Disusun oleh :
GAMAL HANAFI : 41118110102
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2021
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Kebutuhan air bagi kehidupan dibumi sangatlah penting, bukan hanya untuk aktivitas manusia
melainkan juga proses pertumbuhan hewan dan tanaman, sehingga sangat tergantung terhadap
keberadan air. Namun keberadaan air dari satu tempat dengan tempat yang lain mempunyai perbedaan,
karena proses siklus Hidrologi yang terjadi pada air terbagi ke berbagai daerah secara tidak merata
menurut geografi maupun musim.
Tingkat pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi di Indonesia sudah pasti kebutuhan air juga
akan semakain meningkat pula, pemanfaatan yang sangat bervariasi terhadap keperluan air, juga akan
memerlukan kebutuhan air yang cukup tinggi. Untuk keperluan rumah tangga, industry dan pertanian
Kebutuhan air untuk pertanian akan menjadi penting, melihat kondisi pebutuhan penduduk yang
semakin meningkat karena secara tidak langsung kebutuhan makanan pokok penduduk juga
menagalami peningkatan.
Sedangkan Irigasi merupakan suatu ilmu yang memanfaatkan air untuk tanaman mulai dari
tumbuh sampai masa panen. Air tersebut diambil dari sumbernya, dibawa melalui saluran, dibagikan
kepada tanaman yang memerlukan secara teratur, dan setelah air tersebut terpakai, kemudian dibuang
melalui saluran pembuang menuju sungai kembali. Irigasi merupakan salah satu faktor penting dalam
produksi bahan pangan. Sistem irigasi dapat diartikan sebagai satu kesatuan yang tersusun dari
berbagai komponen, menyangkut upaya penyediaan, pembagian, pengelolaan, dan pengaturan air
dalam rangka meningkatkan produksi pertanian. (Sudjarwadi,1990). Berdasarkan PP No. 23 tahun
1982 tentang irigasi, irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian.
Sedangkan jaringan irigasi adalah saluran dan pembuangan yang merupakan satu kesatuan dan
diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian
dan penggunaannya.
1.2. Tujuan
1. Maksud dari makalah ini untuk mengetahuai jaringan irigasi dan saluran irigasi.
2. Tujuannya untuk memberikan perbedaan setiap setiap jaringan dan bangunan irigasi
1
Penjelasan mengenai garis besar jaringan irigasi dan kelompok bangunan pada jaringan
irigasi.
Menjelaskan secara garis besar definisi jaringan irigasi beserta properti/item-item didalamnya
seperti:
a) Petak Tersier
b) Petak sekunder
c) Petak primes
d) Bangunan - bangunan
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air bumi, terjadinya, peredarannya, dan agihannya,
sifat - sifat kimia dan fisiknya, reaksi dengan lingkungannya, termasuk hubungannya dengan makhluk
– makhluk hidup (Seyhan, 1990).Daur hidrologi secara alamiah menunjukan gerakan air dipermukaan
buni. Selama berlangsungnya daur hidrologi, air akan tertahan sementara disungai, danau, dalam tanah
sehingga dapat dimanfaatkan oleh manusia. Dalam daur hidrologi, energi panas matahari menyebabkan
terjadinya evaporasi dilaut maupun dibadan – badan ai lainnya. Uap air tersebut sebagian akan turun
menjadi hujan apabila keadaan atmosfer memungkinkan. Air hujan sebelum permukaan tanah sebagian
akan tertahan oleh tajuk vegetasi dan air hujan yang dapat mecapai permukaan tanah sebagian akan
masuk terserap ke dalam tanah (infiltrasi). Sedangkan air hujan yang terserap ke dalam tanah akan
mengalir dipermukaan tanah menjadi aliran permukaan. (Asdak, 1995).
Irigasi adalah penggunaan air di dalam tanah untuk keperluan penyediaan cairan yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan tanaman – tanaman (Hansen, 1992).Irigasi sebagai subsistem tidaklah mandiri,
melainkan selalu berkaitan dengan sistem lainnya yang lebih luas. Sebagai unit produksi misalnya, sistem
irigasi merupakan salah satu subsistem dari suatu wilayah pertanian dan sebagai unit hidrologis
merupakan determinan penting dari pengelolaan irigasi, karena air yang tersedia dalam suatu daerah
irigasi kandungan di musim kemarau jarang cukup mengairi seluruh areal pelayanan, maka setiap tahun
ditetapkan prioritas dalam penggunaan air (Pasandaran dan Taylor, 1984).
Irigasi merupakan suatu usaha untuk memanfaatkan air yang tersedia di sungai atau sumber –
sumber air lainnya (danau, mata air) dengan jalan menggunakan jaringan irigasi sebgai prasarana
pengatur pengendapan, pengairan dan pembagian air tersebut untuk keperluan pertanian. Penggunaan
saluran irigasi adalah salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan air irigasi tanaman padi.
Dimensi dan bentuk saluran irigasi perlu diperhatikan agar di dapatkan saluran yang stabil, Saluran
stabil yang di maksud disini adalah saluran yang tidak terganggu masalah erosi maupun sedimentasi
(endapan sedimen).Persoalan untuk mendapatkan saluran stabil adalah tentang penentuan kecepatan
terpakai, agar tidak timbul erosi, sedimentasi, maupun kelongsoran – kelongsoran tebing saluran
(Sudjarwadi, 1987).
Dalam suatu daerah irigasi teknis tidak jarang pula dijumpai suatu cara klasifikasi saluran sebagai
berikut :
1. Saluran primer
2. Saluran sekunder
3. Saluran sub-sekunder
4. Saluran tersier
5. Saluruan sub-tersier
3
6. Saluran kwarter
Untuk mendapatkan hasil tanaman padi yang baik dan berkualitas maka perlu adanya irigasi, yaitu
usaha untuk mendatangkan air dengan membuat bangunan – bangunan dan saluran – saluran untuk
mengalirkan air guna keperluan pertanian, membagi – bagikan air ke sawah – sawah atau ladang – ladang
dengan cara teratur dan membuang air yang tidak diperlukan lagi setelah air itu diperlukan sebaik –
sebaiknya (Gandakusumah, 1975).
Pemberian air kepada tanaman padi dapat dikatakan harus terus menerus, walaupun sehari – harinya
tidak perlu sama banyaknya. Irigasi untuk tanaman padi juga harus memperhatikan factor – factor barikut
:1).Masa garap untuk debit dan pemindahan bibit, 2). Masa pesemaian, 3). Masa pertumbuhan vegetatif,
4). Masa pertumbuhan generatif samapai berbunga, 5). Masa pembuahan sampai masak.
4
2.3 Teori Perencanaan Saluran
1. Saluran primer
Saluran primer merupakan saluran yang berhubungan langsung dengan sungai.
2. Saluran sekunder
Saluran sekunder merupakan saluran yang menyadap air dari saluran primer ke saluran tersier.
3. Saluran tersier
Saluran tersier merupakan saluran yang membawa air dari saluran sekunder dan
membagikannya ke petak-petak.
4. Saluran pembuang
Saluran pembuang merupakan saluran yang berfungsi untuk membuang air-air yang
berlebihan dari petak-petak sawah ke sungai.
2.4 Teori Perencanaan Bangunan Air
1. Bendung
Bendung merupakan bangunan yang dibangun di sungai untuk meninggikan pemukaan air
pada sungai sehingga air pada sungai dapat dialirkan menuju petak-petak sawah melalui
saluran-saluran yang sudah didesign.
2. Pengambilan bebas
Pengambilan bebas merupakan bangunan yang dibangun ditepi sungai untuk menyadap air
sungai dan dialirkan ke daerah irigasi. Pengambilan bebas tidak mengatur tinggi muka air
pada sungai untuk pengambilan air. Pengambilan bebas memanfaatkan perbedaan
ketinggian sungai dan daerah irigasi.
3. Pengambilan dari waduk
Waduk merupakan bangunan untuk menampung air yang berlebih dan mengalirkan airnya
sewaktu-waktu air dibutuhkan. Waduk merupakan bangunan multi guna. Beberapa fungsi
waduk:
a. Irigasi
b. Pembangkit listrik
c. Peredam banjir
d. Pariwisata
e. Perikanan
4. Stasiun pompa
Stasiun pompa merupakan bangunan pendukung yang digunakan untuk memompa air dari
ketinggian yang lebih rendah ke ketinggian yang lebih tinggi. Pompa digunakan jika
penyadapan air secara gravitasi tidak memungkinkan untuk digunakan.
5
BAB 3
METODOLOGI
Wawancara langsung untuk mengisi angket yang diberikan setelah survai dari 17 desa diambil seluruh
desa yang menerapkan irigasi sesuia kriteria yang ditetapkan dengan menerapkan irigasi, masingmasing
diwakili 10 orang petani adapun jumlah responden keseluruan desa yang menerapkan irigasi masing-
masing 10 orang petani, yang dipandang mampu mewakili petani.
6
IR = kebutuhan air untuk pengolahan lahan(mm/hari)
M = kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi di sawah yang sudah
dijenuhkan (mm/hari)
Eo = Evaporasi potensial (mm/hari) P
= Perkolasi (mm/hari) k = Konstanta
T = Jangka waktu pengolahan (hari)
S = Kebutuhan air untuk penjenuhan (mm)
E = Bilangan eksponen: 2,7182
7. Menganalisa ketersediaan air terhadap penerapan jaringan irigasi
Diketahui
Q1 = Kebutuhan harian air di lapangan/petak sawah (m3/hr)
Q2 = Kebutuhan harian air pada pintu pemasukan (m3/det)
H = Tinggi genangan (m) A =
Luas area sawah (ha)
T = interval pemberian air (hari)
7
BAB 4
Analisis deskriptif dilakukan terhadap responden yaitu para petani, penelitian ini untuk mengetahui
karakteristik responden. Identitas responden yang diungkap pada penelitian ini meliputi : pendidikan,
lokasi responden. Identitas responden selengkapnya ditampilkan pada lampiran 1. Berikut adalah
gambaran umum terhadap identitas responden penelitian ini.
Pendidikan Terakhir
PERSEN
PENDIDIKAN PETANI
(%)
SD 30 35.3
SMP 29 34.1
SLTA/STM 19 22.4
D3 1 2.1
S1 6 7.1
TOTAL 85 100
Tabel 4.1.1 Distribusi responden petani Berdasarkan Tingkat pendidikan.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar petani berpendidikan SD sebanyak 30
responden (35,3%) mempunyai pendidikan sampai dengan S1 dan yang paling sedikit adalah responden
yang mempunyai pendidikan D3 yaitu sebanyak 3 petani (1,2 %)
Usia Responden
KELOMPOK PERSEN
PETANI
USIA (%)
15 - 25 0 0
26 - 35 4 4.71
36 - 45 18 21.18
46 - 55 34 40
>56 29 34.12
TOTAL 85 100
8
Tabel 4.1.2 Distribusi responden petani Berdasarkan Tingkat Usia
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar petani berusia 46 – 55 tahun (32,94
%) data tersebut menunjukan tingkat pengalaman dalam pengelolaan lahan cukup tinggi sebanyak 6
responden petani dengan usia 15-25 tahun (07,06%) data tersebut menunjukan peran masyarakat dalam
pengelolaan lahan pertanian menurun, data yang memiliki responden yang mempunyai pendidikan D3
yaitu sebanyak 3 petani (1,2%)
PENGALAMAN
PETANI PERSEN (%)
BERUSAHAN TANI
Rendah ( 1 - 10 ) 8 9.41
Sedang ( 11 - 20 ) 36 42.35
Tinggi ( > 20 th ) 41 48.24
Jumlah 85 100
Tabel 4.1.3 Distribusi responden petani Berdasarkan Tingkat Pengalaman berusaha Tani
Hasil surve menunjukkan bahwa sebagian kecil petani yang berpengalaman rendah 8 personil (9,41
%) data tersebut menunjukan tingkat pengalaman dalam pengelolaan lahan rendah, sebanyak 36
(42,35%) responden petani yang memiliki pengalaman sedang , tingkat pengalama tertinggi petani denga
data 20 tahun (48,24 %) data tersebut menunjukan pengalaman masyarakat dalam pengelolaan lahan
pertanian sangat tinggi
Mekanisme survei dengan alat kuesioner dan wawancara langsung pada 17 (Tujuh Belas) Desa
masing-masing desa diambil 3 responden dengan pertimbangan yang mewakili petani data di peroleh
peani yang menerapkan irigasi baik secara teknis dan semi teknis hasil surve diperoleh hasil
pengukuranpintu ukur free intake , debit air di pintu pengambilan liat tabel dibawah ini
Dari data lapangan diperoleh 9 (sembilan) desa dari 17 (tujuh belas) desa meliputi Ngadon, Jipang,
Kapuan, Ngeloram, Ngelanjuk, Sumber pitu, Getas, Kentong dan Mernung dari hasil tersebut ditunjukkan
bahwa masingmasing desa dengan perwakilan 3 (tiga) petani yang disurve dengan luas lahan terendah
0,33 ha untuk luas lahan terbesar 1 ha adapun rata-rata debit airnya 0,042 m3 /menit debit air terbesar desa
getas dengan hasil 0,068 3m/detik adapun data debit terrendah yaitu 0,032 3m /menit dan luas lahan 0,68
ha data tersebut.
menunjukkan bahwa sembilan desa yang ada di Kecamatan Cepu menerapkan irigasi Tekni dengan
berbagai sistem diataranya pompa airtanah, saluran terbuka dan saluran tertutup, berdasarkan data diatas
petani menerapkan 3 musim tanam dalam satu tahun.
Berikut adalah distribusi petani yang menerapkan penanaman pada musim tanam
Padi 51 100
MT. 1 Padi - 0
Jagung - 0
Padi 48 56.47
Jagung 36 42.35
MT. 2
Lahan
- 0
Kosong
Padi 53 62.35
Jagung 9 10.59
MT. 3
Lahan
22 25.88
Kosong
Tabel 4.9.A Penerapan Musim Tanam
Hasil penelitian menunjukan dari 51 petani di 17 Desa dikecamatan Kedungtuban memiliki fariasi musim
tanam diantaranya pada musim tanam pertama keseluruan petani 85 petani (100%) menanam Padi, pada
10
musim tanam kedua 48 petani (56.47 %) menanam padi, 36 petani (42.35 %) menanam jagung. Pada
musim tanam ketiga 53 petani (62.35 %) menanam padi, 9 petani (10.59 %) menanam Jagung, 22 petani
(25.88 %) mengosongkan lahannya
Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan diperoleh 9 (sembilan) desa dari 17 (tujuh belas) desa meliputi
Ngadon, Jipang, Kapuan, Ngeloram, Ngelanjuk, Sumber pitu, Getas, Kentong dan Mernung dari
hasil tersebut ditunjukkan bahwa masing-masing desa dengan perwakilan 3 (tiga) petani yang
disurve dengan luas lahan terendah 0,33 ha untuk luas lahan terbesar 1 ha adapun rata-rata debit
airnya 0,020 m3 /detik debit air terbesar desa getas 0,089 3m/detik adapun data debit terrendah yaitu
0,011 m3/detik dan luas lahan 0,65 ha hasil panen khususnya padi 2,35 ton data tersebut
menunjukkan bahwa sembilan desa yang ada di Kecamatan Cepu menerapkan irigasi Tekni dengan
berbagai sistem diantaranya pompa airtanah, saluran terbuka dan saluran tertutup, berdasarkan data
diatas petani menerapkan 3 musim tanam dalam satu tahun. Khusus 8 (delapan ) Desa masih
menerapkan sistem tadah hujan.
Berdasarkan hasil penelitian desa yang system pertanian tadah hujan di sarankan menerapkan
pembangunan embung guna memenuhi kebutuan air, untuk mencapai hasil optimal analisa kebutuan
air tanaman khususnya MT II dan MT III pada tanaman palawijan kebutuhan air untuk penyiapan
lahan dapat ditentukan secara empiris sebesar 250 mm, meliputi kebutuhan untuk penyiapan lahan
dan untuk lapisan air awal setelah transplantasi selesai. (Kriteria Perencanaan Irigasi KP 01).
Untuk lahan yang sudah lama tidak ditanami (bero), kebutuhan air untuk penyiapan lahan dapat
ditentukan sebesar 300 mm. Kebutuhan air untuk persemaian termasuk dalam kebutuhan air
untuk penyiapan lahan, selama pengolahan lahan kebutuhan air sebesar 11,69 mm/hari hasil diatas
menggunakan metode seperti diusulkan oleh Van de Goor dan Ziljstra (1968) Kebutuan air lahan
pertanian rata-rata dengan luas 0,5 ha membutuhkan air 58,45 m3 dengan luas lahan yang
dibutuhkan 23,36 M2 dengan kedalaman 2,80 m Optimalisasi Jaringan Irigasi
Berdasarkan hasil penelitian ada enam desa yang menerapkan jaringan irigasi Teknis dengan
system tertutup diantaranya Ngadon, Kapuan, Ngeloram, Ngelanjuk, Sumberpitu, Kentong dan
Ngeloram. Sistem irigasi terbuka diterapkan dua Desa Jipang dan Ngetas dengan debit 0,089 m3/s
11
untuk mengenangi laha selam 2 hari tanpa putus, dengan debit 200 m3 berdasarkan ketersedian air
pada 9 sembilan desa diatas cukup mampu menarapkan MT II dan MT III tanaman padi hasil
perhitungan menunjukkan kebutuan air tanaman padi lahan 0,5 ha dalam kondisi lahan siap diolah/
siap tanam yaitu untuk tanaman padi 10 mm/h atau sebesar 0,5 ha 100 m3 mampu membasahi
selama 10 hari dengan ketingian air 20 mm diatas muka tanah mengetahu kebutuhan air di sawah
dan debit yang hasilkan ratarata 0,044 m3 /menit dengan jaringan irigasi pompa / saluran tertutup
selam 38 jam air harus terdistribusikan, untuk memenuhi kebutuan tanaman selama 10 hari, hasil
tersebut memberikan kontribusi yang cukup oleh petani. Berasarkan pengamatan petani tiap malem
mengalirkan jaringan irigasi hinga pagi. Untuk membantu optimalisasi hasil dan efisiensi air, metode
SRI (System of Rice Intensification) penanaman pada budidaya padi dilakukan dengan
memberikan air irigasi secara terputus (intermittent) berdasarkan alternasi antara periode basah
(genangan dangkal) dan kering. Metode irigasi ini disertai metode pengelolaan tanaman yang baik
dapat meningkatkan produktivitas tanaman padi hingga 30-100% bila dibandingkan dengan
menggunakan metode irigasi konvensional (tergenang kontinu). Metode irigasi ini pertama
dikembangkan untuk metode SRI yang memiliki ciri khas sebagai berikut: Kebutuan air pada
tanaman area sawah basah 2/10 artinya suplai air setinggi 2 cm untuk 10 (sepuluh) hari, untuk area
kering awal suplai 7 hari. Tanaman padi dari awal tanam sampai panen mencapai waktu 90 hari
kebutuan air tanaman padi selama 26 hari
12
BAB 5
Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang merupakan satu
kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan, dan pembuangan
air irigasi. Ada banyak teori yang berkembang untuk perencanaan bangunan air khususnya untuk
irigasi. dalam hal ini sebuah perencanaan irigasi berpedoman kepada kriteria perencanaan akan
menghasilkan jenis irigasi yang baik.
A. Hasil analisis menunjukan bahwa 17 (tujuh belas) Desa di Kecamatan terdapat sembilan Desa
yang menerapkan jaringin irigasi secara teknis dan semi teknis diantaranya Ngadon, Jipang,
Kapuan, Ngeloram, Ngelanjuk, Sumber Pitu, Getas, Kentong dan Mernung rata-rata debit yaitu
0,020 M3 / detik luas lahan petani rata-rata yaitu 0,50 ha
B. Hasil penelitian menunjukkan sebesar 9 (sembilan) desa menerapkan irigasi teknis dengan
memanfaatkan air bawah tanah sebagai jaringan irigasi dimasing-masing petak lahan petani
terdapat satu desa yang menerapkan jaringan irigasi saluran terbuka penyadapan dari sungai
C. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 8 (delapan) Desa yang sistem irigasinya tadah hujan
D. Hasil panen petani di Kecamatan Cepu dari 17 Desa rata-rata yaitu 2,35 ton tahun
2015 dan 2,33 tahun 2016 luas lahan rata-rata 0,5 ha
E. Jenis jaringan irigasi tertutup debit air rata 0,042 / menit mampu mengenangi lahan rata-rata
0,5 ha selama 40 jam (dua hari) air mengalir ke area persawahan , pola tanam dengan Metode
SRI yang menerapkan 2/10 untuk mencapai hasil optimal dan efisien pegunaan air
13
DAFTAR PUSTAKA
Nariyo, 2014 Rapat Perencanaan Pembangunan Desa, Buku Panduan Desa Kentong Kecamatan
Cepu
Abdul Usman, Yusman S, Kuntjoro, Nunung Kusnadi, 2014 Efisiensi Irigasi Air Artetis pada
Usaha Tani lahan Kering Lomtim NTB Aplikasi Pendekatan Non Radial Universitas Mataram
Volume 24, No 3 Desember 2014
BPN Kab. Blora, 2011 Data lahan pertanian kabupaten Blora, Penerbit BPN, Blora
Hariyanto, Agustinus W, 2014 Penerapan Irigasi Pengerak Pompa Elektrik Di Kecamatan Cepu
STTR Cepu Jurnal Simetris Sipil / Volume 3, No.16 – 2014 Issn 1978 – 5658
Dept.Pek.Umum, 2005 ,JICA, Rekayasa Penyadapan dan Pemanfaatannya Sumberdaya Air untuk
Irigasi, Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta.
Effendi Pasandara dan Donald C. Tylor 2007 Irigasi Kelembagaan Dan Ekonomi, Penerbit PT.
Gramedia Jakarta
M.Bisri, Titah Andalan N P, 2009 Irigasi Untuk Pertanian Studi Kasus Di Kecamatan Batu Kota
Batu Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jurnal Rekayasa Sipil / Volume 3, No.1 – 2009 Issn
1978 – 5658
14
21