Anda di halaman 1dari 31

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Status Gizi Usia Lanjut

2.1.1 Pengetian Status Gizi

Status gizi adalah keadaan tubuh manusia sebagai akibat konsumsi

makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Adapun kategori dari status gizi

dibedakan menjadi tiga yaitu Gizi Lebih, Gizi Baik, Gizi Kurang. Baik

buruknya status gizi manusia di pengaruhi oleh 2 pokok yaitu konsumsi

makanan dan keadaan kesehatan tubuh atau infeksi. Dalam ilmu gizi,

status gizi lebih dan status gizi kurang disebut sebagai malnutrisi, yakni

suatu keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relatif

ataupun absolut satu atau lebih zat gizi (Mardalena, 2017).

2.1.2 Penilaian Status Gizi Pada Orang Dewasa

1. Indeks massa tubuh menurut (Setyawati & Hartini, 2018).

Indeks massa tubuh (IMT) adalah nilai yang diambil dari

perhitungan antara berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) seseorang.

IMT dipercayai dapat menjadi indikator atau menggambarkan kadar

adipositas dalam tubuh seseorang. IMT tidak mengukur lemak tubuh

secara langsung, tetapi penelitian menunjukkan bahwa IMT berkolerasi

dengan pengukuran secara langsung lemak tubuh seperti underwater

weighing dan dual energy x-ray absorbtiometry. IMT merupakan

8
9

alternatif untuk tindakan pengukuran lemak tubuh karena murah

serta metode skrining kategori berat badan yang mudah dilakukan. Untuk

mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut :

IMT = Berat Badan (kg)

Tinggi Badan (m)2

Hasil dari perhitungan tersebut, kemudian dikategorikan untuk

menuntukan status gizi.

Tabel 2.1.2 Kategori indeks massa tubuh


Indeks massa tubuh (IMT) Kategori
< 18,5 Underweight
18,5 - 22,9 Normal
23,0 - 24,9 Overweight
25,0 – 29,9 Obese I
≥ 30 Obese II

2.1.3 Zat-zat Gizi

Menurut (Mardalena, 2017) Zat-zat gizi yang diperlukan oleh tubuh

dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu sebagai berikut:

1. Sumber energi. Zat gizi yang termasuk sebagai sumber energi yaitu

karbohidrat, lemak, dan protein. Oksidasi zat ini akan digunakan untuk

aktivitas tubuh. Jumlahnya pun paling besar dalam bahan pangan,

Ketiga zat tersebut disebut sebagai zat pembakar.

2. Pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh. Zat gizi yang termasuk

di dalamnya antara lain : protein, mineral, dan air dan merupakan bagian

dari jaringan tubuh. Fungsi dari ketiganya adalah membentuk sel-sel


10

baru, memelihara, dan mengganti sel-sel yang rusak. Zat ini juga disebut

sebagai zat pembangun.

3. Mengatur proses tubuh. Zat yang termasuk di dalamnya antara lain

protein, mineral, air, dan vitamin untuk mengatur proses tubuh. Fungsi

protein sebagai pengatur keseimbangan air dalam sel, berindak sebagai

pemeliharaan netralitas tubuh dan membentuk antibodi penangkal

organisme infektif dan bahan-bahan asing yang dapat masuk ke dalam

tubuh.

2.1.4 Kebutuhan Gizi Pada Lansia

Lansia berisiko tinggi mengalami masalah nutrisi. Hal ini culkup

beralasan sehingga prevalensi yang tinggi mengenai masalah nutrisi pada

lansia ini telah menjadi sorotan dalam sejumlah survey (Pipit Festi W,

2018).

Gizi tepat untuk lansia yaitu dengan memperhatikan prinsip-prinsip

kebutuhan gizinya yaitu kebutuhan energi memang lebih rendah dari pada

usia dewasa muda (turun sekitar 5-10%), kebutuhan protein sebesar 1 gr/kg

BB, kebutuhan lemak berkurang kebutuhan karbohidrat cukup sekitar

(50%), kebutuhan vitamin dan mineral sama dengan usia dewasa muda.

Atau dengan cara praktis melihat di DKGA (Daftar Kecukupan Gizi yang

dianjurkan).

Menurut (Mardalena, 2017) Penuaan tak hanya berhubungan

dengan usia fisiologis, tetapi juga merupakan pengaruh dari asupan


11

makanan dan gangguan pengaturan nafsu makan. Besarnya zat gizi yang

yang dibutuhkan seorang lansia dipaparkan sebagai berikut:

1. Energi

Kebutuhan energi pada masa menua akan menurun. Hal ini karena

jumlah sel-sel otot menurun dan sel-sel lemak meningkat karena

aktivitas yang berkurang. Keseimbangan anatara asupan dan keluaran

energi akan seimbang jika seorang lanjut usia memiliki ukuran dan

komposisi tubuh yang ideal dan tetap dalam waktu lama.

2. Karbohidrat

Dalam karbohidrat terdapat senyawa dari molekul hidrogen, karbon, dan

oksigen. Sebagai salah satu zat gizi, fungsi utama karbohidrat adalah

penghasil energi di dalam tubuh. Sumber karbohidrat yang dimaksud

biasa terdapat pada nasi, roti, mie, bihun, kentang, makaroni dn gula.

Seorang lanjut usia harus membatasi mengonsumsi makanan tersebut,

apalagi jika menunjukkan tanda-tanda peningkatan kadar gula sebagai

gejala awal kencing manis.

3. Protein

Sumber energi selanjutnya adalah protein, yang tidak perlu dikurangi

pada lanjut usia. Kebutuhan proteindari masa dewasa hingga masa ini

tetap sama. Protein dibutuhkan untuk mengganti sel-sel yang rusak,

seperti otot, tulang, enzim, dan sel darah merah. Meski demikian,
12

konsumsi protein tidak perlu berlebihan, sebab kelebihan protein

merupakan salah satu sebab gangguan fungsi dan kerja ginjal.

4. Lemak

Diantara sumber energi lainnya (karbohidrat dan proein), lemak

merupakan penyumbang energi terbesar pergaramnya. Jika per gram

protein dan karbohidrat mampu menghasilkan 4 kilokalori, maka per

gram lemak mengandung9 kilokalori. Selain itu, lemak juga dapat

berfungsi sebagai pelarut vitamin A, D, E dan K untuk keperluan tubuh.

2.1.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi pada lansia

Menurut (Festi.p, 2018) Beberapa faktor mempengaruhi kebutuhan gizi

pada lansia.

1. Berkurangnya kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan gigi

atau ompong.

2. Berkurangnya indera pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap

cita rasa manis, asin, asam, pahit.

3. Esophagus/kerongkongan mengalami pelebaran.

4. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.

5. Gerakan usus atau gerak peristaltic lemah dan biasanya menimbulkan

konstipasi.

6. Penyerapan makanan di usus menurun.

2.1.6 Masalah Gizi pada usia Lanjut

Masalah gizi pada lansia Menurut (Mardalena, 2017) adalah sebagai

berikut:
13

a. Problem Like Depression

Pada masalah ini, seorang lanjut usia mengalami daya ingat yang buruk,

bahkan kehilangan ingatannya. Selain itu nafsu makan berubah dengan

sendirinya.

b. Kemiskinan

Kelompok usia lanjut di Indonesia, terkait dengan stigma masyarakat

yang menganggap bahwa sudah lagi usia produkti, menunjukkan angka

yang sangat besar bagi lanjut usia yang memiliki kualitas rendah.

c. Osteoporosis

Kondisi ini terjadi karena proses demineralisasi tulang. Defisiensi

kalsium adalah penyebabnya.

d. Asupan kalsium yang kurang dan penyerapannya menurun.

e. Penyakit kronis

Banyak organ tubuh yang fungsinya menurun. Hal ini menimbulkan

banyak penyakit kronis. penyakit tersebut seperti jantung, diabetes dan

hipertensi.

f. Hidup sendiri

Ketika teman-teman sebayanya sudah meninggal, seorang lanjut usia

merasa kesepian. Terlebih lagi jika dari pihak keluarga merasa

keberatan untuk merawat dan kemudian dititipkan ke pantai.

g. Obat

Sebagian lanjut usia kerap mengkonsumsi obat bebas selain yang

diresepkan oleh dokter. Beberapa kasus menunjukkan ada yang


14

keracunan karena obat dan dosis yang tidak tepat. Selain itu, obat dapat

mempengaruhi nafsu makan. Efek lainnya adalah dapat membuat

penderita mengalami mual, diare, kelemahan, dan mengantuk.

2.1.7 Jenis penilain Status gizi

Menurut (Mardalena, 2017) Penilaian status gizi secara langsung

yaitu Antropometri berarti adalah ukuran tubuh manusia. Pengukuran

menggunakan metode ini dilakukan karena manusia mengalami

pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan mencakup perubahan besar,

jumlah, ukuran & fungsi sel, jaringan, organ tingkat individu yang diukur

dengan ukuran panjang, berat, umur tulang, dan keseimbangan metabolik.

Parameter sebagai ukuran tunggal sebenarnya belum bisa di gunakan untuk

menilai status gizi, maka harus dikombinasikan. Kombinasi beberapa

parameter itu disebut dengan Indeks Antropometri yang terdiri dari :

a) Berat badan menurut umur (BB/U)

b) Tinggi badan menurut umur (TB/U)

c) Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)

d) Lingkar lengan atas menurut umur (LLA/U)

e) Indeks Massa Tubuh (IMT)

Tabel 2.1.7 Penilaian status gizi pada orang dewasa dapat digunakan
indeks massa tubuh
Kategori Klasifikasi berat badan IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0 KgM2
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0-18,5 KgM2
Normal > 18,5-25 KgM2
15

Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan > 25-27 KgM2


Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0 KgM2

2.2 Konsep Hipertensi

2.2.1 Definisi Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah kesehatan

yang cukup dominan di negara – negara maju. Di Indonesia, ancaman

hipertensi tidak boleh di abaikan. Hal ini dapat dibuktikan dengan kian hari

penderita hipertensi di Indonesia semakin meningkat. Namun sayangnya

dari jumlah total penderita hipertensi tersebut, baru sekitar 50 persen yang

terdeteksi. Dan di antara penderita tersebut hanya setengahnya yang

berobat secara teratur (Suiraoka, 2013).

Jika sistem kompleks yang mengatur tekanan tidak berjalan dengan

semestinya, maka tekanan dalam arteri akan meningkat. Peningkatan

tekanan dalam arteri yang berlanjut dan menetap disebut tekanan darah

tinggi.Tekanan darah dinyatakan tinggi bila tekanan sistolik adalah 140

mmHg atau lebih secara terus menerus, tekanan diastolik 90 mmHg atau

lebih secara terus menerus atau keduanya (Suiraoka, 2013).

Tekanan sistole dan diastole bervariasi untuk tiap individu. Namun

secara umum ditetapkan tekanan darah normal untuk orang dewasa ( ≥ 18

tahun ) adalah 120/80 mmHg. Menurut WHO, batasan – batasan nilai

sistole dan diastole yaitu :

a. Nilai sistole < 140 mmHg dan diastole < 90 mmHg disebut normotensi.
16

b. Sistole berkiar 140-159 mmHg dan diastole antara 91-94 mmHg disebut

perbatasan (border line) dan

c. Nilai sistole > 95 mmHg disebut hipertensi.

Untuk mengukur tekanan darah secara umum digunakan tensi meter

(Suiraoka, 2013).

2.2.2 Penyebab Hipertensi

Menurut (La Ode, 2012) penyebab terjadinya hipertensi terdiri dari berbagai

faktor, diantaranya mengemukakan bahwa faktor-faktor resiko yang dapat

menyebabkan hipertensi adalah Stress, kegemukan, merokok, hipernatriumia.

Sedangkan penyebab hipertensi dapat dibedakan menurut jenis hipertensi yaitu

hipertensi primer (essensial) merupakan tekanan darah tinggi yang disebabkan karena

retensi air dan garam yang tidak normal, sensitifitas terhadap angiotensin, obesitas,

hiperkolesteroemia, emosi yang terganggu / stress dan merokok. Sedangkan

hipertensi sekunder merupakan tekanan darah tinggi yang disebabkan karena penyakit

kelenjar adrenal, penyakit ginjal, toxemia gravidarum, peningkatan tekanan intra


17

cranial, yang disebabkan tumor otak, dan pengaruh obat tertentu missal obat

kontrasepsi.

2.2.3 Klasifikasi hipertensi pada lansia

Menurut (Triyanto, 2014) klasifikasi hipertensi pada usia lanjut dapat

dibedakan:

1. Hipertensi sistolik saja (Isolated systolic hypertension), terdapat pada 6-12%

penderita di atas usia 60th, terutama pada wanita.

Insiden meningkat seiring bertambahnya umur.

2. Hipertensi diastolic saja (Diastolic hypertension), terdapat antara 12-14%

penderita di atas usia 60th, terutama pada pria. Insidensi menurun seiring

bertambahnya umur.

3. Hipertensi sistolik-diastolik : terdapat pada 6-8% penderita usia di atas 60th,

lebih banyak pada wanita. Menningkat dengan bertambahnya umur.

Kategori derajat hipertensi menurut WHO


Kategori Tekanan sistolik Tekanan diastolik
(mmHg)
(mmHg)
Tensi optimal <120 <80
Tensi normal <130 <85
Kategori Tekanan sistolik Tekanan diastolic

(mmHg) (mmHg)
Tensi normal tinggi 130-139 85-89
Tingkat 1: Hipertensi ringan 140-159 90-99
SubGroup : Batas 140-149 90-94
Tingkat 2: Hipertensi sedang 160-179 100-109
18

Tingkat 3: Hipertensi berat 180-209 110-119


Hipertensi Sistolik isolasi >140 <90
SubGroup : Batas 140-149 <90
Tingkat 4: Hipertensi >210 >210
maligna

Tabel 2.2.3 Klasifikasi Hipertensi

2.2.4 Gejala – Gejala Hipertensi

Menurut (Sujono, 2014) biasanya tanpa ada gejala atau tanda-tanda

yang spesifik. Pada kasus hipertensi berat, gejala yang mungkin dialami klien

antara lain adalah :

1. Sakit kepala

2. Perdarahan hidung

3. Vertigo

4. Mual muntah

5. Perubahan penglihatan

6. Kesemutan pada kaki dan tangan

7. Sesak nafas

8. Kejang atau koma


19

9. Nyeri dada

2.2.5 Komplikasi Hipertensi

Menurut (Suiraoka, 2013) Hipertensi harus dikendalikan, sebab

semakin lama tekanan yang berlebihan pada dinding arteri dapat merusak

banyak organ vital dalam tubuh. Tempat – tempat utama yang paling

dipengaruhi hipertensi adalah: pembuluh arteri, jantung, otak, ginjal dan mata.

a. Sistem Kardiovaskuler

 Arterosklerosis

Hipertensi dapat mempercepat penumpukan lemak di dalam dan di

bawah lapisan arteri. Ketika dinding dalam arteri rusak, sel – sel darah

yang disebut trombosit akan menggumpal pada daerah yang rusak,

timbunan lemak akan melekat dan lama kelamaan dinding akan

menjadi berparut dan lemak menupuk disana sehingga terjadi

peneyempitan pembuluh darah arteri.

 Aneurisma

adanya pengelembungan pada arteria akibat dari pembuluh darah yang

tidak elastis lagi, sering terjadi pada arteri otak atau aorta bagian

bawah. Jika terjadi kebocoran atau pecah sangat fatal akibatnya.

Gejala : sakit kepala hebat.

 Gagal jantung :
20

jantung tidak kuat memompa darah yang kembali ke jantung dengan

cepat, akibatnya cairan terkumpul di paru – paru, kaki dan jaringan

lain sehingga terjadi edema. Akibatnya sesak nafas.

b. Otak

Hipertensi secara signifikan meningkatkan kemungkinan terserang

stroke.Stroke disebut juga serangan otak, merupakan sejenis cidera

otak yang disebabkan tersumbatnya atau pecahnya pembuluh darah

dalam otak sehinnga pasokan darah ke otak terganggu.

Demensia dapat terjadi karena hipertensi. Demensia adalah penurunan

daya ingat dan kemampuan mental yang lain. Resiko untuk demensia

meningkat secara tajam pada usia 70 tahun ke atas. Pengobatan

hipertensi dapat menurunkan resiko demensia.

c. Ginjal

Fungsi ginjal adalah membantu mengontrol tekanan darah dengan

mengatur jumlah natrium dan air dalam darah. Seperlima dari darah

yang dipompa jantung akan melewati ginjal. Ginjal mengatur

keseimbangan mineral, derajat asam dan air dalam darah. Ginjal juga

menghasilkan zat kimia yang mengontrol ukuran pembuluh darah dan

fungsinya, hipertensi dapat mempengaruhi proses ini. Jika pembuluh

darah dalam ginjal mengalami arterosklerosis karena tekanan darah

yang tinggi, maka aliran darah ke nefron akan menurun sehingga

ginjal tidak dapat membuang semua produk sisa dalam darah. Lama

kelamaan produk sisa akan menumpuk dalam darah, ginjal akan


21

mengecil dan berhenti berfungsi. Sebaliknya penurunan tekanan darah

dapat memperlambat laju penyakit ginjal dan mengurangi

kemungkinan dilakukannya cuci darah dan cangkok ginjal.

d. Mata

Hipertensi mempercepat penuaan pembuluh darah halus dalam mata,

bahkan bias menyebabkan kebutaan (Suiraoka, 2013).

2.2.6 Faktor – Faktor Resiko Hipertensi

Faktor – faktor hipertensi ada yang dapat dikontrol dan tidak dapat

dikontrol (Suiraoka, 2013):

a. Faktor yang dapat dikontrol :

Faktor penyebab hipertensi yang dapat dikontrol pada umumnya

berkaitan dengan gaya hidup dan pola makan, faktor – faktor tersebut

antara lain :

1) Kegemukan (Obesitas)

Dari hasil penelitian, diungkapkan bahwa orang yang

kegemukan mudah terkena hipertensi. Wanita yang gemuk pada usia

30 tahun mempunyai resiko terserang hipertensi 7 kali lipat

dibandingkan dengan wanita langsing pada usia yang sama.


22

Curah jantung dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi yang

obesitas lebing tinggi dari penderita hipertensiyang tidak mengalami

obesitas.Meskipun belum diketahui secara pasti hubungan antara

hipertensi dan obesitas, namun terbukti bahwa daya pompa jantung

dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih

tinggi disbanding penderita hipertensi dengan berat badan normal.

2) Kurang olahraga

Orang yang kurang aktif melakukan olahraga pada umumnya

cenderung mengalami kegemukan dan akan menaikan tekanan darah.

Dengan olahraga kita dapat meningkatkan kerja jantung. Seingga

darah bias dipompa dengan baik ke seluruh tubuh.

3) Konsumsi Garam Berlebihan

Sebagian masyarakat kita sering menghubungkan antara konsumsi

berlebih dengan kemungkinan mengidap hipertensi.Garam merupakan

hal yang sangat penting pada mekanisme timbulnya

hipertensi.Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi adalah melalui

peningkatan volume plasma atau cairan tubuh dan tekanan darah.

Keadaan ini akan diikuti oleh peningkatak ekskresi (pengeluaran)

kelebihan garam sehingga kembali pada kondisi keadaan sistem

hemodinamik (pendarahan) yang normal. Pada hipertensi primer

(esensial) mekanisme tersebut terganggu, di samping kemungkinan

adanya faktor lain yang berpengaruh.


23

Tetapi banyak orang yang mengatakan bahwa mereka tidak

mengkonsumsi gaam, tetapi masih menderita hipertensi.Ternyata

setelah ditelusuri, banyak orang yang mengartikan konsumsi garam

adalah garam meja atau garam yang sengaja ditambahkan dalam

makanan saja.Pendapat ini sebenarnya kurang tepat karena hampir

semua makanan mengandung garam natrium termasuk didalamnya

bahan – bahan pengawet makanan yang digunakan.

Natrium dan klorida adalah ion utama cairan ekstraseluler.Konsumsi

natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam

cairan ekstraseluler meningkat.Untuk menormalkannya kembali,

cairan intraseluler harus ditarik keluar sehingga volume cairan

ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah,

sehingga berdampak pada timbulnya hipertensi (Suiraoka, 2013).

4) Merokok Dan Mengkonsumsi Alkohol

Nikotin yang terdapat dalam rokok sangat membahayakan kesehatan

selain dapat meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh

darah, nikotin dapat menyebabkan pengapuran pada dinding pembuluh

darah.Mengkonsumsi alcohol juga membahayakan kesehatan karena

dapat meningkatkan sintesis katekholamin.Adanya katekholamin

memicu kenaikan tekanan darah.

5) Stres

Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara.Jika

ketakutan, tegang atau dikejar masalah maka tekanan darah kita dapat
24

meningkat. Tetapi pada umumnya, begitu kita sudah kembali rileks

maka tekanan darah akan turun kembali.

Dalam keadaan stress maka terjadi respon sel – sel saraf yang

mengakibatkan kelainan pengeluaran atau pengangkutan natrium.

Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf

simpatis (saraf yang bekerja ketika beraktivitas) yang dapat

meningkatkan tekanan darah secara bertahap.Stres berkepanjangan

dapat mengakibatkan tekanan menjadi tinggi.Hal tersebut belum

terbukti secara pasti, namun pada binatang percobaan yang diberikan

stres memicu binatang tersebut menjadi hipertensi.

b. Faktor Yang Tidak Dapat Dikontrol

1) Keturunan (Genetika)

Dari hasil penelitian, diungkapkan bahwa jika seseorang

mempunyai orang tua yang salah satunya menderita hipertensi maka

orang tersebut mempunyai resiko lebih besar untuk terkena hipertensi

dari pada orang yang kedua orang tuanya normal (tidak menderita

hipertensi). Namun demikian, bukan berarti bahwa semua yang

mempunyai keturunan hipertensi pasti akan menderita penyakit

hipertensi.

Faktor keturunan memang memiliki peran yang besar terhadap

munculnya hipertensi.Hal tersebut terbukti dengan ditemukannya

kejadian bahwa hipertensi paling banyak terjadi pada kembar

monozigot (berasal dari satu sel telur) disbanding heterozigot (berasal


25

dari sel telur yang berbeda). Jika seseorang termasuk orang yang

mempunyai sifat genetik hipertensi primer (esensial) dan tidak

melakukan penanganan atau pengobatan maka ada kemungkinan

lingkungannya akan menyebabkan hipertensi berkembang dan dalam

waktu sekitar tigapuluh-an tahun akan mulai muncul tanda – tanda dan

gejala hipertensi dengan berbagai komplikasinya.

2) Jenis Kelamin

Pada umumnya pria lebih terserang hipertensi dibandingkan dengan

wanita.Hal ini disebabkan pria banyak mempunyai faktor yang

mendorong terjadinya hipertensi seperti kelelahan, perasaan kurang

nyaman terhadap pekerjaan, pengangguran dan makan tidak terkontrol.

Biasanya wanita akan mengalami peningkatan resiko hipertensi setelah

masa menopause.

3) Umur

Dengan semakin bertambahnya usia, kemungkinan seseorang

menderita hipertensi juga semakin besar. Penyakit hipertensi

merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi dari berbagai

faktor resiko terhadap timbulnya hipertensi. Hilangnya elastisitas

jaringan dan arterosklerosis serta pelebaran pembuluh darah adalah

faktor penyebab hipertensi pada usia tua. Pada umumnya hipertensi

pada pria terjadi di atas usia 31 tahun sedangkan pada wanita terjadi

setelah berumur 45 tahun (Suiraoka, 2013).


26

2.2.7 Pencegahan Hipertensi

Menurut (Suiraoka, 2013), Usaha mencegah timbulnya

hipertensi adalah dengan cara menghindari faktor – faktor pemicunya.

Namun sebagaimana telah diuraikan di atas, faktor –faktor pemicu

hipertensi ada 2 yaitu faktor – faktor yang bisa dikontrol (meliputi

obesitas, kurang aktifitas, konsumsi garam berlebihan, merokok dan

konsumsi alcohol, stress) serta faktor – faktor yang tidak bisa dikontrol

(seperti keturunan, jenis kelamin dan umur).

Pada intinya, cara terbaik untuk meghindari tekanan darah tinggi

adalah dengan mengadopsi pola hidup sehat seperti aktif berolahraga,

mengatur diet (rendah garam, rendah kolesterol dan lemak jenuh) serta

mengupayakan perubahan kondisi (menghindari stress dan mengobati

penyakit).

a) Mengatasi obesitas dan mengontrol berat badan bagi penderita obesitas,

pertama harus mengupayakan mengatasi obesitasnya. Karena selain

beresiko akan terkena hipertensi, penderita obesitas juga beresiko terkena

penyakit – penyakit lainnya.

Bagi yang belum obesitas, penting sekali untuk mengontrol berat badan.

Berat badan yang berlebihan akan membebani kerja jantung. Cara terbaik

mengontrol berat badan adalah dengan mengurangi makanan yang

mengandung lemak dan melakukan olah raga secara teratur.

b) Mengatur pola makan (diet sehat dan mengurangi asupan garam)


27

Pola makan yang sehat dengan gizi yang seimbang sangat penting

dilakukan dalam usaha mengontrol tekanan darah.Gunakan garam dapur

(natrium klorida) secukupnya dan yang beryodium. Konsumsilah makanan

segar dan kurangi konsumsi makanan yang diawetkan.

Dalam makanan yang diawetkan seringkali kita menemukan bahan

makanan yang diawetkan mengandung zat –zat aditif makanan berbasis

natrium. Sebagaimana dikutip dari American Heart Association (Sodium

and Blood Pressure) berikut ini senyawa – senyawa natrium yang lazim

ditambahkan pada makanan pada saat pemrosesan dan memasak :

 Garam (natrium klorida)

Digunakan saat memasak atau di meja. Seringkali juga digunakan

dalam pengalengan dan pengawetan makanan

 Monosodium glutamat (MSG)

Penyedap rasa digunakan di rumah atau direstoran, juga pada makanan

dalam kemasan, makanan kaleng maupun makanan beku.

 Soda kua (natrium bikarbonat)

Kadang – kadang digunakan untuk mengembangkan roti dan cake.

 Baking powder

Campuran antara antara soda kue, tepung sagu dan suatu asam.Di

pakai untuk mengembangkan roti dan cake.

 Dinatrium fosfat

Ditemukan pada sereal cepat saji dan keju yang diproses.


28

 Natrium alginate

Dipakai pada susu coklat dan es krim untuk mendapatkan adonan yang

halus.

 Natrium benzoat

Digunakan pada pengawet pada beragam saus dan salad dressing.

 Natrium hidroksida

Digunakan dalam pemrosesan makanan untuk melunakkan dan

melepaskan kulit buah zaitun yang masak juga buah – buahan dan

sayuran tertentu.

 Natrium nitrat

Digunakan untuk pengawetan daging dan sosis.

 Natrium propionat

Digunakan pada keju yang di pasteurisasi dan pada roti dan cake

tertentu untuk menghambat tumbuhnya jamur.

 Natrium sulfit

Digunakan untuk memutihkan buah tertentu (misalnya maraschino

cherries) dan manisan buah – buahan yang harus diberi pewarna

buatan, digunakan sebagai pengawet pada beberapa buah – buahan

kering ( missal buah prune).

Untuk mengurangi asupan natrium dalam makanan kemasan, perlu

dipahami informasi tentang natrium pada label makanan.


29

Itsilah – istilah yang sering digunakan yang berkaitan dengan natrium

dalam kemasan makanan antara lain:

 Sodium-free atau salt free artinya bebas natrium atau bebas garam.

Setiap porsi mengandung natrium kurang dari 5 mg.

 very low sodium berarti kadar natriumnya sangat rendah. Setiap porsi

mengandung 35 gram mg natrium atau kurang.

 Low sodium berarti kadar natrium rendah. Setiap porsi mengandung

140 mg natrium atau kurang.

 Reduced or less sodium. Berarti natrium kurang. Produk ini

mengandung natrium setidaknya 25 % lebih sedikit ketimbang produk

normalnya.

 Lite or light in sodium. Umumnya mengandung sedikit natrium.

Kandungan natrium dikurangi 50 % dari versi biasa.

 Unsalted atau no salted added. Tanpa garam tidak ada penambahan

garam dalam pemrosesan makanan yang biasanya mengandung garam.

Namun ada juga makanan yang menggunakan label ini tetapi

kandungan natrium tetap tinggi (Suiraoka, 2013).

c) Menghindari Stres

Suasana yang nyaman dan tenang mutlak diperlukan dalam hidup ini.

Menjauhkan diri dari hal – hal yang membuat stress akan mengurangi

resiko terkena hipertensi. Oleh karena itu perlu mencoba berbagai metodo
30

relaksasi yang dapat mengontrol sistem saraf yang bermanfaat untuk

menurunkan tekanan darah.

d) Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat

Kebiasaan merokok dan minum minuman beralkohol adalah contoh

gaya hidup yang kurang sehat. Untuk mencegah hipertensi hentikan

merokok dan minum minuman beralkohol.

e) Mengontrol tekanan darah

Hipertensi perlu dideteksi lebih dini.Pemeriksaan secara rutin dan

berkala penting dilakukan.

f) Meningkatkan aktivitas fisik

Olahraga dan latihan fisik secara teratur terbukti dapat menurunkan

tekanan darah ke tingkat normal dan menurunkan resiko serangan

hipertensi 50 % lebih besar disbanding orang yang tidak aktif melakukan

olahraga.

g) Mengobati penyakit

Adanya penyakit – penyakit tertentu, dapat menyebabkan hipertensi

sekunder.Usaha yang dapat dilakukan adalah dengan mengobati penyakit

tersebut agar tidak menimbulkan komplikasi hipertensi, sehingga tidak

semakin memburuk kesehatannya.

2.3 Konsep Lansia

2.3.1 Definisi Lansia

Lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun

ke atas. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses menurunnya


31

daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh,

seperti didalam Undang-Undang No 13 tahun 1998 yang isinya menyatakan

bahwa pelaksanaan pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan

masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar

1945, telah menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang makin membaik dan

usia harapan hidup makin meningkat, sehingga jumlah lanjut usia makin

bertambah. Banyak diantara lanjut usia yang masih produktif dan mampu

berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia pada hakikatnya merupakan

pelestarian nilai-nilai keagamaan dan budaya bangsa (Kholifa, 2016).

2.3.2 Proses Menua (Aging Proses)

Menjadi Tua (MENUA) adalah suatu keadaan yang terjadi didalam

kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang

tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan

kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yqng berarti seseorang

telah melalui tahap – tahap kehidupannya, yaitu neonates, toodler, pra school,

school, remaja, dewasa dan lansia. Tahap berbeda ini dimulai baik secara

biologis maupun psikologis.

Memasuki usia tua banyak mengalami kemunduran misalnya

kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit menjadi keriput karena

berkurangnya bantalan lemak, rambut memutih, pendengaran berkurang,

penglihatan memburuk, gigi mulai ompong, aktivitas menjadi lambat, nafsu

makan berkurang dan kondisi tubuh yang lain juga mengalami kemunduran.
32

Menurut WHO dan Undang – Undang nomor 13 tahun 1998 tentang

kesejahteraan lanjut usia pada pasal 1 ayat 2 yang menyebutkan bahwa umur

60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, akan

tetapi merupakan proses yang berangsur – angsur mengakibatkan perubahan

yang kumulatif, merupakan proses menurunnya proses daya tahan tubuh

dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir

dengan kematian (Padila, 2013).

2.3.3 Tipe Lansia

Tipe lansia bergantung padad karakter, pengalaman hidup, lingkungan,

kondisi fisik, mental, sosial dan ekonominya (Padila, 2013). Tipe tersebut

diantaranya :

1. Tipe arif bijaksana

Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan

perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati,

sederhana, dermawan, memenuhi undangan dan menjadi panutan.

2. Tipe mandiri

Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam

mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memeuhi undangan.

3. Tipe tidak puas

Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi

pemarah, tidak sabar, muda tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan

banyak menuntut.

4. Tipe pasrah
33

Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kekegiatan agama dan

melakukan pekerjaan apa saja.

5. Tipe bingung

Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal

pasif dan acuh tak acuh.

Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, konstruktif, dependen

(tergantung), defensif (bertahan), militant dan serius, tipe pemarah/frustasi

(kecewa akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu), serta tipe putus asa

(benci pada diri sendir (Padila, 2013)).

2.3.4 Batasan – Batasan Lanjut Usia

Usia yang dijadikan patokan untuk lanju usia berbeda – beda, umumnya

berkisar antara 60-65 tahun. Beberapa pendapat tentang batasan usia (Padila,

2013) adalah sebagai berikut :

a. Menurut WHO, ada empat tahapan yaitu :

1) Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun

2) Lanjut usiam(elderly) usia 60-74 tahun

3) Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun

4) Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun

b. Menurut sumber lain :

1) Elderly (usia 60-65 tahun)

2) Junior old age (usia > 65-75 tahun)


34

3) Formal old age (usia > 75-90 tahun)

4) Longevity old age (usia > 90-120 tahun)

Di Indonesia batasan usia lanjut adalah 60 tahun ke atas, terdapat

dalam UU no 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia. Menurut UU

tersebut diatas lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke

atas, baik pria maupun wanita.

2.3.5 Ciri-ciri lansia

Menurut (Ratnawati, 2017) terdapat beberapa cirri-ciri orang lanjut usia,

yaitu:

1. Usia lanjut merupakan periode kemunduran

Sebagian pemicu terjadinya kemunduran pada lansia adalah faktor fisik dan

faktor psikologis. Dampak dari kondisi ini dapat mempengaruhi psikologis

lansia. Sehingga, setiap lansia membutuhkan adanya motivasi. Motivasi

berperan penting dalam kemunduran pada lansia. Mereka akan mengalami

kemunduran semakin cepat apabila memiliki motivasi yang rendah, sebaliknya

jika memiliki motivasi yang sekuat maka kemunduran itu akan lama terjadi.

2. Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas

Pandangan-pandangan negatif akan lansia dalam masyarakat sosial secara

tidak langsung berdampak pada terbentuknya status kelompok minoritas pada

mereka.

3. Menua membutuhkan perubahan peran


35

Kemunduran yang terjadi pada lansia berdampak pada perubahan peran

mereka dalam masyarakat sosial ataupun keluarga. Namun demikian, perubahan

peran ini sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar

tekanan dari lingkungan.

4. Penyesuaian yang buruk pada lansia

Perilaku buruk lansia terbentuk karena perlakuan buruk yang mereka terima.

Perlakuan buruk tersebut secara tidak langsung membuat lansia cenderung

mengembangkan konsep diri yang buruk.

2.3.6 Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia

Menurut (Mardalena, 2017) perubahan-perubahan pada lansia sebagai

berikut:

1. Saluran pencernaan

Terjadi perubahan-perubahan pada kemampuan digesti dan absorbs sebagai

akibat hilangnya ipioid endogen dan efek kolesistokin yang berlebihan. Hal ini

menyebabkan anoreksi pada usia lanjut. Selain itu, akan muncul pula

hipoklorhidra yang menjadi penyebab sel-sel pariental mukosa lambung

mengalami penurunan obsorbsi kalsium.

2. Esofagus

Pada lanjut usia, reseptor pada esofagus kurang sensitive dengan adanya

makanan. Hal ini menyebabkan kemampuan peristaltik esofagus mendorong

makanan kelambung menurun sehingga pengosongan esofagus terlambat.

3. Rongga mulut
36

Pada masa lanjut usia, seseorang lazim memiliki masalah pada rongga mulut.

Biasanya terjadi pada rongga gusi, gigi , lidah. Gigi yang tanggal tidak selalu

disebabkan usia lanjut, melainkan dapat terjadi karena perawatan gigi yang kurang

tepat.

4. Fisiologis

Pada umumnya pada lanjut usia orang mengalami penurunan fungsi kognitif

dan psikomotorik. Fungsi kognitif meliputi persepsi, pemahaman, proses belajar,

perhatian, pengertian , dan lain-lain. yang menyebabkan reaksi dan perilaku lanjut

usia semakin lambat. Sementara itu psikomotor berpengaruh pada dorongan

kehendak seperti tindakan,gerakan, dan koordinasi, yang berakibat bahwa lanjut

usia kurang cekatan.

5.Motilitas

Motilitas lambung pengosongan lambung menurun seiring dengan

meningkatnya usia. Lapisan lambung pada usia lanjut dengan sendirinya akan

menipis. Diatas usia 60 tahun,sekresi HCL dan pepsin berkurang.


37

2.4 Kerangka Teori

Variabel Independen Variabel Dependen

a. Definisi Hipertensi
Status Gizi
b. Penyebab Hipertensi

c. Klasifikasi Hipertensi
a. Pengetian Status gizi.
b. Zat-zat gizi d. Gejala Hipertensi

c. Kebutuhan gizi pada e. Komplikasi Hipertensi


lansia f. Faktor –faktor resiko
d. Faktor yang Hipertensi

mempengaruhi kebutuhan g. Pencegahan Hipertensi


gizi pada lansia h. Penatalaksanaan Hipertensi
e. Masalah gizi pada lansia
f. Kebutuhan zat gizi pada
usia lanjut a. Definisi Lansia

g. Jenis penilaian status gizi b. Proses Menua


c. Tipe Lansia
d. Batasan – batasan lansia
e. Ciri- Ciri Lansia
f. Perubahan- perubahan yang
terjadi pada lansia.

Keterangan:

Garis penghubung

Gambar 2.4 Kerangka Teori


38

Anda mungkin juga menyukai