Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KONSTRUKSI BAJA 1
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi Tugas Mata Kuliah Konstruksi Baja 1
Yang diampu oleh Bapak Whendy Trissan, ST, M.Sc
Disusun oleh :
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
2021
BAB I
i
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Baja adalah salah satu jenis logam yang paling banyak digunakan dalam bidang teknik.
Penggunaan baja dapat disesuaikan dengan kebutuhan karena banyak sekali macamnya dengan
sifat dan karakter yang berbeda-beda. Ada beberapa hal yang membuat bahan ini banyak
digunakan oleh manusia, antara lain karena Jumlahnya yang cukup melimpah di alam ini, besi
yang terdapat dialam biasanya masih berupa bijih besi atau besi murni, mempunyai sifat
mekanik yang baik (kekuatan dan keuletan), mudah dikerjakan, baik dengan forming maupun
machine sehingga bisa dibuat sesuai keinginan manusia dan harganya relatif murah. Baja
biasanya mengandung beberapa unsur paduan.
Unsur yang paling dominan pengaruhnya terhadap sifat-sifat baja adalah unsur karbon,
meskipun unsur-unsur lain tidak bisa diabaikan begitu saja. Besar kecilnya prosentase unsur
karbon akan berdampak pada sifat mekanik dari baja tersebut, misalnya dalam hal kekerasan,
keuletan, mampu bentuk dan sifat-sifat mekanik lainya. Kekerasan adalah salah satu sifat
mekanik dari baja yang berkaitan dengan ketahanan aus. Selama ini sering dijumpai
komponen-komponen yang mengalami gesekan terusmenerus dalam fungsi kerjanya, sehingga
cepat mengalami keausan. Komponenkomponen itu antara lain roda gigi, piston dan poros.
Komponen-komponen tersebut kerjanya bersinggungan dengan komponen lain, sehingga
permukaannya akan mengalami keausan dan menyebabkan komponen tersebut mudah rusak.
Untuk mengatasi hal ini maka perlu dilakukan suatu proses yang berguna untuk
mengeraskan permukaan komponen sehingga tahan terhadap gesekan. Proses pengerasan
permukaan merupakan salah satu pengerjaan tahap penyelesaian (finishing) untuk
meningkatkan kualitas produk. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kekerasan di
permukaan tetapi juga mempertahankan keuletan di dalam komponen.
ii
B. Rumusan masalah
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Baja
Sekitar tahun 4000 SM, besi (komponen utama penyusun baja) digunakan untuk
membuat peralatan – peralatan sederhana. Material ini dibuat dalam bentuk besi tempa,
yang diperoleh dengan memanaskan bijih-bijih besi dengan menggunakan arang. Pada
awal abad Ke-19, besi tuang dan besi tempa sudah mulai banyak digunakan untuk
pembuatan struktur jembatan. Jembatan pertama yang terbuat dari besi tuang yaitu
Jembatan Lengkung Coalbrookdale di Inggris sepanjang 30 m. Baja muncul sebagai
material baru pada abad ke–19. Meterial baja merupakan logam paduan antara besi dan
karbon dengan kadar karbon yang lebih sedikit daripada besi tuang, serta mulai digunakan
dalam konstruksi-konstruksi berat.
Sir Henry Bessemer merupakan orang yang pertama kali membuat baja dalam
volume besar dan mendapatkan hak paten atas temuannya dari pemerintah Inggris pada
tahun 1855. Beliau mempelajari bahwa dengan menghembuskan aliran udara di atas besi
cair panas akan membakar kotoran-kotoran yang ada di dalam besi tersebut, namun secara
bersamaan proses ini juga menghilangkan komponen-komponen penting seperti karbon
dan mangan.
Selanjutnya, komponen-komponen penting ini dapat digantikan dengan suatu
logam paduan antara besi, karbon dan mangan, di samping itu juga mulai ditambahkan
batu kapur yang dapat mengikat senyawa fosfor dan sulfur. Dengan ditemukannya proses
Bessemer, maka di tahun 1870 baja karbon mulai dapat diproduksi dalam skala besar dan
secara perlahan material baja mulai menggaantikan besi tuang sebagai elemen konstruksi.
Mempunyai kekuatan tarik yang sangat tinggi dan tekan yang cukup
tinggi, berkisar antara 300 – 2000 MPa, Sehingga bila dipakai sebagai bahan
struktur akan memberikan:
1. Tampang >>> relatif kecil/ramping
2. Lemah pada temperatur tinggi (bila terjadi kebakaran struktur bisa runtuh
meskipun tegangan yang terjadi masih rendah)
3. Bahaya tekuk mudah terjadi pada batang yang lansing
Laporan uji material baja di pabrik yang disahkan oleh lembaga yang
berwenang dapat dianggap sebagai bukti yang cukup untuk memenuhi persyaratan
yang ditetapkan dalam standar ini. Baja yang tidak teridentifikasi boleh
digunakan selama memenuhi ketentuan berikut ini:
1. Bebas dari cacat permukaan
2 Sifat fisik material dan kemudahannya untuk dilas tidak mengurangi kekuatan
dan kemampuan layan strukturnya
3 Ditest sesuai ketentuan yang berlaku. Tegangan leleh (fy) untuk perencanaan
tidak boleh diambil lebih dari 170 MPa sedangkan tegangan putusnya (fu)
tidak boleh diambil lebih dari 300 MPa
5
1.3 ALAT SAMBUNG BAJA
Baut, mur, dan ring harus memenuhi ketentuan yang berlaku. Alat
sambung mutu tinggi boleh digunakan bila memenuhi ketentuan berikut:
1. Komposisi kimiawi dan sifat mekanisnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku
2. Diameter batang, luas tumpu kepala baut, dan mur atau penggantinya, harus
lebih besar dari nilai nominal yang ditetapkan dalam ketentuan yang berlaku.
Ukuran lainnya boleh berbeda
3. Cara penarikan baut dan prosedur pemeriksaan untuk alat sambung boleh
berbeda dari ketentuan selama persyaratan gaya tarik minimum alat sambung
dipenuhi dan prosedur penarikannya dapat diperiksa.
Material pengelasan dan logam las harus sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Semua penghubung geser jenis paku yang dilas harus sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Baut angker harus memenuhi ketentuan Butir atau
dibuat dari batang yang memenuhi ketentuan selama ulirnya memenuhi
ketentuan yang berlaku
6
TIPE STRUKTUR BAJA
Ini adalah jenis yang didesain dapat bekerja secara inelastis penuh. Oleh
karena itu pada bagian yang akan mengalami sendi-plastis perlu didesain secara
khusus. Cocok dipakai untuk perencanaan gedung tinggi yang masih
memungkinkan dengan sistem frame. Rangka harus memenuhi strong-colum-
weak- beam agartidakterjadi sendi plastis di kolom yang dapat menyebabkan story
mechanisms.
Jenis sambungan kolom-balok yang dapat dipakai di rangka SMF harus
didukung data empiris hasil uji laboratorium, yang membuktikan bahwa jenis
sambungan tadi mempunyai kemampuan daktilitas yang cukup, yaitu dapat
bertahan sampai perputaran sudut interstory-driJt minimum sebesar 0.04 radian
(AISC 200Sa). Beberapa jenis sambungan yang telah distandardisasi dan terbukti
oleh hasil pengujian adalah sebagai berikut.
Intermediate Moment Frames (lMF)
Jenis rangka ini mirip SMF, yaitu mampu berperilaku inelastic tetapi
terbatas. Cocok dipakai untuk sistem struktur dengan gempa yang relatif sedang,
misal bangunan bertingkat rendah. Sistem sambungan kolom-balok mirip SMF
hanya saja tingkat daktilitasnya terbatas, yaitu perputaran sudut interstory-drift
minimum 0.02 radian (Section 10.2a AISC 200Sa).
Ordinary Moment Frames (OMF)
Ini adalah jenis rangka yang didesain untuk bekerja seeara elastis saja. Oleh
karena itu hanya coeok dipakai untuk sistem struktur dengan beban gravitasi yang
dominan, misalnya bangunan tidak bertingkat yang memiliki bentang panjang.
Sistem sambungan balok-kolom yang digunakan dapat berupa sambungan momen
penuh atau full restrained (FR), tetapi dapat juga semi rigid atau partially
restrained (PR).
1. Analisis struktur harus dilakukan dengan cara-cara mekanika teknik yang baku.
2. Analisis dengan komputer, harus memberitahukan prinsip cara kerja program
dan harus ditunjukan dengan jelas data masukan serta penjelasan data
keluaran.
3. Percobaan model diperbolehkan bila diperlukan untuk menunjang analisis
teoritis.
4. Analisis struktur harus dilakukan dengan model-model matematis yang
mensimulasikan keadaan struktur yang sesungguhnya dilihat dari segi sifat
bahan dan kekakuan unsur-unsurnya.
Bila cara perhitungan menyimpang dari tata cara ini, maka harus mengikuti
persyaratan sebagai berikut:
1. Struktur yang dihasilkan dapat dibuktikan dengan perhitungan dan atau
percobaan yang cukup aman.
2. Tanggung jawab atas penyimpangan, dipikul oleh perencana dan pelaksana
yang bersangkutan.
3. Perhitungan dan atau percobaan tersebut diajukan kepada panitia yang
ditunjuk oleh pengawas bangunan, yang terdiri dari ahli-ahli yang diberi
wewenang menentukan segala keterangan dan cara-cara tersebut.
4. Nama penanggung jawab hasil perhitungan harus ditulis dan dibubuhi tanda
tangan serta tanggal yang jelas.
Suatu struktur disebut stabil bila ia tidak mudah terguling, miring, atau
tergeser, selama umur bangunan yang direncanakan. Suatu struktur disebut cukup
kuat dan mampu-layan bila kemungkinan terjadinya kegagalan-struktur dan
kehilangan kemampuan layan selama masa hidup yang direncanakan adalah kecil
dan dalam batas yang dapat diterima. Suatu struktur disebut awet bila struktur
tersebut dapat menerima keausan dan kerusakan yang diharapkan terjadi selama
umur bangunan yang direncanakan tanpa pemeliharaan yang berlebihan.
Batas-batas lendutan harus sesuai dengan struktur, fungsi penggunaan, sifat
pembebanan, serta elemen-elemen yang didukung oleh struktur tersebut.
Batas lendutan maksimum sebagai berikut:
Sebagai Acuan Dan Persyaratan-Persyaratan Semua baja struktural sebelum
difabrikasi, harus memenuhi ketentuan berikut ini:
• SNI S-05-1989-F : Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian B (Bahan
Bangunan dari Besi/baja)
• SNI 07-0358-1989-A : Baja, Peraturan Umum Pemeriksaan
• 1,2D ± 1,0E + γ L L
Keterangan:
D adalah beban mati yang diakibatkan oleh berat konstruksi permanen, termasuk
dinding, lantai, atap, plafon, partisi tetap, tangga, dan peralatan layan tetap.
La adalah beban hidup di atap yang ditimbulkan selama perawatan oleh pekerja,
peralatan, dan material, atau selama penggunaan biasa oleh orang dan benda
bergerak.
H adalah beban hujan, tidak termasuk yang diakibatkan genangan air.
4.2 FRAME/PORTAL
4.3 TIPE PROFIL
Rumus umumnya:
∑ γi Q i ≤ φ Rn
D: beban mati, L: beban hidup, Lr: beban hidup atap, W: beban angin dan E:
beban gempa, S:Snow, R:Rain (LRFD Steel Design, William T. Segui)
rumus umum: ∑ γi Qi ≤ φ Rn
Pada batang tarik: ∑ γi Qi ≤ φt Pn
kekuatan nominal leleh: Pn = Fy Ag
Welded connections
Ae = UAg
U = 1 – x/L ≤ 0.9
Kekuatan tarik nominal dihitung sbg:
P n = As F u
= 0.75 Ab Fu
π2 E A
Pcr = -
( KL / r )2
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Sekitar tahun 4000 SM, besi (komponen utama penyusun baja) digunakan untuk membuat
peralatan – peralatan sederhana. Material ini dibuat dalam bentuk besi tempa, yang diperoleh
dengan memanaskan bijih – bijih besi dengan menggunakan arang. Pada awal abad ke–19,
besi tuang dan besi tempa sudah mulai banyak digunakan untuk pembuatan struktur jembatan.
Jembatan pertama yang terbuat dari besi tuang yaitu Jembatan Lengkung Coalbrookdale di
Inggris sepanjang 30 m.
Baja adalah logam paduan dengan besi sebagai unsur dasar dan karbon sebagai unsur paduan
utamanya. Kandungan karbon dalam baja berkisar antara 0,21% hingga 2,1% berat sesuai
grade–nya. Fungsi karbon dalam baja adalah sebagai unsur pengeras dengan mencegah
dislokasi bergeser pada kisi kristal (crystal lattice) atom besi. Unsur paduan lain yang biasa
ditambahkan selain karbon adalah mangan (manganese), krom (chromium), vanadium, dan
nikel. Dengan memvariasikan kandungan karbon dan unsur paduan lainnya, berbagai jenis
kualitas baja bisa didapatkan. Penambahan kandungan karbon pada baja dapat meningkatkan
kekerasan (hardness) dan kekuatan tariknya (tensile strength), namun di sisi lain membuatnya
menjadi getas (brittle) serta menurunkan keuletannya (ductility).
Sifat baja pun berbeda-beda sesuai dengan hasil baja yang dibuat dan dibentuk. Dalam
penggunaannya, baja mencapai 90% lebih dengan campuran untuk tujuan khusus. Baja dibuat
dalam perbandingan (prosentase) zat arang yang berlainan.semakin tinggi prosentase zat
arangnya,maka baja menjadi :
Kekuatan tanknya bertambah
Sifat regan berkurang
Kekerasannya bertambah, juga sifat dapat dikeraskan(disepuh) maksimum 1,7%
karbon.
Titik cair berkurang misal 0% karbon titik cair 1539oc 17% karbon titik cair 1380oc
3.1 SARAN
Sebagai mahasiswa kita semestinya mempelajari tentang baja dari dasar terlebih dahulu
agar dapat mudah dipahami. Sehingga dapat memahami materinya lebih dalam lagi.
DAFTAR PUSTAKA