Anda di halaman 1dari 6

PRAKTIKUM KIMIA FISIKA (KIM 19501)

JURNAL PRAKTIKUM

PENENTUAN MASSA MOLEKUL RELATIF SENYAWA VOLATIL


BERDASARKAN PENGUKURAN MASSA JENIS GAS

Dosen Pengampu:
 Dr. I Nyoman Suardana, M.Si.
Ni Luh Putu Ananda Saraswati, S.Si.,M.Si.

Disusun Oleh :
Desak Putu Eka Candrawati Arsini (1913031009)
Denik Harum Puspitasari (1913031010)
Kadek Adi Mahendra (1913031011)

Program Studi Pendidikan Kimia


Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Pendidikan Ganesha
2021
I. JUDUL PRAKTIKUM
Penentuan Massa Molekul Relatif Senyawa Volatil Berdasarkan Pengukuran Massa
Jenis Gas
II. TUJUAN PRAKTIKUM
- Mahasiswa memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menentukan massa
molekul relatif senyawa volatil berdasarkan pengukuran massa jenis gas
- Mahasiswa memiliki keterampilan dalam menggunakan persamaan gas ideal
III. DASAR TEORI
Massa molekul relatif atau disebut pula massa molekul (m) adalah massa suatu
molekul yang diukur dalam satuan massa atom (u atau Da). Penentuan massa molekul
dapat dilakukan dengan konsep mol dimana massa molekulnya dapat diketahui
dengan mengalikan mol zat dengan massanya. Penentuan massa molekul juga dapat
dihitung menggunakan persamaan gas ideal yaitu dimulai dengan menghitung
kerapatan jenis zat yang akan dihitung massa molekulnya. Untuk senyawa yang
bersifat volatil, massa molekulnya dapat dihitung menggunakan persamaan gas ideal.
Persamaan gas ideal dapat dihitung dengan mengetahui massa jenis, tekanan dan suhu
zat.
Senyawa volatil merupakan senyawa yang mudah menguap menjadi gas bila
terjadi peningkatan suhu (umumnya 100oC). Jika senyawa-senyawa volatil ini
menguap, komponennya akan mengalami penurunan mutu. Berat molekul senyawa
volatil dapat diukur berdasarkan pengukuran massa jenis gas yang menguap. Hal ini
perlu dilakukan agar dalam tiap proses yang membutuhkan panas dapat diantisipasi
jumlah senyawa volatil yang menguap, sehingga aroma dan cita rasa komponen dapat
dipertahankan. Namun pada kenyataannya diketahui bahwa suatu gas selalu
dipengaruhi oleh perubahan tekanan dan suhu lingkungan. Berbagai hukum yang
dikenal sebagai hukum-hukum gas menyatakan ketergantungan sejumlah tertentu gas
terhadap tekanan, suhu, dan volume. Hukum-hukum gas ini diperoleh dari
pengamatan-pengamatan eksperimental. Maka dari sini berat molekul senyawa volatil
dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan gas ideal yang berdasarkan
pengukuran massa jenis gas.
Persamaan keadaan atau gas ideal adalah persamaan termodinamika yang
menggambarkan keadaan materi di bawah seperangkat kondisi fisika. Persamaan gas
ideal adalah sebuah persamaan konstitutif yang menyediakan hubungan matematik
antara dua atau lebih fungsi keadaan yang berhubungan dengan materi, seperti
temperatur, tekanan, volume dan energi dalam (Atkins, 1993). Persamaan gas ideal
adalah persamaan keadaan suatu gas ideal. Persamaan gas ideal dapat digunakan
untuk menentukan massa molekul zat yang mudah menguap.
P V = n R T ..........................(1)
g
PV= R T ........................(2)
BM
g
P (BM) = R T .....................(3)
V
P (BM) =  R T .....................(4)
BM =  R T ........................(5)
P
Dimana P adalah tekanan mutlak pada gas, V adalah volume, n adalah jumlah partikel
pada gas (dalam mol), T adalah temperatur (dalam Kelvin) dan R adalah konstanta
gas ideal yaitu 0,08206 L atm/mol K (Rosenberg, 1996).
Besarnya nilai BM hasil perhitungan sebenarnya kurang tepat atau dapat
dikatakan mendekati bahkan terkadang sangat berbeda dengan berat molekul
seharusnya. Hal ini dapat dipengaruhi beberapa faktor kesalahan seperti kurang teliti
dan lain – lain. Pada saat menimbang erlemeyer kosong, erlemeyer tersebut berisi
penuh udara. Setelah dilakukan pemanasan dan pendinginan, uap cairan volatil tidk
seluruhnya berubah menjadi cairan kembali sehingga volume udara yang masuk ke
dalam erlemeyer berkurang. Hal ini akan membuat massa erlemeyer pada proses ini
lebih ringan dibandingkan massa erlemeyer kosong, sehingga mass cairan volatile (X)
harus ditambah dengan massa udara yang tidak dapat masuk kembali kedalam
erlemeyer. Massa udara tersebut dapat dihitung dengan mengasumsikan bahwa
tekanan parsial udara yang tidak dapat masuk sama dengan besarnya tekanan uap
cairan pada suhu kamar. Besarnya nilai ini dapat diketahui dengan melihat tabel yang
ada dalam literatur. Oleh karena itu, faktor koreksi perlu ditambahkan agar berat
molekul yang diperoleh menjadi lebih tepat (Tim Penyusun FMIPA,2014).

IV. ALAT DAN BAHAN


Alat:
- Labu Erlenmeyer 150 mL
- Gelas kimia 1000 mL
- Pipet Tetes
- Karet gelang
- Jarum
- Neraca analitik
- Desikator
- Gelas ukur 5 mL
- Aluminium foil
- Statif dan klem
- Termometer
- Barometer
Bahan:
- Cairan volatil (CHCl3)
V. PROSEDUR PRAKTIKUM
1. Ambil Erlenmeyer berleher kecil yang bersih dan kering, tutup labu Erlenmeyer
tersebut dengan menggunakan alumunium foil kemudian kencangkan tutup tadi
dengan menggunakan karet gelang seperti pada gambar berikut

2. Timbang labu Erlenmeyer beserta alumunium foil dan karet gelang dengan
menggunakan neraca analitik
3. Masukkan kurang lebih 5 mL zat cair yang volatile (CHCl 3) ke dalam labu
erlemeyer kemudian tutup kembali dengan menggunakan alumunium foil dan
kencangkan kembali dengan karet gelang erat-erat sehingga tutup ini bersifat
kedap gas. Lalu denngan menggunakan sebuah jarum buatlah sebuah lubang kecil
pada alumunium foil agar uap dapat keluar.
4. Rendam labu Erlemyer dalam penangas air bersuhu 100oC sedemikian rupa
sehingga air ± 1 cm di bawah akumunium foil. Biarkan labu Erlenmeyer tersebut
dalam penangas air sampai semua cairan volatile menguap. Catat suhu pemanas
air tersebut
5. Setelah semua cairan volatile dalam labu erlemeyer menguap, angkatlah labu
Erlenmeyer dari penangas dan keringkan air yang terdapat pada bagian luar labu
Erlenmeyer dengan lap. Selanjutnya dinginkan dalam desikator. Udara akan
masuk kembali ke dalam labu Erlenmeyer melalui lubang kecil tadi dan uap cairan
volatile yang terdapat dalam labu Erlenmeyer akan kembali mengembun menjadi
cairan
6. Timbang labu Erlenmeyer yang telah dingin dengan menggunakan neraca analitik
(jangan lepaskan tutup alumunium foil beserta karet gelang sebelum labu tersebut
ditimbang).
7. Tentukkan volume labu Erlenmeyer dengan jalan mengisi labu Erlenmeyer
dengan iar sampai penuh dan mengukur massa air yang terdapat dalam labu
Erlenmeyer tersebut. Ukur pula suhu air dalam labu Erlenmeyer, volume air bisa
diketahui bila massa jenis pada suhu air dalam labu Erlenmeyer diketahui dengan

m
menggunakan rumus ρ =
V
8. Ukur tekanan atmosfir dengan menggunakan barometer.
VI. DATA
a. Hasil Data
Adapun data yang diharapkan dari prosedur yang telah dilakukan sebagai berikut:
1. Massa labu Erlenmeyer beserta aluminium foil, karet gelang dan
pengembunan uap kloroform: …. gram
2. Massa labu Erlenmeyer berserta aluminium foil, dan karet gelang: …. gram
3. Massa cairan kloroform: …. gram
4. Massa labu Erlenmeyer dan air: …. gram
5. Massa labu Erlenmeyer: …. gram
6. Massa air: …. gram
7. Suhu air yang terdapat dalam labu Erlenmeyer: …. oC
8. Suhu penangas air: …. oC
9. Tekanan atmosfer: …. mmHg
b. Pengolahan Data
Data yang telah didapat diolah untuk mendapatkan hasil berat molekul senyawa
volatil (CHCl3) melalui perhitungan sebagai berikut:
1. Massa zat volatil (CHCl3) dihitung dengan cara mengurangi massa labu
Erlenmeyer, aluminium foil, karet gelang dan pengembunan uap kloroform
dengan massa dari labu Erlenmeyer, aluminium foil dan karet gelang
2. Tekanan udara dalam ruangan diukur dengan barometer
3. Menghitung volume labu Erlenmeyer menggunakan massa jenis air dengan
cara mengurangi massa labu Erlenmeyer + air dengan massa labu Erlenmeyer.
Massa air yang telah didapat kemudian dibagi dengan massa jenis air sehingga
mendapatkan volume air.
4. Massa jenis gas kloroform dihitung dengan cara membagi massa senyawa
volatil dengan volume labu Erlenmeyer. Volume labu Erlenmeyer ini sama
dengan volume air.
5. Berat molekul (BM) senyawa volatil (CHCl3) dihitung menggunakan

⍴ RT
persamaan BM = yang merupakan turunan dari persamaan PV = nRT
P
VII. DAFTAR PUSTAKA
Atkins, PW. 1996. Kimia Fisik Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga.
Sastrawidana, Retug. 2004. Penuntun Praktikum Kimia Fisika. Singaraja:Universitas
Pendidikan Ganesha
Stoker, H. S. 1993. Introduction to Chemical Principles. New York : Macmillan
Publishing Company. 
Sukardjo. 1989. Kimia Fisik. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Tim Kimia Fisika. 2014. Modul Praktikum Kimia Fisika 1. Padang : UNP

Anda mungkin juga menyukai