PEMBAHASAN
Fraktur dapat terjadi pada orang dewasa maupun anak-anak, Fraktur yang mengenai
lengan bawah pada anak sekitar 82% pada daerah metafisis tulang radius distal,dan ulna
distal sedangkan fraktur pada daerah diafisis yang terjadi sering sebagai faktur type green-
stick. Daerah metafisis pada anak relatif masih lemah sehingga fraktur banyak terjadi pada
daerah ini, selebihnya dapat mengenai suprakondiler humeri (transkondiler humeri) diafisis
femur dan klavikula, sedangkan yang lainnya jarang
Fraktur pada anak mempunyai keistimewaan dibanding dengan dewasa, proses
penyembuhannya dapat berlangsung lebih singkat dengan remodeling yang sangat baik,hal
ini disebabkan karena adanya perbedaan anatomi, biomekanik serta fisiologi tulang anak
yang berbeda dengan tulang orang dewasa. Selain itu proses penyembuhan ini juga
dipengaruhi oleh faktor mekanis dan faktor biologis
A. DEFINISI
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang.
C. ETIOLOGI
Fraktur dapat disebabkan karena oleh :
1. Trauma
Trauma dapat dibagi menjadi trauma langsung dan trauma tidak langsung. Trauma
langsung berarti benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur di tempat itu,
sedangkan trauma tidak langsung bilamana titik tumpuan benturan dengan terjadinya
fraktur bergantian.
2. Non Trauma
Fraktur terjadi karena kelemahan tulang akibat kelainan patologis didalam tulang,
non trauma ini bisa karena kelainan metabolik atau infeksi.
3. Stress
Fraktur stress terjadi karena trauma yang terus-menerus pada suatu tempat tertentu.
D. KLASIFIKASI
Klasifikasi fraktur pada anak dapat dikelompokkan berdasarkan radiologis, anatomis,
klinis dan fraktur yang khusus pada anak.
Klasifikasi Radiologi
- Fraktur Buckle atau torus
- Tulang melengkung
- Fraktur green-stick
- Fraktur total
Klasifikasi Anatomis
- Fraktur epifisis
- Fraktur lempeng epifisis
- Fraktur metafisis
- Fraktur diafisis
Klasifikasi Klinis
- Traumatik
- Patologik
- Stress
F. DIAGNOSA
Diagnosis fraktur ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang yaitu radiologis. Pada anak biasanya diperoleh dengan alloanamnesis dimana
ditemukan adanya riwayat trauma dan gejala-gejala seperti nyeri, pembengkakan,
perubahan bentuk dan gangguan gerak. Pada pasien dengan riwayat trauma yang perlu
ditanyakan adalah waktu terjadinya, cara terjadinya, posisi penderita dan lokasi trauma.
Bila tidak ada riwayat trauma berarti merupakan fraktur patologis.
Pada pemeriksaan fisik dilakukan :
1. Look (Inspeksi)
- Deformitas : angulasi ( medial, lateral, posterior atau anterior), diskrepensi (rotasi,
perpendekan atau perpanjangan).
- Bengkak atau kebiruan.
- Fungsio laesa (hilangnya fungsi gerak)
2. Feel (Palpasi)
- Tenderness (nyeri tekan) pada derah fraktur.
- Krepitasi.
- Nyeri sumbu.
3. Move (Gerakan)
- Nyeri bila digerakan, baik gerakan aktif maupun pasif.
- Gerakan yang tidak normal yaitu gerakan yang terjadi tidak pada sendinya.
4. Pemeriksan trauma di tempat lain seperti kepala, thorak, abdomen, tractus urinarius dan
pelvis.
5. Pemeriksaan komplikasi fraktur seperti neurovaskular bagian distal fraktur yang berupa
pulsus arteri, warna kulit, temperatur kulit, pengembalian darah ke kapiler (Capillary
refil test), sensasi motorik dan sensorik.
Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah pemeriksan Radiologi. Untuk
melengkapi deskripsi fraktur dan dasar untuk tindakan selanjutnya. Foto rontgen
minimal harus dua proyeksi yaitu AP dan lateral.
H. PENATALAKSANAAN FRAKTUR
Pilihan adalah terapi konservatif atau operatif. Pilihan harus mengingat tujuan
pengobatan fraktur, yaitu : mengembalikan fungsi tulang yang patah dalam jangka waktu
sesingkat mungkin.
1. Terapi Konservatif
a. Proteksi saja
Misalnya mitella untuk fraktur collum chirurgicum humeri dengan kedudukan baik.
b. Immobilisasi saja tanpa reposisi
Misalnya pemasangan gips atau bidai pada fraktur inkomplit dan fraktur dengan
kedudukan baik.
c. Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips
Misalnya fraktur supracondylair, fraktur colles, fraktur smith. Reposisi dapat dengan
anestesi umum atau anestesi lokal dengan menyuntikkan obat anestesi dalam hematoma
fraktur. Fragmen distal dikembalikan pada kedudukan semula terhadap fragmen
proksimal dan dipertahankan dalam kedudukan yang stabil dalam gips. Misalnya
fraktur distal radius, immobilisasi dalam pronasi penuh dan fleksi pergelangan.
d. Traksi
Traksi dapat untuk reposisi secara perlahan dan fiksasi hingga sembuh atau dipasang
gips setelah tidak sakit lagi. Pada anak-anak dipakai traksi kulit (traksi Hamilton
Russel/traksi Bryant).
Traksi kulit terbatas untuk 4 minggu dan beban < 5 kg, untuk anak-anak waktu dan
beban tersebut mencukupi untuk dipakai sebagai traksi definitif, bilamana tidak maka
diteruskan dengan immobilisasi gips. Untuk orang dewasa traksi definitif harus traksi
skeletal berupa balanced traction.
2. Terapi Operatif
a. Terapi operatif dengan reposisi secara tertutup dengan bimbingan radiologis (image
intensifier, C-arm) :
Reposisi tertutup-Fiksasi eksterna
Setelah reposisi baik berdasarkan kontrol radiologis intraoperatif maka dipasang
alat fiksasi eksterna.
Reposisi tertutup dengan kontrol radiologis diikuti fiksasi interna
Misalnya : reposisi fraktur tertutup supra condylair pada anak diikuti dengan
pemasangan paralel pins. Reposisi tertutup fraktur collumum pada anak diikuti
pinning dan immobilisasi gips.
Cara ini sekarang terus dikembangkan menjadi “close nailing” pada fraktur femur
dan tibia, yaitu pemasangan fiksasi interna intra meduller (pen) tanpa membuka
frakturnya.
b. Terapi operatif dengan membuka frakturnya :
Reposisi terbuka dan fiksasi interna
ORIF (Open Reduction and Internal Fixation)
Keuntungan cara ini adalah :
- Reposisi anatomis.
- Mobilisasi dini tanpa fiksasi luar.
Indikasi ORIF :
1) Fraktur yang tak bisa sembuh atau bahaya avasculair nekrosis tinggi, misalnya:
- Fraktur talus.
- Fraktur collum femur.
2) Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup. Misalnya :
- Fraktur avulsi.
- Fraktur dislokasi.
3) Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan. Misalnya :
- Fraktur Monteggia.
- Fraktur Galeazzi.
- Fraktur antebrachii.
- Fraktur pergelangan kaki.
4) Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih baik dengan
operasi, misalnya : fraktur femur.
Excisional Arthroplasty
Membuang fragmen yang patah yang membentuk sendi, misalnya :
- Fraktur caput radii pada orang dewasa.
- Fraktur collum femur yang dilakukan operasi Girdlestone.
Excisi fragmen dan pemasangan endoprosthesis
Dilakukan excisi caput femur dan pemasangan endoprosthesis Moore atau
yang lainnya.
Sesuai tujuan pengobatan fraktur yaitu untuk mengembalikan fungsi maka
sejak awal sudah harus diperhatikan latihan-latihan untuk mencegah disuse atropi
otot dan kekakuan sendi, disertai mobilisasi dini. Pada anak jarang dilakukan
operasi karena proses penyembuhannya yang cepat dan nyaris tanpa komplikasi
yang berarti.
3. Pengobatan Fraktur Terbuka
Fraktur terbuka adalah suatu keadaan darurat yang memerlukan penanganan
segera.
Tindakan sudah harus dimulai dari fase pra-rumah sakit :
-Pembidaian
-Menghentikan perdarahan dengan perban tekan
-Menghentikan perdarahan besar dengan klem
Tiba di UGD rumah sakit harus segera diperiksa menyeluruh oleh karena 40% dari
fraktur terbuka merupakan polytrauma.
Tindakan life-saving harus selalu didahulukan dalam kerangka kerja terpadu (team
work).
I. FRAKTUR FEMUR
Femur merupakan tulang terpanjang yang ada dalam tubuh manusia. Fraktur tulang femur
dapat terjadi mulai dari proksimal sampai distal.
Fraktur femur atau patah tulang paha adalah rusaknya kontinuitas tulang pangkal paha
yang dapat disebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot dan kondisi tertentu, seperti
degenerasi tulang atau osteoporosis
1. Pembagian Fraktur Femur
a. Fraktur Batang Femur
Fraktur batang femur mempunyai insidens yang cukup tinggi diantara jenis-jenis
patah tulang. Umumnya fraktur femur terjadi pada batang femur1/3 tengah. Fraktur
di daerah kaput, kolum, trokanter, subtrokanter, suprakondilus biasanya memerlukan
tindakan operatif.
Manifestasi klinis
Daerah paha yang patah tulangnya sangat membengkak, ditemukan tanda functio
laesa, nyeri tekan, dan nyeri gerak. Tampak adanya deformitas angulasi ke lateral
atau angulasi anterior, endo/eksorotasi. Ditemukan adanya perpendekan tungkai
bawah. Pada fraktur 1/3 tengah femur, saat pemeriksaan harus diperhatikan pula
kemungkinan adanya dislokasi sendi panggul dan robeknya ligamentum di daerah
lutut. Selain itu periksa juga keadaan nervus siatika dan arteri dorsalis pedis.
Penatalaksanaan
Pada fraktur femur tertutup, untuk sementara dilakukan traksi kulit dengan
metode ekstensi Buck, atau didahului pemakaian Thomas splint, tungkai ditraksi
dalam keadaan ekstensi. Tujuan traksi kulit tersebut untuk mengurangi rasa sakit dan
mencegah kerusakan jaringan lunak lebih lanjut di sekitar daerah yang patah
Setelah dilakukan traksi kulit dapat dipilih pengobatan non-operatif atau operatif.
Fraktur batang femur pada anak-anak umumnya dengan terapi non operatif, karena
akan menyambung baik. Perpendekan kurang dari 2 cm masih dapat diterima karena
dikemudian hari akan sama panjangnya dengan tungkai yang normal. Hal ini
dimungkinkan karena daya proses remodeling pada anak-anak
Komplikasi
Komplikasi dini dari fraktur femur ini dapat terjadi syok, dan emboli lemak.
Sedangkan komplikasi lambat yang dapat terjadi delayed union, non-union,
malunion, kekakuan sendi lutut, infeksi, dan gangguan saraf perifer akibat traksi
yang berlebihan.
b. Fraktur kolom femur
Dapat terjadi akibat trauma langsung, pasien terjatuh dengan posisi miring dan
trokanter mayor langsung terbentur pada benda keras seperti jalanan. Pada truma
tidak langsung fraktur kolum femur terjadi karena gerakan eksorotasi yang
mendadak dari tungkai bawah. Kebanyakan fraktur ini terjadi pada wanita tua yang
tulangnya sudah mengalami osteoporosis
Fraktur kurang stabil bila arah sudut garis patah lebih besar dari 30 0 (tipe II atau
tipe III menurut Pauwel), fraktur subkapital yang kurang stabil atau fraktur pada
pasien tua lebih besar kemungkinannya untuk terjadinya nekrosis avaskular
Manifestasi Klinis
Pada pasien muda biasanya mempunyai riwayat kecelakaan berat, sedangkan
pasien tua biasanya hanya riwayat trauma ringan, misalnya terpleset. Pasien tidak
dapat berdiri karena sakit pada panggul. Posisi pada panggul dalam keadaan fleksi
dan endorotasi. Tungkai yang cedera dalam posisi abduksi, fleksi dan eksorotasi,
kadang juga terjadi pemendekan. Pada palpasi sering ditemukan adanya hematoma
di panggul. Pada tipe impaksi biasanya pasien masih bisa berjalan disertai rasa sakit
yang tidak begitu hebat. Tungkai masih tetap dalam posisi netral
Penatalaksanaan
Konservatif dengan traksi kulit selama 3 minggu, dilanjutkan latihan jalan dengan
tongkat (do nothing) atau operasi Prostesis Austin Moore hemi artoplasti (do
something)
c. Fraktur korpus femoris pada anak-anak
Sampai umur 3 tahun dang tergantung pada berat badan anak, traksi kulit
dilakuakn pada kedua tungkai bawah yang digantung kerekan pada bingkai atas
kepala. Beban yang sesuai digunakan untuk mengangkat sakrum dari kasur.
Perawatn dan pengawasan yang cermat diperlukan karena sirkulasi kaki mungkin
terganggu dan memang pernah terjadi gangren. Maka, pada anak yang lebih besar
dan berat, lebih disukai traksi kulit dengan bidai Thomas.
Penyambungan fraktur ini berlangsung cepat dan sesudah traksi selam 4 minggu,
bidai-bidai dilepas tetapi menopang berat badan tidak diperbolehkan selama 6
minggu kecelakaan.
d. Fraktur epiphysis pada femur anak-anak
Pada awal kedewasaan, tergesarnya letak epiphysis femur bagian atas dapat
terjadi tanpa trauma yang berat, dan sering terjadi secara bertahap. Penderita seorang
anak yang gemuk dengan rasa nyeri pada sendi panggul atau lutut dan berjalan
pincang. Pengenalan dan tindakan yang awal mencegah timbulnya catat yang nyata.
Epiphysis femur bagian bawah dapat terpisah dengan menceng ke lateral dan
kedepan. Ini terjadi akibat trauma hiperekstensi dan apabila terdapat gangguan
sirkulasi, reposisi segera sangat diperlukan. Lutut yang fleksi ditarik dan fragmen
didorong kedepan dengan tekanan kuat ibu jari. Kaki di imobilisasi selama 6 minggu
dalam gips dari pangkal paha hingga ujung jari-jari kaki. Trauma pada jaringan
epiphysis dapat menyebabkan pemendekan dikemudian hari dan deformitas pada
kaki.
2. Penyembuhan fraktur :
a. Fase Peradangan :
Pada saat fraktur ada fase penjendalan dan nekrotik di ujung atau sekitar fragmen
fraktur, proses peradangan akut faktor eksudasi dan cairan yang kaya protein ini
merangsang lekosit PMN dan Makrofag yang fungsinya fagositosis jendalan darah
dan jaringan nekrotik
b. Fase Proliferasi :
Akibat jendalan darah 1 – 2 hari terbentuk fibrin yang menempel pada ujung –
ujung fragmen fraktur, dimana fibrin ini berfungsi sebagai anyaman untuk
perlekatan sel – sel yang baru tumbuh sehingga terjadi neovaskularisasi dan
terbentuk jaringan granulasi atau procallus yang semakin lama semakin memadat
sehingga terjadi fibrocartilago callus yang bertambah banyak dan terbentuklah
permanen callus yang tergantung banyak atau sedikitnya celah pada fraktur.
c. Fase Remodelling
Permanen callus diserap dan diganti dengan jaringan tulang sedangkan sisanya
direabsorbsi sesuai dengan bentuk dan anatomis semula.
3. Indikasi Operasi
Pada fraktur femur anak, dilakukan terapi berdasarkan tingkatan usia. Pada anak usia
baru lahir hingga 2 tahun dilakukan pemasangan bryant traksi. Sedangkan usia 2-5
tahun dilakukan pemasangan thomas splint. Anak diperbolehkan pulang dengan
hemispica.
Pada anak usia 5-10 tahun ditatalaksana dengan skin traksi dan pulang dengan
hemispica gips. Sedangkan usia 10 tahun ke atas ditatalaksana dengan pemasangan
intamedullary nails atau plate dan screw.
4. Follow up
Pada pasien anak, follow up dengan roentgen, jika sudah terjadi clinical union,
pasang hemispica dan pasien boleh kontrol poliklinik.
3. Diagnosis Keperawatan
Masalah keperawatan utama adalah fraktur femur, baik fraktur terbuka amaupun
tertutup adalah sebagai berikut.
a. Nyeri
b. Hambatan mobilitas fisik
c. Defisit perawatan diri
d. Risiko tinggi trauma
e. Risiko tinggi infeksi
f. Kerusakan integritas kulit
g. Ansietas
KOLABORASI
Pemberian analgesik Analgesik memblok lintasan nyeri sehingga
nyeri akan berkurang
Pemasangan traksi kulit atau traksi tulang Traksi yang efektif akan memberikan dampak
pada penurunan pergeseran fragmen tulang
dan memberikan posisi yang baik untuk
penyatuan tulang
Operasi untuk pemasangan fiksasi internal Fiksasi internal dapat membantu imobilisasi
fraktur femur sehingga pergerakan fragmen
berkurang
Resiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan adanya port d’entree luka operasi
pada paha
Tujuan Perawatan: infeksi tidak terjadi selama perawatan
Kriteria Hasil: klien mengenal faktor-faktor resiko, mengenal tindakan pencegahan atau
mengurangi faktor resiko infeksi, dan menunjukan atau mendemonstrasikan teknik-teknik
untuk meningkatkan lingkungan yang aman
Intervensi Rasional
MANDIRI
Kaji dan pantau luka operasi setiap hari Mendeteksi secara dini gejala-gejala inflamasi
yang mungkin timbul sekunder akibat adanya
luka pasca operasi.
Lakukan perawatn luka secara steril Teknik perawatan luka secara steril dapat
mengurangi kontaminasi kuman.
Pantau atau batasi kunjungan Mengurangi resiko kontak infeksi dari orang
lain.
Bantu perawatan diri dan keterbatasan Menunjukan kemampuan secara umum,
aktifitas sesuai toleransi. kekuatan otot, dan merangsang pengembalian
Bantu program latihan. sistem imun
KOLABORASI
Berikan antibiotik sesuai indikasi Satu atau beberapa agen diberikan yang
bergantung pada sifat patogen dan infeksi yang
terjadi.
5. Evaluasi
Hasil asuhan keperawatn yang diharapkan adalah nyeri teratasi, terpenuhinya pergerakan atau
mobilitas fisik, terhindar dari resiko cedera, resiko infeksi pasca operasi dan ansietas
berkurang.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA ANAK”K” usia 3 tahun dengan Fraktur Femur
Anamnesa
1. Identitas
Nama :Anak”K” Nama orang tua: Ny “M” / Tn.”A”
Umur :3 tahun Umur : 25 th / 28 th
Jenis kelamin :Laki – laki Pekerjaan : Swasta/Pns
Alamat :Kedung Sroko Suku/Bangsa :jawa/ indonesia
Agama :islam
2. Keluhan utama
Ibu mengatakan bahwa anaknya habis jatuh dari motor dan terbentur trotoar.
3. Riwayat penyakit sekarang
Os datang ke IRD menangis keras, Ibu mengatakan anak jatuh dari motor,dan paha
membentur tepi trotoar jalan, belum mendapat pertolongan apapun dan langsung dibawa
ke rumah sakit.
4. Riwayat penyakit dahulu
Ibu mengatakan bahwa anak tidak pernah menderita cidera sebelumnya.
5. Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan bahwa keluarga tidak mempunyai penyakit kronis
Pemeriksaan
1. Keadaan umum : baik kesadaran :composmentis
GCS :
TTV : Nadi : 105 x/menit
Pernapasan : 36 x/menit
Suhu : 36,8C
2. Pemeriksaan fisik
Kepala : tidak ada darah, tidak ada memar, normosefalik, simetris, tidak ada
penonjolan, tidak ada sakit kepala.
Leher : tidak ada gangguan, yaitu: simetris, tidak ada penonjolan, refleks
menelan ada.
Wajah :wajah terlihat menahan sakit, dan bagian wajah yang lain tidak ada
perubahan fungsi dan bentuk. Wajah simetris, tidak ada lesi dan edema
Mata : tidak ada gangguan, seperti konjungtiva tidak anemis.
Telinga :Tes Bisik atau Weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi
atau nyeri tekan, tidak ada darah.
Hidung : tidak ada deformitas, tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada
darah.
Mulut dan Faring : tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi
perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.
Pemeriksaan fungsi serebral. Status mental: observasi penampilan dan tingkah
laku: tidak mengalami perubahan.
Pemeriksaan saraf kranial:
Saraf I : Fungsi penciuman tidak ada kelainan.
Saraf II : ketajaman penglihatan dalam kondisi normal.
Saraf III, IV, dan VI : Tidak ada gangguan mengangkat kelopak mata dan
pupil isokor.
Saraf V : Tidak ada paralisis pada wajah dan refleks kornea tidak ada
kelainan
Saraf VII : Persepsi pengecapan dalam batas normal dan wajah simetris
Saraf VIII : Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi
Saraf IX dan X : Kemampuan menelan baik.
Saraf XI : Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan
trapezius.
Saraf XII :Lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan
tidak ada fasikulasi. Indera pengecapan normal.
Pemeriksaann refleks : Tidak didapatkan refleks-refleks patologis
Pemeriksaan sensorik : anak tidak mampu menggerakkan kaki kiri pada
bagian distal fraktur, dan merasakan nyeri di daerah tersebut.
B5 (Bowel), inspeksi abdomen: bentuk datar, simetris, tidak ada hernia. Palpasi:
turgor baik, tidak ada defens muskular dan hepar tidak teraba. Perkusi: suara timpani,
ada pantulan gelombang cairan. Auskultasi: peristaltik usus normal ±20 kali/menit.
Inguinal-genitalia-anus: tidak ada hernia, tidak ada pembesaran limfe, dan tidak ada
kesulitan BAB.
Pola nutrisi dan metabolisme. Klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi melebihi
kebutuhan sehari-hari, seperti kalsium, zat besu, protein, vitamin C, dan lainnya
untuk membantu proses penyembuhantulang. Evalusi terhadap pola nutrisi klien
dapat membantu menentukan penyebab masalah muskuloskeletal dan
mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat, terutama kalsium atau
protein. Nyeri pada fraktur menyebabkan klien kadang mual-muntah sehingga
pemenuhan nutrisi menjadi berkurang.
Pola eliminasi. Untuk kasus fraktur femur, klien tidak mengalami gangguan pola
eliminasi. Meskipun demikian, perawat perlu mengkaji frekuensi, konsistensi, serta
warna dan bau feses pada pola eliminasi alvi. Selain itu perawat perlu mengkaji
frekuensi kepekatan, warna, bau dan jumlah pada pola eliminasi urine. Pada kedua
pola ini juga dikaji adanya kesulitan atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA
Wong, Donna L. 2003. “Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik-Ed 4”. Jakarta:EGC
Spear, Kathleen Morgan. 2007. “Rencana asuhan Keperawatan Pediatrik Dengan Clinical
Pathways –Ed 3”. Jakarta: EGC