Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Agroekoteknologi . E-ISSN No.

2337- 6597
Vol.4. No.1, Desember 2015. (568) :1762 - 1767
Pengaruh Lama Penyinaran dan Komposisi Media terhadap Mikropropagasi Tanaman
Karet(Hevea brasiliensis Muell. Arg.)

Effect of Photoperiod and DifferentMediumComposition for Micropropagation of Rubber Tree


(Hevea brasiliensis Muell. Arg.)

Revina Syahdewi Pratiwi, Luthfi A. M. Siregar*, Isman Nuriadi


Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, USU, Medan 20155
*Corresponding author: luthfi2004@yahoo.com

ABSTRACT

The aimed of the research to know the influenceof photoperiodof rubber tree (Hevea brasiliensis
Muell. Arg.) in the different medium composition. The research was carried out in the Microcutting
Laboratory, PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Gunung Pamela Tebing Tinggi, Sumatera Utara,
Indonesia. The research beganfrom March to July 2015. The research used completely randomized
design with eighteen treathments and six replications. The results showed that interaction of
photoperiod and medium with combination of growth regulators were significantly to percent of
shoots. Photoperiod 24 h light and the medium of WPM + BAP 0,5 mg/l was the best medium to
multiplication of rubber.

Keywords : rubber, micropropagation, photoperiod, medium in vitro

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untukmengetahui pengaruh lama penyinaran terhadap pembentukan tunas
mikro tanaman karet dalam beberapa komposisi media. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium
Microcutting, PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Gunung Pamela, Tebing Tinggi, Sumatera
Utara, Indonesia. Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai dengan Juli 2015. Rancangan
yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 18 perlakuan dan 6 ulangan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwainteraksi lama penyinaran dan komposisi media berpengaruh nyata
terhadap persentase munculnya tunas. Lama penyinaran 24 jam terang danmedia WPM + BAP
0,5 mg/l merupakan media terbaik untuk pembentukan tunas pada mikropropagasi tanaman karet.

Kata kunci: karet, mikropropagasi, lama penyinaran, media in vitro

PENDAHULUAN
Sistem okulasi sampai saat ini masih
Tanaman karet merupakan komoditi merupakan cara propagasi terbaik pada
perkebunan yang penting dalam industri tanaman karet, sehingga diperlukan
otomotif dan merupakan salah satu komoditas ketersediaan batang atas dan batang bawah.
perkebunan yang memberikan sumbangan Batang atas dengan karakter yang diinginkan
besar bagi perekonomian diperoleh melalui proses seleksi dalam
Indonesia.Permintaan bahan tanam karet program pemuliaan dan kemudian
untuk keperluan peremajaan serta pembukaan diperbanyak secara klonal melalui teknik
areal baru semakin meningkat belakangan ini. okulasi, sedangkan batang bawah umumnya
Akan tetapi pemenuhan kebutuhan bahan merupakan tanaman asal biji (seedling).
tanam untuk keperluan tersebut sulit dicapai Kelemahan utama penggunaan tanaman asal
karena rendahnya produktivitas dan mutu biji sebagai batang bawah adalah ketersediaan
karet yang dihasilkan (Haris et al., 2009). biji tidak mencukupi karena tergantung
musim yang umumnya hanya berlangsung
1762
Jurnal Agroekoteknologi . E-ISSN No. 2337- 6597
Vol.4. No.1, Desember 2015. (568) :1762 - 1767
satu kali dalam setahun serta adanya variasi Menurut Wattimena et al., (1992)
batang (Abbas dan Ginting, 1981). salah satu faktor yang menentukan
Salah satu alternatif untuk memenuhi keberhasilan kultur jaringan adalah zat
permintaan bibit karet yang meningkatdan pengatur tumbuh. BAP (Benzyl Amino
tidak bergantung dengan musim serta untuk Purine) adalah zat pengatur tumbuh golongan
menghasilkan batang bawah secara klonal sitokinin yang jika dikombinasikandengan
yang seragam adalah dengan teknik kultur NAA (Naphthalene Acetic Acid) dari
jaringan tanaman. Perbanyakan tanaman golongan auksin akan mendorong
secara in vitro dapat dilakukan dengan teknik pembelahan sel dan pembentukan
embriogenesis somatik dan teknik morfogenesis tanaman. NAA adalah zat
microcutting. Microcuttingmerupakan salah pengatur tumbuh sintetik yang mampu
satu teknik mikropropagasi tanaman berbasis mengatur berbagai proses pertumbuhan dan
kultur in vitro dan telah berhasil diaplikasikan pemanjangan sel. Menurut Fereol et al.,
untuk perbanyakan tanaman karet asal biji (2002) auksin umumnya menghambat
(seedling) dengan menggunakan tunas aksilar pertumbuhan tunas, sedangkan kombinasi
sebagai eksplan. Dengan keberhasilan konsentrasi sitokinin yang tinggi dengan
tersebut maka terbuka peluang untuk auksin rendah penting dalam pembentukan
menghasilkan batang bawah klonal yang tunas dan daun. Dalam kultur jaringan kedua
seragam dengan kualitas baikdan tidak golongan zat pengatur tumbuh ini terbukti
tergantung musim(Hariset al., 2009). berperan dalam menunjang pertumbuhan
Faktor-faktor yang mempengaruhi jaringan apabila digunakan pada konsentrasi
pertumbuhan dan morfogenesis tanaman yang tepat.
dalam kultur jaringan dapat digolongkan Pemberian hormon BAP dan NAA
menjadi empat golongan yaitu genotipe, pada perbanyakan tanaman karet secara in
media, lingkungan tumbuh dan fisiologi vitro telah dilakukan sebelumnya.
jaringan sebagai eksplan. Media dan kondisi Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
fisik lingkungan tumbuh seringkali berbeda Harahap et al., (2014) menyatakan pemberian
untuk satu genus dengan genus yang lain, atau kombinasi BAP dan NAA pada media MS
spesies tanaman tertentu dengan spesies yang menunjukkan pengaruh terhadap persentase
lain. Tidak jarang terjadi antar varietas yang munculnya tunas, jumlah tunas, panjang tunas
memiliki sifat yang dekat, namun kebutuhan dan umur munculnya tunas, dengan hasil
akan lingkungan dan media berbeda. terbaik pada perlakuan A5 (BAP 1 mg/l).
Pengaruh cahaya pada perkembangan Sedangkan menurut Sundari et al., (2014)
tanaman sering dihubungkan dengan lamanya pemberian kombinasi konsentrasi BAP dan
penyinaran dan kegelapan (Muslihin, 2001). NAA pada media WPM berpengaruh terhadap
Selain intensitas cahaya, lama persentase eksplan membentuk tunas.
penyinaran atau photoperiodisitas juga Persentase ekplan membentuk tunas tertinggi
mempengaruhi pertumbuhan eksplan yang yaitu pada perlakuan A3 (0.5 mg/l BAP +
dikulturkan. Lama penyinaran umumnya 0.25 mg/l NAA) yaitu dengan rataan sebesar
diatur sesuai dengan kebutuhan tanaman 73.33.
sesuai dengan kondisi alamiahnya. Periode Media yang cocok untuk tanaman
terang dan gelap umumnya diatur pada tahunan adalah media WPM. Sedangkan
kisaran 8-16 jam terang dan 16-8 jam gelap media Murashige dan Skoog (MS) dapat
tergantung varietas tanaman dan eksplan yang digunakan pada hampir semua jenis kultur.
dikulturkan. Periode siang/malam Keistimewaan medium MS adalah kandungan
(terang/gelap) ini diatur secara otomatis nitrat, kalium dan ammoniumnya yang tinggi,
menggunakan timer yang ditempatkan pada dan jumlah hara anorganiknya yang layak
saklar lampu pada ruang kultur.Dengan teknik untuk memenuhi kebutuhan banyak sel
ini penyinaran dapat diaturkonstan sesuai tanaman dalam kultur (Nursetiadi, 2008).
kebutuhan tanaman Penelitian ini bertujuan untuk
(Mulyaningsih dan Aluh, 2008). mengetahui pengaruh lama penyinaran
1763
Jurnal Agroekoteknologi . E-ISSN No. 2337- 6597
Vol.4. No.1, Desember 2015. (568) :1762 - 1767
terhadap pembentukan tunas mikro tanaman pertama lama penyinaran dengan 3 jenis
karet dalam beberapa komposisi media. kategori, yaitu: C1 = 12 jam terang 12 jam
gelap, C2 = 24 jam terang, C3 = 24 jam
gelapdan faktor kedua komposisi media yang
BAHAN DAN METODE berbeda terdiri atas 6 taraf, yaitu: A1 =MS +
BAP 0,5 mg/l, A2= MS + BAP 1 mg/l, A3 =
Penelitian ini dilaksanakan di MS + BAP 1,5 mg/l + NAA 0,1 mg/l, A4 =
Laboratorium Microcutting Tanaman Karet WPM + BAP 0,5 mg/l, A5 =WPM + BAP 0,5
PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Gunung mg/l + NAA 0,25 mg/l,A6 =WPM + BAP 0,5
Pamela Tebing Tinggi, Sumatera Utara, mg/l + NAA 0,5 mg/l.
Indonesia. Penelitian ini dimulai pada bulan Data dianalisis dengan sidik ragam,
Maret 2015 sampai dengan Juli 2015.Bahan jika terdapat pengaruh nyata maka dilanjutkan
eksplan yang digunakan dalam penelitian ini dengan Uji Jarak Berganda Duncan (Duncan
adalah bonggol (stock) hasil dariprimary Multiple Range Test).Pelaksanaan penelitian
cultureeksplan buku (nodus) tanaman karet yang dilakukan adalah sterilisasi alat,
genotipe 91 yang merupakan koleksi dari pembuatan media, persiapan ruang tanam,
PTPN III, komposisi media yang digunakan multiplikasi, pemeliharaan eksplan dan
larutan stok media MS dan WPM sebagai pengaturan lama penyinaran.Peubah amatan
media tumbuh tanaman dengan NAA dan yang diamati adalah persentase eksplan
BAP sebagai zat pengatur tumbuh (ZPT) yang membentuk tunas (%) dan umur muncul tunas
digunakan. Bahan penyusun media lainnya, (hari).
agar, aquades steril, dan bahan lainnya yang
mendukung penelitian ini. HASIL PENELITIAN
Alat yang digunakan dalam penelitian
ini adalah Laminar Air Flow Cabinet (LAFC), Persentase Eksplan Membentuk Tunas (%)
tabung uji, autoklaf, steri box, timbangan Berdasarkan hasil sidik ragam,
analitik, rak kultur, hot plate dengan magnetik diperoleh bahwa perlakuan lama penyinaran
stirer, erlenmeyer, gelas ukur, kaca tebal, dan komposisi media yang berbedaserta
pipet ukur, pinset, gunting, scalpel, lampu interaksi keduanya berpengaruh nyata
bunsen, pH meter, oven, kertas plano, terhadap persentase eksplan membentuk
aluminium foil, kompor gas, minisar, tunas. Rataan persentaseeksplan membentuk
mikropipet, tip, pipet tetes, dan alat-alat tunas dari perlakuan lama penyinaran dan
lainnya yang mendukung penelitian ini. komposisi media yang berbeda dapat dlihat
Penelitian ini menggunakan rancangan acak padaTabel 1.
lengkap (RAL) dengan dua faktor perlakuan,

Tabel 1. Pengaruh perlakuan lama penyinaran dan komposisi media yang berbeda terhadap
persentase eksplan membentuk tunas (%) 4 minggu setelah kultur
Media
Lama Penyinaran Rataan
A1 A2 A3 A4 A5 A6
C1 50.00abc 66.67ab 50.00abc 100.00a 83.33ab 66.67ab 69.44
C2 50.00bc 66.67abc 50.00abc 100.00a 66.67abc 66.67ab 66.67
C3 00.00c 00.00c 00.00c 00.00c 00.00c 00.00c 00.00
Rataan 33.33 44.45 33.33 66.67 50.00 44.45 45.37
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda
nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%. Perlakuan C1=12 jam terang 12 jam gelap;
C2=24 jam terang; C3=24 jam gelap.Perlakuan A1= MS + BAP 0,5 mg/l, A2= MS + BAP 1 mg/l; A3=
MS + BAP 1,5 mg/l + NAA 0,1 mg/l; A4= WPM + BAP 0,5 mg/l; A5= WPM + BAP 0,5 mg/l + NAA
0,25 mg/l; A6= WPM + BAP 0,5 mg/l + NAA 0,5 mg/l.

1764
Jurnal Agroekoteknologi . E-ISSN No. 2337- 6597
Vol.4. No.1, Desember 2015. (568) :1762 - 1767

Pada peubah amatan persentase dilaporkan bahwa kultur yang diinkubasikan


eksplan membentuk tunas, rataan tertinggi dalam gelap morfogenesisnya terhambat,
persentase eksplan membentuk tunas terdapat meskipun telah diberi karbohidrat dari
pada kombinasi perlakuan C1A4 dan C2A4 medium.
dengan rataan 100%. Sedangkan persentase Menurut pendapat Wattimena (1991)
eksplan membentuk tunas terendah terdapat lama penyinaran dalam kultur jaringan
pada kombinasi perlakuan C3A1, C3A2, mempunyai pengaruh terhadap kandungan
C3A3, C3A4, C3A5, C3A6. Hal ini hormon endogen. Peranan lama penyinaran
menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan dalam kultur jaringan terhadap morfogenesis
lama penyinaran dan media dengan zat mungkin dapat juga digantikan dengan
pengatur tumbuh BAP tunggal maupun NAA penambahan zat pengatur tumbuh ke dalam
yang lebih rendah mampu memberikan respon medium. Di dalam morfogenesis, lama
yang baik terhadap persentase eksplan penyinaran berkaitan dengan energi yang
membentuk tunas. Akan tetapi seluruh diterima oleh jaringan. Tanaman yang tumbuh
kombinasi perlakuan lama penyinaran C3 pada penyinaran panjang memiliki jumlah
dengan berbagai jenis media dan zat pengatur auksin endogen yang lebih tinggi
tumbuh tidak memberikan respon terhadap dibandingkan pada penyinaran pendek.
pembentukan tunas. Hal ini diduga karena Menurut Kieber (2002) dengan adanya
tunas tanaman karet memberikan respon auksin dan sitokinin dalam medium dapat
terhadap faktor lingkungan seperti suhu dan menstimulasi sel-sel jaringan parenkim untuk
cahaya. Tunas memanfaatkan cahaya untuk membelah. Sitokinin telah diketahui
mendukung pertumbuhan selnya dibantu memainkan peranan penting dalam hampir
dengan adanya zat pengatur tumbuh yang semua aspek pertumbuhan dan perkembangan
ditambahkan kedalam media. Apabila tanaman termasuk didalamnya pembelahan
dibandingkan dengan lama penyinaran 24 jam sel, inisiasi dan pertumbuhan tunas, serta
gelap dengan berbagai konsentrasi zat perkembangan fotomorfogenesis.
pengatur tumbuh menyebabkan pertumbuhan Fotomorfogenesis adalah dimana perubahan
terhambat. Seperti diungkapkan oleh morfologi terutama dalam hal kultur jaringan
Gunawan (1987) eksplan memang sudah karena adanya pengaruh cahaya.
dipenuhi kebutuhan karbohidrat dari gula dan
medium sehingga cahaya untuk keperluan Umur Muncul Tunas (hari)
fotosintesa tidak begitu mendesak. Tetapi Rataan umur muncul tunas dari
cahaya amat penting untuk pengendalian perlakuan lama penyinaran dan komposisi
perkembangan eksplan. media yang berbeda dapat dilihat pada Tabel
Menurut pendapat Windi et al., (1991) 2.
hasil pengamatan dari beberapa peneliti

Tabel 2. Pengaruh perlakuan lama penyinaran dan komposisi media yang berbeda terhadap umur
muncul tunas (hari)
Lama Media
Rataan
Penyinaran A1 A2 A3 A4 A5 A6
C1 16.33 8.75 14.00 7.00 7.00 14.00 67.08
C2 14.00 10.50 14.00 7.00 7.00 10.50 63.00
C3 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Rataan 10.11 6.41 9.33 4.67 4.67 8.16 43.36
Keterangan: Perlakuan C1=12 jam terang 12 jam gelap; C2=24 jam terang; C3=24 jam gelap.Perlakuan A1= MS +
BAP 0,5 mg/l, A2= MS + BAP 1 mg/l; A3= MS + BAP 1,5 mg/l + NAA 0,1 mg/l; A4= WPM + BAP
0,5 mg/l; A5= WPM + BAP 0,5 mg/l+ NAA 0,25 mg/l; A6= WPM + BAP 0,5 mg/l + NAA 0,5 mg/l.

1765
Jurnal Agroekoteknologi . E-ISSN No. 2337- 6597
Vol.4. No.1, Desember 2015. (568) :1762 - 1767
Umur munculnya tunas adalah waktu kultur jaringan tidak diutamakan digunakan
yang dibutuhkan untuk melihat respon untuk berfotosintesis, namun digunakan untuk
tanaman dalam menghasilkan tunas baru. morfogenesis seperti pembentukan tunas,
Dalam penelitian ini umur munculnya tunas pembentukan akar, pembentukan daun, dan
paling lama adalah 21 hari dan umur muncul sebagainya.
tunas paling cepat adalah 7 hari. Umur
munculnya tunas 7 hari terdapat pada SIMPULAN
perlakuan C1A4, C1A5, C2A4 dan C2A5.
Hal ini diduga karena kandungan nutrisi yang Lama penyinaran 12 jam terang 12
terdapat pada media WPM mampu jam gelap danlama penyinaran 24 jam terang
dioptimalkan oleh eksplan untuk memberikan respon terbaik terhadap
pembentukan tunas. Selain itu, media WPM persentase eksplan membentuk tunas. Lama
merupakan media yang biasa digunakan penyinaran 24 jam dan Media WPM + BAP
dalam kultur jaringan pada berbagai jenis 0,5 mg/l menghasilkan respon terbaik
tanaman berkayu. Kandungan sitokinin terhadap persentase eksplan membentuk tunas
(BAP) dan auksin (NAA) pada media dengan danumur muncul tunas.
diberikan perlakuan lama penyinaran dapat
memicu pertumbuhan tunas lebih cepat. DAFTAR PUSTAKA
Menurut Parda et al., (2004) media WPM
banyak digunakan pada berbagai spesies Abbas, B.S.dan S. Ginting. 1981. Influence of
tanaman berkayu, karena memiliki kandungan Rootstock and Scion on Girth
total ion yang rendah, tetapi kandungan Increment in Rubber Trees. Buletin
sulfatnya tinggi. Unsur makro yang terdapat Balai Penelitian Perkebunan
pada media WPM seperti unsur magensium Medan12, 145-152.
yang tinggi sangat mendukung dalam Fereol, L., Chovelon, V., Causse, S.,
pertumbuhan jaringan tanaman. Michaux-Ferriere, N., and Kahane
Menurut Wetherell (1982) didalam R., 2002. Evidence of Somatic
media harus terkandung mineral, gula, Embryogenesis Process for Plant
vitamin dan hormon yang dengan Regeneration in Garlic (Allium
perbandingan yang dibutuhkan secara tepat. sativum L). Plant Cell Reports. 21:
Diduga media WPM mempunyai kandungan 197-203.
nutrisi yang cukup untuk mendukung Gunawan L. W., 1987. Teknik Kultur
pembentukan tunas. Hal ini juga didukung Jaringan Tumbuhan. Laboratorium
oleh Kieber (2002) dengan adanya Kultur Jaringan Tanaman. PAU
auksin dan sitokinin dalam medium dapat Bioteknologi IPB. Bogor.
menstimulasi sel-sel jaringan parenkim untuk Harahap, P. S., Luthfi. A. M. Siregar, dan Y.
membelah. Sitokinin telah diketahui Husni. 2014. Kajian Awal : Respon
memainkan peranan penting dalam hampir Eksplan Nodus dalam Inisiasi Tunas
semua aspek pertumbuhan dan perkembangan Mikro Tanaman Karet (Hevea
tanaman termasuk didalamnya pembelahan brasiliensis Muell Arg.) dalam
sel, inisiasi dan pertumbuhan tunas, serta Medium MS. Jurnal Online
perkembangan fotomorfogenesis. Agroekoteknologi. Vol.3(1) : 229 ±
Fotomorfogenesis adalah dimana perubahan 237.
morfologi terutama dalam hal kultur jaringan Haris, N., Sumaryono, dan M.P. Carron.,
karena adanya pengaruh cahaya. 2009. Pengaruh Bahan pra-sterilan,
Hal ini sesuai dengan pendapat Tutup Tabung Kultur, dan Terhadap
Kurilcik et al., (2008) yang menyatakan Tingkat Kontaminasi Eksplan pada
bahwa morfogenesis daun baru dan akumulasi Kultur Microcutting Karet. Menara
DW/FW tertinggi terdapat pada 24 jam Perkebunan, 2009 77(2), Hal 89-99.
penyinaran. Menurut Salisburry dan Ross Kieber, Joseph .J. 2002., The Arabidopsis
(1992) yang menyatakan bahwa cahaya dalam Book: Cytokinins. American Society
1766
Jurnal Agroekoteknologi . E-ISSN No. 2337- 6597
Vol.4. No.1, Desember 2015. (568) :1762 - 1767
of Plant Biologists. University of Wetherell, D. F. 1982. Pengantar Propagasi
North Carolina, Biology Department, Tanaman secara In Vitro Seri
Carolina KulturJaringan Tanaman. Avery
Kurilcik, A., Dapkuniene, S., Kurilcik, G., Publishing Group, Inc. Wayne ±
Zilinskaite, S., Zukauskas, A., P. NewJersey.
Duchovskis. 2008. Effect Of The Windi., N.M.A., G.A. Wattimena dan L.W.
Photoperiod Duration On The Growth Gunawan., 1991. Perbanyakan
Of Chrysanthemum Plantlets In Vitro. Tanaman dalam Bioteknologi
Scientific Works Of The Lithuanian Tanaman. Tim Laboratorium Kultur
Institute Of Horticulture And Jaringan. PAU Bioteknologi 64-85.
Lithuanian University Of Agriculture. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
27(2).
Mulyaningsih, T dan Aluh, N. 2008. Faktor-
Faktor yang Berpengaruhpada
Keberhasilan Mikropropagasi.
Diaksesdarihttp://elearning.Unram.ac.i
d. Universitas Mataram, Nusa
Tenggara Barat, Lombok.
Muslihin., 2001. Respon Pertumbuhan
Kultur Pucuk Beberapa Kultivar
Kentang (Solanum tuberosum L.)
terhadap Lama Penyinaran secara In
Vitro. Repository Universitas
Sumatera Utara, Medan.
Nursetiadi, E. 2008. Kajian MacamMedia dan
Konsentrasi BAP terhadap
Multifikasi Tanaman Manggis
(Garcinia mangostana L.) Secara
Invitro. Universitas Sebelas Maret,
Surakarta. Hal 11-12
Parda, S. J., Ika, M., E. G. Lestari., dan
Slamet. 2004. Regenerasi Tanaman
dan Transformasi Genetik Salak
Pondoh untuk Rekayasa Buah
partenokarpi. J. Bioteknologi
Pertanian. 9 (2) : 49-55.
Salisbury, F. B., C. W. Ross. 1992. Plant
Physiology. 4th edition. Belmont,
California : Wadsworth Publishing
Company.
Sundari, L., Luthfi. A. M. Siregar, dan D. S.
Hanafiah. 2014. Kajian Awal :
Respon Eksplan Nodus dalam
Inisiasi Tunas Mikro Tanaman Karet
(Hevea brasiliensis Muell Arg.)
dalam Medium WPM. Jurnal Online
Agroekoteknologi. Vol.3(1) : 179-
189.
Wattimena, G. A. 1991. Zat Pengatur
Tumbuh Tanaman. Pusat Antar
Universitas IPB, Bogor.
1767

Anda mungkin juga menyukai