Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh :
Cisarua,Maret 2019
Oleh:
Oleh:
Oleh:
Penguji I,
Penguji II,
uefiespweuf.
.cjdhfsegfue
Menyetujui,
Kepala SMK Kesehatan Al-Ikhlas
Puji syukur atas berkat rahmat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
dengan judul Asuhan Keperawatan Dasar Pada Ny. Q dengan “CHF (Congestive
Heart Failure)” Di Ruang TULIP RSUD Cimacan. Shalawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada suritauladan kita Nabi Muhammad SAW.
Dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini, tentunya penyusun tidak dapat
melakukanya dengan sendiri, untuk itu penyusun ingin mengucapkan
terimakasih kepada kedua orang tua kami semua yang telah memberikan
semangat dan motivasi sehingga saya dapat menyusun karya tulis ilmiah ini
dan terhadap pihak-pihak yang telah membantu penyusunan, diantaranya :
1. drh. Eni Nuraeni, M.Pd. selaku kepala SMK Kesehatan Al-Ikhlas yang
selalu memberikan arahan kepada kami.
2. dr. H. Dharmawan S. Dahlan, MARS
3. Ayi Ratna Kusumah, Amd. Kep. Sebagai Kepala bidang keperawatan RSUD
Cimacan yang telah memberikan arahan dalam melakukan praktik kerja
lapangan.
4. Toto Hermawan,, S.Kep. Ners. Sebagai Kepala bidang keperawatan RSUD
Cimacan yang telah memberikan arahan dalam melakukan praktik kerja
lapangan.
5. Nenden Fitriyah, Amd.Kep. Sebagai kepala ruangan Tulip yang telah
memberikan arahan selama praktik kerja lapangan di RSUD Cimacan.
6. Ns. Gita Muhammad, S.Kep selaku pembimbing I yang telah memberikan
masukan dan arahan dalam penyusunan laporan karya tulis ilmiah ini.
7. Dwi Purnomo, Amd.Kep yang telah memberikan masukan dan arahan dalam
penyusunan laporan karya tulis ilmiah ini
8. Fitriani, S.Ag selaku wali kelas XI C yang telah memberikan dukungan
dan motivasi dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
9. Fitrian Panji Ginanjar selaku wali kelas XI B yang telah memberikan
semangat dan motivasi dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
10. Guru guru SMK Kesehatan Al-Ikhlas yang telah membantu dalam
penyusunan laporan karya tulis ilmiah ini.
11. Ny Q beserta keluarga yang telah meluangkan waktu dan bekerja sama
dalam melakukan asuhan keperawatan.
12. Keluarga yang telah mendukung, dan memberikan motivas dalam
penyusunan karya tuls ilmiah ini.
13. Teman - teman SMK Kesehatan Al-Ikhlas yang telah mendukung, dan
membantu dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.
Dengan segala kerendahan hati, Semoga apa yang penyusun tuangkan
dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini semoga bermanfaat dan menambah
pengetahuan bagi para pembaca. Mohon maaf apa bila ada kata-kata yang
berkenan di hati. Oleh karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun karya tulis ilmiah ini. Dengan ini penyusun
mengucapkan terima kasih.
Penyusun,
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN......................................................I
LEMBAR PERSETUJUAN......................................................I
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................I
KATA PENGANTAR..........................................................I
DAFTAR ISI..............................................................I
Bab I Pendahuluan.....................................................1
A. Latar Belakang.................................................1
B. Tujuan Penyusun................................................1
C. Metode Penyusunan..............................................1
D. Sistematika Penyusunan.........................................1
1. Pengertian...................................................1
3. Anatomi Fisiologi............................................1
5. Patofisiologi................................................1
6. Patway.......................................................1
7. Manifestasi Klinis...........................................1
9. Penatalaksanaan..............................................1
10. Komplikasi..................................................1
A. Pengkajian.....................................................1
1. Identitas....................................................1
4. Pemeriksaan..................................................1
B. Analisa Data...................................................1
C. Diagnosa Keperawatan...........................................1
D. Intervensi.....................................................1
E. Implementasi...................................................1
F. Evaluasi.......................................................1
Bab IV Penutup..........................................................1
A. Simpulan.......................................................1
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Congestive Heart Failure (CHF) atau Gagal Jantung merupakan salah
satu diagnosis Kardiovaskular yang paling cepat meningkat jumlahnya
(Schilling, 2014). Di dunia, 17,5 juta jiwa (31%)dari 58 juta angka
kematian di dunia di sebabkan oleh penyakit jantung (WHO, 2016). Dari
seluruh angka tersebut, benua Asia menduduki tempat Tertinggi akibat
kematian penyakit jantung dengan jumlah 712,1 ribu jiwa. Sedangkan di
Asia Tenggara yaitu Filipina menduduki peringkat pertama akibat
kematian penyakit jantung dengan jumlah penderita 376,9 ribu jiwa.
Indonesia menduduki peringkat kedua di Asia Tenggara dengan jumlah
371,0 ribu jiwa (WHO, 2014). Berdasarkan seluruh data yang telah di
kumpulkan dari WHO, pada Tahun 2015 di perkirakan kematian akibat
penyakit jantung meningkat menjadi 20 juta jiwa. Kemudia akan tetap
meningkat sampai tahun 2030, di perkirakan 23,6 juta jiwa penduduk
akan meninggal akibat penyakit jantung (WHO, 2015).
Gagal Jantung kongestif menjadi salah satu masalah kesehatan dalam
sistem Kardiovaskuler yang jumlahnya meningkat cepat (Lavine dan
Schilling, 2014). Angka kematian di dunia akibat Gagal Jantung
mencapai 17,5 juta orang pertahun (WHO,2016). Kasus penyakit Gagal
Jantung terus mengalami peningkatan di seluruh dunia akibat Gagal
Jantung mencapai 550 ribu kasus pertahun (WHO,2016).
Kardiovaskuler merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot dan
bekerja menyerupai otot polos, yaitu bekerja di luar kemauan kita (di
pengaruhi oleh susunan saraf otonom) (syarifuddin, 2006). Pembuluh
darah kroner merupakan penyakit aliran darah (darah membawa oksigen
dan makanan yang di butuhkan miokard agar dapat berfungsi dengan
baik). Penyakit jantung kroner adalah salah satu akibat utama
arteriosklerosis pada keadaan ini pembuluh darah nadi menyempit karena
terjadi endapan-endapan lemak (atheroma dan plaques) di dindingnya.
Juga dapat merupakan proses degeneratif, di samping banyak faktor
1
lain. Penyakit jantung koroner di antaranya angina stabil, angina
tidak stabil, Infark Miokard Akut. Infark Miokard Akut (IMA) merupakan
bentuk yang paling berbahaya (Soeharto, 2004)
Infark Miokard Akut, merupakan penyebab kematian utama di dunia.
Terhitung sebanyak 7.200.000 (12,2%) kematian terjadi akibat penyakit
Infark Miokard Akut di seluruh dunia (WHO, 2008). Di Indonesia pada
tahun 2002, Infark Miokard Akut merupakan penyebab kematian pertama
dengan angka mortalitas 220.000 (14%) (Depkes, 2009).
Menurut Bararah dan Jauhari (2013) peningkatan harapan hidup pasien
Gagal Jantung yaitu dengan pemberian dukungan dari keluarga dalam
pengobatan.dukungan keluarga merupakan sikap penerimaan terhadap
keluarga yang sakit, dalam keluarga memiliki beberapa jenis dukungan
antara lain dukungan emosional, dukungan informasional, dukungan
instrumental, dukungan penghargaan (Friedman, 2010).
Berdasarkan data tersebut diatas penyusun tertarik untuk menyusun
karya tulis ilmiah kedalam bentuk “Asuhan Keperawatan Dasar Pada
Ny. Q Dengan CHF (Congestive Heart Failure) Di RuangTulip RSUD
Cimacan”
B. Tujuan Penyusun
1. Tujuan Umum
Dengan tersusunnya Karya tulis Ilmiah ini setelah terlaksananya
Praktik Kerja Lapangan diharapkan mampu menerapkan Asuhan
Keperawatan Dasar Pada Ny. Q Dengan “CHF” Di Ruang Tulip RSUD
Cimacan.
2. Tujuan Khusus
Dalam pembuatan asuhan keperawatan ini, penyusun memiliki
tujuan khusus diantaranya :
a. Melakukan pengkajian pada Ny. Q dengan dengan CHF diruangan
Tulip RSUD Cimacan.
b. Menentukan diagnosa keperawatan pada Ny. Q dengan CHF
diruangan Tulip RSUD Cimacan.
c. Membuat intervensi pada Ny. Q dengan CHF diruangan Tulip RSUD
Cimacan.
1
d. Membuat implementasi pada Ny. Q dengan CHF diruangan Tulip RSUD
Cimacan.
e. Mengevaluasi tindakan pada Ny. Q dengan CHF diruangan Tulip
RSUD Cimacan.
C. Metode Penyusunan
Dalam peyusunan karya tulis ilmiah ini, menggunakan metode
penyusunan deskriptif, yaitu memberikan gambaran kegiatan asuhan
keperawatan yang diberikan kepada pada pasien CHF. Guna kelengkapan
karya tulis ilmiah ini penyusunan menggunakan teknik pengumpulan data
sebagai berikut :
1. Observasi
Observasi adalah mengamati perilaku dan keadaan pasien untuk
memperoleh data tentang masalah kesehatan dan keperawatan pasien.
2. Wawancara
Mengadakan tanya jawab langsung pada pasien, keluarga dan perawat
ruangan serta tim kesehatan lainya mengenai masalah yang
berhubungan dengan pasien.
3. Studi Dokumentasi
Menggunakan catatan medik untuk memperoleh data dari hasil
pemeriksaan, program pengobatan dan tanya terapi yang di berikan
serta catatan lain yang relevan dengan penyusunan karya tulis ini.
4. Studi Pustaka
Penyusun mendapatkan data-data literatur dari berbagai media
seperti buku, internet, dan media elektronik. Dalam penyusunan
asuhan keperawatan penyusun berpedoman pada buku NANDA (North
American Nursing Diagnosis Association International), NIC (Nursing
Interventions Classification) dan NOC (Nursing Outcomes
Classification).
D. Sistematika Penyusunan
Sistematika penulisan mencakup :
1. BAB I, PENDAHULUAN yang terdiri dari latar belakang, tujuan
penyusunan, metode penyusunan dan sistematika penyusunan.
2. BAB II, TINJAUAN PUSTAKA yang terdiri dari konsep dasar teori yang
berisikan pengertian, klasifikasi, anatomi fisiologi, etiologi,
1
patofisiologi, patway, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik,
penatalaksanaan, dan komplikasi. Dan konsep asuhan keperawatan yang
berisi pengkajian sederhana, diagnosa keperawatan dan rencana
keperawatan.
3. BAB III, TINJAUAN KASUS berisi proses asuhan keperawatan yang
terdiri dari pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi dan evaluasi.
4. BAB IV, PENUTUP yang terdiri dari simpulan dan saran.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Klasifikasi
a. Stadium A, memiliki resiko tinggi untuk berkembang menjadi
gagal jantung. Tidak terdapat gangguan structural atau
fungsional jantung, tidak terdapat tanda atau gejala.
1
b. Stadium B, telah terbentuk penyakit struktur jantung yang
berhubungan dengan perkembangan gagal jantung, tidak terdapat
tanda dan gejala.
c. Stadium C, gagal jantung yang simpatimatis berhubungan dengan
penyakit struktural jantung yang mendasari.
d. Stadium D, penyakit struktural jantung yang lanjut serta
gejala gagal jantung yang sangat bermakna saat istirahat
walaupun sudah mendapatkan terapi medis maksimal.
e. Kelas I, pasien dengan penyakit jantung. Tidak terdapat batasan
dalam melakukan aktifitas fisik. Aktifitas fisik sehari-hari
tidak menimbulkan kelelahan, palpitasi atau sesak.
f. Kelas II, pasien penyakit jantung. Terdapat batasan aktifitas
ringan. Tidak terdapat keluhan saat istirahat, namun aktifitas
fisik sehari-hari manimbulkan kelelahan, palpitasi atau sesak
nafas.
g. Kelas III, pasien dengan penyakit jantung. Terdapat batasan
aktifitas bermakna. Tidak terdapat keluhan saat istirahat,
tetapi aktifitas fisik ringan menyebabkan kelelahan, palpitasi
atau sesak nafas.
h. Kelas IV, pasien dengan penyakit jantung, tidak dapat melakukan
aktifitas fisik tanpa keluhan, terdapat gejala pada saat
istirahat, keluhan meningkat saat melakukan aktifitas.
[ CITATION Sud13 \l 1033 ]
3. Anatomi fisiologi
a. Anatomi
Hati adalah organ yang terbesar yang terletak di sebelah
kanan atas rongga perut di bawah diafragma. Beratnya 1.500 gr
atau 2,5 % dari berat badan orang dewasa normal. Pada kondisi
hidup berwarna merah tua karena kaya akan persediaan darah.
Hati terbagi menjadi lobus kiri dan lobus kanan yang dipisahkan
oleh ligamentum falciforme. Lobus kanan hati lebih besar dari
lobus kirinya dan mempunyai 3 bagian utama yaitu : lobus kanan
atas, lobus caudatus, dan lobus quadratus.
1
Gambar 2. 1 Anatomi sistem cardiovaskular
4. Etiologi
Gagal jantung adalah kondisi yang terjadi ketika otot jantung
rusak karena beberapa alasan. Biasanya, perlemahan ini pada
dasarnya di sebabkan oleh jantung, atau keadaan pembuluh darah,
atau campuran dari keadaan berikut:
1
e. Tekanan Darah Tinggi. Hipertensi (Tekanan Darah
Tinggi)meningkatkan jumlah kerja jantung. Dalam waktu lama
dapat merusak dan melemahkan otot jantung, yang akan
berakibat pada CHF (congestive heart failure).
1
simpatis dan sistem renin angiotensi aldosteron, serta pelepasan
arginin vasopressin yang kesemuanya merupakan mekanisme kompensasi
untuk mempertahankan tekanan darah yang adekuat.
Penurunan kontaktilitas ventrikel akan di ikuti penurunan
curah jantung yang selanjutnya terjadi penurunan tekanan darah dan
penurunan volume darah arteri yang efektif. Hal ini akan merangsang
mekanisme kompensasi neuruhumonal. vasokontriksi dan retensi air
untuk sementara waktu akan meningkatkan tekanan darah sedangkan
peningkatan preload akan meningkatkan kontraktilitas jantung
melalui hukum starling. Apabila keadaan ini tidak segera teratasi,
peninggian afterload, peninggian preload dan hipertrofi dilatasi
jantung akan lebih menambah beban jantung sehingga terjadi gagal
jantung yang tidak terkompensasi. Dilatasi ventrikel menyebabkan
Disfusi Sistolik (penurunan fraksi ejeksi) dan retensi cairan
meningkatkan voluma ventrikel (dilatasi). Jantung yang berdilatasi
tidak efisien secara mekanisme (Hukum Laplace). Jika persediaan
enertgi terbatas (misal pada Penyakit Kroner) selanjutnya bisa
menyebabkan gangguan kontraktilitas.
Selain itu kekauan ventrikel akan menyebabkan terjadinya
Disfusi Ventrikel. Pada gagal jantung kongestif terjadi Stagnasi
aliran darah, Embolisasi Sistemik dari Trombus Mural, dan Disritmia
Ventrikel Refrakter. Di samping itu keadaan penyakit jantung
Koroner Sebagai salah satu etiologi CHF akan menurunkan aliran
darah ke Miokard yang akan menyebabkan Iskemik Miokard dengan
komplikasi gangguan irama dan sistem konduksi kelistrikan jantung.
Beberapa data menyebutkaan Bradiaritmia dan penurunan aktivitas
listrik menunjukkan peningkatan presentase kematian jantung
mendadak, karena frekuensi Takikardi Ventrikel dan Fibrilasi
Ventrikel menurun. WHO menyebutkan kematian jantung mendadak bisa
terjadi akibat penurunan fungsi fungsi mekanisme jantung, seperti
penurunan aktivitas listrik, ataaupun keadaan seperti Emboli
Sistemik (Emboli Pulmo, Jantung).
mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan
kemampuan kontaktilitas jantung, yang menyebabkan curah lebih
1
rendah dari curah jantung normal. Konsep curah jantung paling baik
di jelaskan dengan CO=HR X SV dimana curah jantungv adalah fungsi
frekuensi jantung X volume sekuncup.
Curah jantung yang berkurang mengakibatkan sistem syaraf
ssimpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan
curah jantung, bila mekanisme kompensasi untuk mempertahankan
perfusi jaringan yang memadai, maka volume sekuncup jantunglah yang
harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan ccurah jantung. Tapi
pada gagal jantung dengan masalah utama kerusakan dan kekakuan
serabut otot jantung, volume sekuncup berkurang dan curah jantungv
normal masih dapar di pertahankan.
Volume sekuncup, jumlah darah yang di pompa pada setiap
kontraksi tergantung pada tiga faktor yaitu:
a. Preload, setara dengan isi Diastolik akhir yaitu jumlah darah
yang mengisi jantung berbanding langsung dengan tekanan yang di
timbulkan oleh panjangnya regangan serabut jantung.
b. Kontraktilitas, mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang
terjadi pada tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan
panjang serabut jantung dan kadar kalsium.
c. Afterload, mengacu pada besarnya Ventrikel yang harus di
hasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yang di
timbulkan oleh tekanan Arteriole.
1
11
Gagal Jantung
7. Manifestasi klinis
a. Gejala paru berupa Dispnea, Othopnea, dan Paroxysmal Nocturnal
Dispnea.
b. Gejala Sistemik berupa lemah, cepat lelah, Oliguri, Nokturi,
mual, muntah, Asites Hepatomegali, dan Edema Perifer.
c. gejala susunan Syaraf Pusat berupa Insomnia, sakit kepala, mimpi
buruk sampai Delirium.
8. Pemeriksaan diagnostik
a. Laboratorium, meliputi kolesterol, gula darah, kadar kreatinin,
enzim hepar yaitu ALT dan AST. Tergantung pada penemuan anamnesa
pasien dan pemeriksaan fisik.
b. EKG, karena hanya dilakukan sambil berbaring (tanpa aktivitas)
dan EKG hanya memiliki sejumlah (sedikit) elektroda, maka
ketepatan pemakaian EKG untuk diagnosa hanya sekitar 15 persen.
9. Penatalaksanaan
a. Dukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung.
b. Meningkatkan keekuatan dan efisisen kontraksi jantung dengan
beban-beban farmakologis.
c. Menghilangkan penimbunan cairan tubuh berlebihan dengan terapi
diuretik diet dan istirahat.
10. Komplikasi
a. Trombeomboli adalah resiko terjadinya Bekuan Vena (Thrombosis
Vena dalam atau Deep Venous Thrombosis dan Emboli Paru atau
EP) dan Emboli Sistemik tinggi. Terutama pada CHF berat. Bisa
di turunkan dengan pemberian Warfarin.
b. Komplikasi Fibrilasi Atrium sering terjadi pada CHF yang bisa
menyebabkan perburukan dramatis. Hal tersebut indikasi
pemantauan denyut jantung (dengan Digoxin atau Blocker dan
pemberian Warfarin).
c. kegagalan pompa progresif bisa terjadi karena penggunaan
diuretik dengan dosis di tinggikan.
d. Aritmia Ventrikel sering di jumpai, bisa menyebabkan sinkop
atau Sudden Cardiac Death (25-50%kematian CHF). Pada pasien
13
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis.
14
12. Penatalaksanaan
a. Dukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung.
b. Meningkatkan keekuatan dan efisisen kontraksi jantung dengan
beban-beban farmakologis.
c. Menghilangkan penimbunan cairan tubuh berlebihan dengan terapi
diuretik diet dan istirahat.
13. Komplikasi
a) Trombeomboli adalah resiko terjadinya Bekuan Vena (Thrombosis
Vena dalam atau Deep Venous Thrombosis dan Emboli Paru atau EP)
dan Emboli Sistemik tinggi. Terutama pada CHF berat. Bisa di
turunkan dengan pemberian Warfarin.
b) Komplikasi Fibrilasi Atrium sering terjadi pada CHF yang bisa
menyebabkan perburukan dramatis. Hal tersebut indikasi
pemantauan denyut jantung (dengan Digoxin atau Blocker dan
pemberian Warfarin).
c) kegagalan pompa progresif bisa terjadi karena penggunaan
diuretik dengan dosis di tinggikan.
d) Aritmia Ventrikel sering di jumpai, bisa menyebabkan sinkop
atau Sudden Cardiac Death (25-50%kematian CHF). Pada pasien
yang berhasil Diresusitasi, Amiodaron, Blocker, Vebrilator yang
ditanam mungkin turut mempunyai peranan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Tanggal masuk : 9 Maret 2019
Jam masuk : 10 : 15 WIB
Ruang : Tulip
Tanggal pengkajian : 13 Maret 2019
Jam pengkajian : 15 : 00 WIB
19
1) Identitas
a. Identitas pasien
Nama : Ny. Q
Umur : 57 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Pasekon Rt 03 Rw 06 Kelurahan Cipanas
Kabupaten Cianjur kode pos
Status perkawinan : Nikah
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pendidikan : -
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Diagnosa Medis : CHF
b. Identitas penanggung jawab
Nama : Tn. T
Umur : 50 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Pasekon Rt 03 Rw 06 Kelurahan cipanas
Kabupaten Cianjur
Pekerjaan : Wirausaha
Hubungan dengan pasien : Suami
Genogram :
59
10 58
29 57
21
CHF
31 26
Keterangan :
: Laki-Laki
: Perempuan
: Meninggal
: Pasien
: Menderita penyakit yang
sama
: Anak
: Menikah
1 Pola Nutrisi
a. Makan
Frekuensi 3 x sehari 3 x sehari
(porsi makan
tidak habis
Jenis makanan Nasi, bubur, hanya 1/4 porsi)
Kangkung, dan tahu Bubur
b. Minum
Frekuensi 600 ml / hari
Jenis minuman Air teh, air mineral 1000 ml / hari
Air mineral
2 Pola Eliminasi
a. BAB
Frekuensi 2 x sehari Belum pernah BAB
Konsistensi Lembek Belum pernah BAB
Warna Kuning Belum pernah BAB
b. BAK
Frekuensi 750 ml / sehari 700 ml / hari
Konsistensi Cair Cair
Warna Kuning Kuning
3 Pola Istirahat/
Tidur 1 jam / hari 3 jam / hari
a. Siang 9 jam / hari 10 jam / hari
b. Malam
4 Pola Personal
Hygiene 1 x sehari Belum pernah
a. Mandi mandi.
Belum pernah
23
3) Pemeriksaan
a. Pemeriksaan fungsional
1) Keadaan umum :Pasien tampak lemas, Pasien tampak
Meringis kesakitan ,Pasien tampak Sesak.
2) Kesadaran : Composmetis
24
b. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
a) Inspeksi
25
b) Auskultasi
Terdengar suara bising usus peristaltic 15 x / menit
c) Palpasi
Tidak adanya nyeri tekan.
d) Perkusi
Pada saat diperiksa abdomen pasien terdengar suara
timpani.
9) Ekstermitas atas
a) Inspeksi
Kedua tangan tampak simetris. Terpasang IVPD drip
furosemide ekstermitas atas dextra. Kekuatan otot 4 dari
skala 1-5, tonus otot lemah,
b) Palpasi
Tidak ada lesi, tidak adanya benjolan, dan tidak ada
nyeri tekan. Tampak turgor kulit normal / elastis.
4 4
3 3
10) Ekstermitas bawah
a) Inspeksi
Kedua kaki tampak simetris, tampak adanya edema pada
ekstermitas bawah dextra dan sinistra, kekuatan otot 3
dari skala 1-5 , tonus otot lemah,
b) Palpasi
Tidak adanya benjolan , tidak ada nyeri tekan dan tidak
ada lesi. Tampak turgor kulit tidak normal / tidak
elastis kembali lagi dalam 5 detik.
4 4
3 3
11) Genitalia
a) Inspeksi
28
c. Pemeriksaan penunjang
1) Hasil laboratorium
2) Hasil Rontgen//USG
Jaringan pulmonal menunjukan infiltrat di medial kedua paru
tak tampak tanda kongesti trakea di tengah. Tak tampak
nodul/massa/sol konfigurasi jantung membesar ke lateral.
Cardiomegali dengan edema paru, suspek epusi, pleura
bilateral DD/ penambalan pleura bilateral suspek epusi
perikardi.
30
d. Terapi pengobatan
B. Analisa data
epusi perikardi.
lemas
- Porsi makan hanya
habis 1/4 porsi
- BB sebelumnya 41kg
- BB sesudah 44 Kg
(karena pembengkakan
pada kaki)
DS : Pasien Iskemi jaringan miokard Kelebihan volume
↓
mengatakan bengkak cairan
Gangguan aliran balik
pada kaki kanan dan sirkulasi darah
↓
kiri.
Penumpukan cairan pada
DO : ekstermitas bawah
↓
-Tampak bengkak pada
Kelebihan volume cairan
kedua kaki.
-Tampak turgor kulit
tidak elastis dan
kembali lagi 5
detik.
-kekuatan otot
ekstermitas atas 4 dan
ekstermitas bawah 5
dari 1-5.
-BB ideal (56,7 s/d
69,3)
Banlance cairan
- Intake
Minum : 1500
ml
Infus: 1440 cc
Air
metabolisme :
220 ml
Hasil = 3.160
- Output
34
Urin :1000 cc
Muntah :200
IWL :660
Hasil = 1.860
Intake – output =
(+) 1.300
C. Diagnosa keperawatan
Tabel 3. 5 Intervensi
35
1 = Berat terapeutik untuk mengetahui
2 = Cukup berat pengalaman nyeri dan sampaikan
3 = Sedang penerimaan pasien terhadap
4 = Ringan nyeri.
5 = tidak ada 5. Bantu dalam mencari dan
menyediakan dukungan
6. Kendalikan faktor lingkungan
yang dapat mempengaruhi respon
pasien terhadap
ketidaknyamanan (suhu ruangan,
pencahayaan, suara bising).
7. Kolaborasi dengan pasien,
orang terdekat dan tim
kesehatan lainnya untuk
memilih dan mengimplementaskan
penurun nyeri nonfarmakologi
sesuai kebutuhan.
8. Periksa tingkat
ketidaknyamanan bersama
pasien, catat perubahan dengan
catatan medis pasien,
36
informasikan petugas kesehatan
lan yang merawat pasien.
9. Dukung istirahat / tidur yang
adekuat untuk membantu
penurunan nyeri.
10. Gali bersama pasien
faktor-faktor yang dapat
menurunkan atau memperberat
nyeri.
Selasa Ketidakefektifan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Status Pernafasan
pola nafas
13-03 selama 3 x 24 jam diharapkan masalah 1. Monitor kecepatan, irama,
berhubungan
-2019 dengan nyeri teratasi dengan pencapaian indikator kedalaman dan kesulitan bernafas
status pernafasan 2. Catat pergerakan dada, catat
Skala Skala ketidaksimetrisan penggunaan otot
Indikator
Awal Target
bantu nafas, dan retraksi pada
Penggunaan otot bantu
3 5 otot supraclaviculas dan
nafas
Retraksi dinding dada 3 5 intercosta.
37
2 = Cukup berat respirasi otot)
3 = Sedang 5. Kaji perlunya penyedotan pada
4 = Ringan jalan nafas dengan auskultasi
5 = tidak ada suara nafas Ronchi paru.
6. Auskultasi suara nafas setelah
tindakan untuk di catat.
7. Monitor keluhan sesak nafas
pasien termasuk kegiatan yang
meningkatkan atau memperburuk
sesak nafas tersebut.
8. Posisikan pasien miring kesamping
sesuai indikasi untuk mencegah
aspirasi.
9. Berikan bantuan terapi nafas jika
diperlukan (Nebulizer)
10. Monitor kemampuan batuk
efektif pasien.
Selasa Ketidakseimbangan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Perawatan diri ; Mandi
nutrisi kurang
13-03-2019 selama 3 x 24 jam diharapkan masalah 1. Ciptakan lingkungan yang optimal
dari kebutuhan
berhubungan teratasi dengan pencapaian indikator pada saat mengkonsumsi makanan.
dengan
nafsu makan 2. Lakukan atau bantu pasien terkait
ketidakmampuan
38
mengabsorbsi Skala Skala dengan perawatan mulut sebelum
nutrien Indikator
Awal Target makan.
Merasakan makanan 4 5 3. Beri obat Dorong kemandirian
Energi untuk makan 4 5 pasien, tapi bantu ketika pasien
Intake nutrisi 3 5 tak mampu melakukannya.
Intake cairan 4 5 4. Anjurkan pasien untuk duduk pada
posisi tegak di kursi, jika
KETERANGAN
memungkinkan.
1 = sangat terganggu
5. Tentukan apa yang menjadi
2 = banyak terganggu
preferensi makanan bagi pasien.
3 = cukup terganggu
6. Pastikan makanan disajikan dengan
4 = sedikit terganggu
cara yang menarik pada suhu yang
5 = tidak terganggu
paling cocok untuk konsumsi
secara optimal.
7. Monitor kecenderungan terjadi
penurunan dan kenaikan berat
badan.
8. Dorongkan ntuk melakukan
bagaimana cara menyiapkan makanan
dengan aman.
9. Beri arahan, bila di perlukan.
39
10. Berilah pilihan makanan sambil
menawarkan bimbingan.
Selasa Defisit perawatan Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Pertimbangkan usia pasien saat
diri: Mandi
13-04-2019 Defisit perawatan diri: Mandi selama mempromosikan aktivitas perawatan
1 x 24 jam diharapkan Defisit diri.
perawatan diri: Mandi masalah 2. Letakkan handuk, sabun, deodoran,
teratasi dengan pencapaian indikator alat bercukur dan aksesoris lain
perawatan diri mandi. yang di perlukan di sis tempat
Skala Skala tidur/ kamar mandi.
Indikator
Awal Target 3. Sediakan barang pribadi yang di
Masuk dan keluar dari
2 5 inginkan (misalnya deodoran,
kamar mandi
sikat gigi, sabun mandi, sampo,
Mandi dengan bersiram 2 5
lotion dan produk aromaterapi).
Mencuci wajah 4 5 4. Sediakan lingkungan yang
terapeutik dengan memastikan
Mengeringkan wajah 4 5
kehangatan suasana, rileks
Keterangan:
privasi dan pengalaman pribadi.
1. Sangat Terganggu
5. Berikan bantuan sampai pasien
2. Banyak Terganggu
benar-benar mampu merawat diri
3. Cukup Terganggu
secara mandri.
4. Sedikit Terganggu
6. Monitor kebutuhan pasien terkait
5. Tidak Terganggu
40
dengan alat-alat kebersihan diri,
alat bantuan untuk berpakaian,
berdandan, eliminasi dari makan.
7. bantu pasien menerima kebutuhan
(pasien) terkait dengan kondisi
ketergantungannya.
8. Dorong kemandirian pasien namun
bantuk ketika pasien tidak mampu
melakukannya.
9. Ajarkan orang tua/ keluarga untuk
mendukung kemadirian dengan
membantu hanya ketika pasien tak
mampu melakukan (perawatan diri)
10. Pertimbangan kebudayaan
pasien ketika meningkatan
aktivitas perawatan diri.
Selasa 13- Kelebihan volume Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Tentukan faktor – faktor
cairan
03-2019 kelebihan monitor cairan 3 x 24 jam resiko yang mungkin
berhubungan
dengan kelebihan diharapkan masalah teratasi menyebabkan ketidak
asupan cairan
kriteria : monitor cairan keseimbangan cairan
( misalnya, kehilangan
41
Skala Skala albumin, luka bakar,
Indikator
Awal Target malnutrisi, sepsils, sindrom
Berat badan stabil 3 5 nefrotik, hipertermia, terapi
Turgor kulit 3 5 diuretik, fatorogi ginjal,
gagal jantung, diaphoresis,
Edema perifer 3 5
disfungsi hati, olahraga
Keterangan:
berat, paparan panas, infeksi,
1. Sangat Terganggu
pasca operasi, polyuria,
2. Banyak Terganggu
muntah, dan diare )
3. Cukup Terganggu
2. Monitor berat badan
4. Sedikit Terganggu
3. Monitor asupan dan pengeluaran
5. Tidak Terganggu
4. Monitor membrane mukosa,
turgor kulit, dan respon haus
5. Monitor warna, kuantitas, dan
berat jenis urine
6. Monitor distensi vena leher,
ronki diparuparu, edema,
feriper, dan penambahan berat
badan
7. Catat ada tidaknya fertigo
pada saat ( bangkit untuk )
42
berdiri
8. Berikan cairan yang tepat
9. Batasi dan alokasikan cairan
10. Tentukan jumlah dan
jenis intake / asupan cairan
serta kebiasan eliminasi
43
E. Implementasi
Hari/ Tanggal Diagnosa Jam Implementasi Respon Paraf
Keperawatan
Rabu Nyeri akut 07 : 1. Memonitor tekanan darah DS : -
13 - 03 -2019 00 nadi, suhu dan status DO : Tanda-tanda vital :
pernafasan dengan tepat. TD : 100/80 mmhg
N : 88 x/ menit
S : 36,0 0C
R : 28 x/menit
44
Ketidak 4. Mengobservasi adanya DS : Pasien mengatakan sakit pada
efektifan petunjuk nonverbal bagian dada.
pola nafas mengenai ketidaknyamanan DO : Pasien tampak meringis,
07 : terutama pada mereka yang mengkerut.
30 tidak dapat berkomunikasi
secara tidak efektif.
45
nutrisi mengkonsumi makan DO : Perawat dan keluarga membantu
kurang dari (berfentilasi, santai dan pasien dengan senyaman mungkin.
kebutuhan bebas dari bau yang
menyengat).
08 :
00 8. Melakukan atau membantu DS : pasien mengatakan belum
pasien terkait dengan membersihkan mulut
perawatan mulut sebelum DO : Mulut pasien bau, kotor , dan gigi
makan. pasien kuning.
46
hipertermia, gagal jantung,
Kelebihan diaphoresis,infeksi,muntah,
volume dan diare).
cairan 09 :
00 11. Menentukan apakah pasien DS:pasien mengatakan sering pusing
mengalami kehausan atau dan mual
gejala perubahan DO: pasien selalu mengeluh pusing dan
cairan( pusing,sering mual.
berubah
fikiran,melamun,ketakutan,m
udah tersinggung,mual).
DS: pasien mengatakan berat badan
12. Memonitor berat badan sebelum sakit 41kg.
DO: setelah pengkajian oleh peraat
09 : berat badan pasien bertambah dengan
08 hasil 44kg.
47
nyeri dan sampaikan
09 : penerimaan pasien terhadap
15 nyeri. DS : Keluarga mengatakan bersedia
14. Membantu keluarga dalam menemani pasien.
mencari dan menyediakan DO : Keluarga membantu menyediakan
lingkungan. dukungan kepada pasien.
48
14 : nonfamakologi sesuai
16 kebutuhan. DS : -
17. Memonitor pola nafas DO : Pasien tampak cepat saat bernafas
Ketidakefekt (Bradipnea, takipneu, takipneu dengan frekuensi Rr : 28
ifan pola hiperfentilasi). x/menit.
nafas
DS : -
18. Mengkaji perlunya DO : Pada saat dikaji tidak perlu
14 : penyedotan pada jalan nafas penyedotan pada jalan nafas dan
27 dengan auskultasi suara terdengar suara ronchi pada saat
nafas ronchi paru. diauskultasi paru.
DS : -
19. Mengauskultasi suara nafas DO : Pada saat diauskultasi terdengan
setelah tindakan untuk di suara ronchi pada bagan paru - paru dan
catat. terdengar suara timpani pada saat
perkusi abdomen.
14 :
45 DS : Pasien mengatakan nyaman
20. Memonitor keluhan sesak istirahat pada saat kepala ditinggikan.
nafas pasien termasuk DO : Perawat membantu pasien untuk
49
kegiatan yang meningkat posisis semi fowler 45o
atau memperburuk sesak
13 : nafas tersebut.
20 DS : Pasien mengatakan mampu
21. Menganjurkan pasien untuk mengikuti posisi duduk tegak
duduk pada posisi tegak DO : Pasien tampak mengikuti instruksi
Ketidak dikursi jika memungkinkan. perawat.
seimbangan
nutrisi DS ; Pasien mengatakan saat dirumah
kurang dari 13 : 22. Menentukan apa yang suka memakan bubur dan sayur.
kebutuhan 27 menjadi prevensi makanan DO : Perawat memberi makan bubur
bagi pasien. yang dianjurkan dari dokter.
50
terjadi penurunan dan DO : Perawat mengukur berat badan
kenaikan berat badan. pasien. BB : 44Kg.
16 :
00 DS : psien mengatakan saat di rumam
25. Memonitor asupan dan minum 600 Ml / hari, BAK : 4 x sehari.
pengeluaran. DO : pada saat pengkajian output pada
saat frekuensi minum di rumah sakit 1
Kelebihan Liter/hari, BAK 5x sehari, Muntah
volume 16 : hanya satu kali
cairan 05
DS : -
26. Memonitor membrane DO : pada saat dikaji mukosa bibir
mukosa, turgor kulit dan kering, turgor kulit pada ektermitas
respon haus. bawah tidak elastis, tidak ada respon
16 : haus.
09
DS : -
27. Memonitor warna, kualitas, DO : pada saat dikaji frekuensi urine
dan berat jenis urine. saat ini 5x satu hari = 1000 cc, warna
urine kuning bening.
51
16 : DS : pasien mengatakan jika berdiri
20 28. Catat ada tidaknya vertigo terasa pusing.
pada saat bangkit untuk DO : pasien mengeluh sering pusing
berdiri. pada saat berdiri.
52
17 : menurunkan atau DO : Pasien tampak nyeri pada saat -
12 memperberat nyeri. saat tertentu.
53
20 : DS : Keluarga mengatakan bersedia
05 35. Mendorong pasien untuk membantu pasien untuk menyiapkan
melakukan bagaimana cara makanan dengan aman.
menyiapkan makanan DO : Keluarga membantu pasien.
dengan aman.
Ketidakseimb DS: Keluarga mengatakan siap
angan 20 : 36. Memberikan arahan bila membantu memberikan arahan.
nutrisi 10 diperlukan. DO : Keluarga memberikan arahan
kurang dari kepada pasien.
kebutuhan
DS : -
37. Memberikan pilihan DO : Perawat memberikan piihan
makanan sambil makanan yang dianjurkan dan
20 : menawarkan bimbingan memberikan bimbingan makanan yang
45 sehat.
DS : -
38. Memberikan cairan dengan DO : perawat memberikan IVFD
tepat Furosemide drip 5 Mg /24 jam pada
pukul 14:00.
20 :
54
53 DS : -
Kelebihan 39. Batasi dan alokasikan asupan DO : perawat memberikan cairan sesuai
volume cairan. intruksi dokter 6 Tpm.
cairan
DS : -
21 : 40. Memonitor distensi vena DO : pada saat dilakukan pengkajian
06 leher ronchi di paru-paru, terlihat edema periver pada ekstermitas
edema periver, dan bawah, pada saat di auskultasi paru
penambahan berat badan. terengar suara ronchi.
21 :
10
21 :
13
55
21 :
18
04 :
00
04 :
03
56
06 :
00
Kamis Nyeri akut 07 : 00 1. Memonitor tekanan darah DS : pasien mengatakan masih nyeri
14 - 03 - nadi, suhu, dan status pada bagian dada, seperti tertekan benda
2019 pernafasan dengan tepat. berat. Nyeri dirasakan terus
menerus.skala nyeri 2/10.
DO : Pasien tampak meringis.
57
ketidaknyamanan terutama DO : Pasien tampak meringis,
pada mereka yang tidak mengkerut.
dapat berkomunikasi secara
efektif.
58
tidak terdengar ngorok dan mengi.
59
atau gejala perubahan cairan DO : pasien mengeluh masih sering
pusing.
60
mempengaruhi respon pasien DO : Pasien tampak masih gelisah
terhadap ketidaknyamanan.
(suhu ruangan, pencahayaan,
suara bising).
61
penyedotan pada jalan nafas DO : Pada saat di auskultasi masih
dengan auskultasi suara terdengar suara ronchi dibagian paru
ronchi paru. paru.
62
pasien saat mempromosikan bantuan ketika melakukan perawat
aktivitas perawtan diri. mandi sendiri.
DO : Pasien tampak harus dibantu saat
melakukan perawatan diri mandi.
63
suasana rileks, privasi dan privasi yang tertutup.
pengalaman pribadi.
64
keluarga untuk mendukung mmendukung dan membantu
kemandirian dengan melakukan perawata n diri mandi
membantu hanya ketika DO : Keluarga tampak membantu
pasien tak mampu pasien dalam perawtan diri mandi.
melakukan (perawat diri).
65
19 : 20 31. memonitor membrane DS : -
mukosa, turgor kulit dan DO : pada saat dikaji mukosa bibir
respon haus. sudah lembab, turgor kulit sudah
tampak elastis pada saat di palpasi
kembali 4 detik, dan tidak ada respon
haus.
66
kesehatan lain yang merawat
pasien.
20 : 20 35. Mendukung istirahat / tidur DS : Pasien mengatakan nyaman tidur
yang adekuat untuk dengan kepala lebih tinggi.
membantu penurunan nyeri DO : pasien tampak nyaman dengan
posisi kepala lebih tinggi.
67
20 : 40 39. Memberikan cairan dengan DS : -
tepat. DO : perawat memberikan IVFD
Furosemide drip 10 mg /jam pada pukul
20:40.
68
meliputi lokasi, terasa seperti kemarin. Skala 2/10
karakteristik, onset / DO : pasien sudah tidak merasakan
durasi, frekuensi, atau nyeri seperti kemarin.
beratnya nyeri dan faktor
pencetus.
69
nafas.
Ketidakseimba 09 : 30 6. menciptakan lingkungan DS : Pasien mengatakan sudah bersih
ngan nutrisi yang optimal pada saat dan bebas dari bau yang menyengat.
kurang dari mengkonsumsi makan DO : pasien tampak sudah rapih dan
kebutuhan ( bersih, berventilasi, bersih.
santai, dan bebas dari
bau yang menyengat )
10 : 15 9. Memonitor DS : -
kecenderungan terjadi DO : pada saat dikaji berat badan pasien
70
penurunan dan kenaikan 43 Kg.
berat badan.
71
bersama pasien, catat DO : pasien tampak nyaman.
perubahan dengan
catatan medis pasien
informasikan petugas
kesehatan lain yang
merawat.
72
perlukan. DO : perawat memberikan terapi nafas (
Nebulizer bisolvon) sebelum pulang.
F. Evaluasi
73
16 : 00 WIB agens cedera O : pasien tampak tidak meringis, tampang senang, dan
biologis nyeri tekan berkurang. Tanda-tanda. vital
menunjukan :
- TD : 120/80 mmhg
- RR: 24 x/mnt
- N : 87 x/ menit
- S : 36,5oC
A : masalah teratasi sebagian dengan pencapaian kriteria
indikator tingkat nyeri
Skala Skala Skala
Indikator Awal Target Akhir
Nyeri yang dilaporkan 2 4 5
Ekspresi nyeri wajah 3 5 5
Tidak bisa beristirahat 2 5 5
Mual 3 5 5
Kehilangan nafsu makan 3 5 5
P : Intervensi dihentikan.
Jumat Ketidakefektifan S : Pasien mengatakan sesak berkurang
15 – 03 - 19 pola nafas O : pasien tampak tenang dan frekuensi RR : 24x /menit.
16 : 00 berhubungan dengan A : masalah teratasi dengan pencapaian kriteria indikator
nyeri : pola nafas
74
Skala Skala Skala
Indikator Awal Target Akhir
Penggunaan otot bantu nafas 3 5 5
P : intervensi dihentikan.
Intake nutrisi 3 5 5
Intake cairan 4 5 5
P : Intervensi dihentikan.
75
15 - 03 - 2019 Defisit perawatan S : Pasien sudah bisa kekamar mandi sendiri, sudah bisa
16 : 00 diri: mandi mandi sendiri, dan sudah tidak dibantu saat berjalan.
berhubungan dengan O : Pasien tampak sudah beraktiivitas dengan baik.
kelemahan Kekuatan otot ekstermitas bawah 5.
A : Masalah teratasi dengan pencapaian kriteria indikator
defisit perawatan diri : mandi
Skala Skala Skala
Indikator Awal Target Akhir
Masuk dan keluar dari kamar mandi 3 5 5
Mandi dengan bersiram 3 5 5
Mencuci wajah 4 5 5
Mengeringkan wajah 4 5 5
P : Intervensi dihentikan.
15- 03- 2019 Kelebihan volume S : pasien mengatakan bengkak di kaki sudah tidak ada
16 ; 00 cairan berhubungan lagi, dan sudah mampu untuk berjalan.
dengan kelebihan O :pasien sudah merasa tenang dan mampu berdiri.turgor
asupan cairan kulit normal elastis.
A : masalah teratasi dengan pencapaian kriteria indicator
: monitor cairan
Skala Skala Skala
Indikator Awal Target Akhir
76
Berat badan stabil 3 5 5
Turgor kulit 3 5 5
Edema periver 3 5 5
P : intervensi dihentikan.
77