Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

AQIDAH AKHLAK
tentang
AKHLAK TERPUJI KEPADA DIRI
SENDIRI

Anggota Kelompok 1:
 Annisah Siwi Anggreni (03)

 Annisa Wahyu Rosena (04)

 Ferdy Hermawan Yulianto (10)

 Gisela Septina Yutristiani (12)

 Latifatus sa’diyah (14)

 Nadda Nurjanah (19)

 Nurfarah A. Bilqisti (23)

 Ronny Dwi Cahyono (24)

 Sulivia Levi Garnis W. (28)

 Vita Oktaviani (32)


KATA PENGANTAR

Dengan Rahmat Allah SWT,

Sesungguhnya manusia mengakui bahwa dirinya diciptakan dalam keadaan lemah. Sehingga ia
tidak dapat berbuat banyak dalam menghadapi berbagai macam kesulitan yang menimpanya.

Maka manusia perlu membekali diri dengan ilmu, karena ilmu merupakan salah satu karunia
Allah SWT yang dapat membawa manusia kearah kehidupan yang benar.

Dengan memanjatkan puji syukur kehadiran Allah SWT dan hanya atas ridho-Nya, kami dari
kelompok satu selaku murid MTsN Model Trenggalek telah menyelesaikan tugas dari guru pembimbing
Aqidah Akhlak.

Makalah ini disusun sebagai bentuk penyelesaian atas tugas yang diberikan.

Kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Muiz el- Hakim selaku Pembimbing Mata Pelajaran
Aqidah Akhlak di MTsN Model Trenggalek.

Disertai dengan do’a semoga dicatat sebagai amal disisi Allah SWT. Amin.

Penulis

ttd

anggota kelompok 1
BERILMU

1. Perintah mencari ilmu


Menuntut ilmu hukumnya wajib, maka dalam islam kaum muslimin di
perintahkan menuntut ilmu. Dalam sebuah hadist dari Anas bin Malik, Rasullullah saw
bersabda:

Artinya:
Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim, dan meletakkan ilmu kepada yang bukan
ahlinya seperti mengalungi babi dengan permata, mutiara, dan emas. (H.R. Ibnu Majah)

Artinya:
Ilmu itu hanya di dapatkan dengan belajar. (H.R. Ath Thabrani)

Perintah untuk menuntut ilmu juga ditegaskan dalam firman-Nya Q.S. Al-Alaq: 1-5

Artinya:
Yang Paling Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantakan kalam. Dia
Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan
manusia dengan segumpal darah. Bacalah, dan Rabbmulah mengjarkan kepada manusia
yang tidak di ketahuinya. (Q.S. Al’Alaq: 1-5)

a. Ayat-Ayat Qauliyah
Qauliyah berarti sebangsa perkataan, sabda, firman. Ayat qauliyah berarti tanda-
tanda kebesaran Allah swt yang berupa firman-Nya dan sabda rasul-Nya, yaitu Al-
Qur’an dan Hadist. Dengan demikian, setiap muslim dan muslimat wajib mempelajari
ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadist nabi yang menjadi pedoman hidupnya. Jika tidak mau
mempelajari keduanya, niscaya tidak akan dapat melaksanakan ajarannya dalam
kehidupan sehari-hari.

Perintah untuk mempelajari ayat-ayat qauliyah terdapat pada firman Allah :

Artinya:
Bacalah kitab (Al-Qur’an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan
laksanakanlah sholat ... (Q.S. Al’ Ankabut:45)
b. Ayat Qauniyah
Qauniyah berarti keadaan (keadaan alam). Ayat qauniyah berarti tanda-tanda
kebesaran Allah swt yang berupa alam semesta. Dengan demikian, setiap muslim dan
muslimat juga wajib mempelajari keadaan alam, waulupun tidak resmi di bangku
sekolah. Ilmu tentang keadaan alam yang di pelajari, misalnya ilmu geografi, fisika,
biologi, dan matematika.
Menurut penelitian para ahli, kurang lebih dari 60% dari ayat-ayat Al Qur’an
membicarakan alam semesta. Hanya 40% ayat-ayat AlQur’an yang membicarakan
masalah hukum, ibadah, tarikh, muamalah, dan lain-lain. Salah satu surah yang secara
tegas menyuruh kita untuk mempelajari alam semesta adalah surah Al Ghasiyah ayat
17-20,

Artinya :
Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan, dan
langit, bagaimana ia ditinggikan dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan dan
bumi bagaimana ia dihamparkan. (QS. Al Ghasiyah: 17-20)

2. Kedudukan Ilmu Bagi Manusia

Ilmu sangat penting bagi manusia, bukan hanya urusan dunia, dalam hal ibadah
pun orang harus tahu ilmunya. Tentang pentingnya ilmu bagi manusia, Rasulullah SAW.
bersabda:

Artinya:

Barangsiapa menginginkan kehidupan dunia, maka wajib baginya mempnyai ilmu.


Barangsiapa yang menginginkan kehidupan akhirat, maka wajib baginya mempunyai
ilmu. Barangsiapa menginginkan keduanya (dunia & akhirat), wajib baginya mempunyai
ilmu. (H.R. Tabrani)

Ilmu merupakan cahaya yang dapat menerangi kehidupan manusia. Jika tidak ada
ilmu, maka kehidupan dunia akan pasif, tidak semarak, dan terasa gelap.

Untuk dapat memahami Al-Qur’an sebagai pedoman hidup umat Islam diperlukan
berbagai ilmu, antara lain ilmu bahasa. Di dalam Al-Qur’an juga banyak ayat yang
menjelaskan tentang ilmu, misalnya ilmu astronomi tentang peredaran bulan dan
matahari, ilmu kesehatan bahwa larangan mengonsumsi khamr karena berbahaya bagi
kesehatan tubuh, ilmu alam tentang bumi, gunung, laut, hujan, dan sebagainya. Allah
SWT berfirman :

Artinya :

Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya ... (Q.S Al-
Baqarah : 31)
Orang Islam harus banyak belajar agar menjadi pandai. Jika banyak yang pandai,
tidak akan banyak bergantung kepada orang-orang yang memusuhi Islam. Orang Islam
juga tidak akan menjadi bulan-bulanan orang lain, tidak didekte oleh bangsa lain.

Artinya :

Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan? (Q.S Al-
Ghaziah : 17)

Setelah dilakukan penelitian terhadap unta dengan segala organ tubuhnya, dan
cara hidupnya maka kesimpulannya adalah unta memang menjadi binatang yang paling
sesuai dan paling tepat yang Allah SWT ciptakan untuk kendaraan di gurun pasir yang
sulit air dan sering terjadi angin pasir.

Kemajuan teknologi darat, udara, maupun luar angkasa yang membuat manusia
dapat menikmati tempat lain hanya dalam waktu yang sangat singkat merupakan hasil
ilmu pengetahuan. Jadi ilmu dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup.

Al-Ghazali dalam mukhtasa ihya’ ulumuddin mengutib Al-Khalil bin


Muhammad, ada empat golongan manusia yaitu :

a.

Orang yang tahu dan tahu bahwa dirinya tahu.


Golongan ini adalah mereka yang pandai dan dapat memanfaatkan
ilmunya secara baik untuk kepentingan agama dan kemanusiaan. Mereka itulah
yang diibaratkan seperti lampu penerang bagi umatnya (pengikutnya).

b.

Orang yang tahu, tetapi tidak tahu bahwa dirinya tahu.


Golongan ini adalah mereka yang tergolong pandai, namun tidak mau atau
tidak mampu memanfaatkan ilmunya secara baik. Golongan ini diibaratkan
seperti pohon yang tidak berbuah. Golongan kedua ini terkadang membahayakan
orang lain karena mungkin sekali ilmu yang dimiliki sering digunakan untuk
mencari keuntungan sendiri.

c.

Orang yang tidak tahu, tetapi tahu bahwa dirinya tidak tahu.
Golongan ini adalah mereka yang tidak pandai (tidak berilmu), tetapi
menyadari kekurangan dirinya. Golongan ini masih baik karena dapat diarahkan
menuju kepada yang baik. Apabila bersalah, dia segera mengakui kesalahannya
dan mau berusaha memperbaiki kesalahannya. Akhirnya dapat diharapkan
mencapai kemajuan karena kesediaannya untuk diarahkan orang lain.
d.

Orang yang tidak tahu, tetapi tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu.
Golongan ini ialah mereka yang tidak pandai (bodoh), namun tidak
menyadari kekurangannya. Orang yang demikian ini susah diarahkan karena dia
merasa mampu dan benar. Nasihat dan pengarahan dari orang lain tidak
diperlukan karena dia merasa cukup mampu. Dalam kehidupan sehari – hari,
golongan keempat ini sering mengikuti kehendaknya sendiri, kurang
memperhatikan orang lain. Akibatnya, tidak disukai dalam pergaulan.

3. Manfaat Menuntut Ilmu

Orang yang metu sebagai berikut untut ilmu akan memperoleh beberapa
keuntungan yaitbagai berikut :

a. Bagi diri sendiri


1. Memperoleh kepuasan batin karena mampu mengatasi persoalan yang
dihadapi.
2. Dapat mencapai taraf hidup yang lebih baik dibanding dengan orang yang
tidak memiliki ilmu.
3. Dapat melaksanakan ajaran agama dengan benar.
4. Dapat menambah keimanan kepada Allah karena mampu memahami
kebesaran Allah SWT yang ada di alam ini (jika mempelajari ayat-ayat
kauniyah).
5. Memperoleh pahala di sisi Allah karena menaati kewajbannya menuntut ilmu.
6. Derajatnya diangkat oleh Allah. Firman Allah SWT:

Artinya :
....niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu
dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.... (QS. Al
Mujadilah: 11)
7. Dimudahkan jalannya menuju surga.
Rasululloh bersabda :

Artinya :
Barangsiapa yang menemuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah SWT
akan memudahkan baginya jalan menuju surga.
8. Dinaungi malaikat dengan sayapnya, karena ridha dengan orang yang sedang
menuntut ilmu. Rasulullah SAW bersabda :

Artinya :
.....dan malaikat meletakkan sayap-sayapnya bagi orang yang menuntut ilmu
karena ridha kepada apa yang dilakukannya.
9. Menjadi seperti orang yang jihad fi sabilillah.
Dari Anas r.a. Rasulullah SAW. bersabda :
Artinya :
Barangsiapa yang keluar untuk mencari ilmu, maka dia berada di jalanAllah
SWT. Sampai ia pulang.
10. Wawasandan ilmunya luas, sehingga menjadi orang yang beruntung dan dapat
bermanfaat bagi orang lain.
Orang yang berilmu harus menggunakan filosofi padi, yaitu makin berisi
makin merunduk. Artinya seseorang semakin berilmu banyak, semakin rendah
hati, makin taat kepada Allah SWT dan tidak takabur.

b. Bagi orang lain


1. Memberi jalan terang dalam memberikan petunjuk, pengarahan dan saran.
Rasulullah SAW bersabda :

Artinya :
Orang yang pandai ibarat lampu penerang bagi umatnya (kaumnya) dalam
hal petunjuk.
2. Tempat orang bertanya dalam mengatasi masalah yang dihadapi.
3. Dapat membantu orang lain dalam menyelesaikan persoalannya.

4. Perilaku Orang yang Berilmu

Apabila kalian memperhatikan keadaan masyarakat, niscaya dapat kalian ketahui


perbedaan orang yang berilmu dibandingkan dengan orang yang tidak berilmu. Secara
garis besar, sikap orang berilmu dan mencintai ilmu antara lain :

a. Memiliki semangat untuk menguasai ilmu tentang hal-hal yang belum diketahui.
b. Rajin mendatangi majelis-majelis ilmu untuk memperoleh tambahan ilmunya.
c. Rajin mendatangi pengajian untuk memperoleh ilmu keagamaannya.
d. Cukup ringan mengeluarkan biaya demi tercapainya suatu ilmu.
e. Gemar bergaul dengan orang-orang yang berilmu untuk mendapatkan tambahan
ilmunya.
DAFTAR PUSTAKA

LKS Aqidah Akhlak kelas IX semester gasal.

T. Ibrahim – H. Darsono, AQILA membangun Aqidah dan Akhlak 3 untuk kelas


IX Madrasah Tsanawiyah, Tiga Serangkai.

Anda mungkin juga menyukai