000388
H90 3 18.95 6.318667 0.009505
ANOVA
Source of
SS df MS F P-value F crit
Variation
Between
1.7357 6 0.289284 41.81296 0.00000003 2.847
Groups
Within
0.0968 14 0.006919
Groups
Total 1.8325 20
Keterangan: Signifikansi <0,05, pH berbeda secara signifikan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


51

Lampiran 11 Data Rheologi Sediaan Krim Gamma Oryzanol Batch I


Tegangan geser (%Torque)
Kecepatan
geser (rpm) H-
H-0 H-3 H-7 H-15 H-30 H-60
90
1 24,8 13,1 18,9 23,6 14,6 26,1 19,8
2 35,5 23,5 30 35,7 22,2 39,7 28,2
3 44,6 33,4 39,9 45,4 32,9 49,2 37,3
4 52,6 42,2 47,6 54 42,8 54,7 44,5
5 51,6 51,6 51,8 52 51,7 53,9 50,9
4 45,1 41,7 47,6 44,1 42 50,3 41,2
3 39 31,8 39,6 34,8 32,4 45,7 34,4
2 31 23,1 28,6 25,8 22,1 36 27,5
1 19,5 12,7 18,8 17,1 13,3 24,7 19,6

Lampiran 12 Data Rheologi Sediaan Krim Gamma Oryzanol Batch II


Tegangan geser (%Torque)
Kecepatan
geser (rpm) H-
H-0 H-3 H-7 H-15 H-30 H-60
90
1 23,4 22,4 23,8 19,3 16,9 25,3 21,8
2 36,9 35,9 32,2 28,6 27,4 36,1 35,1
3 39,6 47,2 43,8 37,8 35,5 48,7 47,2
4 46,7 49,3 53,4 44,6 44,2 55,4 49,1
5 52,7 52,1 51,4 51,2 51,7 52,7 52,1
4 44,2 45,9 48,4 41,6 43,6 52,6 48,7
3 35,6 39 41,8 35,7 34,5 45,8 45,4
2 30 30,3 31,5 28,1 25,5 34,8 33,5
1 22 17 20,2 17,7 14,6 22,4 20,7

Lampiran 13 Hasil Pengukuran Viskositas Sediaan Krim Gamma Oryzanol


Viskositas Krim GO (cP)
Hari ke-
A B
0 103300 105400
3 103200 104300
7 103600 102900
15 104100 102500
30 103500 103400
60 107900 105400
90 101800 104200

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


52

Lampiran 14 Hasil Sentrifugasi Sediaan Krim Gamma Oryzanol Batch I

H-0 H-3 H-7 H-15 H-30

H-60 H-90

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


53

Lampiran 15 Hasil Sentrifugasi Sediaan Krim Gamma Oryzanol Batch II

H-0 H-3 H-7 H-15

H-30 H-60 H-90

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


54

Lampiran 16 Data Perhitungan Kadar Sediaan Krim Gamma Oryzanol Batch I


Hari Abs Kons Kadar(%) (x) x-x' (x-x')2 SD2
0.412 9.48959 94.89590483 -2.44033 5.955193 5.77490
0.433 9.97003 99.70029741 2.364066 5.588809 SD
H0
0.423 9.741249 97.41249142 0.07626 0.005816 2.40310
Kadar mean (x') 97.33623122 Jumlah 11.54982
0.411 9.466712 94.66712423 -1.67772 2.814759 SD2
0.432 9.947152 99.47151682 3.126668 9.776054 7.34512
H3
0.412 9.48959 94.89590483 -1.44894 2.099438 SD
Kadar mean (x') 96.34484862 Jumlah 14.69025 2.71018
0.412 9.48959 94.89590483 1.601464 2.564688 SD2
0.397 9.14642 91.46419584 -1.83024 3.349796 2.98341
H7
0.406 9.352322 93.52322123 0.228781 0.052341 SD
Kadar mean (x') 93.29444063 Jumlah 5.966824 1.72725
0.396 9.123542 91.23541524 0.838862 0.70369 SD2
0.399 9.192176 91.92175704 1.525204 2.326247 4.309373
H15
0.382 8.803249 88.03248685 -2.36407 5.588809 SD
Kadar mean (x') 90.39655304 Jumlah 8.618746 2.075903
0.373 8.597346 85.97346145 -1.75398 3.076462 SD2
0.381 8.780371 87.80370625 0.07626 0.005816 2.948518
H30
0.388 8.940517 89.40517044 1.677724 2.814759 SD
Kadar mean (x') 87.72744605 Jumlah 5.897037 1.717125
0.362 8.345687 83.45687486 -2.74537 7.537041 SD2
0.377 8.688858 86.88858385 0.686342 0.471065 6.123846
H60
0.383 8.826127 88.26126744 2.059025 4.239586 SD
Kadar mean (x') 86.20224205 Jumlah 12.24769 2.474641
0.341 7.865248 78.65248227 -2.82163 7.961581 SD2
0.373 8.597346 85.97346145 4.499352 20.24417 15.51025
H90
0.346 7.979639 79.79638527 -1.67772 2.814759 SD
Kadar mean (x') 81.47410966 Jumlah 31.02051 3.938306

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


55

Anova: Single
Factor

SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance
H0 3 292.0087 97.33623 5.774909
H3 3 289.0345 96.34485 7.345126
H7 3 279.8833 93.29444 2.983412
H15 3 271.1897 90.39655 4.309373
H30 3 263.1823 87.72745 2.948518
H60 3 258.6067 86.20224 6.123846
H90 3 244.4223 81.47411 15.51025

ANOVA
Source of
SS df MS F P-value F crit
Variation
0.0000 2.847
Between Groups 588.796 6 98.13274 15.26664
202570 726
Within Groups 89.9908 14 6.42792
Total 678.787 20
Keterangan: Signifikansi <0,05, kadar berbeda secara signifikan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


56

Lampiran 17 Data Perhitungan Kadar Sediaan Krim Gamma Oryzanol Batch II


Hari Abs Kons Kadar(%) (x) x-x' (x-x')2 SD2
0.407 9.3752 93.75200183 -0.83886 0.70369 1.168939
0.416 9.581103 95.81102722 1.220163 1.488798 SD
H0
0.409 9.420956 94.20956303 -0.3813 0.14539 1.081175
Kadar mean (x') 94.59086403 Jumlah 2.337878
0.414 9.535347 95.35346603 0.915122 0.837449 SD2
0.405 9.329444 93.29444063 -1.1439 1.308514 1.099152
H3
0.411 9.466712 94.66712423 0.228781 0.052341 SD
Kadar mean (x') 94.43834363 Jumlah 2.198304 1.048404
0.409 9.420956 94.20956303 0 0 SD2
0.413 9.512469 95.12468543 0.915122 0.837449 0.837449
H7
0.405 9.329444 93.29444063 -0.91512 0.837449 SD
Kadar mean (x') 94.20956303 Jumlah 1.674898 0.915122
0.395 9.100663 91.00663464 -1.37268 1.88426 SD2
0.401 9.237932 92.37931823 0 0 1.88426
H15
0.407 9.3752 93.75200183 1.372684 1.88426 SD
Kadar mean (x') 92.37931823 Jumlah 3.768521 1.372684
0.388 8.940517 89.40517044 -1.22016 1.488798 SD2
0.397 9.14642 91.46419584 0.838862 0.70369 1.168939
H30
0.395 9.100663 91.00663464 0.381301 0.14539 SD
Kadar mean (x') 90.62533364 Jumlah 2.337878 1.081175
0.362 8.345687 83.45687486 -1.9065 3.634761 SD2
0.372 8.574468 85.74468085 0.381301 0.14539 3.053199
H60
0.377 8.688858 86.88858385 1.525204 2.326247 SD
Kadar mean (x') 85.36337985 Jumlah 6.106399 1.747341
0.351 8.094029 80.94028826 -1.22016 1.488798 SD2
0.363 8.368566 83.68565546 1.525204 2.326247 1.954048
H90
0.355 8.185541 81.85541066 -0.30504 0.09305 SD
Kadar mean (x') 82.16045146 Jumlah 3.908095 1.397873

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


57

Anova:
Single Factor

SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance
H0 3 283.7726 94.59086 1.168939
H3 3 283.315 94.43834 1.099152
H7 3 282.6287 94.20956 0.837449
H15 3 277.138 92.37932 1.88426
H30 3 271.876 90.62533 1.168939
H60 3 256.0901 85.36338 3.053199
H90 3 246.4814 82.16045 1.954048

ANOVA
Source of
SS df MS F P-value F crit
Variation
Between 0.0000 2.8477
436.4306 6 72.73843 45.6
Groups 000214 26
Within
22.33197 14 1.595141
Groups
Total 458.7625 20
Keterangan: Signifikansi <0,05, kadar berbeda secara signifikan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


58

Lampiran 18 Perhitungan Masa Simpan Krim Gamma Oryzanol pada Suhu


Ruang (25oC)

Diketahui:
Te = 40oC + 273 = 313 K
Ts = 25 oC + 273 = 298 K
Ea = 45,49 kJ/mol = 10,872 kcal/mol
R = 1,987 kalori/derajat mol = 0,00199 kcal/derajat mol
te = 30 hari

λ = exp * ( )+

λ = exp * ( )+ = 2,408

ts =   te = 2,408 30 hari = 72,25 72 hari

Jadi, penyimpanan krim pada 40oC selama 30 hari diperkirakan sama dengan 72
hari penyimpanan krim gamma oryzanol dalam suhu ruang (25oC).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


59

Lampiran 19 Spektrum Gamma Oryzanol Hasil Ekstraksi Sediaan Krim H-0

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


60

Lampiran 20 Spektrum Gamma Oryzanol Hasil Ekstraksi Sediaan Krim H-3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


61

Lampiran 21 Spektrum Gamma Oryzanol Hasil Ekstraksi Sediaan Krim H-7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


62

Lampiran 22 Spektrum Gamma Oryzanol Hasil Ekstraksi Sediaan Krim H-15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


63

Lampiran 23 Spektrum Gamma Oryzanol Hasil Ekstraksi Sediaan Krim H-30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


64

Lampiran 24 Spektrum Gamma Oryzanol Hasil Ekstraksi Sediaan Krim H-60

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


65

Lampiran 25 Spektrum Gamma Oryzanol Hasil Ekstraksi Sediaan Krim H-90

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


66

Lampiran 26 Sertifikat Analisis Setil Alkohol

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Anda mungkin juga menyukai