Tugas Keperawatan Anak
Tugas Keperawatan Anak
A. Latar Belakang
Retinoblastoma merupakan penyakit tumor ganas pada intraokular yang sering pada anak-anak. Retinoblastoma
umumnya dideteksi pada anak berusia 2 tahun (Nelson, 2011). Retinoblastoma disebabkan oleh faktor herediter atau
non herediter. Retinoblastoma herediter dapat bermanifestasi multifokal dan bilateral, retinoblastoma non herediter
dapat bermanifestasi unifokal dan unilateral. Gejala klinis Retinoblastoma dapat berupa leukokoria,strabismus,
protopsis ataupun uveitis (Depkes, 2015). Retinoblastoma terjadi karena seorang individu mewarisi gen protein
retinoblastoma (RB1) (Robbins, 2015). Walaupun survival rate pada retinoblastoma di dunia tinggi, tetapi penglihatan
kabur dan efek samping dari terapi retinoblastoma tetap saja menjadi perhatian bagi para klinisi (Nelson, 2011).
Retinoblastoma mencakup 4% dari keseluruhan tumor anak-anak. Insidens dari retinoblastoma di dunia adalah
kurang lebih 1 dari 15.000 kelahiran dengan perkiraan 7.000 sampai 8.000 kasus baru, 90% kasus retinoblastoma
didiagnosis sebelum anak berusia 5 tahun. Secara keseluruhan, dua pertiga hingga tiga perempat anak-anak penderita
retinoblastoma mempunyai tumor unilateral, dan sisanya tumor bilateral (Nelson, 2011).
Di Indonesia, epidemiologi retinoblastoma tidak diketahui secara pasti disebabkan minimnya laporan penelitian
pada populasi Indonesia. Akan tetapi, hasil penelitian di RS Dr. Soetomo menunjukkan terdapat 15 kasus
retinoblastoma yang terdiagnosa melalui histopatologi (Soebagjo et all, 2011). Data di Departemen Ilmu Kesehatan
Anak FKUI/ RS Cipto Mangunkusumo pada tahun 2000-2005 berkisar 137 kasus. Data di RS Kanker Dharmais pada
tahun 2006- 2010 menunjukkan 30 kasus baru (Depkes, 2011). Data distribusi kanker anak di RSK Dharmais pada
tahun 2014 menunjukkan terdapat 7 kasus retinoblasto dari 163 kasus kanker anak (4,3%) (Depkes, 2015). Data di
RSUP H. Adam Malik pada tahun 2005-2009 menunjukkan terdapat 67 kasus retinoblastoma pada anak (Rosdiana,
2011).
Pilihan terapi pada anak penderita retinoblastoma bergantung pada jumlah, ukuran, lokasi, dan tipe tumor
intraokular. Focal Therapy berupa laser dan cryotherapy dilakukan apabila anak mengidap tumor ekstramakular
diskrit tunggal, tanapa adanya tumor seeding. Plaque radiation therapy dilakukan apabila anak mengidap tumor
berukuran sedang pada salah satu atau kedua mata. Terapi kombinasi farmakologi (Carboplatin IV) dan kemoterapi
digunakan apabila terdapat tumor yang besar dan mata menonjol. External beam radiation therapy (EBRT), dahulu
terapi definitif retinoblastoma bilateral, sekarang dipakai pada sisa-sisa tumor Rb atau retinoblastoma rekuren
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep medis “Tetralogi of fallot” pada anak.
2. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada “Tetralogi of fallot” pada anak.
BAB II
TUJUAN PUSTAKA
a. Konsep
1. Definisi
Retinoblastoma adalah suatu keganasan intraokular primer yang paling sering pada bayi dan anak dan
merupakan tumor neuroblastik yang secara biologi mirip dengan neuroblastoma dan meduloblastoma
2. Etiologi
Retinoblastoma disebabkan oleh mutasi gen RB1, yang terletak pada lengan panjang kromosom 13 pada locus
14 (13q14) dan kode protein pRB, yang berfungsi supresor pembentukan tumor. pRB adalah nukleoprotein yang terikat
padaDNA (Deoxiribo Nucleid Acid) dan mengontrol siklus sel pada transisi dari fase S. Jadi mengakibatkan perubahan
keganasan dari sel retina primitif sebelum berakhir. (Skuta et al. 2011).
Gen retinoblastoma normal yang terdapat pada semua orang adalah suatu gen supresor atau anti-onkogen.
Individu dengan penyakit yang herediter memiliki satu alel yang terganggu di setiap sel tubuhnya; apabila alel
pasangannya di sel retina yang sedang tumbuh mengalami mutasi spontan, terbentuklah tumor. Pada bentuk penyakit
yang nonherediter, kedua alel gen retinoblastoma normal di sel retina yang sedang tumbuh diinaktifkan oleh mutasi
3. Patofisiologi
Teori tentang histogenesis dari retinoblastoma yang paling banyak dipakai adalah secara umum berasal dari sel
prekursor multipotensial mutasi pada lengan panjang kromosom pita 13, yaitu 13q14 yang dapat berkembang pada
beberapa sel retina dalam atau luar. Pada intraokular, tumor tersebut dapat memperlihatkan berbagai pola pertumbuhan
1. Pola pertumbuhan
Retinoblastoma intraokular dapat menampakkan sejumlah pola pertumbuhan, pada pola pertumbuhan endofitik,
ini tampak sebagai gambaran massa putih sampai coklat muda yang menembus membran limiting interna.
Retinoblastoma endofitik kadang berhubungan dengan vitreus seeding. Sel-sel dari retinoblastoma yang masih dapat
hidup terlepas dalam vitreous dan ruang sub retina dan biasanya dapat menimbulkan perluasan tumor melalui mata.
Vitreous seeding sebagian kecil meluas memberikan gambaran klinis mirip endopthalmitis, vitreous seeding mungkin
juga memasuki bilik mata depan, dimana dapat berkumpul di iris membentuk nodule atau menempati bagian inferior
membentuk pseudohypopyon.
Tumor eksofitik biasanya kuning keputihan dan terjadi pada ruang subretinal, jadi mengenai pembuluh darah
retina yang sering kali terjadi peningkatan diameter pembuluh darah dan lebih pekat warnanya. Pertumbuhan
retinoblastoma eksofitik sering dihubungkan dengan akumulasi cairan subretina yang dapat mengaburkan tumor dan
sangat mirip ablasio retina eksudatif yang memberi kesan suatu Coats disease lanjut. Sel retinoblastoma mempunyai
kemampuan untuk implant dimana sebelumnya jaringan retina tidak terlibat dan tumbuh. Dengan demikian membuat
kesan multisentris pada mata dengan hanya tumor primer tunggal. Sebagaimana tumor tumbuh, fokus kalsifikasi
yang berkembang memberikan gambar khas chalky white appearance. Invasi saraf optikus; dengan penyebaran tumor
sepanjang ruang subarachnoid ke otak. Sel retinoblastoma paling sering keluar dari mata dengan menginvasi saraf
pola yang ketiga adalah retinoblastoma yang tumbuh menginfiltrasi luas yang biasanya unilateral, nonherediter,
dan ditemukan pada anak yang berumur lebih dari 5 tahun. Pada tumor dijumpai adanya injeksi conjunctiva, anterior
chamber seeding, pseudohypopyon, gumpalan besar sel vitreous dan tumor yang menginfiltrasi retina, karena masa
tumor yang dijumpai tidak jelas, diagnosis sering dikacaukan dengan keadaan inflamasi seperti pada uveitis
intermediate yang tidak diketahui etiologinya. Glaukoma sekunder dan rubeosis iridis terjadi pada sekitar 50% kasus.
Penyebaran metastasis ke kelenjar limfe regional, paru, otak dan tulang .(Kanski:2007) (Vaughan, 2010). Sel
tumor mungkin juga melewati kanal atau melalui slera untuk masuk ke orbita. Perluasan ekstraokular dapat
mengakibatkan proptosis sebagaimana tumor tumbuh dalam orbita. Pada bilik mata depan, sel tumor menginvasi
trabecular messwork, memberi jalan masuk ke limphatik conjunctiva. Kemudian timbul kelenjar limfe preauricular dan
Di Amerika Serikat, pada saat diagnosis pasien, jarang dijumpai dengan metastasis sistemik dan perluasan
intrakranial. Tempat metastasis retinoblastoma yang paling sering pada anak mengenai tulang kepala, tulang distal, otak,
4. Manifestasi Klinik
Tanda-tanda retinoblastoma yang paling sering dijumpai adalah leukokoria (white pupillary reflex) yang
digambarkan sebagai mata yang bercahaya, berkilat, atau cat’s-eye appearance, strabismus dan inflamasi okular.
Gambaran lain yang jarang dijumpai, seperti heterochromia, hyfema, vitreous hemoragik, sellulitis, glaukoma, proptosis
dan hypopion. Tanda tambahan yang jarang, lesi kecil yang ditemukan pada pemeriksaan rutin. Keluhan visus jarang
karena kebanyakan pasien anak umur prasekolah (Skuta et al. 2011).
Tanda Retinoblastoma :
Pasien umur < 5 tahun
Leukokoria (54 – 62 %)
Strabismus (18%-22%)
Hypopion
Hyphema
Heterochromia
Spontaneous globe perforation
Proptosis
Katarak
Glaukoma
Nystagmus
Tearing
Anisocora
Pasien umur > 5 tahun
Leukokoria (35%)
Penurunan visus (35%)
Strabismus (15%)
Inflamasi (2%-10%)
Floater (4%)
Nyeri (4%)
5. Komplikasi
Dalam penanganan kanker, gejala umum harus diketahui misalnya saja untuk kanker mata
(retinoblastoma), akan muncul bintik putih (seperti pada mata kucing), dan bola mata tampak lebih besar,
mata menonjol, pendarahan pada mata secara spontan, hingga mata mendadak juling Ini bisa dialami
pada usia anak di bawah empat tahun&ejala lain seperti pembengkakan hati, limfa, dan kelenjar getah
bening enderita akan mengalami juga penurunan kesadaran, gangguan keseimbangan, kejang, kelumpuhan
6. Pemeriksaan Penunjang
a. USG orbita, biasanya digunakan untuk menentukan ukuran tumor. USG orbita dapat juga mendeteksi kalsifikasi
diantara tumor dan berguna untuk menyingkirkan diagnose Coat’s disease (Kanski 2015).
b. Fotografi lapangan lebar, berguna untuk survey dan dokumentasi, dan memberikan kelebihan dalam
c. CT-scan dan MRI orbita dan kepala, sangat berguna untuk mengevaluasi seluruh komponen mata, dan keterlibatan
SSP (IDAI 2011). CT-scan dapat mendeteksi kalsifikasi sedangkan MRI tidak bisa. MRI lebih berguna dalam
d. Aspirasi biopsi jarum halus, hanya direkomendasikan pada kasus yang diagnosisnya masih meragukan dan
merupakan langkah yang dilakukan untuk mencegah penyebaran ekstraokular dari sel tumor (IDAI 2011).
e. Studi genetik pada sampel tumor dan sampel darah dari pasien dan keluarga (Kanski 2015).
Saat retinoblastoma pertama di terapi yang paling penting dipahami retinoblastoma adalah suatu keganasan. Saat
penyakit ditemukan pada mata, angka harapan hidup melebihi 95% di negara barat. Walaupun dengan penyebaran
ekstraokular, angka harapan hidup menurun sampai kurang dari 50%. Selanjutnya dalam memutuskan strategi terapi,
sasaran pertama yang harus adalah menyelamatkan kehidupan, kemudian menyelamatkan mata, dan akhirnya
menyelamatkan visus. Managemen modern retinoblastoma intraokular sekarang ini dengan menggabungkan
kemampuan terapi yang berbeda mencakup enukleasi, eksenterasi, kemoterapi, photocoagulasi, cryoteerapi, external-
Penatalaksanaan retinoblastoma berubah secara dramatis pada dekade yang lalu dan terus berkembang. External
Beam radiotherapy jarang digunakan sebagai terapi utama retinoblastoma intraokular karena berhubungan dengan
deformitas kraniofacial dan tumor sekunder pada daerah radiasi. Enukleasi primer pada retinoblastoma unilateral lanjut
masih direkomendasikan untuk menghindari efek samping kemoterapi sistemik Dihindari manipulasi yang tidak
diperlukan pada bola mata dan sepanjang saraf optikus untuk menghindari penyebaran tumor ke ekstraokular (Skuta et
al.2011).
1. Enukleasi
Enukleasi masih menjadi terapi definitif untuk retinoblastoma, pada kebanyakan kasus operasi reseksi yang
menyeluruh dari penyakit, khususnya enukleasi dipertimbangkan sebagai intervensi yang tepat jika,
2. Kemoterapi
Pemberian kemoterapi sistemik mengurangi ukuran tumor, berikutnya dapat menggunakan gabungan fokal
terapi dengan laser, cryotherapy atau radiotherapy, perubahan ini dapat terjadi sebagai akibat kamajuan dalam terapi
kedua tumor otak dan metastasis retinoblastoma. Sekarang ini regimen kombinasi bermacam-macam seperti
carboplatin, vincristine, etoposide dan cyclosporine. Anak-anak yang mendapat obat kemoterapi secara intravena setiap
Kemoterapi sistemik primer (chemoreduction) diikuti oleh terapi lokal (gabungan) sekarang secara lebih sering
digunakan vision- sparing tecnique. Kebanyakan studi chemoreduction untuk retinoblastoma menggunakan vincristine,
carboplatin, dan epipodophyllotoxin, lainya etoposide atau teniposide, tambahan lainya cyclosporine. Agen pilihan
sebaiknya bervariasi dalam jumlah dan siklus menurut lembaga masing-masing. Kemoterapi jarang berhasil bila
digunakan sendiri, tapi pada beberapa kasus terapi lokal (cryotherapy, laser photocoagulation, thermotherapy atau
plaque radiotherapy) dapat digunakan tanpa khemoterapi. Efek samping terapi chemoreduction antara lain hitung darah
yang rendah, rambut rontok, tuli, toksisitas renal, gangguan neurologik dan jantung. Pemberian kemoterapi lokal sedang
3. Periocular Chemotherapy
Periocular chemotherapy yang akan datang dimasukkan dalam COG trial berdasarkan pada data terbaru
penggunaan carboplatin subconjunctiva sebagai terapi retinoblastoma pada percobaan klinis phase 1 dan 2, keduanya
baik vitreous seeding dan tumor retina didapati adanya respon terhadap terapi ini. Toksisitas lokal minor berupa orbit
myositis pernah dilaporkan setelah pemberian carboplatin subconjuctiva dan respon terhadap kortikosteroid oral, dan
Xenon dan orgon laser (532 nm) secara tradisional digunakan untuk terapi retinoblastoma yang tinggi apek
kurang dari 3mm dengan dimensi basal kurang dari 10 mm, 2-3 siklus putaran photocoagulation merusak suplai darah
tumor, selanjutnya mengalami regresi. Laser yang lebih berat digunakan untuk terapi langsung pada permukaan tumor.
Laser diode (8-10mm) digunakan sebagai hyperthermia. Penggunaan langsung pada permukaan tumor menjadikan
temperatur tumor sampai 45-60oC dan mempunyai pengaruh sitotoksik langsung yang dapat bertambah dengan
5. Cryotherapy
Juga efektif untuk tumor dengan ukuran dimensi basal kurang dari 10mm dan ketebalan apical 3mm.
Cryotherapy digunakan dengan visualisasi langsung dengan triple freeze-thaw technique. Khususnya laser
photoablation dipilih untuk tumor pada lokasi posterior dan cryoablation untuk tumor yang terletak lebih
anterior.Terapi tumor yang berulang sering memerlukan kedua tekhnik tersebut. Selanjut di follow up pertumbuhan
tumor atau komplikasi terapi.
Tumor retinoblastoma respon terhadap radiasi, digunakan teknik terbaru yang dipusatkan pada terapi radiasi
megavoltage, sering memakai lens-sparing technique, untuk melepaskan 4000-4500 cGy dengan interval terapi lebih
dari 4-6 minggu. Khusus untuk terapi pada anak retinoblastoma bilateral yang tidak respon terhadap laser atau
cryoterapi. Keselamatan bola mata baik, dapat dipertahankan sampai 85%. Fungsi visual sering baik dan hanya dibatasi
Dua hal penting yang membatasi pada penggunaan external beam radiohterapy dengan teknik sekunder adalah :
1. Gabungan mutasi germline gen RB1 dengan peningkatan umur hidup pada resiko kedua, tidak tergantung pada
keganasan primer (seperti osteosarcoma) yang dieksaserbasisi oleh paparan external beam radiotherapy.
2. Sequele yang dihubungkan dengan kekuatan radiotheraphy meliputi midface hypoplasia, radiation induced-
Bukti menunjukkan kemampuan terapi yang dikombinasi menggunakan external beam radiotherapy dosis
rendah dan chemotherapy diperbolehkan untuk meningkatkan keselamatan bola mata dengan menurunkan morbiditas
radiasi. Sebagai tambahan penggunaan kemoterapi sistemik dapat memperlambat kebutuhan external beam
radiotherapy, memberikan perkembangan orbita yang baik dan secara bermakna menurunkan resiko malignansi
Radioactive plaque terapi dapat digunakan pada terapi penyelamatan mata dimana terapi penyelamatan bola
mata gagal untuk menghancurkan semua tumor aktif dan sebagai terapi utama terhadap beberapa anak dengan ukuran
tumor relatif kecil sampai sedang. Teknik ini secara umum dapat digunakan pada tumor yang dengan diameter basal
kurang dari 16mm dan ketebalan apical 8mm. Isotop yang lebih sering digunakan adalah lodine 125 dan ruthenium 106.
8. Prognosis
Anak-anak dengan retinoblastoma intraokular yang mendapat perawatan medis modern mempunyai prognosis
yang baik untuk bertahan hidup. Dinegara berkembang laju keselamatan hidup pada anak lebih dari 95%. Kebanyakan
faktor resiko penting yang dihubungkan dengan kematian adalah tumor yang meluas ke ekstraokular, secara lansung
melalui sclera, atau yang lebih sering dengan invasi saraf optikus, khususnya pada pembedahan reseksi margin. Anak
yang bertahan dengan retinoblastoma bilateral meningkatkan insiden keganasan non okular dikemudian hari. Kira-kira
waktu laten untuk perkembangan tumor sekunder 9 tahun dari penatalaksaan retinoblastoma primer. Mutasi RBI
dihubungkan dengan insiden 26,5% perkembangan tumor sekunder dalam 50 tahun pada pasien yang di terapi tanpa
External beam radiotherapy menurunkan periode laten, meningkatkan insidensi tumor sekunder pada 30 tahun
pertama kehidupan, sebagaimana proporsi tumor meningkat baik pada kepala dan leher. Jenis tumor sekunder yang
paling sering tampak pada pasien ini adalah osteogenic sarcoma. Keganasan sekunder lain yang relatif sering adalah
pinealoma, tumor otak, cutaneous melanoma, soft tissue sarcoma, dan tumor-tumor primitive yang tidak
diklasifikasikan.
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal
pengkajian, Do register, dan diagnosa medis. Retinoblastoma unilateral dan bilateral paling banyak pada
kelompok usia 0-5 tahun sebanyak 40.6% dan 46.9% laki-laki lebih banyak dari perempuan pada yang
b. keluhan utama
Keluhan dapat berupa perubahan persepsi penglihatan, demam, kurang nafsu makan, gelisah,
cengeng, nyeri pada luka post operasi, terjadi infeksi pada luka post op, serta perawatan dan pengobatan
lanjutan dari tindakan operasi. umumnya pasien datang dengan keluhan mata merah dan sakit 31.3%, leukokoria
c. Riwayat kesehatan
• Riwayat kesehatan Sekarang, gejala awal yang muncul pada anak Bisa berupa bintik putih pada
• Riwayat kesehatan asa lalu berkaitan dengan kemungkinan memakan makanan/minuman yang
• Riwayat kesehatan keluarga berkaitan erat dengan penyakit keturunan dalam keluarga, misalnya ada
Trauma dapat memberikan kerusakan pada seluruh lapis kelopak ataupun bola mata 8rauma
sebelumnya dapat juga memberikan kelainan pada mata tersebut sebelum meminta pertolongan
kadang-kadang dengan mengetahui riwayat penyakit mata sebelumnya akan dapat meenerangkan
tambahan gejala-gejala penyakit yang dikeluhkan pederita.. Seperti glaukoma yang mengakibatkan TIO
meningkat
f. Penyakit lain yang sedang diderita bila sedang menderita penyakit lain dengan keadaan yang buruk, dapat
g. Riwayat psikologi
a. Reaksi pasien dana keluarganya terhadap gangguan penglihatan yang dialami pasien cemas, takut,
gelisah, sering menangis, sering bertanya.
b. Mekanisme koping
h. Pemeriksaan khusus mata
a. Pemeriksaan tajam pengeliharan
Pada retinoblastoma, tumor dapat menyebar luas di dalam bola mata sehingga dapat merusak semua
organ di mata yang menyebabkan tajam penglihatan sangat menurun.
pembesaran tumor dalam rongga mata akan menekan saraf dan bahkan dapat merusak saraf tersebut
dan apabila mengenai saraf III, IV dan VI maka akan menyebabkan mata juling.
pemeriksaan dimulai dari kelopak mata, sistem lakrimal, konjungti4a, kornea, bilik mata depan, iris,
- Leukokoria
Yaitu reflek pupil yang berwarna putih
- Hipopion
Haitu terdapatnya nanah di bilik mata dep an
- Hifema
- Yaitu terdapatnya darah pada pembuluh darah, biasanya terjadi karena trauma.
- Uveitis
d. Pemeriksaan pupil
Leukokoria (reflek pupil yang berwarna putih) merupakan keluhan dan gejala yang paling sering
e. Pemeriksaan funduskopi
Menggunakan oftalmoskopi untuk pemeriksaan media, papi saraf optik, dan retina. Pada
retinoblastoma ditemukan refleksi tak ada (atau gelap) akibat perdarahan yang banyak dalam badan
kaca.
Pertumbuhan tumor ke dalam bola mata menyebabkan tekanan bola mata meningkat.
2. Diagnosa
Diagnosa 5eperawatan:
a. Gangguan persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori dari
organ penerima.
b. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan mengenai prosedur operasi3 Dyeri berhubungan
c. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur tindakan invasif insisi jaringan tubuh.
hospitalisasi.
3. Intervensi Keprawatan
Kriteria hasil:
a) Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakan satu atau kedua mata yang terlibart.
penglihatan terjadi lambat dan progresif ila bilateral, tiap mata dapat berlanjut pada laju yang
berbeda.
R/ memungkinkan pasien melihat objek lebih mudah dan memudahkan panggilan untuk
penglihatan.
penglihatan telah terjadi tak dapat diperbaiki, kehilangan lebih lanjut dapat dicegah.
contoh, atur perabot/permainan, perbaiki sinar suram dan masalah penglihatan malam.
R/ pengangkatan bola mata, dilakukan apabila tumor sudah mencapai seluruh vitreous dan visus
R/ dilakukan apabila tumor masih intraokuler, untuk mencegah pertumbuhan tumor akan
mempertahankan visus.
b. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan mengenai prosedur operasi.
Kriteria hasil:
1) Tampak rileks dan melaporkan cemas menurun sampai tingkat dapat teratasi.
Intervensi:
R/ faktor ini mempengaruhi persepsi pasien terhadap ancaman diri dan potensial siklus
ansietas.
b) Berikan informasi yang akurat dan jujur. Diskusikan dengan keluarga prosedur, manfaat
dan memberikan dasar fakta untuk membuat pilihan informasi tantang pengobatan.
R/ memberikan kesempatan kepada pasien menerima situasi nyata, mengklarifikasi salah konsepsi dan
pemecahan masalah.
d) Beri penjelasan dan support pada klien pada saat setiap melakukan tindakan.
Kriteria hasil:
3) Menunjukkan penggunaan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan sesuai indikasi untuk situasi
individu.
Intervensi:
a) Tentukan riwayat nyeri, misalnya lokasi nyeri, frekuensi, durasi, dan intensitas (skala0-10)
R/ memungkinkan pasien untuk berpartisipasi secara aktif dan meningkatkan rasa kontrol.
nyeri kronis, pasienorang terdekat harus aktif menjadi partisipan dalam manajemen
nyeri di rumah.
R/ nyeri adalah komplikasi sering dari kanker, meskipun respon individual berbeda. Saat
R/ Ketidaknyamanan rentang luas adalah umum (misalnya nyeri insisi, sakit kepala).
R/ bertujuan untuk mengontrol nyeri maksimum dengan pengaruh minimum pada AKS.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur tindakan invasif insisi jaringan tubuh.
Tujuan: Tidak terjadi penyebaran infeksi selama tindakan prosedur pembedahan dan sesudah
pembedahan.
Intervensi:
1) Ciptakan lingkungan ruangan yang bersih dan bebas dari kontaminasi lingkungan luar.
4) Lakukan teknik aseptic dan disinfeksi secara tepat dalam merawat luka.
Intervensi:
R/ umpan balik dapat membuat klien berusaha lebih keras lagi mengatasi
masalahnya.
hospitalisasi.
3. Tidak ngompol.
Intervensi:
4) Memrikan kesempatan anak mengambil keputusan dan melibatkan orang tua dalam perencanaan
kegiatan.
R/ Metode permainan merupakan cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik
dalam dirinya yang tidak disadari.