Anda di halaman 1dari 1

Dalam bidang keilmuan Filsafat Ilmu, desakan agar seorang muslim melepas

keislamannya juga bisa ditemukan dalam buku-buku ajar tentang Filsafat. Manusia, dengan
akalnya semata, tidak akan mampu merumuskan dengan tepat tentang asal-usul alam semesta
dan apa tujuan penciptaannya. Semua itu hanya mungkin didapat dari wahyu. Sebab, itu
merupakan rahasia Ilahi dan peristiwa yang sudah jutaan tahun terjadi. Yang terjadi
kemudian hanyalah menduga-duga dan berspekulasi, yang dijustifikasi sebagai “berfilsafat”.
Padahal, untuk hal-hal yang di luar jangkauan akalnya, manusia telah diberikan
informasi oleh Allah Swt melalui wahyu yang diturunkan kepada Nabi-Nya. Lucunya,
spekulasi akal itu dianggap sebagai "ilmiah”. Tetapi, informasi dari Al-Qur'an tidak diakui
sebagai ilmiah.
Hingga kini, tidak sedikit buku ajar di sekolah dan Perguruan Tinggi yang menolak
campur tangan Tuhan, karena agama dianggap tidak ilmiah; agama dianggap sebagai dogma.
Akibatnya, manusia memaksakan sendiri akalnya untuk mencari-cari asal-usulnya, sampai-
sampai dengan bangga para ilmuwan itu menyatakan, bahwa nenek moyang mereka
sebenarnya adalah makhluk sejenis kera bernama hominid. Cara pandang keilmuan itu pun
salah. Sebab, hanya mendefinisikan "manusia" sebagai entitas jasadiah semata; menolak
entitas "ruh” sebagai fakta dan objek ilmu yang seharusnya dipahami berdasarkan wahyu.
Karena wahyu tidak dipandang sebagai sumber ilmu, maka "ruh" dianggap tidak ada. Jika
yang ditelaah dari manusia hanya tulang belulang, maka simpulan akhirnya bukan “Sejarah
Manusia" tetapi “Sejarah Tulang Manusia".
Manusia-manusia yang tidak sampai menemukan dan mengenal Allah dalam aktivitas
kehidupannya, maka pasti mereka akan menjalani kehidupan seperti binatang, yang
aktivitasnya hanya makan-makan dan senang-senang (Q.s. Muhammad [47]: 12). Apa yang
di dapat seorang ketika melepas Islam adalah kehampaan dan kesia-kesiaan. Hidupnya hanya
akan mengejar pemuasan hawa nafsu. Bahkan, hawa nafsu akan dijadikan sebagai Tuhannya
(Q.s. al-Jâtsiyah [45]: 23). Dalam bahasa Al-Qur`an, manusia-manusia yang telah membuang
ayat-ayat Allah dan hanya mengikuti hawa nafsu, maka perumpamaan mereka seperti anjing
(Q.s. al-A'râf [7]: 175-176).
Padahal, manusia akan merasakan kebahagiaan yang sejati jika berada dalam kondisi
berzikir kepada Allah. Karena itu, jika ingin menikmati hidup sejahtera dan bahagia, jangan
sekali-kali melepas Islam! Walau pun hanya sesaat. Ingatlah, Allah selalu melihat dan
mengetahui apa yang kita kerjakan. Semuanya tercatat dan terekam dengan rapi, untuk
diperlihatkan kepada kita semua, dalam satu Pengadilan Akhir di Hari Kiamat.
Semoga kita semua diberi kemampuan untuk memahami mana yang benar itu benar
dan kemampuan untuk mengikuti kebenaran itu. Dan juga kita ditunjukkan mana yang salah
itu salah dan diberi kemampuan untuk menjauhinya. Kita diseru oleh Allah Swt agar benar-
benar meneguhkan ketakwaan kita kepada Allah dan jangan sampai mati kecuali dalam
keadaan ber-Islam, tidak murtad (Q.s. Ali 'Imran [3]: 102).
Karena itulah, kita berdoa dan berusaha sungguh-sungguh agar kebenaran yang telah
sampai pada kita sebagaimana dijelaskan dalam ayat-ayat Allah Swt jangan sampai lepas,
sehingga kita menjadi makhluk laksana anjing, sebagaimana dijelaskan dalam Surat al-A'râf
(7) ayat 176. Kita sudah menjadi Muslim. Dan semoga kita tetap Muslim, sampai akhir hayat
kita. Amin.

Anda mungkin juga menyukai