Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

NY. N DENGAN DIABETES MELITUS DAN KEBUTUHAN


AKTUALISASI DIRI DI RUANGAN BOUGENVILLE RSUD
Dr. DORIS SYLVANUS PALANGKARAYA

Di Susun Oleh:
Nama : Soniesonia
NIM : 2019.C.11a.1063

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2019/2020

1
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh :

Nama : Soniesonia

NIM : 2019.C.11a.1063

Program Studi : S1 Keperawatan

Judul : “laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ny. N


dengan diabetes melitus dan kebutuhan aktualisasi diri di
ruangan bougenville RSUD dr. Doris sylvanus
palangkaraya”
Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menempuh
Praktik Praklink Keperawatan 1(PPK1) Pada Program Studi S-1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Mengetahui:
Pembimbing Akademik Ketua Program Studi S1 Keperawatan,

Meida Sinta. A., S.Kep.,Ners Meilitha Carolina, Ners.,


M.Kep

2
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan
Tn. B.T Dengan Diagnosis Medis Tumor Paru Dan Kebutuhan Oksigenasi Di
Ruangan Gardenia RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangkaraya” Laporan
pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPK1).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Meida Sinta Ariani, S.Kep.,Ners Selaku Penanggung Jawab Mata
Kuliah Praktik Praklinik Keperawatan I.
4. Ibu Meida Sinta Ariani., S.Kep.,Ners selaku pembimbing akademik yang
telah banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam
penyelesaian asuhan keperawatan ini
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua
Palangka Raya, 2 Juli 2021

Soniesonia

3
DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN………………………………………………………… i
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………. ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 6
1.2 Tujuan penulisan...................................................................................... 9
1.3 Manfaat.................................................................................................... 10
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Konsep Penyakit....................................................................................... 11
2.1.1 Definisi................................................................................................ 11
2.1.2 Etiologi................................................................................................ 11
2.1.3 Faktor Resiko...................................................................................... 13
2.1.4 Patofisiologi........................................................................................ 16
2.1.5 Manifestasi klinis (tanda dan gejala)................................................... 19
2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik...................................................................... 20
2.1.7 Penatalaksanaan medis........................................................................ 20
2.2 Konsep kebutuhan dasar manusia....................................................... 22
2.2.1 Pengertian............................................................................................. 24
2.2.2 Patofisiologi........................................................................................ 28
2.3 Manajemen asuhan Keperawatan........................................................ 30
2.3.1 Pengkajian Keperawatan..................................................................... 32
2.3.2 Diagnosa Keperawatan....................................................................... 32
2.3.3 Intervensi Keperawatan....................................................................... 32
2.3.4 Implementasi Keperawatan.....................................................................
2.3.5 Evaluasi Keperawatan.............................................................................
BAB 3 Asuhan keperawatan
3.1 Pengkajian................................................................................................ 34
3.2 Riwayat Kesehatan.................................................................................. 45

4
3.3 Pemeriksaan fisik..................................................................................... 46

BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan................................................................................................. 54
4.2 Saran ....................................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA

5
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes Mellitus merupakan suatu keadaan
hiperglikemia yang ditandai oleh keadaan absolute insulin yang bersifat
kronik yang dapat mempengaruhi metabolisme karbohidrat. Protein dan
lemak yang disebabkan oleh sebuah ketidak seimbangan atau ketidak
adanya persediaan insulin atau tak sempurnanya respon seluler terhadap
insulin ditandai dengan tidak teraturnya metabolisme(Brunner & Suddarth,
2008). Penyakit diabetes mellitus ini banyak dijumpai di Amerika Serikat.
Penderita diabetes mellitus sekitar 11 juta atau 6% dari populasi yang ada
dan diabetes mellitus menduduki peringkat ketiga setelah jantung dan
kanker Sedangkan di Indonesia penderita diabetes mellitus ada 1,2 %
sampai 2,3% dari penduduk berusia 15 tahun. Sehingga diabetes mellitus
tercantum dalam urutan nomor empat dari proses prioritas pertama adalah
penyakit kardiovaskuler kemudian disusul penyakit serebro vaskuler,
geriatric, diabetes mellitus, reumatik dan katarak sehingga diabetes mellitus
ini dapat menimbulkan berbagai komplikasi. (Donna D. ignativius, 2013).

Dalam proses perjalanan penyakit diabetes mellitus


dapat timbul komplikasi baik akut maupun kronik komplikasi akut dapat
diatasi dengan pengobatan yang tepat antara lain ketoasidosis. Hiperosmolar
non ketotik koma dan toksik asidosis. Sedangkan komplikasi kronik timbul
setelah beberapa tahun seperti mikroangiopati, neuropati, nefropati dan
retinopati dan makro angiopati kardiovaskuler dan peripheral vaskuler
(Brunner & Suddarth, 2008). Perawatan secara umum untuk penderita
diabetes mellitus diit, olah raga, atau latihan fisik dan obat hiperglikemia
(anti diabetic) dan untuk olah raga atau latihan fisik yang dianjurkan pada
penderita diabetes mellitus itu meliputi latihan ringan yang dapat dilakukan
ditempat tidur untuk. penderita di rumah sakit latihan ini tidak memerlukan
persiapan khusus cukup gerak ringan diatas tempat tidur kurang lebih 5
sampai 10 menit misalnya menggerakkan kedua tangan, ujung jari, kaki dan

6
kepala. Selain itu bisa dilakukan senam, senam ini harus disertai dengan
kemampuan yang harus disesuaikan dengan kemampuan kondisi penyakit
penyerta(Brunner & Suddarth, 2008).

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Adapun Tujuan Umum Dari Laporan Ini Adalah:
Penulis mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien Tn.B. T
kanker paru di RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangkaraya.
1.2.2 Tujuan Intruksional Khusus (TIK)
1.2.2.1 Mendiskripsikan Pengkajian Pada Pasien Tumor Paru Di RSUD Dr. Doris
Sylvanus Palangkaraya.
1.2.2.2 Mendeskripsikan Diagnosa Keperawatan Yang Terjadi Pada Pasien Tumor
Paru di Dr. Doris Sylvanus Palangkaraya.
1.2.2.3 Mendeskripsikan Rencana Tindakan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Tumor Paru RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangkaraya.
1.2.2.4 Mendeskripsikan Tindakan Keperawatan Pada Pasien Tumor Paru Di
RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangkaraya.
1.2.2.5 Mendeskripsikan Evaluasi Yang Dapat Dilakukan Pada Pasien Tumor
Paru RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangkaraya.

1.3 Manfaat Penulisan


1.3.1 Bagi Mahasiswa
Menambah Wawasan Dalam Memberikan Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Dengan Tumor Paru.
1.3.2 Bagi Klien Dan Keluarga
Memberikan Informasi Tentang Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Tumor Paru.
1.3.3 Bagi Institusi
Studi kasus ini dapat digunakan sebagai bahan pustaka atau referensi
dalam asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor paru.

7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Penyakit


2.1.1 Definisi Diabetes Melitus
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti ―mengalirkan atau
mengalihkan‖ (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis
atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan
volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah
penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau
penurunan relative insensitivitas sel terhadap insulin (Corwin, 2009).
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronik yang kompleks yang
melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan
berkembangnya komplikasi makrovaskular dan neurologis (Riyadi & Sukarmin,
2008). Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan defisiensi dari insulin dan
kehilangan toleransi terhadap glukosa ( Rab, 2008). Diabetes Mellitus adalah
gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia yang berhubungan
dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang
disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau
keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskuler,
dan neuropati (Yuliana elin, 2009).
2.1.2 Anatomi Dan Fisiologi
Menurut (Riyadi & Sukarmin, 2008).
1. Anatomi Pankreas
Pankreas terletak melintang dibagian atas abdomen dibelakang gaster
didalam ruang retroperitoneal. Disebelah kiri ekor pankreas mencapai
hilus limpa diarah kronio – dorsal dan bagian atas kiri kaput pankreas
dihubungkan dengan corpus pankreas oleh leher pankreas yaitu bagian
pankreas yang lebarnya biasanya tidak lebih dari 4 cm, arteri dan vena
mesentrika superior berada dileher pankreas bagian kiri bawah kaput
pankreas ini disebut processus unsinatis pankreas.
Pankreas terdiri dari dua jaringan utama yaitu :

8
1). Asinus, yang mengekskresikan pencernaan ke dalam duodenum.
2). Pulau Langerhans, yang tidak mempunyai alat untuk mengeluarkan
getahnya namun sebaliknya mensekresi insulin dan glukagon langsung
kedalam darah.
Pankreas manusia mempunyai 1 – 2 juta pulau langerhans, setiap pulau
langerhans hanya berdiameter 0,3 mm dan tersusun mengelilingi
pembuluh darah kapiler. Pulau langerhans mengandung tiga jenis sel
utama, yakni selalfa, beta dan delta. Sel beta yang mencakup kira-kira
60 % dari semua sel terletak terutama ditengah setiap pulau dan
mensekresikan insulin. Granula sel B merupakan bungkusan insulin
dalam sitoplasma sel. Tiap bungkusan bervariasi antara spesies satu
dengan yang lain. Dalam sel B , molekul insulin membentuk polimer
yang juga kompleks dengan seng. Perbedaan dalam bentuk bungkusan
ini mungkin karena perbedaan dalam ukuran polimer atau agregat seng
dari insulin. Insulin disintesis di dalam retikulum endoplasma sel B,
kemudian diangkut ke aparatus golgi, tempat ia dibungkus didalam
granula yang diikat membran. Granula ini bergerak ke dinding sel oleh
suatu proses yang tampaknya sel ini yang mengeluarkan insulin ke
daerah luar dengan eksositosis. Kemudian insulin melintasi membran
basalis sel B serta kapiler berdekatan dan endotel fenestrata kapiler
untuk mencapai aliran darah. Sel alfa yang mencakup kira-kira 25 %
dari seluruh sel mensekresikan glukagon. Sel delta yang merupakan 10
% dari seluruh sel mensekresikan somatostatin.
Pankreas dibagi menurut bentuknya :
1). Kepala (kaput) yang paling lebar terletak di kanan rongga
abdomen, masuk lekukan sebelah kiri duodenum yang praktis
melingkarinya.
2). Badan (korpus) menjadi bagian utama terletak dibelakang lambung
dan di depan vertebra lumbalis pertama.
3). Ekor (kauda) adalah bagian runcing di sebelah kiri sampai
menyentuh pada limpa (lien).
2. Fisiologi Pankreas

9
Pankreas disebut sebagai organ rangkap, mempunyai dua fungsi yaitu
sebagai kelenjar eksokrin dan kelenjar endokrin. Kelenjar eksokrin menghasilkan
sekret yang mengandung enzim yang dapat menghidrolisis protein, lemak, dan
karbohidrat; sedangkan endokrin menghasilkan hormon insulin dan glukagon
yang memegang peranan penting pada metabolisme karbohidrat Kelenjar
pankreas dalam mengatur metabolisme glukosa dalam tubuh berupa hormon-
hormon yang disekresikan oleh sel – sel dipulau langerhans. Hormon-hormon ini
dapat diklasifikasikan sebagai hormon yang merendahkan kadar glukosa darah
yaitu insulin dan hormon yang dapat meningkatkan glukosa darah yaitu glukagon.
Fisiologi Insulin : Hubungan yang erat antara berbagai jenis sel dipulau
langerhans menyebabkan timbulnya pengaturan secara langsung sekresi beberapa
jenis hormone lainnya, contohnya insulin menghambat sekresi glukagon,
somatostatin menghambat sekresi glukagon dan insulin.
Pankreas menghasilkan :
a). Garam NaHCO3 : membuat suasana basa.
b). Karbohidrase : amilase ubah amilum → maltosa.
c). Dikarbohidrase : a.maltase ubah maltosa → 2 glukosa.
d). Sukrase ubah sukrosa → 1 glukosa + 1 fruktosa.
e). Laktase ubah laktosa → 1 glukosa + 1 galaktosa.
f). lipase mengubah lipid → asam lemak + gliserol.
g). Enzim entrokinase mengubah tripsinogen → tripsin dan ubah pepton
→ asam amino.
Kepulauan Langerhans Membentuk organ endokrin yang menyekresikan
insulin, yaitu sebuah homron antidiabetika, yang diberikan dalam pengobatan
diabetes. Insulin ialah sebuah protein yang dapat turut dicernakan oleh enzim-
enzim pencerna protein dan karena itu tidak diberikan melalui mulut melainkan
dengan suntikan subkutan. Insulin mengendalikan kadar glukosa dan bila
digunakan sebagia pengobatan dalam hal kekurangan seperti pada diabetes, ia
memperbaiki kemampuan sel tubuh untuk mengasorpsi dan menggunakan glukosa
dan lemak.
Pada pankreas paling sedikit terdapat empat peptida dengan aktivitas
hormonal yang disekresikan oleh pulau-pulau (islets) Langerhans. Dua dari

10
hormon-hormon tersebut, insulin dan glukagon memiliki fungsi penting dalam
pengaturan metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. Hormon ketiga,
somatostatin berperan dalam pengaturan sekresi sel pulau, dan yang keempat
polipeptida pankreas berperan pada fungsi saluran cerna. Hormon Insulin : Insulin
merupakan protein kecil, terdiri dari dua rantai asam amino yang satu sama
lainnya dihubungkan oleh ikatan disulfida. Bila kedua rantai asam amino
dipisahkan, maka aktivitas fungsional dari insulin akan hilang. Translasi RNA
insulin oleh ribosom yang melekat pada reticulum endoplasma membentuk
preprohormon insulin -- melekat erat pada reticulum endoplasma -- membentuk
proinsulin -- melekat erat pada alat golgi -- membentuk insulin -- terbungkus
granula sekretorik dan sekitar seperenam lainnya tetap menjadi proinsulin yang
tidak mempunyai aktivitas insulin.
Insulin dalam darah beredar dalam bentuk yang tidak terikat dan memilki
waktu paruh 6 menit. Dalam waktu 10 sampai 15 menit akan dibersihkan dari
sirkulasi. Kecuali sebagian insulin yang berikatan dengan reseptor yang ada pada
sel target, sisa insulin didegradasi oleh enzim insulinase dalam hati, ginjal, otot,
dan dalam jaringan yang lain. Reseptor insulin merupakan kombinasi dari empat
subunit yang saling berikatan bersama oleh ikatan disulfide, 2 subunit alfa
(terletak seluruhnya di luar membrane sel) dan 2 subunit beta (menembus
membrane, menonjol ke dalam sitoplasma). Insulin berikatan dengan subunit alfa
-- subunit beta mengalami autofosforilasi -- protein kinase -- fosforilasi dari
banyak enzim intraselular lainnya.
Insulin bersifat anabolik, meningkatkan simpanan glukosa, asam-asam
lemak, dan asam-asam amino. Glukagon bersifat katabolik, memobilisasi glukosa,
asam-asam lemak, dan asam-asam amino dari penyimpanan ke dalam aliran
darah. Kedua hormon ini bersifat berlawanan dalam efek keseluruhannya dan
pada sebagian besar keadaan disekresikan secara timbal balik. Insulin yang
berlebihan menyebabkan hipoglikemia, yang menimbulkan kejang dan koma.
Defisiensi insulin baik absolut maupun relatif, menyebabkan diabetes
melitus, suatu penyakit kompleks yang bila tidak diobati dapat mematikan.
Defisiensi glukagon dapat menimbulkan hipoglikemia, dan kelebihan glukagon

11
menyebabkan diabetes memburuk. Produksi somatostatin yang berlebihan oleh
pankreas menyebabkan hiperglikemia dan manifestasi diabetes lainnya.
1. Sintesis Insulin
Insulin disintesis oleh sel-sel beta, terutama ditranslasikan ribosom
yang melekat pada retikulum endoplasma (mirip sintesis protein) dan
menghasilkan praprohormon insulin dengan berat molekul sekitar
11.500. Kemudian praprohormon diarahkan oleh rangkaian "pemandu"
yang bersifat hidrofibik dan mengandung 23 asam amino ke dalam
sisterna retikulumendoplasma.
Struktur kovalen insulin manusia: Di retikulum endoplasma,
praprohormon ini dirubah menjadi proinsulin dengan berat molekul
kira-kira 9000 dan dikeluarkan dari retikulum endoplasma. Molekul
proinsulin diangkut ke aparatus golgi, di sini proteolisis serta
pengemasan ke dalam granul sekretorik dimulai.Di aparatus golgi,
proinsulin yang semua tersusun oleh rantai B—peptida (C)
penghubung—rantai A, akan dipisahkan oleh enzim mirip tripsin dan
enzim mirip karboksipeptidase. Pemisahan itu akan menghasilkan
insulin heterodimer (AB) dan C peptida. Peptida-C dengan jumlah
ekuimolar tetap terdapat dalam granul, tetapi tidak mempunyai
aktivitas biologik yang diketahui.
2. Sekresi Insulin
Sekresi insulin merupakan proses yang memerlukan energi dengan
melibatkan sistem mikrotubulus-mikrofilamen dalam sel B pada pulau
Lengerhans. Sejumlah kondisi intermediet turut membantu pelepasan
insulin : Glukosa apabila kadar glukosa darah melewati ambang batas
normal yaitu 80-100 mg/dL maka insulin akan dikeluarkan dan akan
mencapai kerja maksimal pada kadar glukosa 300-500 mg/dL. Dalam
waktu 3 sampai 5 menit sesudah terjadi peningkatan segera kadar
glukosa darah, insulin meningkat sampai hampir 10 kali lipat. Keadaan
ini disebabkan oleh pengeluaran insulin yang sudah terbentuk lebih
dahulu oleh sel beta pulau langerhans pancreas. Akan tetapi, kecepatan
sekresi awal yang tinggi ini tidak dapat dipertahankan, sebaliknya,

12
dalam waktu 5 sampai 10 menit kemudian kecepatan sekresi insulin a
Kira-kira 15 menit kemudian, sekresi insulin meningkat untuk kedua
kalinya, sehingga dalam waktu 2 sampai 3 jam akan mencapai
gambaran seperti dataran yang baru, biasanya pada saat ini kecepatan
sekresinya bahkan lebih besar daripada kecepatan sekresi pada tahap
awal. Sekresi ini disebabkan oleh adanya tambahan pelepasan insulin
yang sudah lebih dahulu terbentuk dan oleh adanya aktivasi system
enzim yang mensintesis dan melepaskan insulin baru dari sel. Naiknya
sekresi insulin akibat stimulus glukosa menyebabkan meningkatnya
kecepatan dan sekresi secara dramatis. Selanjutnya, penghentian
sekresi insulin hampir sama kan berkurang sampai kira-kira setengah
dari kadar normal.
Kira-kira 15 menit kemudian, sekresi insulin meningkat untuk kedua
kalinya, sehingga dalam waktu 2 sampai 3 jam akan mencapai
gambaran seperti dataran yang baru, biasanya pada saat ini kecepatan
sekresinya bahkan lebih besar daripada kecepatan sekresi pada tahap
awal. Sekresi ini disebabkan oleh adanya tambahan pelepasan insulin
yang sudah lebih dahulu terbentuk dan oleh adanya aktivasi system
enzim yang mensintesis dan melepaskan insulin baru dari sel. Naiknya
sekresi insulin akibat stimulus glukosa menyebabkan meningkatnya
kecepatan dan sekresi secara dramatis. Selanjutnya, penghentian
sekresi insulin hampir sama cepatnya, terjadi dalam waktu 3 sampai 5
menit setelah pengurangan konsentrasi glukosa kembali ke kadar
puasa.
Peningkatan glukosa darah meningkatkan sekresi insulin dan insulin
selanjutnya meningkatkan transport glukosa ke dalam hati, otot, dan
sel lain, sehingga mengurangi konsentrasi glukosa darah kembali ke
nilai normal. Insulin dilepaskan pada suatu kadar batas oleh sel-sel
beta pulau langerhans. Rangsangan utama pelepasan insulin diatas
kadar basal adalah peningkatan kadar glukosa darah. Kadar glukosa
darah puasa dalam keadaan normal adalah 80-90 mg/dl. Insulin bekerja
dengan cara berkaitan dengan reseptor insulin dan setelah berikatan,

13
insulin bekerja melalui perantara kedua untuk menyebabkan
peningkatan transportasi glukosa kedalam sel dan dapat segera
digunakan untuk menghasilkan energi atau dapat disimpan didalam
hati.

2.1.3 Etiologi
Menurut (Nurarif & Hardhi, 2015) etiologi diabetes mellitus, yaitu :
1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI) tipe 1
Diabetes yang tergantung pada insulin diandai dengan penghancuran
sel-sel beta pancreas yang disebabkan oleh :
a. Faktor genetik :
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi
mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah
terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan
pada individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human
Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun
lainnya.
b. Faktor imunologi :
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan
normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai
contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu
dapat memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β
pancreas.
14
2. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Disebabkan oleh kegagalan telative beta dan resisten insulin. Secara
pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, faktor genetik
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi
insulin. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya
mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan
dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya
tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin.
Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor
permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang
meningkatkan transport glukosa menembus membran sel. Pada pasien
dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan
reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat
reseptor yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi
penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin dengan
system transport glukosa.
Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup
lama dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi
insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan
euglikemia. Diabetes Melitus tipe II disebut juga Diabetes Melitus
tidak tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent
Diabetes Melitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok
heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama
dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa
kanak-kanak.
Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II,
diantaranya adalah:
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65
tahun)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
d. Kelompok etnik

15
Hasil pemeriksaan glukosa dalam 2 jam pasca pembedahan dibagi
menjadi 3 yaitu :
a. < 140 mg/dL → normal
b. 140-<200 mg/dL → toleransi glukosa terganggu
c. c) > 200 mg/dL → diabetes

2.1.4 Patofisiologi
Menurut (Corwin, EJ. 2009), Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu
terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena selsel beta pankreas
telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat
produkasi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Di samping itu glukosa yang
berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada
dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa
tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di
ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan
elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai
akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan
dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak
yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan
selera makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya
mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin
mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan
glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari dari asam-asam amino dan
substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi
tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia.
Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan
produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan
keton merupakan asam yang menggangu keseimbangan asam basa tubuh apabila
jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan

16
tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas
berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran,
koma bahkan kematian. Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai
kebutuhan akan memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan
mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai
pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen terapi yang
penting.
Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang
berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel.
Sebagai akibat terikatnya insulin dengan resptor tersebut, terjadi suatu rangkaian
reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes
tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin
menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya
glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang
disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi
akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada
tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta
tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar
glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan
sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe II, namun masih terdapat
insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan
produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetik tidak
terjadi pada diabetes tipe II.
Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat
menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom hiperglikemik
hiperosmoler nonketoik (HHNK). Diabetes tipe II paling sering terjadi pada
penderita diabetes yang berusia lebih dari 30 tahun dan obesitas. Akibat
intoleransi glukosa yang berlangsung lambat (selama bertahun-tahun) dan
progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika
gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat

17
mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang lama
sembuh-sembuh, infeksi vagina atau pandangan yang kabur (jika kadra
glukosanya sangat tinggi).

18
2.1.5 Manifestasi Klinis (tanda dan gejala)

19
Menurut Sujono & Sukarmin (2008) manifestasi klinis pada penderita
DM, yaitu:
1. Gejala awal pada penderita DM adalah
a. Poliuria (peningkatan volume urine)
b. Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urine yang
sangat besar dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi
ekstrasel. Dehisrasi intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel karena
air intrasel akan berdifusi keluar sel mengikuti penurunan
gradien konsentrasi ke plasma yang hipertonik (sangat pekat).
Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran ADH (antidiuretic
hormone) dan menimbulkan rasa haus.
c. Polifagia (peningkatan rasa lapar). Sejumlah kalori hilang
kedalam air kemih, penderita mengalami penurunan berat badan.
Untuk mengkompensasi hal ini penderita seringkali merasa lapar
yang luar biasa.
d. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada
pasien diabetes lama, katabolisme protein diotot dan
ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan glukosa
sebagai energi.
2. Gejala lain yang muncul
a. Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai
bahan pembentukan antibody, peningkatan konsentrasi glukosa
disekresi mukus, gangguan fungsi imun dan penurunan aliran
darah pada penderita diabetes kronik.
b. Kelainan kulit gatal-gatal, bisul. Gatal biasanya terjadi di daerah
ginjal, lipatan kulit seperti di ketiak dan dibawah payudara,
biasanya akibat tumbuhnya jamur.
c. Kelainan ginekologis, keputihan dengan penyebab tersering yaitu
jamur terutama candida.
d. Kesemutan rasa baal akibat neuropati. Regenerasi sel mengalami
gangguan akibat kekurangan bahan dasar utama yang berasal

20
dari unsur protein. Akibatnya banyak sel saraf rusak terutama
bagian perifer.
e. Kelemahan tubuh
f. Penurunan energi metabolik/penurunan BB yang dilakukan oleh
sel melalui proses glikolisis tidak dapat berlangsung secara
optimal.
g. Luka yang lama sembuh, proses penyembuhan luka
membutuhkan bahan dasar utama dari protein dan unsur
makanan yang lain. Bahan protein banyak diformulasikan untuk
kebutuhan energi sel sehingga bahan yang diperlukan untuk
penggantian jaringan yang rusak mengalami gangguan.
h. Laki-laki dapat terjadi impotensi, ejakulasi dan dorongan
seksualitas menurun karena kerusakan hormon testosteron.
i. Mata kabur karena katarak atau gangguan refraksi akibat
perubahan pada lensa oleh hiperglikemia.

2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik

Dalam menentukan diagnosis suatu penyakit paru, dikenal berbagai


macam cara pemeriksaan, yaitu:

1. Anamnesis umum maupun khusus paru


2. Pemeriksaaan jasmani secara umum dan khusus paru
3. Bakteriologi dari sputum atau sekrit bronkus/ cucian bronkus yang
diperoleh dengan bronkoskopi
4. Bronkoskopi
5. Patologi-anatomi/ sitologi dari specimen yang dicurigai
6. Pemeriksaan darah rutin
7. Analisa gas darah
8. Faal paru
9. Radiologi
10. Imunologi
11. Berbagai pemeriksaan mutahir yaitu CT Scan, PCR, dll.

21
2.1.7 Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan medis, dan tujuan pengobatan kanker paru dapat berupa:

1. Kuratif
Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka
harapan hidup pasien.
2. Paliatif
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
3. Rawat rumah (hospice care) pada kasus terminal. Mengurangi dampak
fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga.
4. Suportif
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal seperti pemberian
nutrisi, transfusi darah dan komponen darah, obat antinyeri dan
antiinfeksi.
Penatalaksanaan medis terdiri dari:
a. Pembedahan
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru
lain, untuk mengangkat semua jaringan yang sakit sementara
mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru-paru yang tidak
terkena kanker.
b. Kemoterapi
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan
tumor, untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau
dengan metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi
radiasi.
c. Radioterapi radikal, digunakan pada kasus kanker paru bukan sel
kecil yang tidak bisadioperasi. Terapi radikal sesuai penyakit yang
bersifat lokaldan hanya menyembuhkan sedikit.
d. Radioterapi paliatif, untuk hemoptisis, batuk, sesak napas atau
nyeri lokal.

22
1. Terapi endobronkia, seperti kerioterapi, tetapi laser atau
pengunaan stent dapat memulihkan gejala dengan cepat pada
pasien dengan penyakit endobronkial yang singkat.
2. Perawatan paliatif, opiat terutama membantu mengurangi nyeri
dan dipsnea. Steroid dapat membantu mengurangi gejala
nonspesifik dan memperbaiki selera makan. Penatalaksanaan
Perawat:
a). Bantu pasien untuk mencari posisi yang paling sedikit
nyerinya.
b). Dalam tindakan psikologi kurangi ansietas dengan
memberikan informasi yang sering, sederhana, jelas tentang
apa yang sedang dilakukan untuk mengatasi kondisi dan respon
terhadap pengobatan.
2.2 Konsep Kebutuhan Dasar Manusia Oksigenasi dan Nutrisi
2.2.2 Pengertian
Kebutuhan oksigenasi adalah kebutuhan dasar manusia dalam
pemenuhan oksigenyang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh,
mempertahankan hidupdan aktivitas berbagai organ atau sel (Potter & Perry,
2005). Tanpa oksigen dalamwaktu tertentu sel tubuh akan mengalami kerusakan
yang menetap dan menimbulkankematian. Otak merupakan organ yang sangat
sensitif terhadap kekurangan oksigen.Otak masih mampu mentoleransi
kekurangan oksigen hanya 3-5 menit. Apabilakekurangan oksigen berlangsung
lebih dari 5 menit, dapat terjadi kerusakan sel otaksecara permanen (Kozier dan
Erb, 1998).
2.2.2 Etiologi
1. Faktor Fisiologi
a. Menurunnya kemampuan mengikat O2 seperti pada manusia.
b. Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi
saluran pernapasan bagian atas.
c. Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun yang mengakibatkan
terganggunya oksigen (O2).

23
d. Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam luka, dll.
e. Kondisi yang mempengaruhi pergerakkan dinding dada seperti pada
kehamilan, obesitas, muskulur sekeletal yang abnormal, penyakit
kronis seperti TBC paru.
2. Faktor Perilaku
a. Nutrisi, misalnya gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat
oksigen berkurang.
b. Exercise, exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
c. Merokok, nikotin menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah
oksigen berkurang.
d. Alkohol dan obat-obatan menyebabkan intake nutrisi/Fe
mengakibatkan penurunan hemoglobin, alkohol menyebabkan depresi
pusat pernafsan.
e. Kecemasan menyebabkan metabolisme meningkat.
2.2.3 Patiofisiologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan transportasi.
Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari
dan ke paru-paru). Apabila pada proses ini terdapat ostruksi maka oksigen tidak
dapat tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan napas
sebagai benda asing yang menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi
(penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan
ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi,
maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan volume sekuncup. Afterload,
preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran gas
(Brunner & Suddarth, 2002).

2.3 Manajemen Asuhan Keperawatan


2.3.1 Pengkajian Keperawatan

24
Tahap pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yang
merupakan dasar dari kegiatan selanjutnya, yang di laksanakan dengan
menggunakan pendekatan sistematis dalam mengumpulkan data dan
menganalisisnya sehingga dapat di ketahui kebutuhan klien sesuai dengan
masalah yang ada (Nursalam, 2016). Data dasar pasien adalah kumpulan data
yang di kaji tentang pasien. Data dasar terdiri dari riwayat keperawatan,
pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan diagnostik. Data subyektif adalah apa
yang di laporkan oleh pasien atau keluarga pasien. Data obyektif adalah data yang
diobservasi oleh perawat pada saat pengkajian, contohnya : tanda-tanda vital,
tingkah laku dan pemeriksaan diagnostik (Notoadmodjo, 2013).
Tahap pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yang
merupakan dasar dari kegiatan selanjutnya, yang di laksanakan dengan
menggunakan pendekatan sistematis dalam mengumpulkan data dan
menganalisisnya sehingga dapat di ketahui kebutuhan klien sesuai dengan
masalah yang ada (Nursalam, 2016). Data dasar pasien adalah kumpulan data
yang di kaji tentang pasien. Data dasar terdiri dari riwayat keperawatan,
pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan diagnostik. Data subyektif adalah apa
yang di laporkan oleh pasien atau keluarga pasien. Data obyektif adalah data yang
diobservasi oleh perawat pada saat pengkajian, contohnya : tanda-tanda vital,
tingkah laku dan pemeriksaan diagnostik (Notoadmodjo, 2013).
Dalam pengkajian Tn. B. T penulis menggunakan metode wawancara,
observasi dan pemeriksaan fisik. Metode wawancara adalah sebuah dialog yang di
lakukan antara pewawancara dan narasumber. Dalam metode ini, penulis tidak
menemukan hambatan yang berarti selama melakukan wawancara, Tn.B. T dan
istrinya dapat menjawab pertanyaan dengan baik. Metode lain yang di gunakan
dalam mengumpulkan data adalah observasi. Metode observasi adalah suatu
metode yang di lakukan dengan mengamati reaksi pasien baik verbal maupun
nonverbal terhadap penyakitnya. Pada metode observasi, melalui hasil
pengamatan yang telah di lakukan pada pengkajian, penulis menemukan pada
kasus Tn. B. T adanya retraksi dinding dada dan perubahan pola nafas. Selain
observasi ada juga metode pemeriksaan fisik yang di lakukan dengan cara
Inspeksi, Palpasi, perkusi dan auskultasi.

25
Pada saat pengkajian tanggal 14 juli 2019, keluhan utama pasien adalah
sesak nafas dan batuk, pada kondisi ini terjadi karena asap rokok yang
mengakibatkan iritasi di mukosa bronkus mengakibatkan peradangan kronik,
sehigga terjadilah pembelahan sel yang tidak terkendali menyebabkan karsinoma
paru, lalu terjadi iritasi oleh massa tumor mengakibatkan peningkatan sekresi
mucus sehingga terjadilah batuk dan muncul diagnose keperawatan bersihan jalan
nafas tidak efektif, hal ini menunjukkan bahwa kasus yang dirawat memiliki
persamaan dengan teori yang didapat.

2.3.2 Diagnosa Keperawatan (SDKI)


Diagnosa keperawatan yang muncul pada Tn. B. T dari hasil pengkajian di
atas adalah :
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan invasi sel-
sel ganas di paru-paru.
2. Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b. d faktor
biologis.

2.3.3 Intervensi Keperawatan (SLKI dan SIKI)


Susunan rencana keperawatan pada pasien tumor paru berdasarkan
diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan, yaitu :
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan invasi sel-
sel ganas di paru-paru.
Tujuan : Pasien akan mempertahankan pola nafas yang efektif selama
dalam perawatan.
Kriteria Hasil :
1. Batuk pasien berkurang/hilang
2. Pasien mengatakan
3. Pasien tidak mengalami perubahan pola napas
4. Tidak terdengar bunyi ronchi dan wheezing saat di auskultasi

26
Intervensi :
a. Monitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas (takikardi,
disritmia, sesak nafas, diaphoresis, pucat).
b. Auskultasi suara nafas
c. Kaji nyeri setiap 3 jam
d. Bantu pasien berada di posisi yang nyaman
e. Ajarkan teknik relaksasi untuk membantu menurunkan ansietas
f. Berikan kesempatan pasien beristirahat
2. Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis
Tujuan : Nyeri berkurang selama dalam proses keperawatan
Kriteria Hasil :
1. Skala nyeri berkurang
2. Pasien dapat melakukan aktivitas dengan nyaman
3. Nyeri di dada berkurang
Intervensi :
a. Kaji tingkat nyeri, beratnya (skala 0-10).
b. Berikan istirahat dengan posisi semifowler.
c. Observasi TTV tiap 24 jam.
d. Diskusikan dan ajarkan teknik relaksasi.
e. Kolaborasi dengan pemberian obat analgesik.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
Tujuan : Pasien dapat mempertahankan toleransi aktivitas selama
dalam perawatan
Kriteria Hasil :
1. Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri
2. Pasien merasa nyaman saat beraktivitas
3. Keadaan umum pasien baik
Intervensi :
a. Identifikasi aktivitas-aktivitas pasien yang diinginkan dan
sangat berarti baginya.
b. Berikan latihan gerak pasif dan aktif

27
c. Bantu klien untuk dalam melakukan aktivitas yang
memberatkan
d. Ajarkan kepada pasien latihan yang dapat meningkatkan
kekuatan dan ketahanan
e. Beri dukungan dan dorongan pada tingkat aktivitas pasien
yang dapat ditoleransi
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b. d faktor
biologis
Tujuan : Pasien akan mempertahankan keseimbangan nutrisi selama
dalam perawatan
Kriteria Hasil :
1. Nafsu makan pasien akan meningkat
2. Bb kembali normal
3. Bab lancar
Intervensi :
a. Identifikasi perubahan berat badan terakhir
b. Bantu pasien makan jika tidak mampu
c. Berikan makanan sedikit tapi sering
d. Catat status nutrisi paasien: turgor kulit, timbang berat badan,
integritas mukosa mulut, kemampuan menelan, adanya bising usus,
riwayat mual/rnuntah atau diare.
e. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk diet yang tepat bagi pasien dan
dengan dokter dalam pemberian obat antiemetik

2.3.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi adalah pelaksanaan tindakan yang telah disusun dalam
intervensi keperawatan (Notoadmojo, 2014) pembahasan implementasi tindakan
yang meliputi tindakan yang tidak dapat di laksanakan pada intervensi setiap
diagnosa keperawatan. Implementasi pada intervensi keparawatan yang telah di
buat ada 4 intervensi yang di seusiakan dengan kondisi dan respon pasien. Pada
tanggal 14-17 Juli 2019 semua implementasi dapat dijalankan dengan baik.

28
2.3.5 Evaluasi Keperawatan
Hasil yang di harapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan adalah
sebagai berikut: Evaluasi Diagnosa keperawatan 1 : Pasien merasa nyaman
dengan posisi semi fowler, napas dalam dan batuk efektif, Tidak terdapat bunyi
rongki saat auskultasi, TTV ; TD : 110/70 mmHg, RR : 29 X/ menit, S : 37 0 C, N
: 84 X/ menit. Diagnosa kepertawatan 2 : Pasien mengatakan nyeri berkurang dari
skala 4 menjadi skala 2 atau 0, Wajah pasien tampak lebih rileks, Pasien mendapat
injeksi KTC 1 X 3 ampul/ hari Diagnosa keperawatan 3 : Pasien mengatakan
sudah mulai bisa bergerak, terlihat jari-jari sudah bisa digerakan. Evaluasi
Diagnosa keperawatan 4 : nafsu makan pasien meningkat, turgor kulit normal, dan
pasien dapat menghabiskan makanannya sesuai porsi yang diberikan

29
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Soniesonia


Nim : 2019.C.11a.1063
Ruang Praktek : Bougenville
Tanggal Praktek :
Tanggal & Jam Pengkajian :

3.1 PENGKAJIAN

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. N
Umur : 61 Tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Suku/Bangsa : jawa/ Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SD
Status Perkawinan : Sudah Kawin
Alamat : Yogyakarta
Tgl MRS : 2 Juli 2018
Diagnosa Medis : Diabetes Melitus

3.2 RIWAYAT KESEHATAN/PERAWATAN


1. Keluhan Utama :
Pasien mengeluhkan badan lemas, pusing dan buang air besar cair 5 kali
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Klien datang dengan keluhan badan terasa lemas, pusing sejak 3 hari yang lalu, buang air
besar cair 5 kali dalam sehari. Pada tanggal 29 Juni 2019 pasien berobat di Poli Dalam di
RS Dr. Soetarto Yogyakarta kemudian pasien menjalani rawat inap di bangsal Kirana
mendapatkan terpasang infus NaCl 0,9 % 20 tpm. terapi metformin dan glimipirid.
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya :
Pasien mengatakan sakit DM sejak 3 tahun yang lalu
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
Pasien mengatakan tidak ada anggota kelurga yang menderita penyakit yang sama
dengannya ataupun penyakit keturunan lainnya.

30
GENOGRAM KELUARGA :

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal
: Meninggal
: Klien
... : Tinggal Serumah

3.3 PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum : klien tampak sakit sedang, tampak terbaring


lemah, Tangan kiri terpasang infus NaCl 0,9 % 20 tpm.
2. Status Mental
a. Tingkat Kesadaran : compos mentis
b. Ekspresi Wajah : datar
c. Bentuk badan : agak gemuk
d. Cara berbaring/bergerak : terbatas
e. Bicara : lancar
f. Suasana Hati : sedih
g. Penampilan : kurang rapi
h. Fungsi kognitif :
 Orientasi Waktu : Klien tidak dapat membedakan antara pagi, siang, malam

 Orientasi Orang : Klien tidak dapat mengenali keluarga maupun petugas


kesehatan
 Orientasi Tempat : klien tidak mengetahui bahwa sedang berada di rumah
sakit
i. Halusinasi :  Dengar/Akustic  Lihat/Visual  Lainnya tidak ada
j. Proses berpikir :  Blocking  Circumstansial  Flight oh idea

31
 Lainnya ...........................................................
k. Insight :  Baik  Mengingkari  Menyalahkan orang lain
l. Mekanisme pertahanan diri :  Adaptif  Maladaptif
m. Keluhan lainnya :

3. Tanda-tanda Vital :
a. Suhu/T : 36,5 ‘c Axilla  Rektal
Oral
b. Nadi /HR : 84x/m
c. Pernapasan/RR : 20x/m
d. Tekanan Darah/BP : 100/70 mmHG

4. PERNAPASAN (BREATHING)
Bentuk Dada : simetris
Kebiasaan merokok : Batang/hari
Batuk, hari yang lalu
Batuk darah, sejak ……………
Sputum, warna ……………….
Sianosis
Nyeri dada
Dyspnoe Orthopnoe Lainnya ……………………..
Sesak nafas Saat inspirasi Saat aktivitas Saat istirahat
Type Pernafasan Dada Perut  Dada dan perut
Kusmaul Cheyne-stokes Biot
Lainnya ………………………………………
Irama Pernafasan  Teratur Tidak teratur
Suara Nafas Vesikuler Bronchovesikuler
Bronchial Trakeal
Suara Nafas tambahan Wheezing Ronchi kering
Ronchi basah (rales) Lainnya ……………….
Keluhan lainnya :
Masalah Keperawatan :

5. CARDIOVASCULER ( BLEEDING )
 Nyeri dada Kram kaki Pucat
Pusing/sinkop Clubing finger Sianosis
Sakit Kepala Palpitasi Pingsan
Capillary refill > 2 detik  < 2 detik
Oedema : Wajah Ekstrimitas atas

32
Anasarka Ekstrimitas bawah
Asites, lingkar perut ………………….Cm
Ictus Cordis  Terlihat Tidak Melihat
Vena Jugularis  Tidak Meningkat Meningkat
Suara Jantung Normal, lup-dup
Ada kelainan ………………………………………...................
Keluhan Lainnya : ……………………………………………………………..............
..........................................................................................................
Masalah : .........................................................................................................
.........................................................................................................

6. PERSYARAFAN (BRAIN)
Nilai GCS : E (4) : membuka mata secara spontan
V (5) : dapat menjawab dengan jelas
M (6) : dapat mengikuti perintah
Total Nilai GCS (15) : Compos Menthis
Kesadaran :  Compos Menthis Somnolent Delirium
Soporus Coma Sulit dinilai
Pupil :  Isokor Anisokor
Midriasis Meiosis

Refleks Cahaya : Kanan  Positif Negatif


Kiri  Posistif Negatif

Nyeri, lokasi …………………………….


Vertigo Gelisah Aphasia Kesemutan
Bingung Disarthria Kejang Tremor
Pelo

Uji Syaraf Kranial :


Nervus Kranial I: (olfaktorius)Penghidu
Nervus Kranial II : (Optikus) penglihatan
Nervus Kranial III: (Okulomotoris) Pergerakan mata ke dalam, ke atas, elevasi alis, mata kontraksi pupil,
reaksi bersamaan
Nervus Kranial IV: (Trokhlearis)Pergerakan mata ke bawah, keluar
Nervus Kranial V: (Trigeminus) Mengunyah, sensasi wajah, kulit, kepala, dan gigi)
Nervus Kranial VI: (Abdusen) Pergerakan mata lateral
Nervus Kranial VII: (Facialis) Ekspresi Wajah

33
Nervus Kranial VIII : (Akustikus) Pendengaran dan keseimbangan
Nervus Kranial IX : (Glosofaringeus) Menelan, Pengecapan
Nervus Kranial X : (Vagus) Menelan Berbicara
Nervus Kranial XI : (Asesoris) Pergerakan bahu, rotasi kepala
Nervus Kranial XII: (Hipoglosus) Pergerakan Lidah
Uji Koordinasi :
Ekstremitas Atas : Jari Ke Jari  Positif Negatif
Jari Ke Hidung  Positif Negatif
Ekstremitas Bawah : Tumit Ke Jempol Kaki  Positif Negatif
Uji Kestabilan Tubuh :  Positif Negatif
Refleks :
Bisep : Kanan +/- Kiri +/- Skala............... Trisep :
Kanan +/- Kiri +/- Skala................ Brakioradialis
Kanan +/- Kiri +/- Skala................ Patella
Kanan +/- Kiri +/- Skala................ Akhiles
Kanan +/- Kiri +/- Skala................ Refleks Babinski
Kanan +/- Kiri +/-
Refleks Lainnya : ........................................................................................................
Uji Sensasi : ........................................................................................................
Keluhan Lain :
…………………………………………………………………….…………………………………
………………………………….…………………………………………………………………....
Masalah Keperawatan :
…………………………………..........................................................................................................
7. ELIMINASI URI (BLADDER) :
Produksi Urin : 250cc 1 x/hr
Warna : kuning
Bau : kas amoniak
 Tidak ada masalah/lancar Menetes Inkotinen
Oliguri Nyeri Retensi
Poliuri Panas Hematuri
Dysuri Nocturi
Kateter Cystostomi
Keluhan Lainnya :
……………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………..................................................
..............................................................................................................................................................
Masalah Keperawatan :
…………………………………………………………………………………………………………..

34
………………………………………………………………………………………………………......
8. ELIMINASI ALVI (BOWEL) :
Mulut dan Faring
Bibir : lembab

Gigi : lengkap

Gusi : tidak ada pendarahan

Lidah : tidak ada peradangan

Mukosa : tidak ada pendarahan

Tonsil : tidak ada peradangan

Rectum : Tidak ada hemotoroid

Haemoroid : Tidak ada hemotoroid

BAB : 1x/hr Warna : kuning Konsistensi : lunak


 Tidak ada masalah Diare Konstipasi Kembung
Feaces berdarah Melena Obat pencahar Lavement

Bising usus : normal


Nyeri tekan, lokasi : tidak ada
Benjolan, lokasi : tidak ada
Keluhan Lainnya :
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
Masalah Keperawatan :
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………

9. TULANG – OTOT – INTEGUMEN ( BONE )


 Kemampuan pergerakan sendi  Bebas Terbatas
Parese/lemah, lokasi …………………………………………
Paralise/paraplegia/lumpuh, lokasi ……………………………………….
Hemiparese, lokasi ……………………………………………………….
Nyeri, lokasi ………………………………………….
Bengkak, lokasi ………………………………………
Kekakuan,Lokasi .........................................................
Flasiditas .....................................................................

35
Spastisitas, Lokasi .......................................................
 Ukuran Otot  Simetris
Atropi
Hipertropi
Kontraktur
Malposisi
Uji Kekuatan otot :  Ekstrimitas Atas 5/5 .  Ekstrimitas Bawah 5/5
Deformitas tulang, lokasi ……………………………….
Peradangan, lokasi ………………………………………
Perlukaan, lokasi ………………………………………..
Patah tulang, lokasi ……………………………………..
Tulang Belakang  Normal Skoliosis
Kifosis Lordosis

10. KULIT – RAMBUT - KUKU


Riwayat Alergi Obat tidak ada
Makanan tidak ada
Kosametik tidak ada
Lainnya ……………………………………………………..
Suhu Kulit  Hangat Panas Dingin
Warna kulit  Normal Sianosis/biru Ikterik/kuning
Putih/pucat Coklat tua/hyperpigmentasi
Turgor  Baik Cukup Kurang
Tekstur Halus Kasar
Lesi : Macula, lokasi …………………………
Pustula, lokasi …………………………
Nodula, lokasi …………………………
Vesikula, lokasi …………………………
Papula, lokasi …………………………
Ulcus, lokasi …………………………….
Jaringan Parut, lokasi ……………………………………………………….....................
Tekstur rambut : ………………………………………………………..
Distribusi rambut : ……………………………………………………..
Bentuk kuku  Simetris Irreguler
Clubbing Finger Lainnya ……………….
Masalah Keperawatan :
…………………………………………….…………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………….

11. SISTEM PENGINDRAAN


a. Mata/Penglihatan
Fungsi penglihatan :  Berkurang Kabur Ganda Buta/gelap
Gerakan bola mata  Bergerak normal Diam Bergerakspontan/nistagmus
Visus : Mata Kanan (VOD) : …………………………….
Mata Kiri (VOS) : …………………………….
Sclera :  Normal/putih Kuning/ikterus Merah/hifema

36
Konjunctiva  Merah muda Pucat/anemic
Kornea  Bening Keruh
Alat Bantu Kacamata Lensa kontak Lainnya ………….
Nyeri : ….……………………………………………………………………...
Keluhan Lain : …………………………………………………………………………
Masalah : ………………………………………………………………………….
b. Telinga/Pendengaran :
Fungsi Pendengaran :  Berkurang Berdengung Tuli
c. Hidung/Penciuman :
Bentuk :  Simetris Asimetris
Lesi
Patensi
Obstruksi
Nyeri tekan sinus
Transluminasi
Cavum Nasal Warna ………………….. Integritas ………………..
Septum nasal Deviasi Perforasi Peradarahan
Sekresi, warna …………………
Polip Kanan Kiri Kanan dan kiri
Masalah Keperawatan :
…………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………..

12. LEHER DAN KELENJAR LIMFE


Massa Ya  Tidak
Jaringan Parut Ya  Tidak
Kelenjar limfe Teraba  Tidak teraba
Kelenjar Tyroid Teraba  Tidak teraba
Mobilitas leher  Bebas Terbatas

13. SISTEM REPRODUKSI


a. Reproduksi Pria
Kemerahan, Lokasi : …………………………........
Gatal-gatal, lokasi : …………………………........
Gland Penis : ……………………………….
Maetus Uretra : …………………………….....
Discharge , warna : ………………………….........
Srotum : ……………………………….
Hernia : ……………………………….
Kelainan : ……………………………………………………………………..
..........................................................................................................
Keluhan lain : ……………………………………………………………………..
..........................................................................................................
b. Reproduksi Wanita
Kemerahan, lokasi : ………............………….....…………
Gatal-gatal, lokasi : ............……………….....……………
Perdarahan : …………………….....………………
Flour Albus : ……………….......…………………..
Clitoris : ……………………………………….
Labia : ……………………………………….
Uretra : ………………………………………..

37
Kebersihan : Baik Cukup Kurang
Kehamilan : ………….............………. minggu
Taksiran Partus : ……………………...……
Lainnya : ......................................................................................................
Payudara :
Simetris Asimetris
Sear Lesi
Pembengkakan Nyeri tekan
Puting : Menonjol Datar Lecet Mastitis
Warna areola …………………………………………..
ASI Lancar Sedikit Tidak keluar
Keluhan Lainnya : ……………………………………………………………………….............
Masalah keperawatan :
………………………………........................................................................................................
……………………………………………………………………………………………………

D. POLA FUNGSI KESEHATAN


1. Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :
Keluarga pasien mengatakan “semoga suami saya segera sembuh

2.Nutrisi dan Metabolisme


TB : 155 Cm
BB Sekarang : 60Kg
BB Sebelum sakit : 60Kg
IMT : 24,97 kg/m2
Diet :
 Biasa Cair Saring Lunak
Diet Khusus :
Rendah Garam Rendah Kalori TKTP
Rendah Lemak Rendah Purin Lainnya ………………
Mual Muntah ……….. kali/hari
Kesukaran menelan Ya Tidak
Keluhan Lainnya : ……………………………………………………………………....................

Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum Sakit


Frekeunsi/hari 3x sehari 3x sehari
Porsi 1/5 porsi 1 porsi
Nafsu makan Baik Baik
Jenis Makanan Nasi,sayur, dan ikan Nasi,sayur, dan ikan
Jenis Minuman Air putih Air putih
Jumlah minuman/cc/24 1500cc 1500cc

jam
Kebiasaan Makan Pagi, siang, sore Pagi, siang, sore
Keluhan/masalah Tidak ada Tidak ada
Masalah Keperawatan :
………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………........................................…………………………………

3. Pola istirahat dan tidur :

38
Sebelum sakit kebutuhan istirahat-tidur pasien tercukupi, pasien biasanya dalam sehari tidur 6-8
jam. Selama sakit pasien mengatakan tidak ada perubahan dalam pola tidurnya di rumah sakit.
Selama di Rumah Sakit pasien lebih banyak waktunya untuk istirahat.
Masalah Keperawatan :
4. Kognitif :
Pasien mengatakan sebelum sakit ia selalu mengonsumsi banyak air putih saat bangun tidur di
pagi hari, akan tetapi setelah sakit pasien takut untuk mengonsumsin banyak air putih.
Masalah Keperawatan :

5. Konsep Diri :
Menurut pasien penyakit yang dideritanya adalah cobaan dari Tuhan dan bukan kutukan
ataupun diguna-guna.
Masalah Keperawatan :

6. Aktivitas Sehari-hari :
Pasien mengatakan sebelum sakit aktivitasnya seperti makan, minum, mandi, berganti pakian
dan juga BAB dan BAK di lakukan sendiri tanpa bantuan. Setelah sakit pasien tidak mampu
berjalan ke kamar mandi karena sesak nafas.
Masalah Keperawatan :
7. Koping-Toleransi terhadap Stress
Jika ada masalah dalam keluarga pasien selalu berdiskusi bersama keluarga untuk mencari jalan
keluarnya dan selalu berdoa bersama
Masalah Keperawatan:

8. Nilai-Pola Keyakinan

Pasien beragama islam , pasien selalu beribadah dan berdoa

Masalah Keperawatan:
E. SOSIAL – SPIRITUAL.
1. Kemampuan berkomunikasi :
Sangat baik
2. Bahasa sehari-hari :
Indonesia

3. Hubungan dengan Keluarga :


Keluarga pasien mengatakan hubungan pasien dan keluarga baik, tidak ada masalah
4. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain :
sangat baik

5. Orang berarti/terdekat :

39
Orang terdekat pasien adalah keluarganya yang meliputi suami dan anak

6. Kebiasaan menggunakan waktu luang :


Pasien mengahabis waktu bersama suami dan anaknya keluar makan atau menonton tv

7. Kegiatan beribadah :

Pasien beragama islam, pasien selalu beribadah dan berdoa


F. DATA PENUNJANG ( RADIOLOGIS. LABORATORIUM, PENUNJANG LAIN)

No Parameter Hasil Nilai Normal


1 Hemoglobin 12,5 Mg/dL 75-140
2 Eritrosit 3,79 Mg/dL 3,9 – 5,5
3 GDS 529 Mg/dL <200

G. PENATALAKSANAAN MEDIS

Obat/Terapi Medis Dosis Indikasi Kontraindikasi

Palangka Raya, 2 Juni 2021

Mahasiswa,

Soniesonia

ANALISIS DATA

N DATA KEMUNGKINAN PENYEBAB MASALAH


O
1.
DS : Ketidakefektifan
Klien mengatakan batuk bersihan jalan napas
sejak 2 bulan yang lalu
berhubungan dengan
DO :
1. Dispnea invasi sel-sel ganas di
2. Klien gelisah paru-paru
3. Terdapat perubahan pola
napas

2.

40
DS : Nyeri berhubungan
1. Klien mengatakan nyeri pada dengan agen cedera
dada kanan saat batuk dan biologis
melakukan aktivitas.
2. Klien mengeluh nyeri dada,
bertambah saat batuk

DO :
Klien tampak meringis kesakitan,
skala nyeri 4.
3. Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan
DS: ketidakseimbangan
Klien tampak lemah
antara suplai dan
DO :
Tampak lemah dan semua aktivitas kebutuhan oksigen
dibantu oleh istri dan keluarga.

4.

DS : Ketidakseimbangan
- Klien mengatakan tidak nafsu nutrisi kurang dari
makan hanya mampu kebutuhan tubuh b. d
menghabiskan 1 porsi perhari faktor biologis
- Klien mengatakan terjadi
penurunan berat badan 6 kg
dari 47 kg ke 42 kg.
DO :
- Tugor kulit tidak sesuai
- Mukosa pucat
- Bibir kering

PRIORITAS MASALAH

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan invasi sel-sel ganas di paru-paru
dibuktikan dengan klien mengatakan batuk sejak 2 bulan yang lalu. Klien tampak dispnea,
klien gelisah, terdapat perubahan pola napas.

2. Nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis dibuktikan dengan klien mengatakan nyeri
pada dada kanan saat batuk dan melakukan aktivitas. Klien tampak meringis kesakitan, skala
nyeri 4.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan


oksigen dibuktikan dengan klien tampak lemah dan semua aktivitas dibantu oleh istri dan

41
keluarga.

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b. d faktor biologis dibuktikan


dengan klien mengatakan tidak nafsu makan hanya mampu menghabiskan 1 porsi perhari,
klien mengatakan terjadi penurunan berat badan 6 kg dari 47 kg ke 42 kg. Klien tampak
tugor kulit tidak sesuai, mukosa pucat, bibir kering.

42
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Tn. B. T


Ruang Rawat : Gardenia
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi Rasional

1. Ketidakefektifan Pasien akan mempertahankan  Monitor respon kardiovaskuler


bersihan jalan napas pola nafas yang efektif selama terhadap aktivitas (takikardi,
berhubungan dengan dalam perawatan disritmia, sesak nafas, diaphoresis,
invasi sel-sel ganas di pucat).
paru-paru Kriteria Hasil :  Auskultasi suara nafas
1. Batuk pasien  Kaji nyeri setiap 3 jam
 Bantu pasien berada di posisi yang
berkurang/hilang nyaman
2. Pasien mengatakan  Ajarkan teknik relaksasi untuk
membantu menurunkan ansietas
3. Pasien tidak mengalami  Berikan kesempatan pasien
perubahan pola napas beristirahat
4. Tidak terdengar bunyi
ronchi dan wheezing
saat di auskultasi

2. Nyeri berhubungan
dengan agen cedera  Kaji tingkat nyeri, beratnya (skala 0-
biologis Nyeri berkurang selama dalam
10).
proses keperawatan
 Berikan istirahat dengan posisi
semifowler.
Kriteria Hasil :  Observasi TTV tiap 24 jam.
1. Skala nyeri berkurang  Diskusikan dan ajarkan teknik
2. Pasien dapat relaksasi.
melakukan aktivitas  Kolaborasi dengan pemberian obat
dengan nyaman analgesik.
3. Nyeri di dada
berkurang
3. Intoleransi aktivitas  Identifikasi aktivitas-aktivitas pasien
berhubungan dengan yang diinginkan dan sangat berarti
ketidakseimbangan Pasien dapat mempertahankan baginya.
antara suplai dan toleransi aktivitas selama  Berikan latihan gerak pasif dan aktif
kebutuhan oksigen dalam perawatan  Bantu klien untuk dalam melakukan
aktivitas yang memberatkan
Kriteria Hasil :
 Ajarkan kepada pasien latihan yang
1. Pasien mampu
dapat meningkatkan kekuatan dan
melakukan aktivitas
ketahanan
sehari-hari secara
 Beri dukungan dan dorongan pada
mandiri
tingkat aktivitas pasien yang dapat
2. Pasien merasa nyaman
ditoleransi
saat beraktivitas
3. Keadaan umum pasien
baik
 Identifikasi perubahan berat badan
4. Ketidakseimbangan terakhir
nutrisi kurang dari  Bantu pasien makan jika tidak mampu
kebutuhan tubuh b. d Pasien akan mempertahankan  Berikan makanan sedikit tapi sering
faktor biologis keseimbangan nutrisi selama
dalam perawatan  Catat status nutrisi paasien: turgor
kulit, timbang berat badan, integritas
Kriteria Hasil : mukosa mulut, kemampuan menelan,
1. Nafsu makan pasien adanya bising usus, riwayat
akan meningkat mual/rnuntah atau diare.
2. Bb kembali normal  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk diet
3. Bab lancar yang tepat bagi pasien dan dengan
dokter dalam pemberian obat
antiemetik
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/Tanggal Tanda Tangan Dan
Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
Diagnosa I : S : Klien mengatakan batuk sejak 2 bulan yang lalu.
Senin, 11 Juli O:
2019 pukul 1. Memonitor sesak nafas. - Dispnea
2. Mengauskultasi suara nafas. - Klien gelisah
10.00 wib
3. Mengatur posisi pasien . - Terdapat perubahan pola napas
4. Mengajarkan teknik nafas dalam -
A:
- Masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. Memonitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas
(takikardi, disritmia, sesak nafas, diaphoresis, pucat).
2. Meauskultasi suara nafas
3. Mengkaji nyeri setiap 3 jam
4. Membantu pasien berada di posisi yang nyaman
5. Mengajarkan teknik relaksasi untuk membantu
menurunkan ansietas
6. Memberikan kesempatan pasien beristirahat

Diagnosa II : S: Klien mengatakan nyeri pada dada kanan saat batuk dan
1. Melakukan pengkajian nyeri. melakukan aktivitas.
2. Mengajarkan pasien teknik relaksasi. O: Klien tampak meringis kesakitan, skala nyeri 4.
3. Mengajarkan dan menganjurkan A:
teknik relaksasi. - masalah belum teratasi
4. Mengkolaborasi pemberian analgetik P: lanjutkan intervensi
(Injeksi KTC 3 X 1 ampul/IV) dan 1. Mengkaji tingkat nyeri, beratnya (skala 0-10).
menganjurkan pasien untuk istrahat. 2. Memberikan istirahat dengan posisi semifowler.
3. Meobservasi TTV tiap 24 jam.
4. Mendiskusikan dan ajarkan teknik relaksasi.
5. Mengkolaborasi dengan pemberian obat analgesik.

Diagnosa III : S : Klien tampak lemah


1. Mengidentifikasi aktivitas-aktivitas pasien O : Tampak lemah dan semua aktivitas dibantu oleh istri
yang diinginkan dan sangat berarti baginya, dan keluarga.
2. Mengkaji tanda-tanda vital. A : - masalah belum teratasi
3. Membantu pasien melakukan ROM pasif P : lanjutkan intervensi
dan aktif bagian ekstremitas bawah. 1. Mengidentifikasi aktivitas-aktivitas pasien yang
diinginkan dan sangat berarti baginya.
2. Memberikan latihan gerak pasif dan aktif
3. Membantu klien untuk dalam melakukan aktivitas
yang memberatkan
4. Mengajarkan kepada pasien latihan yang dapat
meningkatkan kekuatan dan ketahanan
5. Memberi dukungan dan dorongan pada tingkat
aktivitas pasien yang dapat ditoleransi

Diagnosa IV : S : Klien mengatakan tidak nafsu makan hanya mampu


1. Memantau makan pasien. menghabiskan 1 porsi perhari
2. Modifikasi lingkungan pasien. O:
3. Memberikan pendidikan kesehatan kepada - Tugor kulit tidak sesuai
pasien dan keluarga agar menghindari - Mukosa pucat
makanan yang menjadi pantangan. - Bibir kering
A : - masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. Mengidentifikasi perubahan berat badan terakhir
2. Membantu pasien makan jika tidak mampu
3. Memberikan makanan sedikit tapi sering
4. Mencatat status nutrisi paasien: turgor kulit,
timbang berat badan, integritas mukosa mulut,
kemampuan menelan, adanya bising usus, riwayat
mual/rnuntah atau diare.
5. Mengkolaborasi dengan ahli gizi untuk diet yang
tepat bagi pasien dan dengan dokter dalam
pemberian obat antiemetik
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dapat diberikan secara sistematis dan terorganisir dengan menggunakan pengkajian yang
baku serta hasil yang diharapkan sesuai dengan harapan pasien, sehingga dapat disimpulkan bahwa:
Hasil pengkajian pada Tn. B. T yang mengalami nyeri dada skala 4 dan batuk sejak 2 bulan
yang lalu, RR yang didapatkan 26 kali/menit, pasien memiliki riwayat sebagai perokok aktif.
Pengkajian yang didapatkan pada pasien Tn. B. T sesuai dengan teori yang ditulis dalam Buku
asuhan keperawatan penyakit dalam tahun 2013.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada keluhan diatas adalah ketidakefektifan bersihan
jalan napas berhubungan dengan invasi sel-sel ganas di paru-paru, nyeri akut berhubungan dengan
agen cedera biologis, Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen, dan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan factor biologis.
Intervensi yang ditetapkan untuk mengatasi masalah yang dialami Tn. B. T untuk diagnosa
ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan invasi sel-sel ganas di paru-paru adalah
mengatur posisi semi fowler. Untuk diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
ialah melatih teknik relaksasi intervensi yang ditetapkan adalah atur posisi semi fowler, untuk
diagnosa intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen adalah melakukan latihan ROM aktiv dan pasif dan memantau makan untuk diagnose
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan factor biologis.
Implementasi pada intervensi keparawatan yang di sesusiakan dengan kondisi dan respon
pasien. Pada tanggal 11 Juli 2019 semua implementasi dapat dijalankan dengan baik.
Evaluasi dilakukan untuk menilai keberhasilan tindakan berdasarkan kriteria hasil dari
masing-masing diagnosa, hasil evaluasi pada Tn. B. T diagnose ketidakefektifan pola nafas, nyeri
akut, intoleransi akativitas dan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum
teratasi sehingga intervensi di lanjutkan.

4.2 Saran
Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah di lakukan pada Tn. B.T di ruangan Gardenia
RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangkaraya dan kesimpulan yang telah di tulis oleh penulis diatas,
maka deng itu mahasiswa memberikan saran sebagai berikut :
1. Bagi rumah sakit
Pada saat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor paru
hendaknya perawat ruangan memberikan tindakan keperawatan yang sesuai dengan
masalah yang dialami pasien dan tindakan kolaborasi yang tepat terutama dengan dokter.
2. Bagi penulis
Hasil penelitian membuat pengalaman belajar meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan berkaitan dengan pasien tumor paru. Dan manambah wawasan sebagai acuan
bagi peneliti selanjutnya dalam mengembangkan penelitian lanjutan pada pasien dengan
tumor paru berdasarkan kesimpulan yang sudah penulis rangkum.
3. Bagi pasien
Bagi pasien diharapkan agar dapat dijadikan sebagai pedoman untuk mengetahui
lebih lanjut penyakit yang di alami dan secara rutin memeriksa kesehatannya.
4. Bagi institusi
Dapat menghasilkan lulusan yang berawawasan global di bidang keperawatan dalam
pemenuhan kebutuhan dasar manusia dan dapat menjadi masukan bagi yang berminat
ingin membaca.

55
DAFTAR PUSTAKA

Alimul . A. H.. (2008) Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Ed. 5. Salemba Medika. Jakarta Anwar A. 2014. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Nasional Vol 8 No 8. Brunner & Suddarth.2000. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
Volume 1. Jakarta:EGC Bulechek,dkk. 2013. Nursing Intervention Classification Edisi
6.Elsevier Badan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit .2019 . Peringatan Hari Kanker
Sedunia Tahun 2019 .Jakarta. Guyton, Arthur C (2003), fisiologi manusia dan mekanisme
penyakit EGC penerbitan buku kedokteran, Jakarta Gloria M. Bulehek, dkk (2016) Nursing
Interventions Classification (NIC). Edisi keenam Nurarif A. H & Kusuma H. 2015. Aplikasi
Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc ed 1. Jogjakarta :
Penerbit Mediaction Tylor M. Cyntia & Ralph Sparks Shella (2003). Diagnosis
Keperawatan Dengan Rencana Asuhan. Edisi 10. Penerbit Buku Kedokteran. EGC

56

Anda mungkin juga menyukai