Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

KONSTRUKSI BAJA 1
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi Tugas Mata Kuliah Konstruksi Baja 1
Yang diampu oleh Bapak Whendy Trissan, ST, M.Sc

Disusun oleh :

MEILANO SAPUTRI (193030211018)

PRODI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PALANGKARAYA

2021

BAB I
i
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Baja adalah salah satu jenis logam yang paling banyak digunakan dalam bidang teknik.
Penggunaan baja dapat disesuaikan dengan kebutuhan karena banyak sekali macamnya dengan
sifat dan karakter yang berbeda-beda. Ada beberapa hal yang membuat bahan ini banyak
digunakan oleh manusia, antara lain karena Jumlahnya yang cukup melimpah di alam ini, besi
yang terdapat dialam biasanya masih berupa bijih besi atau besi murni, mempunyai sifat
mekanik yang baik (kekuatan dan keuletan), mudah dikerjakan, baik dengan forming maupun
machine sehingga bisa dibuat sesuai keinginan manusia dan harganya relatif murah. Baja
biasanya mengandung beberapa unsur paduan.
Unsur yang paling dominan pengaruhnya terhadap sifat-sifat baja adalah unsur karbon,
meskipun unsur-unsur lain tidak bisa diabaikan begitu saja. Besar kecilnya prosentase unsur
karbon akan berdampak pada sifat mekanik dari baja tersebut, misalnya dalam hal kekerasan,
keuletan, mampu bentuk dan sifat-sifat mekanik lainya. Kekerasan adalah salah satu sifat
mekanik dari baja yang berkaitan dengan ketahanan aus. Selama ini sering dijumpai
komponen-komponen yang mengalami gesekan terusmenerus dalam fungsi kerjanya, sehingga
cepat mengalami keausan. Komponenkomponen itu antara lain roda gigi, piston dan poros.
Komponen-komponen tersebut kerjanya bersinggungan dengan komponen lain, sehingga
permukaannya akan mengalami keausan dan menyebabkan komponen tersebut mudah rusak.
Untuk mengatasi hal ini maka perlu dilakukan suatu proses yang berguna untuk
mengeraskan permukaan komponen sehingga tahan terhadap gesekan. Proses pengerasan
permukaan merupakan salah satu pengerjaan tahap penyelesaian (finishing) untuk
meningkatkan kualitas produk. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kekerasan di
permukaan tetapi juga mempertahankan keuletan di dalam komponen.

ii
B. Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud karakteristik/ perilaku baja sebagai bahan struktur

2. Apa saja berbagai tipe struktur baja

3. Bagaimana tahapan -tahapan yang harus dipertimbangkan dalam


perencanaan struktur baja
4. Apa saja beban -beban yang bekerja pada struktur
C. Tujuan

5. Mahasiswa memahami karakteristik/ perilaku baja sebagai bahan struktur

6. Mahasiswa mengetahui berbagai tipe struktur baja

7. Mahasiswa memahami tahapan -tahapan yang harus dipertimbangkan


dalam perencanaan struktur baja
8. Mahasiswa mengetahui beban -beban yang bekerja pada struktur

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Baja
Sekitar tahun 4000 SM, besi (komponen utama penyusun baja) digunakan untuk
membuat peralatan – peralatan sederhana. Material ini dibuat dalam bentuk besi tempa,
yang diperoleh dengan memanaskan bijih-bijih besi dengan menggunakan arang. Pada
awal abad Ke-19, besi tuang dan besi tempa sudah mulai banyak digunakan untuk
pembuatan struktur jembatan. Jembatan pertama yang terbuat dari besi tuang yaitu
Jembatan Lengkung Coalbrookdale di Inggris sepanjang 30 m. Baja muncul sebagai
material baru pada abad ke–19. Meterial baja merupakan logam paduan antara besi dan
karbon dengan kadar karbon yang lebih sedikit daripada besi tuang, serta mulai digunakan
dalam konstruksi-konstruksi berat.
Sir Henry Bessemer merupakan orang yang pertama kali membuat baja dalam
volume besar dan mendapatkan hak paten atas temuannya dari pemerintah Inggris pada
tahun 1855. Beliau mempelajari bahwa dengan menghembuskan aliran udara di atas besi
cair panas akan membakar kotoran-kotoran yang ada di dalam besi tersebut, namun secara
bersamaan proses ini juga menghilangkan komponen-komponen penting seperti karbon
dan mangan.
Selanjutnya, komponen-komponen penting ini dapat digantikan dengan suatu
logam paduan antara besi, karbon dan mangan, di samping itu juga mulai ditambahkan
batu kapur yang dapat mengikat senyawa fosfor dan sulfur. Dengan ditemukannya proses
Bessemer, maka di tahun 1870 baja karbon mulai dapat diproduksi dalam skala besar dan
secara perlahan material baja mulai menggaantikan besi tuang sebagai elemen konstruksi.

1.1 SIFAT BAJA STRUKTUR

Mempunyai kekuatan tarik yang sangat tinggi dan tekan yang cukup
tinggi, berkisar antara 300 – 2000 MPa, Sehingga bila dipakai sebagai bahan
struktur akan memberikan:
1. Tampang >>> relatif kecil/ramping

2. Berat struktur >>>menjadi ringan

3. Fondasi >>>menjadi hemat


4
Baja dibuat di pabrik sehingga mempunyai bahan yang homogen dan mutu
yang terjamin. Baja dapat digunakan berulang kali. Baja juga mudah diangkut,
disambung dan baja mempunyai sifat elastis.
Selain memiliki kelebihan. Baja juga memiliki kekurangan. Kekurangan
baja adalah:

1. Perlu pemeliharaan secara rutin, misalnya dengan di cat

2. Lemah pada temperatur tinggi (bila terjadi kebakaran struktur bisa runtuh
meskipun tegangan yang terjadi masih rendah)
3. Bahaya tekuk mudah terjadi pada batang yang lansing

1.2 SIFAT FISIK DAN MEKANIK BAJA

Sifat-sifat mekanis lainnya baja struktural untuk maksud perencanaan


ditetapkan sebagai berikut:
Modulus elastisitas : E = 200.000 Mpa
Modulus geser : G = 80.000 Mpa
Nisbah poisson : μ = 0,3
Koefisien pemuaian : α = 12 x 10E-6 ºC

Laporan uji material baja di pabrik yang disahkan oleh lembaga yang
berwenang dapat dianggap sebagai bukti yang cukup untuk memenuhi persyaratan
yang ditetapkan dalam standar ini. Baja yang tidak teridentifikasi boleh
digunakan selama memenuhi ketentuan berikut ini:
1. Bebas dari cacat permukaan

2 Sifat fisik material dan kemudahannya untuk dilas tidak mengurangi kekuatan
dan kemampuan layan strukturnya
3 Ditest sesuai ketentuan yang berlaku. Tegangan leleh (fy) untuk perencanaan
tidak boleh diambil lebih dari 170 MPa sedangkan tegangan putusnya (fu)
tidak boleh diambil lebih dari 300 MPa

5
1.3 ALAT SAMBUNG BAJA

Baut, mur, dan ring harus memenuhi ketentuan yang berlaku. Alat
sambung mutu tinggi boleh digunakan bila memenuhi ketentuan berikut:
1. Komposisi kimiawi dan sifat mekanisnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku

2. Diameter batang, luas tumpu kepala baut, dan mur atau penggantinya, harus
lebih besar dari nilai nominal yang ditetapkan dalam ketentuan yang berlaku.
Ukuran lainnya boleh berbeda

3. Cara penarikan baut dan prosedur pemeriksaan untuk alat sambung boleh
berbeda dari ketentuan selama persyaratan gaya tarik minimum alat sambung
dipenuhi dan prosedur penarikannya dapat diperiksa.

Material pengelasan dan logam las harus sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Semua penghubung geser jenis paku yang dilas harus sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Baut angker harus memenuhi ketentuan Butir atau
dibuat dari batang yang memenuhi ketentuan selama ulirnya memenuhi
ketentuan yang berlaku

6
TIPE STRUKTUR BAJA

2.1 BAJA RANGKA BATANG

Rangka batang adalah suatu struktur rangka dengan rangkaian batang-


batang berbentuk segitiga. Pada struktur rangka batang, titik buhul sebagai
sambungan tetap/stabil dianggap atau berperilaku sebagai sendi. Untuk
menyambung titik buhul digunakan plat buhul. Pada struktur baja
sambungansambungan pada plat buhul digunakan baut, paku keeling atau las.

Struktur rangka batang merupakan kumpulan dari batang-batang yang


mana gaya-gaya batang tersebut harus diketahui. Dalam hal ini gaya-gaya batang
tersebut beberapa gaya tarik (tension force) atau tekan (compression force).

2.1.1 Konstruksi Rangka Batang Tunggal

Setiap batang atau setiap segitiga penyusunannya mempunyai kedudukan yang


setingkat, konstruksi terdiri dari atas satu kesatuan yang sama (setara).
2.1.2 Konstruksi Rangka Batang Ganda

Konstruksi rangka batang ganda Setiap batang atau setiap segitiga


penyusunnya setingkat kedudukannya. akan tetapi konstruksi terdiri atas dua buah
kesatuan konstruksi yang setara.

2.1.3 Konstuksi Rangka Batang Tersusun

Konstruksi rangka batang tersusun Kedudukan batang atau segitiga


penyusun konstruksi ada beda tingkatannya (konstruksi terdiri atas konstruksi
anak dan konstruksi induk). Segitiga ABC merupakan segitiga konstruksi induk,
sedang segitiga. ADE merupakan segitiga konstruksi anak.

2.2 PORTAL BAJA

Special Moment Frames (SMF)

Ini adalah jenis yang didesain dapat bekerja secara inelastis penuh. Oleh
karena itu pada bagian yang akan mengalami sendi-plastis perlu didesain secara
khusus. Cocok dipakai untuk perencanaan gedung tinggi yang masih
memungkinkan dengan sistem frame. Rangka harus memenuhi strong-colum-
weak- beam agartidakterjadi sendi plastis di kolom yang dapat menyebabkan story
mechanisms.
Jenis sambungan kolom-balok yang dapat dipakai di rangka SMF harus
didukung data empiris hasil uji laboratorium, yang membuktikan bahwa jenis
sambungan tadi mempunyai kemampuan daktilitas yang cukup, yaitu dapat
bertahan sampai perputaran sudut interstory-driJt minimum sebesar 0.04 radian
(AISC 200Sa). Beberapa jenis sambungan yang telah distandardisasi dan terbukti
oleh hasil pengujian adalah sebagai berikut.
Intermediate Moment Frames (lMF)

Jenis rangka ini mirip SMF, yaitu mampu berperilaku inelastic tetapi
terbatas. Cocok dipakai untuk sistem struktur dengan gempa yang relatif sedang,
misal bangunan bertingkat rendah. Sistem sambungan kolom-balok mirip SMF
hanya saja tingkat daktilitasnya terbatas, yaitu perputaran sudut interstory-drift
minimum 0.02 radian (Section 10.2a AISC 200Sa).
Ordinary Moment Frames (OMF)

Ini adalah jenis rangka yang didesain untuk bekerja seeara elastis saja. Oleh
karena itu hanya coeok dipakai untuk sistem struktur dengan beban gravitasi yang
dominan, misalnya bangunan tidak bertingkat yang memiliki bentang panjang.
Sistem sambungan balok-kolom yang digunakan dapat berupa sambungan momen
penuh atau full restrained (FR), tetapi dapat juga semi rigid atau partially
restrained (PR).

2.3 BAJA KOMPOSIT

Struktur komposit (Composite) merupakan struktur yang terdiri dari dua


material atau lebih dengan sifat bahan yang berbeda dan membentuk satu kesatuan
sehingga menghasilkan sifat gabungan yang lebih baik. Umumnya srtuktur
komposit berupa :
1. Kolom baja terbungkus beton / balok baja terbungkus beton (Gambar 1.a/d).

2. Kolom baja berisi beton/tiang pancang (Gambar 1.b/c).

3. Balok baja yang menahan slab beton (Gambar 1.e).


TAHAPAN PERENCANAAN STRUKTUR BAJA
Tahapan penting sebelum analisa struktur adalah menyiapkan model
struktur, berupa data-data numerik dilengkapi gambar dan notasi untuk
merepresentasikan variabel-variabel penting dari suatu struktur real agar dapat
diproses dengan ana lisa struktur, baik cara manual maupun berbasis komputer.
Meskipun memakai komputer yang berharga jutaan tetapi modelnya tidak tepat
maka hasilnya juga tidak berguna. Garbage in garbage out.
Standar umum serta ketentuan - ketentuan Teknis Perencanaan Dan Pelaksanaan
struktur baja untuk bangunan gedung, atau struktur bangunan lain yang
mempunyai kesamaan karakter dengan struktur gedung. Tata cara ini mencakup:
1. Ketentuan-ketentuan minimum untuk merencanakan, fabrikasi, mendirikan
bangunan, dan modifikasi atau renovasi pekerjaan struktur baja, sesuai dengan
metode perencanaan keadaan batas.
2. Perencanaan struktur bangunan gedung atau struktur lainnya, termasuk keran
yang terbuat dari baja.

3. Struktur dan material bangunan berikut:

a) Komponen struktur baja, dengan tebal lebih dari 3 mm.

b) Tegangan leleh (fy) komponen struktur kurang dari 450 Mpa.


3.1 SYARAT PERENCANAAN STRUKTUR BAJA

Perencanaan struktur baja harus memenuhi syarat-syarat berikut:

1. Analisis struktur harus dilakukan dengan cara-cara mekanika teknik yang baku.
2. Analisis dengan komputer, harus memberitahukan prinsip cara kerja program
dan harus ditunjukan dengan jelas data masukan serta penjelasan data
keluaran.
3. Percobaan model diperbolehkan bila diperlukan untuk menunjang analisis
teoritis.
4. Analisis struktur harus dilakukan dengan model-model matematis yang
mensimulasikan keadaan struktur yang sesungguhnya dilihat dari segi sifat
bahan dan kekakuan unsur-unsurnya.
Bila cara perhitungan menyimpang dari tata cara ini, maka harus mengikuti
persyaratan sebagai berikut:
1. Struktur yang dihasilkan dapat dibuktikan dengan perhitungan dan atau
percobaan yang cukup aman.
2. Tanggung jawab atas penyimpangan, dipikul oleh perencana dan pelaksana
yang bersangkutan.
3. Perhitungan dan atau percobaan tersebut diajukan kepada panitia yang
ditunjuk oleh pengawas bangunan, yang terdiri dari ahli-ahli yang diberi
wewenang menentukan segala keterangan dan cara-cara tersebut.
4. Nama penanggung jawab hasil perhitungan harus ditulis dan dibubuhi tanda
tangan serta tanggal yang jelas.

Suatu struktur disebut stabil bila ia tidak mudah terguling, miring, atau
tergeser, selama umur bangunan yang direncanakan. Suatu struktur disebut cukup
kuat dan mampu-layan bila kemungkinan terjadinya kegagalan-struktur dan
kehilangan kemampuan layan selama masa hidup yang direncanakan adalah kecil
dan dalam batas yang dapat diterima. Suatu struktur disebut awet bila struktur
tersebut dapat menerima keausan dan kerusakan yang diharapkan terjadi selama
umur bangunan yang direncanakan tanpa pemeliharaan yang berlebihan.
Batas-batas lendutan harus sesuai dengan struktur, fungsi penggunaan, sifat
pembebanan, serta elemen-elemen yang didukung oleh struktur tersebut.
Batas lendutan maksimum sebagai berikut:
Sebagai Acuan Dan Persyaratan-Persyaratan Semua baja struktural sebelum
difabrikasi, harus memenuhi ketentuan berikut ini:
• SNI S-05-1989-F : Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian B (Bahan
Bangunan dari Besi/baja)
• SNI 07-0358-1989-A : Baja, Peraturan Umum Pemeriksaan

• SNI 07-3014-1992 : Baja untuk Keperluan Rekayasa Umum

• SNI 03-1726-1989 : Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk


Rumah dan Gedung.

3.2 PEMBEBANAN TERHADAP STRUKTUR

Tujuan perencanaan struktur adalah untuk menghasilkan suatu struktur


yang stabil, cukup kuat, mampu-layan, awet, dan memenuhi tujuan-tujuan lainnya
seperti ekonomi dan kemudahan pelaksanaan. Suatu struktur disebut stabil bila ia
tidak mudah terguling, miring, atau tergeser, selama umur bangunan yang
direncanakan. Suatu struktur disebut cukup kuat dan mampu-layan bila
kemungkinan terjadinya kegagalan-struktur dan kehilangan kemampuan layan
selama masa hidup yang direncanakan adalah kecil dan dalam batas yang dapat
diterima. Suatu struktur disebut awet bila struktur tersebut dapat menerima
keausan dan kerusakan yang diharapkan terjadi selama umur bangunan yang
direncanakan tanpa pemeliharaan yang berlebihan.
3.2.1 Beban

Perencanaan suatu struktur untuk keadaan-keadaan stabil batas, kekuatan batas,


dan kemampuan-layan batas harus memperhitungkan pengaruh-pengaruh dari aksi
sebagai akibat dari beban-beban berikut ini:
1. beban hidup dan mati seperti disyaratkan pada SNI 03-1727-1989 atau
penggantinya;
2. untuk perencanaan Crain (alat pengangkat), semua beban yang relevan
yang disyaratkan pada SNI 03-1727-1989, atau penggantinya;
3. untuk perencanaan pelataran tetap, lorong pejalan kaki, tangga, semua
beban yang relevan yang disyaratkan pada SNI 03-1727- 1989, atau
penggantinya;
4. untuk perencanaan lift, semua beban yang relevan yang disyaratkan pada
SNI 03-1727-1989, atau penggantinya;
5. pembebanan gempa sesuai dengan SNI 03-1726-1989, atau penggantinya;

6. beban-beban khusus lainnya, sesuai dengan kebutuhan.

3.2.2 Kombinasi Pembebanan

Berdasarkan beban-beban tersebut di atas maka struktur baja harus mampu


memikul semua kombinasi pembebanan di bawah ini:
• 1,4D

• 1,2D + 1,6 L + 0,5 (La atau H)

• 1,2D + 1,6 (La atau H) ) + (γ L L atau 0,8W)

• 1,2D + 1,3 W + γ L L + 0,5 (La atau H)

• 1,2D ± 1,0E + γ L L

• 0,9D ± (1,3W atau 1,0E)

Keterangan:

D adalah beban mati yang diakibatkan oleh berat konstruksi permanen, termasuk
dinding, lantai, atap, plafon, partisi tetap, tangga, dan peralatan layan tetap.
La adalah beban hidup di atap yang ditimbulkan selama perawatan oleh pekerja,
peralatan, dan material, atau selama penggunaan biasa oleh orang dan benda
bergerak.
H adalah beban hujan, tidak termasuk yang diakibatkan genangan air.

W adalah beban angin


E adalah beban gempa, yang ditentukan menurut SNI 03–1726–1989, atau
penggantinya.
dengan, L = 0,5 bila L< 5 kPa, dan γ L = 1 bila L≥ 5 kPa. Kekecualian: Faktor
beban untuk L di dalam kombinasi pembebanan harus sama dengan 1,0 untuk
garasi parkir, daerah yang digunakan untuk pertemuan umum, dan semua daerah
di mana beban hidup lebih besar daripada 5 kPa.
KONSEP PERENCANAAN STRUKTUR BAJA

4.1 BATANG (TRUSS)

4.2 FRAME/PORTAL
4.3 TIPE PROFIL

Perencanaan elemen struktur baja memerlukan pemilihan tampang profil


baja yang mampu/kuat menahan beban yang bekerja secara aman dan ekonomis.
Ekonomis dimaksudkan memilih berat yang minimum atau berat terkecil per
satuan panjang, sehingga biaya murah. Pertimbangan lain adalah mudah untuk
dilaksanakan/dibangun.
Berikut merupakan beberapa metode yang dpa digunaan dalam
perhitungan struktur baja:
1. Allowable Stress Design (ASD) atau disebut juga “elastic design” atau
“working stress design”
2. Plastic Design

3. Load and Resistance Factor Design (LRFD)


Luas tampang profil atau momen inersia profil yang dipilih mampu
menahan beban yang bekerja sehingga tegangan yang terjadi tidak melebihi
tegangan ijinnya. Tegangan ijin baja berada pada daerah elastis dan lebih kecil
dari tegangan lelehnya (Fy) Tegangan ijin baja diperoleh dari tegangan leleh atau
tegangan tarik ultimit dibagi faktor aman.
Disebut juga working stress design karena tegangan dihasilkan dari beban
riil yang bekerja atau applied loads. Beban yang bekerja dikenal sebagai service
loads. Tegangan yang dihasilkan dari beban riil yang bekerja tidak melebihi
tegangan ijinnya.
Berdasar pada pertimbangan kondisi gagal (dalam arti colapse atau
berdeformasi besar/ masuk daerah plastis), elemen dipilih menggunakan kriteria
struktur akan gagal oleh beban yang secara substansi lebih dari beban kerja (beban
dikali load factor) Prosedurnya: beban kerja dikalikan load factor untuk
mendapatkan failure load, pilih luas tampang profil yang mampu menahan failure
load tsb. Profil aman pada beban kerja
Hampir sama plastic design, tetapi selain beban dikalikan load factor kekuatan
batang di reduced dengan resistance factor, sedemikian hingga:
Beban x faktor beban < kekuatan x faktor tahanan
Faktor beban > 1, sedang faktor tahanan < 1

Rumus umumnya:

∑ γi Q i ≤ φ Rn

Berikut merubakan pembebanan metode LRFD:


1.4D
1.2D + 1.6L + 0.5 (Lr or S or R)

1.2D + 1.6 (Lr or S or R) + (0.5L or 0.8W)

1.2D + 1.3W + 0.5L + 0.5 (Lr or S or R)

1.2D ± 1.0E + 0.5L + 0.2S

0.9D ± (1.3W or 1.0E)

D: beban mati, L: beban hidup, Lr: beban hidup atap, W: beban angin dan E:
beban gempa, S:Snow, R:Rain (LRFD Steel Design, William T. Segui)
rumus umum: ∑ γi Qi ≤ φ Rn
Pada batang tarik: ∑ γi Qi ≤ φt Pn
kekuatan nominal leleh: Pn = Fy Ag

kekuatan nominal retak: Pn = Fu Ae,


beban berfaktor: ∑ γi Qi = Pu

Maka pilih yg terkecil dari:


atau
Pu ≤ 0.90 Fy Ag
dengan Ae=Ag-Alubang
Pu ≤ 0.75 Fu Ae
Bolted connections
Ae = UAn

Welded connections

Ae = UAg

Dengan faktor reduksi:

U = 1 – x/L ≤ 0.9
Kekuatan tarik nominal dihitung sbg:
P n = As F u
= 0.75 Ab Fu

dengan: As = stress area = 0.75 Ab


Ab = nominal area
Panjang tekuk KL, tergantung perletakan ujung kolom

π2 E A

Pcr = -

( KL / r )2
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Sekitar tahun 4000 SM, besi (komponen utama penyusun baja) digunakan untuk membuat
peralatan – peralatan sederhana. Material ini dibuat dalam bentuk besi tempa, yang diperoleh
dengan memanaskan bijih – bijih besi dengan menggunakan arang. Pada awal abad ke–19,
besi tuang dan besi tempa sudah mulai banyak digunakan untuk pembuatan struktur jembatan.
Jembatan pertama yang terbuat dari besi tuang yaitu Jembatan Lengkung Coalbrookdale di
Inggris sepanjang 30 m.
Baja adalah logam paduan dengan besi sebagai unsur dasar dan karbon sebagai unsur paduan
utamanya. Kandungan karbon dalam baja berkisar antara 0,21% hingga 2,1% berat sesuai
grade–nya. Fungsi karbon dalam baja adalah sebagai unsur pengeras dengan mencegah
dislokasi bergeser pada kisi kristal (crystal lattice) atom besi. Unsur paduan lain yang biasa
ditambahkan selain karbon adalah mangan (manganese), krom (chromium), vanadium, dan
nikel. Dengan memvariasikan kandungan karbon dan unsur paduan lainnya, berbagai jenis
kualitas baja bisa didapatkan. Penambahan kandungan karbon pada baja dapat meningkatkan
kekerasan (hardness) dan kekuatan tariknya (tensile strength), namun di sisi lain membuatnya
menjadi getas (brittle) serta menurunkan keuletannya (ductility).
Sifat baja pun berbeda-beda sesuai dengan hasil baja yang dibuat dan dibentuk. Dalam
penggunaannya, baja mencapai 90% lebih dengan campuran untuk tujuan khusus. Baja dibuat
dalam perbandingan (prosentase) zat arang yang berlainan.semakin tinggi prosentase zat
arangnya,maka baja menjadi :
 Kekuatan tanknya bertambah
 Sifat regan berkurang
 Kekerasannya bertambah, juga sifat dapat dikeraskan(disepuh) maksimum 1,7%
karbon.
 Titik cair berkurang misal 0% karbon titik cair 1539oc 17% karbon titik cair 1380oc

3.1 SARAN
Sebagai mahasiswa kita semestinya mempelajari tentang baja dari dasar terlebih dahulu
agar dapat mudah dipahami. Sehingga dapat memahami materinya lebih dalam lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Achfas Zacoeb. 2018. Struktur Rangka Batang di http://zacoeb.lecture.ub.ac.id

(diakses pada tanggal 21 September 2019)

As’at Pujianto, Struktur Komposit Dengan Metode Lrfd di


https://ekhalmussaad.files.wordpress.com (diakses pada tanggal 21
September 2019)
Dewobroto, Wiryanto. 2015. Struktur Baja Perilaku, Analisis & Desain
AISC 2010. Jakarta: Lumina Press
Feri Noviantoro. 2009. Perancangan Struktur Baja (Bag 1,2 & 3) di
http://feri82.blogspot.com/2009/08/perencanaan-struktur-baja-bag1.html
(diakses pada tanggal 21 September 2019)
https://digilib.uns.ac.id/dokumen/download/16171/MzEyNzI=/Perencanaan-
struktur-baja-pada-bangunan-tujuh-lantai-sebagai-hotel-abstrak.pdf

Anda mungkin juga menyukai