Anda di halaman 1dari 9

PRAKTIK TATA KELOLA PERUSAHAAN (CORPORATE GOVERNANCE)

DAN USEFULNESS INFORMASI AKUNTANSI


(Telaah Teoritis Dan Empiris)

Muhammad Miqdad
Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi, Universitas Jember, Indonesia
Email: miq_aset@yahoo.co.id

Abstrak

Riset akuntansi yang berkaitan dengan tata kelola perusahaan dan manajemen laba mengacu pada teori
akuntansi positif dan teori agensi. Sebagian besar hasil studi empiris menunjukkan bahwa implementasi tata
kelola perusaaan yang baik (good corporate governance) berdampak negatif terhadap praktik manajemen
laba. Praktik manajemen laba yang berlebihan berdampak negatif terhadap kredibilitas laporan keuangan dari
sudut pandang pengguna seperti investor, kreditor dan stakeholders lainnya. Praktik GCG dan manajemen
laba berkaitan dengan masalah-masalah perilaku, karena itu metode penelitian kualitatif menjadi alternatif
solusi dalam penelitian-penelitian yang berkaitan dengan perilaku.

Kata Kunci: Tata Kelola Perusahaan, Manajemen Laba, Teori Akuntansi Positif, Teori Agensi, Riset Kualitatif.

Abstract

Accounting researchs on corporate governance and earnings management refers to the positive
accounting theory and agency theory. Most of the result empirical studies showed that implementing of good
corporate governance (GCG) negatively affect to earnings management. Excessive earnings management
practices will affect the credibility of the financial statements in the user’s perception namely investors,
creditors and other stakeholders. Corporate governance and earnings management associated with
behavioral problems, therefore qualitative research method as an alternative to explore further of the
behavioral problems.

Keywords: Corporate Governance, Earnings Management, Positive Accounting Theory, Agency Theory,
Qualitative Research.

PENDAHULUAN Lippo adalah berkaitan dengan pelaporan keuangan,


dengan diterbitkannya dua versi laporan keuangan,
Riset mengenai tata kelola perusahaan (corporate yaitu antara yang diterbitkannya ke Bursa Efek
governance) masih menjadi topik yang menarik Jakarta dan yang dipublikasikan.
untuk diteliti seiring dengan terbukanya skandal Tahun 2001, hasil survei yang dilakukan oleh
keuangan berskala besar (misalnya skandal Enron Credit Lynonnais Securities (CLSA) pada 115 per-
Corp, Tyco, Worldcom Inc., Xerox Corp.,) yang usahaan di 25 negara berkembang menunjukkan
melibatkan akuntan. Dalam kasus Enron, dampak bahwa skor total untuk perusahaan di Indonesia yang
yang jelas adalah kerugian yang ditanggung para disurvei hanya 37,7 dari skala (skor 0-100). Skor ini
investor dari ambruknya nilai saham yang sangat lebih rendah dibandingkan dengan skor total
dramatis dari harga per saham US$ 30 menjadi hanya perusahaan-perusahaan yang disurvei di Negara
US$ 10 dalam waktu dua minggu. Kasus ini Singapura (64,5), Malaysia (56,6), India (55,6),
memunculkan pertanyaan mengapa suatu perusahaan Thailand (55,1), Taiwan (54,6), Cina (49,1), Korea
kelas dunia dapat mengalami hal yang sangat tragis (47,1) dan Filipina (43,9). Makin tinggi skor me-
dengan mendeklarasikan bangkrut justru setelah hasil nunjukkan bahwa ketaatan pada prinsip-prinsip Good
audit keuangan perusahaannya dinyatakan pendapat Corporate Governance atau GCG (yang meliputi
tanpa kualifikasi (unqualified opinion). Di Indonesia, disiplin, transparansi, kemandirian, akuntabilitas,
kasus Lippo merupakan salah satu skandal akuntansi tanggung jawab, keadilan dan kesadaran nasional)
yang sangat menonjol di tahun 2003. Skandal Bank makin besar (Zarkasyi, 2008).

147
148 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.14, NO. 2, SEPTEMBER 2012: 147-155

Di Indonesia, praktik GCG telah diatur dalam PEMBAHASAN


beberapa undang-undang dan peraturan, sehingga
implementasi prinsip-prinsip GCG salah satunya di- Teori keagenan menjelaskan hubungan kontrak-
dorong oleh kepatuhan terhadap regulasi (seperti UU tual antara pemilik (principals) dan penerima amanat
PT no 40/2007, peraturan Bapepam-LK, Peraturan (agents). Pemilik adalah pihak yang memberikan
Bank Indonesia no 8/4/PBI/2006 yang dirubah men- mandat kepada pihak lain (agen), untuk melakukan
jadi no 8/14/2006 tentang Peraturan GCG bagi bank semua kegiatan atas nama prinsipal dalam kapasitas-
umum). Hasil riset yang dilakukan oleh The Indone- nya sebagai pengambil keputusan. Praktik pemberian
sian Institute for Corporate Governance (IICG) ter- mandat oleh pemilik kepada agen awalnya dijelaskan
hadap 52 perusahaan publik (yang masuk dalam oleh Berle dan Means (1932) yang menyatakan
LQ45 periode Juli 2000 s/d Juni 2001) menunjukkan bahwa perkembangan perusahaan membawa konse-
bahwa hampir seluruh responden menyatakan arti kuensi diperlukannya pemisahan antara kepemilikan
pentingnya GCG, namun 65% responden menyata- dan kontrol manajemen atas suatu perusahaan modern,
kan menerapkan GCG karena memang regulasi sehingga tercipta suatu mekanisme pengawasan
mengehendaki hal tersebut, 30% menyatakan GCG kepada agen untuk bertindak sesuai dengan kepen-
sebagai bagian dari budaya perusahaan. tingan pemilik perusahaan. Pemikiran dari Berle dan
Implementasi GCG diharapkan dapat meningkat- Means masih relevan sampai sekarang dalam konteks
kan kinerja dan nilai tambah perusahaan. Kinerja pengelolaan perusahaan modern sekalipun. Meka-
perusahaan meningkat berdampak pada kesejahteraan nisme pengawasan terhadap agen dimaksudkan untuk
pihak manajemen perusahaan dan pemegang saham melakukan kontrol terhadap tindakan-tindakan agen
(shareholders). Disisi yang lain, pihak manajemen dan keputusan yang diambil sesuai dengan kepen-
berpotensi melakukan tindakan-tindakan melalui
tingan pemilik perusahaan. Lemahnya pengawasan
pemilihan kebijakan akuntansi yang berdampak
terhadap agen mendorong pihak manajemen untuk
positif pada kepentingan mereka sendiri, dan sangat
berperilaku sesuai dengan kepentingannya.
mungkin terjadi apa yang dilakukan oleh pihak
Pemikiran dari Berle dan Means, selanjutnya
manajemen akan berdampak negatif bagi kepentingan
dikembangkan oleh Jensen dan Meckling (1976)
pemilik perusahaan (Jensen dan Meckling, 1976;
Fama dan Jensen, 1993; Morck et al. (1989). Karena dengan memperkenalkan apa yang dikenal dengan
itu, implementasi GCG adalah menjadi alternatif “agency theory”. Teori ini sampai sekarang masih
untuk mengurangi praktik manajemen laba. relevan untuk menjelaskan variabel-variabel yang
Manajemen laba muncul pada saat peneliti diteliti khususnya bidang akuntansi keuangan dan
akuntansi mencoba mengkaitkan hubungan antara pasar modal. Dalam mendefinisikan hubungan ke-
suatu variabel ekonomi tertentu dan upaya manajer agenan (agency relationship), Jensen dan Meckling
untuk mengambil manfaat atas variabel tersebut. (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan itu
Manajemen laba yang berlebihan akan mengurangi sebagai suatu kontrak yang dilakukan oleh satu orang
manfaat (usefulness) laporan keuangan dalam atau lebih (dalam hal ini pemilik atau prinsipal) dan
pandangan penanam modal (Scott, 2009). Magnan orang lain (dalam hal ini selaku agen atau penerima
dan Cormier (1997) mengungkapkakan bahwa ada amanat), untuk melakukan kegiatan atau jasa (service)
tiga alasan utama manajer melakukan praktik mana- yang sudah didelegasikan dan mengambil keputusan
jemen laba yaitu minimalisasi political cost, maksimi- yang menjadi kewenangannya.
sasi kesejahteraaan manajer (manager wealth maximi- Eisenhard (1989) mengungkapkan bahwa yang
zation) dan minimisasi biaya (minimization of menjadi fokus pada teori keagenan adalah tentang: 1)
financing costs). bagaimana menentukan kontrak yang paling efisien
Efektivitas pelaksanaan corporate governance yang mengatur pola hubungan antara prinsipal
sangat tergantung dari peran atau actions yang dengan agen, dengan beberapa asumsi sifat manusia
dilakukan oleh elemen-elemen dalam struktur corpo- yang lebih cenderung mementingkan diri sendiri (self
rate governance. Elemen-elemen tersebut adalah interest), memiliki keterbatasan rasional (bounded
komisaris baik dari unsur independen maupun bukan, rationality) seperti keterbatasan informasi, pengeta-
komite audit, kepemilikan saham oleh insitusi, huan terbatas), dan cenderung menghindari risiko; 2)
kepemilikan saham dan jasa audit dari Kantor tentang organisasi yang di dalamnya terdapat potensi
Akuntan Publik (KAP) yang bereputasi. Harapannya konflik kepentingan antar anggotanya; dan 3) tentang
adalah semakin efektif peran yang dilakukan oleh informasi, yang mana informasi adalah suatu komo-
elemen-elemen struktur corporate governance, diti dan dapat dibeli. Dari penjelasan Eisenhard
semakin meningkatkan kualitas informasi akuntansi tersebut, hubungan keagenan dapat dilihat dari dua
dari sudut pandang users. sudut pandang, yaitu 1) secara ekonomi, teori agensi
Miqdad: Praktik Tata Kelola Perusahaan dan Usefulness Informasi Akuntansi 149

memprediksi dan menjelaskan perilaku pihak-pihak Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa
yang terlibat dengan perusahaan, 2) secara hukum, perusahaan berusaha untuk meminimalisasi biaya
agen adalah seseorang yang dipekerjakan untuk kontrak yang dilakukan dengan pihak eksternal.
kepentingan pihak lain yang diikat dalam perjanjian Kontrak-kontrak tersebut dapat dilakukan dengan
kontraktual. karyawan, kreditor, investor, supplier dan pihak
Perkembangan teori akuntansi sejak tahun 1930- lainnya. Scott (2009) mengemukakan bahwa banyak
an sampai 1970-an cenderung akuntansi normatif kontrak yang dilakukan perusahaan berhubungan
(normative accounting theory), dalam hal ini teori dengan variabel-variabel akuntansi. Kontrak dengan
akuntansi lebih banyak mengkaji bagaimana seharus- karyawan dalam kaitannya dengan promosi dan
nya akuntansi berjalan dan tidak menjelaskan remunerasi didasarkan pada variabel pencapaian laba
mengapa hal itu terjadi. Teori normatif berusaha bersih perusahaan atau biaya standar. Kontrak dengan
menjelaskan informasi apa yang seharusnya dikomu- pemasok (supplier) dihubungkan dengan variabel
nikasikan kepada pemakai informasi akuntansi dan likuiditas dan pembiayaan perusahaan. Kreditor
bagaimana informasi tersebut akan disajikan. Jadi mensyaratkan proteksi dalam bentuk dipenuhinya
teori normatif berusaha menjelaskan apa yang rasio-rasio keuangan seperti rasio hutang terhadap
seharusnya dilakukan oleh akuntan (what ought to be) aset, rasio hutang terhadap ekuitas, modal kerja
dalam proses penyajian informasi keuangan kepada minimal dan sebagainya.
para pemakai dan bukan menjelaskan tentang apakah PAT berasumsi bahwa manajer bersifat rasional
informasi keuangan itu (what is) atau mengapa hal itu seperti halnya investor, dan tentunya manajer akan
terjadi. memilih kebijakan akuntansi yang paling meng-
Teori normatif ini mulai dipertanyakan kembali untungkan kepentingannya, jika memang bisa dilaku-
relevansinya terutama pada pertengahan tahun 60-an, kan. PAT tidak mengasumsikan bahwa manajer akan
dengan munculnya hipotesis pasar modal yang sungguh-sungguh berbuat untuk memaksimalkan
efisien (efficient market hypotesis), yang akhirnya keuntungan perusahaan. Prediksi yang dilakukan
memunculkan gagasan yang berlawanan dengan dalam teori akuntansi positif umumnya berkisar pada
konsep teori normatif. Watts dan Zimmerman (1990) tiga hipotesis pengontrakan seperti yang diformulasi-
mengemukakan pandangan lain yang dikenal dengan kan oleh Watts and Zimmerman (1990) yaitu
Teori Akuntansi Positif (Positive Accounting Theory), hipotesis rencana bonus (bonus plan hypothesis),
sebagai suatu dasar pemikiran untuk menganalisis perjanjian hutang (debt covenant) dan political cost.
teori akuntansi dalam pendekatan normatif terlalu Manajemen laba muncul pada saat peneliti
sederhana dan tidak memberikan dasar teori yang akuntansi dan manajemen keuangan mencoba
kuat. meneliti hubungan antara variabel-variabel ekonomi
Teori Akuntansi Positif memfokuskan pada tertentu dan upaya manajer untuk mengambil manfaat
kemampuan untuk menjelaskan dan memprediksi atas variabel tersebut. Hal ini berkaitan erat dengan
praktik-praktik akuntansi. Teori ini bermanfaat untuk teori akuntansi positif dari Watts dan Zimmerman
memahami dan memprediksi perubahan akuntansi (1990) yang menjelaskan bahwa suatu teori akuntansi
perusahaan. Kebijakan akuntansi yang dirumuskan yang berusaha mengungkapkan faktor-faktor eko-
oleh pihak manajemen, substansinya adalah dalam nomi tertentu atau ciri-ciri suatu unit usaha tertentu
rangka merespon usulan standar akuntansi yang baru. bisa dikaitkan dengan perilaku manajer atau para
Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh pembuat laporan keuangan.
Scott (2009), bahwa: Manajemen laba merupakan salah satu faktor
Positive accounting theory (PAT) is concerned yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan,
with predicting such actions as the choices of menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat
accounting policies by the firm managers and mengganggu pemakai laporan keuangan yang
how managers will respond to proposed new mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut
accounting standards. sebagai angka laba tanpa rekayasa. Manajemen laba
yang berlebihan akan mengurangi usefulness laporan
PAT memiliki pandangan bahwa perusahaan keuangan dalam pandangan penanam modal (Scott,
memiliki kemampuan untuk mengorganisasi peng- 2009: 403).
gunaan sumber daya secara efisien dan efektif dalam Munculnya praktik manajemen laba karena
rangka memaksimalkan prospek perusahaan dan manajer memiliki akses informasi yang lebih di-
menjaga kelangsungan usaha. Perusahaan dapat bandingkan dengan pihak lainnya. Jansen dan
dipandang sebagai serangkaian kontrak (a nexus of Meckling (1976) dan Watts dan Zimmerman (1990)
contract) yang memiliki konsekuensi ekonomi. menyatakan bahwa laporan keuangan yang dibuat
150 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.14, NO. 2, SEPTEMBER 2012: 147-155

dengan angka-angka akuntansi diharapkan dapat keputusan atas nama pemilik. Dengan superioritas
meminimalkan konflik di antara pihak-pihak yang informasi yang dimilliki oleh manajer, memungkinan
berkepentingan. Dengan laporan keuangan yang manajer memiliki kepentingan yang berbeda dengan
dilaporkan oleh agen sebagai pertanggungjawaban pemegang saham (pemilik).
kinerjanya, principal dapat menilai, mengukur, dan Kata „governance’ diterjemahkan oleh Komite
mengawasi sampai sejauh mana agen tersebut bekerja Nasional Kebijakan Governance (KNKG) sebagai
untuk meningkatkan kesejahteraannya, serta mem- „tata kelola‟. ’Governance‟ berbeda dengan „mana-
berikan kompensasi kepada agen. gement‟. Lukviarman (2005) berpendapat bahwa
Beberapa pendapat yang mengatakan bahwa manajemen berhubungan dengan manage the things,
manajemen laba dilakukan karena didorong oleh sehingga merupakan mekanisme yang akan
adanya kepentingan-kepentingan pribadi manajer. menjamin bahwa segala sesuatu “dilakukan secara
Healey (1985) dalam papernya yang berjudul “the benar” (doing things right), sedangkan governance
effect of Bonus Schemes on Accounting Decisions” merupakan mekanisme untuk melakukan “sesuatu
mengungkapkan bahwa manajer melakukan mana- yang benar” (doing the right things).
jemen laba untuk memaksimalkan kepentingan bonus Para ahli dalam memberikan pendapat terhadap
manajer. Schipper (1989) mengungkapkan bahwa Corporate Governance berbeda-beda tetapi secara
manajemen laba dianggap sebagai suatu intervensi substansi memiliki makna yang sama. Morck et al.
pihak manajemen dengan tujuan tertentu dalam (1989) mengemukakan bahwa corporate gover-
proses pelaporan keuangan (financial reporting) nance merupakan suatu mekanisme yang dapat
untuk pihak eksternal, dengan tujuan untuk mem- digunakan untuk memastikan bahwa supplier ke-
peroleh beberapa keuntungan pribadi. Mempertegas uangan atau pemilik modal perusahaan memperoleh
pendapat sebelumnya, Belkaoui (2004) menyatakan pengembalian (return) dari kegiatan yang dijalankan
bahwa manajemen laba adalah potensi penggunaan oleh manajer, atau dengan kata lain bagaimana
manajemen akrual dengan tujuan untuk memperoleh supplier keuangan perusahaan melakukan pengen-
keuntungan pribadi. dalian terhadap manajer. Pendapat ini lebih mem-
Scott (2009) pandangan yang lebih luas tentang
berikan perhatian kepada pemilik modal (supplier
manajemen laba mengungkapkan bahwa manajemen
keuangan) terhadap return yang diharapkan atas dana
laba dapat dipandang menjadi dua perspektif yaitu: 1)
yang diinvestasikan. Pihak manajer, selaku penerima
perspektif pelaporan keuangan (financial reporting),
amanah, harus menjaga kepentingan dari pemilik
yang mana dalam perspektif ini manajer mengguna-
modal. Corporate Governance yang lebih menekan-
kan manajemen laba untuk kepentingan peramalan
kan pada seperangkat regulasi yang mengatur pola
atas laba sehingga akan terhindar dari reaksi negatif
para investor, dan 2) perspektif kontraktual hubungan antara pemegang saham, manajer, kreditor,
(contracting perspective), yang mana dalam per- tenaga kerja dan para pihak pemangku kepentingan
spektif ini manajer menggunakan manajemen laba lainnya dikemukakan oleh Cadbury Committee
untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam (Cadbury, 1992) dan OECD (2004), sebagai berikut:
mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga Cadbury Committee (Cadbury, 1992): Corpo-
untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam rate Governance is a set of the rules that define a
kontrak. Dengan demikian, manajer dapat mem- relationship between shareholders, manager,
pengaruhi nilai pasar saham perusahaannya melalui creditor, the government, employees and other
manajemen laba, misalnya dengan membuat perataan internal and external stakeholder in respect to their
laba (income smoothing) dan pertumbuhan laba rights and responsibilities.
sepanjang waktu. Scott (2009), mendefinisikan mana- Organization for Economic Cooperation and
jemen laba adalah sebagai berikut: “Earnings mana- Development (OECD) (2004): mendefinisikan
gement is the choice by a manager of accounting Corporate Governance sebagai seperangkat peratur-
policies, or actions affecting earnings, so as to an yang menetapkan hubungan antara pemegang
achieve some specific reported earnings objective.” saham, pengurus, pihak kreditor, pemerintah,
Isu good corporate governance dilatar belakangi karyawan serta pemangku kepentingan lainnya
oleh adanya konflik kepentingan antara pemilik sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka,
(principal) dan pihak manajemen, dan antara atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan dan
pemegang saham mayoritas dan pemegang saham mengendalikan perusahaan.
minoritas. Manajer berperan sebagai agen dalam IICG (2012) mendefinisikan Good Corporate
suatu perusahaan dan diberi kewenangan untuk Governance sebagai struktur, sistem, dan proses yang
mengurus jalannya perusahaan dan mengambil digunakan oleh organ-organ perusahaan sebagai
Miqdad: Praktik Tata Kelola Perusahaan dan Usefulness Informasi Akuntansi 151

upaya untuk memberikan nilai tambah perusahaan Komisaris, Dewan Direktur dan Manajer Eksekutif
secara berkesinambungan dalam jangka panjang, (selaku pihak manajemen). Dalam two board system
dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder secara tegas adanya pemisahan keanggotaan dewan
lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan yaitu keanggotaan dewan komisaris sebagai
norma yang berlaku. pengawas dan dewan direksi selaku pihak yang
Keberadaan struktur dalam organisiasi lebih mengelola perusahaan (eksekutif). RUPS adalah
ditekankan pada bagaimana aktivitas dalam organi- struktur tertinggi yang mengangkat dan member-
sasi dibagi, diorganisir, dan dikoordinasi (Stoner et al. hentikan dewan komisaris. Dewan komisaris me-
1995). GCG, sebagai suatu struktur dimaknai bahwa miliki kewenangan untuk mengangkat dan mem-
elemen-elemen yang membentuk GCG (dewan berhentikan dewan direksi serta melakukan fungsi
komisaris, komite audit, direksi dan pemegang pengawasan terhadap direksi dalam mengelola
saham) berperan sesuai dengan hak dan kewajiban perusahaan. Berikut adalah struktur corporate
masing-masing. Struktur corporate governance harus governance dengan two board system dengan (Tjager
didesain untuk mendukung jalannya aktivitas orga- et al., 2003 dan Syakhroza, 2005):
nisasi secara bertanggungjawab dan terkendali
dengan mengacu pada prinsip-prinsip GCG
(Tranparansi, Akuntabilitas, Responsbility, Indepen- General Meeting
densi, dan Fairness). of Shareholders
Disain struktur CG berkaitan dengan model (RUPS)
sistem hukum yang dianut oleh suatu negara. Negara-
negara yang menganut model hukum Anglo-Saxon,
struktur CG tidak memisahkan keanggotaan dewan Board of
komisaris dan dewan direksi, model ini dikenal Commisioners
(Dewan Komisaris)
dengan single board system. Perusahaan-perusahaan
di Inggris, Amerika dan negara-negara lain yang basis
hukumnya menganut model Ango-Saxon, struktur
corporate governance terdiri dari RUPS, board of
Board of Directors
directors (representasi dari pemegang saham) dan (Dewan Direksi)
executive managers (merupakan pihak manajemen
yang menjalankan aktivitas operasi perusahaan. Management
Berikut adalah gambar struktur corporate governance
dengan single board system (Tjager et al., 2003 dan
Syakhroza, 2005):
Gambar 2.2.
Gambar
STRUKTUR2. Struktur CG-Two
CG – TWO Board
BOARD System (Model
SYSTEM
Cotinental Europe)
(MODEL CONTINENTAL EUROPE)
General Meeting of
Shareholders
(RUPS) Di Indonesia, struktur CG diatur dalam UU
PT no 40 tahun 2007. Secara umum, perusahaan-
perusahaan di Indonesia struktur CG berbasis two
board system. Perbedaan mendasar terletak pada
kedudukan dewan komisaris yang tidak langsung
Board of Directors
(Dewan Direksi) membawahi direksi. Hal ini sesuai dengan aturan
dalam UU PT no 40 tahun 2007 bahwa anggota
dewan direksi diangkat dan diberhentikan oleh RUPS
(pasal 94 ayat 1 dan pasal 105 ayat1). Selain itu,
kedudukan anggota dewan komisaris juga diangkat
Executive Managers dan diberhentikan oleh RUPS (pasal 111 ayat 1).
(Manajer Eksekutif) Dengan demikian, maka baik anggota direksi maupun
anggota dewan komsaris bertanggungjawab pada
Gambar 1. Struktur CG-Single Board System (Model RUPS. Struktur CG yang menempatkan dewan
Anglo Saxon) komisaris dan dewan direksi sejajar berdampak pada
Bagi negara-negara yang menganut Model kurang efektifnya fungsi pengawasan karena dewan
Continental Europe, struktur CG disebut dengan two direksi beranggapan sebagai mitra kerja. Berikut
board system yang terdiri dari RUPS, Dewan adalah gambar struktur corporate governance untuk
152 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.14, NO. 2, SEPTEMBER 2012: 147-155

perusahaan-perusahaan Indonesia dengan mengacu terhadap rekayasa laba. Kepemilikan saham institu-
pada UU PT no 40 tahun 2007. sional merupakan salah satu elemen dalam imple-
Indonesia dengan mengacu pada UU PT no 40 tahun 2007.
mentasi struktur corporate governance. Hasil
penelitian ini bisa dimaknai keberadaan pemegang
General Meeting saham insitusional tidak dapat mengurangi potensi
of Shareholders praktik rekayasa laba dilakukan oleh manajer.
(RUPS)
Argumentasi dari hasil penelitian ini bisa jadi
Board of disebabkan bahwa di Indonesia, pemegang saham
Commisioners institusional masih merupakan bagian saham pendiri
(Dewan
perusahaan. Dengan demikian, efektivitas monitoring
Komisaris)
tidak bisa berjalan dengan maksimal.
Board of Directors
Peningkatan kepemilikan saham oleh manajer
(Dewan Direksi)
diharapkan akan membuat manajer bertindak sesuai
Management
dengan keinginan principal karena itu manajer akan
termotivasi untuk meningkatkan kinerja. Menurut
Gambar 3. Struktur CG di Indonesia (Dual Board Jensen dan Meckling (1976), kepemilikan manajerial
System) adalah mekanisme corporate governance utama yang
membantu mengendalikan masalah-masalah keagen-
Kepemilikan institusional merupakan kepemi- an (agency problems). Kepemilikan manajerial yang
likan saham oleh sebuah lembaga (baik lembaga tinggi dapat digunakan untuk mengurangi masalah-
pemerintah maupun lembaga swasta) yang memiliki masalah keagenan. Peningkatan proporsi saham yang
kepentingan besar terhadap investasi yang dilakukan- dimiliki oleh manajer akan menurunkan kecen-
nya. Pemilik institusional memiliki beberapa derungan manajer untuk melakukan tindakan-
kelebihan dibandingkan dengan investor lainnya. tindakan yang berorientasi untuk kepentingan pribadi
Umumnya institusi menyerahkan tanggungjawab (oportunistic behaviour). Dengan kata lain, kepen-
untuk mengelola investasi pada divisi tertentu, tingan manajer dan pemegang saham dapat
sehingga institusi dapat memantau secara profesional diselaraskan bila manajer memiliki saham perusahaan
perkembangan investasinya. Dengan demikian, prak- yang lebih (Morck et al., 1989).
tik manajemen laba dapat ditekan melalui efektivitas Studi empiris asosiasi antara kepemilikan mana-
pengawasan yang dilakukan oleh pemegang saham jemen (manajerial) dan manajemen laba telah
institusi. dilakukan oleh beberapa peneliti dengan hasil yang
Hasil studi empiris yang mengungkapkan bahwa tidak konsisten. Beberapa hasil studi yang menun-
hubungan variabel kepemilikan insitusional dengan jukkan bahwa kepemilikan manajerial berhubungan
manajemen laba memiliki asosiasi negatif adalah riset negatif dengan manajemen laba (yang diukur dengan
yang dilakukan oleh Chung et al. (2002), Midiastuty discretionary accruals) dilakukan oleh Dhaliwal
dan Machfoedz (2003), Park dan Shin (2004), Hsu (1980), Morck et al. (1989), Warfield et al. (1995)
dan Koh (2005), Cornett et al., (2009) dan Koh dan Midiastuty dan Mahfoedz (2003). Argumentasi
(2007). Artinya semakin besar saham dimiliki oleh yang dapat dikemukakan dari hasil studi ini adalah
pemegang saham insitusional, maka semakin kecil jika manajer perusahaan juga sekaligus sebagai
praktik manajemen laba yang yang dilakukan oleh seorang pemegang saham (shareholders), maka
pihak manajer. Argumentasi yang dikemukakan dimungkinkan terjadi keselerasan kepentingan antara
terhadap temuan studi empiris ini adalah investor pemilik dan pihak manajemen. Dengan demikian,
institusional memiliki keunggulan dalam akses potensi konflik keagenan yang terjadi antara pihak
informasi, adanya divisi tertentu yang khusus manajemen dan pemilik perusahaan dapat dimini-
memfokuskan pada investasi, keunggulan sumber malisasi.
daya manusia dan infrastruktur. Dengan demikian, Hasil berbeda diungkapkan oleh Gabrielsen et
mereka memiliki kemampuan melakukan monitoring al. (2002) dan Gideon (2005) bahwa adanya
lebih baik dari investor lainnya, sehingga dapat pengaruh positif signifikan kepemilikan manajerial
membuat pihak manajemen lebih berhati-hati dalam terhadap manajemen laba. Dengan kata lain, semakin
melakukan aktivitasnya sehingga kinerja perusahaan tinggi tingkat kepemilikan saham oleh pihak
menjadi lebih baik. manajemen, maka semakin besar manajer untuk
Hasil berbeda ditunjukkan oleh Siregar dan melakukan praktik manajemen laba. Praktik mana-
Utama (2005) yang tidak menemukan bukti adanya jemen laba tetap terjadi meskipun sebagian saham
pengaruh kepemilikan institutional yang signifikan dimiliki oleh manajer. Argumentasi yang dapat
Miqdad: Praktik Tata Kelola Perusahaan dan Usefulness Informasi Akuntansi 153

dikemukakan adalah manajer melakukan praktik adalah hasil audit yang dilakukan oleh KAP yang
manajemen laba dalam rangka untuk memaksimalkan bereputasi diyakini dapat meningkatkan kredibilitas
kepentingan bonus dirinya. Kesejahteraan manajer laporan keuangan. Dengan demikian, pihak manajer
sangat tergantung dari seberapa besar kinerja yang memiliki kecenderungan untuk tidak melalukan
dapat dicapai dalam suatu periode akuntansi. rekayasa laba jika menjadi klien KAP besar (KAP)
Konsekuensinya adalah manajer akan memilih bereputasi.
kebijakan akuntansi yang berdampak pada pening- Sementara itu, hasil studi yang dilakukan oleh
katan kinerja perusahaan. Jeong dan Rho (2004) dan Tendeloo dan Vanstraelen
Keahlian dan kapasitas yang dimiliki oleh (2008) membuktikan bahwa kualitas audit tidak
dewan komisaris dari unsur independen diharapkan berpengaruh terhadap manajemen laba. Artinya
dapat meningkatkan efektivitas pengawasan. Penga- manajer tetap melakukan praktik manajemen laba
wasan yang efektif dapat menjamin bahwa tindakan meskipun menjadi Klien KAP besar. Alasannya
yang dilakukan oleh manajer merupakan representasi adalah praktik manajemen laba menjadi kewenangan
dari kepentingan pemegang saham (shareholders). manajer (discretionary management) dan tidak
Hasil studi empiris yang mendukung terhadap melanggar Prinsip-prinsip Akuntansi Yang Berterima
proporsi dewan komisasris independen dapat Umum (PABU).
mengurangi manajemen laba dilakukan oleh Beasley
(1996), Dechow et al. (1996), Peasnell et al. (2005), SIMPULAN DAN SARAN
Klein (2002), Nasution dan Setyawan (2007), Chen et
al. (2007) dan Cornet et al. (2009). Justifikasi yang Berdasarkan uraian teoritis dan bukti empiris
dapat dikemukan dari hasil studi ini adalah keber- sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, maka ada
adaan komisaris independen dapat meningkatkan beberapa simpulan penting yang dapat dikemukakan.
efektivitas pengawasan terhadap pihak manajemen. Pertama, struktur corporate governance (diproksi
Dengan demikian, potensi manajer untuk melakukan dengan kepemilikan insitusional, kepemilikan mana-
praktik manajemen laba dapat ditekan. jemen dan komisaris baik unsur independen maupun
Namun, studi yang dilakukan oleh Park dan tidak) diharapkan dapat meningkatkan kualitas
Shin (2004), Veronica dan Bachtiar (2004), Gideon informasi akuntansi. Kedua, manajer memiliki
(2005) tidak menemukan bukti adanya pengaruh kewenangan untuk memilih kebijakan akuntansi
proporsi dewan komisaris independen terhadap tertentu yang tidak hanya berdampak pada kinerja
manajemen laba. Hasil studi ini berbeda dengan perusahaan, tetapi juga didorong oleh kepentingan
sebagian besar hasir riset sebelumnya. Hal ini pribadi manajer yang dapat dikatakan bersifat
menunjukkan bahwa keberadaan anggota dewan opportunisctic behavior. Ketiga, sebagian besar bukti
komisaris independen tidak mampu menekan praktik empiris menunjukkan bahwa keberadaan kepemilikan
manajemen laba. Implikasi hasil studi tersebut dalam institusi, kepemilikan manajemen, komisaris inde-
perspektif praktik good corporate governance di penden dan Kantor Akuntan Publik (KAP) bereputasi
Indonesia menunjukkan bahwa pengangkatan mampu menekan potensi praktik manajemen laba.
komisaris independen perlu dievaluasi, tidak hanya Keempat, Scott (2009) menyimpulkan bahwa pen-
sebatas memenuhi aspek regulasi saja, tapi yang lebih dekatan decision usefulness dari sisi teori akuntansi
penting adalah mempertimbangkan unsur keahlian, adalah jika tidak dapat mempersiapkan laporan
independensi dan profesionalisme. keuangan secara teoritis benar, setidaknya kita dapat
Keberadaaan Kantor Akuntan Publik (KAP) mencoba membuat laporan keuangan lebih berguna
yang bereputasi diharapkan dapat mengurangi konflik (more useful). Artinya praktik manajemen laba akan
kepentingan tersebut. KAP bereputasi diyakini berdampak pada kredibilitas laporan keuangan.
memiliki kemampuan profesional dan independensi Praktik manajemen laba yang berlebihan akan
sehingga dapat menekan kesalahan saji yang bersifat berpengaruh terhadap kredibilitas laporan keuangan
material atas laporan keuangan yang dipublikasikan. dari sudut pandang investor.
Sebagian besar hasil studi empirik membuktikan Menyikapi bahwa telah banyak penelitian
adanya asosiasi negatif antara kualitas audit dan empiris yang menghubungkan corporate governance
manajemen laba. Hasil studi tersebut dilakukan oleh dengan manajemen laba, maka tetap masih terbuka
Becker et al. (1998), Francis et al. (2006), Lennox peluang untuk dilakukan riset lanjutan dengan
(2000), Krishnan dan Schauer (2000), Chen et al. beberapa modifikasi seperti penggunaan proksi yang
(2007), Veronica dan Bachtiar (2004), Tendeloo dan berbeda terhadap pengukuran corporate governance
Vanstraelen (2008), Francis dan Yu (2009) dan dan lebih memfokuskan pada industri tertentu (suatu
Rusman (2010). Justifikasi terhadap hasil studi ini misal industri perbankan atau industri manufaktur).
154 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.14, NO. 2, SEPTEMBER 2012: 147-155

Pertimbangannya adalah pemilikan kebijakan akun- Cornett, M.M., McNutt, J.J. & Tehranian, H. 2009.
tansi bisa jadi berbeda praktik earnings management Corporate Governance and Earnings Manage-
antar satu perusahaan dengan perusahaan yang lain. ment at large U.S Bank Holding Companies.
Penyusunan Standar Akuntansi Keuangan sudah Journal of Corporate Finance, 15 :412-430.
mengacu pada International Financial Reporting Dechow, P.M., Sloan, R.G. & Sweeney, A.P. 1996.
Standards (IFRS). Konsekuensinya adalah adanya Causes and Consequences of Earnings Manipu-
beberapa perubahan dalam Pernyataan Standar laton: An Analysis of Firms Subject to Enfor-
Akuntansi Keuangan (PSAK). Harmonisasi terhadap cement Actions by the SEC. Contemporary
PSAK dengan IFRS ini bisa jadi berpengaruh Accounting Research, 13: 1-36.
terhadap manajemen laba dan financial reporting. Dhaliwal, D.S. 1980. The Effect of the Firm‟s Capital
Karena itu, sosialiasai terhadap SAK baru menjadi Structure on the Choice of Accounting Methods.
penting bagi manajer perusahaan. Accounting Review, 55(1): 78-84.
Isu Corporate Governance dan manajemen laba Eisenhard, K.M. 1989, Agency Theory: An Assess-
berkaitan dengan perilaku. Dengan demikian, pen- ment and Review. Academic of Management
dekatan non mainstream (paradigma kualitatif) Review, 14(1): 15-74.
menjadi alternatif untuk mengungkap lebih detail Francis, J., Olsson, P. & Schipper, K. 2006. Earnings
terhadap motivasi manajer dalam melakukan praktik Quality, Foundation and Trend in Accounting,
manajemen laba. Selain itu, praktik corporate SSRN.
governance yang ada sekarang apakah merupakan
Francis, J.R. & Yu., M.D. 2009. Big 4 office Size and
suatu kebutuhan perusahaan, sebagai corporate
Audit Quality, The Accounting Review 84(5):
culture, ataukah sebatas memenuhi aspek regulasi.
1521-1552.
Karena itu, observasi langsung terhadap informan
menjadi pilihan lain untuk mengungkap masalah ini. Gabrielsen, G., Gramlich, J.D. & Plenborh, T. 2002.
Managerial Ownership, Information Content of
DAFTAR REFERENSI Earnings and Discretionary Accruals in a Non
US Setting. Journal of Business Finance and
Beasley, M.S., 1996. An Empirical Analysis of The Accounting, 29(7&8): 967-988.
Relation Between The Board of Director Gideon S.B. 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh
Composition and Financial Statement Fraud. Mekanisme Corporate Governance dan Dampak
The Accounting Review 71(4): 443-465. Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisa
Becker, C., DeFond, M., Jiambalvo, J. & Subrama- Jalur. Makalah. Simposium Nasional Akuntansi
nyam, K. 1998. The Effect of Audit Quality on IX.
Earning Management. Contemporary Accounting Healy, P.M. 1985. The Effect of Bonus Schemes on
Research, 15(1): 1–24. Accounting Decisions. Journal of Accounting
Belkaoui, A. R. 2004. Accounting Theory. Jakarta: and Economics, 7(1-3): 85-107.
Salemba Empat. Hsu, G.C.M. & Koh, P.S. 2005. Does the Presence of
Berle, A. & Means, G. 1932. The Modern Corpora- Institutional Investors Influence Accruals Mana-
tion and Private Property. New York: Mac- gement? Evidence from Australia. Corporate
Millan. Governance: An International Review, 13(6):
Cadbury, A. 1992. Committee on the Financial 809-823.
Aspects of Corporate Governance, Section 2.5, IICG. 2012. Tata Kelola, (http://iicg.org/iicg/home.
p-15, Gee and Co. Ltd, C/O, The London Stock php?type=1&pageno=3, diakses 1 Juli 2012).
Exchange, United Kingdom, (http://www.ecgi. Jensen, M. C. & Meckling, W.H. 1976. Theory of the
org/codes/documents/cadbury.pdf, diakses 1 Juli Firm: Managerial Behavior, Agency Cost and
2012). Ownership Structure. Journal of Financial
Chen, K.Y., Elder, R..J. & Hsieh, Y.M. 2007. Cor- Economics, 3(4):305-360.
porate Governance and Earnings Management:
Jensen, M.C. 1993. The Modern Industrial Revolu-
The Implications of Corporate Governance Best-
tion, Exit, and the Failure of Internal Control
Practice Principles for Taiwanese Listed
Systems. The Journal of Finance, 48(3): 831-
Companies, Working Papers http://ssrn.com/: 1-
880.
47.
Chung, R., Firth, M. & Kim, J. B. 2002. Institutional Jeong, S.W. & Rho, J. 2004. Big Six auditors and
Monitoring and Opportunistic Earnings Mana- audit quality: The Korean Evidence. the
gement. Journal of Corporate Finance, 8: 29- International Journal of Accounting, 39: 175-
48. 196.
Miqdad: Praktik Tata Kelola Perusahaan dan Usefulness Informasi Akuntansi 155

Klein, A. 2002. Audit Committee, Board of Director Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran. Bandung:
Characteristic, and Earnings Management. Mulia Mandiri Press.
Journal of Accounting and Economics, 33: 375- Schipper, K. 1989. Earnings Management. Account-
400. ing Horizons, 3 (4): 91-102. Retrieved: February
Koh, P.S., 2007. Institutional Investor Type, Earnings 3rd, 2007, from ProQuest database.
Management and Benchmark Beaters in Aus- Scott, W.R. 2009. Financial Accounting Theory. Fifth
tralia. Journal of Accounting and Public Policy, Edition, University of Waterloo: Queen‟s Uni-
26: 267-299. versity.
Krishnan, J. & Schauer, P.C. 2000. The Differentia- Siregar, S.V. & Utama, S. 2005. Pengaruh Struktur
tion of Quality Among Auditors: Evidence from Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktik
the Not-for-Profit Sector. Auditing: A Journal of Corporate Governance Terhadap Pengelolaan
Practice & Theory, 19(2): 9–25. laba. Kumpulan Makalah, Simposium Nasional
Lennox, C. 2000. Do Companies Successfully Akuntansi (SNA) VIII.
Engage in Opinion Shopping: Evidence from Stoner, J., Freeman, E. & Gilbert, D. 1995. Mana-
The UK? Journal of Accounting and Econo- gement. 6th ed. Englewood Cliffs, NJ: Prentice
mics, 29: 321-337. Hall, Inc.
Lukviarman, N. 2005. Perspektif Shareholding Syakhroza, A. 2005. Corporate Governance: Sejarah
Versus Stakeholding Dalam Memahami Feno- dan Perkembangan, Teori, Model dan Sistem
mena CG. Yogyakarta. Governance serta Aplikasinya pada Perusahaan
Magnan, M. & Cormier, D. 1997. The Impact of BUMN. Pidato Pengukuhan Guru Besar. Uni-
Forward-Looking Financial Data in IPOs on the versitas Indonesia. Jakarta.
Quality of Financial Reporting. Journal of Tendeloo, B.V. & Vanstraelen, A. 2008. Earnings
Financial Statement Analysis: 6-17. Management and Audit Quality in Europe:
Midiastuty, P.P. & Machfoedz, M., 2003. Analisis Evidence from the Private Client Segment
Hubungan Mekanisme Corporate Governance Market. European Accounting Review 17(3):
dan Indikasi Manajemen Laba. Simposium 447-469.
Nasional Akuntansi 6 Surabaya. Tjager, I.N., Alijoyo, F.A., Djemat, H.R. & Some-
Morck, R., Shleifer, A. & Vishny, R.W. 1989. bodo, B. 2003. Corporate Governance: Tan-
Alternative Mechanism for Corporate Control. tangan dan Kesempatan Bagi Komunitas Bisnis
American Economics Review, 79: 842-852. Indonesia. Jakarta: PT. Prenhallindo.
Nasution, M., & Setyawan, D. 2007. Pengaruh Cor- Veronica, S. & Bachtiar, Y.S. 2004. Good Corporate
porate Governance Terhadap Manajemen Laba Governance Information Asymetry dan Earnings
di Industri Perbankan Indonesia. Makalah SNA Management. Simposium Nasional Akuntansi 7
X di Makasar. Denpasar.
OECD, 2004. Corporate Governance; A Survey of Warfield, T.D., Wild, J.J. & Wild, K. 1995. Mana-
OECD Countries. OECD Publication Service, gerial Ownership, Accounting Choices and
France. Informativeness of Earning. Journal of Finan-
Park, Y.W. & Shin, H.H. 2004. Board Composition cial Economics, 50: 61-91.
and Earnings Management in Canada. Journal Watts, R.L. and J.L. Zimmerman. 1990. Positive
of Corporate Finance, 10: 431-457. Accounting Theory; A Ten Year Perspective.
Peasnell, K.V., Pope, P.F. & Young, S. 2005. Board Accounting Review, 65 (1): 131-156.
Monitoring and Earnings Management: Do Zarkasyi, M. W. 2008. Good Corporate Governance:
Outside Directors Influence Abnormal Accruals. Pada Badan Usaha Manufaktur, Perbankan,
Journal of Business Finance and Accounting, 32 dan Jasa Keuangan Lainnya. Bandung: Alfa-
(7&8): 1311-1346. beta.

Anda mungkin juga menyukai