Anda di halaman 1dari 27

MENULIS ARTIKEL DAN KARYA ILMIAH

Oleh: Prof. Dr. H. Endang Komara, Drs., M.Si

I. Abstrak
Artikel merupakan sebuah karangan faktual (non fiksi),
tentang suatu masalah secara lengkap yang panjangnya tidak
ditentukan, untuk dimuat di surat kabar, majalah, bulletin dan
sebagainya dengan tujuan untuk menyampaikan gagasan dan
fakta guna meyakinkan, mendidik, menawarkan pemecahan suatu
masalah, atau menghibur. Artikel termasuk termasuk tulisan
kategori views (pandangan), yaitu tulisan yang berisi pandangan,
ide, opini, penilaian penulisannya tentang suatu masalah atau
peristiwa. Sedang karya ilmiah adalah berbagai macam tulisan
yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok dengan
menggunakan tata cara ilmiah yakni sistem penulisan yang
didasarkan pada sistem, masalah, tujuan, teori dan data untuk
memberikan alternatif pemecahan masalah tertentu.

II. Pendahuluan
Menulis artikel dan karya ilmiah, kini bukan lagi sekedar hobi
tetapi sudah menjadi kebutuhan bagi kaum intelektual, terutama
mereka yang menduduki jabatan fungsional, seperti guru, dosen,
peneliti, dan sebagainya. Bagi mereka, menulis artikel di media
massa, dan karya ilmiah pada jurnal penelitian, merupakan syarat
mutlak untuk mendapatkan angka kredit untuk menaikan jenjang
jabatan fungsionalnya. Bagi mahasiswa, menulis karya ilmiah
merupakan kewajiban, sebelum mereka menyelesaikan masa
studinya dan diwisuda menjadi seorang sarjana.
Namun demikian menulis artikel atau karya ilmiah tidaklah
semudah membuat karangan biasa. Ide-ide atau gagasan-
gagasan yang ada dalam benak kita, tidak bisa begitu saja kita
tuangkan menjadi suatu tulisan artikel atau karya ilmiah. Karena

1
2

untuk menjadi artikel atau karya ilmiah, apalagi yang


dipublikasikan melalui media cetak, ide atau gagasan itu, terlebih
dulu harus disesuaikan dengan visi dan misi media cetak yang
akan memuatnya, atau harus mematuhi kaidah-kaidah ilmiah
dalam prosedur karya tulis ilmiah. Inilah kendala yang selama ini
dihadapi oleh para dosen, guru, peneliti dan pejabat fungsional
lainnya. Ditambah lagi belum banyak buku panduan atau contoh
tulisan yang dapat mereka jadikan rujukan.
Menulis artikel pada media massa, dan karya ilmiah pada
jurnal ilmiah bagi para guru, dosen, peneliti, mahasiswa dan siapa
saja yang berkecimpung di dunia ilmu pengetahuan, memang
sangat penting dan dibutuhkan. Ini karena, dengan menulis artikel
dan karya ilmiah, mereka akan terus berlatih untuk memecahkan
permasalahan-permasalahan yang timbul baik dalam kancah
keilmuan, maupun permasalahan sosial yang dihadapi pada
kehidupan sosial sehari-hari. Dengan upaya memecahkan
permasalahan itulah, daya pikir para guru, dosen, peneliti maupun
mahasiswa terus terasah, sementara pemikiran kritis mereka
semakin tajam. Ini sangat diperlukan bagi kalangan intelektual
untuk terus mengembangkan ilmu pengetahuan.
Sebenarnya, seiring dengan menjamurnya bisnis media
cetak, kesempatan untuk menulis artikel terbuka semakin lebar.
Inilah lahan subur bagi guru, dosen, peneliti, dan sebagainya,
untuk berkarya memenuhi angka kredit bagi jenjang jabatan
fungsionalnya. Jika karya tulisnya dimuat, selain karya tulisnya
memperoleh angka kredit (credit point), juga mendapat honorium
dari surat kabar atau majalah yang memuatnya. Ini merupakan
3

penghargaan tambahan yang punya nilai tersendiri. Sayangnya


tidak semua artikel bisa menembus media massa. Karena selain
gaya penulisan yang harus komunikatif, artikelnya pun harus
sesuai dengan misi, visi dan policy media cetak tersebut.
Tulisan ini mencoba untuk memberi bekal, terutama bagi
para dosen, guru, peneliti dan mahasiswa untuk lebih mengerti
dan memahami tentang jenis-jenis artikel, kegunaannya, tata cara
penulisan dan yang lebih penting bagaimana memahami policy
redaktur media massa, sehingga tulisan artikelnya menjadi layak
muat. Ini sangat penting mengingat kebanyakan penulis artikel
gagal dimuat hanya karena tulisannya tidak sesuai dengan policy
redaktur surat kabar atau majalah yang ditujunya.
Demikian juga dengan penulisan karya ilmiah. Banyak para
guru, dosen, peneliti yang jenjang jabatan fungsionalnya menjadi
macet gara-gara tidak memenuhi KUM, misal jabatan fungsional
dosen dari tenaga pengajar ke asisten ahli, lektor, lektor kepala
dan guru besar dari unsur penulisan karya ilmiah, terutama dari
hasil penelitian memerlukan ketekunan dan kejelian tersendiri,
serta panduan orang-orang yang memang sudah sering
melakukannya.
Bagi mahasiswa, terutama dalam menyelesaikan tugasnya,
baik tugas akhir mata kuliah maupun karya dalam mengakhiri
studinya seperti skripsi, tesis maupun disertasi. Baik dalam etika
penulisannya (aspek metodologi penelitian) maupun pemaparan
urgensi masalahnya (teori yang dijadikan acuan pembahasan).
4

III. Pembahasan
1. Artikel
Artikel dalam bahasa Inggris ditulis “article”, sedang menurut
kamus lengkap Inggris-Indonesia karangan Prof. Drs. S.
Wojowasito dan W.J.S. Poerwodarminto, article berarti
“karangan”. Sedangkan “artikel” dalam bahasa Indonesia, menurut
Kamus Umum Bahasa Indonesia berarti karangan di surat kabar,
majalah dan sebagainya.
Dalam lingkup jurnalistik, para pakar komunikasi
menerjemahkan artikel, berdasarkan sudut pandang masing-
masing. Menurut R. Amak Syarifudin (Djuroto dan Bambang,
2003:3-4), artikel adalah suatu tulisan tentang berbagai alat, mulai
politik, sosial, ekonomi, budaya, teknologi, olah raga dan lain-lain.
Misalnya tulisan mengenai kehidupan kewanitaaan, pemuda,
sejarah, film, drama dan sebagainya. Tulisan semacam ini tidak
terikat gaya bahasa maupun format tulisan. Tetapi untuk
mendapatkan audience-nya, penulis artikel harus pandai
mengungkapkan gaya tulisannya, agar tidak membosankan.
Penulisan artikel di media massa (surat kabar atau majalah), tidak
harus dilakukan oleh wartawannya sendiri, orang luar pun bisa
menyumbangkan artikelnya. Dalam prakteknya penulisan artikel
pada surat kabar atau majalah kebanyakan dari luar. Sedang
menurut Tjuk Swarsono bahwa artikel adalah karangan yang
menampung gagasan dan opini penulis, bisa berupa gagasan
murni atau memungut dari sumber lain, referensi, perpustakaan,
pernyataan orang dan sebagainya. Artikel mengharuskan penulis
mencantumkan namanya secara lengkap (by name), sebagai
5

tanggung jawab atas kebenaran tulisannya. Juga Asep Syamsul


M. Romli menyebut artikel sebagai subuah karangan faktual (non
fiksi), tentang suatu masalah secara lengkap, yang panjangnya
tidak ditentukan, untuk dimuat disurat kabar, majalah, bulletin dan
sebagainya, dengan tujuan untuk menyampaikan gagasan dan
fakta guna meyakinkan, mendidik, menawarkan pemecahan suatu
masalah, atau menghibur. Artikel termasuk tulisan ketegori views
(pandangan), yaitu tulisan yang berisi pandangan, ide, opini,
penilaian penulisnya tentang suatu masalah atau peristiwa.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa semua tulisan di surat kabar atau majalah yang bukan
berbentuk berita, bisa disebut artikel. Yang membedakan salah
satunya adalah pemuatan artikel tersebut. Jika artikel itu dimuat
pada halaman opini, disebut artikel umum. Bila diletakkan di
halaman seni dan hiburan dikatakan esai, dan jika dimuat di kolom
khusus redaksi, diberi nama tajuk rencana dan sebagainya.
Menulis artikel berbeda dengan menulis berita. Kalau berita,
apa yang ditulisnya itu harus berdasarkan fakta atas kejadian atau
peristiwa yang terjadi. Boleh juga penulisan berita ditambah
dengan interpretasi, sepanjang itu diperuntukkan bagi penjelasan
fakta. Tetapi menulis berita, sama sekali tidak diperbolehkan
memasukkan opini. Untuk mewadahi penyampaian opini
masyarakat pada surat kabar atau majalah, disediakan kolom
khusus yaitu halaman opini (opinion page).
Lantas apakah penulisan artikel harus full opinion?
Jawabnya tidak juga. Menulis artikel boleh dimulai dengan
pemaparan fakta sebagai data dari apa yang akan ditulisnya. Dari
6

data yang ada itulah penulis bisa memberikan pendapat,


pandangan, gagasan, atau bahkan interpretasi dari fakta yang ada
pada data tersebut. Agar tidak dibingungkan oleh istilah fakta,
interpretasi dan opini, berikut perbedaan ketiga istilah tersebut.
Fakta adalah kenyataan yang ada sesuai dengan data yang
sebenarnya. Fakta bukan buah pikiran atau pernyataan. Namun
demikian, buah pikiran atau pernyataan bisa menjadi fakta
asalkan dilatarbelakangi oleh peristiwa yang sebenarnya. Ini
disebut dengan fact in idea. Contoh Majelis Ulama Indonesia
menyatakan. Bahwa bumbu masak Ajinomoto adalah haram.
Pernyataan ini didasarkan pada penelitian mereka, yang
menemukan bahan baku pembuatan Ajinomoto terakumulasi
lemak babi (kasus Ajinomoto 2000). Penjelasan MUI tersebut
meskipun merupakan pernyataan, bisa dianggap sebagai fakta
karena pernyataan itu dilandasi dari hasil suatu penelitian.
Interpretasi adalah hasil pemikiran berupa penafsiran,
pengertian atau pemahaman. Boleh jadi penafsiran, pemikiran
atau pemahaman seseorang dengan orang lain akan berbeda.
Contoh: Presiden Abdurrahman Wahid, ternyata menyatakan
bumbu masak Ajinomoto adalah halal. Meurutnya, lemak babi
yang digunakan pada proses pembuatan Ajinomoto tidak
menyentuh langsung bahan baku bumbu masak tersebut. Lemak
babi hanya berfungsi memisahkan sel-sel pada tetes tebu sebagai
bahan baku utama, sehingga tidak langsung menyentuh apalagi
bercampur dengan bahan baku Ajinomoto tersebut.
Opini adalah pendapat atau pandangan seseorang atau
kelompok terhadap masalah atau peristiwa yang terjadi. Contoh
7

pada kasus Ajinomoto tersebut, muncul berbagai pendapat (opini)


yang di antaranya menyatakan, bahwa Presiden Abdurarrahman
Wahid meng-halal-kan Ajinomoto tersebut karena khawatir
kehilangan investasi dari Jepang yang menanamkan modalnya
pada perusahaan Ajinomoto tersebut. Dan banyak lagi contoh
opini lainnya.
Kesimpulannya, menulis berita bida gabungan antara fakta
dan interpretasi. Sedangkan ertikel bisa terdiri dari ketiganya, yaitu
fakta, interpretasi, dan opini. Penulisan artikel berbeda dengan
komentar. Jika komentar tulisannya terfokus untuk menanggapi,
atau mengomentari nuansa atau fenomena dari suatu
permasalahan yang terjadi. Sedangkan artikel, penulisannya tidak
sekadar mengomentari masalah, tetapi bisa juga mengajukan
pandangan, pendapat atau pemikiran lain, baik yang sudah
banyak diketahui masyarakat maupun yang belum diketahui.
Kegunaan artikel bagi penerbit surat kabar atau majalah
adalah untuk membedakan pemuatan antara berita (fakta) dan
opini. Hampir semua penerbitan surat kabar menyediakan satu
halaman. Khusus untuk artikel yang disebut opinion page.
Halaman ini memberi kesempatan kepada khalayak pembacanya
untuk menyampaikan pendapatnya (opini). Bagi penerbit media
massa pengiriman artikel oleh pembacanya, merupakan bukti
umpan balik bagi penerbitannya.
Bagi pembaca surat kabar atau majalah, halam artikel atau
opinion page, dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan
pandangan, gagasan serta argumentasi dari berita-berita atau
situasi yang terjadi dan terekam dalam banaknya. Artikel tidak
8

sekadar sebagai penyampaian tanggapan atas suatu peristiwa


yang termuat dalam suatu penerbitan surat kabar atau majalah,
tetapi juga untuk kepentingan penulisannya sendiri. Bagi pegawai
negeri atau karyawan swasta yang mempunyai jabatan fungsional
seperti peneliti, dosen, guru dan sebagainya, artikel di media
massa digunakan untuk memenuhi angka kredit bagi kenaikan
jabatannya. Kenaikan jabatan fungsional bagi pegawai negeri atau
perusahaan swasta, salah satu persyaratannya adalah dengan
menulis artikel di media massa.
Dalam menulis artikel, memilih judul memerlukan perhatian
khusus. Jika judul itu pas dan menarik, redaktur media massa
tertarik pula untuk memuatnya. Itulah sebabnya memilih judul
dalam penulisan artikel, memerlukan pemikiran, pertimbangan dan
penyesuian secara khusus. Ada sebagian penulis yang
menentukan judul artikelnya pada akhir dari proses penulisannya.
Artinya, setelah semua permasalahan diungkapkan dalam bentuk
artikel, baru ia menentukan judulnya. Tetapi ada juga justru
sebaliknya, judul ditentukan terlebih dulu baru menulis isinya.
Pengalaman saya sebagai penulis, yang pertama dilakukan
adalah menentukan topik lebih dulu, kemudian mencari literatur,
mengungkapkan permasalahan, baru memilih judul yang tepat.
Karena kadang-kadang, dari isi tulisan itulah justru muncul kata-
kata yang tepat untuk sebuah judul. Judul sebuah artikel
sebaiknya memenuhi kriteria berikut: (1) atraktif dan baru. Artinya
judul itu harus bersifat atraktif dan belum pernah dipakai oleh
penulis lain. Sebaiknya judul dikaitkan dengan permasalahan inti
dari artikel tersebut. Ini akan menarik dan mengundang rasa ingin
9

tahu baik dari pembaca maupun oleh redaktur media massa; (2)
tidak panjang. Membuat judul artikel jangan terlalu panjang,
sebaiknya terdiri dari subjek dan predikat saja. Apabila ingin judul
yang panjang, buatlah judul utama dan sub judul. Judul yang
terlalu panjang, selain tidak menarik, juga menghabiskan kolom
pada surat kabar, hal ini justru dihindari oleh redaktur media
massa; (3) punya relevansi. Judul harus memiliki relevansi dengan
isi artikel, sekaligus mencerminkan gagasan sentralnya. Artinya,
jika artikel yang ditulis itu tentang dampak ekonomi, maka
judulnya jangan berisi masalah ekonomi. Harusnya tentang
dampak yang timbul dari gejolak ekonomi yang muncul.
Redaktur media massa biasanya mengelompokkan artikel,
menjadi beberapa jenis berdasarkan sudut pandang penulis,
dalam memaparkan ide atau gagasannya. Pengelompokan ini
oleh redaktur dipakai untuk memudahkan penempatan
pemuatannya, pada halam yang sesuai dengan misi dan visi
penerbitannya. Ada lima jenis artikel antara lain: (1) eksploratif.
Artikel eksploratif adalah artikel yang mengungkapkan fakta
berdasarkan kajian penulisnya. Jenis ini cocok untuk menguraikan
penemuan baru, misalnya seorang menemukan benda antik
peninggalan zaman purba. Penulis artikel kemudian menelusuri
sejarah barang yang ditemukan itu dan menguraikannya melalui
suatu tulisan artikel. Tulisan ini menurut redaksi dikelompokkan
dalam jenis artikel eksploratif; (2) eksplanatif, artinya
menerangkan. Artikel eksplanatif adalah artikel yang isinya
memnerangkan sesuatu untuk dapat dipahami pembaca. Misalnya
ketika Presiden Gusdur berkeinginan membubarkan parlemen
10

(DPR) dengan sebutan dekrit presiden, mengundang berbagai


tanggapan dari pengamat. Penulis artikel yang jeli, membuat
artikel dengan menerangkan apa sih sebenarnya dekrit presiden
itu, bagaimana caranya dan sebagainya. Jika ada artikel seperti ini
disebut artikel ekplanatif; (3) deskriptif, adalah artikel yang
menggambarkan suatu permasalahan yang terjadi di tengah
masyarakat, sehingga dapat mengetahui apa yang sebenarnya
terjadi. Jenis artikel ini mirip dengan laporan atau reportase,
bedanya jika laporan atau reportase hanya berdasarkan fakta
saja, tetapi artikel, penulisnya bisa memasukan opini untuk
memperjelas masalah yang digambarkan itu. Misalnya, ketika
terjadi bentrok antara mahasiswa dengan aparat keamanan dalam
peristiwa Semanggi di Jakarta, seorang penulis yang kebetulan
melihat secara langsung dalam peristiwa itu lantas
menggambarkan keadaan yang sesungguhnya dari peristiwa itu,
dalam satu bentuk artikel; (4) prediktif, adalah artikel yang berisi
perhitungan atau ramalan apa yang bakal terjadi di kemudian hari
berdasarkan perhitungan penulisnya. Misal, ketika Bank Indonesia
memutuskan suku bunga deposito, seorang pengamat ekonomi
memperkirakan atau memprediksikan kelak kemudian hari bakal
banyak deposan (orang yang mempunyai simpanan deposito)
memindahlan uangnya ke luar negeri. Akibatnya modal dalam
negeri banyak yang parkir di luar negeri. Arikel ini disebut artikel
prediktif; (5) preskriptif, adalah artikel yang memberikan tuntunan
kepada pembacanya untuk melakukan sesuatu sehingga tidak
mengalami kekeliruan atau kesalahan. Misalnya artikel bagaimana
caranya mengurus paspor, KTP atau SIM tanpa melalui perantara.
11

Penjelasan detail yang sifatnya menuntun pembaca, sangat


diperlukan.

2. Karya Ilmiah
Menurut Dr. H. Endang Danial AR., M.Pd. (2001:4) bahwa
karya ilmiah adalah berbagai macam tulisan yang dilakukan oleh
seseorang atau kelompok dengan menggunakan tata cara ilmiah.
Tata cara ilmiah adalah suatu sistem penulisan yang didasarkan
pada sistem, masalah, tujuan, teori dan data untuk memberikan
alternatif pemecahan masalah tertentu. Sedangkan Djuroto dan
Bambang (2003:12-13) bahwa karya tulis ilmiah adalah suatu
tulisan yang membahas suatu masalah. Pembahasan itu
dilakukan berdasarkan penyelidikan, pengamatan, pengumpulan
data yang didapat dari suatu penelitian, baik penelitian lapangan,
tes laboratorium ataupun kajian pustaka. Maka dalam
memaparkan dan menganalisis datanya harus berdasarkan
pemikiran ilmiah. Pemikiran ilmiah adalah pemikiran yang logis
dan empiris. Logis artinya masuk akal, sedangkan empiris adalah
dibahas secara mendalam, berdasarkan fakta yang dapat
dipertanggung jawabkan (dapat dibuktikan).
Pemikiran ilmiah pada lingkup keilmuan, terdiri dari dua
tingkatan yaitu, tingkat abstrak dan tingkat empiris. Pemikiran
ilmiah tingkat abstrak berkaitan dengan penalaran. Pada tingkatan
ini, pemikirannya bebas tetapi sedikit terikat dengan waktu atau
ruangan. Sedangkan pemikiran empiris berkaitan dengan
pengamatan. Kerena berkaitan dengan pengamatan, maka
pemikiran empiris ini sangat terkait dengan waktu dan ruangan.
12

Boleh jadi pemikiran empiris ini dilakukan dalam waktu dan


ruangan tertentu.
Dalam proses pemikiran ilmiah seseorang selalu memulai
dengan apa yang disebut pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah,
merupakan gabungan dari dua pendekatan yaitu pendekatan
induktif dan pendekatan deduktif. Pemahaman terhadap
pendekatan induktif dan deduktif ini perlu dilakukan secara
bersama, karena hasil yang dicapai dari kedua pendekatan itu
berbeda.
Pendekatan induktif adalah pengalaman atau pengamatan
seseorang pada tingkat empiris, menghasilkan konsep,
memodifikasi model hipotesis menjadi teori, dan bermuara di
tingkat abstrak. Pendekatan deduktif merupakan titik tolak
penalaran serta perenungan di tingkat abstrak, yang
menghasilkan pengukuran konsep serta pengujian hipotesis.
Karya tulis ilmiah merupakan serangkaian kegiatan
penulisan berdasarkan hasil penelitian, yang sistematis berdasar
pada metode ilmiah, untuk mendapatkan jawaban secara ilmiah
terhadap permasalahan yang muncul sebelumnya. Banyak cara
untuk menemukan jawaban dari penelitian tersebut. Untuk
memperjelas jawaban ilmiah terhadap permasalahan atau
pertanyaan yang ada dalam penelitian, penulisan karya ilmiah
harus menggali khazanah pustaka, guna melengkapi teori-teori
atau konsep-konsep yang relevan dengan permasalahan yang
ingin dijawabnya. Untuk itu penulisan karya ilmiah harus rajin dan
teliti dalam hal membaca dan mencatat konsep-konsep serta teori-
teori yang mendukung karya tulis ilmiahnya.
Dalam memberikan jawaban terhadap permasalahan yang
timbul pada suatu penelitian, penulisan karya ilmiah harus bisa
13

membuktikan melalui dua cara. Pertama, jawaban itu merupakan


jawaban final terhadap permasalahan penelitian. Kedua, jawaban
tersebut harus menjadi jawaban yang paling benar, meskipun
masih akan dibuktikan lagi pada tahap lainnya. Jawaban pertama
erupakan konklusi yang nantinya sangat diperlukan sebagai suatu
thesis. Sedangkan jawaban kedua, merupakan konklusi
sementara yang nantinya diperlukan sebagai hipotesis.
Meskipun jawaban penelitian tersebut sudah didapatkan,
penulisan karya ilmiah masih harus membuktikan, apakah
jawaban tersebut memang bisa dirasakan kebenarannya. Untuk
itu diperlukan sumber informasi lainnya yang mendukung jawaban
yang telah didapatkan. Jawaban permasalahan yang ada pada
penelitian, bisa mendukung dan juga bisa menolak hipotesis yang
ada. Jika jawaban itu mendukung hipotesis maka bisa dikatakan
hipotesis diterima, tetapi jika jawabannya tidak mendukung
hipotesis, maka disebut hipotesis dalam penelitian ini ditolak.
Dengan demikian, penulisan karya ilmiah, hanya bisa
dilakukan sesudah timbul suatu masalah, yang kemudian dibahas
(dijawab) melalui kegiatan penelitian. Karena berdasarkan hasil
penelitian, maka pada akhirnya penulisan karya ilmiah, selalu
dikemukakan suatu kesimpulan dan rekomendasi. Kesimpulan
dimaksudkan sebagai pemikiran terakhir dari proses telaah
melalui penelitian, sedangkan rekomendasi diperuntukkan bagi
langkah selanjutnya dalam menyelesaikan permasalahan yang
ditimbulkan.
Kesimpulan atau temuan penelitian, tidak selalu berupa
sesuatu halyang baru. Bisa jadi kesimpulan atau temuan dari hasil
14

penelitian itu, merupakan kelanjutan dari kesimpulan atau temuan


pada penelitian yang dilakukan sebelumnya. Karena penelitian
merupakan suatu proses, maka hasil penelitian itu tidak bisa
dikatakan baik atau jelek. Jadi jika ada seseorang menyebut
bahwa hasil penelitiannya itu baik atau tidak baik, atau juga
menyebut benar atau tidak benar, maka sebutan itu tidak tepat.
Yang tepat, sebutan untuk hasil penelitian adalah ukuran
signifikansinya (significance) atau meyakinkan.
Pada dasarnya semua ilmu ataupun teknologi yang ada di
dunia ini, perlu diteliti, ditingkatkan dan dikembangkan fungsi dan
peranannya untuk melahirkan perubahan. Karena yang kekal di
dunia ini hanya satu, yaitu perubahan. Perubahan yang positif
melahirkan kemajuan dan kemajuan inilah yang dituntut oleh ilmu
pengetahuan. Tanpa kemajuan, kehidupan di dunia tidak ada
artinya sama sekali.
Salah satu cara untuk mencapai kemajuan adalah dengan
melakukan pengamatan, pengkajian, dan penelitian dari sumber
ilmu tersebut yang dituangkan dalam bentuk karya tulis ilmiah.
Salah satu tugas para ilmuwan (scientists) atau para pandit
(scolars) adalah memaparkan hasil kajian, pengamatan atau
penelitiannya kepada masyarakat luas.
Penulisan karya ilmiah diharapkan dapat membantu para
cendekiawan untuk menemukan sesuatu yang baru, guna
menunjang peningkatan taraf kehidupan masyarakat secara luas.
Pada lingkungan perguruan tinggi karya ilmiah berupa skripsi
digunakan untuk meraih gelar sarjana (S1), tesis digunakan untuk
magister (S2), dan disertasi untuk gelar doktor (S3). Sedangkan
15

bagi pejabat fungsional, karya tulis ilmiah merupakan persyaratan


untuk mendapatkan angka kredit bagi kenaikan jabatannya.
Sebenarnya kegunaan penulisan karya ilmiah bukan hanya
sekadar untuk mendapatkan gelar atau memperoleh kredit pont
untuk kenaikan jabatan, tetapi tujuan utama dibuatnya karya tulis
ilmiah adalah untuk mendokumentasikan hasil-hasil penelitian
yang berhasil mendapatkan atau membuktikan kebenaran ilmiah.
Mungkin yang tidak sama adalah gradasi kebenaran ilmiah yang
ingin atau berhasil dicapai oleh seseorang. Bagi seorang peneliti
profesional, keuntungan yang paling besar dan berharga dari
semua karyanya adalah jika ia menemukan kebenaran ilmiah
yang kemudian dibukukan. Penemuan kebenaran ilmiah yang
kemudian dibukukan dalam karya tulis ilmiah ini bertujuan adalah
(1) pengakuan scientific objective untuk memperkaya khazanah
ilmu pengetahuan, dengan pemaparan teori-teori baru yang sahih
serta terandalkan, (2) pengakuan practicial objective guna
membantu pemecahan problema praktisi yang mendesak.
Judul adalah kepala karya tulis ilmiah, sedangkan topik
adalah pokok-pokok permasalahan yang akan dijadikan objek
dalam penelitian sebagai bahan utama penulisan karya ilmiah.
Jadi topik bisa diangkat menjadi judul, tetapi sebaliknya judul
bukan merupakan topik bahasan. Judul dalam suatu karya tulis
ilmiah adalah ciri atau identitas yang menjiwai seluruh karya tulis
ilmiah. Judul pada hakikatnya merupakan gambaran konseptual
dari kerangka kerja suatu karya tulis ilmiah. Itu sebabnya, dalam
penulisan karya tulis ilmiah tidak bisa memaparkan begitu saja
16

dari apa yang akan ditulis, tetapi harus runtut mengikuti kerangka
kerja (framework) dari konsep yang akan dipaparkannya.
Judul merupakan kalimat yang terdiri dari kata-kata yang
jelas, tidak kabur, singkat, tidak bertele-tele. Pemilihan kata-kata
untuk judul sebaiknya saling terkait atau runtut, menggunakan
kalimat yang tidak puitis apalagi sampai sensasional. Menurut
Sutrisno Hadi (1980), judul mempunyai dua fungsi pokok dalam
penulisan karya ilmiah. Bagi pembaca, judul menunjukkan hakikat
dari objek penelitian yang dilakukan sebelumnya. Sedangkan bagi
penulisnya, judul merupakan patokan dalam menyusun tulisannya.
Memilih judul untuk suatu karya tulis ilmiah tidak sebebas
membuat judul pada penulisan artikel. Judul karya tulis ilmiah
harus disesuaikan dengan topik bahasan yang sudah ditentukan
sebelumnya. Jelasnya pada penulisan karya ilmiah tidak bisa
langsung menulis baru menentukan judulnya. Ini karena penulisan
karya ilmiah terkait dengan kegiatan ilmiah, sementara kegiatan
ilmiah sudah dibuat desainnya terlebih dahulu, di mana judul
termasuk di dalamnya.
Seperti halnya artikel, judul karya tulis ilmiah, sebaiknya
tidak terlalu panjang dan jangan juga terlalu pendek. Jika judul
terlalu panjang, orang yang membacanya akan kesulitan
memahami apa sebenarnya yang ada dalam karya tulis ilmiah
tersebut. Itu sebabnya judul yang panjang menjadi tidak menarik.
Judul karya tulis ilmiah sebaiknya terdiri dari delapan sampai dua
belas kata yang merupakan hubungan dua variabel atau lebih.
Pada prinsipnya semua karya tulis ilmiah itu sama yaitu hasil
dari suatu kegiatan ilmiah. Yang membedakan hanyalah materi,
17

susunan, tujuan serta panjang pendeknya karya tulis ilmiah


tersebut. Untuk membedakan jenis atau macam karya tulis ilmiah
dipakai beberapa sebutan, seperti laporan praktikum, naskah
berkala, laporan hasil studi lapangan, texbook, hand out, paper,
pra skripsi, tesis dan disertasi.
Penentuan jenis atau macam karya ilmiah biasanya
disesuaikan dengan keperuntukan karya ilmiah tersebut. Secara
garis besar, karya ilmiah diklasifikasikan menjadi dua, yaitu karya
ilmiah pendidikan dan karya ilmiah penelitian. Karya ilmiah
pendidikan digunakan sebagai tugas untuk meresume pelajaran,
serta sebagai persyaratan mencapai suatu gelar pendidikan yang
meliputi (1) paper (karya tulis) adalah karya ilmiah berisi ringksan
atau resume dari suatu mata kuliah tertentu atau ringkasan dari
suatu ceramah yang diberikan oleh dosen kepada mahasiswanya.
Tujuannya melatih mahasiswa untuk mengambil intisari dari mata
kuliah atau ceramah yang diajarkan. Karena baru tahap untuk
latihan, materi tulisannya juga masih sederhana, yaitu hanya
berupa catatan poin-poin yang dianggap penting dari mata kuliah
atau ceramah tersebut, kemudian dirangkai dalam susunan
kalimat menjadi suatu karya tulis agar mudah dimengerti dan
dipahami; (2) skripsi adalah karya tulis ilmiah pendidikan yang
digunakan sebagai persyaratan mendapatkan gelar sarjana (S1).
Istilah skripsi berasal dari kalimat deskripsi (deskription) yang
berarti memberikan gambaran tentang suatu masalah yang
dibahas dengan memaparkan data serta pustaka untuk
menghasilkan kesimpulan. Pembahasan dalam skripsi harus
dilakuakn mengikuti pemikiran ilmiah yaitu logis dan empiris; (3)
18

tesis adalah suatu karya ilmiah pendidikan yang diperuntukannya


sebagai salah satu persyaratan bagi mahasiswa pascasarjana
untuk mendapatkan gelar magister (S2). Istilah tesis berasal dari
kata sinthesa (sinthation). Skripsi bertujuan mendeskripsikan ilmu,
maka tesis bertujuan mensinthesakan ilmu yang diperoleh dari
perguruan tinggi, guna memperluas khazanah ilmu yang
didapatkan di bangku kuliah. Perluasan khazanah itu terutama
berupa temuan baru hasil dari suatu penelitian. Itu sebabnya
penulisan skripsi dan tesis harus berdasarkan hasil penelitian
ilmiah; (4) disertasi (dissertation) adalah suatu karya tulis ilmiah
yang mempunyai sumbert utamanya berupa penyelidikan
laboratorium, atau penelitian lapangan. Jadi disertasi harus
menghasilkan suatu temuan baru, baik dari ilmua soasial
maupunilmu eksakta. Di kalangan perguruan tinggi, karya tulis
ilmiah disertasi merupakan tugas akhir yang dibebankan kepada
seorang mahasiswa dari perguruan tingginya untuk meraih gelar
doktor. Itu sebabnya seorang doktor harus menemukan sesuatu
yang dapat menunjang perkembangan ilmu pengetahuan.
Berbeda dengan penulisan skripsi atau tesis yang hanya
bersumber dari data dan pustaka saja. Disertasi harus lebih
lengkap lagi dengan tiga sumber sekaligus yaitu data lapangan,
penelitian laboratorium serta kajian pustaka. Dalam
mengungkapkan teori untuk memecahkan permasalahan, disertasi
wajib menyatakan dalil-dalil atau teori-teori baru secara ilmiah
yang diperolehnya, serta sanggahan terhadap teori lama dan
sebagainya. Penemuan teori atau dalil baru inilah sebenarnya
19

yang menunjukkan ciri khas suatu karya tulis ilmiah berupa


disertasi.
Temuan baru atau teori baru yang dihasilakan oleh suatu
disertasi dapat berasal dari disiplin ilmu arau spesialisasi dari
penulisnya sendiri atau berasal dari disiplin ilmu lainnya yang
dapat menunjang atau membenarkan dalil atau teori baru yang
diungkapkannya. Itu sebabnya penulisan disertasi membutuhkan
waktu yang panjang, karena harus dapat menemukan dalil atau
teori baru.
Mahasiswa yang menulis disertasi disebut promovendus,
dimana dalam pembuatan karya tulis ilmiah disertasinya itu di
bawah bimbingan seorang atau beberapa orang guru besar
(profesor) yang mempromotorinya. Para pembimbing inilah yang
nantinya harus mempertahankan disertasi promovendus terhadap
sanggahan yang akan diberikan oleh para penguji atau guru besar
universitas di mana promosi seorang doktor itu dilaksanakan.
Karya ilmiah panduan, meliputi: (1) panduan pelajaran
(texbook), untuk memberikan panduan (guidance) kepada
mahasiswa, dosen atau masyarakat umum yang berminat
membuat karya ilmiah, misalnya buku panduan penulisan skripsi,
panduan membuat laporan praktek kerja (magang), panduan
membuat laporan kuliah kerja lapangan, dan sebagainya; (2) buku
pegangan (handbook), bertujuan memberikan petunjuk cara
mengoperasionalkan suatu barang yang sudah ada, misalnya
buku pegangan mengoperasionalkan pengisian data penelitian
dalam komputer, petunjuk penggunaan peralatan laboratorium,
petunjuk pembuatan pertanyaan (kuesioner); (3) buku pelajaran
20

(diktat), yakni dibuat oleh guru, dosen atau guru besar untuk mata
pelajaran atau mata kuliah yang diajarkannya.
Karya ilmiah referensi, meliputi: (1) kamus, berisi kata-kata
yang mengandung arti yang sama, atau terjemahan kata dari dua
bahasa atau lebih, misalnya kamus bahasa Inggris, bahasa
Indonesia yang isinya memuat penjelasan lebih detail lagi dari
suatu kata. Kamus juga bisa dikelompokkan kata-kata dalam
lingkup tersendiri, misal kamus jurnalistik, kamus sosiologi, kamus
antropologi, kamus ekonomi, kamus politik, kamus hukum dan
sebagainya. Kamus-kamus tersebut biasanya dijadikan referensi
bagi pelajar, mahasiswa dan juga masyarakat umum; (2)
ensiklopedia adalah buku yang berisi berbagai keterangan atau
uraian ringkas tentang cerita, ilmu pengetahuan yang disusun
menurut abjad atau menurut lingkungan ilmu, misal ensiklopedia
ilmu-ilmu sosial, ensiklopedia satwa Indonesia, ensiklopedia flora
dan fauna Indonesia dan sebagainya.
Karya ilmiah penelitian, yang meliputi: (1) makalah seminar,
yang terdiri atas naskah seminar dan naskah bersambung; (2)
laporan hasil penelitian dan; (3) jurnal penelitian.

IV. Kesimpulan
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas maka dapat
disimpulkan hal-hal berikut:
1. Karya ilmiah harus mengandung kebenaran ilmiah, yakni
kebenaran yang tidak hanya didasarkan atas rasio, tetapi juga
dapat dibuktikan secara empiris.
21

2. Prose berpikir ilmiah terdiri atas pengajuan masalah,


perumusan hipotesis dan verifikasi data. Sedangkan hasilnya
(hasil berpikir ilmiah) disajikan dan ditulis secara sistematis
menurut aturan metode ilmiah.
3. Karya ilmiah biasanya ditampilkan dalam bentuk makalah
ilmiah, skripsi, tesis, disertasi dan hasil penelitian. Penelitian
ilmiah lebih ditujukan untuk pengembangan ilmu dan menguji
kebenaran ilmu. Sedangkan makalah ilmiah dapat juga dibuat
para mahasiswa di perguruan tinggi dalam rangka
penyelesaian studinya. Proses berpikir ilmiah dapat dilakukan
melalui pola berpikir deduktif dan berpikir induktif.
22
23

DAFTAR PUSTAKA

Danial AR, Endang. 2001. Penulisan Karya Ilmiah: Salah Satu


Pandunan untuk Mahasiswa dan Guru PPKN dalam
Mengembangkan Profesi melalui Karya Tulis Ilmiah.
Bandung: Ath-thoyyibiyah.

Darmoto & Ani M..Hasan. 2002. Menyelesaikan Skripsi dalam


Satu Semester.Jakarta: Grasindo.

Djuroto, Totok dan Bambang Suprijadi. 2003. Menulis Artikel &


Karya Ilmiah. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Sudjana, Nana. 2001. Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah:


Makalah-Skripsi-Tesis-Disertasi. Jakarta: Sinar Baru
Algesindo.
24

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama Lengkap : Prof. Dr. Endang Komara, M.Si.


Tempat dan tanggal lahir : Purwakarta, 19 Juli 1964
Alamat rumah : Jl Jati Indah IV/6 Bandung 40275
Pekerjaan : Dosen ASN LL DIKTI Kop Wilayah
IV Dpk Pada STKIP Pasundan
Pangkat/Golongan : Pembina Utama, IV/e
Jabatan fungsional : Guru Besar
Pendidikan terakhir : S3 Universitas Padjadjaran

Publikasi Ilmiah :
Majalah Tridharma Kopertis Wilayah IV
Jurnal Tekno Efisiensi
JPIPS UPI Bandung
Majalah Suara Daerah Jawa Barat
Jurnal Nasional Historia UPI Bandung
Civicus UPI Bandung
Jurnal Nasional Fakultar Tarbiyah IAIN Sunan Gunung
Jati
Pikiran Rakyat
Socio Didaktika: Social Science Education Journal, UIN
Jakarta.
ATIKAN, Jurnal Kajian Pendidikan ASPENSI
Mimbar Pendidikan UPI Bandung
International Journal of Current Research
MORES UPSI
Scopus Q3 di UUM

Buku yang dipublikasikan :


Pendidikan Kewarganegaraan 2004
Studi Masyarakat Indonesia 2005
Sosiologi Hukum 2006
Metode Penulisan Karya Ilmiah 2007
Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian 2012
PTK & Peningkatan Profesionalisme Guru 2013
Belajar dan pembelajaran Interaktif 2014
Pendidik Pemimpin, Pemimpin Pendidik 2014
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan 2016
25

Pendekatan Penelitian Kualitatif 2018


Curriculum and Civic Education Teaching in
Indonesia 2018

Organisasi :
Ketua KORPRI LL DIKTI Wilayah IV
Sekretaris Paguyuban Guru Besar
Ketua Dewan Pakar ASPENSI
Ketua Dewan Pakar AP3KnI
Ketua Dewan Pakar KPLJ
Ketua Dewan Pakar GNP TIPIKOR
Sekretaris LITBANG PB Pasundan
Anggota Dewan Pakar ABPTSI
Anggota Dewan Pendidikan Jawa Barat
Ketua Dewan Redaksi Sosio Humaniora

Bandung, 17 September 2018


Ttd.

Prof. Dr. Endang Komara, M.Si


26
27

Anda mungkin juga menyukai