345-Article Text-515-1-10-20160612
345-Article Text-515-1-10-20160612
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah : (1) Untuk mengetahui pola komunikasi orang tua yang berbeda agama
dalam pengasuhan anak; (2) Untuk mengetahui faktor – faktor penghambat dalam komunikasi keluarga
beda agama dalam mengasuh anak. Penelitian ini berlangsung selama 3 bulan dan berlokasi di
Makassar. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah 3 keluarga yang terdiri dari orang tua yang
berbeda agama. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif- kualitatif,
yaitu dengan menggambarkan. Memberikan informasi dan penjelasan tentang masalah yang diteliti
berdasarkan hasil observasi dan wawancara mendalam terhadap informan. Teknik pengumpulan data
dilakukan dengan dua cara, yakni melalui data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil
wawancara dan observasi. Data sekunder diperoleh dari studi pustaka dan pengumpulan literature yang
berkaitan dengan penelitian ini. Keseluruhan data yang berhasil dikumpulkan kemudian dianalisi
secara deskriptif-kualitatif. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa orang tua yang berbeda agama
memiliki pola komunikasi yang otoriter, dan ada pula yang memiliki pola komunikasi demokratis.
Orang tua yang otoriter cenderung memaksakan pilihan anak karena kurangnya komunikasi antar
pribadi yang efektif dengan anak. Sedangkan mereka yang memiliki pola komunikasi demokratis,
lebih membebaskan kepada anak dalam menentukan pilihannya. Orang tua yang demokratis lebih
memiliki komunikasi antar pribadi yang lebih efektif.
Abstract
The purpose of this study were: (1) To determine the communication patterns of parents with different
religions in child care, (2) To determine the factors inhibiting the communication interfaith families in
parenting. The study lasted for 3 months and is located in Makassar. The population in this study was
three families consisting of parents with different faiths. The research method used in this research is
descriptive-qualitative, ie by describing. Provide information and an explanation of the issues, based on
the observation and depth interviews with informants. Data were collected in two ways, namely
through primary and secondary data. The primary data were obtained from interviews and
observations. Secondary data were obtained from the literature and a collection of literature related to
this study. Overall data were then collected and analyzed by descriptive-qualitative. The results of this
study showed that parents with different religions have authoritarian patterns of communication, and
others who have a pattern of democratic communication. Authoritarian parents tend to force selection
of children due to lack of effective interpersonal communication with the child. While those who have
a pattern of democratic communication, better unleashing the child in determining his choice. Parents
who had more democratic interpersonal communication, have more effective communication.
12
Jurnal
Komunikasi
KAREBA
Vol.
2,
No.1
Januari
–
Maret
2013
13
Jurnal
Komunikasi
KAREBA
Vol.
2,
No.1
Januari
–
Maret
2013
14
Jurnal
Komunikasi
KAREBA
Vol.
2,
No.1
Januari
–
Maret
2013
15
Jurnal
Komunikasi
KAREBA
Vol.
2,
No.1
Januari
–
Maret
2013
AYAH KOMUNIKASI
ANTAR PRIBADI ANAK
(INTERPERSONAL
COMMUNICATION)
IBU
1. Keterbukaan (Openess)
2. Empati (Empathy)
3. Dukungan (Supportiveness)
4. Rasa positif (positiveness)
5. Kesetaraan atau kesamaan
(Equality)
Tipe-Tipe Pola Komunikasi
Orang Tua Kepada Anak :
1. Pola Komunikasi Permisif
2. Pola Komunikasi Otoriter
3. Pola Kom. Demokrasi
17
Jurnal
Komunikasi
KAREBA
Vol.
2,
No.1
Januari
–
Maret
2013
18
Jurnal
Komunikasi
KAREBA
Vol.
2,
No.1
Januari
–
Maret
2013
19
Jurnal
Komunikasi
KAREBA
Vol.
2,
No.1
Januari
–
Maret
2013
orang tua yang Ayah berbeda agama di rumah sehingga memiliki waktu
dengan anak dan ibu yang beragama yang lebih banyak berkomunikasi
sama dengan anak memberikan dengan anak.
komunikasi antar pribadi yang kurang De Vito dalam Budyatna, (1994:
efektif dalam berkomunikasi dengan 199) juga mengemukakan suatu
anak. Orang tua cenderung kurang komunikasi antar pribadi mengandung
terbuka pada anak. hal ini terlihat dari ciri-ciri Keterbukaan, Empati,
jarangnya orang tua menceritakan Dukungan, Rasa Positif, dan
masalah mereka pada anak. Meskipun Kesetaraan. Kelima unsur ini masing –
orang tua berusaha untuk memberi masing berbeda penerapannya pada
dukungan kepada anak, dengan setiap keluarga. Dalam pola
memberi kebebasan pada anak dalam komunikasi orang tua yang berbeda
menentukan pilihannya namun, dalam agama, komunikasi yang diterapkan
orang tua yang bersikap cuek terhadap pun berbeda satu sama lainnya.
masalah anak karena orangtua kurang Perbedaan muncul dari sikap orang tua
inisiatif melakukan komunikasi antar yang berbeda agama dalam menangani
pribadi dengan anak sehingga masalah anak. Perbedaan yang muncul
membuat komunikasi diantara sebagai wujud pola komunikasi
keduanya tidak berjalan efektif masing- masing orang tua kepada
Pada kasus keluarga A, orang tua anaknya.
terutama Ayah jelas kurang 1. Keterbukaan (Openess),
berkomunikasi dengan anak. Ayah yaitu kemauan menanggapi dengan
pada keluarga A sibuk bekerja, pasif, senang hati informasi yang diterima di
dan jarang ada di rumah. Sedangkan dalam menghadapi hubungan antar
ibu sebagai ibu rumah tangga, lebih pribadi. Keterbukaan sangat diperlukan
sering berkomunikasi dengan anak dalam membina komunikasi antar
setiap kali bertemu, misalnya sebelum pribadi yang efektif antara orang tua
anak berangkat ke sekolah atau juga dan anak. Sikap terbuka juga
malam hari setelah pulang dari mendorong timbulnya saling
beraktifitas. Sehingga anak terbiasa pengertian, saling menghargai dan
berkomunikasi dengan ibu dan anak paling penting saling mengembangkan
menjadi lebih nyaman bercerita hubungan antar pribadi kepada kedua
masalahnya kepada ibu. pihak yang menjalin hubungan. Orang
Pada kasus keluarga B, meskipun tua dan anak harus saling terbuka,
orang tua terutama ibu yang sibuk tidak tertutup dan jelas dalam
bekerja namun ibu dan ayah tetap mengirim dan menyampaikan pesan.
memiliki waktu luang untuk Dalam kasus ini orang tua harus
berkomunikasi dengan anak atau terbuka dalam menyampaikan pesan
sekedar berkumpul dengan keluarga. kepada anak, begitupun anak tidak
Walaupun hal yang dibicarakan kurang tertutup dalam menyampaikan pesan
berisi tentang permasalahan pribadi kepada orang tua meskipun dengan
orang tua dan anak. agama yang berbeda. Pesan yang jelas
Sedangkan pada kasus keluarga C, dan terbuka inilah yang diharapkan
komunikasi yang efektif hanya terjalin mampu membentuk pola komunikasi
pada hubungan anak dan ibu, yang diterapkan orang tua yang
sedangkan ayah kurang memiliki berbeda agama.
waktu luang berkomunikasi dengan Pada keluarga A, ayah yang
anak karena sibuk bekerja. Sedangkan seorang muslim sama dengan anak
ibu lebih banyak berkomunikasi justru tertutup pada anak dalam
dengan anak karena ibu setiap hari ada membicarakan masalah, begitupun
20
Jurnal
Komunikasi
KAREBA
Vol.
2,
No.1
Januari
–
Maret
2013
dengan anak. jarangnya interaksi yang mereka, dimana posisi mereka dan
terjalin diantara keduanya kemana mereka nanti dan tidak terlalu
menyebabkan anak tidak merasa menilai apakah mereka itu salah atau
nyaman saat berada di dekat ayah. benar.
Sifat ayah yang kaku dan keras Dari hasil penelitian yang
membuat anak menjadi takut untuk dilakukan pada ketiga informan ini
berkomunikasi lama dengan ayah. ditemukan sikap empati yang cukup.
Sedangkan ibu yang memiliki agama Ketiga informan menerapkan sikap
yang berbeda dengan anak terlihat jauh empati kepada anak dengan perilaku
lebih terbuka dari ayah. Ibu justru yang berbeda-beda dalam menangani
lebih sering bercerita tentang masalah masalah anak. Kemampuan orang tua
dengan anak membuat anak terbiasa dalam mengerti dan memahami
berkomunikasi dengan ibu sehingga masalah anak terlihat dalam bentuk
membuat interaksi dan hubungan perhatian yang ditunjukkan orang tua
keduanya lebih baik. dalam membantu anak mengatasi
Dalam kasus keluarga B, keluarga masalahnya. Seperti hasil wawancara
ini ayah dan ibu tertutup dan jarang yang diperoleh dari informan A dan B,
berkomunikasi dengan anak dalam bahwa pada umumnya orang tua
setiap masalah. Orang tua khususnya dengan latar belakang agama yang
ayah yang tidak mau melibatkan anak berbeda juga memiliki rasa empati
dalam permasalahan keluarga yang cukup besar pada masalah yang
membuat anak juga jarang terjadi pada anak, meskipun anak
menceritakan masalah pribadi mereka berbeda agama dengan ibu seperti pada
pada orang tua. , Sedangkan ibu hanya kasus keluarga A dan C dan anak
terbuka hanya pada salah satu anaknya berbeda dengan ayah seperti kasus
yang sama-sama sudah memiliki keluarga B . Ibu yang berbeda agama
keluarga. dengan anak mampu memahami setiap
Sedangkan pada kasus keluarga C, masalah yang dihadapi anak dengan
ayah yang juga memiliki agama yang memberikan solusi dan nasehat-
sama dengan anak kurang terbuka nasehat terhadap masalah anak
dalam berkomunikasi dengan anak. sehingga semua dapat diatasi bersama.
Ayah yang sibuk bekerja jarang Pada keluarga C pun demikian, ibu
menceritakan masalah pada anak. memiliki rasa empati yang lebih
kesibukan ayah bekerja membuat tidak dari.ayah,
adanya waktu untuk berkomunikasi Sedangkan keluarga B, orang tua
secara efektif antara ayah dan anak. terutama ayah yang berbeda agama
Berbeda dengan ibu yang jauh lebih dengan anaknya memiliki rasa empati
terbuka pada anak. Setiap masalah yang lebih besar dari ibu,
akan diceritakan pada anak-anaknya Hal ini seharusnya yang dilakukan
melalui pendekatan pribadi antara ibu oleh orang tua dalam membina
dan anak. komunikasi antar pribadi yang efektif
antara orang tua dan anak. Walaupun
2. Empati (Empathy) orang tua memiliki agama yang
yaitu merasakan apa yang berbeda, namun perlakuan dengan
dirasakan orang lain. Berempati anak baik dengan yang seagama
kepada seseorang berarti berusaha maupun yang berbeda namun rasa
untuk merasakan apa yang dirasakan empati terhadap anak tetap ada.
oleh orang lain. Agar mampu
berempati dengan orang lain maka kita
harus dapat mengerti dari mana
21
Jurnal
Komunikasi
KAREBA
Vol.
2,
No.1
Januari
–
Maret
2013
22
Jurnal
Komunikasi
KAREBA
Vol.
2,
No.1
Januari
–
Maret
2013
menjalankan ibadah dan juga kurang Dalam kasus keluarga A, orang tua
menunjukkan sikap baik pada anak terkhusus ayah, juga kurang memiliki
sehingga anak juga merasa terbebani sikap kesetaraan kepada anak. Terlihat
dalam berkomunikasi dengan orang dari sikap ayah yang memberikan
tua. Sedangkan ibu, memiliki rasa batasan komunikasi antara hubungan
positif yang baik kepada anak dengan orangtua dan anak dimana anak harus
selalu bersikap baik dan jarang patuh dan mengikuti kemauan orang
melakukan kesalahan yang membuat tua. Sedangkan ibu justru terlihat
anak merasa tidak nyaman dalam kesetaraan yang baik pada anak dengan
berkomunikasi.. cara bersikap memposisikan diri sama
Dalam kasus keluarga B juga dengan anak sehingga anak merasa
orang tua cenderung kurang memiliki dekat dan sama pemikiran dengan ibu.
rasa positif pada anak. Walaupun orang Dalam kasus keluarga B, orang tua
tua selalu memberikan contoh dan si ayah dan ibu kurang memiliki rasa
menunjukkan hubungan yang baik kesetaraan atau kesamaan kepada anak.
dengan anak tetapi anak tetap jarang Orang tua sama-sama jarang
menceritakan masalah pribadi kepada menceritakan masalah mereka pada
orang tua karena adanya batasan orang anak yang mengakibatkan anakpun
tua untuk melibatkan anak dalam juga tertutup dan tidak melibatkan
permasalahan keluarga. orang tua dalam permasalahannya.
Sedangkan pada kasus keluarga C, Sedangkan pada kasus keluarga C,
orang tua meskipun sibuk dan jarang ayah kurang memiliki rasa kesetaraan
berkomunikasi dengan anak tapi ia terhadap anak. Ayah yang sibuk tidak
tetap memiliki rasa positif pada anak memiliki waktu untuk berkomunikasi
dengan memberikan kebebasan dan dengan anak sehingga cenderung
kepercayaan kepada anak dalam memberi jarak dan bersikap lebih cuek
menyelesaikan masalah sehingga anak pada permasalahan anak. Sedangkan
menjadi lebih percaya diri dalam ibu, juga terlihat memiliki kesetaraan
menentukan pilihannya. karena dalam menceritakan masalah
keluarga, terlihat sikap lebih yang
5. Kesetaraan atau kesamaan menonjol pada salah satu anak yang
(Equality) memiliki kesamaan pengetahuan
yaitu pengakuan secara diam- diam agama meskipun ibu juga terbuka
bahwa kedua belah pihak menghargai, dalam permasalahan keluarga dengan
berguna, dan mempunyai sesuatu yang semua anak.
penting untuk disumbangkan. Dari hasil wawancara ketiga
Walaupun pada dasarnya tidak ada keluarga yang memiliki latar belakang
orang yang benar-benar sama akan orang tua yang berbeda agama
tetapi “susasana setara” cukup penting memperlihatkan secara berbeda-beda
untuk mencapai komunikasi antar antara ayah dan ibu dalam berinteraksi
pribadi yang efektif. Suasana setara melalui aktifitas komunikasi terhadap
disini artinya harus ada pengakuan anaknya yang membentuk pola
bahwa kedua belah pihak mempunyai komunikasi orang tua yang berbeda
suatu perasaan berarti kedua belah agama dalam mengasuh anak.
pihak dan masing-masing memiliki Pada keluarga A,
sesuatu bagi orang lain. Selain itu juga memperlihatkan orang tua dimana ayah
harus ada keseimbangan dan proses dan ibu memiliki interaksi berupa
komunikasi tersebut baik sebagai aktifitas komunikasi yang berbeda.
penerima pesan maupun sebagai Ayah yang memiliki agama yang sama
pengirim pesan. dengan anak cenderung tidak akrab
23
Jurnal
Komunikasi
KAREBA
Vol.
2,
No.1
Januari
–
Maret
2013
dengan anak. Hal ini disebabkan anak bentuk perhatian dan langsung
kurangnya komunikasi yang terjadi pada setiap masalah anak.
antara ayah dan anak dan adanya Menurut Yusuf ( Fajarwati, 2011 )
pengasuh kondisi keluarga yang sering pola komunikasi orangtua dapat
terjadi konflik antara orang tua. Lain diidentifikasikan menjadi 3, yaitu:
halnya dengan hubungan ibu dan anak
yang memiliki agama yang berbeda 1. Pola komunikasi membebaskan
justru memiliki interaksi komunikasi ( Permissive )
antarpribadi yang lebih baik. Hal ini Pola komunikasi permisif ditandai
terlihat dari kedekatan anak dan ibu dengan adanya kebebasan tanpa batas
dalam berkomunikasi dengan baik kepada anak untuk berbuat dan
dimana ibu terlihat sangat terbuka pada berperilaku sesuai dengan keinginan
anak sehingga anak merasa lebih anak. Pola komunikasi permisif atau
percaya dan nyaman berkomunikasi dikenal pula dengan Pola komunikasi
dengan ibu dalam menceritakan serba membiarkan adalah orangtua
masalahnya meskipun agama mereka yang bersikap mengalah, menuruti
berbeda. Hal ini la yang membuat semua keinginan, melindungi secara
hubungan komunikasi keduanya berlebihan, serta memberikan atau
berjalan efektif. memenuhi semua keinginan anak
Pada keluarga B, orang tua secara berlebihan.
berupaya menjadi orang tua yang dekat Pada kasus keluarga A, B dan C,
dengan anaknya. Di sisi lain orang tua orang tua khususnya ayah dan ibu yang
tertutup terhadap masalah mereka berbeda agama sama-sama tidak
kepada anak dan jarang melakukan menerapkan pola komunikasi
inisiatif untuk melakukan komunikasi membebaskan sepenuhnya dalam
pribadi kepada anak sekalipun ayah mengasuh anak. Orang tua
dan ibu tetap berusaha untuk membebaskan tetapi tetap memberi
meningkatkan interaksi komunikasi batasan berupa saran, kritik dan saling
antarpribadi dengan anak tetapi tidak bertukar pendapat dengan anak
mendapat tanggapan baik dari anaknya sehingga orang tua tidak memberikan
karena pada keluarga B, anak lebih kebebasan tanpa batas bagi anak.
dekat dan percaya pada teman daripada 2. Pola komunikasi Otoriter
orang tuanya. Pola komunikasi otoriter ditandai
Pada keluarga C, juga terlihat dengan orangtua yang melarang
orang tua terutama ayah cenderung anaknya dengan mengorbankan
kurang akrab dengan anak. Dalam otonomi anak. Pola komunikasi
berkomunikasi seringkali ayah otoriter mempunyai aturan – aturan
menunjukkan sifat cuek dan kurang yang kaku dari orangtua. Dalam pola
berkomunikasi dengan anak. hal ini komunikasi ini sikap penerimaan
disebabkan karena kesibukan ayah rendah, namun kontrolnya tinggi, suka
sehingga tidak memiliki waktu efektif menghukum, bersikap mengkomando,
untuk berinteraksi dengan anak. mengharuskan anak untuk melakukan
walauupun terlihat ayah masih sesuatu tanpa kompromi, bersikap
berusaha untuk melakukan aktifitas kaku, cendenrung emosinal dan
komunikasi antar pribadi dengan tetap bersikap menolak. Biasanya anak akan
memberi masukan dan mendengarkan merasa mudah tersinggung, penakut,
pedapat anak. Berbeda halnya dengan pemurung dan merasa tidak bahagia,
ibu yang lebih menunjukkan mudah terpengaruh, stress, tidak
komunikasi yang lebih baik dengan mempunyai arah masa depan yang
jelas serta tidak bersahabat.
24
Jurnal
Komunikasi
KAREBA
Vol.
2,
No.1
Januari
–
Maret
2013
25
Jurnal
Komunikasi
KAREBA
Vol.
2,
No.1
Januari
–
Maret
2013
dan tidak terbiasa melakukan aktifitas sehingga anak merasa percaya diri, dan
komunikasi. Ayah yang cenderung keterbukaan.
otoriter memaksakan anaknya Kemandirian ini ditandai dengan
mengikuti pilihan agama yang dianut, mampunya anak untuk mengerjakan
dan kurangnya interaksi yang terjalin. sesuatu hal sendiri yang berhubungan
Hal ini disebabkan karena karakter dengan kegiatannya sehari-hari.
ayah yang pasif dan adanya konflik Percaya diri sudah dapat ditunjukkan
pribadi yang terjadi antara orang tua dengan perilaku sang anak yang
yang melibatkan anak. Selain itu sikap mampu berbaur dengan lingkungannya
keras ayah terhadap ibu di depan anak secara baik, dan keterbukaan yang
juga menimbulkan trauma kepada anak paling menonjol ditandai dengan
untuk menjalin hubungan baik dengan perilaku anak yang gemar bercerita
ayah. tentang kegiatannya dan apa yang
Menurut keluarga B dan C, dialaminya seharian kepada orang
hambatan yang dirasakan tidak ada tuanya. Orang tua menggunakan cara
karena masing –masing orang tua ayah mereka masing-masing untuk
dan ibu tidak pernah menemukan mendidik dan mengasuh anak mereka.
kesulitan dalam berkomunikasi dengan Perilaku positif pada diri sang
anak. Walaupun orang tua sibuk, anak menunjukkan komunikasi antar
namun mereka selalu berusaha untuk pribadi yang efektif dan berlangsung
tetap berkomunikasi dengan anak. dua arah yang artinya anak mengerti
Orang tua merasa senang dan apa yang diinginkan oleh orang tua dan
bersyukur rasa saling pengertian sebaliknya orang tua berusaha untuk
diantara mereka mampu menjadikan memahami anak mereka telah terjalin
mereka keluarga yang damai meskipun komunikasi yang baik dan sesuai
dengan latar agama yang berbeda. dengan yang diharapkan.
Komunikasi antara orang tua yang
memiliki agama yang berbeda dalam a. Faktor Penghambat :
mengasuh anak merupakan hubungan 1. Citra Diri.
komunikasi antar pribadi yang sangat Citra diri yang dibangun oleh
diperlukan. Komunikasi antar pribadi orang tua dapat menjadi salah satu
dapat terjadi secara efektif bila pesan faktor penghambat komunikasi orang
yang disampaikan dapat diterima tua dalam berkomunikasi dengan anak.
dengan baik oleh pihak yang adanya batasan yang dibentuk oleh
berkomunikasi. orang tua sehingga anak menjadi tidak
Komunikasi antara orang tua dan nyaman saat berkomunikasi dengan
anaknya meskipun berbeda agama orang tua. Maka ketika seorang orang
sangat berperan dalam hal membentuk tua berbicara kepada anaknya, ia
perilaku positif sejak dini kepada sang mempunyai citra diri tertentu. Seperti
anak. Pola komunikasi orang tua yang pada kasus keluarga A, ayah merasa
memberi kebebasan kepada anak dirinya sebagai bapak, yang
dalam menentukan pilihannya menganggap dirinya serba tahu, lebih
menciptakan hubungan interpersonal tahu daripada anaknya, kepala keluarga
antara orang tua dan anak terjalin yang harus ditaati, pencari nafkah yang
dengan baik. Komunikasi yang harus dihormati. Sementara ayah pada
senantiasa dilakukan orang tua baik itu kasus keluarga B dan C, mungkin
verbal dan nonverbal dapat membuat merasa dirinya sebagai bapak, tetapi ia
anak untuk berperilaku positif terutama menyadari sebagai kepala keluarga ia
perilaku mandiri, memberi dukungan harus membahagiakan anaknya.
2. Suasana fisiologis.
26
Jurnal
Komunikasi
KAREBA
Vol.
2,
No.1
Januari
–
Maret
2013
27
Jurnal
Komunikasi
KAREBA
Vol.
2,
No.1
Januari
–
Maret
2013
pada keluarga A khususnya dalam adalah tidak adanya waktu orang tua
menetukan pilihan agama anak. karena kesibukan bekerja diluar
Orang tua terutama ayah rumah sehingga anak juga kurang
menginginkan anak ikut dengan berkomunikasi dengan orang tua.
agama yang dianut sehingga ayah Selain itu sikap ayah yang
terlihat tidak memberi kebebasan cenderung bersikap keras yang
pada anak dalam menentukan menginginkan anak mengikuti
pilihannya. Berbeda halnya dengan pilihan ayah membuat anak merasa
ibu yang memiliki agama yang tidak nyaman dalam berkomunikasi
berbeda justru bersikap lebih seperti pada keluarga A dan C.
demokratis dan membebaskan anak Sedangkan pada keluarga B, orang
dalam menentukan pilihan sehingga tua yang kurang terbuka pada anak
anak merasa nyaman saat menyebabkan anak juga kurang
berkomunikasi dengan ibu. terbuka pada orang tua sehingga
Sedangkan pada keluarga B dan C, komunikasi antarpribadi tidak
dalam menentukan sikap terhadap berjalan dengan baik.
pilihan agama anak, orang tua lebih 2. Dalam sebuah keluarga yang memi-
demokratis walaupun komunikasi liki latar belakang orang tua yang
yang terjadi antara orang tua dan berbeda agama diharapkan mampu
anak juga berjalan kurang efektif. menjalin hubungan komunikasi
Orang tua dimana ayah dan ibu yang baik meskipun ayah dan ibu
meskipun bersikap demokratis memiliki agama yang berbeda tetapi
dalam menentukan pilihan anak seharusnya orang tua bisa
tetapi orang tua justru kurang menerapkan hubungan komunikasi
menjalin hubungan antarpribadi yang lebih efektif dengan besikap
dengan anak terbukti dengan jarang lebih terbuka , memberikan sikap
nya orang tua bersikap terbuka pada mendukung pada pilihan anak,
anak dalam menangani masalah menunjukkan sikap positif , empati
seperti pada keluarga B. dan kesetaraan dalam menangani
b. Dalam penelitian ditemukan bahwa masalah anak. Selain itu orang tua
agama tidak berpengaruh dalam yang berbeda agama dapat
hubungan komunikasi antar pribadi memberikan kebebasan pada anak
orang tua dalam mengasuh anak. dalam menentukan pilihannya
Orang tua hanya bersikap otoriter sehingga anak tidak merasa
dan memaksakan kehendak pada terbebani dengan pilihan orang tua.
anak hanya pada pilihan agama Di dalam rumah tangga yang
anak. namun, suasana keberagama- berbeda agama, orang tua bisa
an dalam rumah tangga yang memberikan kebebasan bagi anak-
berbeda agama, tidak jauh berbeda anaknya, agama apa yang
dengan rumah tangga yang diyakininya dan tentu saja orang tua
seagama. Mereka tetap tidak berhak ikut campur dalam
menghormati satu sama lain, selalu keyakinan beragama si anak.
berusaha menciptakan kedamaian Setelah si anak yakin dengan
dan cinta kasih antar anggota kepercayaannya, orang tua harus
keluarga. membimbing dan mengarahkan,
c. Dengan melihat hambatan- memberikan pendidikan agama
hambatan yang dialami setiap orang sesuai dengan keyakinan anaknya.
tua dalam mengasuh anak, Dengan begitu, rasa toleransi dan
hambatan yang banyak dialami pengertian antara anak dan orang
tua semakin erat.
28
Jurnal
Komunikasi
KAREBA
Vol.
2,
No.1
Januari
–
Maret
2013
3. Setiap orang tua yang memiliki Makmur, Cendra. 2009. Konsep Diri
agama yang berbeda, diharapkan Mahasiswi Pelaku Aborsi (Studi Kasus
Terhadap Tiga Orang Mahasiswi
bisa meluangkan waktu untuk UNHAS). Skripsi tidak diterbitkan.
berkomunikasi dengan anak Makassar: Jurusan Ilmu Komunikasi
ditengah kesibukan bekerja dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
anak juga dapat terbiasa untuk lebih Universitas Hasanuddin
terbuka dengan orang tua sehingga Muchtar Darta, Hanny. 2011. Six Pillars of
Positif Parenting. Jakarta. Cicero
komunikasi meskipun orang tua Publishing.
berbeda agama tetapi hubungan Mulyana, Deddy, 2006, Ilmu Komunikasi
komunikasi dengan anak dapat Suatu Pengantar, Jakarta, PT Remaja
berjalan dengan baik. Rosdakarya.
Muthnainah, Nina. & M. Fauzi, 1996,
Psikologi Komunikasi, Jakarta,
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Terbuka.
Ardiyana, 2004. Deskripsi Komunikasi Rakhmat, Jalaluddin, 2007, Psikologi
Antarpersona Orang Tua dan Anak Komunikasi – Edisi Revisi, Bandung, PT
dalam Tiga Kasus Perilaku Seks Bebas Remaja Rosdakarya.
Remaja. ( Suatu Studi Kasus Komunikasi Riswandi, 2009,Ilmu Komunikasi, Jakarta,
Keluarga). Skripsi tidak diterbitkan. Graha Ilmu.
Makassar: Jurusan Ilmu Sosia dan Ilmu Rosmawaty, Desember 2010, Mengenal Ilmu
Politik Universitas Hasanuddin. Komunikasi, Bandung, Widya Padjajaran.
Budyatna, M. & Nina Nutmainah, 1994, Sendjaja, Djuarsa S., dkk, Januari 2002,
Komunikasi Antar Pribadi, Jakarta, TEORI KOMUNIKASI, Jakarta, Pusat
Universitas Terbuka. Penerbitan Universitas Terbuka.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2004. Pola Sendjaja, Djuarsa S. & Ilya Sunarwinardi,
Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam 2008, Komunikasi Antar Budaya,
Keluarga (Sebuah Perspektif Pendidikan Makassar, Jurusan Ilmu Komunikasi
Islam). Jakarta. PT RINEKA CIPTA. Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas
Effendy, Onong Uchjana, 2003. Ilmu, Teori Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
dan Filsafat Komunikasi, Bandung, PT Hasanuddin.
Citra Aditya Bakti. Aw, Suranto. 2011. Komunikasi Interpersonal.
Fajarwati, Mila. 2011. Penelitian Pola Yogyakarta. Graha Ilmu.
Komunikasi Orang Tua dengan Anak Yin, Robert K, 2009, Studi Kasus Desain &
Remaja dalam Berinternet Sehat di Grafis, Jakarta, PT. Raja Grafindo
Surabaya, Yayasan Kesejahteraan Persada.
Pendidikan dan Perumahan Universitas http://www.asiamaya.com/konsultasi_hukum/p
Pembangunan Nasional Veteran, Jawa erkawinan/perk_bedaagama.htm
Timur (pdf). (Diakses tanggal, 5 Maret 2012, 18:45)
(http://eprints.upnjatim.ac.id/1793/) http://organisasi.org/jenis-macam-tipe-pola-
diakses 26 Februari 2012 pukul 19:07 asuh-orangtua-pada-anak-cara
WITA mendidik-mengasuh-anak-yang-baik.
Hardiningrum, Dwiastuti. 2012. Efektifitas (Diakses tanggal 10 Maret 2012, 23:15
Komunikasi Interpersonal Orang Tua wita)
terhadap Anak tentang Pendidikan Seks http://makassarkota.bps.go.id/index.php/en/ber
di Kota Makassar. Skripsi tidak ita-statistik (Diakses tanggal, 20 oktober
diterbitkan. Makassar : Jurusan Ilmu 2012, 21:54 wita)
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan http://id.wikipedia.org/wiki/Keluarga (Diakses
Ilmu Politik Universitas Hasanuddin. tanggal, 9 September 2012, 16:55 wita)
Komala, Lukiati, Oktober 2009 Ilmu
Komunikasi- Perspektif, Proses, dan
Konteks, Bandung, Widya Padjajaran.
Kriyantono, Rachmat, 2006, Teknik Praktis
Riset Komunikasi, Jakarta, Prenada
Media Group.
Little John, Stephen W, 2009, Teori
Komunikasi- Theories of Human
Communication, Jakarta, Salemba
Humanika.
29