Anda di halaman 1dari 67

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Menurut WHO penyakit gout mengalami kenaikan jumlah penderita hingga dua kali lipat
antara tahun 1990-2012.Pada orang dewasa di Amerika Serikat penyakit gout mengalami
peningkatan dan mempengaruhi 8.3 juta (4%) orang Amerika.Sedangkan prevalensi
hiperurisemia juga meningkat dan mempengaruhi 43.300.000 (21%) orang dewasa di
Amerika Serikat.Di Indonesia sendiri penyakit gout pertama kali diteliti oleh seorang dokter
Belanda yang bernama dr. van den Horst, pada tahun 1935. Ia menemukan bahwa terdapat 15
kasus gout berat pada masyarakat kurang mampu di pulau Jawa. Hasil penelitian oleh
Darmawan (1988) di Bandungan Jawa Tengah menunjukkan bahwa diantara 4683 orang
yang diteliti, 0.8% menderita asam urat tinggi berusia antara 15-45 tahun. 1.7% pada pria dan
0.05% pada wanita, bahkan di antara mereka sudah sampai pada tahap gout.

Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan bahwa penyakit sendi di
Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan (nakes) sebesar 11.9% dan berdasarkan
diagnosis dan gejala sebesar 24.7%, sedangkan berdasarkan daerah diagnosis nakes tertinggi
di Provinsi Bali sebesar 19.3% dan berdasarkan diagnosis dan gejala tertinggi yaitu di Nusa
Tenggara Timur sebesar 31.1%. Prevalensi penyakit sendi di Jawa Tengah tahun 2013
berdasarkan diagnosis nakes sebesar 11.2% ataupun berdasarkan diagnosis dan gejala sebesar
25.5%.

A. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan Keluarga Tn.S dan Ny.S dengan riwayat asam urat
di Wilayah jambiTahun 2021
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu mengelola Asuhan Keperawatan Keluarga Tn.t dan Ny.s dengan
riwayat asam urat di Wilayah jambi tahun 2021
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengetahui Konsep Dasar Teori tentang Keperawatan Keluarga.
b. Mampu mengetahui Konsep Dasar Teori tentang asam urat.
c. Mampu melakukan Asuhan Keperawatan Keluarga Ny. S dengan asam
urat di Wilayah jabir Tahun 2021.
d. Mampu mengaplikasikan jurnal terkait Asuhan Keperawatan Keluarga Ny.
S dengan Asam urat Di Wilayah jambi Tahun 2021.
e. Mampu melakukan telaah jurnal terkait Asuhan Keperawatan Keluarga
Ny. S Dengan Asam urat Di Wilayah JambiTahun 2021.
C. Manfaat Penulis
a. Bagi Penulis
Hasil karya tulis Ilmiah ini diharapkan dapat menambah wawasan penulis tentang
Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Kasus asam urat dan lebih dikembangkan
oleh penulis lain dengan diagnosa keperawatan lainnya.
b. Bagi Instasi Pendidikan
Hasil karya ilmiah dapat dijadikan sebagai bahan untuk pelaksanaan pendidikan
serta masukan dan perbandingan untuk penulis selanjutnya dengan Asuhan
Keperawatan Keluarga dengan Asam urat.
c. Bagi Pelayan Kesehatan
Hasil karya ilmiah ners ini dapat memberikan manfaat terhadap pelayanan
keperawatan dengan memberikan gambaran dan mengaplikasikan acuan dalam
melakukan asuhan keperawatan keluarga dengan kasus Asam urat dengan
komperhensif (bio, psiko, sosial, spiritual).
d. Bagi Masyarakat
Hasil karya ilmiah dapat berguna untuk penerapan serta masukan untuk merawat
keluarga dengan kasus Asam urat.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP KELUARGA

1. Defenisi
Keluarga adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama melalui
ikatan perkawinan dan kedekatan emosi yang masing-masing mengidentifikasi diri
sebagai bagian dari keluarga (Ekasari, 2000).
Menurut Duval, 1997 (dalam Supartini, 2004) mengemukakan bahwa keluarga
adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, dan
kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum,
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial setiap anggota.
Bailon, 1978 (dalam Achjar, 2010) berpendapat bahwa keluarga sebagai dua
atau lebih individu yang berhubungan karena hubungan darah, ikatan perkawinan
atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dalam
peranannya dan menciptakan serta mempertahankan budaya.
Keluarga adalah sekumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu
berinteraksi satu sama lain (Harmoko, 2012).
Menurut Departemen Kesehatan RI, 1998 keluarga adalah unit terkecil dari
suatu masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang
berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling
ketergantungan.
Dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah sekumpulan dua orang atau lebih
yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, hubungan darah, hidup dalam
satu rumah tangga, memiliki kedekatan emosional, dan berinteraksi satu sama lain
yang saling ketergantungan untuk menciptakan atau mempertahankan budaya,
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial setiap anggota
dalam rangka mencapai tujuan bersama.

2. Tipe Keluarga
a. Menurut Maclin, 1988 (dalam Achjar, 2010) pembagian tipe keluarga, yaitu :
1) Keluarga Tradisional
a) Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak
yang hidup dalam rumah tangga yang sama.
b) Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga yang hanya dengan satu
orang yang mengepalai akibat dari perceraian, pisah, atau ditinggalkan.
c) Pasangan inti hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa anak atau tidak
ada anak yang tinggal bersama mereka.
d) Bujang dewasa yang tinggal sendiri.
e) Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari nafkah, istri
tinggal di rumah dengan anak sudah kawin atau bekerja.
f) Jaringan keluarga besar, terdiri dari dua keluarga inti atau lebih atau
anggota yang tidak menikah hidup berdekatan dalam daerah geografis.
2) Keluarga Non Tradisional
a) Keluarga dengan orang tua yang mempunyai anak tetapi tidak menikah
(biasanya terdiri dari ibu dan anaknya).
b) Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempunyai anak.
c) Keluarga gay/lesbian adalah pasangan yang berjenis kelamin sama hidup
bersama sebagai pasangan yang menikah.
d) Keluarga kemuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih satu
pasangan monogami dengan anak-anak, secara bersama menggunakan
fasilitas, sumber dan mempunyai pengalaman yang sama.
b. Menurut Jhonson L dan Lenny R (2010)
1) Keluarga Tradisional
a) Keluarga Inti (nuclear family), yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri
dan anak kandung atau anak angkat.
b) Dyad family, yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri tanpa anak
yang hidup dalam satu rumah
c) Keluarga usila, yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri yang
berusia lanjut dengan anak yang sudah memisahkan diri
d) The Childless family , yaitu keluarga tanpa anak karena terlambt menikah
dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya, yang disebabkan
karena mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita
e) Keluarga besar (extended family), yaitu keluarga inti ditambah dengan
keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek,
paman, dan bibi.
f) Single parent, yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan
anak kandung atau anak angkat, yang disebabkan karena perceraian atau
kematian.
g) Commuter Family, yaitu kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda,
tetapi salah satu kota tersebut menjadi tempat tinggal dan orang tua yang
bekerja di luar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pada akhir
pecan
h) Multygenerational family, keluarga dengan beberapa generasi atau
kelompok umur yang tinggal dalam satu rumah
i) Kin-network family, yaitu beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu
rumah atau saling berdekatan dan saling menggunakan barang barang
dengan pelayanan yang sama
j) Blended family, yaitu keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang
menikah kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya
k) Single adult, yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang dewasa
saja yang hidup sendiri karena perceraian
2) Keluarga Non Tradisional
a) Commune family, yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah
hidup serumah.
b) The unmarried teenage, Orang tua (ayah/ ibu) yang tidak ada ikatan
perkawinan dan anak hidup bersama dalam satu rumah.
c) Gay and lesbian familys, yaitu dua individu yang sejenis kelamin hidup
bersama dalam satu rumah tangga.
d) The stepparent family, yaitu keluarga dengan orang tua tiri
e) The nonmarital heterosexual cohabiting family, keluarga yang hidup
bersama berganti ganti pasangan tanpa pernikahan
f) Cohabiting couple, orang dewasa diluar ikatan perkawinan yang tinggal
bersama
g) Group marriage family, beberapa orang dewasa yang menggunakan alat
rumah tangga bersama yang merasa telah saling menikah satu dengan
yang lainnya, berbagi sesuatu termasuk sexual
h) Group network family, keluarga inti yang dibatasi oleh aturan
c. Menurut Allender dan Spradley (2001)
1) Keluarga Tradisional
a) Keluarga inti (nuclear family), yaitu keluarg yang terdiri dari suami istri
dan anak kandung atau anak angkat
b) Keluarga besar (extended family), yaitu keluarga inti ditambah dengan
keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek,
paman, dan bibi.
c) Keluarga dyad, yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa
anak.
d) Single parent, yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan
anak kandung atau anak angkat, yang disebabkan karena perceraian atau
kematian.
e) Single adult, yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang dewasa
saja.
f) Keluarga usia lanjut, yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri yang
berusia lanjut.
2) Keluarga Non Tradisional
a) Commune family, yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah
hidup serumah.
b) Orang tua (ayah/ ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup
bersama dalam satu rumah.
c) Homoseksual, yaitu dua individu yang sejenis kelamin hidup bersama
dalam satu rumah tangga.
3. Struktur Keluarga
Struktur keluarga dapat menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan
fungsi keluarga dimasyarakat sekitarnya yang diadopsi Friedman, mengatakan ada
empat elemen struktur keluarga, yaitu:.
a. Struktur peran keluarga, menggambarkan peran masing- masing anggota keluarga
dalam keluarga sendiri dan perannya ditingkat masyarakat atau peran formal dan
informal
b. Nilai atau norma keluarga, menggambarkan nilai dan norma keluarga yang
dipelajari dan diyakini oleh keluarga, khususnya yang berhubungan dengan
kesehatan.
c. Pola komunikasi keluarga, menggambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi
ayah dan ibu (orangtua), orang tua dengan anak-anak, anak dengan anggota
keluarga lain (pada keluarga besar) dengan keluarga inti.
d. Struktur kekuatan keluarga, merupakan kemampuan diri individu untuk
mengembalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain kearah
yang positif.
Dalam Setiadi (2008), struktur keluarga terdiri dari bermacam – macam, diantarannya
adalah :
a. Patrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
b. Matrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi di mana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal : adalah sepasang suami istri yang tingga bersama keluarga sedarah
istri.
d. Patrilokal : adalah sepasang suami istri yang tingga bersama keluarga sedarah
suami.
e. Keluarga kawinan : adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembina
keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya
hubungan dengan suami atau istri.
Menurut Friedman (1998), struktur keluarga terdiri atas :
a. Pola dan Proses Komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan secara jujur,
terbuka, melibatkan emosi, dan ada hierarki kekuatan. Komunikasi dalam keluarga
ada yang berfungsi dan ada yang tidak, hal ini bisa disebabkan oleh beberapa
faktor yang ada dalam komponen komunikasi seperti : sender, chanel-media,
message, environtment, dan reciever. Komunikasi dalam keluarga yang berfungsi
adalah:
1) Karakteristik pengirim yang berfungsi, yaitu yakin ketika menyampaikan
pendapat, jelas dan berkualitas, meminta feedback, mene-rima feedback

2) Pengirim yang tidak berfungsi


a) Lebih menonjolkan asumsi (perkiraan tanpa menggunakan dasar/data yang
obyektif)
b) Ekspresi yang tidak jelas (contoh : marah yang tidak diikuti ekspresi
wajahnya)
c) Jugmental exspressions, yaitu ucapan yang memutuskan/menyatakan
sesuatu yang tidak didasari pertimbangan yang matang
d) Tidak mampu mengemukakan kebutuhan
e) Komunikasi yang tidak sesuai.
3) Karakteristik penerima yang berfungsi
a) Mendengar
b) feedback (klarifikasi, menghubungkan dengan pengala-man)
c) Memvalidasi
4) Penerima yang tidak berfungsi
a) Tidak bisa mendengar dengan jelas/gagal mendengar
b) Diskualifikasi
c) Offensive (menyerang bersifat negatif)
d) Kurang mengeksplorasi (miskomunikasi)
e) Kurang memvalidasi.
5) Pola komunikasi di dalam keluarga yang berfungsi
a) Menggunakan emosional : marah, tersinggung, sedih, gembira
b) Komunikasi terbuka dan jujur
c) Hirarki kekuatan dan peraturan keluarga
d) Konflik keluarga dan penyelesaiannya.
6) Pola komunikasi di dalam keluarga yang tidak berfungsi
a) Fokus pembicaraan hanya pada sesorang (tertentu)
b) Semua menyetujui (total agreement) tanpa adanya diskusi
c) Kurang empati
d) Selalu mengulang isu dan pendapat sendiri
e) Tidak mampu memfokuskan pada satu isu
f) Komunikasi tertutup
g) Bersifat negative
h) Mengembangkan gosip.
b. Struktur Kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan (potensi dan aktual) dari individu untuk
mengontrol, mempengaruhi, atau mengubah perilaku orang lain ke arah positif.
Ada beberapa macam tipe stuktur kekuatan, yaitu :
1) Legitimate power (power)
2) Referent power (ditiru)
3) Reward power (hadiah)
4) Coercive power (paksa)
5) Affective power
6) Expert power (keahlian)

c. Struktur Peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial
yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu
dalam masyarakat, misalnya status sebagai istri/suami atau anak.
d. Struktur Norma dan Nilai
Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan dan mengikat anggota keluarga dalam
budaya tertentu. Norma adalah pola perilaku yang diterima pada lingkungan sosial
tertentu, lingkungan keluarga, dan lingkungan sekitar masyarakat keluarga.

4. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur keluarga atau sesuatu
tentang apa yang dilakukan oleh keluarganya. Fungsi keluarga menurut Friedman
(1998) adalah antara lain :
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan
pemeliharaan kepribadian anggota keluarga.
b. Fungsi Sosialisasi
Fungsi sosialisasi bercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada anak,
membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan perilaku
yang boleh dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilai-nilai budaya anak.
c. Fungsi Perawatan Kesehatan
Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga dalam
melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga serta menjamin
pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental, dan spiritual, dengan cara
memelihara dan merawat anggota keluarga serta mengenali kondisi sakit tiap
anggota keluarga.
d. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang, pangan,
dan papan, dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber daya keluarga.
e. Fungsi Biologis
Fungsi biologis bukan hanya ditujukan untuk meneruskn keturunan tetapi untuk
memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan generasi selanjutnya.
f. Fungsi Psikologis
Fungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih sayang dan rasa
aman/memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina pendewasaan
kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas keluarga.
g. Fungsi Pendidikan
Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan penge-tahuan,
keterampilan membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan
dewasa mendidik anak sesuai dengan tingkatan perkembangannya.
Menurut (Suprajitno, 2004) ada beberapa fungsi keluarga antara lain :
a. Fungsi biologis, kebutuhan meliputi:
1) Sandang, Pangan dan papan
2) Hubungan seksual suami istri
3) Reproduksi atau pengembangan keturunan
b. Fungsi ekonomi: Keluarga (dalam hal ini ayah) mempunyai kewajiban
menafkahi  keluarganya (istri dan anaknya).
c. Fungsi pendidikan: keluarga berfungsi sebagai (transmiter budaya atau mediator
sosial budaya bagi anak).
d. Fungsi sosialisasi: Keluarga merupakan penyamaan  bagi masyarakat masa depan
dan lingkungan keluarga merupakan faktor penentu yang sangat mempengaruhi
kualitas generasi yang akan datang.
e. Fungsi perlindungan: Keluarga sebagai pelindung bagi para anggota keluarga dari
gangguan,
f. Fungsi rekreasi: Keluarga diciptakan sebagai lingkungan yang memberi
kenyamanan, keceriaan, kehangatan dan penuh semangat bagi anggotanya        
g. Fungsi agama (religius): keluarga berfungsi sebagai penanam nilai-nilai agama
kepada anak agar mereka memiliki pedoman hidup yang benar.      
5. Tugas Keluarga
Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan dengan ke-
tidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan. Asuhan keperawatan
keluarga mencantumkan lima tugas keluarga sebagai paparan etiologi/penyebab
masalah. Lima tugas keluarga yang dimaksud, yaitu :
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah, termasuk bagaimana persepsi
keluarga terhadap tingkat keparahan penyakit, pengertian, tanda dan gejala, faktor
penyebab dan persepsi keluarga terhadap masalah yang dialami keluarga.
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk sejauh mana keluarga
mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, bagaimana masalah dirasakan
keluarga, bagaimana keluarga menanggapi masalah yang dihadapi, adakah rasa
takut terhadap akibat atau adakah sifat negatif dari keluarga terhadap masalah
kesehatan, bagaimana sistem pengambilan keputusan yag dilakukan keluarga
terhadap anggota keluarga yang sakit.
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, seperti
bagaimana keluarga mengetahui keadaan sakitnya, sifat, dan perkembangan
perawatan yang diperlukan, sumber-sumber yang ada dalam keluarga serta sikap
keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.
d. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan seperti pentingnya hygiene
sanitasi bagi keluarga, upaya pencegahan penyakit yang dilakukan keluarga.
Upaya pemeliharaan lingkungan yang dilakukan keluarga, kekompakan anggota
keluarga dalam menata lingkungan dalam dan lingkungan luar rumah yang
berdampak terhadap kesehatan keluarga.
e. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan, seperti
kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan dan fasilitas pelayanan
kesehatan, keberadaan fasilitas kesehatan yang ada, keuntungan keluarga terhadap
penggunaan fasilitas kesehatan, apakah pelayanan kesehatan terjangkau oleh
keluarga, adakah pengalaman yang kurang baik yang dipersepsikan keluarga.

6. Peran Keluarga
Peran keluarga menggambarkan seperangkat interpersonal, sifat kegiatan yang
berhubungan dengan individu dengan posisi dan situasi tertentu. Peranan
individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku keluarga, kelompok
dan masyarakat.. Berbagai peran yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai
berikut :
a. Ayah berperan sebagai pencari nafkah, pendidik dan pemberi rasa aman,
sebagai kepala keluarga dan sebagai anggota dan kelompok sosialnya
serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
b. Ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan
pendidik anak-anaknya, pelindung sebagai salah satu kelompok dalam peranan
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dan lingkungannya, disamping itu juga.
ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
c. Anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya
baik fisik, mental, sosial, spiritual.

7. Tingkatan Keperawatan Keluarga


Ada empat tingkatan keperawatan keluarga, yaitu:
a. Level I
Keluarga menjadi latar belakang individu/anggota keluarga dan fokus
pelayanan keperawatan di tingkat ini adalah individu yang akan dikaji dan
diintervensi.
b. Level II
Keluarga merupakan penjumlahan dari anggota-anggotanya, masalah
kesehatan/keperawatan yang sama dari masing-masing anggota akan diintervensi
bersamaan, masing-masing anggota dilihat sebagai unit yang terpisah.
c. Level III
Fokus pengkajian dan intervensi keperawatan adalah sub-sistem dalam
keluarga, anggota-anggota keluarga dipandang sebagai unit yang berinteraksi,
fokus intervensi: hubungan ibu dengan anak; hubungan perkawinan; dll.
d. Level IV
Seluruh keluarga dipandang sebagai klien dan menjadi fokus utama dari
pengkajian dan perawatan, keluarga menjadi fokus dan individu sebagai latar
belakang, keluarga dipandang sebagai interaksional system, fokus intervensi:
dinamika internal keluarga; struktur dan fungsi keluarga; hubungan sub-sistem
keluarga dengan lingkungan luar.
8. Tahap Perkembangan Keluarga
Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya secara unik, namun
secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama yaitu melalui tahapan
sebagai berikut :
a. Tahap I : Pasangan Baru (Keluarga Baru)
1) Dimulai saat individu laki-laki atau /perempuan membentuk keluarga melalui
perkawinan
2) Meninggalkan keluarga mereka masing- masing
Tugas Perkembangannya :
1) Membina hubungan intim yang memuaskan
2) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial
3) Mendiskusikan rencana memiliki anak ( KB)
Masalah Kesehatan Yang Muncul :
1) Penyesuaian seksual dan peran perkawinan, aspek luas tentang KB, Penyakit
kelamin baik sebelum/sesudah menikah.
2) Konsep perkawinan tradisional : dijodohkan,hukum adat
Tugas Perawat :
1) Membantu setiap kel utk saling memahami satu sama lain.
b. Tahap II : Keluarga Kelahiran Anak Pertama
1) Dimulai dr kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bln ( 2,5 tahun). Klg
menanti kelahiran & mengasuh anak.
Tugas Perkembangan Keluarga:
1) Persiapan menjadi orang tua
2) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi dan hubungan
seksual
3) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
Masalah Kesehatan Keluarga :
1) Pendidikan maternitas fokus keluarga, perawatan bayi, imunisasi, konseling
perkembangan anak, KB,pengenalan dan penanganan masalah keshatan fisik
secara dini.
2) Inaksesibilitas dan ketidakadekuatan fasilitas perawatan ibu dan anak.
c. Tahap III : Keluarga Anak Usia Pra-Sekolah
1) Dimulai dengan anak pertama berusia 2,5 - 5 tahun. Keluarga lebih majemuk
dan berbeda.
Tugas Perkembangan Keluarga:
1) Memenuh kebutuhan anggota keluarga seperti : tempat tinggal, privasi dan rasa
aman, membantu anak untuk sosialisasi.
2) Adaptasi dengan anak yang baru lahir dan kebutuhan anak yang lain
3) Mempertahankan hubungan yang sehat in/ekternal keluarga, pembagian
tanggung jawab anggota keluarga
4) Stimulasi tumbang anak ( paling repot )
Masalah Kesehatan Keluarga :
1) Masalah kesehatan fisik : penyakit menular, jatuh, luka bakar, keracunan dan
kecelakaan dan lain-lain.
d. Tahap IV : Keluarga dengan Anak Sekolah
1) Dimulai dengan anak pertama berusia 6-13 tahun
2) Keluarga mencapai jumlah anggota yang maksimal ,keluarga sangat sibuk
3) Aktivitas sekolah,anak punya aktivitas masing-masing
4) Orang tua berjuang dengan tuntutan ganda : perkembangan anak & dirinya
5) Orang tua belajar menghadapi/membiarkan anak pergi ( dengan teman
sebayanya )
6) Orang tua mulai merasakan tekanan dari komunitas di luar rumah ( sistem
sekolah )
Tugas Perkembangan Keluarga :
1) Membantu sosialisasi anak : meningkatak prestasi belajar anak.
2) Mepertahankan hubungan perkawinan yang bahagia.
3) Memenuhi kebutuhan & biaya kehidupan yg semakin meningkat termasuk biaya
kesehatan.
e. Tahap V : Keluarga dengan Anak Remaja
1) Dimulai ketika anak pertama melewati umur 13 tahun-19/20 tahun)
2) Tujuan keluarga tahap ini adalah melonggarkan ikatan yg memungkinkan
tanggung jawab dan kebebasan yang lebih optimal bagi remaja untuk menjadi
dewasa muda.
Konflik Perkembangan :
1) Otonomi yg meningkat ( kebebasan anak remaja )
2) Budaya anak remaja ( perkembangan dengan teman sebaya )
3) Kesenjangan antar generasi ( beda nilai-nilai dengan orang tua )
Tugas Perkembangan :
1) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi
dewasa dan semakin mandiri
2) Menfokuskan hubungan perkawinan
3) Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dengan anak anak-anak
f. Tahap VI : Keluarga Melepas Anak Usia Dewasa Muda
1) Dimulai Anak pertama meninggalkan rumah
Tahap ini bisa singkat bisa lama tergantung jumlah anak ( biasa berlangsung 6 -
7 tahun ), faktor ekonomi juga menjadi kendala.
Tugas Perkembangan :
1) Memperluas siklus keluarga dengan memasukan anggota keluarga baru dari
perkawianan anak-anaknya.
2) Melanjutkan utk memperbarui dan menyesuaikan kembali hubungan
perkawinan
3) Membantu orang tua lansia yg sakit-sakitan dari pihak suami maupun istri.
4) Membantu kemandirian keluarga
Masalah Kesehatan :
1) Masalah komunikasi anak dengan orang tua (jarak),
2) Perawatan usia lanjut, masalah penyakit kronis: Hipertensi, Kolesterol, Obesitas
dan Menopause.
g. Tahap VII : Keluarga Orang Tua Usia Pertengahan
1) Dimulai anak terakhir keluar dan berakhir sampai pensiun atau kematian
pasangan.
2) Biasanya dimulai saat orang tua berusia 45-55 tahun dan berakhir saat masuk
pensiun 16-18 tahun kemudian
Tugas Perkembangan :
1) Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan
2) Mempertahankan hubungan yg memuaskan dan penuh arti dengan para orang
tua lansia, teman sebaya dan anak-anak.
3) Memperkokoh hubungan perkawinan
Masalah Kesehatan :
1) Kebutuhan Promosi Kesh : istirahat cukup, kegiatan waktu luang dan tidur,
nutrisi, olah raga teratur ,BB harus ideal,no smoking, pemeriksaan berkala.
2) Masalah hubungan perkawinan, komunikasi dengan anak-anak dan teman
sebaya, masalah ketergantungan perawatan diri.
h. Tahap VIII : Keluarga Masa Pensiun dan Lansia
1) Dimulai salah satu atau keduanya pensiun sampai salah satu atau keduanya
meninggal.
2) Kehilangan yg lazim pada usia ini : ekonomi dan pekerjaan (pensiun),
perumahan ( pindah ikut anak atau panti ) , sosial ( kematian pasangan dan
teman-temannya),Kesehatan (penurunan kemamp fisik )
Tugas Perkembangan :
1) Mempertahankan pengaturan hidup yg memuaskan
2) Menyesuaikan dengan pendapatan yg menurun
3) Mempertahankan hubungan perkawinan
4) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
5) Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi
6) Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan dan integrasi
hidup )
9. Keluarga Kelompok Resiko Tinggi
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, yang menjadi
prioritas utama adalah keluarga-keluarga yang risiko tinggi dalam bidang kesehatan,
meliputi:
a. Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan masalah
sebagai berikut:
1) Tingkat sosial ekonomi keluarga rendah.
2) Keluarga kurang atau tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri.
3) Kelurga dengan keturunan yang kurang baik atau keluarga dengan penyakit
keturunan.
b. Keluarga dengan ibu risiko tinggi kebidanan. Waktu hamil:
1) Umur ibu (kurang 16 tahun atau lebih 35 tahun).
2) Menderita kekurangan gizi atau anemia.
3) Menderita hipertensi.
4) Primipara atau multipara.
5) Riwayat persalinan dengan komplikasi.
c. Keluarga dimana anak menjadi risiko tinggi, karena:
1) Lahir prematur atau BBLR.
2) Lahir dengan cacat bawaan.
3) ASI ibu kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi.
4) Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi atau anaknya.
d. Keluarga mempunyai masalah dalam hubungan antara anggota keluarga:
1) Anak yang tidak dikehendaki dan pernah dicoba untuk digugurkan
2) Tidak ada kesesuaiana pendapat antara anggota keluarga dan sering cekcok
dan tegang.
3) Ada anggota keluarga yang sering sakit.
4) Salah satu orang tua (suami atau istri) meninggal, atau lari meninggalkan
keluarga.

B. KONSEP PENYAKIT KELUARGA


1. Defenisi
Pengertian Asam UratGout adalah penyakit metebolik yang ditandai dengan
penumpukan asam urat yang nyeri pada tulang sendi, sangat sering ditemukan pada
kaki bagian atas,pergelangandan kaki bagian tengah. (Merkie, Carrie. 2005).Gout
merupakan penyakit metabolic yang ditandai oleh penumpukanasam urat yang
menyebabkan nyeri pada sendi. (Moreau, David. 2005;407).Jadi, Gout atau sering
disebut asam urat adalah suatu penyakit metabolik dimana tubuh tidak dapat
mengontrol asam urat sehingga terjadipenumpukan asam urat yang menyebabkan rasa
nyeri pada tulang dan sendi.
2. Klasifikasi Asam Urat
Gout terbagi atas 2 yaitu :
1. Gout primer, dimana menyerang laki-laki usia degenerative, dimanameningkatnya
produksi asam urat akibat pecahan purin yang disintesis dalam jumlah yang
berlebihan didalam hati.Merupakan akibat langsung dari pembentukan asam urat
tubuh yang berlebihan atau akibat penurunan ekresi asam uratyaitu hiperurisemia
karena gangguan metabolisme purin atau gangguan ekresi asam urat urin karena
sebab genetik. Salah satu sebabnya karena kelainan genetik yang dapat
diidentifikasi, adanya kekurangan enzim HGPRT (hypoxantin guanine
phosphoribosyle tranferase) atau kenaikan aktifitas enzimPRPP (phosphoribosyle
pyrophosphate ), kasus ini yang dapat diidentifikasi hanya 1 % saja2)
2. Gout sekunder, terjadi pada penyakit yang mengalami kelebihan pemecahan purin
menyebabkan meningkatnya sintesis asam urat. Contohnya pada pasien leukemia
Disebabkan karena pembentukan asam urat yang berlebihan atau ekresi asam urat
yang berkurang akibar proses penyakit lain atau pemakaian obat tertentu.
merupakan hasil berbagai penyakit yang penyebabnya jelas diketahui akan
menyebabkan hiperurisemia karena produksi yang berlebihan atau penurunan
ekskresi asam urat di urin.
3. Etiologi Asam Urat
Penyebab utama terjadinya gout adalah karena adanya deposit /penimbunan kristal
asam urat dalam sendi. Penimbunan asam urat sering terjadipada penyakit dengan
metabolisme asam urat abnormal dan Kelainan metabolikdalam pembentukan purin
dan ekskresi asam urat yang kurang dari ginjal.
Beberapa factor lain yang mendukung, seperti :
1) Faktor genetik seperti gangguan metabolisme purin yang menyebabkanasam
urat berlebihan (hiperuricemia), retensi asam urat, atau keduanya.
2) Penyebab sekunder yaitu akibat obesitas, diabetes mellitus, hipertensi,gangguan
ginjal yang akan menyebabkan :
3) Pemecahan asam yang dapat menyebabkan hiperuricemia.
4) Karena penggunaan obat-obatan yang menurunkan ekskresi asamurat
seperti:aspirin,diuretic,levodopa,diazoksid,asamnikotinat,aseta zolamid dan
etambutol.
5) Pembentukan asam urat yang berlebih
6) Gout primer metabolik disebabkan sistensi langsung yangbertambah.
7) Gout sekunder metabolik disebabkan pembentukan asam uratberlebih karana
penyakit lain, seperti leukimia.
8) Kurang asam urat melalui ginjal
9) Gout primer renal terjadi karena ekresi asam urat di tubulus distalginjal yang
sehat. Penyabab tidak diketahui. Gout sekunder renal disebabkan oleh karena
kerusakan ginjal,misalnya glumeronefritis kronik atau gagal ginjal kronik.
4. PatofisiologiAsam Urat
Peningkatan kadar asam urat serum dapat disebabkan oleh pembentukan
berlebihan atau penurunan eksresi asam urat, ataupun keduanya. Asam urat adalah
produk akhir metabolisme purin. Secara normal, metabolisme purin menjadi asam
urat dapat diterangkan sebagai berikut:
Sintesis purin melibatkan dua jalur, yaitu jalurde novodan jalur penghematan (salvage
pathway).
1. Jalur de novo melibatkan sintesis purin dan kemudian asam urat melalui prekursor
nonpurin. Substrat awalnya adalah ribosa-5-fosfat, yang diubah melalui serangkaian
zat antara menjadi nukleotida purin (asam inosinat, asam guanilat, asam adenilat).
Jalur ini dikendalikan oleh serangkaian mekanisme yang kompleks, dan terdapat
beberapa enzim yang mempercepat reaksi yaitu: 5-fosforibosilpirofosfat (PRPP)
sintetase dan amidofosforibosiltransferase (amido-PRT). Terdapat suatu mekanisme
inhibisi umpan balik oleh nukleotida purin yang terbentuk, yang fungsinya untuk
mencegah pembentukan yang berlebihan.
2. Jalur penghematan adalah jalur pembentukan nukleotida purin melalui basa purin
bebasnya, pemecahan asam nukleat, atau asupan makanan. Jalur ini tidak melalui zat-
zat perantara seperti pada jalur de novo. Basa purin bebas (adenin, guanin,
hipoxantin) berkondensasi dengan PRPP untuk membentuk prekursor nukleotida
purin dari asam urat. Reaksi ini dikatalisis oleh dua enzim: hipoxantin guanin
fosforibosiltransferase (HGPRT) dan adenin fosforibosiltransferase (APRT).Asam
urat yang terbentukdari hasil metabolisme purin akan difiltrasi secara bebas oleh
glomerulus dan diresorpsi di tubulus proksimal ginjal. Sebagian kecil asam urat yang
diresorpsi kemudian diekskresikan di nefron distal dan dikeluarkan melalui urin.
5. Tanda Dan Gejala Asam Urat
Manisfestasi sindrom gout mencakup artiritis gout yang akut (serangan rekuren
inflamasi artikuler dan periartikuler yang berat), tofus (endapan kristal yang
menumpuk dalam jaringan aritukuler,jaringan oseus,jaringan lunak,serta
kartilago),nefropati gout (gangguan ginjal) dan pembentukan assam urat dalam traktus
urunarus. Ada empat stadium penyakit gout yang di kenali :
1) Hiperutisemia asimtomatik
2) Artiritis gout yang kronis
3) Gout interkritikal
4) Gout tofaseus
yang kronik Gout akut biasanya terjadi pada pria sesudah lewat masa pubertas dan
sesudah menopause pada wanita, sedangkan kasus yang paling banyak diternui pada
usia 50-60. Gout lebih banyak dijumpai pada pria, sekitar 95 persen penderita gout
adalah pria. Urat serum wanita normal jumahnya sekitar 1 mg per 100 mI, lebih
sedikit jika dibandingkn dengan pria. Tetapi sesudah menopause perubahan tersebut
kurang nyata.Pada priahiperurisemia biasanya tidak timbul sebelurn mereka mencapai
usia remaja. Gout Akut biasanya monoartikular dan timbulnya tiba-tiba. Tanda-tanda
awitan serangan goutadalah rasa sakit yang hebatdan peradangan lokal. Pasien
mungkin juga menderitademamdanjumlah sel darah putihmeningkat. Serangan akut
mungkin didahului oleh tindakan pembedahan, trauma lokal, obat, alkohol dan stres
emosional. Meskipun yang paling sering terserang mula-mula adalah ibu jari kaki,
tetapi sendi lainnya dapat juga terserang. Dengan semakin lanjutnya penyakit maka
sendi jari, lutut, pergelangan tangan, pergelangan kaki dan siku dapat terserang gout.
Serangan gout akut biasanya dapat sembuh sendiri. Kebanyakan gejala-gejala
serangan Akut akan berkurang setelah 10-14 hari walaupun tanpa
pengobatanPerkembangan serangan Akut gout biasanya merupakan kelanjutan dari
suatu rangkaian kejadian. Pertama-tama biasanya terdapat supersaturasi urat dalam
plasma dan cairan tubuh. Ini diikuti dengan pengendapan kristal-kristal urat di luar
cairan tubuh dan endapan dalarn dan seldtar sendi. Tetapi serangan gout sering
merupakan kelanjutan trauma lokal atau ruptura tofi (endapan natrium urat) yang
merupakan penyebab peningkatan konsentrasi asam urat yang cepat. Tubuh mungkin
tidak dapat menanggulangi peningkatan ini dengan memadai, sehingga mempercepat
proses pengeluaran asam urat dari serum.Kristalisasi dan endapan asam urat
merangsang serangan gout. Kristal-kristal asam urat ini merangsang respon
fagositosis oleh leukosit dan waktu leukosit memakan kristal-kristal urat tersebut
maka respon mekanisme peradangan lain terangsang. Respon peradangan mungkin
dipengaruhi oleh letak dan besar endapan kristal asam urat. Reaksi peradangan
mungkin merupakan proses yang berkembang dan memperbesar diri sendiri akibat
endapan tambahan kristal-kristal dari serum.Periode antara serangan gout akut dikenal
dengan nama gout inter kritikal. Pada masa ini pasien bebas dari gejala-gejala
klinik.Gout kronik timbul dalarn jangka waktu beberapa tahun dan ditandai dengan
rasa nyeri, kaku dan pegal. Akibat adanya kristal-kristal urat maka terjadi peradangan
kronik,sendi yang bengkakakibat gout kronik sering besar dan berbentuknodular.
Serangan gout Aut dapat terjadi secara simultan diserta gejala-gejala gout kronik. Tofi
timbul pada gout kronik karena urat tersebut relatif tidak larut. Awitan dan ukuran tofi
sebanding dengan kadar urat serum. Yang sering terjadi tempat pembentukan tofi
adalah: bursa olekranon, tendon Achilles, permukaan ekstensor dari lengan bawah,
bursa infrapatella dan helix telingaTofi-tofi ini mungkin sulit dibedakan secara klinis
dari rheumatoid nodul. Kadang-kadang tofi dapat membentuk tukak dan kemudian
mengering dan dapat membatasi pergerakan sendi. Penyakit ginjal dapat terjadi akibat
hiperurisemia kronik, tetapi dapat dicegah apabila gout ditangani secara memadai.
6. Pemeriksaan Penunjang Asam Urata.
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Didapatkan kadar asam urat yang tinggi dalam darah yaitu = > 6 mg %
normalnya pada pria 8 mg% dan pada wanita 7 mg%.
2) Pemeriksaan cairan tofi sangat penting untuk pemeriksaan diagnosa yaitu
cairan berwarna putih seperti susu dan sangat kental sekali.
3) Pemeriksaan darahlengkap
4) Pemeriksaan ureua dan kratinin
 kadarureua darah normal : 5-20 ,mg/dl
 kadar kratinin darah normal :0,5-1 mg/dlb.
Pemeriksaaan fisik
1) Inspeksi
 Deformitas
 Eritema
2) Palpasi
 Pembengkakan karena cairan/ peradanagn
 Perubahan suhu kulit
 Perubahan anatomi tulang
 jaringan kulit
 Nyeri tekan
 Krepitus
 Perubahan range of motion
7. DiagnosisAsam Urat
Untuk mendiagnosis artritis gout digunakan kriteria American Rheumatism
Association (ARA), yaitu:
1. Terdapat kristal monosodium urat di dalam cairan sendi
2. Terdapat kristal monosodium urat di dalam tofi,
3. Atau didapatkan 6 dari 12 kriteria berikut ini :
 Inflamasi maksimum pada hari pertama
 Serangan artritis akut lebih dari 1 kali
 Artritis monoartikular
 Sendi yang terkena bewarna kemerahan
 Pembengkakan dan sakit pada sendi metatarsalfalangeal 1
 Serangan pada sendi tarsal unilateralAdanya tofus
 Hiperurisemia
 Pada gambaran radiologik, tampak pembengkakan sendi asimetris
 Pada gambaran radiologik, tampak krista subkortikal tanpa erosi
 Kultur bakteri cairan sendi negatif
8. Pengobatan Asam Urat
Penatalaksanaan ditujukan untuk mengakhiri serangan akut secepat mungkin,
mencegah serangan berulang dan pencegahan komplikasi.
1. Medikasi
 Pengobatan serangan akut dengan Colchine 0,6 mg PO, Colchine 1,0 –3,0 mg ( dalam
Nacl/IV), phenilbutazon, Indomethacin.
 Terapi farmakologi ( analgetik dan antipiretik )
 Colchines ( oral/iv) tiap 8 jam sekali untuk mencegah fagositosis dari Kristal asam
urat oleh netrofil sampai nyeri berkurang.
 Nostreoid, obat –obatan antiinflamasi ( NSAID ) untuk nyeri dan inflamasi.
 Allopurinol untuk menekan atau mengontrol tingkat asam urat dan untuk mencegah
serangan.
 Uricosuric untuk meningkatkan eksresi asam urat dan menghambat akumulasi asam
urat.
 Terapi pencegahan dengan meningkatkan eksresi asam urat menggunakan probenezid
0,5 g/hrai atau sulfinpyrazone ( Anturane ) pada pasien yang tidak tahan terhadap
benemid atau menurunkan pembentukan asam urat dengan Allopurinol 100 mg
2x/hari
2. Perawatan
 Anjurkan pembatasan asupan purin : Hindari makanan yang mengandung purin yaitu
jeroan ( jantung, hati, lidah, ginjal, usus ), sarden, kerang, ikan herring, kacang –
kacangan, bayam, udang, dan daun melinjo.
 Anjurkan asupan kalori sesuai kebutuhan : Jumlah asupan kalori harus benar
disesuaikan dengan kebutuhan tubuh berdasarkan pada tinggi dan berat badan.
 Anjurkan asupa tinggi karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, roti dan ubi
sangat baik di konsumsi oleh penderita gangguan asam urat karena akan
meningkatkan pengeluaran asam urat melalui urin.
 Anjurkan asupan rendah protein, rendah lemak.
 Anjurkan pasien untuk banyak minum.
 Hindari penggunaan alkohol.
9. Pencegahan Asam Urata.
a. Pembatasan purin : Hindari makanan yang mengandung purin yaitu :Jeroan
(jantung, hati, lidah ginjal,usus), Sarden, Kerang, Ikan herring,Kacang-kacangan,
Bayam, Udang, Daun melinjo.
b. Kalori sesuai kebutuhan : Jumlah asupan kalori harus benar disesuaikan dengan
kebutuhan tubuh berdasarkan pada tinggi dan berat badan. Penderita gangguan asam
urat yang kelebihan berat badan, beratbadannya harus diturunkan dengan tetap
memperhatikan jumlah konsumsi kalori. Asupan kalori yang terlalu sedikit juga bias
meningkatkan kadar asam urat karena adanya badan keton yang akanmengurangi
pengeluaran asam urat melalui urine.
c. Tinggi karbohidrat : Karbohidrat kompleks seperti nasi, singkong, rotidan ubi
sangat baik dikonsumsi oleh penderita gangguan asam uratkarena akan meningkatkan
pengeluaran asam urat melalui urine.
d. Rendah protein : Protein terutama yang berasal dari hewan dapat meningkatkan
kadar asam urat dalam darah.Sumber makanan yang mengandung protein hewani
dalam jumlah yang tinggi, misalnya hati,ginjal, otak, paru dan limpa.
e. Rendah lemak : Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui urin.
Makanan yang digoreng, bersantan, serta margarine dan mentega sebaiknya dihindari.
Konsumsi lemak sebaiknya sebanyak 15 persendari total kalori.
f. Tinggi cairan : Selain dari minuman, cairan bisa diperoleh melaluibuah-buahan
segar yang mengandung banyak air. Buah-buahan yang disarankan adalah semangka,
melon, blewah, nanas,belimbing manis,dan jambu air. Selain buah-buahan tersebut,
buah-buahan yang lain jugaboleh dikonsumsi karena buah-buahan sangat sedikit
mengandungpurin. Buah-buahan yang sebaiknya dihindari adalah alpukat dan durian,
karena keduanya mempunyai kandunganlemak yang tinggi.
g. Tanpa alkohol : Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kadar asam urat mereka
yang mengonsumsi alkohol lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak
mengonsumsi alkohol. Hal ini adalah karena alcohol akan meningkatkan asam laktat
plasma. Asam laktat ini akanmenghambat pengeluaran asam urat dari tubuh.

10. Komplikasi Asam Urat


Asam urat dapat menyebabkan hipertensi dan penyakit ginjal. Tiga komplikasi
hiperurisemia pada ginjal berupa batu ginjal, gangguan ginjal akut dan kronis akibat
asam urat. Batu ginjal terjadi sekitar 10-25% pasien dengan gout primer. Kelarutan
kristal asam urat meningkat pada suasana pH urin yang basa. Sebaliknya, pada
suasana urin yang asam, kristal asam urat akan mengendap dan terbentuk batu.Gout
dapat merusak ginjal sehingga pembuangan asam urat akan bertambah buruk.
Gangguan ginjal akut gout biasanya sebagai hasil dari penghancuran yang berlebihan
dari sel ganas saat kemoterapi tumor. Penghambatan aliran urin yang terjadi akibat
pengendapan asam urat pada duktus koledokus dan ureter dapat menyebabkan gagal
ginjal akut. Penumpukan jangka panjang dari kristal pada ginjal dapat menyebabkan
gangguan ginjal kronik.

C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat untuk

mengukur keadaan klien (keluarga) dengan menangani norma-norma kesehatan

keluarga maupun sosial, yang merupakan system terintegrasi dan kesanggupan

keluarga untuk mengatasinya. (Effendy, 1998)

Sumber informasi dari tahapan pengkajian dapat menggunakan metode :

a. Wawancara keluarga

b. Observasi fasilitas rumah

c. Pemeriksaan fisik dari anggota keluarga (dari ujung rambut ke ujung kaki)

d. Data sekunder, seperti contoh : hasil laboratorium, hasil X-Ray, pap semar dan

lain-lain)
Pengkajian asuhan keperawatan keluarga menurut teori/model Family Centre

Nursing Friedman (1988), meliputi 7 komponen pengkajian, yaitu :

a. Data Umum

1) Nama kepala keluarga

2) Alamat

3) Telepon

4) Pekerjaan kepala keluarga

5) Pendidikan kepala keluarga

6) Komposisi anggota keluarga

7) Genogram

8) Tipe Keluarga

Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah –

masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut

9) Suku Bangsa

Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi budaya

suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan

10) Agama

Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat

mempengaruhi kesehatan

11) Status Sosial Ekonomi Keluarga

Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala

keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status social ekonomi

ditentukan pula oleh kebutuhan – kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga

serta barang – barang yang dimiliki oleh keluarga, dan siapa yang mengatur

keuangan.
12) Aktivitas Rekreasi Keluarga

Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi bersama –

sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu, namun dengan menonton

televisi dan mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi

b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari

keluarga tersebut

2) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi

oleh keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum

terpenuhi

3) Riwayat keluarga inti

Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang

meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing – masing

anggota keluarga, sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan

keluarga, serta pengalaman – pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.

4) Riwayat keluarga sebelumnya

Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak

suami dan istri.

c. Pengkajian Lingkungan

1) Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifiksai dengan melihat luas rumah, tipe

rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, pemanfaatan ruangan, peletakan

perabotan rumah tangga, jenis septic tank, jarak septic tank dengan sumber

air minum yang digunakan, serta denah rumah

2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW

Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas

setempat, yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan/kesepakatan

penduduk setempat, budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan

3) Mobilitas geografis keluarga

Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga

berpindah tempat

4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Menjelaskan mengenai waktu digunakannya keluarga untuk berkumpul

serta perkumpulan keluarga yang ada sejauh mana interaksinya dengan

masyarakat

5) Sistem pendukung keluarga

Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah jumlah

anggota keluarga yang sehat, fasilitas – fasilitas yang dimiliki keluarga untuk

menunjang kesehatan. Fasilitas mencakup fasilitas fisik, fasilitas psikologi

atau dukungan dari anggota keluarga, dan fasilitas sosial atau dukungan dari

masyarakat setempat.

d. Struktur Keluarga

1) Pola komunikasi keluarga

Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antara anggota keluarga

2) Struktur kekuatan keluarga


Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lain

untuk merubah perilaku

3) Struktur peran

Menjelaskan peran dari masing – masing anggota keluarga baik secara formal

maupun informal

4) Nilai dan norma keluarga

Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga, yang

berhubungan dengan kesehatan.

e. Fungsi Keluarga

1) Fungsi afektif

Hal yang perlu dikaji adalah gambaran diri anggota keluarga, perasaan

memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota

keluarga lainnya, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan

bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.

2) Fungsi sosialisasi

Hal yang perlu dikaji adalah bagaimana interaksi atau hubungan dalam

keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya, dan

perilaku.

3) Fungsi perawatan kesehatan

Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian,

perlindungan, serta merawat anggota keluarga yang sakit, sejauh mana

pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit.

4) Fungsi reproduksi

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah

a) Berapa jumlah anak


b) Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anak

c) Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya mengendalikan jumlah

anggota keluarga

5) Fungsi ekonomi

Hal yang perlu dikaji adalah

a) Sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, papan, maupun

pangan

b) Sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di dalam

masyarakat dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga

f. Tugas Perawatan Keluarga

1) Mengenal masalah keluarga

2) Mengambil keputusan

3) Merawat anggota keluarga yang sakit

4) Memelihara lingkungan

5) Menggunakan fasilitas / pelayanan kesehatan

g. Stress dan Koping Keluarga

1) Stressor jangka pendek dan panjang

a) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang

memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang lebih 6 bulan

b) Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang

memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan

2) Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor

3) Strategi koping yang digunakan

Strategi yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan

4) Strategi adaptasi disfungsional


h. Pemeriksaan Fisik

1) Tanggal pemeriksaan fisik dilakukan.

2) Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota keluarga.

3) Aspek pemeriksaan fisik mulai dari vital sign, rambut, kepala, mata, mulut,

THT, leher, thoraks, abdomen, ekstremitas atas dan bawah, sistem genetalia.

4) Kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik.

i. Harapan keluarga

1) Terhadap masalah kesehatan keluarga

2) Terhadap petugas kesehatan yang ada

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggunakan dan

menggambarkan respons manusia. Dimana keadaan sehat atau perubahan

pola interaksi potensial/aktual dari individu atau kelompok dimana perawat dapat

menyusun intervensi-intervensi definitif untuk mempertahankan status kesehatan atau

untuk mencegah perubahan (Carpenito, 2008). Untuk menegakkan diagnosa

dilakukan 2 hal, yaitu :

a. Analisa Data

Mengelompokkan data subjektif dan objektif, kemudian dibandingkan dengan

standar normal sehingga didapatkan masalah keperawatan.

b. Perumusan Diagnosa Keperawatan

Komponen rumusan diagnosa keperawatan meliputi :

1) Masalah (problem) adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan

dasar manusia yang dialami oleh keluarga atau anggota keluarga.

2) Penyebab (etiologi) adalah kumpulan data subjektif dan objektif.


3) Tanda (sign) adalah sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh

perawat dari keluarga secara langsung atau tidak langsung atau tidak yang

mendukung masalah dan penyebab.

Dalam penyusunan masalah kesehatan dalam perawatan keluarga mengacu pada

tipologi diagnosis keperawatan keluarga yang dibedakan menjadi 3 kelompok,

yaitu :

1) Diagnosa Sehat/Wellness/Potensial

Yaitu keadaan sejahtera dari keluarga ketika telah mampu memenuhi

kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang kesehatan yang

memungkinkan dapat digunakan. Perumusan diagnosa potensial ini hanya

terdiri dari komponen problem (P).

2) Diagnosa Ancaman/Risiko

Yaitu masalah keperawatan yang belum terjadi. Diagnosa ini dapat

menjadi masalah aktual bila tidak segera ditanggulangi. Perumusan diagnosa

risiko ini terdiri dari komponen problem (P) dan etiologi (E).

3) Diagnosa Nyata/Aktual/Gangguan

Yaitu masalah keperawatan yang sedang dijalani oleh keluarga dan

memerlukan bantuan dengan cepat. Perumusan diagnosa aktual terdiri dari

problem (P), etiologi (E), dan sign/symptom (S).

Perumusan problem (P) merupakan respon terhadap gangguan pemenuhan

kebutuhan dasar. Sedangkan etiologi mengacu pada 5 tugas keluarga.

Etiologi dari diagnosis keperawatan keluarga berdasarkan hasil pengkajian

dari tugas perawatan kesehatan keluarga. Khusus untuk mendiagnosis keperawatan

potensial (sejahtera / “wellness”) boleh menggunakan/ tidak menggunakan etiologi.

Skoring :
1) Tentukan skore untuk setiap kriteria

2) Skore dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah dengan bobot :

Skore

X Bobot

Angka tertinggi

3) Jumlahkanlah skore untuk semua criteria

3. Intervensi
Perencanaan adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk

dilaporkan dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah

diidentifikasi (Efendy,1998). Penyusunan rencana perawatan dilakukan dalam 2 tahap

yaitu pemenuhan skala prioritas dan rencana perawatan (Suprajitno, 2004).

a. Menentukan prioritas masalah keperawatan

Prioritas didasarkan pada diagnosis keperawatan yang mempunyai skor tinggi dan

disusun berurutan sampai yang mempunyai skor terendah. Dalam menyusun

prioritas masalah kesehatan dan keperawatan keluarga harus didasarkan beberapa

kriteria sebagai berikut :

1) Sifat masalah (aktual, risiko, potensial)

2) Kemungkinan masalah dapat diubah

3) Potensi masalah untuk dicegah

4) Menonjolnya masalah

Skoring dilakukan bila perawat merumuskan diagnosa keperawatan telah dari satu

proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh Bailon dan

Maglay (1978) dalam Effendy (1998).

Tabel 1.1. Proses Skoring


Kriteria Skor Bobot
Sifat masalah : 1
a. Aktual 3
b. Risiko 2
c. Potensial 1
Kemu Kemungkinan masalah untuk dipecahkan :
 Mudah 2
1 2
 Sebagian
 Tidak dapat 0
Poten Potensia masalah untuk dicegah :
 Tinggi 3
2 1
 Cukup
 Rendah 1
Meno Menonjolnya masalah :
 Masalah berat, harus segera ditangani 2
1 1
 Ada masalah tetapi tidak perlu ditangani
 Masalah tidak dirasakan 0

Proses scoring dilakukan untuk setiap diagnosa keperawatan :

1) Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat.

2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan dengan bobot.

3) Jumlahkan skor untuk semua kriteria.

4) Skor tertinggi berarti prioritas (skor tertinggi 5).

b. Merumuskan Rencana

Langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan tujuan keperawatan.

Tujuan dirumuskan untuk mengetahui atau mengatasi serta meminimalkan

stressor dan intervensi dirancang berdasarkan tiga tingkat pencegahan.

Pencegahan primer untuk memperkuat garis pertahanan fleksibel, pencegahan

sekunder untuk memperkuat garis pertahanan sekunder, dan pencegahan tersier

untuk memperkuat garis pertahanan tersier (Anderson & Fallune, 2000).

Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan

jangka panjang mengacu pada bagaimana mengatasi problem/masalah (P) di

keluarga. Sedangkan penetapan tujuan jangka pendek mengacu pada bagaimana

mengatasi etiologi yang berorientasi pada lima tugas keluarga. Adapun bentuk

tindakan yang akan dilakukan dalam intervensi nantinya adalah sebagai berikut :
1) Menggali tingkat pengetahuan atau pemahaman keluarga mengenai masalah.

2) Mendiskusikan dengan keluarga mengenai hal-hal yang belum diketahui dan

meluruskan mengenai intervensi/interpretasi yang salah.

3) Memberikan penyuluhan atau menjelaskan dengan keluarga tentang faktor-

faktor penyebab, tanda dan gejala, cara menangani, cara perawatan, cara

mendapatkan pelayanan kesehatan dan pentingnya pengobatan secara teratur.

4) Memotivasi keluarga untuk melakukan hal-hal positif untuk kesehatan.

5) Memberikan pujian dan penguatan kepada keluarga atas apa yang telah

diketahui dan apa yang telah dilaksanakan.

4. Implementasi

Implementasi dilaksanakan berdasarkan pada rencana yang telah disusun. Hal–

hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap

keluarga, yaitu :

a. Sumber daya keluarga

b. Tingkat pendidikan keluarga

c. Adat istiadat yang berlaku

d. Respon dan penerimaan keluarga

e. Sarana dan prasarana yang ada pada keluarga.

Tindakan keperawatan terhadap keluarga mencakup hal-hal di bawah ini :

a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan

kebutuhan kesehatan dengan cara :

1) Memberikan informasi

2) Mengidentifikasikan kebutuhan dan harapan tentang kesehatan.

3) Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.

b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat, dengan cara:
1) Mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan.

2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga.

3) Mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan.

c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit, dengan

cara :

1) Mendemonstrasikan cara perawatan.

2) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah.

3) Mengawasi keluarga melakukan perawatan.

d. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat lingkungan

menjadi sehat, dengan cara :

1) Menentukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga.

2) Melakukan perubahan lingkyngan keluarga seoptimal mungkin.

3) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada,

dengan cara :

4) Mengenakan fasilitas kesehatan yabg ada dilingkungan keluarga.

5) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

5. Evaluasi

Pada umumnya, tahap evaluasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu: evaluasi

kuantitatif dimana evaluasi ini menekankan pada jumlah pelayanan atau kegiatan yang

telah diberikan. Sedangkan evaluasi kualitatif adalah evaluasi yang difokuskan pada

tiga dimensi yang saling berkaitan yaitu: evaluasi struktur yaitu berhubungan dengan

tenaga atau bahan yang diperlukan dalam suatu kegiatan, evaluasi proses adalah

evaluasi yang dilakukan selama kegiatan berlangsung dan evaluasi basil merupakan

basil dan pemberian asuhan keperawatan.


Adapun metode yang sering dipakai untuk menentukan apakah tujuan dari

tindakan keperawatan yang telah tercapai adalah sebagai berikut :

a. Observasi langsung metode ini merupakan metode yang paling valid untuk

menentukan adanya perubahan yaitu bila interpretasi yang subyektif dan pengamat

dapat dikurangi dan menggunakan instrument yang tepat dan tujuan yang telah

ditetapkan mengenai proses atau hasil.

b. Memeriksa laporan atau record mengenai test diagnostik yang menunjukkan

perubahan dalam status kesehatan klien

c. Wawancara untuk menentukan perubahan sikap dan tingkah laku yang rumit,

wawancara dapat disusun dan diberikan kepada keluarga yang berperan penting.

d. Latihan stimulasi, berguna untuk menentukan perkembangan kesanggupan untuk

mengerti seperti kecakapan dalam membuat keputusan, menanggapi masalah dan

menganalisa masalah.

Untuk menentukan keberhasilan suatu tindakan keperawatan yang

diberikan pada keluarga adalah dengan pedoman SOAP sebagai tuntunan perawat

dalam melakukan evaluasi adalah:

Subyektif: Pernyataan atau uraian keluarga, klien atau sumber lain tentang

perubahan yang dirasakan baik kemajuan atau kemunduran setelah diberikan tindakan

keperawatan.

Obyektif: Data yang bisa diamati dan diukur memalui teknik observasi,

palpasi, perkusi dan auskultasi, sehingga dapat dilihat kemajuan atau kemunduran

pada sasaran perawatan sebelum dan setelah diberikan tindakan keperawatan.

Analisa: Pernyataan yang menunjukkan sejauh mana masalah keperawatan

ditanggulangi.
Planning: Rencana yang ada dalam catatan perkembangan merupakan rencana

tindakan hasil evaluasi tentang dilanjutkan atau tidak rencana tersebut sehingga

diperlukan inovasi dan modifikasi bagi perawat


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn.T DENGAN
ASAM URAT PADA Ny. S DIWILAYAH
JAMBI
TAHUN 2021

A. ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn.T

1. Pengkajian Keluarga

a. Data umum

1. Nama KK (Inisial) : Tn. T

2. Alamat : jambi

3. Pekerjaan : wirausaha

4. Pendidikan : SLTA

5. Komposisi keluarga

Status Imunisasi
No Nama J Hubungan Um Pddk Polio DPT Hepatitis Campak
k dengan Kk ur BC

1 Tn. T L Suami 53th SLTA Ada Ada Ada Ada


Ada
2 Ny. S P Istri 47th SLTA Ada Ada Ada Ada
Ada
3 An.A L Anak 30th S1 Ada Ada Ada Ada
Ada
4 An. D L Anak 27th SLTA Ada Ada Ada Ada
Ada
5 An. R P Anak 21 th S1 Ada ada Ada Ada Ada
GENOGRAM
Hipertensi

Tn. Tn.
S Ny.R
SA

An.d
An. An.R
d

Asam urat

Asam lambung

Ket : HIPERTENSI

: Menikah

: Meninggal

: Klien

: Perempuan

: Laki-Laki

: Tinggal Serumah

Kesimpulan: Pada genogram diatas terdapat orang tua dari Tn.T ibu masih hidup dan ayah

meninggal, Tn.S bersaudara 7 orang. Saudara pertama laki laki, saudara ke 2 perempuan dan
saudara ke 3 Tn.S sendiri. Dan dari Ny.s ayah sudah meninggal dan ibu masih hidup, Ny. S

bersaudara 4 orang, dimana saudara pertama perempuan, saudara ke 2 perempuan, saudara ke

3 Ny.S sendri, dan saudara ke 4laki laki. Tn.T dan Ny.S mempunyai 3 orang anak dan tinggal

bersama dengan anak menantu dan 3 orang cucunya.

6. Tipe Keluarga

Keluarga disini adalah tipe Keluarga Tradisional yaitu salah satunya

keluarga besar (Extended family) yang terdiri dari suami istri, anak-anak,

menantu, cucu, dan saudara ke 3 Ny.R. Tn.S dan Ny.R memiliki 3 anak

dimana 2 laki laki dan 1 perempuan, anak pertama telah berumah tangga dan

mempunyai 2 orang anak, anak ke 2 telah berumah tangga dan mempunyai 1

anak, dan anak ke 3 sedang menempuh pendidikan profesi Ners di bangku

kuliah.

Kesimpulan : tidak ada masalah

7. Suku Bangsa

Semua keluarga memiliki suku bangsa Indonesia yang berasal dari jambi

Tn.T dan Ny.S jambi dan anaknya.

Kesimpulan : tidak ada masalah

8. Agama

Tn.S beragama Islam serta anak beragama yang sama, setiap jum’at dan bulan

puasa Tn.S ke masjid terutama pada hari jum’at untuk melaksanakn shoolat

jum’at. Kegiatan keagamaan yang sering dijalankan Tn.S menjalankan sholat

berjemaah setiap sholat maghrib. Dan juga sering mendengarkan ceramah

dimesjid maupun ditv. Ny.R terkadang juga ada menjalankan sholat di masjid.

Kesimpulan : Tidak ada masalah


9. Status social ekonomi Keluarga

Sumber pendapatan Keluarga diperoleh Tn.T sebagai wirausaha dengan

berpenghasilan 10.000.000.00 dari hasil kebun , dan Ny. R sebagai wiraswasta

mendapatkan hasil ± 500.000-1.000.000. An. A juga membantu menambah

penghasilan.. Pengeluaran perbulan ± 3.000.000 sudah termasuk uang

keperluan anak yang sedang kuliah. Pendapatan semua anggota keluarga ±

5.000.000-6.000.000 perbulan. Pengeluaran biayanya untuk biaya sehari-hari

seperti lauk-pauk untuk makan. Karena uang kuliah An.R yang harus

dibayarkan setiap bulannya.

Kesimpulan : Pendapatan memadai

10. Aktifitas Rekreasi Keluarga

Ny.S mengatakan sering menghabiskan waktu bersama keluarg untuk rekreasi

secara sederhana. Waktu senggang dan libur sering dihabiskan dengan

berkumpul dengan keluarga dan menonton tv, bermain-main Handphone,

sesekali pergi rekreasi keluar rumah. Ny.S mengatakan dengan kondisi

pandemi virus Corona skarang, Ny.S memutuskan untuk tidak terlalu keluar

rumah karena beresiko terhadap kesehatan .Tn.S juga memutuskan untuk tetap

berada dirumah dan hanya pergi keladang untuk mengurus, Tn.t jarang pergi

rekreasi keluar rumah dikarenakan wabah Covid-19 yang belum hilang

Kesimpulan : Kurang menunjukan perilaku adaptif terhadap perubahan

lingkungan

2. Riwayat dan Tahap Perkemabangan Keluarga

a. Tahap Perkembangan Keluarga


1) Tahap perkembangan keluarga saat ini

Keluarga Tn.S memasuki tahap perkembangan ke VII yaitu dengan

Keluarga Orang Tua Usia Pertengahan . Dengan Tugasnya :

a) Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan

b) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan

para orang tua lansia, teman sebaya dan anak-anak

c) Memperkokoh hubungan perkawinan

Pada tahap ini tugas perkembangan yang belum terpenuhi yaitu

menyediakan lingkungan dan meningkatkan kesehatan.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga sekarang

Tn.t sebagai kepala keluarga mengatakan tidak mempunyai keluhan penyakit.Tn.T

mengatakan jika tidak mempunyai riwayat alergi makanan. TD : 120/80 mmHg,

N:87x/I, RR: 20x/I, S: 36,8ºC. Ny.S mengatakan sering sakit kepala, sakit pada leher

bagian belakang, Ny.S sering mengkonsumsi obat-obata herbal atau obat-obatan alami

setiap sakit kepala, Ny.S mengatakan menyukai semua makanan, Ny.S tidak ada

riwayat alergi makanan. Ny.S sudah lama mengkonsumsi obat-obatan herbal jika

Tekanan darahnya terlalu tinggi. TD : 150/100 mmHg, N: 85x/I, RR: 21x/I, S: 36,5ºC.

Anak-anak Tn.Sa dan Ny.S tidak mempunyai riwayat penyakit. Saudara Ny.R

mengatakan memiliki riwayat asam lambung, asam lambung Tn.Sa kambuh jika

Tn.Sa tidak makan tepat waktu. TD : 130/80, N: 80x/I, RR, 18x/i, S: 36,0ºC. An.A

dan An.U mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit.

Kesimpulan : mampu menjalankan perilaku sehat


4. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya

Tn.T mengatakan Ibunya tidak memiliki riwayat penyakit asma, hipertensi, dan

maag. Tetapi memiliki penyakit rematik dan asam urat yang diderita sudah lama.

Ny.S mengatakan ibunya memiliki riwayat penyakit.

Kesimpulan : tidak ada masalah

5. Pengkajian Lingkungan

a. Karakteristik Rumah

Status rumah keluarga Tn.S adalah milik pribadi dengan bangunan per manent

luas 30 x 20 m dengan lantai keramik yang memiliki ruang 5 kamar, 2 ruang

tamu, 1 ruang makan, 2 ruang dapur, 2 kamar mandi diluar dan 2 kamar mandi

dimasing2 kamar jenis jamban leher angsa. Jumlah jendela ± 14 buah, memiliki

ventilasi yang baik yang berukuran

40 x 30 m , cahaya yang cukup, dan penerangan lampu dengan listrik. Peletakan

perabot rumah tangga tersusun rapi. Sampah dapur dibuang di tempat

pembuangan sampah terbuka untuk sementara dibelakang rumah yang

kemudian akan dibakar, saluran saptitanck berjarak 15 m dari sumber air.

Keluarga memakai air PDAM . kualitas air bersih, tidak berbau dan tawar.

Sumber air minum yang digunakan adalah dari sumber mata air kiambang,

keluarga mengatakan sudah mempunyai ruangan isolasi mandiri, jika ada salah

satu keluarga yang terpapar dengan Covid-19.


Lantai 1

Teras
K.M K.M
Dapur R.Kel K.T 2 K.T 3
kotor

K.M R.makan

R.Tamu

Dapur
bersih

R.Tamu
K.T 5

R.KelK.M

K.T 4

Teras Kolam
ikan hias

Lantai 2
K. Isman

Kesimpulan : Tidak Ada Masalah


b. Karakteristik Tetangga Dan Komunitas

Lingkungan tetangga Tn.S mayoritas bekerja sebagai petani dan PNS, dan

agama dilingkungan beragama islam. Hubungan keluarga Tn.S dan tetangga

sangat baik. Tn.S adalah orang yang sudah lama tinggal di daerh tersebut.

Hubungan antar tetangga saling membantu bila ada tetangga yang mengadakan

acara atau pesta dikerjakan bersama. Kebiasaan bergotong royong setiap 1

bulan sekali membersihkan rerumputan sepanjang jalan antar jorong.

Kesimpulan : Tidak Ada Masalah

c. Mobilitas Geografis Keluarga

Keluarga Tn.S merupakan penduduk asli daerah ini. Saat ini Tn.S tinggal

bersama Ny.R dan anak-anaknya. Selama libur Tn.S berada dirumah bersama

istri dan anak-anaknya, Tn.S selalu mengunjungi ibunya karena jarak rumah

yang tidak terlalu jauh

Kesimpulan : Tidak ada masalah

d. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Komunitas

Tn.T dan Ny.S memiliki 3 orang anak, 2 orang telah menikah dan 1 anak

belum menikah tinggal dalam 1 rumah. Interaksi keluarga dengan masyarakat

berjalan baik. Keluarga mampu bersosialisasi dan membaur dengan

masyarakat. Dengan wabah virus korona sekarang dan anjuran pemerintah

untuk tetap dirumah saja. Tn.T mengatakan masih berinteraksi dengan

masyarakat karena bekeja diladang. Ny.s yang bekerja sebagai wiraswasta dan

Ibu Rumah Tangga masih berinteraksi dengan masyrakat karena merasa

daerah tempat tinggal yang aman. An.A dan An.U sering berpergian

dikarenakan An.A pergi bekerja dan An.U pergi Kuliah.


Kesimpulan : Kurang menunjukan perilaku adaptif terhadap perubahan

lingkungan

e. System Pendukung Keluarga

Keluarga Tn.S terdiri atas 5 anggota keluarga dekat dan jauh saling membantu

serta tetangga yang peduli dengannya. Keluarga juga memiliki ASKES yyang

digunakan untuk berobat ke faskes. Tn.S

T mengatakan anak pertamanya dan keduanya sudah menikah dan sedikit

membantu perekonomian keluarga, An.D dan An.A sudah bekerja dan juga

membantu perekonomian keluarga, An.R kuliah di bidang kesehatan dan

sangat memabntu keluarga untuk memperoleh informasi kesehatan. Ny.S juga

sangat memdukung keluarga dalam hal perekonomian. Saaat ada anggota

keluarga yang sakit, ank dan keluarga lainnya membantu untuk memeriksa

kesehatan dan proses pengobatan.

Kesimpulan : terjadinya system mendukung untuk meningkatkan manajemen

kesehatan

6. Struktur keluarga

a. Pola Komunikasi Keluarga

Keluarga mengatakan komunikasi dua arah (feedback) dan bahasa yang

digunakan sehari-harinya oleh anggota keluarga yakni bahasa minang. Tn.T

sebagai kepala keluarga berkomunikasi dengan anggota keluarga lainnya secara

terbuka dan lembut. Saat mengambil keputusan mengenai suatu masalah kadang

Tn.T meminta pendapat dari anggota keluarga lain dan kadang mengambil

keputusan secara sepihak jika menurutnya yang dilakukan baik untuk

kepentingan bersama. Komunikasi jarak jauh dengan anggota keluarga

menggunakan Handphone dan panggilan video call.


Kesimpulan : tidak ada masalah komunikasi dalam keluarga

b. Struktur Kekuatan Keluarga

Keluarga mengatakan untuk mengambil keputusan dilakukan secara bersama-

sama. Tn.T dan Ny.S mengatakan saling menguatkan dalam hal dan keadaan

apapun. Jika anggota keluarga yang sakit, akan langsung dibawa kefaskes.

Kesimpulan : Tidak ada masalah

c. Struktur Peran (formal dan informal)

Tn. T berperan sebagai kepala keluarga yang mencari nafkah sera mendidik dan

membimbing anggota keluarga. Ny.S berperan sebagai istri dan ibu bagi anak-

anaknya. Sebagai Ibu rumah tangga Ny.S mengurus beberapa pekerjaan rumah

dibantu oleh anak pertama. Kemudian An.A dan An.D juga menjalankan tugas

nya sebagai anak Tn.T dan Ny.S. Masing-masing anggota keluarga

melaksanakan perannya masing-masing dalam keluarga. Keputusan dalam

keluarga diambil oleh ayah sebagai kepala keluarga tapi didiskusikan terlebih

dahulu jika masalah yang akan diputuskan tersebut serius dan memerlukan saran

dan masukan dari anggota keluarga lain. Sedangkan anggota keluarga menerima

keputusan dari kepala keluarga dan kadang menyampaikan jika tidak setuju

dengan keputusan yang diambil. Namun dalam mengambil keputusan dalam

masalah yang tidak serius Tn. S tidak mendiskusikannya dengan anggota

keluarga dan hanya memutuskan sendiri

Kesimpulan : Tidak ada masalah

d. Nilai atau Norma Keluarga

Ny.RI mengatakan sering memberi nasihat kepada anak-anaknya tentang

pentingnya mentaati nilai dan norma khususnya dalam keluarga dan masyarakat.

Nilai dan norma sudah ditanamkan sejak anaknya kecil, agar anaknya tidak lupa
akan nilai dan norma daerah tempat tinggal seperti mentaati aturan dan budaya

daerah setempat seperti gotong royong, saling membatu dan berbaur dengan

masyarakat dalam kegiatan positif. Ny. R mengatakan anggota keluarga jarang

mengikuti kegiatan olahraga dan kegiatan lainnya yang dapat meningkatkan

status kesehatan. Ny. R mengatakan anggota keluarganya umumnya menyukai

sayuran sehingga Ny.R juga kadang hanya memasak makanan yang disukai

anggota keluarganya tanpa memperhatikan nilai gizinya. Ny.R mengatakan

keluarganya jarang makan bersama, melainkan lebih sering makan dan

mengambil makanan sendiri.

Kesimpulan : Kurang menunjukan minat untuk meningkatkan perilaku sehat

7. Fungsi Keluarga

a. Fungsi Afektif

Keluarga Tn.S mengatakan berusaha memelihara keharmonisan antar anggota

keluarga, saling menyayangi dan menghormati. Tn.S mengatakan keluarganya

memiliki perasaan saling memiliki satu sama lain, saling mendukung satu

dengan lainnya, saling menasehati jika ada anggota keluarga yang

menyimpang dari nilai dan norma. Tn.S dan Ny. I mengatakan selalu

mengajarkan kedua anaknya untuk saling menyayangi antar saudara dan

lingkungan.

Kesimpulan : Tidak ada masalah.

b. Fungsi Sosialisasi

Tn.S mengatakan bahwa ia adalah seorang ayah yang suka berbincang dengan

anak-anaknya. Sosialisasi dengan masyarakat berjalan, sejauh ini tidak ada

masalah dalam sosialisasi, baik antar warga terutama tetangga. Setiap harinya
keluarga selalu berkumpul di rumah, hubungan dalam keluarga baik dan selalu

mentaati norma yang baik. Ny.R mengatakan anggota keluarga jarang makan

bersama tapi hanya makan sendiri-sendiri karena waktu makan masing-masing

anggota keluarga berbeda

Kesimpulan : Tidak ada masalah

c. Fungsi Perawatan Keluarga

1) Kemampuan mengenal masalah kesehatan :

Ny.S sudah mampu mengenali penyakitnya, keluhan yang dirasakan dan

juga sudah mengetahui penyebab dari penyakitnya yaitu stressor yang

kadang dialaminya.

Kesimpulan : berhasil melakukan tindakan untuk mengurangi factor

resiko

2) Kemampuan mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan :

Ny.S mengatakan sering merasakan sakit kepala hebat menjalar ke

pundak, sejak mengalami hal tersebut Ny.S mengurangi menggunakan

garam dalam makanan, yang tinggi kolesterol, Ny.S mengatakan jika

merasakan keluhan tersebut ia langsung meminum obat herbal dan

terkadang hanya dibawa tidur saja dan berfikir keluhan yang dirasakan

akan hilang jika dibawa tidur. Tn.T mengatakan ia terkadang juga sakit

kepala Karena stressor dan fikiran. Jika ada anggota keluarga yang sakit

dirumah Ny.S melakukan perawatan mandiri dirumah dengan kompres

hangat , minum air panas dan memberikan obat pada anggota keluarga

yang sakit.

Kesimpulan : mengekspresikan keinginan untuk mengelola masalah

kesehatan
3) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

Tn.T mengatakan jika ada keluarga yang sakit, hal pertama yang

dilakukan adalah melakukan perawatan mandiri di rumah seperti kompres

hangat, memberikan minum hangat dan memberikan obat paracetamol,

memberikan obat herbal seperti perasan daun sungkai , dan obat herbal

lainnya. Namun jika dalam 2 hari keluhan tidak berkurang akan langsung

dibawa berobat ke faskes terdekat yaitu langsung ke Klinik Dokter.

Kesimpulan : Menunjukan perilaku mengelola masalah kesehatan

4) Kemampuan keluarga memelihara/ memodifikasi lingkungan yang sehat

Ny.S mengatakan sering membersihkan rumahnya namun kotor kembali

saat cucu cucunya bermain. Ny.S mengatakan sering mengkonsumsi

sayur saat makan karena semua anggota keluarga menyukai sayur.

Kesimpulan : tidak ada masalah

5) Kemampuan menggunakan fasilitas kesehatan

Ny.S mengatakan jika ada anggota keluarga yang sakit dibawa ke Klinik

Dokter

Kesimpulan : Tidak ada masalah

d. Fungsi resproduksi

Ny.S memiliki 3 orang anak , anak pertama dan kedua sudah menikah dan 1

anak belum menikah dan tinggal bersama-sama dirumah dengan Tn.T dan

Ny.S. anak pertama berjenis kelamin

Laki laki anak kedua berjenis laki-laki dan anak ketiga berjenis kelamin

perempuan. Ketiga anak Tn.T dan Ny.S sudah memasuki remaja dan dewasa.

Kesimpulan : tidak ada masalah

e. Fungsi Ekonomi
Tn.T dan Ny.S merupakan keluarga sederhana dengan menghasilkan cukup

untuk kuliah dan biaya hidup sehari-hari. Tn.T sebagai kepala keluarga

terkadang dibantu oleh anak pertama dan anak kedua dalam membantu

perekonomian keluarga. Ny.S sebagai ibu rumah tangga harus mampu

mengatur keuangan keluarga untuk membiayai faske keluarga menggunakan

ASKES tetapi terkadang tidak menggunakan ASKES.

8. Stres dan Koping keluarga

a. Stressor jangka panjang dan stress jangka pendek

1) Stress jangka panjang : ketakutan Ny.S karena masalah kesehatan yang

dirasakan sering kambuh.

2) Stress jangka pendek : Ny. Mengakatakan yang dihadapinya sekarang

adalah masalah krisis ekonomi yang timbul akibat wabah virus corona

saat ini sehingga membuat penghasilan keluarga menurun.

Kesimpulan : kekhawatiran terhadap krisis situasi saat ini.

b. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Situasi / stressor

Ny.S mengatakan selalu memeriksakan kondisi kesehatannya serta anggota

keluarga yang sakit ke faskes terdekat. Tn.T mengatakan sudah pernah

mencoba berhenti merokok namun tidak berhasil. Tn.T mengatakan tetap

harus bekerja walaupun situasi saat ini tidak memungkinkan. Tn.T

mengatakan hanya berdoa agar selalu dilindungi.

Kesimpulan: Tidak ada masalah

c. Strategi Koping Konstruktif yang digunakan

Strategi Koping Konstruktif yang digunakan Anggota keluarga selalu

bermusyawarah untuk menyelesaikan masalah yang ada. Selalu menyakan


pendapat antar anggota keluarga dalam mengambil suatu keputusan dan

tindakan.

Kesimpulan: Tidak ada masalah

d. Strategi adaptasi Difungsional

Ny.S mengatakan apabila merasakan keluhan tentang penyakitnya dan

keluhan lain yang dirasakan anggota keluarga, akan langsung di ke faskes

untuk mendapat penanganan dan memberikan obat herbal bagi anggota

keluarga yang sakit.

Kesimpulan: Tidak ada masalah


9. Pemeriksaan Fisik

No P. fisik Tn.T Ny.S An.A An.D An.R

1 Tanda Vital TD:120/80mmHg TD:125/90 mmHg TD:120/90 mmHg TD:120/90 mmHg TD:110/90 mmHg
N:87x/i,RR: 20x/i N:85x/I,RR:19x/i N: 80x/I,RR:18x/i N: 80x/I,RR:18x/i N: 80x/I,RR:18x/i
S: 36,5ºC S: 36ºC S: 36,3ºC S: 36,3ºC S: 36,3ºC

2 TB dan BB TB : 170cm TB: 150cm TB:163cm TB:165cm TB: 164cm


BB: 65kg BB: 46kg BB:70kg BB: 78kg BB : 75kg
3 Kepala Inspeksi: Inspeksi: Inspeksi: Inspeksi: Inspeksi:
simteris, rambut simteris, rambut bersih simteris, rambut bersih simteris, rambut bersih simteris, rambut bersih
bersih beruban, beruban, penyebaran beruban, penyebaran rambut beruban, penyebaran rambut beruban, penyebaran
penyebaran rambut rambut rata,muka tidak rata,muka tidak rata,muka tidak rambut rata,muka tidak
rata,muka tidak pucat,lesi(-),jejas (-) pucat,lesi(-),jejas (-) pucat,lesi(-),jejas (-) pucat,lesi(-),jejas (-)
pucat,lesi(-),jejas (-) Palpasi: Palpasi: Palpasi: Palpasi:
Palpasi: Pembengkakan (-), nyeri Pembengkakan (-), nyeri Pembengkakan (-), nyeri Pembengkakan (-), nyeri
Pembengkakan (-), tekan (-) tekan (-) tekan (-) tekan (-)
nyeri tekan (-)

4 Mata Konjungtiva merah Konjungtiva merah konjungtiva merah muda, konjungtiva merah muda, konjungtiva merah muda,
muda, sclera putih, muda, sclera putih, pupil sklera putih, pupil isokor, sklera putih, pupil isokor, sklera putih, pupil isokor,
pupil isokor, Tn.S isokor, Tn.S mata bersih tidak ada kotoran. mata bersih tidak ada mata bersih tidak ada
menggunakan menggunakan kacamata kotoran. kotoran.
kacamata saat saat membaca, mata
membaca, mata besih tidak ada kotoran
besih tidak ada
kotoran
5 Hidung Simetris,nyeri(-), Simetris,nyeri(-), luka(-), Simetris,nyeri(-), luka(-), Simetris,nyeri(-), luka(-), Simetris,nyeri(-), luka(-),
luka(-),benjolan(-) benjolan(-) benjolan(-) benjolan (-) benjolan (-)
6 Mulut Keadaan mulut Keadaan mulut bersih, Keadaan mulut bersih, karies Keadaan mulut bersih, Keadaan mulut bersih,
bersih, karies gigi (-) karies gigi (-) dan ada gigi (-) dan ada gigi yang karies gigi (-) dan ada gigi karies gigi (-) dan ada gigi
danTn.S gigi yang tanggal tidak tanggal tidak ada yang tanggal tidak ada yang tanggal tidak ada
menggunakan gigi ada
palsu
7 Telinga Inspeksi: Inspeksi: Inspeksi: Inspeksi: Inspeksi:
Pendengaran masih Pendengaran masih baik, Pendengaran masih baik, Pendengaran masih baik, Pendengaran masih baik,
baik, luka(-), kotoran luka(-), kotoran yang luka(-), kotoran yang luka(-), kotoran yang luka(-), kotoran yang
yang keluar(-), keluar(-), keluar(-), keluar(-), keluar(-),
Palpasi: Palpasi: Palpasi: Palpasi: Palpasi:
Nyeri tekan(-), Nyeri tekan(-), Nyeri tekan(-), Nyeri tekan(-), Nyeri tekan(-),
pembengkakan(-) pembengkakan (-) pembengkakan (-) pembengkakan (-) pembengkakan (-)
8 Leher Pembesaran kelenjer Pembesaran kelenjer Pembesaran kelenjer tiroid Pembesaran kelenjer tiroid Pembesaran kelenjer tiroid
tiroid (-), kelenjer tiroid (-), kelenjer getah (-), kelenjer getah bening (-) (-), kelenjer getah bening (-) (-), kelenjer getah bening
getah bening (-) bening (-) (-)
9 Dada Jantung inspeksi : Jantung inspeksi : letus Jantung inspeksi : letus Jantung inspeksi : letus Jantung inspeksi : letus
letus cardis tidak cardis tidak tampak, cardis tidak tampak, jantung cardis tidak tampak, jantung cardis tidak tampak,
tampak, jantung jantung terkompensasi, terkompensasi, terkompensasi, jantung terkompensasi,
terkompensasi, Palpasi : Palpasi : Palpasi : Palpasi :
Palpasi : letus cardis ada pada letus cardis ada pada spatum letus cardis ada pada spatum letus cardis ada pada
letus cardis ada pada spatum intercosta V intercosta V disebelah medial intercosta V disebelah spatum intercosta V
spatum intercosta V disebelah medial sinistra, sinistra, letak cardis tidak medial sinistra, letak cardis disebelah medial sinistra,
disebelah medial letak cardis tidak bergeser untuk melihat kuat tidak bergeser untuk melihat letak cardis tidak bergeser
sinistra, letak cardis bergeser untuk melihat atau tidak, kuat atau tidak, untuk melihat kuat atau
tidak bergeser untuk kuat atau tidak, Perkusi : kanan atas : SIC II Perkusi : kanan atas : SIC tidak,
melihat kuat atau Perkusi : kanan atas : linea pada stenalis sinistra II linea pada stenalis sinistra Perkusi : kanan atas : SIC
tidak, SIC II linea pada stenalis dextra dextra II linea pada stenalis
Perkusi : kanan atas sinistra dextra Kanan bawah: SIC IV linea Kanan bawah: SIC IV linea sinistra dextra
: SIC II linea pada Kanan bawah: SIC IV sinistra dextra sinistra dextra Kanan bawah: SIC IV
stenalis sinistra linea sinistra dextra Kiri bawah: SIC V linea Kiri bawah: SIC V linea linea sinistra dextra
dextra Kiri bawah: SIC V linea media clavikularis sinistra. media clavikularis sinistra. Kiri bawah: SIC V linea
Kanan bawah: SIC media clavikularis Kesan perkusi jantung pekak. Kesan perkusi jantung media clavikularis sinistra.
IV linea sinistra sinistra. Auskultasi: pekak. Kesan perkusi jantung
dextra Kesan perkusi jantung Reguler Auskultasi: pekak.
Kiri bawah: SIC V pekak. HR : 84 Reguler Auskultasi:
linea media Auskultasi: HR : 84 Reguler
clavikularis sinistra. Reguler PARU : HR : 84
Kesan perkusi HR : 89 Inspeksi : simetris PARU :
jantung pekak. Palpasi : kesimetrisan paru Inspeksi : simetris PARU :
Auskultasi: PARU : dengan menggunakan telapak Palpasi : kesimetrisan paru Inspeksi : simetris
Reguler Inspeksi : simetris tangan, taktil premitus sama. dengan menggunakan Palpasi : kesimetrisan
HR : 89 Palpasi : kesimetrisan Perkusi : telapak tangan, taktil paru dengan menggunakan
paru dengan Batas paru hepar : ICS 4- ICS premitus sama. telapak tangan, taktil
PARU : menggunakan telapak 6 Perkusi : premitus sama.
Inspeksi : simetris tangan, taktil premitus Batas atas kiri jantung : ICS 2 Batas paru hepar : ICS 4- Perkusi :
Palpasi : sama. - ICS 3 ICS 6 Batas paru hepar : ICS 4-
kesimetrisan paru Perkusi : Batas atas kanan. jantung: Batas atas kiri jantung : ICS ICS 6
dengan Batas paru hepar : ICS 4- ICS 2- ICS 3. 2 - ICS 3 Batas atas kiri jantung :
menggunakan ICS 6 Batas kiri bawah jantng linea Batas atas kanan. jantung: ICS 2 - ICS 3
telapak tangan, taktil Batas atas kiri jantung : media clavicularis ICS kekiri. ICS 2- ICS 3. Batas atas kanan. jantung:
premitus sama. ICS 2 - ICS 3 Auskultasi : Batas kiri bawah jantng ICS 2- ICS 3.
Perkusi : Batas atas kanan. Vesikuler linea media clavicularis ICS Batas kiri bawah jantng
Batas paru hepar : jantung: ICS 2- ICS 3. kekiri. linea media clavicularis
ICS 4- ICS 6 Batas kiri bawah jantng Auskultasi : ICS kekiri.
Batas atas kiri linea media clavicularis Vesikuler Auskultasi :
jantung : ICS 2 - ICS ICS kekiri. Vesikuler
3 Auskultasi :
Batas atas kanan. Vesikuler
jantung: ICS 2- ICS
3.
Batas kiri bawah
jantng linea media
clavicularis ICS
kekiri.
Auskultasi :
Vesikuler
10 Abdomen Inspeksi : Inspeksi : Inspeksi : Inspeksi : Inspeksi :
Simetris, lesi (-), Simetris, lesi (-), jejas (-), Simetris, lesi (-), jejas (-), Simetris, lesi (-), jejas (-), Simetris, lesi (-), jejas (-),
jejas (-), benjolan (-) benjolan (-) benjolan (-) benjolan (-) benjolan (-)
Palpasi : Palpasi : Palpasi : Palpasi : Palpasi :
nyeri tekan (-) nyeri nyeri tekan (-) nyeri nyeri tekan (-) nyeri lepas (-), nyeri tekan (-) nyeri lepas nyeri tekan (-) nyeri lepas
lepas (-), massa (-) lepas (-), massa (-) massa (-) (-), massa (-) (-), massa (-)
Perkusi : Perkusi : Perkusi : Perkusi : Perkusi :
tympani pada hepar, tympani pada hepar, tympani pada hepar, pekak tympani pada hepar, pekak tympani pada hepar, pekak
pekak pada gaster. pekak pada gaster. pada gaster. pada gaster. pada gaster.
Auskultasi: Auskultasi: Auskultasi: Auskultasi: Auskultasi:
Bising usus (+) Bising usus (+) Bising usus (+) Bising usus (+) Bising usus (+)
11 ekstremitas Ekstremitas atas : Ekstremitas atas : Ekstremitas atas : tidak ada Ekstremitas atas : tidak ada Ekstremitas atas : tidak
sering mengeluh jari mengeluh nyeri di siku keluhan pada ekstremitas atas keluhan pada ekstremitas ada keluhan pada
tangan kaku dan Ekstremirtas bawah : Ekstremirtas bawah : atas ekstremitas atas
mati rasa Sering nyeri lutut saat Tidak ada keluhan pada Ekstremirtas bawah : Ekstremirtas bawah :
Ekstremirtas bawah : cuac dingin ekstremitas bawah. Tidak ada keluhan pada Tidak ada keluhan pada
Sering sulit berjalan Kekuatan otot : penuh Kekuatan otot : penuh ekstremitas bawah. ekstremitas bawah.
apabila sudah duduk 5555 5555 5555 5555 Kekuatan otot : penuh Kekuatan otot : penuh
di lantai 5555 5555 5555 5555 5555 5555 5555 5555
Kekuatan otot : 5555 5555 5555 5555
setengah
5555 5555
5555 5555
10. Harapan hidup

Keluarga berharap Tn.T dan Ny.S selalu diberika kesehatan dan semangat dalam
menjalani hidup, dan Tn.S dan Ny.R berharap anak-anaknya menjadi orang yang sukses
dan berguna. Ny.R juga berharap agar asam uratnya berkurang. Ny.S ingin memahami
lebih banyak lagi tentang bagaimana perawatan penyakit asam urat dan
penanggulangannya.

11. Data fokus


Data Subjektif Data Objektif
- Ny. S sering mengeluhkan - Keluarga jarang makan terlambat
merasa nyeri pada malam hari dan selalu makan pagi, kecuali
apabila cuaca sangat dingin. An.R yang sering makan
- Ny. S mengatakan kalau lututnya terlambat dan jarang makan pagi
sering terasa nyeri pada pagi hari - Tn. T tampak meringis pada
- Tn. T juga mengatakan kalau malam hari menahan nyeri pada
lututnya nyeri pada malam hari lututnya.
- Tn T dan Ny S seing merasakan - Ny S terlihat sulit menuntaskan
kalau tangannya lemas tidak aktifitas sehari hari karena
berdaya sesekali menahan nyeri persendiannya
- Tn T mengatakan terkadang - Ny S terlihat sangat was was
merasa depresi dengan kondidi dalam menjalankan aktifitas
kesehatannya yang memburuk sehari hari
- Ny S mengatakan sangat measa - Pola tidur Ny S dan Tn T berubah
takut mengalami cedera akibat karena sering measa nyeri
kondisi yang tidak stabil persendian saat malam hari
- Tn T dan Ny S mengatakan sulit - Tn T dan Ny S terlihat hanya
menggerakkan kaki saat hari mementingkan diri sendiri karena
dingin pada siang hari kondisi yang dialaminya
- Ny S mengatakan tidak mau - Tn T terlihat sulit untuk
banyak bergerak karena takut mengikuti anjuran dari anaknya,
merasakan nyeri - Ny S terlihat keliru terhadap
- Tn T dan Ny S mengatakan kondisinya,
sangat cemas apabila beraktifitas - Tn T dan Ny S sering ke bidan
yang banyak geraknya setempat dan hanya minum obat
- Saat berkumpul dengan keluarga, yang diberi bidan
Ny S sering menanyakan - Tn T dan Ny S sering berselisih
kondisinya kepada anak pendapat terkait kondisi yang
bungsunya dirasakan
- Tn T dan Ny S mengatakan - Otot Ny S terlihat mengalami
sering membuka google untuk penurunan
mencari tau tentang kondisinya, - Dalam keseharian, NY S dan Tn
namun takut salah informasi
- Ny S mengatakan kadang sudah T hanya duduk duduk saja
diberi beberapa anjuran oleh - Ny S terlihat susah untuk
nakes sekitar, tapi kadang lupa menggerakkan tangannya saat
cara menjaga kesehatannya hendak melakukan aktifitas
- An R mengeluhkan sering sakit - Tn T terlihat tidak mampu
perut ketika asam lambungnya menyelesaikan aktifitas sehari
naik/ketika telat makan hari kaena terlihat lemah
- An R mengatakan punya riwayat - Keluarga Tn.S tampak
magh mengekspresikan keinginan untuk
- Ny S mengatakan sulit untuk mengelola masalah kesehatan dan
berdiri dan berjalan setelah pencegahannya
duduk lama di lantai - Keluarga tampak bertanya
bagaimana cara meningkatkan
status kesehatannya
- Keluarga tampak ingin mencoba
merubah kebiasaan hidupnya
- TTV Ny.S
TD: 125/90 mmHg
N: 85x/i
RR: 21x/i
S: 36,5ºC

B. Analisa Data

No Data Diagnosa

1. DS: Nyeri kronis b/d kondisi


1. Tn. T tampak meringis pada malam hari
muskuloskeletal kronis d/d
menahan nyeri pada lututnya.
mengeluh nyeri dan
2. Ny S terlihat sulit menuntaskan aktifitas
sehari hari karena menahan nyeri merasa depresi
persendiannya
3. Ny S terlihat gelisah dalam melakukan
aktifitas sehari hari
DO:
4. Ny. S sering mengeluhkan merasa nyeri
pada malam hari apabila cuaca sangat
dingin.
5. Tn T mengatakan terkadang merasa
depresi dengan kondidi kesehatannya
yang memburuk

2 DS: Gangguan mobilitas fisik


b/d kekakuan sendi , nyeri
1. Ny S mengatakan sulit untuk berdiri dan
dan kecemasan d/d
berjalan setelah duduk lama di lantai mengeluh sulit
menggerakkan
2. Ny. S sering mengeluhkan merasa nyeri
ekstermitas
pada malam hari apabila cuaca sangat
dingin.
3. Ny. S mengatakan kalau lututnya sering
terasa nyeri pada pagi hari
4. Tn. T juga mengatakan kalau lututnya
nyeri pada malam hari

DO:
5. Ny S terlihat sulit menuntaskan aktifitas
sehari hari karena menahan nyeri
persendiannya
6. Ny S terlihat sangat was was dalam
menjalankan aktifitas sehari hari
7. Otot Ny S terlihat mengalami penurunan
8. Dalam keseharian, NY S dan Tn T hanya
duduk duduk saja
9. Ny S terlihat susah untuk menggerakkan
tangannya saat hendak melakukan
aktifitas
10. Tn T terlihat tidak mampu menyelesaikan
aktifitas sehari hari kaena terlihat lemah

3 DS: Defisit pengetahuan b/d


1. Tn T dan Ny S mengatakan sering kurang terpapar informasi
membuka google untuk mencari tau d/d menanyakan masalah
tentang kondisinya, namun takut salah yang dihadapi
informasi
2. Pola tidur Ny S dan Tn T berubah karena
sering measa nyeri persendian saat
malam hari
3. Tn T dan Ny S terlihat hanya
mementingkan diri sendiri karena kondisi
yang dialaminya
4. Tn T terlihat sulit untuk mengikuti
anjuran dari anaknya,
5. Ny S terlihat keliru terhadap kondisinya,

DO:
6. Keluarga Tn.S tampak mengekspresikan
keinginan untuk mengelola masalah
kesehatan dan pencegahannya
7. Keluarga tampak bertanya bagaimana
cara meningkatkan status kesehatannya
8. Keluarga tampak ingin mencoba merubah
kebiasaan hidupnya

Rencana Asuhan Keperawatan


N SDKI SLKI SIKI
O
1. Nyeri kronis b/d kondisi Setelah dilakukan a.Manajemen nyeri
muskuloskeletal kronis d/d :
tindakan - identifikasi lokal, karakteristik,
1. Tn. T tampak
keperawatan durasi, frekuensi, kualitas dan
meringis pada
selama 3x24 jam intensitas nyeri
malam hari menahan
diharapkan nyeri -identifikasi skala nyeri
nyeri pada lututnya.
pasien menjadi - identifikasi skala nyeri
2. Ny S terlihat sulit
berkurang dengan Identifikasi pengetahuan dan
menuntaskan
KH: keyakinan tentang nyeri
aktifitas sehari hari
 Keluhan -Monitor keberhasilan terapi
karena menahan
nyeri komplementer
nyeri persendiannya
2(cukup - monitor efek samping penggunaan
3. Ny S terlihat gelisah
meningkat) analgesik
dalam melakukan
– 4 (cukup 2. terapi relaksasi
aktifitas sehari hari
menurun) - ciptakan lingkungan yang tenang
DO:  Meringis 3 dan tanpa gangguan
4. Ny. S sering (sedang) – -Berikan informasi tertulis tentang
mengeluhkan merasa 4 (cukup persiapan dan prosedur teknik
nyeri pada malam menurun) relaksasi
hari apabila cuaca  Gelisah 4 - Gunakan pakaian longgar
sangat dingin. (cukup - Gunakan relaksasi sebagai strategi
5. Tn T mengatakan menurun) – penunjang analgetik atau tindakan
terkadang merasa 5 medis lain
depresi dengan (menurun) - Gunakan nada suara lembut dengan
kondidi irama lambat
kesehatannya yang -jelaskan tujuan, manfaat, dan
memburuk batasan yang tersedia
- Jelaskan secara rinci intervensi
relaksasi yang dipilih
- Anjurkan mengambil posisi yang
nyaman
- Anjurkan sering mengulang atau
melatih teknik yang dipilih
2. Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan 1. Dukungan mobilisasi
b/d kekakuan sendi , nyeri tindakan a. Identifikas adanya nyeri atau
dan kecemasan d/d:
keperawatan keluhan fisik lainnya
1. Ny S mengatakan
selama 3x24 jam b. Identifikasi toleransi fisik
sulit untuk berdiri
diharapkan pasien melakukan pergerakan
dan berjalan setelah
mampu beraktifitas c. Monitor frekuensi jantung dan
duduk lama di lantai
dengan baik tekanan darahsebelum memulai
2. Ny. S sering
dengan KH: mobilisasi
mengeluhkan merasa
 Siku 3 d. Fasilitasi aktifitas mobilisasi
nyeri pada malam
(sedang)-5 dengan alat bantu
hari apabila cuaca
(meningkat e. Fasilitasi melakukan pergerakan
sangat dingin.
) f. Libatkan keluarga untuk
3. Ny. S mengatakan
 Lutut 2 membantu pasien dalam
kalau lututnya sering
(cukup meningkatkan pergerakan
terasa nyeri pada
menurun)- g. Jelaskan tujuan dan prosedur
pagi hari
4 (cukup mobilisasi
4. Tn. T juga
meningkat) h. Anjurkan melakukan mobilisasi
mengatakan kalau
dini
lututnya nyeri pada
i. Ajarkan mobilisasi sederhana
malam hari
yang harus dilakukan

DO:
5. Ny S terlihat sulit
menuntaskan
aktifitas sehari hari
karena menahan
nyeri persendiannya
6. Ny S terlihat sangat
was was dalam
menjalankan
aktifitas sehari hari
7. Otot Ny S terlihat
mengalami
penurunan
8. Dalam keseharian,
NY S dan Tn T
hanya duduk duduk
saja
9. Ny S terlihat susah
untuk menggerakkan
tangannya saat
hendak melakukan
aktifitas
10. Tn T terlihat tidak
mampu
menyelesaikan
aktifitas sehari hari
kaena terlihat lemah

3. Defisit pengetahuan b/d Setelah dilakukan Edukasi kesehatan


kurang terpapar informasi
tindakan 1. identifikasi kesiapan dan
d/d:
1. Tn T dan Ny S keperawatan kemampuan menerima informasi
mengatakan sering selama 3x24 jam 2. identifikasi faktor faktor yang
membuka google diharapkan dapat meningkatkan dan
untuk mencari tau pengetahuan menurunkan motivasi PHBS
tentang kondisinya, pasien menjadi 3. sediakan materi dan media penkes
namun takut salah meningkat dengan 4. jadwalkan pendidikan kesehatan
informasi KH: sesuai kesepakatan
2. Pola tidur Ny S dan  Prilaku 5. Berikan kesempatan untuk
Tn T berubah karena sesuai bertanya
sering measa nyeri anjuran 2 6. Jelaskan faktor resiko yang dapat
persendian saat (cukup mempengaruhi kesehatan ajarkan
malam hari menurun)- prilaku hidup bersih dan sehat
3. Tn T dan Ny S 4 (cukup 7. Ajarkan strategi yang dapat
terlihat hanya meningkat) digunakan untuk meningkatka PHBS
mementingkan diri  Verbalisasi a.
sendiri karena minat a
kondisi yang dalam
dialaminya belajar 3
4. Tn T terlihat sulit (sedang)- 5
untuk mengikuti (meningkat
anjuran dari )
anaknya,  Prilaku
5. Ny S terlihat keliru sesuai
terhadap kondisinya, dengan
pengetahua
n 2 (cukup
DO:
menurub) –
6. Keluarga Tn.S
5
tampak
(meningkat
mengekspresikan
)
keinginan untuk
mengelola masalah
kesehatan dan
pencegahannya
7. Keluarga tampak
bertanya bagaimana
cara meningkatkan
status kesehatannya
8. Keluarga tampak
ingin mencoba
merubah kebiasaan
hidupnya
BAB IV

CRITICAL REVIEW EVIDENCE BASE

A. Jurnal Keperawatan Komplementer

1. Judul

Pengaruh pemberian jus sirsak terhadap penurunan kadar asam urat pada ansia di
pumpungan IV RT 03 RW 02 Kecamatan Sukolilo Surabaya

2. Kata Kunci

Lansia, jus sirsak, kadar asam urat

3. Penulis

Sosilo Yobel

B. Analisa Jurnal Pico

1. P ( PROBLEM)

Lanjut usia merupakan kelompok usia yang beresiko terhadap berbagai macam
penyakit,salah satunya yaitu peningkatan kadar asam urat dalam darah. Tingginya kadar asam
urat dapat ditangani dengan upaya terapi non farmakologi berupa pemberian jus sirsak. Jus
sirsak berfungsi sebagai antioksidan yang dapat mengurangi terbentuknya asam urat dan
analgesik yang dapat meredakan rasa nyeri akibat asam urat.

2. I ( INTERVENSI)

Penelitian ini menggunakan desain penelitian pre-experiment designs dengan rancangan one
group pretestpostest untuk mengidentifikasi pengaruh pemberian jus sirsak terhadap
penurunan kadar asam urat. Teknik sampling yang digunakan secara non probability
sampling dengan teknik purposive sampling, didapatkan 28 peserta yang memenuhi kriteria.
Analisa data dalam penelitian ini menggunakan uji statistic paired t-test.

3. C ( COMPARISON)

A. Data sebelum pemberian jus sirsak

Menunjukkan bahwa 28 Lansia sebelum di lakukan pemberian jus sirsak mununjukkan nilai
seluruhnya 100%. Mengalami kadar asam urat. Dan sesudah dilakukan pemberian jus sirsak
menunjukkan sebagian besar tidak mengalami penurunan 53% dan hampir setengahnya
mengalami penurunan 46%. Hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan uji paired t-test
dengan confidence interval of the difference 95% didapat nilai signifikan = 0.000 berarti
p<0.05 maka H1 diterima artinya ada pengaruh pemberian jus sirsak terhadap penurunan
kadar asam urat pada lansia di Pumpungan IV RT 03 RW 02 Kec Sukolilo, Surabaya.
Sedangkan H0 ditolak yang artinya tidak ada pengaruh pemberian jus sirsak terhadap
penurunan kadar asam urat.

B. Kadar Asam Urat Lansia Sesudah Diberikan Jus Sirsak

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar asam urat lansia sesudah diberikan
jus sirsak adalah hampir setengahnya normal 46%. Kandungan buah sirsak tersusun atas 67%
daging buah yang dapat dimakan, 20% kulit, 8,5% biji, dan 4% poros tengah buah, dari berat
keseluruhan buah. Buah sirsak banyak mengandung air dan serat, kandungan zat gizi
terbanyak dalam sirsak adalah karbohidrat. Salah satu jenis karbohidrat pada buah sirsak
adalah gula preduksi (glukosa dan fruktosa) dengan kadar 81,9 - 93,6% dari kandungan gula
total. Buah sirsak mengandung sedikit lemak yaitu 0,3 gram/ 100 gram, sehingga sangat baik
untuk kesehatan. Vitamin yang paling dominan pada buah sirsak adalah vitamin C, yaitu
sekitar 20 mg/100 gram daging buah (Joe, 2012). Sirsak merupakan tanaman yang paling
banyak di tanam di daerah yang cukup berair, tanaman ini mudah ditanam dan harganya pun
cukup murah. Selain itu buah sirsak dapat dimanfaatkan untuk menurunkan kadar asam urat.
Pemberian jus sirsak dilakukan dalam waktu 1x sehari selama 1 minggu dengan 500 ml jus
sirsak.

C. Pengaruh Pemberian Jus Sirsak Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat

Berdasarkan uji statistik Paired t Test yang diperoleh hasil nilai signifikansi = 0.000 berarti
p<0.05 maka H1 diterima atau Ho ditolak yang artinya tidak ada pengaruh pemberian jus
sirsak terhadap penurunan kadar asam urat pada Lansia Di Pumpungan IV RT 03 RW 02 Kec
Sukolilo.

4. O ( OUTCOME)

Pemberian jus sirsak dapat digunakan sebagai alternative lain untuk mengurangi kadar asam
urat. sebagai tenaga kesehatan dapat memberikan terapi non farmakologi berupa pemberian
jus sirsak bagi lansia yang mengalami peningkatan kadar asam urat. selain itu perlu juga
pengaturan pola makan dan pola hidup sehat demi mencegah komplikasi yang lebih berat.

Anda mungkin juga menyukai