Anda di halaman 1dari 13

UJMER 5 (2) (2016)

Unnes Journal of Mathematics Education Research


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujmer

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK SISWA


KELAS VII BERDASARKAN GAYA BELAJAR PADA PEMBELAJARAN
PBL

Budi Eko Setiyono Riau  , Iwan Junaedi

Prodi Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Kemampuan pemecahan masalah matematika merupakam sebagian kemampuan dalam matematika yang belum
Diterima 5 Februari 2016 dikembangkan secara optimal pada siswa. Kemampuan pemecahan masalah matematik siswa dapat ditinjau dari
Disetujui 7 Juni 2016 berbagai dimensi, salah satunya adalah gaya belajar. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kualitas
pembelajaran model PBL terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas VII dan
Dipublikasikan 10
mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa ditinjau dari gaya belajar. Penelitian ini
Desember 2016
merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan subjek siswa kelas VIIB SMP N 2 Karangawen yang terdiri 29
________________ siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa instrumen tes dan wawancara. Analisis data
Keywords: meliputi reduksi, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan pembelajaran
Gaya belajar; pemecahan matematika model PBL terhadap kemampuan pemecahan masalah dalam kategori baik. Siswa dengan gaya
belajar divergen hanya mampu menyelesaikan pada langkah merencanakan pemecahan masalah dan gagal
masalah matematik;
dalam memecahkan masalah, siswa dengan gaya belajar konvergen mampu menyelesaikan pemecahan masalah
pembelajaran PBL
pada langkah mengecek kembali, siswa dengan gaya belajar asimilasi mampu pada langkah mengecek kembali
___________________ tetapi tidak sempurna, dan siswa dengan gaya belajar akomodasi mampu pada langkah melaksanakan
pemecahan masalah tetapi tidak melakukan pengecekan kembali. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa
setiap gaya belajar yang berbeda memiliki kemampuan pemecahan masalah yang berbeda-beda.

Abstract
___________________________________________________________________
Mathematical problem solving ability is a part of mathematics ability which hasn’t developed yet in students.
Mathematical problem solving ability can be viewed from various sides, one of them is learning style. This
research aims to know the quality of PBL learning toward grade VII students’ mathematical problem solving
ability and to describe students’ mathematical problem solving ability based on learning style. This is a
descriptive qualitative research whose subject is students of grade VIII B SMP N 2 Karangawen. Subject consists
of 29 students. Test and interview are used as instruments of the research. Data analysis consists of data
reduction, data display, and conclusion drawing. Research result shows the quality of PBL learning model
toward problem solving ability is in good category. Divergent students’ problem solving ability is until planning
solution step and failed in problem solving ability , Convergent students problem solving ability until re-checking
answer step by using different ways, Assimilation students until re-checking answer step with less perfect answer.
Accomodation students until doing problem solution step. Based on research result, it can be concluded that
different type of learning styles has different problem solving ability.

© 2016 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: p-ISSN 2252-6455
Kampus Unnes Bendan Ngisor, Semarang, 50233
e-ISSN 2502-4507
Email: bestriau58@gmail.com

166
Budi Eko Setiyono Riau & Iwan Junaedi / Unnes Journal of Mathematics Education Research 5 (2) (2016)

PENDAHULUAN bahwa perbedaan gaya belajar dapat


menyebabkan terjadinya perbedaan dalam
Pandangan tentang hakikat dan pemahaman terhadap suatu informasi dan dapat
karakteristik matematika sekolah akan menyebabkan terjadinya perbedaan dalam
memberikan karakteristik mata pelajaran menyelesaikan masalah pada setiap individu.
matematika secara keseluruhan. Depdiknas Ricardo dkk (2014) dalam penelitianya
(2007:1) mendefinisikan matematika sekolah mengungkapkan gaya belajar menyebabkan
yang selanjunya disebut sebagai matematika perbedaan dalam kemampuan menyelesaikan
sebagai berikut: (1) matematika sebagai kegiatan masalah pada siswa. Soenarjadi juga
penelusuran pola dan hubungan, (2) matematika menyatakan dalam penelitian yang
sebagai kreaktifitas yang memerlukan imajinasi, dilakukannya bahwa gaya belajar menyebabkan
intuisi dan penemuan, (3) matematika sebagai kemampuan pemecahan masalah matematik
kegiatan pemecahan masalah (problem solving), oleh siswa laki- laki dan perempuan berbeda.
(4) matematika sebagai alat berkomunikasi. Ramadan (2011) dalam penelitianya
Matematika tidak dapat dipisahkan dari mengatakan salah satu aspek yang paling
pemecahan masalah (problem solving). Proses penting dari pendidikan saat ini adalah gaya
berpikir dalam pemecahan masalah perlu belajar siswa karena keberhasilan mereka
mendapat perhatian guru untuk membantu siswa tergantung pada cara mereka belajar terbaik dan
mengembangkan kemampuan memecahkan dapat dicapai dengan memahami perbedaan
masalah baik dalam konteks dunia nyata masing-masing dan mengingat ini dalam
maupun konteks matematika. pendidikan. Akram dkk (2013) mengatakan
Anderson (2009) menyatakan bahwa bahwa gaya belajar memiliki korelasi positif
pemecahan masalah merupakan keterampilan dengan tujuan dan prestasi belajar siswa cara
hidup yang melibatkan proses menganalisis, khas memperoleh pengetahuan, dan tujuan
menafsirkan, menalar, memprediksi, pencapaian yang dipilih atau alasan untuk
mengevaluasi dan merefleksikan. Zevenbergen menyelesaikan tugas.
(2004:107-108) menyatakan bahwa dalam Kualitas pembelajaran juga harus
memecahkan masalah perlu memiliki diperhatikan dalam pembelajaran yang
pemahaman dan pengetahuan yang memadai, diterapkan pada proses pembelejaran. Salah satu
serta memiliki berbagai macam strategi yang faktor yang mempengaruhinya adalah ketepatan
dapat dipilih ketika menghadapi masalah yang model pembelajaran yang digunakan. Menurut
berbeda. Hasil penelitian Novalita dkk (2014) Suyatno (2009), PBL merupakan model
diperoleh siswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran berbasis proyek yang melibatkan
menyelesaikan soal pemecahan masalah siswa bekerja dalam kelompok untuk menyusun
matematika disebabkan bentuk soal yang tidak suatu laporan, eksperimen, atau proyek lain.
seperti biasanya sehingga siswa bingung untuk Karaduman (2013) mengatakan tujuan
mengidentifikasi apa yang diketahui dan apa pembalajaran PBL menjadikan siswa menjadi
yang ditanyakan dalam soal. mandiri dalam belajar, memiliki kemampuan
Agustina dkk (2014) dalam penelitianya pemecahan masalah, dan siswa dapat
juga menjelaskan bahwa siswa belum terbiasa menghapai masalah yang kemungkinan terjadi
menggunakan dan mengembangkan dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian untuk
kemampuan pemecahan masalah matematis ini mengkaji bagaimana kemampuan pemecahan
yang dimiliki. masalah matematik siswa kelas VII berdasarkan
Windari dkk (2014) juga menjelaskan gaya belajar. Tujuan penelitian ini adalah
dalam penelitianya bahwa siswa belum terbiasa mendeskripsikan kualitas pembelajaran model
mengerjekan soal-soal pemecahan masalah yang PBL dan kemampuan pemecahan masalah siswa
mengakibatkan siswa hanya mampu kelas VII berdasarkan gaya belajar divergen,
menyelesaikan sampai tahap perencanaan. gaya belajar konvergen, gaya belajar asimilasi,
Ilmiyah (2013) dalam penelitianya mengatakan dan gaya belajar akomodasi.

167
Budi Eko Setiyono Riau & Iwan Junaedi / Unnes Journal of Mathematics Education Research 5 (2) (2016)

METODE PENELITIAN 248) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan


bekerja dengan data, mengorganisasikan data,
Penelitian ini merupakan penelitian memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat
kualitatif deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan dikelola, mensintesiskannya, mencari dan
di kelas VII SMP Negeri 2 Karangawen dengan menemukan pola, menemukan hal yang penting
subjek kelas VII-B yang terdiri dari 29 siswa. dan hal yang dipelajari, dan memutuskan
Dalam penelitian ini, peneliti menentukan sesuatu yang dapat diceritakan kepada orang
subyek penelitian dengan menggunakan tes gaya lain. Menurut Sugiyono (2010:335), analisis data
belajar pada 29 siswa kelas VII-B SMP N 2 adalah proses mencari dan menyusun secara
Karangawen tahun ajaran 2015/2016 untuk sistematis data yang diperoleh dari hasil
mengelompokkan siswa berdasarkan gaya wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan
belajar siswa. Data dalam penelitian ini berupa lain dengan cara mengorganisasikan data ke
kualitas pembelajaran dengan PBL, kemampuan dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
pemecahan masalah siswa berdasarkan gaya melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,
belajar siswa yang diperoleh dari hasil tes memilih hal yang penting dan yang akan
kemampuan pemecahan masalah, lembar dipelajari, dan membuat simpulan sehingga
pengamatan keterlaksanaan kualitas mudah dipahami oleh diri sendiri atau orang
pembelajaran, foto dan rekaman kegiatan lain.
wawancara. Kualitas pembelajaran yang baik adalah
Instrumen utama dalam penelitian ini interaksi antara peserta didik dengan pendidik
adalah peneliti sendiri karena data-data dan sumber belajar pada suatu lingkungan
penelitian dikumpulkan secara langsung oleh belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran
peneliti, dengan instrumen bantu, tes gaya belangsung dengan baik. Pengambilan data
belajar siswa dari David Kolb, tes kemampuan kualitas pembelajaran menggunakan lembar
pemecahan masalah, RPP dan Silabus, SBAS, kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran
LKK, lembar observasi dan pedoman dikatakan baik jika 3 domain terpenuhi minimal
wawancara. Teknik pengumpulan data yang dalam kategori baik yaitu planning and
dilakukan dalam penelitian ini adalah tes preparation, classroom management and organization,
tertulis, wawancara, dokumentasi. Untuk danassessmen menurut Charlotte Danielson’s
mempertanggungjawabkan kredibilitas dalam (dalam Mac Gregor, 2007).
penelitian ini, peneliti melakukan triangulasi.
Triangulasi yang dilakukan dalam HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian ini adalah triangulasi teknik dan
sumber. Hasil triangulasi digunakan sebagai Sebelum pembelajaran dilakkan tes gaya
rujukan dalam mencapai transferability. Uji belajar kepada sujek penelitian. Tes ini diberikan
dependability terhadap data analisis kemampuan kepada siswa kelas VIIB SMP N 2 Karangawen
pemecahan masalah matematika dilakukan pada semester gasal tahun pelajaran 2015/2016.
dengan cara melakukan audit terhadap seluruh Siswa dikelompokkan dalam empat gaya belajar
proses penelitian. Uji confirmability merupakan yaitu divergen, konvergen, asimilasi, dan
pengujian hasil penelitian analisis kemampuan akomodasi. Dari 29 siswa yang mengikuti tes
pemecahan masalah matematika dikaitkan tersebut diperoleh 15 siswa memiliki gaya belajar
dengan proses penelitian yang dilakukan divergen, 2 siswa memiliki gaya belajar
peneliti. Analisis data dalam penelitian ini konvergen, 4 memiliki gaya belajar asimilasi dan
menggunakan Model Miles and Huberman yang 8 siswa memiliki gaya belajar akomodasi.
meliputi: (1) reduksi data (data reduction), (2) Setelah dilakukan tes gaya belajar,
penyajian data (data display), (3) penarikan selanjutnya peneliti menyiapkan perangkat
kesimpulan/verifikasi (Sugiyono, 2013). pembelaaran yang berupa silabus, RPP, LKK,
Analisis data kualitatif menurut Bogdan suplemen bahan ajar/materi, dan perangkat
dan Biklen yang dikutip oleh Moleong (2005: penilaian. Setelah perangkat diuji kevalidannya,

168
Budi Eko Setiyono Riau & Iwan Junaedi / Unnes Journal of Mathematics Education Research 5 (2) (2016)

guru menerapkan pembelajaran model PBL terhadap hasil tes kemampuan pemecahan
hingga melakukan penilaian. Pada tahap masalah matematika.
evaluasi, pada aspek ini, guru memberikan Berdasarkan hasil analisis observasi
pemecahan masalah matematika. lembar keterlaksanaan kualitas pembelajaran
Penilaian terhadap kualitas pembelajaran diperoleh skor pada pertemuan pertama yaitu
pada observasi kedua dan ketiga Pada tahap dengan kategori baik. Pada pertemuan kedua
persiapan berdasarkan hasil observasi diperoleh dengan skor perolehan yaitu dengan kategori
bahwa guru sudah mempersiapkan perangkat baik. Pada pertemuan ketiga dengan skor
pembelajaran dengan baik. Pada tahap proses perolehan dikatakana kategori sangat baik. Data
guru sudah mengikuti langkah-langkah model perolehan pertemuan pertama, kedua, dan ketiga
PBL dalam pembelajaran. Pada tahap evaluasi pengamatan proses keterlaksanaan kualitas
guru memberikan latihan soal pemecahan pembelajaran model PBL dikatakan kategori
matematika. Selain itu, guru menyampaikan baik. Hal ini sejalan dalam penelitian Gunantara
hasil tugas pemecahan masalah matematika (2014) mengatakan dalam hasil penelitianya
sebelumnya dan diberikann umpan balik bahwa pembelajaran PBL dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah.

memahami masalah
2
1.5
1
0.5
menyusun rencana
mengecek kembali 0
pemecahan masalah

melaksanakan rencana
pemecahan masalah

Gambar 1. Kemampuan pemecahan masalah gaya belajar divergen

Gaya belajar divergen belum dapat memahami permasalahan yang dihadapi. Subjek
membangun pengetahuan matematika baru belum mampu memanfaatkan informasi dari
melalui pemecahan masalah. Ketika gaya belajar soal.
divergen menghadapi suatu permasalahan, gaya Hal ini dapat dilihat dari strategi yang
belajar divergen mulai membaca soal dengan disusun subjek untuk memecahkan masalah.
sungguh-sungguh. Pada mulanya subjek belum Subjek belum dapat memperkirakan strategi
dapat memahami permasalahan yang dihadapi. pemecahan masalah dengan tepat. Subjek hanya
Namun ketika subjek diberikan kesempatan menuliskan beberapa strategi yang tidak lengkap
untuk mencermati kembali soal tersebut, subjek dan tidak sistematis.
mampu memahami informasi yang terdapat Gaya belajar divergen tidak mampu
pada soal tetapi membutuhkan waktu lama. menerapkan berbagai strategi yang tepat untuk
Subjek harus membaca soal berulang- memecahkan masalah. Selain itu strategi yang
ulang dan diberi bimbingan untuk memahami disusun tidak lengkap dan tidak sistematis
permasalahan tersebut. Subjek hanya mampu sehingga mengakibatkan subjek menemui
menuliskan hal yang diketahui dan hal yang permasalahan dalam menyelesaikan masalah.
ditanyakan dari soal. Subjek belum sepenuhnya Subjek belum mampu merefleksikan proses

169
Budi Eko Setiyono Riau & Iwan Junaedi / Unnes Journal of Mathematics Education Research 5 (2) (2016)

pemecahan masalah dengan baik dan benar. Hal belum sempurna hanya mampu menyelesaiakan
ini dibuktikan dengan proses dalam pengerjaan pada tahap menyusun rencana pemecahan
soal pemecahan masalah matematika yang masalah.
diberikan dengan langkah Polya yang dilakukan

memahami masalah
2
1.5
1
0.5
menyusun rencana
mengecek kembali 0
pemecahan masalah

melaksanakan rencana
pemecahan masalah

Gambar 2. Kemampuan pemecahan masalah gaya belajar konvergen

Gaya belajar konvergen dapat gaya belajar konvergen untuk memecahkan


membangun pengetahuan matematika baru masalah matematika. Siswa dengan gaya belajar
melalui pemecahan masalah. Ketika gaya belajar konvergen dapat memperkirakan strategi
konvergen menghadapi suatu permasalahan pemecahan masalah yang digunakan dengan
dalam pemecahan masalah matematika yang tepat. Gaya belajar konvergen mampu
dihadapi siswa dengan gaya belajar konvergen menerapkan berbagai strategi yang tepat untuk
selalu tenang dalam menyelesaikanyanya, siswa memecahkan masalah matematika. Selain itu
dengan gaya belajar konvergen mulai membaca strategi yang disusun lengkap dan sistematis
soal dengan sungguh-sungguh. Gaya belajar sehingga mengakibatkan siswa dengan gaya
konvergen mampu memanfaatkan informasi dari belajar konvergen dapat memahami
suatu permasalahan dengan baik. Siswa dengan permasalahan dalam menyelesaikan
gaya belajar konvergen mampu menuliskan hal masalah.Siswa dengan gaya belajar konvergen
yang diketahui dan hal yang ditanyakan dari mampu merefleksikan proses pemecahan
soal dari permasalahan. Siswa dengan gaya masalah dengan baik. Siswa dengan gaya belajar
belajar konvergen sepenuhnya memahami konvergen dapat menyelesaikan pemecahan
permasalahan yang dihadapi dalam pemecahan masalah matematika sampai pada langkah
masalah matematika. Siswa dengan gaya belajar mengecek kembali jawaban dengan alternative
konvergen mampu memanfaatkan informasi jawaban yang berbeda. Siswa dengan gaya
yang terdapat dalam soal pemecahan masalah belajar konvergen ini dalam pemecahan masalah
matematika yang diberikan. Hal ini dapat dilihat berhasil menyelesaikan setiap langkah-langkah
dari strategi yang disusun oleh siswa dengan pemecahan masalah dengan baik.

170
Budi Eko Setiyono Riau & Iwan Junaedi / Unnes Journal of Mathematics Education Research 5 (2) (2016)

memahami masalah
2

1.5

0.5
menyusun rencana
mengecek kembali 0
pemecahan masalah

melaksanakan
pemecahan masalah

Gambar 3. Kemampuan pemecahan masalah gaya belajar asimilasi

Gaya belajar asimilasi belum dapat Hal ini dapat dilihat dari strategi yang disusun
membangun pengetahuan matematika baru oleh siswa dengan gaya belajar asimilasi untuk
melalui pemecahan masalah dengan baik. Gaya memecahkan masalah matematika. Siswa
belajar konvergen dalam menghadapi suatu dengan gaya belajar asimilasi belum dapat
permasalahan pemecahan masalah matematika memperkirakan strategi pemecahan masalah
yang dihadapi siswa dengan gaya belajar yang digunakan dengan tepat. Gaya belajar
asimilasi tidak tenang dalam asimilasi belum mampu menerapkan berbagai
menyelesaikanyanya, siswa dengan gaya belajar strategi yang tepat untuk memecahkan masalah
asimilasi mulai membaca soal dengan teliti. matematika. Selain itu strategi yang disusun
Gaya belajar asimilasi mampu memanfaatkan belum lengkap dan sistematis sehingga
informasi dari suatu permasalahan dengan baik. mengakibatkan siswa dengan gaya belajar
Siswa dengan gaya belajar asimilasi mampu asimilasi pada saat memahami permasalahan
menuliskan hal yang diketahui dan hal yang dalam menyelesaikan masalah harus lebih teliti
ditanyakan dari soal dari permasalahan. dan cermat.
Siswa dengan gaya belajar asimilasi Siswa dengan gaya belajar asimilasi belum
sepenuhnya memahami permasalahan yang mampu merefleksikan proses pemecahan
dihadapi dalam pemecahan masalah masalah dengan baik. Siswa dengan gaya belajar
matematika. Siswa dengan gaya belajar asimilasi asimilasi dapat menyelesaikan pemecahan
mampu memanfaatkan informasi yang terdapat masalah matematika sampai pada langkah
dalam soal pemecahan masalah matematika melaksanakan pemecahan masalah tetapi dalam
yang diberikan tetapi masih ada yang bingung. mengecek kembali jawaban tidak sempurna.

171
Budi Eko Setiyono Riau & Iwan Junaedi / Unnes Journal of Mathematics Education Research 5 (2) (2016)

memahami masalah
2

1.5

0.5
menyusun rencana
mengecek kembali 0
pemecahan masalah

melaksanakan
pemecahan masalah

Gambar 4. Kemampuan pemecahan masalah gaya belajar akomodasi

Gaya belajar akomodasi dapat yang terdapat dalam soal pemecahan masalah
membangun pengetahuan matematika baru matematika yang diberikan. Hal ini dapat dilihat
melalui pemecahan masalah. Ketika gaya belajar dari strategi yang disusun oleh siswa dengan
akomodasi menghadapi suatu permasalahan gaya belajar akomodasi untuk memecahkan
dalam pemecahan masalah matematika yang masalah matematika. Siswa dengan gaya belajar
dihadapi siswa dengan gaya belajar akomodasi akomodasi dapat memperkirakan strategi
memerlukan waktu dalam memahaminya, siswa pemecahan masalah yang digunakan. Gaya
dengan gaya belajar akomodasi mulai belajar akomodasi belum mampu menerapkan
memahami soal dengan sungguh-sungguh. Gaya berbagai strategi yang tepat untuk memecahkan
belajar akomodasi mampu memanfaatkan masalah matematika. Selain itu strategi yang
informasi dari suatu permasalahan dengan baik disusun belum lengkap dan sistematis sehingga
tetapi membutuhkan konsentrasi yang lama. mengakibatkan siswa dengan gaya belajar
Siswa dengan gaya belajar akomodasi mampu akomodasi kesulitan dalam menyelesaikan
menuliskan hal yang diketahui dan hal yang masalah.
ditanyakan dari soal dari permasalahan. Gaya belajar akomodasi sudah mampu
Siswa dengan gaya belajar akomodasi menyelesaikan pemecahan masalah pada
sepenuhnya memahami permasalahan yang langkah melaksanakan pemecahan masalah
dihadapi dalam pemecahan masalah tetapi tidak melakukan pengecekan kembali
matematika. Siswa dengan gaya belajar pada jawabanya.
akomodasi mampu memanfaatkan informasi

172
Budi Eko Setiyono Riau & Iwan Junaedi / Unnes Journal of Mathematics Education Research 5 (2) (2016)

Tabel 1. Rangkuman Ciri-ciri Kemampuan Pemecahan Masalah Berdasarkan Gaya Belajar pada Tes
Pemecahan Masalah 1
Nama Indikator Div Kon As Ak
Memahami Masalah 1 √ √ √ √
2 √ √ √ √
Menyusun Rencana Pemecahan Masalah 1 × √ √ √
2 √ √ √ √
Melaksanakan Rencana Pemecahan Masalah 1 × √ √ ×
2 × √ × ×
Mengecek Kembali 1 × √ × ×
2 × × × ×

Pada Tabel 1 terlihat pada tahap langkah melaksanakan rencana pemecahan


memahami masalah pada tes pemecahan masalah untuk indikator kedua tidak dapat
masalah 1, terlihat semua dari gaya belajar mengerjakan dengan baik, sedangkan gaya
divergen, gaya belajar konvergen, gaya belajar belajar konvergen pada langkah melaksanakan
asimilasi, dan gaya belajar akomodasi dapat rencana pemecahan masalah mampu
mengerjakan dengan baik. Pada langkah mengerjakan dengan baik dan sistematis.
menyusun rencana pemecahan masalah terlihat Pada langkah mengecek kembali pada tes
gaya belajar divergen pada indikator 1 tidak pemecahan masalah 1 gaya belajar divergen,
dapat menyelesaikan dengan baik dan benar, gaya belajar asimilasi, dan gaya belajar
namun untuk gaya belajar konvergen, gaya akomodasi tidak mampu mengerjakan dengan
belajar asimilasi, dan gaya belajar akomodasi baik, sedangkan gaya belajar konvergen pada
tidak mengalami kesulitan. indikator yang kedua juga belum mampu
Pada langkah melaksanakan rencana mengerjakan dengan baik dan benar tetapi sudah
pemecahan masalah gaya belajar divergen dan mencoba mengecek kembali meskipun belum
gaya belajar akomodasi tidak dapat mengerjakan sempurna.
dengan baik dan benar, subjek asimilasi pada

Tabel 2. Rangkuman Ciri-ciri Kemampuan Pemecahan Masalah Berdasarkan Gaya Belajar pada Tes
Pemecahan Masalah 2
Nama Indikator Div Kon As Ak
Memahami Masalah 1 √ √ √ √
2 √ √ √ √
Menyusun Rencana Pemecahan Masalah 1 √ √ √ √
2 √ √ √ √
Melaksanakan Rencana Pemecahan Masalah 1 × √ √ √
2 × √ √ ×
Mengecek Kembali 1 × √ × ×
2 × × × ×

Pada Tabel 2 diatas terlihat pada tahap menyusun rencana pemecahan masalah terlihat
memahami masalah pada tes pemecahan subjek gaya belajar divergen, gaya belajar
masalah 2, terlihat semua subjek dari gaya konvergen, gaya belajar asimilasi, dan gaya
belajar divergen, gaya belajar konvergen, gaya belajar akomodasi tidak mengalami kesulitan
belajar asimilasi, dan gaya belajar akomodasi semua subjek dengan keempat gaya belajar
dapat mengerjakan dengan baik. Pada langkah

173
Budi Eko Setiyono Riau & Iwan Junaedi / Unnes Journal of Mathematics Education Research 5 (2) (2016)

tersebut mampu mengerjakan dengan baik dan pada langkah ini mampu mengerjakan dengan
benar pada lngkah ini. baik dan sistematis.
Pada langkah melaksanakan rencana Pada langkah mengecek kembali pada tes
pemecahan masalah gaya belajar divergen dan pemecahan masalah 2 gaya belajar divergen,
akomodasi tidak dapat mengerjakan dengan baik gaya belajar asimilasi, dan gaya belajar
dan benar tetapi untuk gaya belajar akomodasi akomodasi tidak mampu mengerjakan dengan
salah satu indikator dapat mengerjakan dengan baik, sedangkan gaya belajar konvergen pada
benar, gaya belajar asimilasi pada langkah ini indikator yang kedua juga belum mampu
untuk indikator kedua tidak dapat mengerjakan mengerjakan dengan baik dan benar.
dengan baik, sedangkan gaya belajar konvergen

Tabel 3. Rangkuman Ciri-ciri Kemampuan Pemecahan Masalah Berdasarkan Gaya Belajar pada Tes
Pemecahan Masalah 3
Nama Indikator Div Kon As Ak
Memahami Masalah 1 √ √ √ √
2 √ √ √ √
Menyusun Rencana Pemecahan Masalah 1 √ √ √ √
2 √ √ √ √
Melaksanakan Rencana Pemecahan Masalah 1 √ √ √ √
2 × √ √ √
Mengecek Kembali 1 × √ √ ×
2 × √ × ×

Pada Tabel 3 terlihat pada tahap pada tahap melaksanakan pemecahan


memahami masalah pada tes pemecahan masalah dan mengecek kembali dengan
masalah 3, terlihat semua gaya belajar dari alternatif jawaban yang berbeda tidak dapat
gaya belajar divergen, gaya belajar konvergen, menunjukan langkah-langkahnya. Hal ini
gaya belajar asimilasi, dan gaya belajar sejalan dengan
akomodasi dapat mengerjakan dengan baik. Pratiwi dkk (2013) yang mengatakan
Pada langkah menyusun rencana pemecahan bahwa subjek divergen lebih suka minat
masalah terlihat subjek gaya belajar divergen budaya yang sangat luas dan hub manusia
,gaya belajar konvergen, gaya belajar daripada ilmu pengetahuan matematik.
asimilasi, dan gaya belajar akomodasi tidak Tandiayuk (2012) mengatakan bahwa gaya
mengalami kesulitan dengan mudah semua belajar konvergen memiliki kemampuan yang
gaya belajar ini mampu mengerjakan langkah baik dalam memecahkan masalah.
menyusun rencana pemecahan masalah. Pada Gaya belajar asimilasi mampu
langkah melaksanakan rencana pemecahan memahami masalah dalam pemecahan
masalah gaya belajar divergen tidak dapat masalah, merencanakan pemecahan masalah
mengerjakan dengan baik dan benar, gaya dengan baik, melaksanakan pemecahan
belajar konvergen, gaya belajar asimilasi dan masalah matematika dapat melakukan
subjek akomodasi mampu mengerjakan dengan baik, tetapi pada tahap mengecek
langkah melaksanakan pemecahan masalah kembali dengan alternatif jawaban berbeda
dengan baik dan benar. subjek tidak dapat mengerjakan dengan baik
Gaya belajar divergen ini juga mampu dan benar. Sejalan dengan penelitian
menyelesaikan pemecahan masalah Ariani (2014) mengatakan bahwa
matematika pada tahap memahami masalah, keterampilan berfikirnya rendah dalam
pada tahap merencanakan masalah gaya penyelesaian soal. Tandiayuk (2012)
belajar divergen mampu menuliskan langkah mengatakan bahwa siswa dengan gaya belajar
pemecahan masalah, gaya belajar divergen asimilasi adalah suka berfikir dan mengamati

174
Budi Eko Setiyono Riau & Iwan Junaedi / Unnes Journal of Mathematics Education Research 5 (2) (2016)

unggul dalam merangkum informasi tetapi mempresentasikan hasil diskusi di depan,


kurang perhatian terhadap sesuatu dan orang tidak terlihat ragu ketika menjawab
lain. pertanyaan dan mengerjakan soal. Hal ini
Gaya belajar akomodasi mampu sesuai dengan ciri siswa dengan gaya belajar
memahami masalah, merencanakan konvergen yaitu memiliki kemampuan yang
pemecahan masalah dapat melakukan dengan baik dalam pemecahan masalah dan
baik. Pada tahap melaksanakan pemecahan pengambilan keputusan, dan cenderung lebih
masalah matematika dalam mengerjakan soal menyukai tugas-tugas teknis (aplikatif)
pemecahan masalah tidak dapat daripada masalah sosial.Siswa dengan gaya
menyimpulkan jawaban dengan baik dan belajar asimilasi mampu menyelesaikan
benar. Pada tahap mengecek kembali dengan pemecahan masalah pada langkah mengecek
alternatif jawaban berbeda tidak dapat kembali tetapi tidak sempurna hal ini
menggunakan alternatif jawaban yang disebabkan pada saat pembelajaran lebih
berbeda. fokus pada buku, tidak terlalu memperhatikan
Hal ini sejalan dengan penelitian yang guru dalam menjelaskan, dan lebih
dilakukan oleh Tandiayuk (2013) mengatakan individualis. Hal ini kurang sesuai dengan ciri
bahwa siswa akomodasi lebih cenderung siswa dengan gaya belajar yaitu unggul dalam
untuk bertindak sesuai keinginan hati dari memahami berbagai sajian informasi serta
pada mendengarkan orang lain.Berdasarkan merangkumnya dalam suatu format logis,
hasil penelitian siswa dengan gaya belajar singkat dan jelas, kurang perhatian pada
yang berbeda mengalami hambatan yang orang lain.
hamper sama yaitu siswa sebelum penelitian Ketidak sesuaian dengan antara
tidak pernah mendapatkan soal-soal pengamatan dan sebagian ciri siswa gaya
kemapuan pemecahan masalah. belajar ini adalah keadaan lingkungan belajar
Dari tes pemecahan masalah 1, tes yang kurang kondusif karena terkadang siswa
pemecahan masalah 2, dan tes pemecahan yang mengintip dari pintu saat peneliti
masalah 3 diperoleh kemampuan pemecahan melakukan pembelajaran.
masalah yang berbeda dari gaya belajar yang Siswa dengan gaya belajar akomodasi
berbeda. Siswa dengan gaya belajar divergen dalam pemecahan masalah mampu pada
pada langkah pemecahan masalah hanya langkah melaksanakan pemecahan masalah
mampu pada langkah merencanakan belum sampai pada langkah mengecek
pemecahan masalah hal ini disebabkan siswa kembali dengan menggunakan cara yang
dengan gaya belajar divergen pada saat guru berbeda. Hal ini disebabkan siswa dengan
menjelaskan siswa suka berbicara dengan gaya belajar akomodasi pada saat
temanya, pada saat bekerja dalam kelompok pembelajaran cenderung terfokus pada
siswa ini pasif dan ragu ketika menjawab temanya, suka melihat pekerjaan temanya,
pertanyaan serta mengerjakan soal. Hal ini mudah menyerah pada saat mengerjakan
sesuai dengan cirri siswa gaya belajar soal. Pada saat bekerja dengan kelompok
divergen yaitu pendekatannya pada setiap siswa dengan gaya belajar akomodasi ini
situasi adalah mengamati dan bukan terlalu banyak bicara dan bertanya untuk hal-
bertindak. hal yang tidak penting kepada teman ataupun
Siswa dengan gaya belajar konvergen guru.
dalam pemecahan masalah mampu Hal ini sesuai dengan ciri siswa dengan
menyelesaikan pemecahan masalah pada gaya belajar akomodasi yaitu Unggul
langkah mengecek kembali hal ini disebabkan memiliki kemampuan belajar dari hasil
pada saat pembelajaran siswa dengan gaya pengalaman nyata yang dilakukannya sendiri,
belajar konvergen terlihat tenang dan aktif Suka membuat rencana dan melibatkan
dalam diskusi kelompok, berani dalam dirinya dalam berbagai pengalaman baru dan

175
Budi Eko Setiyono Riau & Iwan Junaedi / Unnes Journal of Mathematics Education Research 5 (2) (2016)

menantang, Cenderung bertindak Hasil penelitian ini dapat dijadikan


berdasarkan intuisi/dorongan hati daripada sebagai salah satu bahan informasi untuk
berdasarkan analisis logis, dan Memecahkan melakukan penelitian mengenai kemampuan
masalah dengan mempertimbangkan faktor pemecahan masalah berdasarkan gaya belajar
manusia (kontribusi/makna informasi) diberbagai jenjang sekolah.
dibanding analisis teknis.
DAFTAR PUSTAKA
SIMPULAN
Agustina, D.,Musdi, E. & Fauzan, A. 2014.
“Penerapan Strategi Pemecahan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh
Masalahuntuk Meningkatkan
simpulan kualitas pembelajaran model PBL
Kemampuan Pemecahan Masalah
pada pencapaian peningkatan kemampuan
Matematis Siswa Kelas VIII SMP
pemecahan masalah matematika siswa kelas
Negeri 7 Padang”. Jurnal Pendidikan
VII dalam kategori efektif. Kemampuan
Matematika, Volume 3 No. 2. Hal 20-
pemecahan masalah matematika siswa gaya
24.
belajar divergen hanya mampu sampai pada
Akram, M., Farid, S. & Luqman, M. 2013. “
langkah menyusun rencana pemecahan
An exploration of relationship between
masalah. Kemampuan pemecahan masalah
perceptual learning styles and
pada siswa gaya belajar konvergen mampu
achievement goals”. International
melakukan semua tahap pemecahan masalah.
Journal of Business and Behavioral
Kemampuan pemecahan masalah
Sciences, Volume 3 No. 1. Hal 27-35.
matematika pada gaya belajar asimilasi
Anderson, J. 2009. Mathematics Curriculum
sampai pada tahap melaksanakan pemecahan
Development and the Role of Problem
masalah namun untuk pengecekan kembali
Solving. ACSA Conference.
belum mampu menyelesaikan dengan baik.
http://www.acsa.edu.au/pages/imag
Kemampuan pemecahan masalah gaya
es/judy% 20anderson%20
belajar akomodasi siswa sudah mampu
%20mathematics%20curricul
memahami dan merencanakan pemecahan
um%20develop me nt.pdf (Diakses 8
maslah dengan baik, namun dalam
Oktober 2014).
melaksanakan dan pengecekan hasil kembali
Ariani, E. 2011. Analisis Ketrampilan Berfikir
dengan cara yang berbeda tidak dapat
Berdasarkan Taksonomi Anderson Pada
menunjukan langkah-langkahnya dengan baik
Siswa Gaya Belajar Assimilator Dalam
dan sistematis.
Menyelesaikan Soal Eksponen dan
Berdasarkan hasil penelitian siswa
Logaritma Kelas X SMA Negeri 3 Kota
dengan gaya belajar divergen dalam
Jambi. (Diakses 5 Desember 2015).
pendekatan pada situasi adalah mengamati
Depdiknas. 2007. Standar Penilaian
dan cenderung suka kegiatan yang bersifat
Pendidikan. Jakarta: Permendiknas
sosial disarankan dalam pembelajaran siswa
Nomor 20 Tahun 2007.
ini dengan metode kelompok, gaya belajar
Gerung, N J. 2001. Conceptual Learning And
konvergen lebih suka dalam pemecahan
Learning Style( Kajian Konseptual tentang
masalah dan menghadapi tantangan siswa ini
Belajar dan Gaya Belajar ). Tersedia di
cenderung suka kegiatan praktik secara
http://journal.uniera.ac.id/pdf_reposit
langsung disarankan pembelajaran yang
ory/juniera5Zmiv7L6ep2ZJIvSZhtg1I
bersifat praktik langsung, gaya belajar
T0GE.pdf ( di akses 28 februari 2015 )
asimilasi lebih suka membaca, dan gaya
Gregor , R. R. 2007. The Essential Practices of
belajar akomodasi cenderung suka dengan
High Quality Teaching and Learning. The
pembelajaran yang diberikan berdasarkan apa
yang dialami secara langsung.

176
Budi Eko Setiyono Riau & Iwan Junaedi / Unnes Journal of Mathematics Education Research 5 (2) (2016)

Center for Educational Effectiveness, YGYCg&usg=AFQjCNEWKZvwog3


Inc. GJazG98CmPCCClEgMfA&sig2=Cu
Gunantara., Suarjana., & Riastini, N. 2014. “ 0nk_lmrfoKA0qrsykQMw (Diakses 28
Penerapan Model Pembelajaran februari 2015).
Problem Based Learning untuk Ramadan. 2011. “ An Investigation Of The
Meningkatkan Kemampuan Learning Styles Of Prospective
Pemecahan Masalah Matematika Educators”. The Online Journal Of New
Siswa Kelas V”. Jurnal Mimbar PGSD Horizons In Education, Volume 1 No. 1.
Universitas Pendidikan Ganesha, Volume Hal 1-6.
2 No. 1. Hal 36-40. Ricardo, R.,Mardyana., & Retno, D. 2014. “
Ilmiyah, S. & Masriyah. 2013. Profil Tingkat Kreativitas Siswa dalam
Pemecahan Masalah Matematika Siswa Memecahkan Masalah Matematika
SMP pada Materi Pecahan Ditinjau dari Divergen Ditinjau dari Gaya Belajar
Gaya Belajar. Tersedia di Siswa”. Jurnal Elektronik Pembelajaran
http://dokumen.tips/documents/profi Matematika, Volume 2 No. 2. Hal 141-
l-pemecahan-masalah-matematika- 151.
siswa-smp-pada-materi-pecahan- Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan
ditinjau.html (Pendekatan Kuatitatif, Kualitatif dan
Karaduman, H. 2013. “ The Relationship R&D). Bandung: Alfabeta.
Between Prospective Primary Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran
Mathematics Teachers’attitudes Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana
Towards Problem-Based Learning And Pustaka.
Their Studying Tendencies”. Tandiayuk, M B. 2012. “Implementasi Gaya
International Journal on New Trends in Belajar Model Kolb Dalam Lc5e
Education and Their Implications, Untuk Memaksimalkan Pembelajaran
Volume 4 No. 13. Hal 145 - 151. Luas Segitiga Heron Di Kelas VIII A
Moleong, L.J. 2005. Metode Penelitian Smpn 19 Palu”. Jurnal DIKDAS,
Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Volume 1 No. 1. Hal 1-23.
Rosdakarya. Windari, F., Dwina, F. & Suherman. 2014.
Novalita, D.,Syrifudin, H. & Nilawasti 2014. “Meningkatkan Kemampuan
“Penggunaan Model Pembelajaran Pemecahan Masalah Matematika
Kontesktual untuk Meningkatkan Siswa Kelas VIII SMPN 8 Padang
Kemampuan Pemecahan Masalah Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan
Matematika Siswa Kelas VIII MtsN Menggunakan Strategi Pembelajaran
Lubuk Gadang Tahun Pelajaran Inkuiri”. Jurnal Pendidikan Matematika,
2013/2014”. Jurnal Pendidikan Volume 3 No. 2. Hal 25-28.
Matematika, Volume 3 No. 2. Hal 12- Zevenbergen, R., Dole, S., & Wright, R.J.
19. 2004. Teaching Mathematics in
Pratiwi, A., Windyarini, I. & Yusainy, C A. Primary Schools. Sidney: Allen and
2013. Konstruksi Tes Gaya Belajar Unwi
Berdasarkan Teori Belajar Eksperiensial
David A. Kolb. Tersedia di
http://www.google.com/url?sa=t&rct
=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&v
ed=0CCMQFjAB&url=http%3A%2F
%2Finteraktif.ub.ac.id%2Findex.php%
2Finteraktif%2Farticle%2Fview%2F10
7%2F101&ei=hG30VMPjCJCQuAS9p

177
Budi Eko Setiyono Riau & Iwan Junaedi / Unnes Journal of Mathematics Education Research 5 (2) (2016)

178

Anda mungkin juga menyukai