Anda di halaman 1dari 17

TUGAS BESAR 1

PERENCANAAN JARINGAN DAN DRAINASE

Disusun oleh :
GAMAL HANAFI : 41118110102

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2021

i
DAFTAR ISI

Daftar Isi ....................................................................................................................................... ii

1. BAB 1 (PENDAHULUAN) ............................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang........................................................................................................... 1
1.2 Tujuan ........................................................................................................................ 1
1.3 Ruang Lingkup Materi............................................................................................... 1

2. BAB 2 (TINJAUAN PUSTAKA)...................................................................................... 3


2.1 Definisi jaringan irigasi ............................................................................................. 3
2.2 Teori perencanaan petak ............................................................................................ 4
2.3 Teori perencanaan saluran ......................................................................................... 5
2.4 Teori perencanaan bangunan air ................................................................................ 5

3. BAB 3 (METODOLOGI) .................................................................................................. 6


3.1 Lokasi dan waktu penelitian ...................................................................................... 6
3.2 Metode pengumpulan data......................................................................................... 6
3.3 Analisis data .............................................................................................................. 6

4. BAB 4 (ANALISA DAN PEMBAHASAN) ................................................................... ..8


4.1 Analisis responden................................................................................................... ..8
4.2 Analisis pengguna jaringan irigasi dan debit air...................................................... ..9
4.3 Analisis musim tanam ............................................................................................. .10

5. BAB 5 (KESIMPULAN DAN SARAN) ......................................................................... .13

6. DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... .14

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebutuhan air bagi kehidupan dibumi sangatlah penting, bukan hanya untuk aktivitas manusia
melainkan juga proses pertumbuhan hewan dan tanaman, sehingga sangat tergantung terhadap
keberadan air. Namun keberadaan air dari satu tempat dengan tempat yang lain mempunyai perbedaan,
karena proses siklus Hidrologi yang terjadi pada air terbagi ke berbagai daerah secara tidak merata
menurut geografi maupun musim.
Tingkat pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi di Indonesia sudah pasti kebutuhan air juga
akan semakain meningkat pula, pemanfaatan yang sangat bervariasi terhadap keperluan air, juga akan
memerlukan kebutuhan air yang cukup tinggi. Untuk keperluan rumah tangga, industry dan pertanian
Kebutuhan air untuk pertanian akan menjadi penting, melihat kondisi pebutuhan penduduk yang
semakin meningkat karena secara tidak langsung kebutuhan makanan pokok penduduk juga
menagalami peningkatan.
Sedangkan Irigasi merupakan suatu ilmu yang memanfaatkan air untuk tanaman mulai dari
tumbuh sampai masa panen. Air tersebut diambil dari sumbernya, dibawa melalui saluran, dibagikan
kepada tanaman yang memerlukan secara teratur, dan setelah air tersebut terpakai, kemudian dibuang
melalui saluran pembuang menuju sungai kembali. Irigasi merupakan salah satu faktor penting dalam
produksi bahan pangan. Sistem irigasi dapat diartikan sebagai satu kesatuan yang tersusun dari
berbagai komponen, menyangkut upaya penyediaan, pembagian, pengelolaan, dan pengaturan air
dalam rangka meningkatkan produksi pertanian. (Sudjarwadi,1990). Berdasarkan PP No. 23 tahun
1982 tentang irigasi, irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian.
Sedangkan jaringan irigasi adalah saluran dan pembuangan yang merupakan satu kesatuan dan
diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian
dan penggunaannya.

1.2. Tujuan

1. Maksud dari makalah ini untuk mengetahuai jaringan irigasi dan saluran irigasi.
2. Tujuannya untuk memberikan perbedaan setiap setiap jaringan dan bangunan irigasi

1.3. Ruang Lingkup Materi

Pada penyusunan laporan ini dilakukan beberapa pembatasan antara lain :

1
 Penjelasan mengenai garis besar jaringan irigasi dan kelompok bangunan pada jaringan
irigasi.
 Menjelaskan secara garis besar definisi jaringan irigasi beserta properti/item-item didalamnya
seperti:
a) Petak Tersier
b) Petak sekunder
c) Petak primes
d) Bangunan - bangunan

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi sistem irigasi

Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air bumi, terjadinya, peredarannya, dan agihannya,
sifat - sifat kimia dan fisiknya, reaksi dengan lingkungannya, termasuk hubungannya dengan makhluk
– makhluk hidup (Seyhan, 1990).Daur hidrologi secara alamiah menunjukan gerakan air dipermukaan
buni. Selama berlangsungnya daur hidrologi, air akan tertahan sementara disungai, danau, dalam tanah
sehingga dapat dimanfaatkan oleh manusia. Dalam daur hidrologi, energi panas matahari menyebabkan
terjadinya evaporasi dilaut maupun dibadan – badan ai lainnya. Uap air tersebut sebagian akan turun
menjadi hujan apabila keadaan atmosfer memungkinkan. Air hujan sebelum permukaan tanah sebagian
akan tertahan oleh tajuk vegetasi dan air hujan yang dapat mecapai permukaan tanah sebagian akan
masuk terserap ke dalam tanah (infiltrasi). Sedangkan air hujan yang terserap ke dalam tanah akan
mengalir dipermukaan tanah menjadi aliran permukaan. (Asdak, 1995).
Irigasi adalah penggunaan air di dalam tanah untuk keperluan penyediaan cairan yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan tanaman – tanaman (Hansen, 1992).Irigasi sebagai subsistem tidaklah mandiri,
melainkan selalu berkaitan dengan sistem lainnya yang lebih luas. Sebagai unit produksi misalnya, sistem
irigasi merupakan salah satu subsistem dari suatu wilayah pertanian dan sebagai unit hidrologis
merupakan determinan penting dari pengelolaan irigasi, karena air yang tersedia dalam suatu daerah
irigasi kandungan di musim kemarau jarang cukup mengairi seluruh areal pelayanan, maka setiap tahun
ditetapkan prioritas dalam penggunaan air (Pasandaran dan Taylor, 1984).
Irigasi merupakan suatu usaha untuk memanfaatkan air yang tersedia di sungai atau sumber –
sumber air lainnya (danau, mata air) dengan jalan menggunakan jaringan irigasi sebgai prasarana
pengatur pengendapan, pengairan dan pembagian air tersebut untuk keperluan pertanian. Penggunaan
saluran irigasi adalah salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan air irigasi tanaman padi.
Dimensi dan bentuk saluran irigasi perlu diperhatikan agar di dapatkan saluran yang stabil, Saluran
stabil yang di maksud disini adalah saluran yang tidak terganggu masalah erosi maupun sedimentasi
(endapan sedimen).Persoalan untuk mendapatkan saluran stabil adalah tentang penentuan kecepatan
terpakai, agar tidak timbul erosi, sedimentasi, maupun kelongsoran – kelongsoran tebing saluran
(Sudjarwadi, 1987).
Dalam suatu daerah irigasi teknis tidak jarang pula dijumpai suatu cara klasifikasi saluran sebagai
berikut :
1. Saluran primer
2. Saluran sekunder
3. Saluran sub-sekunder
4. Saluran tersier
5. Saluruan sub-tersier
3
6. Saluran kwarter
Untuk mendapatkan hasil tanaman padi yang baik dan berkualitas maka perlu adanya irigasi, yaitu
usaha untuk mendatangkan air dengan membuat bangunan – bangunan dan saluran – saluran untuk
mengalirkan air guna keperluan pertanian, membagi – bagikan air ke sawah – sawah atau ladang – ladang
dengan cara teratur dan membuang air yang tidak diperlukan lagi setelah air itu diperlukan sebaik –
sebaiknya (Gandakusumah, 1975).
Pemberian air kepada tanaman padi dapat dikatakan harus terus menerus, walaupun sehari – harinya
tidak perlu sama banyaknya. Irigasi untuk tanaman padi juga harus memperhatikan factor – factor barikut
:1).Masa garap untuk debit dan pemindahan bibit, 2). Masa pesemaian, 3). Masa pertumbuhan vegetatif,
4). Masa pertumbuhan generatif samapai berbunga, 5). Masa pembuahan sampai masak.

2.2 Teori Perencanaan Petak


Petak irigasi adalah petak-petak atau daerah-daerah yang akan diairi dari suatu sumber air baik dari
waduk, sungai, bendungan, rumah pompa atau pengambilan bebas. Perencanaan petak sawah yang
ditugaskan adalah perencanaan luas dan batas petak tersier serta tempat penyadapan airnya. Ada tiga
macam petak irigasi, yaitu :
a. Petak Primer
Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder yang mengambil air langsung dari saluran primer.
Petak primer dilayani oleh satu saluran primer yang mengambil airnya langsung dari sumber air,
biasanya sungai. Daerah di sepanjang saluran primer sering tidak dapat dilayani dengan mudah dengan
cara menyadap air dari saluran sekunder.
b. Petak Sekunder
Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang semuanya dilayani oleh satu saluran sekunder.
Biasanya petak sekunder menerima air dari bangunan bagi yang terletak di saluran primer atau
sekunder. Batas-batas petak sekunder pada umumnya berupa tanda-tanda topografi yang jelas, misalnya
saluran pembuang. Luas petak sekunder bisa berbeda-beda, tergantung pada situasi daerah.
c. Petak Tersier
Perenc anaan dasar yang berkenaan dengan unit tanah adalah petak tersier. Petak ini menerima air
irigasi yang dialirkan dan diukur pada bangunan sadap (off take) tersier yang menjadi tanggung jawab
Dinas Pengairan. Bangunan sadap tersier mengalirkan airnya ke saluran tersier.
Di petak tersier pembagian air, eksploitasi, dan pemeliharaan menjadi tanggung jawab para petani yang
bersangkutan, di bawah bimbingan pemerintah. Ini juga menentukan ukuran petak tersier. Petak yang
kelewat besar akan mengakibatkan pembagian air menjadi tidak efisien. Faktor-faktor penting lainnya
adalah jumlah petani dalam satu petak, jenis tanaman, dan topografi. Di daerah-daerah yang ditanami
padi luas petak tersier idealnya minimun 50 ha. Petak tersier harus mempunyai batas-batas yang jelas,
seperti parit, jalan, batas desa, dan batas perubahan bentuk medan (terrain fault).

4
2.3 Teori Perencanaan Saluran
1. Saluran primer
Saluran primer merupakan saluran yang berhubungan langsung dengan sungai.
2. Saluran sekunder
Saluran sekunder merupakan saluran yang menyadap air dari saluran primer ke saluran tersier.
3. Saluran tersier
Saluran tersier merupakan saluran yang membawa air dari saluran sekunder dan
membagikannya ke petak-petak.
4. Saluran pembuang
Saluran pembuang merupakan saluran yang berfungsi untuk membuang air-air yang
berlebihan dari petak-petak sawah ke sungai.
2.4 Teori Perencanaan Bangunan Air
1. Bendung
Bendung merupakan bangunan yang dibangun di sungai untuk meninggikan pemukaan air
pada sungai sehingga air pada sungai dapat dialirkan menuju petak-petak sawah melalui
saluran-saluran yang sudah didesign.

2. Pengambilan bebas
Pengambilan bebas merupakan bangunan yang dibangun ditepi sungai untuk menyadap air
sungai dan dialirkan ke daerah irigasi. Pengambilan bebas tidak mengatur tinggi muka air
pada sungai untuk pengambilan air. Pengambilan bebas memanfaatkan perbedaan
ketinggian sungai dan daerah irigasi.
3. Pengambilan dari waduk
Waduk merupakan bangunan untuk menampung air yang berlebih dan mengalirkan airnya
sewaktu-waktu air dibutuhkan. Waduk merupakan bangunan multi guna. Beberapa fungsi
waduk:
a. Irigasi
b. Pembangkit listrik
c. Peredam banjir
d. Pariwisata
e. Perikanan
4. Stasiun pompa
Stasiun pompa merupakan bangunan pendukung yang digunakan untuk memompa air dari
ketinggian yang lebih rendah ke ketinggian yang lebih tinggi. Pompa digunakan jika
penyadapan air secara gravitasi tidak memungkinkan untuk digunakan.

5
BAB 3

METODOLOGI

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian di Kecamatan Cepu adalah sebuah kawasan pertanian yang sebagian
memanfaatkan air bawah tanah dan sebagian sungai bengawan Solo untuk saluran irigasi adapun rincian
survey lokasi pada musim tanam I dan II dari 17 Desa diambil 17 (Tujuhbelas) Desa yang masing-masing
menerapkan irigasi dan tidak menerapkan irigasi

3.2 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode survei, dan hanya menggunakan
data primer, yaitu data dikumpulkan dari petani yang terkait langsung. Jenis data yang dibutuhkan adalah:
(Sugiono, 2005)

A. Model jaringan irigasi.


B. Ketersediaan sumber daya air
C. Debit aliran
D. Luas area yang dikelola
E. Hasil Panen 1 tahun terakhir

Wawancara langsung untuk mengisi angket yang diberikan setelah survai dari 17 desa diambil seluruh
desa yang menerapkan irigasi sesuia kriteria yang ditetapkan dengan menerapkan irigasi, masingmasing
diwakili 10 orang petani adapun jumlah responden keseluruan desa yang menerapkan irigasi masing-
masing 10 orang petani, yang dipandang mampu mewakili petani.

3.3 Analisis Data


Pendekatan analisis data dengan menggunakan model statistik dan empirik yang telah ada yaitu :
(Sugiono, 2005)
A. Menghiting Jaringan irigasi yang diterapkan
B. Minghitung Ketersediaan air yang tidak diterpkannya Irigasi
C. Menghitung Debit aliran masing-masing Irigasi
D. Menghitung rata-rata hasil panen petani, terendah dan tertinggi
E. Membuat tabulasi dari masing-masing data
F. Analisis kebutuhan air selama pengolahan lahan menggunakan metode seperti diusulkan oleh
Van de Goor dan Ziljstra (1968) sebagai berikut :

6
IR = kebutuhan air untuk pengolahan lahan(mm/hari)
M = kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi di sawah yang sudah
dijenuhkan (mm/hari)
Eo = Evaporasi potensial (mm/hari) P
= Perkolasi (mm/hari) k = Konstanta
T = Jangka waktu pengolahan (hari)
S = Kebutuhan air untuk penjenuhan (mm)
E = Bilangan eksponen: 2,7182
7. Menganalisa ketersediaan air terhadap penerapan jaringan irigasi

Diketahui
Q1 = Kebutuhan harian air di lapangan/petak sawah (m3/hr)
Q2 = Kebutuhan harian air pada pintu pemasukan (m3/det)
H = Tinggi genangan (m) A =
Luas area sawah (ha)
T = interval pemberian air (hari)

7
BAB 4

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Responden (Petani)

Analisis deskriptif dilakukan terhadap responden yaitu para petani, penelitian ini untuk mengetahui
karakteristik responden. Identitas responden yang diungkap pada penelitian ini meliputi : pendidikan,
lokasi responden. Identitas responden selengkapnya ditampilkan pada lampiran 1. Berikut adalah
gambaran umum terhadap identitas responden penelitian ini.

 Pendidikan Terakhir

PERSEN
PENDIDIKAN PETANI
(%)

SD 30 35.3

SMP 29 34.1

SLTA/STM 19 22.4

D3 1 2.1

S1 6 7.1

TOTAL 85 100
Tabel 4.1.1 Distribusi responden petani Berdasarkan Tingkat pendidikan.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar petani berpendidikan SD sebanyak 30
responden (35,3%) mempunyai pendidikan sampai dengan S1 dan yang paling sedikit adalah responden
yang mempunyai pendidikan D3 yaitu sebanyak 3 petani (1,2 %)

 Usia Responden

KELOMPOK PERSEN
PETANI
USIA (%)

15 - 25 0 0
26 - 35 4 4.71
36 - 45 18 21.18
46 - 55 34 40
>56 29 34.12
TOTAL 85 100
8
Tabel 4.1.2 Distribusi responden petani Berdasarkan Tingkat Usia

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar petani berusia 46 – 55 tahun (32,94
%) data tersebut menunjukan tingkat pengalaman dalam pengelolaan lahan cukup tinggi sebanyak 6
responden petani dengan usia 15-25 tahun (07,06%) data tersebut menunjukan peran masyarakat dalam
pengelolaan lahan pertanian menurun, data yang memiliki responden yang mempunyai pendidikan D3
yaitu sebanyak 3 petani (1,2%)

 Pengalaman Berusaha tani

PENGALAMAN
PETANI PERSEN (%)
BERUSAHAN TANI

Rendah ( 1 - 10 ) 8 9.41
Sedang ( 11 - 20 ) 36 42.35
Tinggi ( > 20 th ) 41 48.24
Jumlah 85 100
Tabel 4.1.3 Distribusi responden petani Berdasarkan Tingkat Pengalaman berusaha Tani

Hasil surve menunjukkan bahwa sebagian kecil petani yang berpengalaman rendah 8 personil (9,41
%) data tersebut menunjukan tingkat pengalaman dalam pengelolaan lahan rendah, sebanyak 36
(42,35%) responden petani yang memiliki pengalaman sedang , tingkat pengalama tertinggi petani denga
data 20 tahun (48,24 %) data tersebut menunjukan pengalaman masyarakat dalam pengelolaan lahan
pertanian sangat tinggi

4.2 Analisis Pengguna Jaringan Irigasi dan Debit air

Mekanisme survei dengan alat kuesioner dan wawancara langsung pada 17 (Tujuh Belas) Desa
masing-masing desa diambil 3 responden dengan pertimbangan yang mewakili petani data di peroleh
peani yang menerapkan irigasi baik secara teknis dan semi teknis hasil surve diperoleh hasil
pengukuranpintu ukur free intake , debit air di pintu pengambilan liat tabel dibawah ini

DEBIT AIR LUAS LAHAN


DESA JENIS IRIGASI
M3/MENIT HA

Ngandon Semi Teknis 0.045 0.33


Jipang Teknis 0.058 0.58
Kapuan Semi Teknis 0.042 0.87
Ngeloram Semi Teknis 0.032 0.70
9
Ngelanjuk Semi Teknis 0.036 0.70
Sumber Pitu Semi Teknis 0.034 1.00
Getas Teknis 0.064 0.73
Kentong Teknis 0.035 0.66
Mernung Semi Teknis 0.032 0.60
Rata - Rata 0.420 0.68
Tabel 4.1.5 Petani Pengguna Irigasi

Dari data lapangan diperoleh 9 (sembilan) desa dari 17 (tujuh belas) desa meliputi Ngadon, Jipang,
Kapuan, Ngeloram, Ngelanjuk, Sumber pitu, Getas, Kentong dan Mernung dari hasil tersebut ditunjukkan
bahwa masingmasing desa dengan perwakilan 3 (tiga) petani yang disurve dengan luas lahan terendah
0,33 ha untuk luas lahan terbesar 1 ha adapun rata-rata debit airnya 0,042 m3 /menit debit air terbesar desa
getas dengan hasil 0,068 3m/detik adapun data debit terrendah yaitu 0,032 3m /menit dan luas lahan 0,68
ha data tersebut.

menunjukkan bahwa sembilan desa yang ada di Kecamatan Cepu menerapkan irigasi Tekni dengan
berbagai sistem diataranya pompa airtanah, saluran terbuka dan saluran tertutup, berdasarkan data diatas
petani menerapkan 3 musim tanam dalam satu tahun.

4.3 Analisis Musim Tanam

Berikut adalah distribusi petani yang menerapkan penanaman pada musim tanam

MUSIM TANAM JENIS TANAMAN FREKUENSI PRESENTASE

Padi 51 100
MT. 1 Padi - 0
Jagung - 0
Padi 48 56.47
Jagung 36 42.35
MT. 2
Lahan
- 0
Kosong
Padi 53 62.35
Jagung 9 10.59
MT. 3
Lahan
22 25.88
Kosong
Tabel 4.9.A Penerapan Musim Tanam

Hasil penelitian menunjukan dari 51 petani di 17 Desa dikecamatan Kedungtuban memiliki fariasi musim
tanam diantaranya pada musim tanam pertama keseluruan petani 85 petani (100%) menanam Padi, pada

10
musim tanam kedua 48 petani (56.47 %) menanam padi, 36 petani (42.35 %) menanam jagung. Pada
musim tanam ketiga 53 petani (62.35 %) menanam padi, 9 petani (10.59 %) menanam Jagung, 22 petani
(25.88 %) mengosongkan lahannya

 Analisis Hasil Panen Pertanian


Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 51 petani di 17 Desa dikecamatan Cepu memiliki fariasi
hasil panen tahun 2015 rata-rata di seluruh desa penelitian mencapai 2,35 ton dengan luas lahan rata-
rata 0,65 ha tahun 2016 rata-rata hasil panen petani mencapai 2,33 ton dengan luas lahan yang sama,
hasil diata menunjukan terdapat penurunan hasil pertanian cukup kecil berikut data rincian 9
(Sembilan) Desa yang menerapkan jaringan irigasi adapun yang 8 (delapan) Desa masih menerapkan
sistem tadah hujan.

 Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan diperoleh 9 (sembilan) desa dari 17 (tujuh belas) desa meliputi
Ngadon, Jipang, Kapuan, Ngeloram, Ngelanjuk, Sumber pitu, Getas, Kentong dan Mernung dari
hasil tersebut ditunjukkan bahwa masing-masing desa dengan perwakilan 3 (tiga) petani yang
disurve dengan luas lahan terendah 0,33 ha untuk luas lahan terbesar 1 ha adapun rata-rata debit
airnya 0,020 m3 /detik debit air terbesar desa getas 0,089 3m/detik adapun data debit terrendah yaitu
0,011 m3/detik dan luas lahan 0,65 ha hasil panen khususnya padi 2,35 ton data tersebut
menunjukkan bahwa sembilan desa yang ada di Kecamatan Cepu menerapkan irigasi Tekni dengan
berbagai sistem diantaranya pompa airtanah, saluran terbuka dan saluran tertutup, berdasarkan data
diatas petani menerapkan 3 musim tanam dalam satu tahun. Khusus 8 (delapan ) Desa masih
menerapkan sistem tadah hujan.

 Optimalisasi lahan tadah hujan

Berdasarkan hasil penelitian desa yang system pertanian tadah hujan di sarankan menerapkan
pembangunan embung guna memenuhi kebutuan air, untuk mencapai hasil optimal analisa kebutuan
air tanaman khususnya MT II dan MT III pada tanaman palawijan kebutuhan air untuk penyiapan
lahan dapat ditentukan secara empiris sebesar 250 mm, meliputi kebutuhan untuk penyiapan lahan
dan untuk lapisan air awal setelah transplantasi selesai. (Kriteria Perencanaan Irigasi KP 01).
Untuk lahan yang sudah lama tidak ditanami (bero), kebutuhan air untuk penyiapan lahan dapat
ditentukan sebesar 300 mm. Kebutuhan air untuk persemaian termasuk dalam kebutuhan air
untuk penyiapan lahan, selama pengolahan lahan kebutuhan air sebesar 11,69 mm/hari hasil diatas
menggunakan metode seperti diusulkan oleh Van de Goor dan Ziljstra (1968) Kebutuan air lahan
pertanian rata-rata dengan luas 0,5 ha membutuhkan air 58,45 m3 dengan luas lahan yang
dibutuhkan 23,36 M2 dengan kedalaman 2,80 m Optimalisasi Jaringan Irigasi
Berdasarkan hasil penelitian ada enam desa yang menerapkan jaringan irigasi Teknis dengan
system tertutup diantaranya Ngadon, Kapuan, Ngeloram, Ngelanjuk, Sumberpitu, Kentong dan
Ngeloram. Sistem irigasi terbuka diterapkan dua Desa Jipang dan Ngetas dengan debit 0,089 m3/s

11
untuk mengenangi laha selam 2 hari tanpa putus, dengan debit 200 m3 berdasarkan ketersedian air
pada 9 sembilan desa diatas cukup mampu menarapkan MT II dan MT III tanaman padi hasil
perhitungan menunjukkan kebutuan air tanaman padi lahan 0,5 ha dalam kondisi lahan siap diolah/
siap tanam yaitu untuk tanaman padi 10 mm/h atau sebesar 0,5 ha 100 m3 mampu membasahi
selama 10 hari dengan ketingian air 20 mm diatas muka tanah mengetahu kebutuhan air di sawah
dan debit yang hasilkan ratarata 0,044 m3 /menit dengan jaringan irigasi pompa / saluran tertutup
selam 38 jam air harus terdistribusikan, untuk memenuhi kebutuan tanaman selama 10 hari, hasil
tersebut memberikan kontribusi yang cukup oleh petani. Berasarkan pengamatan petani tiap malem
mengalirkan jaringan irigasi hinga pagi. Untuk membantu optimalisasi hasil dan efisiensi air, metode
SRI (System of Rice Intensification) penanaman pada budidaya padi dilakukan dengan
memberikan air irigasi secara terputus (intermittent) berdasarkan alternasi antara periode basah
(genangan dangkal) dan kering. Metode irigasi ini disertai metode pengelolaan tanaman yang baik
dapat meningkatkan produktivitas tanaman padi hingga 30-100% bila dibandingkan dengan
menggunakan metode irigasi konvensional (tergenang kontinu). Metode irigasi ini pertama
dikembangkan untuk metode SRI yang memiliki ciri khas sebagai berikut: Kebutuan air pada
tanaman area sawah basah 2/10 artinya suplai air setinggi 2 cm untuk 10 (sepuluh) hari, untuk area
kering awal suplai 7 hari. Tanaman padi dari awal tanam sampai panen mencapai waktu 90 hari
kebutuan air tanaman padi selama 26 hari

12
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan dan saran

Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang merupakan satu
kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan, dan pembuangan
air irigasi. Ada banyak teori yang berkembang untuk perencanaan bangunan air khususnya untuk
irigasi. dalam hal ini sebuah perencanaan irigasi berpedoman kepada kriteria perencanaan akan
menghasilkan jenis irigasi yang baik.

A. Hasil analisis menunjukan bahwa 17 (tujuh belas) Desa di Kecamatan terdapat sembilan Desa
yang menerapkan jaringin irigasi secara teknis dan semi teknis diantaranya Ngadon, Jipang,
Kapuan, Ngeloram, Ngelanjuk, Sumber Pitu, Getas, Kentong dan Mernung rata-rata debit yaitu
0,020 M3 / detik luas lahan petani rata-rata yaitu 0,50 ha
B. Hasil penelitian menunjukkan sebesar 9 (sembilan) desa menerapkan irigasi teknis dengan
memanfaatkan air bawah tanah sebagai jaringan irigasi dimasing-masing petak lahan petani
terdapat satu desa yang menerapkan jaringan irigasi saluran terbuka penyadapan dari sungai
C. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 8 (delapan) Desa yang sistem irigasinya tadah hujan
D. Hasil panen petani di Kecamatan Cepu dari 17 Desa rata-rata yaitu 2,35 ton tahun
2015 dan 2,33 tahun 2016 luas lahan rata-rata 0,5 ha
E. Jenis jaringan irigasi tertutup debit air rata 0,042 / menit mampu mengenangi lahan rata-rata
0,5 ha selama 40 jam (dua hari) air mengalir ke area persawahan , pola tanam dengan Metode
SRI yang menerapkan 2/10 untuk mencapai hasil optimal dan efisien pegunaan air

13
DAFTAR PUSTAKA

 Nariyo, 2014 Rapat Perencanaan Pembangunan Desa, Buku Panduan Desa Kentong Kecamatan
Cepu
 Abdul Usman, Yusman S, Kuntjoro, Nunung Kusnadi, 2014 Efisiensi Irigasi Air Artetis pada
Usaha Tani lahan Kering Lomtim NTB Aplikasi Pendekatan Non Radial Universitas Mataram
Volume 24, No 3 Desember 2014
 BPN Kab. Blora, 2011 Data lahan pertanian kabupaten Blora, Penerbit BPN, Blora
 Hariyanto, Agustinus W, 2014 Penerapan Irigasi Pengerak Pompa Elektrik Di Kecamatan Cepu
STTR Cepu Jurnal Simetris Sipil / Volume 3, No.16 – 2014 Issn 1978 – 5658
 Dept.Pek.Umum, 2005 ,JICA, Rekayasa Penyadapan dan Pemanfaatannya Sumberdaya Air untuk
Irigasi, Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta.
 Effendi Pasandara dan Donald C. Tylor 2007 Irigasi Kelembagaan Dan Ekonomi, Penerbit PT.
Gramedia Jakarta
 M.Bisri, Titah Andalan N P, 2009 Irigasi Untuk Pertanian Studi Kasus Di Kecamatan Batu Kota
Batu Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jurnal Rekayasa Sipil / Volume 3, No.1 – 2009 Issn
1978 – 5658

14
21

Anda mungkin juga menyukai