Anda di halaman 1dari 23

Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019

PENERAPAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING BERBASIS


KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL
BELAJAR PKN MATERI BUDAYA DEMOKRASI KELAS XI A2
SMA NEGERI 14 SEMARANG TAHUN 2016/2017

Dwi Kusumoningsih
dwikusumoningsih@yahoo.co.id

Abstrak

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilatarbelakangi karena rendahnya
aktifitas dan hasil belajar. Hal ini terlihat pada sebagian besar peserta didik bertanya, berpendapat,
mencatat, dan mengerjakan soal jika ditunjuk dan dikomando saja dan hasil pretest materi Budaya
demokrasi kelas XI A2 hanya 14 dari 35 anak yang tuntas atau memenuhi KKM. Hal ini masih rendah
dibanding dengan kriteria ketuntasan kelas yaitu 75%. Materi budaya demokrasi harus dipahami sehingga
peserta didik menjadi mengerti hak dan kewajibannya di negara dengan budaya demokrasi. Berdasarkan
latar belakang tersebut peneliti menerapkan pembelajaran Contextual Teaching and Learning yang
dikemas dalam tahapan belajar konstruktivisme untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar materi
budaya demokrasi menuju masyarakat madani. Penelitian tindakan kelas ini didesain dalam 2 siklus
dengan masing-masing siklus melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan refleksi. Subyek
penelitian adalah peserta didik kelas XI A2 SMA Negeri 14 Semarang. Obyek penelitian keaktifan belajar
dan hasil belajar materi budaya demokrasi. Data diperoleh melalui observasi dan tes. Data diolah melalui
analisis diskriptif kualitatif untuk menganalisis keaktifan belajar dan jumlah serta prosentase yang tuntas
untuk hasil belajar. Penerapan Contextual Teaching and Learning berbasis konstruktivisme meningkatkan
keaktifan belajar PKn materi budaya demokrasi. Keaktifan belajar pada prasiklus jumlah peserta didik
yang berkategori sangat aktif sebanyak 25 (71,43%), aktif 5 (14,29%), cukup aktif 3 (8,57%), kurang
aktif 2 (7,89%), dan tidak aktif 0 (0%). Meningkat di siklus I berkategori sangat aktif sebanyak 33
(94,29%), aktif 2 (5,71%), cukup aktif, kurang aktif, dan tidak aktif 0 (0%). Keaktifan meningkat di siklus
II semua peserta didik berkategori sangat aktif yaitu sebanyak 35 siswa (100%). Pembelajaran Contextual
Teaching and Learning berbasis konstruktivisme meningkatkan hasil belajar dengan meningkatkan
jumlah yang tuntas dalam belajar PKn materi budaya demokrasi di kelas XI A2. Prosentase ketuntasan
pada prasiklus 40,00% meningkat menjadi 57,14 % (20 tuntas dan 15 tidak tuntas) di siklus I dan
prosentase ketuntasan meningkat 97,14 % (34 tuntas dan 1 tidak tuntas) di siklus II. Jadi dapat
disimpulkan bahwa Contextual Teaching and Learning berbasis Konstruktivisme dapat meningkatkan
keaktifan dan hasil belajar Pkn Materi Budaya Demokrasi Kelas XI A2 SMA Negeri 14 Semarang.

Kata Kunci: Contextual Teaching and Learning, konstruktivisme, keaktifan dan hasil belajar.

A. PENDAHULUAN kenyataannya mereka seringkali tidak


Pendidikan Kewarganegaraan memahami secara mendalam isi atau
(PKn) antara lain materi budaya substansi materinya. Pendidikan
demokrasi hanya nampak dari kewarganegaraan (PKn) di antara lain
kemampuan peserta didik menghafal materi budaya demokrasi menuju
fakta-fakta, walaupun sebenarnya masyarakat madani memerlukan
banyak peserta didik yang mampu pemahaman yang mendalam dari
menyajikan tingkat hafalan yang baik peserta didik tentang teori dan
terhadap materi tersebut, Tetapi konsepnya supaya dapat mengamalkan
Penerapan Contextual Teaching Learning Berbasis Konstruktivisme untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil
Belajar PKn Materi Budaya Demokrasi Kelas XI A2 SMA Negeri 14 Semarang Tahun 2016/2017

22
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019

dalam kehidupan sehari-hari secara teaching and learning berbasis


demokratis dan tanggungjawab. konstruktivis. Pembelajaran yang cocok
Berdasarkan pengalaman dan dengan isi dan tujuan PKn dalam
pengamatan mandiri di kelas XI A2 penelitian ini, yaitu disampaikan
Sebagian besar peserta didik belum siap melalui pembelajaran yang
untuk belajar. Hal ini ditandai sebagian menimbulkan aktivitas belajar langsung
besar peserta didik sering terlambat berkaitan dengan pemahaman yang
mengerjakan tugas, kurang perhatian sesuai dengan kenyataan hidup sehari-
terhadap kompetensi yang diajarkan, hari yang dialami oleh peserta didik.
cenderung kurang konsentarasi dalam yaitu pembelajaran Contextual
pembelajaran, Rata-rata peserta didik Teaching Learning.
yang bertanya dan menjawab Contextual Teaching and
pertanyaan, mencatat hal penting, Learning merupakan konsep yang
menanggapi, mengerjakan latihan membantu guru dalam mengaitkan
selama pembelajaran jika ditunjuk atau materi yang diajarkan dengan situasi
dikomando saja. Hasil tes awal (pretest) dunia nyata dan mendorong peserta
kelas XI A2 materi Budaya Demokrasi didik untuk mengkonstruksi dunia
menunjukkan 14 dari 35 anak yang nyata yang dimiliki dengan materi
memenuhi KKM. Hal ini masih rendah pembelajaran PKn dalam penerapan
dibanding dengan kriteria ketuntasan mereka sebagai anggota keluarga,
kelas yang 75 % persen. Materi budaya masyarakat, bangsa, dan negara. Teori
demokrasi dibutuhkan untuk membantu pembelajaran kontekstual berfokus pada
memberi pemahaman konsep dasar multiaspek lingkungan belajar, antara
sehingga peserta didik mengerti hak dan lain ruang kelas, laboratorium, tempat
kewajibannya dalam negara dengan kerja, alam, dan lingkungan sosial yang
budaya demokrasi di berbagai dikonstruksi melalui tahapan belajar
lingkungan kehidupan. mengajar konstruktivisme dari
Berdasarkan latar belakang Depdiknas.
tersebut peneliti menerapkan alternatif Rencana Pelaksanaan
pendekatapembelajaran dalam Pembelajaran yang dengan jelas
menyajikan materi budaya demokrasi mengkonstruksi pembelajaran PKn
menuju masyarakat madani di Indonesia materi budaya demokrasi yang dapat
melalui pembelajaran contekstual meningkatkan aktifitas atau motivasi
Penerapan Contextual Teaching Learning Berbasis Konstruktivisme untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil
Belajar PKn Materi Budaya Demokrasi Kelas XI A2 SMA Negeri 14 Semarang Tahun 2016/2017

23
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019

peserta didik adalah mendasarkan dilakukan seseorang sebagai subyek


pengalaman peserta didik yang yang menerima pelajaran, mengajar
dikonstruksi dalam langkah menunjukkan pada apa yang dilakukan
pembelajaran konstruktivime. Motivasi guru sebagai pengajar, sedangkan
merupakan daya penggerak/pendorong pembelajaran merupakan proses yang
untuk melakukan aktivitas belajar baik terjadi dalam belajar mengajar. Dalam
yang berasal dari dalam maupun yang keseluruhan proses pendidikan di
berasal dari luar peserta didik. Guru sekolah kegiatan belajar merupakan
harus berhati-hati dalam menumbuhkan kegiatan yang paling pokok
dan memberi motivasi bagi aktivitas Belajar berkaitan dengan aliran
yang didalamnya terdapat keaktifan empirisme yang dicetuskan oleh John
belajar peserta didik. Keaktifan peserta Locke tentang ”tabularasa”. Hal ini
didik dihidupkan melalui penerapan menekankan arti pentingnya
Contextual Teaching and Learning pengalaamn, lingkungan, dan
dengan Rencana Pelaksanaan pendidikan dalam mempengaruhi
Pembelajaran Pembelajaran (RPP) perkembangan peserta didik (Riyanto,
Konstruktivisme. Rumusan masalah 2009:3). Belajar merupakan aktivitas
penelitian sebagai berikut: 1) mental/psikis yang berlangsung dalam
Bagaimanakah penerapan Contextual interaksi aktif dengan lingkungan, yang
Teaching and Learning berbasis menghasilkan perubahan pengetahuan,
Konstruktivisme dapat meningkatkan pemahaman, ketrampilan, dan nilai
keaktifan belajar PKn materi budaya sikap. Perubahan relatif konstan dan
demokrasi kelas XI A2 SMA Negeri 14 berbekas.
Semarang? 2) Bagaimanakah penerapan Jarome Brunner dalam Trianto
Contextual Teaching and Learning (2009:15-16) juga menyebutkan bahwa
berbasis Konstruktivisme dapat belajar adalah sesuatu proses aktif
meningkatkan hasil belajar PKn materi dimana siswa membangun
budaya demokrasi kelas XI A2 SMA (mengkonstruk) pengetahuan baru
Negeri 14 Semarang? berdasarkan pada
Konsep belajar, mengajar, dan pengalaman/pengetahuan yang sudah
pembelajaran adalah sesuatu yang tidak dimilikinya. Dalam pandangan
bisa dipisahkan satu sama lain. Belajar konstruktivisme ”belajar” bukanlah
menunjukkan pada apa yang harus semata-mata menstransfer pengetahuan
Penerapan Contextual Teaching Learning Berbasis Konstruktivisme untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil
Belajar PKn Materi Budaya Demokrasi Kelas XI A2 SMA Negeri 14 Semarang Tahun 2016/2017

24
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019

yang ada diluar dirinya, tetapi belajar kerja peserta didik, metode yang
lebih pada bagaimana otak memproses digunakan untuk menciptakan
dan menginterprestasikan pengalaman pembelajaran PKn Contextual Teaching
yang baru. Proses pembangunan ini bisa and Learning berbasis konstruktivisme,
melalui asimilasi atau akomodasi. dan penilaian yang berfungsi untuk
Belajar PKn yang bertujuan menciptakan seberapa jauh ketercapaian
memiliki kemampuan berkembang tujuan baik kognitif maupun affektif
secara positif dan demokratis untuk peserta didik kelas XI A2 SMA Negeri
membentuk diri berdasarkan karakter- 14 Semarang. Guru berperan sebagai
karakter masyarakat Indonesia dalam fasilisator menyediakan sarana dan
materi budaya demokrasi dilakukan situasi yang berupa perangkat
dengan cara peserta didik dibimbing pembelajaran konstruktivis, agar proses
untuk mengetahui berdasarkan konstruksi pengetahuan peserta didik
pengalaman sendiri yang sudah berjalan lancar, yaitu menjadi warga
dilakukan dalam hidup sehari-hari. Negara yang mengetahui persis akan
Peserta didik belajar untuk adanya budaya demokrasi di Negara
mengonstruksi pengetahuannya melalui Indonesia.
interaksi antara peserta didik dengan Belajar adalah suatu proses yang
guru dan antara sesama peserta didik ditandai dengan adanya perubahan pada
dalam proses pembelajaran PKn untuk diri seseorang. Perubahan sebagai hasil
mencari pemahaman tentang budaya proses belajar dalam ditunjukkan dalam
demokrasi yang berkembang di berbagai bentuk seperti berubah
lingkungannya baik lingkungan pengetahuannya, pemahamannya, sikap
keluarga, sekolah, masyarakat, maupun dan tingkah lakunya, ketrampilannya,
secara lebih luas di Negara Indonesia. kecakapan dan kemampuannya, daya
Setiap interaksi belajar mengajar kreasinya, daya penerimaannya, dan
ditandai adanya tujuan yang hendak lain-lain aspek yang ada pada individu.
dicapai, yaitu agar peserta didik Untuk itu guru bertugas mengkonstruksi
mengetahui budaya demokrasi pembelajaran yang dapat menimbulkan
Indonesia, peserta didik termotivasi dan meningkatkan keaktifan
dalam proses pembelajaran, dan guru pembelajaran peserta didik dalam
sebagai motivator dan fasilisator, bahan mencapai tujuan belajar pendidikan
pelajaran yang dikemas dalam lembar kewarganegaraan, khususnya
Penerapan Contextual Teaching Learning Berbasis Konstruktivisme untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil
Belajar PKn Materi Budaya Demokrasi Kelas XI A2 SMA Negeri 14 Semarang Tahun 2016/2017

25
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019

termotivasi unkuk mengetahui adanya (2) Oral activities (bertanya dan


peran warga negara dalam budaya mengeluarkan pendapat guru atau
demokrasi suatu negara secara pasti. teman)
Semakin tepat dan cepat motivasi (3) Listening activities ( mendengarkan
diberikan pada peserta didik, maka uraian, percakapan, diskusi, musik,
keberhasilan proses belajar mengajar pidato dari guru dan teman
semakin tinggi. sekelasnya)
Akhirnya pribadi yang (4) Writing activities (menulis hal-
termotivasi untuk belajar akan penting )
mengadakan respon-respon yang tertuju (5) Motor activities, ( mengerjakan soal
pada tujuan yaitu belajar Pkn. Respon atau menjawab pertanyaan)
yang berupa keaktifan yang dapat (6) Mental activities (menanggapi,
ditunjukkan dalam proses belajar memecahkan soal, menganalisis,
mengajar di sekolah oleh peserta didik melihat hubungan, mengambil
ada 177 macam menurut Paul B. keputusan)
Diedrich dalam Sardiman (2009; 101). (7) Emotional aktivities (ekspresi muka
Dari 177 keaktifan peserta didik dalam peserta didik yang senang)
belajar dilihat dari 8 golongan, yaitu:1) Hasil belajar menurut Bloom
Visual activities, 2) Oral activities, 3) dalam Depdiknas (2008:10) mencakup
Listening activities, 4) Writing prestasi belajar, kecepatan belajar, dan
activities, 5) Drawing activities, 6) hasil afektif. Andersen dalam
Motor activities, 7) Mental activities, 8) Depdiknas (2008:10) sependapat
Emotional aktivities dengan Bloom bahwa karakteristik
Keaktifan belajar dapat dilihat manusia meliputi cara yang tipikal dari
dari respon peserta didik melalui berpikir (ranah kognitif), berbuat (ranah
indikator-indikator keaktifan belajar psikomotor), dan perasaan (ranah
dalam diri peserta ddidik dalam Afektif). Penilaian hasil belajar seperti
pembelajaran PKn dengan model ini sesuai dengan PP 19/2005, Pasal 64.
Contextual Teaching Learning yang Dalam penelitian ini akan ditekankan
konstruktivis yaitu: pada aspek afektif (aktifitas) dan aspek
(1) Visual activities ( membaca materi kognitif (hasil belajar). Sementara aspek
dan memperhatian (attention) psikomotor pada penelitian ini tidak
pekerjaan guru dan teman sekelas). dominan dalam pembelajaran.
Penerapan Contextual Teaching Learning Berbasis Konstruktivisme untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil
Belajar PKn Materi Budaya Demokrasi Kelas XI A2 SMA Negeri 14 Semarang Tahun 2016/2017

26
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019

Penelitian ini diharapkan dapat berasal dari tiga bentuk pengalaman


memberikan nilai (angka) sebagai manusia yaitu pengetahuan fisik, logika
indikasi sejauhmana peserta didik telah matematika, dan pengetahuan social.
menguasai materi budaya demokrasi Konstruktivisme (constructivist
yang telah dipelajari dalam proses theory of learning) atau konstruktivisme
pembelajaran. bersifat kontekstual. Teori
Contextual Teching and konstruktivisme ini menyatakan bahwa
Learning merupakan konsep belajar peserta didik harus menemukan sendiri
yang membantu guru untuk mengaitkan dan menstranformasikan informasi
antara materi yang diajarkan dengan kompleks, mengecek informasi baru
situasi dunia nyata peserta didik dan dengan aturan-aturan lama dan
mendorong peserta didik untuk merevisinya apabila aturan-aturan itu
membuat hubungan antara pengetahuan tidak sesuai lagi. Tahapan belajar
yang dimilikinya dengan penerapannya mengajar konstruktivisme diharapkan
dalam kehidupan sehari-hari mereka pengetahuan dapat diterima dan
sebagai anggota keluarga dan tersimpan lebih baik, karena masuk otak
masyarakat, sehingga siswa setelah melalui proses “masuk akal”,
mendapatkan arti dari belajar dan masuk secara mendalam, meski pernah
menyadari bahwa apa yang mereka lupa, pengetahuan yang dipahami
pelajari adalah bekal bagi mereka di dengan baik akan mudah dipelajari
masa depan. Contextual Teaching and kembali dan sewaktu-waktu dapat
Learning dilandasi teori belajar Jerome digunakan dalam situasi baru yang
Bruner (Penemuan) yaitu belajar berlainan dari situasi waktu belajar
merupakan usaha sendiri mencari mengajar. Langkah belajar mengajar
pemecahan masalah serta pengetahuan Pkn Contextual Teaching and Learning
yang menyertainya sehingga berbasis konstruktivisme adalah: 1)
mendapatkan pengetahuan yang benar- Pemanasan-Apersepsi yang
benar bermakna bagi dirinya. Bermakna menunjukkan asas konstruktivisme,
dalam teori belajar Ausabel yaitu asas bertanya, dan asas pemodelan 2)
belajar merupakan proses dikaitkannya Eksplorasi yang menunjukkan asas
informasi pada konsep yang relevan konstruktivisme dan bertanya. 3)
dalam memori seseorang. Memori Konsolidasi Pembelajaran yang
seseorang menurut teori belajar Piaget menunjukkan asas konstruktivisme,
Penerapan Contextual Teaching Learning Berbasis Konstruktivisme untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil
Belajar PKn Materi Budaya Demokrasi Kelas XI A2 SMA Negeri 14 Semarang Tahun 2016/2017

27
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019

inkuiri, bertanya, dan masyarakat Keberhasilan proses belajar


belajar.4) Pembentukan Sikap yang mengajar di kelas tidak terlepas dari
menunjuk asas konstruktivisme, refleksi keterlibatan peserta didik yang belajar
dan penilaian nyata 5) Penilaian dan guru yang mengajar serta
Formatif yang menunjuk asas penilaian komponen lain, yaitu pendekatan
nyata. (Depdiknas, 2000: 14-15) pembelajaran. Materi Budaya
Materi pembelajaran PKn Demokrasi perlu dipahami untuk
penerapan Contextual Teaching and diaplikasi dalam hidup sehari-hari.
Learning berbasis konstruktivisme Peserta didik mengonstruksi
adalah standar kompetensi Budaya pengetahuan sebelumnya dengan
Demokrasi menuju masyarakat madani. pengetahuan yang di proses dalam
Materi ini penting untuk dipelajari dan pembelajaran Contextual Teaching and
dimalkan dalam kehidupan Learning yang dikemas dalam melalui
bermasyarakat, berbangsa/ bernegara. Rencana Pelaksanaan pembelajaarn
Nilai penting materi ini antara lain berbasis konstruktivisme dengan
kesadaran politik dan sikap demokratis kerangka berfikir sebagai berikut:
dan membentuk watak/kharakter warga
negara yang sadar politik, demokratis
dan bertanggungjawab. Peserta didik
diajak mendeskripsikan pengertian dan
prinsip budaya demokrasi (KD 1);
mengidentifikasi cirimasyarakat madani
(KD 2); dan menganalisis pelaksanaan
demokrasi di Indonesia sejak orde lama,
orde baru, dan reformasi (KD 3). Serta
menampilkan perilaku budaya
demokrasi dalam higup sehari-hari (KD
4).

Penerapan Contextual Teaching Learning Berbasis Konstruktivisme untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil
Belajar PKn Materi Budaya Demokrasi Kelas XI A2 SMA Negeri 14 Semarang Tahun 2016/2017

28
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019

Hasil Tes
Guru menemukan Penilaian
Kondisi Awal permasalahan bahwa Harian
keaktifan dan hasil
belajar kurang

Siklus I; Hasil tes


Penilaian Harian
Penerapan Contextual mencapai lebih
Tindakan
Teaching Learning
75 %
berbasis Konstruktivisme

Melalui penerapan Siklus II; Hasil


Teaching Learning tes Penilaian
Kondisi Akhir Harian mencapai
berbasis
Konstruktivisme lebih 80%

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berfikir

Hipotesis berhubungan dengan B. METODE PENELITIAN


“menebak secara ilmiah dan logis” Analisis data untuk mengetahui
tentang pemecahan problema atau keaktifan belajar pada penelitian ini
tebakan pemecahan atau jawaban yang adalah analisis diskriptif kualitatif
diusulkan (Arikunto, 2009;43). menggunakan skala Likert seperti yang
Berdasarkan konsep tersebut, hipotesis ada dalam contoh standar penilaian di
penelitian ini adalah 1) Penerapan PP no. 19 tahun 2005 dan Permendiknas
Contextual Teaching and Learning 20 tahun 2007. Penilaian keaktifan
berbasis Konstruktivisme dapat peserta didik dalam skala nilai dan
meningkatkan Keaktifan belajar PKn kategori penilaian tidak aktif = 1,
materi budaya demokrasi kelas XI A2 kurang aktif = 2, cukup aktif = 3, aktif =
SMA Negeri 14 Semarang dan 2) 4, dan sangat aktif= 5. Data keaktifan
Penerapan Contextual Teaching and peserta didik dianalisis dengan
Learning berbasis Konstruktivisme menghitung nilai yang diperoleh dari
dapat meningkatkan hasil belajar pada pengamatan melalui penjumlahan
PKn materi budaya demokrasi kelas XI masing-masing aspek yang dinilai. Skor
A2 SMA Negeri 14 Semarang minimum yang mungkin diperoleh 10
dan skor maksimun 50. Rentangan skor
Penerapan Contextual Teaching Learning Berbasis Konstruktivisme untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil
Belajar PKn Materi Budaya Demokrasi Kelas XI A2 SMA Negeri 14 Semarang Tahun 2016/2017

29
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019

kurang atau sama dengan 10 berkategori (KTSP SMA 14 Semarang, 2016:58 ).


tidak aktif, 11-20 berkategori kurang Selain itu, hasil belajar peserta didik
aktif, 21-30 berkategoti cukup aktif, 31- yang meningkat.
40 berkategori aktif, dan 41-50
berkategori sangat baik. Sekor yang C. HASIL PENELITIAN DAN
diberikan terhadap pilihan tersebut PEMBAHASAN
bergantung pada peneliti, asal konsisten Penelitian ini di dukung dengan
penggunaannya (Nana Sudjana, data kondisi awal, yaitu diperoleh dari
2007;107). data hasil belajar peserta didik kelas XI
Analisis Hasil Belajar peserta A2 SMA Negeri 14 Semarang tahun
didik Hasil tes belajar peserta didik pelajaran 2016/2017 pada mata
yang telah dilaksanakan pada akhir pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
siklus merupakan skor yang diperoleh (PKn) materi Budaya Demokrasi. Data
peserta didik dalam mengerjakan tes kondisi awal keaktifan belajar peserta
ulangan harian. Hasil tes siklus I didik kelas XI A2 SMA Negeri 14
dibandingkan dengan hasil tes siklus II. Semarang diperoleh data sebagai
Indikator keberhasilan produk berikut:
didasarkan atas meningkatnya keaktifan Tabel 4.1 Keaktifan Belajar Peserta
dan hasil belajar melalui penerapan didik Pada Prasiklus
Contextual Teaching and Learning
berbasis konstruktivisme. Hal ini
dilakukan dengan cara membandingkan
hasil pengamatan keaktifan belajar
peserta didik dan hasil tes materi
Budaya Demokrasi sebelum dan Sumber: Data hasil pengamaatan keaktifan
belajar pada prasiklus
sesudah dilakukan tindakan pada tiap
siklusnya. Batas keberhasillan keaktifan Hasil pengamatan keaktifan
peserta didik adalah jika peserta didik belajar peserta didik kelas XI A2 SMA
aktif mengikuti pembelajaran materi Negeri 14 Semarang Tahun Pelajaran
Budaya demokrasi. Batas ketuntasan 2016/ 2017 mata pelajaran Pendidikan
minimal (KKM) adalah 77 Batas Kewarganegaraan (PKn) materi Budaya
ketuntasan belajar (nilai kognitif mata Demokrasi pra siklus diperoleh data
pelajaran PKn kelas XI A2 adalah 77
Penerapan Contextual Teaching Learning Berbasis Konstruktivisme untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil
Belajar PKn Materi Budaya Demokrasi Kelas XI A2 SMA Negeri 14 Semarang Tahun 2016/2017

30
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019

jumlah peserta didik yang berkategori 60,00%. Melihat kondisi ini peneliti
sangat aktif sebanyak 25 (71,43%), memandang perlu untuk mengadakan
kategori aktif sebanyak 5 (14,29%), penelitian tindakan melalui Contextual
kategori cukup aktif 3 (8,57%), kategori Teaching and Learning berbasis
kurang aktif 2 (7,89%), dan katedori Konstruktivisme.
tidak aktif 0 (0%). Hasil belajar Mata
Tabel 4.3 Pencapain Hasil Belajar
Pelajaran PKn materi Budaya Kondisi Prasiklus
Demokrasi pada kondisi prasiklus No Kategori Jumlah

peserta didik kelas XI A2 SMA Negeri 1 Nilai Maksimal 80


2 Nilai Minimal 55
14 Semarang Tahun Pelajaran 2016/
3 Nilai Rata-rata 72,2
2017, disajikan dalam tabel di bawah
4 Pencapaian KKM 14
ini.
Tabel 4 2 Hasil Belajar Pada
Prasiklus Data hasil belajar dan keaktifan
belajar pesereta didik pada kondisi awal
Jumlah
No Frekuensi Persentase Ket.
skor akan dipergunakan untuk
1 89 – 100 0 0% -
membandingkan dengan hasil belajar
2 77 – 88 14 40,00% Tuntas
3 Tidak dan keaktifan belajar peserta didik pada
65– 76 17 48,57% Tuntas siklus 1 dan 2 pada penelitian ini.
4 Tidak Data siklus 1 keaktivan belajar
≤ 64 4 11,43% Tuntas peserta didik kelas X A2 SMA Negeri
Jumlah 35 100%
14 Semarang dari pengamatan dalam
Sumber: Data hasil ulangan harian pada
materi Budaya Demokrasi proses pembelajaarn Contextual
Teaching and Learning berbasis
Hasil belajar pada kondisi awal konstruktivisme pada PKn materi
di atas, menunjukkan bahwa jumlah budaya demokrasi dan masyarakat
peserta didik yang tuntas atau madani terlihat seperti pada tabel
memperoleh nilai lebih atau sama berikut:
dengan ≥ 77 (KKM) sebanyak 14 atau
sebesar 40,00%, sedangkan peserta
didik yang tidak tuntas atau siswa yang
memperoleh nilai ≤ 77 (KKM)
sebanyak 21 peserta didik atau sebesar

Penerapan Contextual Teaching Learning Berbasis Konstruktivisme untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil
Belajar PKn Materi Budaya Demokrasi Kelas XI A2 SMA Negeri 14 Semarang Tahun 2016/2017

31
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019

Tabel 4.4 Keaktifan Belajar Peserta didik Tabel 4.5 Hasil Belajar peserta didik
pada Siklus 1
Pada Siklus I
Jumlah
Frekuensi Persentase Ket.
skor
89 – 100 6 0% -
77 – 88 20 57,14% Tuntas
Tidak
65– 76 15 42,86% Tuntas
Sumber: Data hasil pengamatan keaktifan
belajar Siklus 1 Tidak
≤ 64 0 0% Tuntas
Pengamatan keaktifan belajar Jumlah 35 100%

siklus 1 saat pelajaran PKn materi Sumber: Data hasil tes hasil
belajar siklus I
Budaya Demokrasi Kelas XI A2 SMA
Negeri 14 Semarang Tahun Pelajaran Dari test hasil belajar siklus I
2016/2017, peserta didik yang diperoleh data pada saat pembelajaran
berkategori sangat aktif sebanyak 33 PKn materi Budaya Demokrasi Kelas
siswa (94,29%), kategori aktif 2 XI A2 SMA Negeri 14 Semarang
(5,71%), kategori cukup aktif, kurang Tahun Pelajaran 2016/ 2017. Diperoleh
aktif, dan tidak aktif 0 (0%). hasil belajar yang tuntas sebanyak 20
Berdasarkan hasil tes siklus I, 22 dengan persentase 57,14%. Sedangkan
September 2016 materi pengertian dan yang tidak tuntas sebanyak 15 dengan
prinsip budaya demokrasi serta ciri persentase 42.86%.
masyarakat madani menunjukkan nilai
Tabel 4.6 Pencapain Hasil Belajar
maksimal 95, dan nilai minimal 60.
pada Siklus 1
Dari 35 Peserta didik yang memperoleh No Kategori Jumlah

nilai dibawah KKM 15 dan 20 nilai di 1 Nilai Maksimal 80

atas KKM. Hasil belajar siklus I mata 2 Nilai Minimal 65


3 Nilai Rata-rata 75
pelajaran PKn materi Budaya
4 Pencapaian KKM 26
Demokrasi Kelas XI A2 SMA Negeri
14 Semarang tersaji tabel berikut:
Berdasarkan hasil pengamatan
siklus II aktivitas belajar PKn materi
pelaksanaan demokrasi orde lama, orde
baru, dan reformasi serta prilaku
demokrasi dalam kehidupan sehari-hari

Penerapan Contextual Teaching Learning Berbasis Konstruktivisme untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil
Belajar PKn Materi Budaya Demokrasi Kelas XI A2 SMA Negeri 14 Semarang Tahun 2016/2017

32
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019

pada siklus II peserta didik Kelas XI A2 Tabel 4.8 Hasil Belajar Siswa
SMA Negeri 14 Semarang diperoleh Pada Siklus II
Jumlah Fre-
data sebaagi berikut: No Persentase Ket.
skor kuensi
Tabel 4.7 Keaktifan Belajar Siswa Pada Siklus II 1 89 – 100 5 14,29% Tuntas
Jumlah Fre- Persentase Ket. 2 77 – 88 29 82,86% Tuntas
skor kuensi
41 – 50 35 100% Sangat Aktif 3 Tidak
31 – 40 0 0% Aktif 65– 76 1 2,86% Tuntas
21 – 30 0 0% Cukup Aktif 4 Tidak
11 – 20 0 0% Kurang Aktif ≤ 64 0 0% Tuntas

≤ 10 0 0% Tidak Aktif Jumlah 35 100%

Jumlah 35 100% Sumber: Data hasil tes hasil belajar peserta


didik pada siklus II
Sumber: Data hasil pengamatan keaktifan belajar
peserta didik pada Siklus II
Hasil pengamatan keaktifan Hasil belajar peserta didik pada
belajar peserta didik pada siklus II siklus II data pada saat pelajaran
diperoleh data semua peserta didik Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
berkategori sangat aktif yaitu sebanyak materi Budaya Demokrasi Kelas XI A2
35 (100%) dalam belajar PKn materi SMA Negeri 14 Semarang Tahun
Budaya Demokrasi kelas XI A1 SMA Pelajaran 2016/ 2017 yang tuntas
Negeri 14 Semarang Tahun Pelajaran sebanyak 34 peserta didik dengan
2016/ 2017. Hasil test siklus II Kamis, persentase 89,48%. Sedangkan peserta
20 oktober 2016 menunjukkan nilai didik yang tidak tuntas sebanyak 1
maksimal 95, dan nilai minimal 75. peserta didik dengan persentase
Dari 35 peserta didik di kelas tersebut 10,52%.
yang memperoleh nilai dibawah KKM
adalah 1 dan peserta didik yang Tabel 4.9 Pencapain Hasil Belajar

mendapat nilai di atas KKM 34. Hasil Pada siklus II

belajar pada siklus II mata pelajaran No Kategori Jumlah


1 Nilai Maksimal 95
PKn materi Budaya Demokrasi peserta
2 Nilai Minimal 75
didik Kelas XI A2 SMA Negeri 14
3 Nilai Rata-rata 82,4
Semarang Tahun Pelajaran 2016/ 2017
4 Pencapaian KKM 34
disajikan dalam betuk tabel di bawah
ini.

Penerapan Contextual Teaching Learning Berbasis Konstruktivisme untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil
Belajar PKn Materi Budaya Demokrasi Kelas XI A2 SMA Negeri 14 Semarang Tahun 2016/2017

33
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019

D. PEMBAHASAN Pembelajaran Contextual


Perbaikan pembelajaran mata Teaching and Learning berbasis
pelajaran pendidikan kewarganegaraa konstruktivisme materi pengertian dan
(PKn) melalui Contextual Teaching prinsip budaya demokrasi serta ciri
Learning berbasis konstruktivisme masyarakat madani dilakukan melalui
siswa di kelas XI A2 SMA Negeri 14 tanya jawab adanya kenyataan pilihasn
Semarang tahun pelajaran 2016/ 2017 ketua kelas, RT/RW, ketua OSIS,
berhasil meningkatkan keaktifan dan kepala daerah, DPR, sidang isbad,
hasil belajar peserta didik sesuai tujuan artikel dari Romo Aloys Budi Purnomo
penelitian. Data pengamatan keaktifan Pr: Keberagaman Kita bak Taman
belajar prasiklus menunjukkan peserta Bunga Penuh Keindahan, dan cerita
didik yang berkategori sangat aktif memori lebaran dari peserta didik.
sebanya 25 peserta didik (71,43%), Diskusi kelompok dan diskusi kelas
kategori aktif 5 peserta didik (14,29 %), untuk mengkonstruksi pengetahuan
kategori cukup aktif 3 peserta didik baru. Berbagai model dan media
(8,57%) dan kurang aktif 2 peserta didik pembelajaran yang sesuai terkondisi
(5,71%), dan tidak aktif 0 (0%). Hasil peserta didik bertanya, berpendapat,
analisis pengamatan keaktifan belajar mendengarkan, mencatat materi
rata-rata klasikal indikator 3 (bertanya), penting, menanggapi dan tmengerjakan
4 (berpendapat), 5 (mendengarkan), 6 tugas/soal.
(mencatat), 7 (mengerjakan soal), 8 Siklus I yang merupakan
(menjawab pertanyaan), dan 9 perbaikan pembelajaran mata pelajaran
(menanggapi pelajaran) berkualifikasi PKn melalui penerapan Contextual
aktif dengan rata-rata rentang skor 30- Teaching and Learning (CTL) berbasis
40 atau tepatnya skor 33, 31, 34, 34, 37, Konstruktivisme Kelas XI A2 SMA
35, dan 40. Hal ini menunjukkan Negeri 14 Semarang Tahun Pelajaran
kategori aktif dalam keaktifan yang 2016/2017 berhasil meningkatkan
belum didasari kesadaran tinggi. Perlu keaktifan dan hasil belajar peserta didik
upaya meningkatkan keaktifan peserta dari prasiklus ke siklus I.
didik dengan penarapan pembelajaran
Contextual Teaching and Learning
berbasis konstruktivisme.

Penerapan Contextual Teaching Learning Berbasis Konstruktivisme untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil
Belajar PKn Materi Budaya Demokrasi Kelas XI A2 SMA Negeri 14 Semarang Tahun 2016/2017

34
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019

Tabel 4.10 Persentasi Keaktifan Belajar Dalam analisis keaktifan belajar


prasiklus dan Siklus I
No. Keatifan Prasiklus Siklus I
di siklus 1 ini masih tercatat rata-rata

1 Sangat Aktif 71,43% 94,29% keaktifan peserta didik secara klasikal


2 Aktif 14,29% 5,71% berkualifikasi aktif masih ada 4 yaitu di
3 Cukup Aktif 8,57% 0% indikator 3 (bertanya), 4 (berpendapat),
4 Kurang Aktif 5,71% 0% 6 (mencatat), 7 (mengerjakan soal). Hal
5 Tidak Aktif 0% 0%
ini berarti rata-rata peserta didik masih
Jumlah 100% 100%
belum memiliki kesadaran bertanya,
Sumber: Hasil pengamaatn keaktifan pada
prasiklus dan siklus I berpendapat, mencatat, dan

Data pengamatan keaktifan mengerjakan soal, Contoh peserta didik

belajar pada prasiklus Jumlah peserta yang bernama Faizal Yusuf Afrizal XI

didik berkategori sangat aktif sebanyak A2 menuliskan bahwa “saya takut

25 (71,43%), aktif sebanyak 5 ketika akan bertanya dan akan

(14,29%), cukup aktif 3 (8,57%), menjawab pertanyaaan ketika ada

kurang aktif 2 (7,89%), dan tidak aktif 0 teman yang bertanya”. Dan Nabila

(0%). Siklus I aktifitas peserta didik “kurang percaya diri dalam

tampak meningkat menjadi peserta menggunakan kalimat sendiri untuk

didik ber kategori sangat aktif sebanyak bertanya dan menjawab pertanyaan

33 (94,29%), aktif yaitu sebanyak 2 ketika pembelajaran berlangsung.

(5,71%), cukup aktif, kurang aktif, dan Beberapa hal yang perlu

tidak aktif 0 (0%). Peningkatan diperbaiki pada siklus berikutnya adalah

keaktifan belajar digambarkan grafik peneliti menerapkan Contextual

berikut: Teaching and Learning berbasis


konstruktivisme dengan metode dan
100% Keaktifan Belarar media yang cocok mengkondisikan
80%
Axi s Ti tl e

60% peningkatan keaktifan untuk bertanya,


40%
20% berpendapat, dan mencatat materi
0%
Tidak Aktif Kurang Cukup Aktif Aktif Sangat
Aktif Aktif
penting dan mengerjakan soal melalui
Pra Siklus Siklus I pembelajaran dan media lebih riil dan
nyata supaya dapat menumbukkan
Grafik 4. 1 Persentase Keaktifan Belajar
Prasiklus dan Siklus I kesadaran untuk merespon proses
pembelajara dan menumbuhkan
semangat percaya diri aktif bertanya
Penerapan Contextual Teaching Learning Berbasis Konstruktivisme untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil
Belajar PKn Materi Budaya Demokrasi Kelas XI A2 SMA Negeri 14 Semarang Tahun 2016/2017

35
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019

dan sekaligus menjawab pertanyaan, Perbaikan pembelajaran mata


berpendapat, mencatat materi penting, pelajaran PKn melalui Contextual
dan mengerjakan soal atas kesadaran Teaching and Learning berbasis
sendiri Konstruktivisme Kelas XI A2 SMA
Perbaikan pembelajaran Negeri 14 Semarang Tahun Pelajaran
dilakukan pada siklus II pada penerapan 2016/2017 berhasil meningkatkan
Contextual Teaching Learning yang keaktifan peserta didik dari prasiklus ke
dikemas dalam RPP konstruktivisme siklus II.
materi pelaksanaan demokrasi di Tabel 4.11 Persentasi Keaktifan Belajar
Prasiklus dan Siklus II
Indonesia dan prilaku budaya No. Keatifan Prasiklus Siklus II
demokrasi dalam kehidupan sehari-hari. 1 Sangat Aktif 71,43% 100%
Pembelajaran dilakukan untuk 2 Aktif 14,29% 0%
meningkatkan keaktifan bertanya, 3 Cukup Aktif 8,57% 0%

berpendapat, mencatat, dan 4 Kurang Aktif 5,71% 0%


5 Tidak Aktif 0% 0%
mengerjakan soal secara lebih mandiri
Jumlah 100% 100%
melalui Tanya jawab, diskusi
Sumber: Hasil pengamaatn keaktifan pada
kelompok, tugas mandiri menjawab prasiklus dan siklus II

maju di depan kelas dan menampilkan


Dari hasil pengamatan keaktifan
media yang lebih kongrit dan nyata.
belajar pada prasiklus jumlah peserta
Ketika itu ditampilkan kenyataan
didik yang berkategori sangat aktif
dokumen foto di TPS Kecamatan
sebanyak 25 (71,43%), kategori aktif
Genuk dan gambar calon pilwalkot di
sebanyak 5 (14,29%), kategori cukup
kota Semarang. Guru menampilkan
aktif 3 (8,57%), kategori kurang aktif 2
power point gambar presiden Indonesia
(7,89%), dan katedori tidak aktif 0
setelah Indonesia merdeka, orde lama,
(0%). Siklus II aktifitas peserta didik
orde baru dan reformasi untuk
meningkat menjadi semua peserta didik
didiskusikan perbedaan masing-masing
berkategori sangat aktif yaitu sebanyak
cara terpilih menjadi Presiden sebagai
35 (100%) dalam belajar Pendidikan
bentuk pelaksanaan demokrasi di
Kewarganegaraan (PKn) materi Budaya
Indonesia. Melalui tabel pelaksanaan
Demokrasi kelas XI A2 SMA Negeri 14
budaya demokrasi di Indonesia, peserta
Semarang Tahun Pelajaran 2016/ 2017.
didik mengisi tabel tersebut secara
Peningkatan keaktifan belajar dari
mandiri.
Penerapan Contextual Teaching Learning Berbasis Konstruktivisme untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil
Belajar PKn Materi Budaya Demokrasi Kelas XI A2 SMA Negeri 14 Semarang Tahun 2016/2017

36
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019

prasiklus ke siklus I1 digambarkan Tingkat aktifitas dalam


melalui grafik berikut: pembelajaran siklus 1 sebesar 94,29%
dan rata-raat berada pada rentang skor
41-50 atau rata-rata berkualifikasi
sangat aktif. Meskipun keaktifan
peserta didik 94,29% namun indikator
keaktifan bertanya, berpendapat,
memperhatikan pembelajaran, dan

Grafik 4. 2 Persentase Keaktifan Belajar


mencatat materi penting hanya ada pada
Prasiklus dan Siklus II rentang skor 21-30 atau hanya
berkualifikasi cukup aktif dan rentang
Siklus II menunjukkan bahwa
skor 31-40 atau berkualifikasi aktif.
penerapan Contextual Teaching and
Peserta didik kurang percaya diri dalam
Learning berbasis konstruktivisme
bertanya dan berpendapat. Siklus 2
meningkatkan aktifitas belajar materi
keaktifan sudah sebesar 100% dan
pelasksanaan demokrasi di Indonesia
berkualifikasi rata-rata sama dengan
serta dalam pembelajaran prilaku
siklus 1 berada rentang skor 41-50 atau
budaya demokrasi dalam kehidupan
berkualifikasi sangat aktif. Materi
sehari-hari. Hasil pengamatan
prilaku demokratis dalam kehidupan
menunjukkan peserta didik siap
sehari-hari betul-betul sudah
membawa modul, melihat dan membaca
dilaksanakan dan dipraktekkan sendiri
ketika sampai pada materinya, perhatian
dalam kehidupan sehari-hari. Rata-rata
ketika diajak berkomunikasi dengan
indikator bertanya di siklus 1 stabil
melihat model, mendengarkan
tetap pada rentang skor 31-40 atau
penjelasan atau jawaban, bertanya guru
berkualifikasi aktif, karena materi
meski kadang-kadang yang itupun harus
pelaksanaan demokrasi di era orla, orba,
ditunjuk. Peserta didik juga kadang
dan reformasi begitu syarat materi yang
menanggapi, memberi contoh ke depan,
teks bookis yang memerlukan
mencatat hal penting, juga mengerjakan
konsentrasi tinggi untuk memahami
soal, menjawab pertanyaan guru, dan
sejarah demokrasi di Indonesia.
yang paling penting lagi adalah
Sehingga aktivitas peserta didik
menunjukkan rasa senang dalam proses
bertanya dan berpendapat sedikit
pembelajaran.
mengalami kendala. Hal ini sesuai
Penerapan Contextual Teaching Learning Berbasis Konstruktivisme untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil
Belajar PKn Materi Budaya Demokrasi Kelas XI A2 SMA Negeri 14 Semarang Tahun 2016/2017

37
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019

dengan pendapat Keller (1987) dalam


Wena (2009:34) mengasumsikan
bahwa motivasi belajar sebagai suatu
kecenderungan yang tidak stabil dalam
kegiatan pembelajaran, dalam arti
aktifitas belajar peserta didik bisa
meningkat dan bisa menurun karena
Grafik 4. 3 Persentase Keaktifan Belajar
berbagai faktor. Dibawah tabel Prasiklus, Siklus I dan Siklus II
perbedaan aktivitas belajar peserta didik
Hasil pretest menunjukkan
pada prasiklus, siklus 1 dan siklus II.
peserta didik yang tuntas adalah 14
Tabel 4.12 Persentasi Keaktifan Belajar
Prasiklus, Siklus I dan Siklus II (40,00%) dan yang tidak tuntas adalah
Pra Siklus
No Keatifan
siklus
Siklus I
II
21 (60%). Analisis hasil pretest peserta
1 Sangat Aktif 71,43% 94,29% 100% didik tercatat rata-rata kelas yang belum
2 Aktif 14,29% 5,71% 0%
3 Cukup Aktif 8,57% 0% 0% tuntas soal nomor 3 (prinsip budaya
4 Kurang Aktif 5,71% 0% 0%
5 Tidak Aktif 0% 0% 0% demokrasi), 4 (ciri masyarakat madani),
Jumlah 100% 100% 100% 5 (kendala terwujudnya masyarakat
Sumber: Hasil pengamaatn keaktifan pada
prasiklus, siklus I dan siklus II madani), 6 (upaya mengatasi kendala
Hasil pengamatan keaktifan terwujudnya masyarakat madani), 7
belajar peserta didik pada prasiklus, (perbedaan pelaksanaan budaya
Siklus 1, dan siklus II diperoleh data demokrasi di Indonesia), dan 8
pada saat pelajaran Pendidikan (pengertian prilaku demokrasi).
Kewarganegaraan (PKn) materi Budaya Sedangkan nomor 1 (pengertian
Demokrasi Kelas XI A2 SMA Negeri demokrasi, 2 (perbedaan demokrasi
14 Semarang Tahun Pelajaran 2016/ liberal, komunis, dan Pancasila), 9 dan
2017 mengalami peningkatan. Yang 10 (contoh prilaku yang berbudaya
digambarkan melalui grafik berikut: demokrasi di rumah, sekolah) rata-rata
mendapat nilai tuntas. Hasil belajar baik
secara individual maupun klasikal
belum tuntas. Oleh karena itu ada upaya
meningkatkan hasil belajar peserta didik
dengan penarapan Contextual Teaching
and Learning berbasis konstruktivisme.

Penerapan Contextual Teaching Learning Berbasis Konstruktivisme untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil
Belajar PKn Materi Budaya Demokrasi Kelas XI A2 SMA Negeri 14 Semarang Tahun 2016/2017

38
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019

Pembelajaran Contextual prasiklus ke siklus I. yang digambarkan


Teaching and Learning berbasis melalui grafik berikut:
konstruktivisme materi pengertian dan
Tabel 4.13 Peningkatan Ketuntasan Hasil
prinsip budaya demokrasi dimulasi Belajar Prasiklus ke Siklus 1
tanya jawab adanya kenyataan No Ketuntasan Prasiklus Siklus 1

pemilihan ketua kelas, RT/RW, ketua 1 Tuntas 40,00% 57,14%


2 Tidak Tuntas 60,00% 42,86%
OSIS, kepala daerah, DPR,siding isbad ,
Jumlah 100% 100%
artikel dari Romo Aloys Budi Purnomo
Sumber: Hasil tes siswa pada pra siklus ke
Pr: Keberagaman Kita bak Taman siklus I
Bunga Penuh Keindahan, dan cerita
memori lebaran dari peserat didik. Hasil Belajar siklus I pada mata
Peserta didik kemudian diajak diskusi pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
kelompok dan diskusi kelas yang (PKn) materi Budaya Demokrasi, yang
dipimpin kelompok dan atau guru untuk memenuhi tuntas sebanyak 20 siswa
mengkonstruksi pengetahuan baru, atau sebesar 57,14%. Sedangkan siswa
Berbagai model dan media yang yang tidak tuntas sebanyak 15 siswa
kontekstual pemebalajaran di setiap atau sebesar 42,86%. Peningkatan
tahapan konstruktivisme akan Ketuntasan hasil belajar dari prasiklus
mengkondisikan peserta didik mudah ke siklus 1 dapat digambarkan melalui
memahami, menyimpan, grafik berikut:
menghubungkan dan mengkonstruksi
pengetahuan baru berdasar
pemgetahuan sebelumnya dan
pengetahuan baru tentang pengertian,
danprinsip budaya demokrasi.
Siklus I yang merupakan
perbaikan pembelajaran PKn melalui Grafik 4.4 Presentase Peningkatan Hasil
Belajar Prasiklus ke Siklus 1
penerapan Contextual Teaching and
Learning berbasis Konstruktivisme Berdasarkan tabel di atas dari

Kelas XI A2 SMA Negeri 14 Semarang siklus 1 pembelajaran Contextual

Tahun Pelajaran 2016/ 2017 berhasil Teaching and Learning berbasis

meningkatkan hasil belajar dari konstruktivisme menjadikan peserta


didik meningkat hasil belajarnya.

Penerapan Contextual Teaching Learning Berbasis Konstruktivisme untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil
Belajar PKn Materi Budaya Demokrasi Kelas XI A2 SMA Negeri 14 Semarang Tahun 2016/2017

39
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019

Jumlah peserta didik yang tuntas Perbaikan pembelajaran


sebanyak 20 peserta didik atau sebesar dilaksanakan di siklus II pada
57,14% sedangkan peserta didik yang penerapan Contextual Teaching and
tidak tuntas 15 atau sebesar 42,86%. Learning yang dikemas dalam tahapan
Berdasarkan analisis ulangan harian RPP konstruktivisme materi
siklus 1 peserta didik yang nilainya pelaksanaan demokrasi di Indonesia dan
tidak tuntas tersebut kurang dalam prilaku budaya demokrasi dalam
memahami materi soal nomor 3 kehidupan sehari-hari. Peningkatkan
(perbedaan secara spesifik demokrasi hasil belajar dilakukan melalui Tanya
liberal, komunis, dan Pancasila), 4 jawab, diskusi kelompok, tugas mandiri
(prinsip Negara demokrasi), 5 (prinsip menjawab maju di depan kelas dan
budaya demokrasi), 6 menampilkan media yang lebih kongrit
(pengertianmasyarakat madani), 7 (ciri dan lebih nyata. Ketika itu ditampilkan
masyarakat madani), dan nomor 8 kenyataan dokumen foto di TPS
(proses masyarakat madani), karenakan Kecamatan Genuk dan gambar calon
banyak pendapat tentang prinsip pilwalkot di kota Semarang. Guru
demokrasi dan masyarakat madani menampilkan power point gambar
sehingga peserta didik binggung presiden Indonesia setelah Indonesia
menentukan dan menuliskan prinsip dan merdeka, orde lama, orde baru dan
pengertian yang mana dan banyak reformasi untuk didiskusikan perbedaan
materi yang textbook. Perlu diperbaiki masing-masing cara terpilih menjadi
memperbaiki penerapan Contextual Presiden sebagai bentuk pelaksanaan
Teaching and Learning berbasis demokrasi di Indonesia. Melalui tabel
konstruktivisme baik dalam RPP pelaksanaan budaya demokrasi di
maupun pelaksanaannya dengan cara Indonesia, peserta didik mengisi tabel
menyusun dan melaksanakan RPP di tersebut secara mandiri. Materi perilaku
setiap tahap melalui metode dan media budaya demokrasi dalam kehidupan
lebih kontekstual. Upaya ini bertujuan sehari-hari mrnggunakan metode Tanya
untuk: mempersiapkan konsentrasi, jawab langsung berkaitan sikap
menumbukkan kesadaran merespon, demokratis nyata dilakuakn peserta
dan memperluas pembahasan materi didik di rumah, di sekolah, masyarakat,
pembelajaran untuk mempertebal dan secara langsung maupun tidak
memori. langsung di lingkungan bangsa dan
Penerapan Contextual Teaching Learning Berbasis Konstruktivisme untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil
Belajar PKn Materi Budaya Demokrasi Kelas XI A2 SMA Negeri 14 Semarang Tahun 2016/2017

40
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019

Negara. Model dan media pembelajaran guru di akhir pelajaran yang


yang berbeda dan lebih riil, kongrit atau menyebutkan bahwa”
kontekstual di setiap tahap “Saya dapat memahami dengan
pemebelajaran konstruktivisme Peserta jelas apa saja prilaku yang demokratis
didik siap mengikuti pembelajaran ala Pancasila yang tanpa saya sadari
dengan menunjukkan rasa senang dalam sebenarnya sudah saya lakukan sehari-
proses pembelajaran ketika ditunjukkan hari baik di rumah, di sekolah dan
contoh prilaku demokratis di rumah, dimasyarakat, bahkan meskipun saya
sekolah dan masyarakat. Asas tidak berpartisipasi langsung dalam
pemodelan (modeling) dalam pemilihan ketua OSIS misalnya, saya
Contextual Teaching and Learning akan tetap harus berprilaku demokratis dalam
cocok dalam proses pembelajaran ini untuk mensukseskannya, karena
yaitu dengan menggunakan sesuatu hasilnya lansung tidak langsung akan
contoh yang dapat ditiru oleh setiap berpengaruh pada semua siswa
peserta didik. Belajar itu akan lebih termasuk saya,” (Salma)
baik, kalau si subyek belajar mengalami Tingkat pemahaman tersebut di
atau melakukannya, dan atau melihat atas dapat membantu peserta didik
sendiri, sehingga tidak akan terjadi memperoleh hasil belajar yang lebih
verbalistik. Jarome Brunner dalam baik. Berbeda dengan materi
Trianto (2009:15-16) menyebutkan pelaksanaan demokrasi di era orla, orba
bahwa belajar adalah sesuatu proses dan reformasi. Hal ini disebabkan
aktif dimana siswa membangun karena materi pelaksanaan demokrasi
(mengonstruk) pengetahuan baru di era orla, orba, dan reformasi begitu
berdasarkan pada syarat materi yang teks bookis yang
pengalaman/pengetahuan yang sudah memerlukan konsentrasi tinggi untuk
dimilikinya. Bahkan secara ekstrim mengetahui dan memahaminya
peserta didik mengonstruksi berkaitan dengan proses perjalanan
pengetahuan di mana era sekarang hak sejarah demokrasi bangsa dan negara
pilih aktif tidak efektif lagi karena akan Indonesia sejak merdeka sampai
terjadi gagalnya pemilu dengan adanya sekarang.
golput. Hal ini dilihat dari perkataan Hasil Belajar peserta didik pada
peserta didik (XI A2) ketika ditanya siklus II pada mata pelajaran PKn
materi Budaya Demokrasi yang tuntas
Penerapan Contextual Teaching Learning Berbasis Konstruktivisme untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil
Belajar PKn Materi Budaya Demokrasi Kelas XI A2 SMA Negeri 14 Semarang Tahun 2016/2017

41
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019

sebanyak 34 atau sebesar 97,14%. dalam pembelajaran prilaku demokrasi


Sedangkan yang tidak tuntas sebanyak 1 dalam kehidupan sehari-hari lebih baik
peserta didik atau sebesar 2,86%. dari siklus 1.
Perbaikan pembelajaran mata pelajaran Hasil tes Siklus II menunjuk 35
PKn melalui Contextual Teaching and peserta didik mendapat nilai tuntas
Learning berbasis Konstruktivisme meningkat dari 20 menjadi 34.
Kelas XI A2 SMA Negeri 14 Semarang Prosentase ketuntasan meningkat dari
Tahun Pelajaran 2016/ 2017 berhasil 57,14 % di siklus 1 menjadi 97,14 % di
meningkatkan hasil belajar peserta didik siklus II. Penerapan Contextual
dari prasiklus ke siklus II. Teaching and Learning berbasis
konstruktifisme meningkatkan hasil
Tabel 4.14 Peningkatan Ketuntasan Hasil
Belajar Pra Siklus ke Siklus II belajar PKn materi budaya demokrasi
No Ketuntasan Pra Siklus Siklus 2 kelas XI A2 SMA Negeri 14 Semarang
1 Tuntas 40,00% 97,14% tahun 2016/ 2017. Pembelajaran
2 Tidak Tuntas 60,00% 2,86%
Contextual teaching and Learning
Jumlah 100% 100%
berbasis knstruktivisme meningkatkan
Sumber: Hasil tes siswa pada pra siklus ke
siklus II hasil belajar PKn materi budaya
demokrasi kelas XI A2 SMA Negeri 14
Peningkatan Ketuntasan hasil
Semarang dari prasiklus, ke siklus 1
belajar dari prasiklus ke siklus II dapat
dan ke siklus II dengan tabel seperti
digambarkan melalui grafik berikut:
berikut :
Tabel 4.15 Persentase Ketuntasan Hasil
Belajar Prasiklus, Siklus I dan Siklus II
Ketun- Siklus
No Prasiklus Siklus I
tasan II
1 Tuntas 40,00% 57,14% 97,14%
2 Tidak
2,86%
Tuntas 60,00% 42,86%
Jumlah 100% 100% 100%
Sumber: Hasil tes peserta didik pada prasiklus,
Grafik 4. 5 Persentase Ketuntasan Hasil
siklus I dan siklus II
Belajar Prasiklus dan Siklus II

Siklus II menunjukkan bahwa Hasil pencapaian hasil belajar


penerapan Contextual Teaching and peserta didik pada pra-siklus
Learning berbasis konstruktivisme menunjukkan bahwa peserta didik yang
materi pelasksanaan demokrasi era orde tuntas sebesar 40,00%. Setelah
lama, orde baru, dan reformasi serta dilakukan tindakan pada siklus I, terjadi
Penerapan Contextual Teaching Learning Berbasis Konstruktivisme untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil
Belajar PKn Materi Budaya Demokrasi Kelas XI A2 SMA Negeri 14 Semarang Tahun 2016/2017

42
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019

peningkatan yang mencapai KKM konstruktivisme meningkatkan jumlah


57,14%. Pada Siklus II terjadi yang tuntas dalam belajar PKn materi
peningkatan peserta didik mencapai budaya demokrasi di kelas XI A2.
KKM 97,14%. Persentasi Ketuntasan Prosentase ketuntasan pada prasiklus
Hasil Belajar dari prasiklus, siklus 1 dan 40,00% meningkat menjadi 57,14 % (20
siklus II digambarkan melalui grafik tuntas dan 15 tidak tuntas) di siklus I
berikut: dan prosentase ketuntasan meningkat
97,14 % (34 tuntas dan 1 tidak tuntas)
di siklus II.
Dengan meningkatnya skor
variabel keaktifan belajar dan hasil
Grafik 4. 6 Persentase Ketuntasan Hasil bealajar peserta didik pada
Belajar Prasiklus, Siklus I dan Siklus II
pembelajaran budaya demokrasi dengan
penerapan Contextual Teaching and
E. PENUTUP
Learning berbasis konstruktivisme,
Penerapan pembelajaran
maka penelitian ini dikatakan berhasil.
Contextual Teaching and Learning
Oleh karena itu keberhasilan tersebut
berbasis konstruktivisme meningkatkan
perlu untuk disarankan Guru untuk
keatifan belajar PKn materi budaya
mendesain pembelajaran secara rinci
demokrasi. Keatifan belajar pada
menurut tahapan konstruktivisme
prasiklus jumlah peserta didik yang
sehingga pembelajaran berjalan
berkategori sangat aktif sebanyak 25
sambung-menyambung secara lancar
(71,43%), aktif 5 (14,29%), cukup aktif
dan kelas menjadi kondusif serta
3 (8,57%), kurang aktif 2 (7,89%), dan
membiasakan berfikir dan berprilaku
tidak aktif 0 (0%). Meningkat di siklus I
konstruktivis sesuai dengan.teori dan
berkategori sangat aktif sebanyak 33
pengalaman hidup yang disepakati di
(94,29%), aktif 2 (5,71%), cukup aktif,
lingkungan peserta didik.
kurang aktif, dan tidak aktif 0 (0%).
Keaktifan meningkat di siklus II semua
peserta didik berkategori sangat aktif
yaitu sebanyak 35 peserta didik(100%).
Pembelajaran Contextual
Teaching and Learning berbasis

Penerapan Contextual Teaching Learning Berbasis Konstruktivisme untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil
Belajar PKn Materi Budaya Demokrasi Kelas XI A2 SMA Negeri 14 Semarang Tahun 2016/2017

43
Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume VIII, No 2, Juli 2019

DAFTAR PUSTAKA Welahan jepara Tahun 2008-


2009 (Tesis), Unnes

Arikunto, Suharsimi dkk. 2006. Johnson, Elaine B. 2007. Contextual


Penelitian Tindakan Kelas. Teaching and Learning
Jakarta: PT Bumi Aksara (Penerjemah Ibnu setiawan).
Bandung: MLC.
Depdiknas, 2000. Metote alternatif
Belajar/mengajar Ilmu Muslich, Masnur. 2007. KTSP.
Pengetahuan Sosial.Jakarta: pembelajaran Berbasis
Dirjen Pendidikan Dasar dan Kompetensi dan Kontekstual.
Menengah, direktorat Jakarta: Bumi Aksara.
Pendidikan Menengah Umum.
Sakdullah.Uno. 2007. Pengantar
Depdiknas. 2002. Pendekatan Filsafat Pendidikan (Edisi 4).
Kontektual (Contextual Bandung: A fabeta.
Teaching and Learning CTL).
Jakarta: Dirjen Pendidikan Sardiman. 2009. Interaksi dan Motivasi
Dasar dan Menengah Direktorat Belajar Mengajar (Edisi 17).
Pendidikan Lanjutan Pertama. Jakarta: Rajawali Press.

Depdiknas. 2003. pengembangan Model Suprijono. Agus. 2009. Cooperative


pembelajaran yang Efektif. Learning Teori dan Aplikasi
Jakarta: Dirjen Pendidikan PAIKEM. Jogjakarta: Pustaka
Dasar dan Menengah. Pelajar.

Depdiknas. 2007. Sekolah Sebagai Trianto.2009. Mendesain model


wahana Pengembanagn warga pembelajaran inovatif progresif.
negara Yang demokratis dan Jakarta: Kencana Prenada media
Bertanggungjawab Melalui group
PKn. Jakarta: Dirjen Pendidikan
Dasar dan Menengah. Winkel. 2007. Psikologi Pengajaran
(Edisi 10) . Jogjakarta: Media
Depdiknas. 2008. Rancangan Penilaian Abadi.
hasil Belajar. Jakarta: Dirjen
Menegemen Pendidikan Dasar
dan Menengah Direktorat
pembinaan Sekolah menengah *) Dwi Kusumoningsih
Atas. Guru PPKn SMP Negri 14 Semarang

Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar


dan Pembelajaran. Jakarta:
Rineka Cipta.

Handoko, 2009. Pembelajaran


Kontekstual Mata Pelajaran
PKn Kelas XI SMA Negeri I

Penerapan Contextual Teaching Learning Berbasis Konstruktivisme untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil
Belajar PKn Materi Budaya Demokrasi Kelas XI A2 SMA Negeri 14 Semarang Tahun 2016/2017

44

Anda mungkin juga menyukai