Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Umun
Bendungan atau dam adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air
menjadi waduk, danau, atau tempat rekreasi. Seringkali bendungan juga digunakan
untuk mengalirkan air ke sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Air. Kebanyakan dam
juga memiliki bagian yang disebut pintu air untuk membuang air yang tidak diinginkan
secara bertahap atau berkelanjutan.
Air yang ditampung akibat dibangunnya bendungan biasanya digunakan untuk
irigasi, pasok air baku untuk air minum, industri dan perkotaan, perikanan serta
pembangkitan listrik. Manfaat lain bendungan adalah untuk pengendalian banjir dan
pariwisata. Disamping untuk menampung air, bendungan juga dibangun untuk
menampung material lain, seperti buangan/limbah pertambangan dan lahar dingin.
Bendungan untuk menahan lahar dingin disebut juga bendungan sabo (sabo dam).
Sebuah bendungan berfungsi sebagai penangkap air dan menyimpannya di
musim hujan waktu air sungai mengalir dalam jumlah besar dan yang melebihi
kebutuhan baik untuk keperluan irigasi, air minum, industri atau yang lainnya. Berbeda
dengan fungsi sebuah bendung yang tidak dapat menyimpan air melainkan hanya untuk
meninggikan muka air sungai dan mengalirkan sebagian aliran air sungai yang ada
kearah tepi kanan dan/atau kiri sungai untuk mengalirkannya ke dalam saluran melalui
sebuah bangunan pengambilan jaringan irigasi. Dengan memiliki daya tampung
tersebut sejumlah besar air sungai yang melebihi kebutuhan dapat disimpan dalam
waduk dan baru dilepas mengalir kedalam sungai lagi di hilimya sesuai dengan
kebutuhan saja pada waktu yang diperlukan.
Dalam membangun sebuah bendungan perlu adanya beberapa tahapan yang
perlu dipenuhi. Tahapan dalam perencanaan dalam pembuatan bendungan meliputi:
studi kelayakan pendahuluan (Pre Feasibility Study), studi kelayakan (Feasibility
Study), perencanaan teknis (Detailed Design) dan pelaksanaan pembangunan. Rencana
pelaksanaan konstruksi dibuat sedemikian rupa sehingga urutan-urutan pelaksanaannya
yang efektif dan efisien dan tidak tumpang tindih. Jadwal kerja yang telah dibuat dapat
dijadikan pegangan dalam pelaksanaan konstruksi di lapangan. Walaupun demikian
kondisi alam terkadang akan merubah jadwal dan system kerja. Sehingga diperlukan
pengawasan dan tata kerja yang disiplin.
Langkah-langkah perencanaan dan perancangan sebuah bendungan diperlukan
suatu pemahaman tentang berbagai data yang saling terkait. Untuk itu diperlukan
pengkajian secara detail sehingga setiap data yang digunakan akan sangat efektif dan
efisien untuk digunakan sebagai masukan analisis lebih lanjut.

1.2. Latar Belakang


Air adalah komponen utama kehidupan makhluk di bumi ini. Setiap makhluk
hidup tentunya membutuhkan air. Air dibutuhkan manusia dalam kehidupan sehari-hari
seperti minum, mandi, mencuci, dan memasak. Seiring dengan perkembangan jumlah
penduduk maka semakin besar pula kebutuhan untuk memperoleh air. Permasalahan
yang ada adalah terjadinya kekeringan di musim kemarau dan banjir di musim
penghujan, dan kondisi aliran sungai pada saat musim hujan mempunyai debit yang
sangat besar.
Kesenjangan kondisi akibat perubahan musim tersebut perlu dilakukan
pengkajian, supaya besaran debit yang terjadi bisa dimanfaatkan dan tidak menjadi
masalah lagi. Sehingga ketersedian air pada saat musim hujan tidak berlebihan dan pada
saat musim kemarau tidak terlalu kekurangan. Salah satu pendekatan dalam pemecahan
masalah ini perlu dibuat sebuah bangunan penampung air di alur sungai tersebut, yaitu
bendungan atau waduk. Bendungan atau waduk tidak saja sebagai tampungan air pada
saat musim hujan tetapi dapat dimanfaatkan untuk tujuan lainnya
Sebagai upaya menjaga kelestarian air maka berbagai usaha telah dilakukan baik
yang bersifat fisik maupun non fisik. Upaya non fisik diantaranya pembuatan peta
potensi catchmen area, mengatur penggunaan DAS, pembuatan master plan
pengendalian banjir dan mekanisme perijinan alih fungsi lahan yang ketat. Upaya fisik
diantaranya pembangunan bendungan dan waduk yang diharapkan dapat menampung
laju air sungai sehingga dapat meresap ke dalam tanah serta berfungsi sebagai
pengendali banjir di daerah hilir.

1.3. Lokasi Studi Perencanaan


Dalam perencanaan pembangunan sebuah bendungan perlu adanya lokasi yang
memiliki kondisi bentang alam yang dapat dipakai sebagai sebuah tampungan dengan
fungsi yang diinginkan. Lokasi yang dipakai dalam perencanaan pembangunan
bendungan berada di Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan.
1.4. Ruang Lingkup Perencanaan
Dalam perencanaan pembangunan bendungan di Kabupaten Tapin, Kalimantan
Selatan. perlu perhitungan data dalam investigasi awal (pra desain). Dalam tahap ini
dilakukan perhitungan-perhitungan yang meliputi: hidrologi, storage area curve, flood
routing pada pelimpah, hidrolika pada pelimpah, perencanaan urugan tubuh bendungan
utama.
1.4.1. Perhitungan Hidrologi/ Banjir Rancangan
Dalam perencanaan sebuah bendungan data hidrologi sangat penting untuk
mengetahui berapa debit banjir yang terjadi pada saat masa konstruksi berjalan. Data
curah hujan tersebut biasanya data curah hujan jam-jaman, hujan harian, distribusi curah
hujan pada saat terjadi hujan yang lebat, dan lain lain.
Adapun nantinya data-data pada Konstruksi Bendungan I akan digunakan untuk
perhitungan hidrologi antara lain penetapan banjir rancangan, penentuan kala ulang
(return period) banjir rancangan , penentuan debit maksimum banjir yang mungkin
terjadi (probable maximum flood), pembuatan hidrograf banjir rancangan sebagai debit
inflow banjir untuk perencanaan bangunan pelepasan (outlet works) pada konstruksi
bendungan.
1.4.2. Perhitungan Storage Area Curve
Fungsi utama tampungan waduk adalah sebagai penampung air dan sebagai
stabilisator aliran air yang terjadi pada suatu daerah aliran sungai. Oleh karena itu, hal
yang paling penting diperhatikan dari karakteristik fisik waduk adalah berapa besar
kapasitas tampungannya.
Perencanaan penentuan lokasi waduk ditentukan dari peta kontur dan survei
topografi lokasi bendungan yang dilaksanakan, seperti ditunjukkan pada gambar
perencanaan. Elevasi kontur dan area yang direncanakan di masing-masing elevasi
dapat diplot dari kurva hasil hubungan antara kapasitas waduk dan elevasi pada peta
kontur, yang disebut kurva kapasitas tampungan waduk.
1.4.3. Perhitungan Penelusuran Banjir/Flood Routing pada Pelimpah
Penelusuran banjir adalah sebuah cara untuk menentukan modifikasi aliran banjir.
Hal ini berdasar pada konfigurasi gelombang banjir yang bergerak pada suatu
tampungan. Penelusuran banjir diperlukan untuk mendapatkan penyelesaian yang
lengkap mengenai persoalan pengendalian banjir dan peramalan banjir. Untuk
memenuhi keperluan ini, penelusuran banjir dipandang sebagai prosedur yang
dibutuhkan untuk menentukan hidrograf yang diketahui dari suatu titik tinjau.
1.4.4. Perhitungan Hidrolika pada Pelimpah
Spillway/pelimpah merupakan bagian dari bendungan yang didesain untuk
melimpahkan air dari hulu ke hilir bendungan. Pada hakekatnya untuk bendungan
urugan, terdapat berbagai tipe bangunan pelimpah dan untuk menentukan tipe yang
sesuai, diperlukan suatu studi yang luas dan mendalam, hingga diperoleh alternatif yang
paling ekonomis. Selain itu, bangunan pelimpah bisa diartikan bangunan beserta
instalasinya untuk mengalirkan air banjir yang masuk ke dalam waduk agar tidak
membahayakan keamanan bendungan.
Pelimpah sendiri dapat dibagi menjadi tiga berdasarkan fungsinya:
1. Pelimpah Utama (1,2Q 100; 1,2Q 200; Q1000)
2. Pelimpah pembantu (beroperasi bila terjadi banjir yang luar biasa melebihi Q
rencana pelimpah utama)
3. Pelimpah darurat (beroperasi bila ada kerusakan pada pelimpah utama/terjadi
banjir yang melebihi kapasitas pelimpah utama dan pelimpah pembantu)

Bangunan pelimpah juga memiliki bagian-bagian yang dibahas dalam tabel di


bawah ini.
Tabel 1.1. Tabel Bagian dan Fungsi Pelimpah

Bagian Fungsi
a. Digunakan untuk mengarahkan dan mengatur
aliran air agar kecepatannya kecil tetapi debitnya
besar.
Saluran Pengarah b. Tipe/ jenisnya anatara lain: ambang bebas (untuk
debit kecil), ambang berbentuk bendung
pelimpah (debit besar), bendung pelimpah
menggantung (pada bendungan beton)
Saluran Peluncur a. Digunakan untuk membuat agar kecepatan air
yang meluncur ke hilir di bawah kecepatan kritis
yang diizinkan.
b. v = k.R2/3.S0,5
c. Fr = v/(g.L) 0,5 ≥ 1 (kritis dan superkritis)
d. Upaya yang dilakukan adalah:
 slope dibuat landai
 Artificial aeration (pemberian udara dari
Bagian Fungsi
samping)
 Pelapisan Beton dengan baja tahan karat.
Digunakan untuk menghilangkan atau mengurangi
energi air agar tidak merusak tebing, dan atau
Peredam Energi
bangunan lain di hilir bangunan pelimpah yaitu
dengan loncatan energi/ loncatan ski (kolam olakan)

Pada perencanaan pelimpah sebenarnya belum ada cara perhitungan yang benar-
benar mantap. Kebanyakan masih mendasarkan pada asumsi-asumsi yang kebenarannya
belum teruji. Oleh karena itu, maka pengujian dengan model tes sangat dianjurkan. Data
yang diperlukan dalam perencanaan pelimpah antara lain adalah koefisien limpahan
(berdasar literatur/tipe antara 1,6-2,2), elevasi pelimpah (berdasarkan lengkung
kapasitas waduk), persamaan lengkung kapasitas waduk.

1.4.5. Perhitungan Perencanaan Urugan Tubuh Bendungan Utama


Material-material bungkalan batu yang diperoleh dengan cara memecahkan
lapisan batuan masif atau material–material bungkalan pecahan batuan yang biasanya
terdapat di dalam alur–alur sungai disebut material–material batu. Bendungan urugan
yang sebagian besar tubuhnya terdiri dari timbunan batu berdiameter rata–rata 10 s/d 75
cm disebut bendungan batu. Material batu akan dianggap ideal apabila memenuhi
persyaratan sebagai berikut.
a. Ukuran diameter batu–batu antara 45 s/d 60 cm dengan berat antara 250 s/d 500 kg
atau lebih.
b. Batu–batu yang bberdiameter kurang dari 10 cm yang terdapat dalam timbunan
tubuh bendungan tidak diperkenankan melebihi 5% komposisinya.
c. Material batu tidak mudah pecah, baik dalam pengangkutan maupun pada saat
penuangan dari alat–alat pengangkutan (dumping).
d. Berat jenisnya tidak kurang dari 2,5.
e. Kekuatan tegangan tekan batu tidak kurang dari 700 kg/cm2.
f. Daya tahan terhadap pelapukannya tinggi (pada pengujian dengan cairan Na2SO4
penyusutannya tidak melebihi 0,015%).
g. Untuk bendungan yang lebih rendah dari 50 meter dapat digunakan material-
material batu dengan spesifikasi berat jenisnya sekitar 2,3 dan kekuatan tegangan
tekannya sekitar 300 kg/cm2.
h. Apabila material batu cukup keras dan stabil, maka biasanya untuk D50 = 2-10 cm
(D50 adalah ukuran diameter dari susunan material batu yang terletak di garis 50%
pada kurva gradasinya), maka besarnya sudut geser dalam sekitar 40o.
i. Sedang untuk D50>15 cm, maka harga sudut geser dalamnya sebesar 45o.
Harga  suatu material batu dapat juga diperoleh dengan perhitungan yang
didasarkan pada teori Dr. T. Mogami yaitu:
K
sin  = (1-1)
1 e
dimana:
K = koefisien permeabilitas
e = angka pori
Kestabilan karakteristik material-material batu, merupakan faktor yang mutlak
diperlukan, karena pada tubuh bendungan, material ini harus mampu bertahan
sepanjang umur exploitasi yang direncanakan untuk bendungan tersebut yang biasanya
melebihi lima puluh tahun. Karenanya material-material batu tersebut hendaknya dipilih
yang keras dengan intensitas retakan yang rendah pada setiap bungkalan batu dan
mempunyai daya tahan yang tangguh terhadap pengaruh-pengaruh air maupun
pengaruh-pengaruh atmosfir lainnya. Semakin besar ukuran batu setiap batu serta
semakin masif batu tersebut, maka material ini akan semakin baik. Karena itu biasanya
material-material batu yang berasal dari batuan beku atau batuan metamorf, merupakan
material-material yang memenuhi persyaratan tersebut. Disamping itu, bahan-bahan
yang berasal dari batuan sedimen kadang-kadang juga dapat digunakan terutama batuan
sedimen tua, tetapi sebelum dilakukan pemakaiannya, harus dilakukan penelitian yang
seksama terlebih dahulu.
Jenis material batu yang umumnya memenuhi syarat untuk dipergunakan pada
penimbunan tubuh bendungan diklasifikasikan pada tabel 1.2 berikut:
Tabel 1.2 Bahan Batuan Yang Dapat Digunakan Untuk Material Tubuh Bendungan

Batuan yang dianggap sangat baik Batuan yang dalam penggunaannya


untuk bendungan urugan. perlu penelitian yang seksama.
Granit, Andesit, Riolit. Shale, Slate.
Basalt. Tuff.
Batuan pasir berumur sebelum mesozoikum. Batuan pasir berumur neozoikum.
Batuan kapur. Gneiss, Shcist.
Batuan silikat.
Sumber: Sosrodarsono, 1977

Selanjutnya, mengingat material-material batu yang akan dipergunakan untuk


penimbunan tubuh bendungan biasanya digali dengan peledakan dan untuk
mendapatkan ukuran batu serta gradasi yang sesuai dengan rencana teknisnya, maka
diperlukan pengujian-pengujian untuk menentukan cara-cara peledakan yang sesuai
terutama mengenai kedalaman setiap lubang peledakan.
Apabila bahan batu tersusun dalam gradasi ukuran kecil, maka pendapatan yang
dilakukan dengan metode pemadatan perlapisan (placement compaction method)
merupakan cara pemadatan yang paling baik, sedangkan untuk bahan-bahan batu
bergradasi besar pemadatan yang dilakukan dengan metode pemadatan menuang-
ratakan (dumping and slicing compaction method) merupakan cara yang paling sesuai.
Selanjutnya apabila bahan batu mengandung 7% butiran halus (yang dapat
melalui saringan no. 200 dengan ukuran lubang 0,0074 mm), maka bahan campuran ini
akan bersifat kedap air. Akan tetapi apabila kandungan bahan berbutir halus hanya
mencapai 4% maka bahan campuran ini akan bersifat semi-kedap air (akan sukar
meluluskan air melalui lapisan bahan campuran seperti ini).
Mengingat hal-hal tersebut, maka terutama material timbunan yang berasal dari
dasar sungai yang diambil dengan mesin gali seret (drag-line), hendaknya diperhatikan
betul-betul kandungan butiran yang halus, agar tidak melebihi persyaratan yang telah
diuraikan.

1.4.6. Gambar Perencanaan

Anda mungkin juga menyukai