Anda di halaman 1dari 33

Spesifikasi Jembatan

SPESIFIKASI TEKNIS

1. PENDAHULUAN

Pada pelaksanaan jembatan diperlukan suatu panduan pelaksanaan atau acuan


pelaksanaan yang menjadi patokan bagi para pelaksana dalam melaksanakan
pekerjaannya. Spesifikasi yang merupakan bagian dari dokumen kontrak
merupakan bagian yang sangat penting dalam pelaksanaan suatu pekerjaan.

Hubungan antara spesifikasi dengan pelaksanaan adalah sebagai berikut:


 Bagian dalam dokumen kontrak
 Memuat segala ketentuan teknik tentang pekerjaan yang harus dilaksanaan
sesuai dengan perjanjian dalam dokumen kontrak
 Mengandung perintah dan larangan serta ketentuan teknik lainnya yang harus
dilakukan, dilaksanakan dan dipenuhi oleh pelaku jasa konstruksi
 Bila tidak dicermati dan dilaksanakan sesuai dengan perintah maka akan
berdampak kesalahan dalam pelaksanaan atau kerugian pada saat menyusun
 Analisa harga satuan
 Menentukan kebutuhan jumlah dan komposisi peralatan
 Perhitungan volume pekerjaan yang salah

Jadi, spesifikasi teknik dalam bidang pekerjaan struktur jembatan adalah dengan
maksud:
 Persyaratan teknis yang disusun oleh perencana untuk mencapai mutu
bangunan sesuai dengan yang diinginkan oleh Pemilik
 Bagian dari perjanjian kerja antara Pemilik dan Pelaksana
 Acuan pelaksana untuk menyusun strategi dalam penyusunan harga penawaran
pada proses tender
 Acuan prosedur kerja untuk mewujudkan rencana perencana, pelaksana dan
pengawas untuk mencapai mutu, waktu pelaksanaan dan dana yang telah
disepakati bersama dalam perjanjian kontrak.
 Acuan pokok pelaksana, memberikan batas-batas bagi usahanya yang kreatif
untuk melakukan penghematan sumber daya, pengehematan waktu
pelaksanaan dan meningkatkan keuntungan bagi pelaksana.

Sebagai seorang pelaksana, yaitu penyedia jasa dapat dikatakan wajib memahami
spesifikasi sebagi dokumen resmi kesepakatan bersama, mengerti bagian-bagian
yang harus dicapai dan dipatuhi, selalu mengusahakan cara-cara dan alternatif
yang bertanggung jawab untuk melaksanakan pekerjaan tanpa menyalahi
ketentuan yang tertera di dalam spesifikasi. Menyusun usulan kesepakatan baru
(change order) yang akan mendukung pekerjaan secara efektif dan efisien.

Juga pelaksana harus dapat melakukan pekerjaan dengan pedoman spesifikasi atau
dengan cara lain yang lebih baik dan disepakati bersama. Pelaksana juga harus
mempunyai visi mewujudkan bangunan sesuai persyaratan minimum yang diminta
oleh spesifikasi, namun selalu berusaha untuk bekerja lebih capat, efektif dan
efisien, mampu menghemat sumber daya dan berusaha meningkatkan keuntungan
dengan cara-cara yang sehat.

Pelaksana secara logik memang harus berpihak kepada kepentingan kontraktor


apabila terjadi perbedaan pendapat. Tetapi secara mutu tidak boleh diabaikan,
karena mutu adalah sesuatu yang harus dicapai. Definisi mutu dapat disebutkan
sebagai berikut:
– Kesesuaian dengan persyaratan/tuntutan
– Kecocokan dengan pemakaian
– Bebas dari kerusakan/cacat
– Pemenuhan kebutuhan pelanggan sejak awal dan setiap saat

1
Spesifikasi Jembatan

– Sesuatu yang membahagiakan pelanggan

Spesifikasi Dan Budaya


 Spesifikasi adalah budaya hukum, masyarakat kita umumnya masih belum
menerima hukum sebagai ukuran dan nilai kehidupan, karenanya sering timbul
masalah yang sulit dijelaskan dan diselesaikan
 Seharusnya dimata hukum kedudukan pimpro sejajar dengan kontraktor,
demikian juga kedudukan pengawas, perencana dan pelaksana, kenyataannya
tidak demikian
 Atasan sering memberi petunjuk tersamar yang tidak dapat diikat secara
hukum namun diturut setara dengan hukum itu sendiri
 Aturan/kesepakatan hanya dianggap sebagai proforma, yang berlaku adalah
kebiasaan yang penuh basa basi, rasa sungkan, kesopanan dan menjaga
hubungan antar manusia, rasa ketakutan kepada penguasa masih terasa kental
megalahkan ketentuan bersifat legal.
 Hubungan antar manusia (keluarga, pertemanan, rasa setia kawan) masih
sangat sulit untuk dikalahkan dengan kepatuhan terhadap hukum atau
konsekwen dengan keputusan yang telah diambil.

Beberapa Hal Yang Perlu Dihindari pada Spesifikasi adalah:


 Pembayaran tumpang tindih : hasil kerja yang sudah dihitung dan dibayar di
satu pasal pembayaran dihitung kembali pada pembayaran lain.
 Metoda disyaratkan, hasil akhir juga disyaratkan : menimbulkan rancu mana
yang dipilih atau kalu dua-duanya dipilih pasti akan terjadi pemborosan
 Menetapkan batasan yang tidak jelas, misalnya tentang batas pekerjaan yang
membolehkan menggunakan tenaga manusia dan harus menggunakan mesin.
 Ketidak pastian petunjuk: akan ditetapkan oleh Direksi, memberikan biaya
tambahan berupa cadangan untuk menanggung resiko
 Menyebutkan produk yang hanya dipasok oleh satu sumber : akan terkadi
monopoli pasokan, biaya tinggi, kecuali ada alasan khusus untuk itu dan yang
telah disepakati bersama.

2. SISTEMATIKA SPESIFIKASI

Spesifikasi secara umum mempunyai suatu struktur penulisan atau sistematika


penulisan yang digunakan untuk semua divisi kecuali pad divisi 1.

Sistematika penulisan spesifikasi adalah sebagai berikut:


 Umum
 Persyaratan
 Pelakasanaan
 Pengendalian mutu
 Pengukuran dan Pembayaran

2.1. Umum
Dalam bagian umum ini menjelaskan tentang ruang lingkup yang tercakup dalam
seksi yang bersangkutan, yang akan ada hubungannya dengan analisa harga satuan
yang harus dipahami pengguna jasa dalam melakukan penawaran. Karena tanpa
hal ini penawaran akan menjadi salah dan kemungkinan besar penyedia jasa dapat
mengalami kerugian yang cukup besar.

2.2. Persyaratan
Dalam bagian persyaratan dijelaskan tentang standar rujukan atau acuan yang
digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan, serta toleransi-toleransi yang diizinkan
atau yang menjadi acuan dalam hasil pelaksanaan untuk pengukuran dan
penerimaan hasil kerja. Demikian juga dengan bahan yang harus digunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan serta persyaratan-persyaratan kerja sebelum pelaksanaan
pekerjaan tersebut dimulai.

2
Spesifikasi Jembatan

2.3. Pelaksanaan
Pada pasal pelaksanaan dijelaskan tentang tata cara pelaksanaan pekerjaan yang
mengacu pada pedoman pelaksanaan atau standar-standar yang ada.
Pada pasal ini dijelaskan tahapan pelaksanaan pekerjaan yang mencakup
penggunaan bahan sampai dengan persyaratan pernggunaan peralatan atau
manajemen peralatan yang harus digunakan dan tata cara pelaksanaannya.
Jadi bagi seorang penyedia jasa wajib memahami permasalahan pelaksanaan ini
agar produk yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan mutu sesuai dengan
spesifikasi atau persyaratan pengguna jasa.

2.4. Pengendalian mutu


Di dalam pasal pengendalian mutu tercakup hal-hal persyaratan penerimaan hasil
pekerjaan dan tata cara pengendalian mutunya, dalam pelaksanaan pekerjaan.
Pasal pengendalian mutu ini sangat penting, bagi penyedia jasa yang ingin maju
dan sukses dalam produk yang dihasilkan serta memuaskan pelanggan.
Pengendalian mutu ini mencakup masalah penerimaan bahan, jaminan mutu,
perbaikan dan pemeliharaan selama pekerjaan berlangsung.

2.5. Pengukuran dan pembayaran


Pengukuran dan pembayaran merupakan bagian yang terakhir atau tahap terakhir
setelah hasil pekerjaan selesai dilaksanakan dan kemudian dilakukan pengukuran
hasil kerja, tetapi perlu diingat bahwa pengukuran ini baru dapat dilaksanakan
setelah hasil pekerjaan diterima.
Permasalahan pengukuran juga merupakan bagian yang penting bagi penyedia
jasa, karena tanpa mengetahui cara pengukuran, maka penyedia jasa tidak mudah
atau tidak dapat membuat analisa harga satuan atau penawaran yang akan diajukan
pada saat lelang.
Pembayaran sangat berhubungan erat dengan pengukuran. Dalam pembayaran
dijelaskan tentang dasar pembayaran yang akan dilaksanakan sesuai dengan seksi
yang bersangkutan. Jadi hal inipun sangat penting untuk dipahami oleh penyedia
jasa dalam pelaksanaan tugasnya.

Spesifikasi jembatan terdiri atas 18 seksi yang tercakup dalam divisi 7 sebagai
berikut :
7.1. Beton
7.2. Beton prategang
7.3. Baja tulangan
7.4. Baja struktur
7.5. Kayu
7.6. Tiang pancang
7.7. Sumuran
7.8. Adukan semen
7.9. Pasangan batu
7.10. Pasangan batu kosong dan bronjong
7.11. Sambungan siar muai
7.12. Landasan jembatan
7.13. Sandaran
7.14. Papan nama jembatan
7.15. Pembongkaran struktur
7.16. Turap
7.17. Pipa cucuran
7.18. Parapet

Berikut akan dijelaskan secara garis besar tentang isi dari masing-masing seksi
yang tercakup dalam spesifikasi jembatan. Selain dari seksi tersebut dalam
pekerjaan struktur masih terkait juga dengan divisi 1, yang secara umum akan
mengikat pada pekerjaan jalan dan jembatan.

3
Spesifikasi Jembatan

3. BETON

3.1. UMUM

Cakupan pekerjaan ini adalah pelaksanaan untuk seluruh pekerjaan beton sebagai
berikut:
 struktur beton bertulang,
 Beton tanpa tulangan,
 beton prategang,
 struktur beton pracetak,
 beton untuk struktur komposit

Pekerjaan beton ini meliputi penyiapan tempat kerja untuk pengecoran beton,
pemeliharaan pondasi, pengadaan penutup beton, lantai kerja, pemompaan dan lain
sebagainya.

3.1.1. Mutu Beton


Mutu beton yang tercakup dalam spesifikasi teknik ini :
 Mutu tinggi 35-65 MPa atau K 400-800 kg/cm2 untuk beton prategang
seperti tiang pancang, gelagar, plat
 Mutu sedang 20 – < 35 MPa atau K 250 – < K 400 Kg/cm2 untuk beton
bertulang, lantai beton jembatan rangka baja, gelagar beton, diafragma, kerb
beton pracetak, gorong-gorong
 Mutu rendah 15-< 20 MPa atau K 175- < K 250 kg/cm2 untuk struktur beton
tanpa tulangan seperti siklop, trotoar, pasangan batu kosong
 Mutu rendah 10-< 15 MPa atau K 125-< K 175 kg/cm2 untuk lantai kerja,
penimbunan kembali dengan beton

3.2. PERSYARATAN
Standar rujukan yang digunakan dalam seksi ini adalah :
 SNI
 AASHTO
 ASTM

Pekerjaan seksi lain yang terkait


• Ketentuan teknis, pasangan batu dengan mortar, gorong-gorong, drainase
porous
• Galian, timbunan
• Beton prategang, baja tulangan, asukan semen, pembongkaran struktur

3.2.1. Persyaratan
Persyaratan ini mencakup untuk hal-hal sebagai berikut:
o Cakupan Jaminan Mutu
o Mutu bahan yang dipasok,
o proses pelaksanaan
o hasil akhir

3.2.2. Persyaratan Bahan


 Semen
o Jenis semen portland sesuai SNI
o Hanya satu merk dalam satu campuran
 Air
o Bersih, bebas dari bahan organik seperti minyak, garam, asam,
basa, gula
o Lolos pengujian sesuai AASHTO T 26
 Agregat

4
Spesifikasi Jembatan

o Ketentuan gradasi agregat sesuai ketentuan


o Ukuran maksimum agregat kasar ¾ jarak bersih tulangan
o Sifat agregat harus bersih, kuat, keras dan berasal dari pemecahan
batu
o Bebas bahan organik
 Batu untuk beton siklop
o Keras, awet, bebas dari retak, rongga dan kuat terhadap cuaca
o Bersudut runcing, bebas dari kotoran, minyak dan bahan lain yang
mempengaruhi ikatan terhadap beton
 Bahan tambah
o Jumlah tidak lebih dari 5% dari berat semen atau sesuai spesifikasi
produk
o Sesuai dengan jenis penggunaannya dan klasifikasinya
o Bahan mineral seperti fly ash, pozzolan, mikro silika sesuai ASTM
C 608-94a

3.2.3. Toleransi untuk beton pracetak


 Toleransi dimensi untuk panjang < 6 m = 5 mm, untuk panjang > 6 m = 15
mm dan untuk balok, pelat lantai, kolom dinding 0 mm - < 10 mm
 Toleransi bentuk untuk persegi (selisih panjang diagonal) < 10 mm,
kelurusan atau lengkungan untuk panjang < 3 m adalah 12 mm, untuk
panjang 3 – 6 m = 15 mm dan untuk panjang > 6 m = 20 mm
 Toleransi kedudukan – kolom pracetak terhadap rencana 10 mm,
permukaan horizontal terhadap rencana 10 mm dan permukaan vertikal
dari rencana 20 mm
 Toleransi alinyemen vertikal – penyimpangan ketegakan kolom dan
dinding 10 mm
 Toleransi ketinggian (elevasi) – puncak lantai kerja di bawah fondasi 10
mm, puncak lantai kerja di bawah pelat injak 10 mm dan puncak kolom,
tembok kepala, balok melintang 10 mm
 Toleransi alinyemen horizontal 10 mm dalam 4 m panjang mendatar
 Toleransi untuk penutup/selimut beton tulangan – selimut beton < 3 cm
adalah 0 sampai 5 mm, selimut beton 3 cm – 5 cm adalah 0 sampai 10 mm,
dan selimut beton 5 – 10 cm adalah 10 mm

3.2.4. Pengajuan Kesiapan Kerja


 Kontraktor harus mengirimkan contoh semua bahan yang akan digunakan dan
dilengkapi dengan data pengujian seluruh sifat bahan
 Kontraktor harus mengirimkan rancangan campuran untuk masing-masing
mutu beton 30 hari sebelum dilaksanakan untuk kemudian dilakukan
pembuatan trial mix dalam langkah membuat job mix.
 Kontraktor menyerahkan secara tertulis hasil pengujian pengendalian mutu
 Untuk pengujian kuat tekan beton dengan umur 3 hari, 7 hari, 14 hari dan 28
hari setelah tanggal pencampuran, yang kemudian dibandingkan dengan hasil
trial mix agar didapat jobmix yang sesuai dengan desain mix.
 Kontraktor mengirim detail gambar dan perhitungan rinci untuk perancah yang
digunakan
 Kontraktor harus memberitahu Direksi Pekerjaan minimal 24 jam sebelum
dilakukan pencampuran, pengecoran setiap jenis beton disertai metode
pelaksanaannya, kapasitas alat yang digunakan, personil, jadwal pelaksanaan
untuk mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan.

3.2.5. Bahan dan Tempat kerja


–Penyimpanan dan perlindungan bahan
 Untuk penyimpanan semen, kontraktor harus menyediakan tempat yang
terlindung, lantai kayu yang lebih tinggi 30 cm dari permukaan tanah dan
ditutup dengan plastik dan tidak lebih dari 3 bulan sejak tanggal penyimpanan
di lokasi pekerjaan.

5
Spesifikasi Jembatan

 Agregat harus terlindung dan tidak langsung terkena matahari dan hujan
sepanjang waktu pengecoran.

–Kondisi tempat kerja


 Untuk pengecoran bangunan atas jembatan harus terlindung dari sinar matahari
secara langsung
 Pengecoran tidak boleh dilaksanakan apabila tingkat penguapan melampaui 1,0
kg/m2/jam dan selama turun hujan, udara penuh debu atau tercemar. Dengan
menggunakan grafik di bawah ini pelaksana akan dapat mengantisipasi
permasalahan yang akan terjadi di lapangan dan dapat mempersiapkan kondisi
material yang memenuhi syarat.

3.2.6. Persyaratan Kerja


Pencampuran dan penakaran
 Rancangan campuran
 Proporsi bahan dan berat sesuai SNI 03-2834-2000
 Pedoman awal rancangan campuran sesuai tabel

Campuran percobaan
 Penyedia jasa harus membuat dan menguji campuran percobaan sesuai SNI
03-2834-2000
 Disaksikan oleh Direksi pekerjaan
 Menggunakan jenis instalasi dan peralatan sesuai lapangan

6
Spesifikasi Jembatan

Tabel 1- Pedoman Awal untuk Perkiraan Proporsi Takaran Campuran

Mutu Beton Kadar Semen


Jenis Ukuran Rasio Air /
Minimum.
Beton fc’ bk’ Agregat Semen Maks.
(kg/m3 dari
(MPa) (kg/cm2 Maks.(mm) (terhadap berat)
campuran)
)
50 K600 19 0,35 450
37 0,40 395
45 K500 25 0,40 430
19 0,40 455
Mutu 37 0,425 370
Tinggi 38 K450 25 0,425 405
19 0,425 430
37 0,45 350
35 K400 25 0,45 385
19 0,45 405
37 0,475 335
30 K350 25 0,475 365
19 0,475 385
Mutu 37 0,50 315
Sedang 25 K300 25 0,50 345
19 0,50 365
37 0,55 290
20 K250 25 0,55 315
19 0,55 335
37 0,60 265
Mutu 15 K175 25 0,60 290
Rendah 19 0,60 305
37 0,70 225
10 K125 25 0,70 245
19 0,70 260

3.3. PELAKSANAAN BETON


Secara umum pelaksanaan beton mencakup pekerjaan:
 Penakaran material
 Pencampuran
 Pengangkutan
 Pengecoran
 Pemadatan
 Pengerjaan akhir (finishing)
 Perawatan (Curing)

3.3.1. Penakaran Material


 Semua bahan beton (air, semen, agregat kasar dan agregat halus) harus ditakar
atau diukur dengan cara penimbangan terutama untuk beton dengan mutu > fc’
20 MPa
 Perbandingan takaran atau komposisi bahan beton sangat penting dalam
menentukan mutu beton yang akan dihasilkan

3.3.2. Pelaksanaan pencampuran


 Penakaran agregat
 Harus ditakar berdasarkan berat untuk fc’ > 20 Mpa
 Kuantitas penakaran < kapasitas alat pencampur
 Agregat harus dalam kondisi SSD pada saat penakaran
 Peralatan harus dikalibrasi sebelum digunakan

7
Spesifikasi Jembatan

3.3.3. Pencampuran
 Mesin yang digunakan harus mekanis yang menjamin distribusi merata
 Alat dilengkapi dengan tanki air dan alat ukur yang akurat
 Cara pencampuran – pertama masukkan sebagian air + agregat kasar + agregat
halus sampai mencapai kondisi cukup basah sampai merata + semen – campur
dan terakhir masukkan sisa air untuk menyempurnakan campuran
 Waktu pencampuran dimulai sejak sisa air dimasukkan. Untuk kapasitas < ¾
m3 sekira 1,5 menit dan untuk mesin lebih besar ditingkatkan 15 detik untuk
setiap penambahan 0,5 m3

3.3.4. Acuan
 Acuan tanah, harus dipastikan bahwa semua tebing dalam kondisi stabil dan
tidak ada tanah yang lepas
 Acuan kayu, baja pastikan semua sambungan tidak bocor dan kaku sehingga
posisinya tetap selama pengecoran, pemadatan dan perawatan
 Acuan kayu yang permukaannya tidak diserut dapat digunakan untuk bagian
yang tidak ekspos
 Harus dapat dibongkar tanpa merusak permukaan struktur, perlu diberi oil
form
 Seluruh sudut acuan harus dibulatkan atau tidak ada sudut acuan yang tajam
 Acuan dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dibongkar tanpa merusak beton

3.3.5. Pengecoran
 Penyedia jasa memberitahu Direksi pekerjaan minimal 24 jam sebelum
pekerjaan dimulai dan meliputi lokasi, kondisi pekerjaan, mutu beton dan
tanggal serta waktu pencampuran dimulai atau adanya penundaan pengecoran
> 6 jam
 Penyedia jasa tidak boleh memulai pekerjaannya sebelum ada persetujuan dari
Direksi Pekerjaan secara tertulis
 Pengecoran tidak boleh dilaksanakan apabila, Direksi pekerjaan atau wakilnya
tidak menyaksikan, walau sudah ada persetujuan pengecoran
 Acuan harus diolesi minyak atau oilform sebelum pekerjaan pengecoran
dimulai
 Beton yang dicorkan tidak boleh berumur lebih dari 1 jam setelah
pencampuran, dan berdasarkan waktu pengerasan semen, apabila terjadi maka
campuran beton harus ditambah retarder
 Pengecoran harus berkesinambungan sampai lokasi sambungan pelaksanaan
 Pengecoran harus sedemikian sehingga tidak menimbulkan segregasi
 Untuk bagian yang rumit dan tulangan yang rapat beton harus dicor dalam
lapisan yang tidak lebih dari 15 cm. Untuk dinding tinggi boleh 30 cm
 Tinggi jatuh beton ke dalam cetakan tidak lebih dari 150 cm
 kecepatan pengecoran harus sedemikian rupa sehingga beton masih dalam
kondisi plastis
 Beton lama yang akan disambung dengan beton baru harus dikasarkan,
dibersihkan dan dilapisi dengan bonding agent
 Perawatan beton dimulai segera setelah terjadinya pengikatan akhir (final
setting)
 Apabila digunakan ready mix, perhatikan kapasitas, daya pemompaan,
kelecakan beton

3.3.6. Pemadatan
 Harus menggunakan alat penggetar mekanis
 Alat penggetar tidak boleh digunakan untuk memindahkan campuran beton
daari satu titik ke titik yang lain
 Pemadatan pada daerah antar tulangan harus hati-hati sehingga tulangan tidak
bergeser
 Waktu penggetaran harus dibatasi untuk mengihidari terjadinya segregasi
 Putaran alat penggetar minimum 5000/menit dengan berat efektif 0,25 kg

8
Spesifikasi Jembatan

 Jarak antar alat pengetar 45 cm dan waktu penggetaran maksimum 15 detik


atau sampai permukaan beton mengkilap

 Alat penggetar harus vertikal hingga dapat penetrasi sampai 10 cm dari dasar
beton
 Pemadatan harus selesai sebelum terjadi pengikatan awal (initial setting)

Tabel 2 - Jumlah Minimum Alat Penggetar Mekanis dari Dalam


Kecepatan Pengecoran Beton Jumlah Alat
(m3 / jam)
4 2
8 3
12 4
16 5
20 6
> 20 >6

3.3.7. Sambungan Pelaksanaan


 Lokasi sambungan pelaksanaan harus ditunjukkan dalam gambar rencana, dan
tidak ditenpatkan pada pertemuan elemen struktur
 Tidak boleh ada sambungan konstruksi pada tembok sayap
 Sambungan konstruksi harus tegak lurus terhadap sumbu memanjang dan
diletakkan pada gaya geser minimum
 Pada sambungan vertikal, baja tulangan harus menerus melewati sambungan
agar struktur tetap monolit
 Untuk pelat, untuk luas pelat minimum 40 m2 boleh diletakkan sambungan
konstruksi dengan dimensi maksimum tidak lebih dari 1,2 x dimensi yang
lebih kecil.
 Boleh digunakan bonding agent untuk pelekatan sambungan konstruksi seiizin
Direksi Pekerjaan
 Tidak diperkenankan adanya sambungan konstruksi pada daerah air asin pada
tempat 75 cm di bawah muka air tertinggi atau 75 cm di atas muka air
terendah

3.3.8. Beton Siklop


 Campuran beton dengan mutu beton fc’= 15 MPa dicampur dengan batu
pecah ukuran besar
 Batu tidak boleh dijatuhkan dari tempat tinggi

 Volume batu pecah ukuran besar maksimum 1/3 dari volume total
 Untuk dinding penahan tanah, ukuran batu 25 cm
 Tiap batu terlindungi adukan beton setebal 15 cm
 Letak batu terhadap permukaan tidak kurang dari 30 cm atau 15 cm terhadap
permukaan yang akan dilindungi

3.3.9. Pengerjaan Akhir


3.3.9.1. Pembongkaran Acuan
 Pembongkaran acuan minimal dilaksanakan 30 jam setelah pengecoran
 Acuan yang ditopang dengan perancah (pelat, balok, struktur lain) baru boleh
dibongkar apabila kekuatan beton sudah mencapai 85% terhadap kekuatan
rancangan
 Untuk beton ekspos dengan hiasan (tiang sandaran, parapet) maka beton dapat
dibongkar setelah 9 jam dan tidak lebih dari 30 jam

9
Spesifikasi Jembatan

3.3.9.2. Permukaan (Pengerjaan Akhir Biasa)


 Permukaan akhir harus dirapihkan setelah pembongkaran acuan. Semua kawat
atau logam yang digunakan untuk memegang acuan harus dipotong paling
tidak 2,5 cm di bawah permukaan
 Tidak ada tonjolan akibat sambungan acuan
 Penambalan hanya boleh dilaksanakan pada bagian struktur minor
 Akibat adanya keropos pada beton, maka harus dilakukan perbaikan sesuai
dengan pedoman perbaikan beton dengan bahan polymer semen yang tidak
menyusut

3.3.9.3. Permukaan (Pengerjaan Akhir Khusus)


 Untuk bagian atas pelat, trotoir yang horizontal harus digaru untuk
memberikan bentuk dan ketinggian sesuai perancangan segera setelah
terjadinya final set
 Permukaan horizontal harus dikasarkan sebelum selimut beton mengeras

3.3.10. Perawatan
3.3.10.1. Tujuan perawatan
 Memperbaiki kualitas beton dan menjadikan beton lebih awet terhadap agresi
kimia
 Menjadikan beton lebih tahan terhadap aus karena lau lintas dan lebih kedap
air
 Reaksi kimia pada beton terjadi pada pengikatan dan pengerasan beton
tergantung pada pengadaan airnya, sehingga perlu adanya jaminan bahwa air
masih tertahan atau jenuh untuk memungkinkan kelanjutan reaksi kimia
 Penguapan menyebabkan beton kehilangan air sehingga terhenti proses hidrasi
dengan konsekuensi berkurangnya peningkatan kekuatan
 Penguapan menyebabkan penyusutan kering yang terlalu awal dan cepat,
sehingga berakibat timbulnya tegangan tarik yang dapat menyebabkan retak.

3.3.10.2. Perawatan dengan pembasahan


 Beton harus dilindungi terhadap pengeringan dini, temperatur tinggi dan
gangguan mekanis agar kehilangan kadar air yang terjadi seminimal mungkin
 Beton dirawat setelah beton mulai mengeras dengan bahan penyerap air yang
jenuh dalam waktu minimal 3 hari
 Lalu lintas tidak diperbolehkan melewati permukaan beton tersebut dalam 7
hari setelah beton dicor
 Untuk beton dengan kekuatan awal yang tinggi yang menggunakan bahan
tambahan harus dibasahi sampai kekuatannya mencapai 70% dari kekuatan
rancangan 28 hari

3.3.10.3. Perawatan dengan Uap


 Perawatan ini digunakan untuk mendapatkan kekuatan awal yang tinggi
 Tidak diperkenankan menggunakan bahan tambahan (admixture) apabila
digunakan perawatan ini
 Perawatan ini dikerjakan terus menerus sampai kekuatan beton mencapai 70%

Persyaratan perawatan uap adalah:


 Tekanan < tekanan luar

Temperatur < 38 o selama 2 jam dan dinaikkan berangsur-angsur sampai 65 o
dengan kenaikan temperatur maksimum 14o
 Penurunan temperatur <11 o C per jam dan temperatur beton pada saat
dikeluarkan dari penguapan tidak boleh lebih tinggi dari 11o terhadap
temperatur luar
 Setelah selesai perawatan dengan uap, struktur beton harus dibasahi selama 4
hari

10
Spesifikasi Jembatan

3.3.10.4. Perawatan dengan Cara Lain


 Membran cair
o Permukaan beton sudah kering dan acuan sudah dilepas
o Tidak boleh terkena hujan, apabila lapisan membran rusak maka
perlu dilakukan pelapisan ulang
 Selimut kedap air
o Digunakan penyelimutan dengan bahan lembaran kedap air
o Selama perawatan perlu diperhatikan agar lapisan tersebut tidak
sobek atau berpindah tempat
 Form in place
o Perawatan dengan tetap mempertahankan acuan sebagai dinding
penahan selama waktu perawatan

3.4. PENGENDALIAN MUTU

3.4.1. Penerimaan Bahan


Sebelum digunakan dilakukan pemeriksaan sesuai dengan ketentuan dengan bukti-
bukti tertulis

3.4.2. Pengawasan
Adanya personil dengan keahlian khusus untuk melakukan pengawasan

3.4.3. Perencanaan campuran


 Ketentuan sifat-sifat campuran
 Penyesuaian campuran
 Pelaksanaan campuran
 Pengujian campuran
 Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi ketentuan

3.4.3.1. Ketentuan Sifat-sifat Campuran


 Sesuai dengan proporsi takaran campuran pada job mix
 Campuran yang tidak memenuhi ketentuan “slump” yang diusulkan tidak
boleh digunakan kecuali untuk penggunaan terbatas
 Apabila pengujian beton campuran uji (trial mix) pada umur 7 hari <
persyaratan maka beton tidak boleh dijadikan job mix dan dicari penyebabnya

3.4.3.2. Penyesuaian Campuran


 Penyesuaian mudah dikerjakan (kelecakan atau workability)
 Kadar semen tidak berubah
 Rasio air/semen tidak dinaikkan
 Tidak ada pengadukan kembali
 Diizinkan menggunakan bahan tambahan seizin Direksi Pekerjaan
 Penyesuaian kekuatan
 Menambah kadar semen dan tidak lebih dari persyaratan
 Menggunakan bahan tambahan (additif)
 Penyesuaian untuk bahan-bahan baru
 Tidak diizinkan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu secara tertulis
kepada Direksi Pekerjaan
 Akan dilakukan kembali pengujian campuran dengan bahan yang baru
tersebut

3.4.4. Pengujian di lapangan


 Pengujian untuk Kelecakan (Workability)
 Dengan menggunakan nilai slump untuk setiap pencampuran beton

3.4.4.1. Pengujian kuat tekan


 Setiap 10 m3 beton yang dipasok pada setiap hari harus ada 1 set (3 buah )
pengujian kuat tekan untuk setiap jenis mutu beton pada 28 hari

11
Spesifikasi Jembatan

 Pengujian merupakan uji tekan dengan sepasang benda uji silinder diameter
150 mm dan tinggi 300 mm
 Mutu beton yang diterima apabila
 Rata-rata nilai hasil uji kuat tekan dari benda uji > (fc’ + k.S.r) di mana S =
nilai deviasi dan tidak ada satupun benda uji mempunyai nilai < 0,85 fc’, k =
1,64 dan r = faktor koreksi untuk jumlah benda uji < 30 buah
 Pengambilan benda uji yang mewakili
 Menggunakan statistik sesuai dengan standar deviasi
fc’= fcm – ( k.S).r
Nilai k adalah 1,64 untuk jumlah benda uji 30 buah
 Jumlah benda uji 1 set (3 buah) setiap 10 m3 pada setiap jenis struktur. Benda
uji yang diuji adalah 2 buah, apabila dari 2 buah benda uji tersebut terdapat
perbedaan > 5%, maka benda uji ke-3 diuji, dan untuk perhitungan S
digunakan 2 buah benda uji dengan nilai terdekat
 Syarat tidak boleh ada satupun benda uji mempunyai nilai < 0,85 fc’,

3.4.4.3. Faktor Pengali Untuk Jumlah Benda Uji 30


Jumlah benda uji yang harus diuji adalah 30 benda uji, apabila kurang dari 30
maka harus dilakukan penyesuaian deviasi dengan faktor pengali sebagai berikut:
n

 f ci  f c .m 
2

S 1

n 1

dimana,
fc’ = Kuat tekan beton karakteristik
fci = Kuat tekan beton yang diuji
fcm = Kuat tekan beton rata-rata
n = Jumlah benda uji

Tabel Error! No text of specified style in document.3 - Angka koreksi deviasi “r”
Jumlah Faktor Jumlah Faktor Jumlah Faktor
benda uji koreksi benda uji koreksi benda uji koreksi “r”
“r” “r”
10 1,36 17 1,14 24 1,05
11 1,31 18 1,12 25 1,04
12 1,27 19 1,11 26 1,03
13 1,24 20 1,09 27 1,02
14 1,21 21 1,08 28 1,02
15 1,18 22 1,07 29 1,01
16 1,16 23 1,06 > 30 1,00

Untuk benda uji kurang dari 10 buah atau data pengujian tidak tersedia, maka
dilakukan koreksi dengan menambahkan nilai kekuatan lebih minimal sesuai Tabel
4

Tabel 4 Penyesuaian kuat tekan


Kuat tekan karakteristik Nilai kekuatan lebih minimal
fc’ (MPa) (MPa)
< 21 7
21 ≤ fc’ ≤ 35 8,5
> 35 10

 Bila syarat tersebut tidak terpenuhi maka diambil langkah-langkah untuk


meningkatkan kuat tekan beton
 Bila terjadi kuat tekan << maka harus dilakukan core drill pada daerah yang
diragukan sebanyak 3 buah

12
Spesifikasi Jembatan

 Jika hasil dari 3 buah core drill rata-rata > 0,85 fc dan tidak ada satupun <
0,75 fc maka secara struktural beton dianggap baik
 Pengujian tambahan dapat dilakukan apabila diperlukan, dengan alat impact
echo, UPV, core drill dll.

3.5. CARA PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


 Beton diukur dalam meter kubik tanpa adanya pengurangan volume untuk pipa
dengan diameter < 20 cm untuk water stop, selongsong pipa, lubang sulingan
 Tidak ada tambahan untuk cetakan, perancah untuk balok, pemompaan
penyelesaian akhir, penyediaan pipa sulingan dan pekerjaan pelengkap lainnya
dan ini semua termasuk dalam harga satuan beton
 Beton yang diukur dan dibayar dalam bagian ini adalah beton dengan mutu
lebih tinggi dari K-250 (fc’=20 MPa) untuk beton bertulang dan beton dengan
mutu < K-175 (fc’=15 MPa) untuk beton tak bertulang
 Tidak ada pengukuran untuk pembayaran tambahan untuk perbaikan beton

4. BETON PRATEGANG

4.1. UMUM
 fabrikasi struktur beton pratekan pracetak,
 bagian beton pratekan pracetak dari struktur komposit dan
 tiang pancang pracetak
 mencakup pembuatan, pengangkutan dan penyimpanan balok, tiang pancang,
pelat dan elemen struktur dari beton pracetak, yang dibuat dengan cara pre-
tension (penegangan sebelum pengecoran) maupun post-tension (penegangan
setelah pengecoran)

4.2. PERSYARATAN
 Standar rujukan
 SNI, AASHTO, ASTM
 Pekerjaan seksi lain yang berkaitan
 Beton, baja tulangan
 Toleransi
 Persyaratan bahan
 Persyaratan kerja

4.2.1. Toleransi
untuk gelagar dan lantai
 Dimensi – 0,06% arah memanjang
 Bentuk – Lebar < 6m = 3mm; > 6 m = 5 mm; tinggi total 5 mm
 Rongga – vertikal = 10 mm; melintang = 5 mm
 Ketidaksikuan – < 4 m = 5 mm; > 4m = 15 mm
 Lendutan – 20 mm
 Kelengkungan – 0,06% dari panjang
 Puntir – 5 mm/ meter
 Kabel – lubang kabel 2 mm dan selimut kabel 5 mm

Untuk tiang pancang


Toleransi dimensi
 Dimensi penampang ± 6 mm
 Panjang total ± 25 mm
 Penyimpangan dari garis lurus 1 mm per m’ panjang
 Ketidak sikuan pangkal 2 mm dalam lebar
 Selimut tulangan (termasuk kabel) + 5 mm, - 3 mm

13
Spesifikasi Jembatan

 Lubang keluar kabel dalam acuan dan pelat ± 2 mm


 Kabel pada umumnya ± 1,5 mm
 Sepatu tiang dan penghubung sambungan pra fabrikasi
 Panjang cetakan sesuai dengan panjang tiang

4.2.2. Persyaratan Bahan


Beton
 Sesuai dengan seksi 7.1.

Acuan
 Harus cukup kuat, tidak melendut, kedap air
 Pada sambungan harus dipasang seal agar tidak bocor
 Ujung acuan ditumpulkan
 Pembentukan rongga harus sedemikian untuk mencegah masuknya adukan
pasta semen
 Acuan dipasang setelah tulangan terpasang
 Toleransi sesuai dengan ketentuan
 Acuan harus bersih sebelum pengecoran beton

Grouting
 Rasio air semen maksimum 0,45
 Boleh menggunakan bahan tambah untuk peningkatan kinerja
 Sebelum grouting baja prategang harus tersisa 3 cm dari tepi luar baji, angkur
 Selongsong harus bersih dan kering
 campuran grouting dicorkan secara menerus sampai penuh
 Bekas acuan angkur, setelah selesai grouting harus ditutup dengan adukan
dengan tebal selimut minimum 3 cm
 Setelah pelaksanaan grouting, tidak boleh terjadi deformasi tambahan pada
struktur selama 3 hari dari selesainya pekerjaan grouting berakhir

Baja tulangan
 Sesuai seksi 7.3.

Baja prategang
 Strand terdiri dari 7 wire dengan kuat leleh minimum 160 kg/mm2 dan
kekuatan batas minimum 190 kg/mm2
 Wire tidak boleh disambung
 Kuat tarik tinggi harus bebas tegangan yang diregangkan secara dingin sebesar
91 kg/mm2
 Sifat fisik setelah peregangan dingin:
 Kekuatan batas tarik minimum 100 kg/mm2
 Kekuatan leleh minimum 910 kg/mm2
 Modulus elastisitas minimum 25*106 kg/cm2
 Elongation minimum rata2 terhadap 20 batang 4%
 Toleransi diameter + 0,76 mm dan – 0,25 mm

Baja prategang
 Pemasokan
 Dipasok dalam gulungan
 Gulungan untuk wire diamater 1,5 m
 Gulungan untuk strand diameter 0,75 m
 Stress bas dalam bentuk ikatan
 Kondisi baik, tidak tertekuk atau bengkok, bersih dari karat dan bahan lepas,
minyak, gemuk, cat atau lumpur

Pemberian tanda
 Disimpan dalam kelompok menurut ukuran dan panjangnya, diikat, diberi label

14
Spesifikasi Jembatan

 Label berisi informasi spesifikasi teknis, no. sertifikat sesuai hasil pengujian

Penyimpanan
 Disimpan dibawah atap dan tidak langsung terkena tanah
 Stress bar diberi ganjal
 Identitas pada wire, strand dan stress bar harus tetap ada selama penyimpanan

Pengangkuran
 Kekuatan angkur minimal 95% kuat tarik minimum baja prategang
 Dapat memberikan penyebaran tegangan yang merata
 Alat pengangkuran sesuai dengan cara penegangan
 Angkur dilengkapi dengan selongsong atau penghubung lain yang cocok dalam
pelaksanaan grouting

Selongsong
 Untuk sistem post tension, digunakan selongsong bergelombang
 Ujung selongsong harus sedemikian rupa sehingga bagian ujung kabel bebas
bergerak
 Selongsong bebas dari retak, belah
 Mempunyai lubang udara
 Kuat menahan tekanan sebesar 4 bar
 Untuk sistem eksternal stressing kabel dilindungi dengan HDPT, tahan korosi
dan stabil

Pekerjaan lain-lain
Alir pembilas selongsong harus mengandung kapur sirih (kalsium oksida) atau
kapur tohor (kalsium hidro-oksida) sebanyak 12 gram/liter.

4.2.3. Persyaratan Kerja


Sistem Prategang
 Sesuai dengan rancangan yang dipilih oleh penyedia jasa (hasil detail design)
 Pasca tarik atau pra tarik
 Gaya prategang efektif sesuai dengan hasil rancangan

Kesiapan kerja
 Rincian sistim, peralatan dan bahan.
 Meliputi metode dan urutan penegangan, rincian lengkap untuk baja pra-
tegang, perkakas penjangkaran, jenis selongsong dan setiap data relatif lainnya
untuk operasi pra-tegang.
 Rincian tersebut harus menunjukkan setiap susunan dari baja tulangan yang
bukan pra-tegang seperti yang ditunjukkan dalam Gambar.
 Rincian sistim, peralatan dan bahan.
 Meliputi metode dan urutan penegangan, rincian lengkap untuk baja pra-
tegang, perkakas penjangkaran, jenis selongsong dan setiap data relatif lainnya
untuk operasi pra-tegang.
 Rincian tersebut harus menunjukkan setiap susunan dari baja tulangan yang
bukan pra-tegang seperti yang ditunjukkan dalam Gambar.

4.3. PELAKSANAAN

Pelaksanaan beton prategang mencakup :


 Unit Beton prategang
 Pelaksanaan unit prategang sistem pratarik
 Pelaksanaan unit prategang sistem pasca tarik
 Penanganan, pengangkutan dan penyimpanan unit beton pracetak
 Pelaksanaan unit beton pracetak segmental
 Pemasangan unit beton beton prategang

15
Spesifikasi Jembatan

4.3.1. Unit beton Prategang


Secara umum hal penting yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan adalah:
 Tempat pencetakan
 Acuan
 Perlengkapan prategang
 Perakitan kabel prategang
 Selimut beton
 Pengecoran beton
 perawatan
 Penegangan kabel
 Penegangan kabel
 Keselamatan kerja
 Peralatan
 Data yang harus dicatat
 Kabel untuk sistem pra tarik
 Kabel untuk sistem pasca tarik

4.3.2. Pelaksanaan unit prategang sistem pratarik


Pelaksanaan unit beton prategang sistem pratarik mempunyai kekhususan, dan
beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan adalah:
 Landasan gaya prategang
 Penempatan kabel
 Dongkrak hidrolis
 Alat potong baja prategang
 Bripak
 Besarnya gaya penegangan yang dikehendaki
 Prosedur penegangan
 Pemindahan daya prategang
 Persetujuan
 Ketentuan kekuatan beton
 Prosedur
 Masuknya kabel yang diijinkan

4.3.3. Pelaksanaan unit prategang sistem pasca tarik


 Persetujuan
 Landasan unit prategang
 Penempatan angkur
 Penempatan kabel
 Kekuatan beton yang diperlukan
 Besarnya gaya prategang yang diperlukan
 Prosedur penarikan kabel
 Umum
 Penarikan kabel dengan 2 dongkrak
 Penegangan dengan 1 dongkrak
 Lubang grouting
 Grouting dan penyelesaian akhir setelah pemberian gaya prategang

4.3.4. Penanganan, pengangkutan dan penyimpanan unit beton pracetak


 Pemberian tanda unit-unit beton pracetak
 Untuk identifikasi unit
 Pada tiang pancang diberi tanda dimensi dan panjang
 Penanganan dan pengangkutan
 Pengangkutan dalam posisi tegak
 Unit yang rusak akibat penanganan harus diganti

16
Spesifikasi Jembatan

 Cara pengangkutan dan penanganan harus disetujui Direksi


 Penyimpanan
 Dipasang penyangga dengan jarak maksimum 20% ukuran panjang unit
 Baja prategang

4.3.4. Pelaksanaan unit beton pracetak segmental


 Uraian
 Unit beton yang difabrikasi
 Perakitan segmen pracetak
 Persetujuan perakitan 4 minggu sebelum tanggal dimulai perakitan segmen
 Penyangga segmen harus kuat
 Sambungan beton
 Harus mempunyai kekuatan minimal sama dengan mutu beton
 Bentuk pada sambungan harus baik
 Pengecoran ceruk angkur
 Sesuai dengan gambar rencana
 Kerusakan unit
 Kerusakan seperti retak, mengelupas atau deformasi harus disisihkan untuk
diperiksa lebih lanjut

4.3.5. Pemasangan unit beton prategang


 Tumpuan untuk unit yang diletakkan di atas bantalan karet
 Harus terletak pada posisi as bantalan karet
 Hubungan antara bantalan karet dengan unit beton prategang terletak penuh
 Pengaturan posisi unit
 Menjamin kestabilan gelagar pada waktu berdiri sendiri dan pada waktu
pengaturan dan dibuat perkuatan

4.4. PENGENDALIAN MUTU


Dalam pengendalian mutu data pengujian harus lengkap , serta data penerimaan
bahan sesuai dengan persyaratan yang dibuktikan secara tertulis serta
ditandatangani oleh yang menyerahkan dan yang menerima.

Pengawasan dalam pengendalian mutu ini sangat penting, sehingga diperlukan ahli
dalam bidang sistem penegangan kabel prategang, dan dilengkapi dengan benda
uji, rakitan angkur, penerimaan unit-unit sebelumnya dengan lengkap

4.5. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


Pengukuran
 Unit beton pracetak
 Jumlah aktual unit furnished
 Pekerjaan cor langsung di lapangan dengan sistem pasca tarik
 Sesuai seksi 7.1. dan 7.3
 Unit yang ditolak
 Tidak diukur

Dasar pembayaran
 Unit beton pracetak
 Furnished
 Material on site
 Beton cor di tempat dengan sistem pasca tarik
 Sesuai seksi 7.1. dan 7.3.

17
Spesifikasi Jembatan

5. BAJA TULANGAN

5.1. UMUM
Mencakup pengadaan dan pemasangan baja tulangan sesuai dengan spesifikasi,
penerbitan detail pelaksanaan, detail pelaksanaan baja tulangan yang tidak
termasuk dalam dokumen kontrak pada saat pelelangan akan diterbitkan oleh
Direksi pekerjaan setelah peninjauan lapangan

5.2. PERSYARATAN
Standar rujukan
 SNI, AASHTO, ACI, AWS

Pekerjaan seksi lain yang berkaitan


 Ketentuan teknis dan beton

Toleransi
 Sesuai ACI 315
 Mempunyai selimut beton:
 3,5 cm untuk beton yang tidak terekspos
 7,5 cm untuk beton yang terendam/tertanam

Persyaratan bahan
Persyaratan kerja

5.2.1. Persyaratan Bahan


Baja tulangan
 BJ 24 – baja lunak – fs’ = 2400 kg/cm2
 BJ 32 – baja sedang – fs’= 3200 kg/cm2
 BJ 39 – baja keras – fs’ = 3900 kg/cm2
 BJ 48 – baja keras – fs’ = 4800 kg/cm2

Tumpuan untuk tulangan


 Mutu beton untuk tumpuan > fc’ 20 Mpa

Pengikat untuk tulangan


 Kawat pengikat dari baja lunak

5.2.2. Persyaratan Kerja


Perlindungan terhadap korosi struktur beton
 Campuran beton dapat ditambah bahan tambah untuk mencegah korosi
 Selimut beton
 Beton cor di atas tanah – 70 mm
 Beton yang berhubungan dengan tanah
 D 19 s/d D 56 - 50 mm
 < D 16  40 mm
 Beton yang tidak langsung berhubungan dengan tanah
 Pelat, dinding dengan D 44 – 56  40 mm
 < D 36  25 mm
 Balok, kolom  tulangan utama  40 mm
 Struktur cangkang, pelat > D 19  25 mm dan < D16  20 mm

5.2.3. Pengajuan kesiapan kerja


 Siapkan semua jenis ukuran baja tulangan sesuai dengan gambar rencana
 Siapkan semua diagram tulangan beserta pembengkokan
 Siapkan data baja tulangan (dimensi dan berat)
 Apabila ada penggantian dimensi laporkan pada pengawas
 Siapkan fasilitas pemotongan dan pembengkokan
 Baja tulangan dalam bundel diberi tanda

18
Spesifikasi Jembatan

 Siapkan pengujian baja tulangan yang digunakan

5.3. PELAKSANAAN
5.3.1. Penyimpanan dan penanganan
 Tulangan diberi label untuk identifikasi yang menunjukkan ukuran batang,
panjang dan informasi lainnya
 Ditangani dan disimpan untuk mencegah distorsi, kontaminasi, korosi atau
kerusakan

5.3.2. Pembengkokan
 Dibengkokkan dengan cara dingin sesuai ACI 315
 Diemeter > 20 mm dibengkokkan dengan mesin pembengkok

5.3.3. Penempatan dan pengikatan


 Baja tulangan harus bersih, ditempatkan dengan selimut beton sesuai ketentuan
 Diikat kuat pada posisinya, panjang penyaluiran 40 diameter
 Tidak boleh dilas kecuali atas persetujuan Direksi pekerjaan
 Simpul kawat membelakangi permukaan beton
 Baja tulangan yang terekspos cukup lama harus dilindungi

5.3.4. Pelaksanaan
 Mutu, dimensi dan bentuk sesuai dengan gambar rencana
 Toleransi
 Tidak boleh dilakukan pembengkokan ulang
 Apabila akan dilakukan pengelasan, usulkan pada Direksi
 Pastikan perancah, acuan sudah disetujui Direksi
 Material bersih
 Overlap sesuai dimensi
 Tidak bergeser
 Selimut beton sesuai

5.4. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


5.4.1. Pengukuran
 Diukur dalam kilogram sesuai dengan diameter terpasang
 Penjepit, pengikat atau bahan lain tidak diukur untuk pembayaran
 Baja tulangan untuk gorong-gorong pipa beton dibayar secara terpisah pada
divisi 2

5.4.2. Pembayaran
Kompensasi penuh terhadap pemasokan, pembuatan, pemasangan termasuk
pekerja, perkakas, pengujian dan pelengkap lainnya

6. BAJA STRUKTUR

6.1. UMUM
 Mencakup pekerjaan struktur baja komposit
 Pelaksanaan struktur baja baru, pelebaran dan perbaikan struktur
 Penyediaan, fabrikasi, pemasangan, galvanisasi dan pengecatan
 Baja termasuk baut sambung, paku keling, pengelasan dll

6.2. PERSYARATAN
 Standar rujukan
 SNI, AASHTO, ASTM, AWS
 Pekerjaan seksi lain yang berkaitan
 Beton, baja tulangan, siar muai, landasan

19
Spesifikasi Jembatan

 Toleransi
 Persyaratan bahan
 Persyaratan kerja

6.2.1. Toleransi
Diameter lubang
 Lubang pada elemen utama + 1,2 mm dan – 0,4 mm
 Lubang pada elemen sekunder + 1,8 mm dan -0,4 mm

Alinyemen lubang
 Elemen utama (di bengkel) ± 0,4 mm
 Elemen sekunder di lapangan ± 0,6 mm

Gelagar
 Camber 0,2 mm per meter panjang balok atau 6 mm
 Penyimpangan lateral as ke as landasan 0,1 mm
 Penyimpangan lateral web dan as flens max 3 mm

Batang sambungan geser


 Penyimpangan max terhadap garis lurus terhadap flens ke segala arah
panjang/1000 atau 3mm
 Permukaan yang dikerjakan dengan mesin
 Penyimpangan bidang kontak 0,25 mm

6.2.2. Persyaratan Bahan


Penyimpanan
 Harus dilindungi terhadap korosi dan bersih

Baja struktur
 Sesuai dengan design mutunya

Baut, mur dan ring


 Sesuai ASTM A 307, grade A
 Mengunakan baja mutu tinggi
 Komposisi kimia sesuai ketentuan
 Paku penghubung geser yang dilas
 Sesuai ketentuan

Bahan untuk pengelasan


 Sertifikat

Lapisan pelindung
 Cat
 Cek persyaratan gambar rencana
 Cek jenis cat yang digunakan serta ketebalannya
 Digunakan untuk struktur jembatan pada daerah yang bebas polusi

Galvanis
 Cek ketebalan galvanis yang disyaratkan

6.3. PELAKSANAAN
Pelaksanaan baja struktur pada umumnya melibatkan fabrikasi yang akan
melaksanakan pekerjaan pemotongan profil, pelubangan untuk baut dan lain
sebagainya.

Jenis pelubangan baut yang digunakan adalah untuk jenis baut:


 Baut tidak terbenam
 Baut pas dan silinder

20
Spesifikasi Jembatan

 Baut geser mutu tinggi

Pekerjaan fabrikasi juga mencakup pekerjaan pembuatan pengaku, sambungan


dengan baut standar atau baut geser mutu tinggi. Hal penting yang perlu
diperhatikan dalam pelaksanaan adalah:
 Penyelesaian permukaan bidang kontak
 Baut tarik
 Pengelasan
 Pengecatan dan galvanisasi
 pengangkutan
 Pemasangan jembatan baja
 Tahap pekerjaan
 Pengaturan lalu lintas
 Peralatan dan perancah

Perakitan pekerjaan baja seringkali melibatkan pengguna jasa dalam hal


penyediaan baja struktur yang telah tersedia. Sehingga dalam pelaksanaan
pengadaan bahan perlu diperjelas terlebih dahulu pada saat tender, apakah
pengadaan dilaksanakan oleh penyedia jasa atau pemilik, karena hal tersebut akan
sangat berpengaruh pada penawaran harga.

Jenis perakitan yang harus dilaksanakan oleh penyedia jasa tergantung pada
kondisi lokasi dimana jembatan akan dipasang, dan seharusnya dalam tahap
perencanaan atau dalam gambar rencana hal tersebut sudah dijelaskan. Jenis
perakitan struktur rangka baja pada umumnya adalah:
 Peluncuran
 Kantilever
 perancah

Bagi komponen baja struktur disediakan oleh pemilik, maka penyedia jasa perlu
melakukan pengangkutan dan pengiriman yang tidak terlepas dengan masalah
keamanan yaitu dengan melibatkan asuransi all risk.

6.3.1. Fabrikasi
Dalam hal fabrikasi perlu diperhatikan beberapa hal yang mencakup jaminan mutu
baik bahan maupun ketepatan pemasangan dan pembeli dapat melakukan
peninjauan ke pabrik pembuat.
 Kesiapan material, alat
 Pemotongan sesuai dimensi, perlu diperhatikan keakuratan ukuran
 Lubang baut, perhatikan dimensi lubang dan jarak harus sesuai dengan gambar
dan toleransi yang diizinkan
 Pengelasan profil, perlu diperhatikan tebal las, panjang las, serta bahan las
yang digunakan
 Perlu percobaan perakitan untuk pembuatan struktur jembatan baja secara
utuh, sebelum dikirim ke lokasi

6.3.2. Baut Geser Mutu Tinggi


 Sudut kemiringan permukaan bidang kontak dengan kepala baut dan mur <
1:20 terhadap bidang tegak lurus sumbu baut
 Alat pengencang (torsi momen) harus dikalibrasi sebelum digunakan
 Kekencangan alat pengencang disesuaikan dengan dimensi baut (diameter
baut), dan mutunya.
 Dengan sistem baut geser mutu tinggi ini, masalah kebersihan permukaan pelat
sangat penting sekali, agar fungsi geser baut dapat terlaksana.

6.3.3. Pengangkutan & Perakitan


Pengangkutan
 Pastikan semua elemen ada kode

21
Spesifikasi Jembatan

 Pastikan jumlah komponen sudah sesuai dengan gambar


 Pastikan cara pengangkutan

Perakitan
 Pastikan manual perakitan
 Pastikan jumlah komponen sesuai
 Pastikan jumlah baut sesuai

Penyelesaian rangka baja


 Pastikan sistem pemasangan – perancah atau kantilever
 Pastikan camber setelah semua komponen terpasang – sesuai dengan manual ?
 Pastikan semua sambungan telah dikencangkan dengan kekencangan 100%
 Pastikan tulangan untuk lantai tersedia
 Pastikan mutu beton terpasang harus K-350
 Pastikan jenis expansion joint sesuai
 Pastikan jenis lapisan permukaan menggunakan sesuai spesifikasi

6.4. PENGENDALIAN MUTU

6.4.1. Penerimaan bahan


 Pengendalian mutu
 Penanganan dan penyimpanan
 Perbaikan terhadap komponen jembatan yang tidak memenuhi ketentuan
 Penggantian komponen yang hilang atau rusak berat
 Perbaikan komponen yang agak rusak
 Pelurusan bahan yang agak bengkok
 Perbaikan hasil pngelasan yang retak
 Perbaikan lapisan permukaan yang rusak

6.4.2. Pemeliharaan komponen jembatan yang telah diterima


Penyedia jasa wajib melaksanakan pemeliharaan dan perlindungan terhadap semua
komponen yang telah diterima di lapangan dan menjamin bahwa semua komponen
baja struktur aman dan terlindung, sehingga terjamin permasalahan perakitan.

6.4.3. Pengendalian mutu pelaksanaan struktur baja


 Pekerjaan sipil
 Penentuan titik pengukuran dan pekerjaan sementara
 Pemasangan landasan
 Perakitan komponen baja
 Prosedur pemasangan
 Sambungan baut
 Cek kekuatan baut
 Cek dimensi baut
 Cek kuat tarik baut
 Ring (washer)
 Jenis washer, kekuatannya serta dimensi
 Ulir
 Panjang ulir dibandingkan dengan ukuran pelat yang akan disambung
 Kekencangan
 Sesuaikan dengan jenis, mutu serta dimensi baut

6.5. Pengukuran dan Pembayaran


Pengukuran
 Cara pengukuran berdasarkan jumlah kilogram pekerjaan yang diterima
dengan berat volume 7.850 kg/m3
 Berat bahan yang dihitung adalah berat nominal seluruh pekerjaan baja
 Pengecatan, pelindung lainnya tidak dibayar
 Pengukuran matrial yang disediakan oleh pemilik

22
Spesifikasi Jembatan

 pemasangan berdasarkan berat total rangka baja yang akan dipasang. Rangka
pemberat, pembantu tidak dimasukkan dalam berat volume yang dipasang
 Pengangkutan dan pengiriman, berdasarkan berat total yang diangkut,
termasuk rangka pembantu yang harus dikembalikan ke depot peralatan yang
disyaratkan
 Pemasokan komponen pengganti
 Perbaikan komponen yang rusak
 Lantai kayu jembatan

Pembayaran
 Berdasarkan pekerjaan yang diterima dalam kilogram
 Pengadaan dan pemasangan dibayar secara terpisah

7. KAYU

7.1. UMUM
 Bahan kayu yang digunakan untuk lantai kayu jembatan atau struktur jembatan
kayu
 Mencakup pengadaan, penyimpanan, perlindunganm pemasangan sesuai
dengan gambar rencana
 Mencakup pekerjaan persiapan yaitu pembongkaran struktur lama

7.2. PERSYARATAN
 jenis kayu yang digunakan adalah jenis kelas
 Toleransi
 Paku yang digunakan dengan diameter 2,75 mm – 8 mm, panjang 40
mm – 200 mm
 Pelat baja sudah digalvanis dengan ketabalan 0,9 mm – 2,5 mm
 Baut dengan kepala segi 4 atau segi 8, diameter antara 12 mm – 30
mm, toleransi lubang baut 1 mm
 Sekrup, diameter 6mm – 20 mm, panjang 25 mm – 300 mm
 Persyaratan bahan
 Mutu kayu yang digunakan adalah kayu kelas I atau setara kelas I yang
dibuktikan dengan pengujian
 Bahan pendukung mencakup pelat baja, baut sambungan, palu, klem
sesuai dengan gambar rencana
 Persyaratan kerja
 Pengajuan kesiapan kerja, pengajuan program pekerjaan pemasangan
struktur termasuk metoda pelaksanaannya

8. TIANG PANCANG

8.1. UMUM
 Mencakup tiang pancang yang disediakan dan dipancangkan
 Jenis tiang pancang:
 Tiang kayu – crucuk
 Tiang baja profil
 Tiang pipa baja
 Tiang beton bertulang pracetak
 Tiang beton prategang pracetak
 Tiang bor beton cor langsung di tempat

23
Spesifikasi Jembatan

8.2. PERSYARATAN
8.2.1. Standar rujukan
 SNI,
 AASHTO,
 ASTM

8.2.2. Toleransi
 Lokasi tiang pancang tidak boleh melampaui 75 mm dalam segala arah
 Kemiringan tiang pancang, penyimpangan max arah vertikal 20 mm per meter
 Kelengkungan max 1% dari panjang tiang
 Kelengkungan lateral 0,7%o panjang total tiang
 Diameter lubang tiang bor +0 sampai +5% dari diameter nominal

8.2.3. Pengajuan Kesiapan Kerja


 Pastikan sudah ada gambar kerja
 Buat program pemancangan
 Buat perhitungan rancangan,
 Rumus pemancangan
 Alat pancang
 Buat metoda penyambungan tiang
 Usulan pengujian tiang
 Contoh, data tiang pancang yang akan digunakan

8.3. PELAKSANAAN
8.3.1. Tiang pancang beton pracetak
Umum
 Selimut beton min 40 mm dan yang terekspos air laut 50 mm
 Penyambungan, metode penyambungan harus disetujui Direksi Pekerjaan

Perpanjangan tiang pancang


 Baja tulangannya dengan overlap 40 x diameter
 Baja spiral 2 x lingkaran penuh
 Mutu beton minimum fc’ 35 Mpa

Sepatu tiang pancang


 Disesuaikan dengan kondisi tanah

Pembuatan dan perawatan


 sesuai dengan spesifikasi bahan beton dan baja tulangan
 Dalam proses pengangkatan tiang harus ditahan pada ¼ panjangnya
 Tiang diberi tanda waktu pengecoran, panjang pada daerah dekat kepala tiang

8.3.2. Tiang pancang percobaan


 Apabila diperlukan dan sesuai kontrak atau atas perintah Direksi
 Panjang tiang
 Berdasarkan hasil uji tiang atau gambar rencana
 Tiang utuh
 Untuk tiang beton pracetak
 Pemancangan tiang
 Diberi tanda selama penetrasi
 Lokasi sesuai gambar rencana
 Kepala tiang dilindungi
 Alat pancang harus sesuai
 Dilaksanakan sampai kedalaman yang disyaratkan

24
Spesifikasi Jembatan

8.3.3. Tiang pancang baja


Umum
 Bila diisi dengan beton mutu fc’ 20 Mpa
 Perlindungan terhadap korosi

Pemancangan
Umum
 Alat pancang harus sesuai dengan jenis dan berat tiang yang dipancang
 Penghantar tiang pancang (leads)
 Letaknya harus bebas untuk palu dan penghantar dan diperkaku selama
pemancangan
 Bantalan topi tiang pancang panjang (followers)
 Tiang pancang yang naik
 Akibat adanya pemancangan yang terlalu dekat
 Harus dipancang kembali atau diuji
 Pemancangan dengan water jet
 Tiang pancang yang cacat
 Catatan kalendering
 Rumus dinamis untuk perkiraan kapasitas tiang pancang

Pencatatan Data
 No. tiang
 Posisi
 Jenis dan ukuran
 Panjang aktual
 Tanggal pemancangan
 Jumlah pukulan setiap 50 cm penetrasi
 Energi pukulan
 Perpanjangan
 Panjang potongan
 Rumus dinamis pemancangan seperti Hiley, Janbu
 Cek kedalaman tiang

8.3.4. Fundasi Tiang Bor


Persiapan
 Lokasi titik bor
 Hasil penyelidikan tanah
 Jenis alat bor dan diameternya
 Metode pengeboran
 Pembuatan tulangan sesuai dengan gambar rencana

Pelaksanaan
 Pengeboran sampai kedalaman yang disyaratkan, tetapi harus ada kepastian
sudah mencapai tanah keras
 Pemasangan tulangan, dan dipasang dalam kondisi bersih
 Pembuatan beton dengan mutu sesuai persyaratan
 Pengecoran beton (tinggi jatuh atau langsung dengan pemompaan – W/C ratio)
 Waktu pengecoran dan syarat pendukung lainnya

8.4. PENGENDALIAN MUTU

8.4.1. Analisis Pekerjaan Tiang pancang Dinamis


Kasus I
 Ada kesepakatan dengan ahli teknik sistem analisis TPD untuk pengukuran
gelombang tegangandalam menentukan kedalaman TP dan kriteria
pemancangan

25
Spesifikasi Jembatan

 Jumlah pengujian 5% dari jumlah TP


 Pemancangan harus sesuai dengan kriteria (pengawasan produksi) sejumlah
pengujian 20% jumlah TP untuk jaminan bahwa kapasitas mencukupi.
 Kontrol total sebanyak 25% dari jumlah TP, nilai faktor keamanan dapat
direduksi dari 3 menjadi 2

Kasus II
 Perencana sudah konsultasi dengan analis TPD untuk menentukan jenis TP
yang paling efisien.
 Ahli teknik sistem ATPD melakukan studi untuk beberapa jenis TP untuk
menentukan pilihan yang akan digunakan

Kasus III
 Pelaksana melaksanakan pekerjaan sesuai spesifikasi, TP tidak sesuai desain
 Dilakukan pengujian sebelum pelaksanaan pemancangan dilanjutkan

Kasus IV
 Adanya kerusakan pada TP
 Ahli teknik melakukan pemeriksaan keutuhan dengan menggunakan pengujian
dinamis

8.4.2. Jaminan mutu


 Penerimaan bahan
 Penyimpanan dan perlindungan bahan

Tiang uji (test pile)


 Dilaksanakan untuk mengetahui kepastian kapasitas daya dukung TP pada
suatu kedalaman tertentu
 Jumlah tiang uji minimal 1 dan maksimal 4
 Lokasi tiang uji dapat di dalam lokasi atau di luar lokasi proyek
 Pengujian pembebanan (loading test)
 Pembebanan I dilaksanakan sesuai beban rencana dan dipantau
 Pembebanan II adalah sampai 2 x beban rencana dengan 3 x penambahan
beban interval waktu 2 jam, jika terdapat penurunan 0,15 mmdalam waktu 15
menit, maka pembebanan dikurangi 50%
 Pembebanan tersebut ditahan selama 48 jam, kemudian beban ditiadakan
 Pembebanan dapat ditingkatkan lebih dari 2 x dengan setiap penambahan
sebesar 100 kN sampai tiang runtuh yaitu terdapat penurunan total sebesar 25
mm atau penurunan permanen 6,5 mm

8.5. Pengukuran dan Pembayaran


Pengukuran
 Cerucuk
 Pengadaan tiang pancang
 Pemancangan tiang pancang
 Tiang bor beton cor langsung di tempat
 Pelaksanaan tiang bor beton cor langsung di tempat yang berair
 Tiang uji
 Pengujian pembebanan tiang

Dasar pembayaran
 Kompensasi penuh terhadp penyediaan, penanganan, pemancangan,
penyambungan, perpanjangan, pemotongan kepala tiang, pengecatan,
perawatan, pengujian, baja tulangan , pemboran, hilangnya casing dll
 Untuk tiang bor cor ditempat, beton dibayar sesuai seksi 7.1. dan baja tulangan
seksi 7.3.

26
Spesifikasi Jembatan

9. SUMURAN
9.1. UMUM
 Fondasi sumuran adalah komponen struktur fondasi yang berinteraksi dengan
tanah secara loangsung dan menyalurkan beban ke dalam tanah

 Pekerjaan mencakup penyediaan dan penurunan dinding sumuran yang dicor


ditempat atau pracetak sesuai dengan spesifikasi dan dimensi sesuai dengan
gambar rencana

9.2. Persyaratan
 Standar rujukan
 Pekerjaan seksi lain yang berkaitan

Toleransi
 Sesuai dengan toleransi beton

Persyaratan bahan
 Sesuai dengan seksi 7.1. dan 7.3.

Persyaratan kerja
 Sesuai dengan seksi 7.1.

9.3. Pelaksanaan
9.3.1. Umum
 Unit beton pracetak
 Dinding sumuran dan unit beton pracetak
 Dinding sumuran cor ditempat
 Dimensi sesuai gambar rencana
 Acuan tidak boleh dibuka sebelum 3 hari
 Penurunan minimal beton sudah mencapai kuat tekan 70% terhadap kuat tekan
rencana
 Pengisian sumuran dengan beton siklop
 Galian dan penurunan
 Sumbat dasar sumuran
 Pengisian sumuran
 Pekerjaan penahan rembesan
 Pembongkaran bagian atas sumuran
 Pengendalian keselamatan

9.3.2. Persiapan
 Lokasi fundasi (staking out)
 Pembuatan cincin sumuran (sebelum mempunyai kekuatan 85% fc’ tidak boleh
dipasang)
 Alat untuk penggalian (manual atau konvensional, alat besar)
 Pompa, apabila diperlukan untuk menjaga kestabilan tinggi air tanah

9.3.3. Pelaksanaan
 Penurunan cincin sumuran
 Penggalian dengan cara gravitasi
 Pengecoran beton kedap air dengan fc’ 20 MPa
 Pengecoran beton siklop (volume batu besar 1/3 dan volume beton fc’ 15 MPa
2/3)
 Stek tulangan pada bagian teratas cincin sumuran dan bagian beton kedap air
sebagai penghubung antara poer dan fundasi

27
Spesifikasi Jembatan

Dalam pelaksanaan juga perlu diperhatikan masalah unit beton pracetak yang telah
dibuat sebelumnya:
 Unit beton pracetak dicetak pada landasan pengecoran
 Tidak boleh diangkut sebelum berumur 14 hari atau mencapai 85% dari kuat
tekan
 Tidak boleh diturunkan sebelum sambungan berumur 24 jam
 Penurunan sumuran disesuaikan dengan kondisi tanah
 Dinding sumuran diturunkan dengan gravitasi (akibat berat sendiri)
 Dasar sumuran diberi beton
 Sumuran diisi dengan mutu beton K-250 sampai 1 m di bawah poer bangunan
bawah
 Bagian atas sumuran tidak boleh lebih tinggi daripada dasar poer
 Baja tulangan dari sumuran harus dimasukkan dalam poer 40 x diameter

9.4. Pengukuran dan Pembayaran


Pengukuran
 Berdasarkan dimensi dan panjang terpasang
 Beton kedap air diukur berdasarkan metre kubik sesuai seksi 7.1.

Dasar pembayaran
 Berdasarkan kompensasi penuh penyediaan pekerja, bahan, peralatan, galian
untuk penurunan dan pembuangan bahan galian, pembongkaran (jika perlu),
penghubung, sambungan dan semua pekerjaan pelengkap.
 Pembayaran berdasarkan :
 Pengadaan dinding sumuran
 Penurunan dinding sumuran

10. ADUKAN SEMEN


Adukan semen seringkali diabaikan dalam pelaksanaan struktur jembatan atau
struktur pada konstruksi jalan yang menggunakannya. Tetapi adukan semen
walaupun merupakan bagian minor dalam struktur, tetap harus diperhatikan baik
pada waktu pencampuran maupun pada waktu pengerjaan akhir dalam
pengendalian mutu.

Campuran adukan semen harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:


 Mempunyai kekentalan yang tidak lebih dari 70% berat semen yang digunakan
 Boleh diaduk kembali dalam waktu 30 menit setelah pengadukan awal
 Adukan yang telah lewat 45 menit harus dibuang
 Pemasangan
 Permukaan bersih dan lembab
 Tebal adukan maksimum 1,5 cm

11. PASANGAN BATU

11.1. PERSYARATAN
Batu
 Bersih, keras, tanpa bagian tipis atau retak
 Bentuk rata, lancip atau lonjong
 Lebar > 1,5 x tebal

Adukan
Sesuai dengan persyaratan adukan semen

11.2. PELAKSANAAN
Persiapan pondasi
 Bila diperlukan landasan yang permeable perlu disyaratkan
 Pemasangan batu

28
Spesifikasi Jembatan

 Landasan adukan minimal tebal 3 cm


 Batu harus dipasang dengan muka yang terpanjang mendatar dan muka yang
tampak harus dipasang sejajar dengan muka dinding dari batu yang terpasang

Penempatan adukan
 Sebelum dipasang, permukaan batu harus bersih dan dibasahi
 Tebal landasan adukan antara 2 – 5 cm

Ketentuan lubang sulingan dan dilatasi


 Lubang diletakkan pada setiap 2 m dengan diameter 5 cm
 Dilatasi setiap 20 dengan dilatasi 30 mm

Pekerjaan akhir pasangan batu


 Hasil akhir permukaan harus sesuai dengan persyaratan

12. PASANGAN BATU KOSONG DAN BRONJONG

12.1. PERSYARATAN
Pasangan batu kosong
 Keras, awet dan bersudut tajam
 Adukan pengisi untuk pasangan batu kosong yang diberikan harus beton K175

Bronjong
 Kawat Bronjong
 baja berlapis seng yang memenuhi AASHTO M279 Kelas 1, dan ASTM A239.
Lapisan galvanisasi minimum haruslah 0,26 kg/m2
 Anyaman haruslah merata berbentuk segi enam yang teranyam dengan tiga
lilitan dengan lubang kira-kira 80 mm x 60 mm

Batu
 batu yang keras dan awet
 Landasan
 Landasan haruslah dari bahan drainase porous

12.2. PELAKSANAAN
Persiapan
 Galian, termasuk kunci pada tumit yang diperlukan untuk pasangan batu
kosong dan bronjong

Penempatan bronjong
 Keranjang bronjong harus dibentangkan dengan kuat sehingga bentuk serta
posisi yang benar dengan menggunakan batang penarik atau ulir penarik kecil
sebelum pengisian batu ke dalam kawat bronjong
 Batu harus dimasukkan satu demi satu sehingga diperoleh kepadatan
maksimum dan rongga seminimal mungkin. Bilamana tiap bronjong telah diisi
setengah dari tingginya, dua kawat pengaku horinsontal dari muka ke belakang
harus dipasang

Penempatan pasangan batu kosong


 Penimbunan kembali
 Penempatan batu kosong yang diisi adukan

29
Spesifikasi Jembatan

13. SAMBUNGAN SIAR MUAI


13.1. UMUM
Sambungan siar muai
 Tergantung pada jenis pergerakan struktur
 Dapat menahan perubahan temperatur
 Tanah terhadap cuaca, fleksibel, dapat menahan beban dinamis kendaraan,
nyaman

Jenis sambuangan siar muai


 Sambungan siar muai terbuka
 Berbentuk pelat, baja siku, baja bergerigi
 Tahan terhadap karat/terlindung terhadap korosi
 Sambungan dengan baja dan baut angkur
 Sambungan siar muai tertutup
 Terbuat dari bahan neoprene, aspal karet
 Tahan terhadap cuaca, fleksibel, dapat menahan nenahan dinamis, nyaman

13.2. SIAR MUAI (jenis asphaltic plug)


Bahan
 Rubberized bitumen binder
 Campuran bitumen, polymer, filler dan surface active agent
 Single size agregat
 Dengan kekerasan setara dengan basalt, gristone, gabbro atau kelompok granit
 Bersih, berbentuk kubus (cubical) ukuran 14 mm-20 mm
 Tahan terhadap termperatur sampai 150 derajat Celcius
 Pelat baja
 Dapat menahan dampak pemuaian akibat panas pada saat pelaksanaan
 Tebal dan lebar sesuai dengan ukuran celah sambungan
 Angkur
 Ketebalan tergantung pada lebar celah sambungan dan besarnya pergerakan
dan minimum tebal 75 mm dan lebar 40 cm

Mortar
 Epoxy resin mortar dengan flexural strength 5 MPa
 Diberi CFRP untuk menahan geser
 Joint sealant rubber
 Mempunyai elongation > 300%
 Aging test dengan variasi tensile strength 20%
 Hardness < 10 Hs
 Hubungan antara rubber dengan mortar dengan perekat yang mempunyai
elongation > 100% dan tensile strength > 5MPa
 Bahan dasar sambungan
 Joint priming compound sesuai spesifikasi pabrik

13.3. Sambungan Siar Muai Tipe Khusus


 Untuk jenis pergerakan struktur yang cukup besar
 Bahan tergantung pada
 Pergerakan struktur
 Ukuran celah sambungan
 Tingkat kepentingan struktur

14. LANDASAN JEMBATAN

14.1. UMUM
Pergerakan jembatan pada umumnya diakibatkan oleh:
 Muai dan susut yang disebabkan oleh temperatur
 Lendutan akibat beban
 Pergerakan tanah

30
Spesifikasi Jembatan

 Gaya sentrifugal, longitudinal akibat kendaraan


 Kombinasi semua gaya tersebut di atas

–Untuk menahan pergerakan tersebut diperlukan landasan yang bersifat:


 Awet
 Mudah pemeliharaan
 Mudah pemasangan/penggantian
 Murah

Landasan adalah sistem keseluruhan dari suatu bagian jembatan yang meneruskan
gaya, meredam getaran dari bangunan atas ke bangunan bawah. Landasan terdiri
atas bantalan (karet, logam lain-lain), dudukan bantalan (adukan mortar atau lain-
lain). Bantalan adalah bagian struktur dari landasan yang meredam getaran dan
menyalurkan beban dari bangunan atas ke bangunan bawah. Bantalan dapat terbuat
dari bahan karet (alam atau sintetis), logam, bahan lainnya. Jenis bantalan
bermacam-macam sesuai dengan keperluannya (jenis sendi, rol, pot atau lainnya)

14.2. BANTALAN KARET


Hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan landasan:
Material
 Pengadaan bantalan sekitar 30 hari sebelum fabrikasi
 Perlu dilakukan pengujian semua bantalan sebelum dipasang
 Pengujian meliputi uji tekan, geser dan bahan

Pelaksanaan
 Persiapan landasan bantalan
 Baji
 Leveling

Jenis bahan
 Karet alam
 Karet sintetis
 Campuran karet alam dan sintetis

Penggunaan bahan aditif dan filler yang berlebihan dalam bahan karet
Komposisi kimia, reaksi kimia >> retak, permukaan menggelembung, hilangnya
elastisitas oleh karena pengaruh ozone

14.3. PERSYARATAN BAHAN BANTALAN KARET


 Bahan harus cukup keras yaitu mempunyai hardness 55 ± 5 duro
 Untuk bantalan karet dengan ketebalan > 1”, menggunakan laminasi antara
pelat baja dengan karet
 Perlu uji kelekatan (geser) antara pelat baja dengan karet
 Perlu aging test bahan karet sesuai ASTM 573, dimana pemuluran sampai
putus 50%, perubahan kuat tarik max 15%, kekerasan max 10 Hs.
 Bahan polymer dalam campuran karet tidak boleh lebih dari 60% terhadap
volume total bantalan
 Tebal pelat baja minimum adalah 1/16”
 Ujung-ujung pelat baja tertanam tidak tajam

14.4. PENGUJIAN BANTALAN KARET


Dilaksanakan oleh laboratorium terakreditasi atau diakui
 Pengujian overload dilakukan untuk semua bantalan karet
 Pengujian geser dilaksanakan terhadap 10% dari bantalan karet yang diuji
 Bahan harus diuji untuk mengetahui komposisi, hardness, pelapukan dll.

Mutu bantalan harus:

31
Spesifikasi Jembatan

 Secara visual tidak boleh ada yang cacat (benjol, gelembung, sobek)
 Sesuai dengan spesifikasi dan desain

15. SANDARAN

15.1. UMUM
• Termasuk penyediaan, fabrikasi dan pemasangan sandaran baja
• Didalamnya termasuk galvanisasi atau pengecatan, tiang sandaran, pelat dasar,
baut angker dsb

15.2. PERSYARATAN
15.2.1. Toleransi
 diameter lubang + 1 mm s/d -0,4 mm
 Tiang sandaran tegak < 3 mm/m’ tinggi
 Railing segaris dalam rentang 3 mm
 Tampak halus dan seragam dalam posisi akhir

15.2.2. Bahan Sandaran


 Baja rol dengan tegangan leleh 2800 kg/cm2
 Baut penahan berbentuk U diameter 25 mm (ASTM A307) dan diproteksi

15.2.3. Persyaratan kerja


 Sesuai gambar rencana
 Ada sertifikat pabrik yang menunjukkan mutu baja, pengelasan

15.3. PELAKSANAAN SANDARAN


 Di fabrikasi
 Pengelasan dilaksanakan oleh tenaga trampil bersertifikat
 Galvanisasi sesuai AASHTO M111-04, kecuali telah mempunyai tebal
minimum 80 mikron
 Pemasangan sesuai seksi 7.4.

16. PEMBONGKARAN STRUKTUR


 Pembongkaran dilaksanakan tanpa menimbulkan kerusakan pada bagian
struktur lainnya
 Pembuangan bahan bongkaran tidak menimbulkan dampak lingkungan dan
hambatan lainnya
 Bahan bongkaran yang berupa bahan yang masih dapat digunakan adalah milik
Pemilik dan harus diamankan
 Bongkaran bangunan bawah struktur lama jembatan dibongkar sampai
kedalaman – 30 cm di bawan dasar sungai dan rongga ditimbun kembali

17. PAPAN NAMA JEMBATAN


 Ukuran minimal 40 x 60 cm2
 Bahan marmer dengan lambang PU
 Toleransi ± 10 cm
 Letak sesuai dengan ketentuan dan dipasang pada parapet
 Isi tulisan :
 Nomor jembatan
 Nama jembatan
 Lokasi
 Data teknis
 Tahun pembangunan

32
Spesifikasi Jembatan

18. TURAP
 Lingkup pekerjaan adalah turap kayu, baja dan beton pracetak
 Lokasi kepala turap sesuai gambar rencana dan pergeseran lateral maksimum
75 mm
 Bahan turap sebelum dipasang harus disetujui terlebih dahulu
 Apabila perlu dapat dilakukan tiang uji turap untuk menentukan panjang turap
yang diperlukan

19. PIPA CUCURAN


 Adalah pipa pembuangan air hujan yang terletak pada lantai jembatan ke arah
bawah
 Diameter minimum 75 mm
 Bahan baja galvanis
 Panjang pipa cucuran 20 cm lebih panjang dari bagian terbawah struktur utama
bangunan atas

20. PARAPET
 Adalah bagian dari jembatan yang berguna untuk mengarahkan lalu lintas
sebelum masuk ke jembatan
 Bahan yang digunakan adalah pasangan batu dengan ketinggian dan dimensi
sesuai dengan gambar rencana
 Harga terpasang dalam meter kubik sesuai gambar rencana

Demikian Spesifikasi ini kami sampaikan dengan memperhatikan segala ketentuan


yang berlaku. Kami juga tunduk dan patuh akan spesifikasi yang diberikan oleh pihak
owner maupun konsultan pengawas dan perencana demi kebaikan pekerjaan ini.

Manokwari, 20 September 2021


Hormat kami,
CV. PELANGI

NIKODEMUS MANUFANDU
Direktur

33

Anda mungkin juga menyukai