Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PRANATA WAKAF, WASIAT, DAN HIBAH

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5


Dewi 30700119084
Muhammad Farid Mopilie 30700119055

FAKULTAS USHULUDDIN FILSAFAT DAN POLITIK


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSSAR
TAHUN 2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
BAB II (WAKAF)
PEMBAHASAN
A. HUKUM WAKAF
1. Pengertian Wakaf
Secara etimologi, wakaf berasal dari “waqafa” yang berarti “habasa”.
Dalam kamus Lisan al-‘Arab, kalimat “habasahu” berarti “dia telah
menahanannya”. Menurut Qahaf, kata “habs” dan “waqf” merupakan dua
kata yang paling banyak digunakan ahli fikih untuk menyebut kata wakaf.
Qahaf menyimpulkan bahwa secara etimologis kata “waqf” dan “habs”
berarti menahan sesuatu dari konsumsi dan melarang seluruh manfaat atau
keuntungan dari selain pihak yang menjadi sasaran wakaf.
Dalam istilah fikh, terdapat beberapa perbedaan rumusan mengenai
definisi wakaf. Sebagian perbedaan ini bersifat redaksional dan sebagian
lainnya berkaitan dengan pandangan mereka mengenai hukum wakaf,
diantaranya berkaitan dengan bentuk harta yang boleh diwakafkan, sifat
wakaf apakah langgeng atau sementara, prinsip wakaf yang berkaitan
dengan pemindahan hak milik (lazim) atau tidak (ghair lazim), dan yang
lainnya.
Dari segi fiqh, para fuqaha berbeda pendapat dalam mendefinisikan
wakaf. berikut ini beberapa rumusan atau penjelasan tentang wakaf dari
para ulama
1. Menurut Abu Hanifah yang disadur oleh Wahbah al-Zuhaili
“Wakaf adalah penghentian benda tidak bergerak dari
pemilikan wa>qif secara hukum dan penyedekahan manfaatnya
untuk kepentingan umum”.
2. Menurut Abu Yusuf dan Muhammad bin al-Hasan, golongan
Syafi’iyyah dan golongan Hanabilah
“Wakaf adalah menahan harta yang memungkinkan diambil
manfaatnya, tetapi bukan untuk dirinya, dibelanjakan wa>qif untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT.” Dengan diwakafkan itu, harta
keluar dari pemilikan wa>qif dan harta tersebut secara hukum milik
Allah SWT. Bagi wa>qif terhalang untuk memanfaatkannya dan wajib
mendermakan hasilnya untuk tujuan kebaikan.
(Ada beberapa dari ulama yang kami ambil yaitu )
1. Ibn ‘Abidin, salah seorang ulama mazhab Hanafi mengartikan wakaf
sebagai:
“Menahan materi benda (al-‘ain) milik wakif dan
menyedekahkan atau mewakafkan manfaatnya kepada siapapun
yang diinginkan untuk tujuan kebajikan.”.
Berdasarkan definisi ini wakaf dapat dimaknai sebagai akad
menyumbangkan manfaat dan tidak berdampak pada lepasnya
kepemilikan harta wakaf dari wakif sehingga ia boleh menariknya
kembali. Wakif juga boleh menjualnya dan jika wafat maka harta itu
menjadi harta warisan bagi ahli warisnya.
2. Imam Ibn Qudamah, salah seorang ulama mazhab Hanbali
mendefinisikan wakaf dengan bahasa yang sederhana
“Menahan asal harta (tanah) dan menyedekahkan manfaat yang
dihasilkan.”
Definisi wakaf dari kedua mazhab di atas memiliki kedekatan
makna, yaitu seseorang menahan harta miliknya kemudian
melepaskan kepemilikannya dari waqif (pewakaf), dengan maksud
agar harta tersebut dapat dimanfaatkan di segala bidang
kemaslahatan dengan tetap melanggengkan harta tersebut, dengan
niat taqarrub kepada Allah. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan
bahwa wakaf bersifat langgeng sehingga harta yang habis
dikonsumsi, seperti makanan, tidak boleh diwakafkan

B. DALIL TENTANG WAKAF


1. AL-QURAN
Dalam Al-Qur’an terdapat beberapa ayat yang menganjurkan untuk
menunaikan wakaf, beberapa diantaranya adalah QS. Ali ‘Imran: 92:
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna),
sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan
apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah
mengetahuinya.”
Ayat lain yang menjadi rujukan mengenai wakaf adalah al-Baqarah:
261 dan 267:
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orangorang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir
benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji.
Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang dia kehendaki, dan
Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”.
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah)
sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang
kami keluarkan dari bumi untuk kamu, dan janganlah kamu memilih
yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu
sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata
terhadapnya, dan ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji

2. Hadist
Selain Al-Qur’an yang dijadikan sebagai rujukan dalam mengamalkan
wakaf, terdapat pula hadits yang dijadikan dasar mengamalkan wakaf:
“Dari Abu Hurairah ra. Sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda :
Apabila manusia mati, maka terputuslah amalannya, kecuali tiga
perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak saleh yang
mendoakannya. (HR. Muslim).14

Hadits Nabi yang secara tegas menyinggung dianjurkannya ibadah


wakaf, yaitu perintah Nabi kepada Umar untuk mewakafkan tanahnya
yang ada di Khaibar
“Dari Ibnu Umar ra. Berkata, bahwa sahabat Umar Ra. Memperoleh
sebidang tanah di Khaibar kemudian menghadap kepada Rasulullah
untukm memohon petunjuk Umar berkata: Ya Rasulullah, saya
mendapatkan sebidang tanah di Khaibar, saya belum pernah
mendapatkan harta sebaik itu, maka apakah engkau perintahkan
kepadaku? Rasulullah menjawab: Bila kamu suka, kamu tahan
(pokoknya) ntanah itu, dan kamu sedekahkan (hasilnya). Kemudian
Umar menyedekahkannya kepada orang-orang fakir, kaum kerabat,
budak belian, sabilillah, ibnu sabil dan tamu. Dan tidak mengapa atau
tidak dilarang bagi yang menguasai tanah wakaf itu (pengurusnya)
makan dari hasilnya dengan cara yang baik (sepantasnya) atau makan
dengan tidak bermaksud menumpuk harta”. (HR. Muslim)

C. Macam-Macam Wakaf
Wakaf dapat dibedakan menjadi beberapa klasifikasi yaitu
berdasarkan tujuannya, waktunya, dan penggunaannya
Wakaf berdasarkan tujuannya terdiri dari :
1. Wakaf sosial untuk kebaikan masyarakat (khairi), yaitu apabila
tujuan wakafnya untuk kepentingan umum
2. Wakaf keluarga (dzurri), yaitu apabila tujuan wakaf untuk
memberi manfaat kepada wa>qif, keluarganya dan keturunannya
3. Wakaf gabungan (musytarak), yaitu apabila tujuan wakafnya
untuk umum dan keluarga secara bersamaan

Berdasarkan batasan waktunya, wakaf terbagi menjadi dua


macam:
1. Wakaf abadi, yaitu wakaf berbentuk barang yang bersifat abadi
seperti tanah dan bangunan atau barang bergerak yang
ditentukan oleh wakif sebagai wakaf abadi.
2. Wakaf sementara, yaitu apabila barang yang diwakafkan berupa
barang yang mudah rusak ketika dipergunakan tanpa memberi
syarat untuk mengganti bagian yang rusak.
Berdasarkan penggunaannya, wakaf terbagi menjadi dua
macam:
1. Wakaf langsung, yaitu wakaf yang pokok barangnya digunakan
untuk mencapai tujuannya seerti masjid untuk shalat, sekolah
untuk kegiatan belajar mengajar dan sebagainya.
2. Wakaf produktif, wakaf yang pokok barangnya digunakan untuk
kegiatan produksi dan hasilnya diberikan sesuai dengan tujuan
wakaf.

D. Rukun Dan Syarat Wakaf


Rukun Wakaf Ada empat rukun yang mesti dipenuhi dalam berwakaf.
1. Orang yang berwakaf (al-waqif).
2. Benda yang diwakafkan (al-mauquf).
3. Orang yang menerima manfaat wakaf (al-mauquf ‘alaihi).
4. Lafadz atau ikrar wakaf (sighah).

Syarat-Syarat Wakaf
1. Wakif

 Syarat Wakif ; Orang yang mewakafkan disyaratkan cakap bertindak


dalam membelanjakan hartanya. Kecakapan bertindak disini meliputi 4
macam kriteria, yaitu:
o Merdeka,
o Berakal sehat,
o Dewasa,
o Tidak di bawah pengampuan

2. Mauquf

 Syarat Mauquf Benda-benda yang diwakafkan dipandang sah apabila


memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
o Harus mempunyai nilai,
o Benda bergerak atau benda tetap yang dibenarkan untuk
diwakafkan,
o Benda yang diwakafkan harus tertentu (diketahui) ketika terjadi
wakaf,
o Telah menjadi milik si wakif.

3. Mauquf ‘Alaih

 Syarat Mauquf ‘Alaih ; Mauquf ‘Alaih yaitu orang atau badan hukum
yang berhak menerima harta wakaf. Adapun syarat-syaratnya ialah:
o Harus dinyatakan secara tegas pada waktu mengikrarkan
wakaf,
o Harus dinyatakan secara tegas kepada siapa/apa ditujukan
wakaf tersebut,
o Tujuan wakaf itu harus untuk ibadah.

4. Sighat

 Syarat Shighat ; Shighat akad adalah segala ucapan, tulisan atau isyarat
dari orang yang berakad untuk menyatakan kehendak dan menjelaskan
apa yang diinginkannya. Adapun syarat sahnya shighat adalah:
o Shighat harus munjazah (terjadi seketika),
o Shighat tidak diikuti syarat bathil.
o Shigaht tidak diikuti pembatasan waktu tertentu,
o Tidak mengandung suatu pengertian untuk mencabut kembali
wakaf yang sudah dilakukan.

E. Fungsi Wakaf
Fungsi Wakaf ada 4 fungsi yaitu
 Fungsi Ekonomi. Salah satu aspek yang terpenting dari wakaf adalah
keadaan sebagai suatu sistem transfer kekayaan yang efektif.
 Fungsi Sosial. Apabila wakaf diurus dan dilaksanakan dengan baik, berbagai
kekurangan akan fasilitas dalam masyarakat akan lebih mudah teratasi.
 Fungsi Ibadah. Wakaf merupakan satu bagian ibadah dalam pelaksanaan
perintah Allah SWT, serta dalam memperkokoh hubungan dengan-Nya.
 Fungsi Akhlaq. Wakaf akan menumbuhkan ahlak yang baik, dimana setiap
orang rela mengorbankan apa yang paling dicintainya untuk suatu tujuan
yang lebih tinggi dari pada kepentingan pribadinya
BAB III
KEWARISAN
A. PENGERTIAN ILMU WARIS
Islam adalah agama universal sekaligus komprehensip yang
membahas persoalan multi dimensi kehidupan manusia, termasuk tentang
harta warisan Dalam khazanah keilmuan Islam ada dua istilah ilmu yang
membahas tentang pembagian harta warisan tersebut, yaitu ilmu Mawaris
atau fikih Mawaris dan ilmu Fara’id. Meskipun secara material objek
pembahasan kedua ilmu itu sama tetapi secara formal keduanya memiliki
fokus kajian berbeda

B.

Anda mungkin juga menyukai