Tugas Individu Agenda II
Tugas Individu Agenda II
I. Masalah:
1. Kurang disiplinya guru di SMPN 3 Donggo dalam melaksanakan tugas.
2. Guru di SMPN 3 Donggo Belum Menguasai TIK.
II. Analisis Masalah
1. Salah seorang guru matapelajaran IPA di SMPN 3 Donggo Kabupaten Bima Faridah
malas masuk kerja. Bahkan, sejak penulis mulai mengabdi sejak Januari 2021, belum
pernah melihat oknum guru tersebut masuk. Namun datanya masih ada di Dapodik dan
daftar nama guru.
Berdasarkan informasi yang digali oleh penulis, oknum guru tersebut memang sudah lama
melakukan hal itu. Jikapun datang sekolah, paling sebentar dan tidak maksimal.
Guru tersebut beralasan, jarak rumahnya yang jauh dengan sekolah menjadi alasan
utamanya meninggalkan tugasnya sebagai guru. Belum lagi kesibukanya mengurus anak-
anak sebagai ibu rumah tangga. Oknum guru itu bertempat tinggal di Kota Bima, memang
jauh dari sekolah yang berada di dekat perbatasan Kabupaten Bima dan Kabupaten
Dompu.
Dalam keadaanya seperti itu, guru tersebut tetap menerima gaji dari negara.
Kepala sekolah setempat sering memberikan teguran lisan, namun tetap tidak dipedulikan.
Bahkan teguran dengan mengirim surat secara resmi juga sudah dilakukan.
Apa yang dilakukan oleh oknum guru tersebut tidak mencerminkan sikap dan
tanggungjawab sebagai seorang guru dan ASN yang telah bersumpah dan berjanji untuk
memberikan pengabdian dan pelayanan terbaik untuk negara dan rakyat, sesuai dengan
profesinya.
Dari segi aturan, oknum guru tersebut juga telah melanggar PP 53 Tahun 2010 Tentang
Disiplin PNS. Dalam peraturan pemerintah tersebut terdapat sejumlah poin yang menjadi
kewajiban PNS, di antaranya yaitu melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan
kepada PNS dengan penuh pengabdian, kesadaran dan tanggung jawab, menjunjung
tinggi kehormatan negara, pemerintah dan PNS, mengutamakan kepentingan negara
daripada kepentingan sendiri, seseorang dan/atau golongan, masuk kerja dan menaati
ketentuan jam kerja, memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat.
Selain itu, oknum guru tersebut juga tidak menunjukan nilai sebagai seorang guru yang
dapat digugu dan ditiru, dan dijadikan teladan orang siswa.
Harusnya, sebagai guru, ia memeberikan contoh yang baik kepada siswa dan masyarakat.
Memberikan contoh bahwa seorang PNS adalah seorang yang komitmen untuk
menerapkan nilai-nilai akuntabilitas karena tidak mengerjakan tugas dengan tanggung
jawab dan tidak menunjukan integritas sebagai PNS. Selain itu juga tidak menunjukan nilai
nasionalisme karena lebih mementingkan kepentingan pribadi dari pada negara, juga tidak
mau berkorban untuk negara serta tidak taat pada aturan undang-undang. Lalu tidak
menunjukan nilai etika publik karena tidak menjalankan tugas dengan tulus dan tanggung
jawab. Lalu nilai komitmen mutu karena guru tersebut tidak melakukan tugas sebagai guru
dengan baik, dengan begitu ia tidak memenuhi indikator mutu, adaptif dan perbaikan
berkelanjutan. Serta nilai anti korupsi karena guru tersebut sudah menerima gaji tapi tidak
melakukan tanggung jawabnya untuk mengaja. Selain itu guru tersebut juga sudah korupsi
waktu yang harusnya dipakai untuk mengabdi sebagai PNS malah digunakan untuk
kepentingan pribadi dan keluarga,dengan begitu guru tersebut tidak memenuhi indikator
jujur, disiplin, tanggung jawab dan kerja keras.
2. Kondisi pengetahuan TIK guru di SMPN 3 Donggo Kabupaten Bima cukup
memprihatinkan. Pasalnya, dari sekian banyak guru sekitar 50 persen masih belum
menguasai TIK.
Akibatnya, guru-guru tersebut tidak bisa melakukan banyak inovasi dalam menyampaikan
pembelajaran, dan kesulitan menggunakan media pembelajaran sebagaimana tuntutan
jaman dan kemajuan dunia pendidikan saat ini.
Berdasarkan pantauan penulis, guru-guru tersebut bahkan tidak bisa membuat bahan
pembelajaran menggunakan power point. Apalagi menganalisa nilai menggunakan exel.
Setelah ditelusuri, ada beragam alasan mengapa guru-guru tersebut belum menguasai
TIK. Mulai dari persoalan keterbatasan perangkat untuk belajar TIK, hingga sikap apatis
karena merasa tidak penting.
Akibat dari hal tersebut, ketika membuat perangkat pembelajaran seperti RPP dan
Silabus, para guru tersebut mengandalkan tenaga TU, atau meminta bantuan teman guru
yang lain untuk membuatkan. Begitu juga ketika melakukan penilaian akhir siswa, guru-
guru tesebut selalu meminta bantuan guru yang lain.
Sikap apatis dan ketidakmauan belajar guru-guru itu tentu saja menjadi contoh buruk bagi
siswa dan akan menghambat kemajuan pendidikan di sekolah setempat. Bahkan mereka
telah melanggar Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Yang
mana guru harus memiliki kompetensi pedagogik, juga kompetensi profesionalisme.
Selain itu, para guru itu juga tidak mencerminkan nilai-nilai Aneka, di antaranya nilai
akuntabilitas karena tidak mengerjakan perangkat pembelajaran dan laporan dengan
sendiri, selain itu guru-guru tersebut juga tidak menunjukan integritas dan tanggung jawab.
Guru-guru itu juga tidak mencerminkan nilai komitmen mutu karena inovatif, mutu dan
adaptif serta perbaikan berkelanjutan.