Tujuan Percobaan :
1. Menggunakan jangka sorong dan micrometer
skrup sebagai pengukur panjang dan tebal, dan
neraca house sebagai pengukur massa suatu benda.
2. Menentukan massa jenis benda homogeny yang
berbentuk teratur(simetris).
3. Menentukan angka ketidak pastian hasil
pengukuran.
A. Latar Belakang
1
B. Dasar Teori
Micrometer skup mempunyai nonius dalam bentuk skala putar yang terdiri
atas 50 skala (untuk 1 x putaran yang sama harganya dengan jarak 1 skala utama).
Micrometer skrup mempunyai nonius dalam bentuk skala utama dan skala nonius.
Skala utama ditunjkkan oleh silinder lingkaran dalam. Sedangkan skala nonius ini
ditunjukkan oleh selubung lingkaran.
Secara umum jangka sorong memiliki 2 jenis skala pertama tertera pada
rahang utama jangka sorong skala ini disebut skala tetap. Skala ke dua tertera
pada rahang yang bergerak di sebut skala nonius atau skala vernier. Pengukuran
panjang sisi luar suatu benda dapat dilakukan dengan menjepit benda yang ingin
di ukur dengan menggunakan rahang jangka sorong yang besar.
2
Hasil pengukuran dapat di ketahui dengan menggabungkan pembacaan
skala tetap dan skala nonius. Caranya adalah sebagai berikut.
1. Tentukan pembacaan skala tetap yang sejajar dengan angka nol pada skala
nonius. Jika tidak sejajar gunakan pembacaan terdekat yang lebih kecil
misalnya pembacaan skala tetap yang sejajar dengan angka pada skala
nonius berada di antara 2,4 dan 2,5. Besarnya pengukuran yang di gunakan
adalah 2,4 cm.
2. Cari garis pada skala nonius yang tepat berimpit dengan salah satu garis
pada skala tetap. Hasih pada skala nonius di kalikan dengan ketelitian
jangka sorong yaitu 0,1 mm.
3. Jumlahkan kedua hasil pengukuran tersebut.
1. Lengan depan memiliki anting logam yang dapat di geser dengan skala 0,1
0,2 0,3 …… 10 gr terdiri dari 10 skala tiap skala 1 gr
2. Lengan tengah dengan anting lengan dapat di geser dengan tiap skala 100
gr dengan skala dari 0,100, 200…..500 gr
3. Lengan belakang dengan anting lengan dapat di geser dengan tiap skala 10
gr dari skala 0,10, 20….100 gr
3
C. Alat dan Bahan
1. Jangka sorong
2. Micrometer skrup
3. Neraca ohouss
4. Kubus aluminium
5. Kelereng
D. Prosedur Percobaan
1. Diukur massa kubus dan silinder aluminium atau kelereng dengan
menggunakan neraca o’house.
2. Digunakan jangka sorong untuk mengukur panjang sisi-sisi kubus
sebanyak 5 kali pengulangan pada posisi yang berbeda.
3. Diukur diameter kelereng dengan menggunakan micrometer skrup
sebanyak 5 kali pengukuran.
4. Dibuat table pengamatan untuk penyusunan data hasil pengukuran yang
telah dilakukan.
4
E. Data Pengamatan
No SU(cm) SN(mm) D 1 4 m
r= D V= π r3 ρ=
2 3 v
1 16,5 mm 49 mm 1,635 cm 0,817 cm 2,281 cm3 2,235 gr/m3
2 16,5 mm 2 mm 1,514 cm 0,757 cm 1,812 cm3 2,814 gr/m3
3 16,5 mm 33 mm 1,515 cm 0,757 cm 1,812 cm3 2,814 gr/m3
4 16,5 mm 36 mm 1,632 cm 0,816 cm 2,272 cm3 2.244 gr/m3
5 16,5 mm 30 mm 1,63 cm 0,815 cm 2,264 cm3 2,252 gr/m3
F. Pengolahan Data
1. kubus alunium
S1 = d = Sn + (Sn.Kt)
= 1,9 cm + ¿0,01m)
= 1,9 cm + 0,09 cm
=1,99 cm
5
=1,8 cm + (1 . 0,01 cm)
=1,8 cm + 0,01 cm
=1,81 cm
=1,8 cm + 0,08 cm
=1,88 cm
=1,9 cm +0,01
= 19,1 cm
=1,9 cm +0,02 cm
= 1,92 cm
V1 = S3
= (1,99 cm)3
= 7,880 cm3
6
V2 =S3
=(1,81 cm)3
=5,929 cm3
V3 =S3
=(1,88)3
= 6,644 cm3
V4 =S3
= (19,1)3
= 6,967 cm3
V5 =S3
= (1,92)3
=7,077 cm3
21,4 g
=
7,880 cm3
gr
= 2,715
cm 3
m
ρ2=
v2
7
21,4 g
=
5,929 cm3
gr
= 3,609
cm 3
m
ρ3=
v3
214 g
=
6,644 cm3
gr
= 3,220
cm 3
m
ρ4 =
v4
21,4 g
=
6,967 cm3
gr
= 3,071
cm 3
m
ρ5=
v5
21,4 g
=
7,077 cm3
gr
= 3,023
cm 3
8
= 16 mm + (35.0,01 mm)
= 16 mm + 0,35 mm
= 16,35mm
= 1,635cm
D2= su + (Sn.Kt)
= 15 mm + (14.0,01mm)
= 15 mm +( 0,14)mm
= 15,14mm
= 1,514cm
D3 = su + (Sn.Kt)
= 15mm + (15 mm .0,01)
= 15mm + (0,01) mm
= 15,15mm
= 1,515cm
D4 = su + (Sn.Kt)
= 16 mm + (32.0,01mm)
= 16 mm + 0,325mm
= 1,632cm
D5 = su + (Sn.Kt)
= 16 mm + (30.0,01mm)
= 16 mm + 0,3 mm
= 16,3 mm
= 1,63 cm
9
Mencari jari-jari
1
R1 = . D1
2
1
= . 1,635cm
2
= 0,817cm
1
R2 = . D2
2
1
= . 1,514cm
2
= 0,757cm
1
R3 = . D3
2
1
=
2∙ 1,515 cm
= 0,757m
1
R4 = . D4
2
1
= . 1,632cm
2
= 0,816 cm
1
R5 = . D5
2
1
= . 1,63cm
2
= 0,815 cm
Mencari volume
4
V1 = πr3
3 1
10
4
= . 3,14. (0,817 cm)3
3
= 4,186.(0,545 cm3)
= 2,281 cm3
4
V2 = πr3
3 2
4
= . 3,14 . (0,757)3
3
= 4,186 . 0,433
= 1,812cm3
4
V3 = πr3
3 3
4
= . 3,14 . (0,757)3
3
= 4.186 . 0,433 cm3 .
= 1,812cm3
4
V4 = πr3
3 4
4
= . 3,14 . (0,81625)3
3
= 4,186 . 0,543 cm3
= 2,272cm3
4
V5 = πr3
3 5
4
= . 3,14 . (0,815)3
3
= 4,186 . 0,541 cm3
= 2,264cm3
11
Mencari massa jenis
m
ρ1 =
v1
5 ,1 gr
=
2,281cm3
gr
= 2,235
cm 3
m
ρ2=
v2
5,1 gr
=
2,812cm3
gr
= 2,814
cm 3
m
ρ3=
v3
5,1 gr
=
2,812cm3
gr
= 2,814
cm 3
m
ρ4 =
v4
5,1 gr
=
2,272cm3
gr
= 2,244
cm 3
m
ρ5=
v5
5,1 gr
=
2,264 cm 3
gr
= 2,252
cm 3
12
G. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Jangka sorong adalah salah satu alat ukur yang digunakan untuk
mengukur panjang, yang memiliki ketelitian 0,1 mm atau 0,01 cm.
Digunakan untuk mengukur diameter, tebal dan kedalaman benda.
Mikrometer sekrup adalah alat yang digunakan untuk mengukur
panjang benda yang memiliki ukuran maksimum sekitar 2,5 cm.
Sedangkan Neraca O’house digunakan unruk mengukur massa suatu
benda.
Untuk menentukan massa jenis benda homogen yaitu benda-benda
yang memiliki komposisi atau struk yang sama pada seluru
m
volumenya. Dengan persamaan : ( ρ= ).
v
13
Angka ketidak pastian dapat ditentukan dengan: ∆ x=1/2 skala
terkecil alat tersebut.
2. Saran
Terima kasih kepada kakak asisten yang telah mengajarkan kami
dalam pratikum. Semoga dapat pertahankan cara mengajar, agar
kedepannya lebih baik.
m
ρ1=
v1
21,4 g
=
7,880 cm3
14
gr
= 2,715
cm 3
m
ρ2=
v2
21,4 g
=
5,929 cm3
gr
= 3,609 3
cm
m
ρ3=
v3
214 g
=
6,644 cm3
gr
= 3,220
cm 3
m
ρ4 =
v4
21,4 g
=
6,967 cm3
gr
= 3,071
cm 3
m
ρ5=
v5
21,4 g
=
7,077 cm3
gr
= 3,023
cm 3
15
Ketidakpastian Mikrometer Skrup : ( kelereng)
m
ρ1 =
v1
5 ,1 gr
=
2,281cm3
gr
= 2,235
cm 3
m
ρ2=
v2
5,1 gr
=
2,812cm3
gr
= 2,814
cm 3
m
ρ3=
v3
5,1 gr
=
2,812cm3
gr
= 2,814
cm 3
m
ρ4 =
v4
5,1 gr
=
2,272cm3
gr
= 2,244
cm 3
m
ρ5=
v5
5,1 gr
=
2,264 cm 3
gr
= 2,252
cm 3
16
2. Tentukan kesalahan relatif antara massa jenis kubus aluminium dan
kelereng !
Jawab :
a. Kesalahan relatif pada massa jenis kubus aluminium :
Sd ( ρ)
Kr ¿ ×100 %
ρ
0,325
¿ ×100 %
3,127
¿ 0,103 x 100 %
= 10,3 %
Sd ( ρ)
Kr ¿ ×100 %
ρ
0,311
¿ ×100 %
2,471
= 0,125 x 100 %
¿ 12,5 %
Jawab:
17
perulangannya berbeda. Begitu pula dengan kelereng yang diukur tebalnya
menggunakan micrometer sekrup.
DAFTAR PUSTAKA
18
BAB II
A. Latar Belakang
19
B. Dasar Teori
Nilai sesaat dan nilai maksimum arus dan tegangan bolak - balik tidak
dapat ditentukan secara langsung dengan menggunakan amperemeter dan
voltmeter. Untuk mengukur nilai sesaat dan nilai maksimum maka dapat
digunakan dengan osiloskop.
20
Alat untuk mengukur beda potensial adalah voltmeter, alat ini
dipasang antara dua titik yang akan diukur beda potensial. Voltmeter
dihubungkan sejajar dengan lampu. Perlu diperhatikan bahwa voltmeter
mengukur beda potensial antara titik p dan q, bukan beda potensial listriknya.
Vab
Vab = nV → u =
V
21
Vd = Vab - V
Vd = nV - V
Vd = V ( n-1 )
I.Rd = I . rv ( n-1)
Rd = ( n-1 )rv
22
C. Alat dan Bahan
1. Voltmeter DC 1 buah
2. Amperemeter DC 1 buah
3. Hambatan variable ( reostard )
4. Power suplay
5. Kawat penghubung
D. Prosedur percobaan
a. Mengubah batas ukur ampermeter
1. Disusun rangakaian seperti gambar dibawah ini dan setelah itu
dihidupkan power suplay, kemudian diatur pembagi tegangan dan
hambatan variabel R H
Agar Ai dan A z menunjukan arus mencapai pada skala maksimum.
2. Dimatikan power suplay dan pasang hambatan paralel ( R p ) atau
hambatan shunt ( dipilih hambatan yang telah ) seperti yang telah
ditunjukkan pada gambar.
3. Dihidupkan kembali power suplay, kemudian diatur R H sehingga
amperemeter
A zpenuh, dibacalah arus yang ditunjukan pada A z dan Ai .
4. Diulangi percobaan untuk hambatan R p yang lain.
23
1. Disusun rangkaian seperti gambar berikut ini
2. Dihidupkan power suplay, diatur pengatur tegangan keluaran power
suplay dan R H sedemikian rupa sehingga voltmeter V, dan V z
menunjukkan skala maksimum.
3. Dihidupkan kembali power suplay, dan diatur R H sedemikian rupa
sehingga voltmeter V z menunjukkan skala penuh, bacalah tegangan
yang ditunjukkan pada masing - masing voltmeter.
4. Diulangi percobaan ini untuk hambatan shunt R s yang berbeda - beda.
24
E. Data pengamatan
1. Pada Ampermeter
2. Pada Voltmeter
Batas Batas
Vs Tegangan V1 Tegangan V1
Ukur Ukur
3 Volt 10 Volt 3,3 Volt 50 Volt 4 Volt
6 Volt 10 Volt 4,2 Volt 50 Volt 6 volt
9 Volt 10 Volt 9,4 Volt 50 Volt 9 volt
12 Volt 10 Volt - 50 Volt 11 volt
25
F. Pengolahan Data
1. Untuk mengubah batas ukur Amperemeter 3V
BU = 0,6 A
PJ
I1 = x BU
st
14 x 0,02
= x 0,6 A
0,6
= 0,28 A
PJ
I2 = x BU
st
10 x 0,02
= x 0,6 A
0,6
= 0,2 A
PJ
I3 = x BU
st
8 x 0,02
= x 0,6 A
0,6
= 0,16 A
Vs = 6 V
PJ
I1 = x BU
st
21 x 0,02
= x 0,6 A
0,6
26
= 0,42 A
PJ
I2 = x BU
st
17 x 0,02
= x 0,6 A
0,6
= 0,34 A
PJ
I3 = x BU
st
14 x 0,02
= x 0,6 A
0,6
= 0,28 A
Hambatan pada 3 v
V
R1 =
I
3v
=
0 ,28 A
= 10,7 Ω
V
R2 =
I
3v
=
0 ,2 A
= 15 Ω
V
R3 =
I
3v
=
0 ,14 A
27
= 21,4 Ω
Hambatan pada 6 V
V
R1 =
I
6v
=
0 , 42 A
= 14,2 Ω
V
R2 =
I
6v
=
0 ,34 A
= 17,6 Ω
V
R3 =
I
6v
=
0 ,28 A
= 42,8 Ω
Untuk mengubah batas ukur 3 A
Vs = 3 V
PJ
I1 = x BU
st
3 x 0,1
= x3A
3
= 0,3 A
28
PJ
I2 = x BU
st
2,5 x 0,1
= x3A
3
= 0,25 A
PJ
I3 = x BU
st
2 x 0,1
= x3
3
= 0,2 A
Vs = 6 V
PJ
I1 = x BU
st
8 x 0,1
= x3A
3
= 0,8 A
PJ
I2 = x BU
st
8 x 0,1
= x3A
3
= 0,6 A
29
PJ
I3 = x BU
st
4 x 0,1
= x3A
3
= 0,4 A
Hambatan pada 3 A
Vs = 3 V
V
R1 =
I
3v
=
0 ,3 A
= 10 Ω
V
R2 =
I
3v
=
0 ,25 A
= 12 Ω
V
R3 =
I
3v
=
0 ,2 A
= 15 Ω
Vs = 6 V
30
V
R1 =
I
6v
=
0,8 A
= 7,5 Ω
V
R2 =
I
6v
=
0,6 A
= 10 Ω
V
R3 =
I
6v
=
0,4 A
=15 Ω
PJ
V1 = x BU
st
16 x 0,2
= x 10 A
10
= 3,2 V
Vs = 6 V
31
PJ
V2 = x BU
st
21 x 0,2
= x 10 A
10
= 4,2 V
Vs = 9 V
PJ
V3 = x BU
st
47 x 0,2
= x 10
10
= 9,4 V
Vs = 12 V
PJ
V4 = x BU
st
=-
BU = 50 A
Vs = 3 V
PJ
V1 = x BU
st
4x1
= x 50 A
50
=4V
Vs = 6 V
32
PJ
V2 = x BU
st
6 x1
= x 50
50
=6V
Vs = 9 V
PJ
V3 = x BU
st
9 x1
= x 50 A
50
=9V
Vs = 12 V
PJ
V4 = x BU
st
11 x 1
= x 50
50
= 11 V
33
1. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
amperemeter harus dipasang seri dimana apabila dipasang paralel maka
arusnya tidak bisa dibaca atau jarumnya tidak bergerak sama sekali.
2. Saran
Buat kakak terutama sekali terimakasih karena telah mengajari kami
tentang percobaan ini kami sangat mengerti atas penjelasan kakak,tapi
tolong ketika kami melakukan percobaan tolong kakak perhatikan agar
kami lebih semangat,dan kamipun tidak salah dalam melakukan percobaan
ini.
34
H. Tugas dan Pertanyaan Akhir
1. Hitunglah Itot pada percobaan yang telah dilakukan
Jawab:
Pada batas ukur 0,6 A
Itot = I1 + I2 + 13
= 0,28 + 0,2 + 0,14 + 0,42 + 0,34 + 0,28
= 1,66 A
Pada batas ukur 3A
Itot = I1 + I2 + I3
= 0,3 + 0,25 + 0,2 + 0,8 + 0,6 + 0,4
= 2,55 A
2. Tentukan perbandingan antara batas ukur voltmeter V1 yang telah
dipasnag hambatan depan,kemudian tentukan pula hambatan dalam
voltmeter (Rv).
Jawab :
Pada batas ukur voltmeter 10 v pada hambatan dalam voltmeter
Vtot = VR1 + VR2 + VR3
= 3,2 + 4,2 + 9,4
= 16,8
Pada batas ukur 50 v hamabatan dalam voltmeter
Vtot = VR1 + VR2 + VR3 + VR4
= 4 + 6 + 9 + 11
= 30 V
35
Jika posisi amperemeter dan voltmeter dan amperemeter dipindah,
maka dan memberika nilai kuat arus yang berbeda, hingga nilai hambatan
nya juga berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Zailani,dkk. 1700 bank soal bimbingan pemantapan Fisika. Bandung : yrama
widya, 2006
Yusrizal. Fisika Dasar II. Banda Aceh : Syah Kuala Universitas Press, 2012
36
BAB III
ENERGI DAN DAYA LISTRIK
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita banyak menjumpai energi dan daya
listrik. Salah satu jenis energi yang banyak dimanfaatkan untuk kehidupan
manusia adalah energi listrik. Energi listrik merupakan salah stu faktor
penbdukung penting bagi kehidupan manusia karena banyak sekali peralatan
yang bisa kita gunalkan menggunakan listrik sebagai sumber energi nya.
Seperti pada televisi, setrika, mesin cuci, handphone, dan banyak lagi yang
lainnya.
37
B. Dasar Teori
Menurut Hendri Hartono, (2012:176). Menyatakan bahwa Energi
Listrik adalah besarnya energi listrik (W) yang mengalir pada sebuah
penghantar. Energi listrik (W) dapat dirumuskan W= q.V karena q= I.t→ W=
v.i t Daya listrik adalah besarnya energi listrik yang diperoleh untuk
mengalirkan arus listrik dalam penghantar tiap sekon. Dirumuskan :
W
P= .
t
Keterangan :
P = daya listrik (Watt)
W = energi listrik (Joule)
t = waktu (s)
v = beda potensial (Volt)
I= kuat arus (A)
W
atau kelajuan dalam melakukan usaha P = . Dalam kehidupan sehari-hari
t
dikenal pula satuan daya dengan sebutan daya kuda (horse power) yang
disingkat dengan hp atau dk. Satuan ini banyak digunakan untuk menyatakan
daya mesin kenderaan, daya pompa air, atau daya kompresos pada lemari es,
dan sistem pendingin ruangan (1 hp setara dengan 746 w). Daya juga dapat
dihubungkan dengan kecepatan gerak suatu benda P= F.V
Energi listrik adalah energi yang berkaitan dengan arus dan akumulasi
elektron. impan Energi listrik dalam jenis energi transisionalnya merupakan
38
aliran elektron melalui sebuah konduktor, sedangkan menurut jenis energi
tersimpan merupakan energi medan elektronik atau sebagai medan induksi.
dr
p=F . = F. V
dt
39
C. Alat dan Bahan
1. Voltmeter 2 buah
2. Amperemeter 2 buah
3. Reostart 1 buah
4. Power suplay 1 buah
5. Pegangan lampu E-10 3 buah
6. Lampu 3,8 volt, 0,3 A 3 buah
7. Kabel penghubung secukupnya.
D. Prosedur Percobaan
a. Arus pada tiap masing-masing bola lampu
1. Dirangkai alat seperti gambar di bawah ini.
2. Diukur tegangan total dan arus total pada rangkaian.
3. Diukur masing-masing arus pada bola lampu.
4. Diteliti ketergantungan daya (P) terhadap arus (I).
5. Dicatat kedalam table pengamatan.
40
b. Tegangan pada masing-masing bola lampu.
1. Dirangkaikan bola lampu secara paralel.
2. Diukur tegangan total arus total pada rangkaian.
3. Diukur masing-masing tegangan pada bola lampu.
4. Diteliti ketergantungan daya (P) terhadap arus (I).
5. Dicatat kedalam table pengamatan.
6. Dibuatlah tabel data pengamatan.
41
E. Data Pengamatan
F. Pengolahan Data
1. Untuk mencari arus dan tegangan total
42
Pj
I tot = x Bu
St
14 x 0.1
= x 3A
3
= 1.4 A
Pj
V tot = x Bu
St
21 x 0,1
= x 3v
3
= 2.1 V
V tot
R=
I tot
2.1 v
=
1.4 A
= 1.5 Ω
Pj
I1 = x Bu
St
6 x 0.1
= x3
3
= 0.6 A
Pj
I2 = x Bu
St
43
4 x 0.1
= x3
3
= 0.4 A
Pj
I3 = x Bu
St
4 x 0.1
= x3
3
= 0.4 A
Pj
V1 = x Bu
St
21 x 0.1
= x3V
3
= 2.1 V
Pj
V2 = x Bu
St
21 x 0.1
= x3V
3
= 2.1 V
Pj
V3 = x Bu
St
21 x 0.1
= x3V
3
44
= 2.1 V
P1 = V 1 . I1
= 2.1V . 0.6A
= 1.4 Watt
P2 = V 2 . I2
= 2.1V . 0.4A
= 0.84 Watt
P2 = V 3 . I3
= 2.1V . 0.4 A
= 0.84 Watt
45
G. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Daya listrik merupakan bagian dari besarnya beda potensial, kuat
arus hambatan dan waktu satuan daya adalah watt. Daya listrik adalah
usaha dibagi waktu dan ketergantungan daya terhadap arus dapat
disimpulkan bahwa pada sumber 3 V, nilai arus dayanya memiliki hasil
yang sama karena semakin besar tegangannya maka hasil dayanya
semakin besar, begitu juga pada tegangan jika nilai dayanya semakin besar
maka untuk hambatan atau tegangannya untuk nilai V1 V2 dan V3
mempunyai nilai yang sama dan dapat disimpulkan lagi bahwasannya
Amperemeter selalu dipasang secara seri terhadap rangkaian dan
Voltmeter dipasang secara paralel terhadap rangkaian dan apabila
penghambat arus dikecilkan maka arus yang masuk pada amperemeter
makin besar begitu juga sebaliknya.
2. Saran
Untuk kakak yang menjadi asisten praktikum, terima kasih karena
telah mengajarkan percobaan kepada kami. Mohon agar kakak
memperbanyak senyum, karena senyum itu adalah ibadah.
46
H. Tugas Dan Pertanyaan Akhir
2. Buatlah kesimpulan
Jawab :
Setelah melakukan percobaan ini maka dapat diambil kesimpulan
bahwa ampere meter selalu dipasang seri terhadap rangkaian dan
voltmeter dipasang pararel terhadap rangkaian.dan apabila penghambat
arus listrik dikecilkan maka arus yang masuk pada ampere meter makin
besar, begitu pula sebaliknya, dan apa bila tengangan sumber diperbesar
atau dibesarkan maka bola lampu akan menyala lebih terang, dan nilai
yang ditujukan pada amperemeter dan voltmeter sama, akan tetapi berbeda
hanya pada arus total dan volt totalnya.
47
DAFTAR PUSTAKA
Bambang Murdaka Eka Jati dan Tri Kuntoro Priyambodo. Fisika Dasar untuk
Mahasiswa Ilmu-Ilmu Eksakta dan Teknik. Yogyakarta: Andi Offset. 2008.
Efrizon Umar. Buku Pintar Fisika. Jakarta: Media Pusindo. 2008.
Hendi Hartono. Cara Cepat dan Mudah Menguasai Fisika SMA. Yogjakarta:
Indonesia Tera. 2012.
48
BAB IV
RANGKAIAN LISTRIK
A. Latar Belakang
Pada rangkain seri maka rangkain listrik yang disusun secara sejajar,
seperti baterai dalam senter umumnya disusun dalam rangkain seri. pada
rangkain pararel maka rangkaian listrik yang aisusun secara berderet atau
bercabang, seperti lampu yang dipasang di rumah pada umunya merupakan
rangkain pararel. Rangkain Listrik pararel adalah suatau rangkain listrik
dimana semua input komponen berasal dari sumber yang sama. Semua
49
komponen satu sama lain tersusun pararel. Hal ini lah yang menyebabakan
susunan pararel dalam rangkain listrik menghabiskan biaya yang lebih banyak
(kabel penghubung yang dibutuhkan lebih banyak) akan tetapi susunan pararel
ini memiliki kelebihan yaitu jika salah satu komponen dicabut atau rusak,
maka komponen yang lain tetap berfungsi sebagai mana mestinya.
B. Dasar Teori
Menurut Hendri Hartono (2012:165), menyatakan bahwa hambatan
dikatakan seri jika dipasang berurutann (bergandeng) seperti gambar dibawah ini:
b. Beda potensial (V) dengan beda potensiL masing-masing resistor sama besar.
50
Menurut Efrizon Umar (2008:187), menyatakan bahwa rangkain terbuka
adalah rangkain listrik yang ada bagiannya terputus atau terbuka. Sedangkan rangkain
tertutup adalah rangkain listrik yang semua komponennya tersambung. Arus listrik
adalah aliran muatan yang melewati suatu penghantar persatuan waktu. Arus listrik
q
mempunyai satuan colomb atau sekon atau ampere. I=
t
Keterangan :
q: jumlah muatan yang mengalir (C)
I: kuat arus listrik (A)
t: waktu yang diperlukan (S)
dari rangkain tersebut dapat diganti dengan sebuah hambatan penganti (Rs) besarnya
hambatan penganti (Rs) dirumuskan:
R s = R1+ R2 + R3 atau R AB = R1+ R2 + R3
keterangan:
R S : hambatan penganti seri atau hambatan total (Ω)
R1 : hambatan pertama (Ω)
R2 : hambatan kedua (Ω)
R3 : hambatan ketiga (Ω)
51
Sifat pada rangkain seri
1. kuat arus pada rangkain seri sama besar
2. beda potensial sumber sama dengan jumlah beda potensial pada masing-
masing resistor
hambatan dikatakan pararel, jika sejajar atau disususun secara berdamping seperti
ditdaunjukan pada gambar dibawah ini.
52
Selain suhu ada 3 faktor yang dapat mempengaruhi hambatan listrik yaitu
pertama hambatan jenis kawat (P) maka semakin besar hambatan jenis kawat semakin
besar juga hambatan listriknya kedua panjang kawat (L) maka semakin panjang
kawat semakin besar juga hambatan listriknya. Dan yang ketika luas penampang
kawat (A) semakin besar luas penampang kawat makin kecil hambatan listriknya.
L
Persamaan hambatan lstrik: R= p
A
D. Prosedur Percobaan
53
3. Dicatat nilai yang ditunjukkan oleh masing-masing voltmeter dan
amperemeter dalam tabel pengamatan di bawah ini.
4. Dirangkai alat-alat seperti gambar dibawah ini (susunan hambatan pararel)
54
E. Data Pengamatan
Sumber Teganagan V I P
Bola I 1,5 V 0,45 A 0,67 Watt
Bola II 1,95 V 0,45 A 0,87 Watt
Bola III 2V 0,45 A 0,9 Watt
Sumber Teganagan V I P
Bola I 5V 2,3 A 11,5 Watt
Bola II 5V 2,3 A 11,5 Watt
Bola III 5V 2,3 A 11,5 Watt
55
F. Pengolahan Data
1. Pada Rangkaian Seri
Untuk mencari nilai tegangan:
PJ
Np = × Bu
ST
3 x 0.5
= × 15
15
V 1 = 1.5 V
PJ
Np = × BU
ST
3,9 x o .5
= × 15
15
V 2= 1.95 V
PJ
Np = × BU
ST
4 x o .5
= × 15
15
56
V 3= 2 V
PJ
Np = × BU
ST
4,5 x 0.1
= ×3
3
I 1 = 0.45 A
PJ
Np = × BU
ST
4,5 x 0.1
= ×3
3
I 2= 0.45 A
PJ
Np = × BU
ST
4,5 x 0.1
= ×3
3
I 3= 0.45 A
57
= 0.67 Watt
P 2= V 2× I 2
= 1.95 V × 0.45 A
= 0.87 Watt
P3 = V 3 × I 3
= 2 V × 0.45 A
= 0,9 Watt
10 x 0,5
= × 15
15
V1 = 5 V
PJ
Np = × BU
ST
10 x 0,5
= × 15
15
V 2= 5 V
PJ
Np = × BU
ST
10 x 0,5
= × 15
15
58
V 3= 5 V
PJ
Np = × BU
ST
23 x 0.1
= ×3
3
I 1 = 2,3 A
PJ
Np = × BU
ST
23 x 0.1
= ×3
3
I 2= 2,3 A
PJ
Np = × BU
ST
23 x 0.1
= ×3
3
I 3= 23A
59
P2 = V 2 × I 2
= 5 V × 23 A
= 11,5 Watt
P3 = V 3 × I 3
= 5 V × 23 A
=11,5 Watt
1. Kesimpulan
Pada rangkaian seri, arus pada setiap bola mengalir sama tetapi hanya
tegangan dan arus pada sumber tegangan yang berbeda.
Pada rangkaian paralel, tegangan pada setiap lampu itu sama, tetapi arus
yang mengalir berbeda. Dan rangkaian paralel harus dihubungkan dengan
voltmeter untuk mengukur tegangan.
60
Untuk membuktikan rumus pengganti untuk rangkaian seri dan paralel.
Dimana pada rangkaian seri rumus hambatan pengganti berlaku Rp = R1 +
1 1 1
R2 + R3 ..., Sedangkan pada rangkaian paralel berlaku Rp= + +
R1 R2 R3
2. Saran
Terimakasih kepada kakak asisten yang telah membantu kami dalam
melakukan percobaan , semoga kedepannya lebih baik lagi.
1. Apa kesimpulan yang dapat diambil dari pengukuran beda potensial dan kuat
arus pada susunan hambatan seri.
Jawab
Kesimpulan dari pengukuran beda potensial dan kuat arus pada
hambatan seri adalah pada rangkaian seri, beda potensial pada sumber
tegangan lebih besar dari pada bola I dan bola II, III sama. Sedangkan kuat
61
arus pada sumber tegangan berbeda dengan bola I dan bola II,dan III . Akan
tetapi daya yang dihasilkan oleh sumber tegangan lebih besar dari pada bola
bola lampu I dan bola II dan III.
3. Apa kesimpulan yang dapat diambil dari hasil pegukuran beda potensial dan
kuat arus pada hambatan parare.
Jawab
Kesimpulan dari pengukuran beda potensial dan kuat arus pada
hambatan paralel adalah pada rangkaian paralel, beda potensial menghasilkan
kuat arus pada bola I dan bola II dan III dan juga sumber tegangan berbeda.
Tetapi beda potensialnya sama dan menghasilkan daya pada sumber tegangan
lebih besar dari pada bola-bola lampu I dan bola II dan III.
DAFTAR PUSTAKA
62
BAB V
TRASFORMATOR
63
Asisten Meja : Hafni Mauli Diana
A. Latar Belakang
Ketika membahas tentang listrik, tentu tida terlepas dari kuat arus, beda
potensial atau tegangan dan hambatan. Dalam kaitannya dengan rangkaian
elektronika, transformator pada dasarnya dapat dipandang sebagai sebuah
perangkat yang berfungsi mengubah elektromagnet yang dapat mengubah taraf
suatu tegangan AC ketaraf yang lain. Karena dalam rangkaian listrik terdapat arus
AC dan DC, maka dalam penerapannya dalam kehidupan sehari-hari kedua arus
tersebutsering dihubungkan dalam elektronik alat-alat yang ada dalam kehidupan
kita. Karena hal itulah maka dibuat lah sebuah komponen elektronika yang dapat
menghubungkan kedua arus tersebut, yaitu transformator (trafo).
B. Dasar Teori
Menurut neny anggrainy (2010:38-40) menyatakan bahwa transformator
adalah alat yang mengubah tegangan bolak-balik dari satu nilai kenilai yang lain.
Tanpa transformator kita tidak dapat menggunakan sebgaian besar motor listrik
dirumah kita. Arus listrik dihasilkan dengan tegangan sangat tinggi (lebih dari
200000 volt) di gardu-gardu pembangkit listrik yang disediakan tiap-tiap rumah
sekitar 220 volt. Untuk menggunakan bel listrik kita hanya perlu 5/15 volt saja,
64
karena itu transformator digunakan untuk menurunkan tegangan dari 200000 volt
menjadi 220 volt pada tiap-tiap rumah dan diturunkan ke 5/15 volt saja untuk
menggunkan bel listrik. Transformator juga digunakan untuk menaikan tegangan.
Tegangan yang dibangkitkan oleh generator di pusat pembangkit sekitar 150000
volt dinaikkan menjadi 200000 volt untuk disalurkan ketiap-tiap rumah.
Bentuk transformator hampir sama dengan cincin induksi faraday, terdiri
dari dua kumparan yaitu kumparan primer dan kumparan sekunder yang
dililitkan pda inti besi luank secara terpiasah. Prinsip kejanya sama dengan cincin
induksi faraday
65
yang menyebabkan mengalirnya arus listrik induksi pada suatu rangkaian
tertutup.
Besarnya GGL induksi bergantung pada faktor-faktor sebagai berikut :
1. Laju perubahan medan magnetik dalam kuparan. Semakin besar laju
perubahannya, maka semakin besar pula GGL induksi yang
dihasilkan.
2. Jumlah lilitann kumparan. Semakin banyak jumlah lilitan kumparan
makan semakin besar pula GGL yang dihasilakn
ΔФ
ε = −N
∆t
Keterangan :
ε = ggl induksi
N = Jumlah lilitan
ΔФ = Perubahan fluks magnet
∆ t = Lamanya waktu
ε =−N ∆ ¿ ¿
66
Keterangan :
B: Kuat medan magnetik (Wb/m 2)
A: luas penampang ( m2)
θ :sudut antara arah induksi dan arah normal induksi kumparan
67
Gambar: hubungan primer dan skunder
Rumus fluks magnet yang ditimbulkan lilitan primer adalah δ ∅=εxδt dan rumus
ggl. Induksi yang terjadi dililitan skunder adalah:
δ∅
ε =N
δt
δ ∅ Vp Np
= =
δt Vs Ns
68
C. Alat Dan Bahan
1. Multieter
2. Power supply
3. Papan rangkaian
4. Kumparan N=400 lilitan dan 1600 lilitan
5. Potensiomenter
6. Besi transformator
7. Kabel penghubung
D. Prosedur Percobaan
1. Perbandingan tegangan
a. Dibuat rangkaian seperti pada gambar dibawah ini
2. Perbandingan arus
a. Dibuat rangkaian sperti pada gambar dibawah ini
69
b. Diukur arus primer dan skunder untuk beberapa harga arus
c. Diganti kumparan primer dan skunder kemudian dilakukan pengukuran
seperti lanngkah 2.
70
E. Data Pengamatan
1. Mengukur tegangan
a. Step up
Vp Np Ns Vout Ukur
rapat renggang terbuka lepas
2v 400 1600 1v 0,02 0,01 0,04 0,002
4v 400 1600 1v 0,04 0,06 0,09 0,006
b. Step down
Vp Np Ns Vout Ukur
rapat renggan terbuka lepas
g
2v 1600 400 1v 0,15 0,75 0,9 0,0025
4v 1600 400 1v 0,3 1,1 1 0,005
2. Mengukur arus
a. Step up
Vp Np Ns Ip Is
2v 400 1600 0,09 A 0,02 A
4v 400 1600 0,125 A 0,03 A
b. Step down
Vp Np Ns Ip Is
2v 1600 400 0,002 A 0,08 A
4v 1600 400 0,04 A 0,0025 A
71
F. Pengolahan Data
1. Mengukur tegangan
a. Step up
- untuk 2 V
Vp Np
=
Vs Np
2 400
=
Vs 1600
2.1600 = 400. Vs
72
3200
Vs = 400
Vs =8V
Vp Np
Vout = =
Vs Ns
2 400
= =
8 1600
2.1600
¿
8 .400
3200
¿
3200
¿ 1V
- Untuk 4 V
Vp Np
=
Vs Np
4 400
=
Vs 1600
4.1600 =400. Vs
6400
Vs = 400
Vs = 16 V
Vp Np
Vout = Vs = Ns
4 4.1600
= 16 = 16 .400
6400
¿
6400
73
¿ 1V
rapat
Untuk 2 V
pj
N1 = x Bu
st
2x 1
¿ x 50
50
= 0,04 x 0,5
=0,02
Untuk 4 V
pj
N1 = x Bu
st
4x1
¿ x 50
50
= 0,08 x 0,5
=0,04
renggang
pj
N1 = x Bu
st
5x 1
¿ x 0,1
50
= 0,1 x 0,1
= 0,01
74
Untuk 4 V
pj
N1 = x Bu
st
6 x1
¿ x 50
50
= 0,12 x 0,5
=0,06
terbuka
untuk 2 V
pj
N1 = x Bu
st
4x1
¿ x 0,5
50
= 0,08 x 0,5
= 0,04
Untuk 4 V
pj
N1 = x Bu
st
9 x1
¿ x 0,5
50
= 0,18 x 0,5
= 0,09
lepas
75
untuk 2 V
pj
N1 = x Bu
st
1x1
¿ x 0,1
50
= 0,02 x 0,1
= 0,002
Untuk 4 V
pj
N1 = x Bu
st
3x 1
¿ x 0,1
50
= 0,04 x 0,1
= 0,006
b. step down
- untuk 2 V
Vp Np
=
Vs Np
2 1600
=
Vs 400
2.400 = 1600. Vs
800
Vs = 1600
Vs = 0,5 V
76
Vp Np
Vout = =
Vs Ns
2 1600
= =
0,5 400
2.400
¿
8.1600
800
¿
800
¿ 1V
Untuk 4 V
Vp Np
=
Vs Np
4 1600
=
Vs 400
4.400 = 1600. Vs
1600
Vs = 1600
Vs = 1V
Vp Np
Vout = Vs = Ns
4 1600
= 1 = 400
4.400
¿
1.1600
1600
¿
1600
¿1v
Rapat
untuk 2 V
77
pj
N1 = x Bu
st
3x 1
¿ x 2,5
50
= 0,06 x 2,5
= 0,15
Untuk 4 V
pj
N1 = x Bu
st
6 x1
¿ x 2,5
50
= 0,12 x 0,1
= 0,3
Renggang
untuk 2 V
pj
N1 = x Bu
st
15 x 1
¿ x 2,5
50
= 0,3 x 2,5
= 0,75
Untuk 4 V
78
pj
N1 = x Bu
st
22 x 1
¿ x 2,5
50
= 0,04 x 2,5
=1,1
Terbuka
untuk 2 V
pj
N1 = x Bu
st
1x1
¿ x 0,1
50
= 0,36 x 02,5
=0,9
Untuk 4 V
pj
N1 = x Bu
st
20 x 1
¿ x 2,5
50
= 0,4 x 2,5
=1
Lepas
Untuk 2 V
79
pj
N1 = x Bu
st
0,5 x 1
¿ x 2,5
50
= 0,01 x 2,5
= 0,025
Untuk 4 V
pj
N1 = x Bu
st
1x1
¿ x 2,5
50
= 0,02 x 2,5
= 0,5
2. Mengukur arus
a. Step up
- Untuk 2 V
pj
Ip = x Bu
st
18 x 1
¿ x 0,25
50
= 0,36 x 0,25
= 0,09 A
Untuk 4 V
80
pj
Ip= x Bu
st
25 x 1
¿ x 0,25
50
= 0,5 x 0,25
= 0,125 A
Untuk 2 V
Np Is
=
Ns Ip
400 Is
=
1600 0,09
1600 . Is = 400. 0,09
36
Is = 1600
Is = 0,02 A
Untuk 4 V
Np Is
=
Ns Ip
400 Is
=
1600 0,125
1600 . Is = 400. 0,125
50
Is = 1600
Is = 0,03 A
b. Step down
81
pj
Ip = x Bu
st
4x1
¿ x 0,25
50
= 0,08 x 0,25
= 0,002 A
Untuk 4 V
pj
Ip= x Bu
st
8x 1
¿ x 0,25
50
= 0,16 x 0,25
= 0,04 A
Untuk 2 V
Np Is
=
Ns Ip
1600 Is
=
400 0,02
400 . Is = 1600. 0,005
32
Is = 1600
Is = 0,08 A
Untuk 4 V
82
Np Is
=
Ns Ip
1600 Is
=
400 0,0064
400 . Is = 1600. 0,04
64
Is = 400
Is = 0,0025 A
1. Kesimpulan
Dengan mempelajari tegangan dan arus induksi sebagai fungs dari jumlah
lilitan pada kehidupan sehari-hari, kita lebih mengerti tentang
transformator pada kehidupan sehari-hari disekitar lingkugan.
Mempelajari karakteristik tegangan arus dan daya arus pada transformator
dapat dilihat pada cara kerjanya yaitu dapat membolak-balikkan arus,
dengan demikian arus akan tetap terjaga.
Transforator bekerja bedasrakan prinsip induksi elektromagnetik (hukum
faraday), yaitu mempelajari karakteristik kerjanya.
Dengan kerugian yang diperoleh dan efesiensinya terdapat pada temabaga,
yang diakibatkan oleh resistensi tembaga dan arus listrik yang
mengalirinya.
2. Saran
Terimakasih kepada kakak asisten meja selaku pembimbing kami pada
praktikum transformator. Dengan dibantunya kakak Hafni Mauli Diana
kami menjadi lebih faham dan mudah dipahami praktikum transformator.
83
H. Tugas Dann Pertanyaan Akhir
1. Mengapa transformator dapat mengubah tegangan dan arus?
Jawab:
Transformator dapat mengubah tegangan dan arus karena transformator
dapat membolak-balikkan tegangan berdasarkan prinsip kerja induksi
elektroagnetik, transformator juga merupakan piranti untuk mengubah
tegangan dan arus bolak-balik tampa tegangan daya yang cukup besar.
2. Apa yang dimaksud dengan transformmator step up dan step down?
Jawab:
- Transformator step up adalah transformator yang memiliki lilitan
skunder lebih banyak daripada lilitan primer, sehingga berfungsi
sebagai penaik tegangan
- Transformator step down adalah transformator yang memiliki lilitan
skunder lebih sedikit daripada lilitan primer, sehingga berfungsi
sebagai penurun tegangan.
3. Jelaskan mekanisme terjadinya kerugian pada inti dan bagaimana cara
mereduksinya?
Jawab:
84
Kerugian pada inti disebabkan oleh resistensi inti besi dan arus listrik yang
mengalirinya. Arus yang besar mengaliri inti besi maka itnti besi akan
rusak, inti besi rusak juga disebabkan karna pada kumparan menghasilkan
panas , sehingga inti besi akan cepat teresistensi. Cara mereduksinya yaitu
dengan cara setelah pemakaian maka harus cepat mematikan powersupply,
sehingga pemanasan tidak terlalu panas, dan mengurangi terjadinya
resistensi.
4. Apa yang saudara ketahui tentang isolating, auto transformator dan
variabel auto transformator?
Jawab:
- Transformator isolasi adalah transformator yang memiliki jumlah
lilittan skunder yang sama dengann jumlah lilitan primer, sehingga
tegangan skunder sama dengan tegangan primer.
- Transformator variabel adalah transformator yang sadapan tengahnya
dapat diubah-uabah, memberikan perbandingan lilitan primer-skunder
yang berbeda-beda.
5. Sebutkan peralatan yang dapat memanfaatkan transformator?
Jawab:
Kipas angin, lampu trafo, setrika, lampu TL, lampu merkuri, AC, mesinn
cuci, pengaduk kue (mixer), TV Trafo (tabung), pompa air, layar monitor
komputer (tarfo).
85
DAFTAR PUSTAKA
Indrajit, Dudi. Mudah dan Aktif Belajar Fisika. Bandung. PT. Setia Purna Invers:
2007
86
87