Kelompok : A1
IT : Hipertiroidisme
Hipertiroidisme
Usia diatas 60 tahun lebih rentan mengalami hipertiroidisme karena fungsi tubuh yang
semakin menurun. Genetik juga menjadi faktor risiko, dimana biasanya dapat menyebabkan
autoimun sehingga kelenjar tiroid mengalami gangguan produksi hormon. Kebiasaan buruk
seperti merokok menyebabkan kekurangan oksigen di otak dan kandungan nikotin pada
rokok dapat memicu inflamasi. Gaya hidup juga berpengaruh, stress berkolerasi terhadap
antibodi, pola makanan dan lainnya. Hipertiroidisme juga terjadi setelah mengalami
pencitraan menggunakan zat kontras yang mengandung iodium (Kemenkes, 2015).
Untuk kasus hipertiroidisme yang biasa, diagnosis yang tepat adalah dengan melakukan
pengukuran langsung konsentrasi tiroksin bebas di dalam plasma (serum free T4 & T3
meningkat dan TSH sedikit/tdk ada) dengan menggunakan cara pemeriksaan
radioimunologik yang tepat. Pembentukan dan pelepasan T3 dan T4 dan pertumbuhan
kelenjar tiroid dirangsang oleh tirotropin (TSH) dari hipofisis anterior. Sementara,
pelepasannya dirangsang oleh thyroliberin (TRH) dari hipotalamus. Stres dan estrogen
meningkatkan pelepasan TSH, sedangkan glukokortikoid, somatostatin, dan dopamin
menghambatnya.
Kadar normal dari TSH serum untuk dewasa adalah antara 0,4 –5,0 mIU/L. Kadar normal
dariTT4 adalah antara 57 -148 nmol/L. Sedangkan kadar FT4 biasa diukur juga dengan free
thyroxine index (FTI) untuk melihat perbandingan T4 yang terikat dan yang bebas. Kadar
normal dari FT4 antara 10-26pmol/L. Hormon T3 memiliki efek yang lebih besar dari T4
walaupun jumlahnya didalam darah jauh lebih sedikit dibandingkan T4. Waktu paruh T4
plasma adalah 6 hari sedangkan T3, 24-30 jam. Pada pemeriksaan T3 yang dinilai adalah T3
yang terikat dan yang bebas. Kadar normal T3 antara 80-200 μg/L (1,2-3,1 nmol/L). Selain
itu kadar FT3 normal juga bisa dihitung antara 260-480 nmg/L (4,0-7,4 pmol/L).
Stres psikis ataupun perubahan emosi dapat mempengaruhi fungsi sistem hormonal
misalnya peningkatan produksi katekolamin, bertambahnya sekresi Adrenocorticotropin
hormone (ACTH), kenaikan produksi hormon pertumbuhan, prolaktin. Sebaliknya, gangguan
hormone dan penyakit endokrin juga dapat mempengaruhi keadaan psikis seseorang, hal ini
dikenal sebagai somatopsikis psikosomatik, yaitu terjadinya perubahan fungsi psikis
contohnya kecemasan pada hipertiroidisme, depresi pada pasien hipotiroid dan lainnya
(Sudoyo, Aru W, dkk. 2014).
Selain psikis fungsi normal kelenjar tiroid juga terganggu, seperti yang tertulis pada tabel
berikut ini (Baradero, 2005):
Sumber: Baradero, 2005
Triidothyronine(T3), yang merupakan bentuk aktif dari hormon tiroid setelah berubah
dari T4, meningkatkan HR dan CO melalui sistem RAA. Hipertiroidisme berhubungan
dengan peningkatan dari tekanan darah sistolik. Sedangkan, pasien dengan hipotiroidisme
mengalami penurunan dari CO, yang menjadikan pasien tersebut mengalami peningkatan
tekanan darah diastolik. Hormon tiroid berhubungan langsung dengan thermogenesis
jaringan. Thermogenesis yang berakibat pada vasodilatasi pembuluh darah perifer dan
menurunkan resistensi vaskular. Dengan menurunnya resistensi terjadi peningkatan dari pada
curah jantung
Terapi supresi hormonal jangka panjang yang dapat menyebabkan hipertiroidisrne
subklinik dengan efek samping berupa osteopeni atau gangguan pada jantung (Sudoyo, Aru
W, dkk. 2014).
Nodul panas disebut sebagai nodul tiroid autonomy (Autonomously Functioning Thyroid
Nodule = AFTN), menekan fungsi jaringan tiroid normal dan jika menetap selama bertahun-
tahun, berkemungkinan untuk menyebabkan hipertiroidisme subklinik (kadar T4 masih
dalam batas normal tetapi kadar TSH tersupresi) (Sudoyo, Aru W, dkk. 2014).
Pada gagal ginjal kronik, terjadi hiperfosfatemia akibat dari kadar fosfat yang gagal
diekskresikan. Peningkatan kadar fosfat di dalam serum diikuti dengan penurunan kadar Ca
serum. Kadar serum Ca yang rendah dapat menyebabkan hipertiroidisme sekunder (Sudoyo,
Aru W, dkk. 2014).
Terapi dilakukan dengan pemberian obat penekan tiroid atau pemberian radioaktif iodin
untuk menginaktivasi hiperfungsi kelenjar tiroid. Stres perlu dikurangi untuk menghilangkan
resiko krisis tiroid sehingga penggunaan obat epinefrin dan atropine merupakan
kontraindikasi.
Obat – obat tiroid berinteraksi dengan obat antikoagulan (warfarin) dan menyebabkan
efek antikoagulan. Selain itu obat tiroid juga menurunkan efek insulin, obat digitalis dan
antidiabetic oral; digoksin dan litium meningkatkan kerja obat – obat tiroid; dan asparin,
fenitoin (Dilantin) meningkatkan kadar T3 serum.
Daftar Pustaka
Baradero, Mary, dkk. 2005. Klien Gangguan Endokrin: Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta:
Buku Kedokteran ECG
Kemenkes. 2015. Bebaskan Dirimu dari Gangguan Tiroid. Pusat Data dan Informasi
Sirbernalg, Steven dan Florian Lang. 2000. Color of Atlas Pathophysiology. Jerman: Staudigl
Druck, Donauwörth
Sudoyo, Aru W, dkk. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I Edisi VI. Jakarta: Intema
Publishing
Riddle MC, Schwartz TB. 1970. New tactics for hyperthyroidism: Sympathetic blockade.
Ann Inter Med
Analisis Masalah
Diagnosis Banding
1. Hipertiroidisme primer: struma multinudosa toksik, adenoma toksik, metastasisi karsinoma
tiroid fungsional, struma ovari,mutasi reseptor TSH, obat: kelebihan iodium (fenomena Jod
Basedow).
2. Hipertiroidisme sekunder: adenoma hipofisis yang mensekresi TSH, sindrom resistensi
hormon tiroid, tumor yang mensekresi HCG, tirotoksikosis gestasional.