Anda di halaman 1dari 6

Reformasi 

secara umum berarti perubahan terhadap suatu sistem yang telah ada pada suatu masa

 Reformasi Indonesia: Di Indonesia, kata Reformasi umumnya merujuk kepada gerakan mahasiswa


pada tahun 1998 yang menjatuhkan kekuasaan presiden Soeharto atau era setelah Orde Baru, yaitu era
reformasi.
 reformasi/re·for·ma·si/ /réformasi/ n perubahan secara drastis untuk perbaikan (bidang sosial, politik,
atau agama) dalam suatu masyarakat atau negara;
 -- ekonomi perubahan secara drastis untuk perbaikan ekonomi dalam suatu masyarakat atau
negara: perdana menteri yang baru telah menyapu kalangan oposisi dan memberikan serangan telak
dengan -- ekonomi;
-- hukum perubahan secara drastis untuk perbaikan dalam bidang hukum dalam suatu masyarakat atau
negara;
-- politik perubahan secara drastis untuk perbaikan dalam bidang politik dalam suatu masyarakat atau
negara
Masyarakat Islam bukan hanya sekedar masyarakat yang beranggotakan orang Islam, sementara syariat
islam tidak ditegakkan di atasnya, meskipun mereka shalat, puasa, zakat dan haji. Masyarakat Islam harus
menjadikan segala aspek hidupnya, prinsip-prinsipnya, amal perbuatannya, nilai hidupnya, jiwa dan
raganya, hidup dan matinya terpancar dari sistem Islam. Dalam pandangan Muhammad Quthb (seorang
cendekiawan muslim) masyarakat Islam adalah masyarakat yang berbeda dengan masyarakat lain. Letak
perbedaan yaitu, peraturan-peraturannya khusus, undang-undangannya yang Qur’ani anggotanya-
anggotanya yang beraqidah satu, aqidah Islamiyah dan berkiblat satu. Sedangkan menurut seorang ulama
Mahdi Fadhlullah bahwa yang dimaksud dengan Masyarakat Islam adalah satu-satunya masyarakat yang
tanduk kepada Allah dalam segala masalah dan memahami bahwa makna ibadah itu tidak cukup dengan
melakukan syiar-syiar keagamaan seperti shalat, puasa, zakat, haji dan lain-lainnya, karena itu hanya
bentuk ibadah nyata. Dari pengertian diatas, terdapat kejelasan bahwa yang menjadi dasar pengikat
masyarakat Islam adalah rasa iman kepada Allah. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa yang mengikat
masyarakat Islam adalah dasar persamaan aqidah, bukan didasarkan atas ikatan jenis bangsa, tanah air,
warna kulit, maupun bahasa.

Nilai-Nilai Ketauhidan (Rabbaniyyah) Sebagaimana telah diformulasikan Yusuf Qardhawi kata


rabbaniyyah adalah karakteristik Islam yang pertama. Kata ini, sebagaimana yang dikatakan oleh
ilmuwan bahasa arab adalah masdar buatan (masdar shina’i) yang dinisbatkan kepada “al-rabb”, yang
ditambah dengan alif dan nun tanpa qiyas. Artinya adalah berhubungan kepada Tuhan yaitu Allah.
Manusia dijuluki rabbani (manusia rabbani) apabila hubungan kepercayaan dengan Allah, yaitu dengan
mengetahui agamanya, kitabnya dan mengajarkannya.12 Dalam Al-Qur’an dijelaskan pada Surat Al-Imran
79: Menurut Yusuf Qardhawi rabbaniyyah ada dua.
Pertama: rabbaniyyah al-ghayyah wa wiljah: Allah sebagaiTuhan, yang merupakan puncak dan tujuan
segalanya. Kedua: rabbaniyyah al-mashdar wa -al-manhaj: Allah merupakan sumber pokok segala
sesuatu dan Manhaj segala sesuatu.13
Pertama: rabbaniyyah al-ghayyah wa wiljah: Allah sebagai Tuhan merupakan puncak dan tujuan
segalanya. Islam mengajarkan bahwa puncak atau tujuan akhir keberadaan hidup manusia di dunia ini
adalah untuk menuju kepada-Nya,14 Ibadah kepadanya,15 mencari ridha-
Nya, bersyukur kepada-Nya, yang telah memberikan nikmat kepada kita semua16 mengetahui bahwa Allah
adalah Penguasa atas segala sesuatu17 dan memenuhi amanah-Nya18 sebagai khalifahnya.19
Kedua: rabbaniyah sebagai sumber pokok (masdhar) dan pedoman (manhaj). Qardhawi mengatakan
bahwa di dunia terdapat tiga manhaj atau aturan selain Islam: (1) manhaj atau aturan yang murni dari
buah pikiran manusia, seperti: komunisme, kapitalisme, materialisme, eksistensialisme dan lain-lain. (2)
manhaj atau aturan agama buatan manusia, sepeti Budha, Hindu, Konghucu dan lain-lain. Yang ini juga
merupakan hasil dari pikiran manusia. (3) manhaj atau aturan yang berdasarkan wahyu tetapi telah
diselewengkan oleh para pemeluknya. Inilah yang dilakukan oleh Yahudi dan Nashrani.20
Yang dimaksud Qardhawi, Islam sebagai asas rabbaniyyah adalah kemurnian ajarannya dari Allah seratus
persen dari segi aqidahnya, ibadahnya, akhlak atau adab, dan Syariatnya. Semuanya itu rabbaniyah
Ilahiyyah, yaitu pada asas-asasnya dan prinsip-prinsipnya yang umum. Bukan pada pengertian-
pengertiannya (al-Ta’rifat), perincian-perinciannya
(al-Tafsiliyyah) dan cara-caranya (al-Kaifiyyat).21
Insan – Penghargaan Akan Nilai Kemanusiaan

QS. At Tin : 4

QS. Al A'raf : 172

QS. Al Isra' : 70

Akhir-akhir ini, kita sering sekali mendengar istilah krisis kemanusian, baik melalui media
masa, elektronik, internet, ceramah-ceramah, dll. Hal ini tidak lain dipicu oleh krisis yang
terjadi di timur tengah, tepatnya di Palestina, dimana lebih dari 1000 orang meninggal atau
tepatnya terbunuh yang sebagian besarnya adalah anak-anak dan perempuan. Krisis ini telah
memicu gelombang protes di seluruh dunia, menuntut supaya kondisi yang pengabaian nilai-
nilai kemanusian ini segara dihentikan, menuntut supaya kondisi yang tidak menghargai
manusia ini segera di akhiri.
pandangan-pandangan Al Qur'an. Bagaimana Allah SWT melalui firman-firman Nya ini
menceritakan dan memberi gambaran tentang salah satu mahlukNya bernama manusia.
I. Manusia diciptakan dalam sebaik-baik bentuk
Manusia adalah salah satu maha karya Allah SWT, zat yang maha pencipta dan maha
sempurna dalam penciptaanya. Terkait dengan ciptaanNya yang bernama manusia ini, Allah
SWT sendiri yang berfirman bahwa Dia telah menciptkan manusia dalam sebaik-baik bentuk.
Hal ini difirmakan Allah SWT dalam QS. At-tin (4):

“Sesungguhnya Kami telah menciptkan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”


Manusia atau Al Insan di anugerahi dengan 3 potensi, yaitu (Akal, Qolbu, Jasad)
Bentuk disini dapat berupa fisik yang dapat kita lihat secara langsung, maupun bentuk-
bentuk lain yang hanya dapat dilihat melalui eksplorasi dengan menggunakan saint dan
teknologi. Bagi seorang ahli biologi, lebih khusus lagi, biologi molekuler, akan melihat
bagaimana menakjubkannya bentuk-bentuk dan mekanisme kerja dari komponen-komponen
yang membentuk fisik manusia. Dari suatu sel yang sangat kecil dapat menyimpan semua
informasi (blue print) kehidupan manusia. Teknologi tercanggih manusia saat ini hanya
mampu melakukan sebagian kecil saja dari kemampuan sel tersebut. Bagi seorang ahli syaraf
tentu akan merasakan bagaimana sempurnanya penciptaan otak sebagai pusat akal pikiran
manusia, yang dapat menghasilkan teknologi dan peradapan seperti yang bisa kita lihat saat
ini. Sudah ribuan doktor yang dihasilkan, dengan dibantu oleh ribuan juga professsor dari
berbagai disiplin, hanya untuk mempelajari bagaimana sebuah sel dalam otak mengelolah dan
menyimpan suatu informasi. Itupun, sampai saat ini, masih sedikit yang berhasil diungkap.
Kemampuan akal pikiran manusia inilah yang Allah SWT gunakan untuk menjawab
pertanyaan Malaikat terkait pengangkatan manusia sebagai khalifah di muka bumi,
sebagaimana yang Allah SWT ceritakan dalam QS. Al Baqarah (30-33):
          
         
            
         
            
         
         
       
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman:
"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang- orang
yang benar!"
Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa
yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana
Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini."
Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman:
"Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia
langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu
sembunyikan?"
II. Setiap ruh manusia pernah bersaksi akan keesaan Allah SWT
Pada jasad manusia yang telah Allah SWT ciptakan dalam sebaik-baik bentuk
tersebut, Allah SWT kemudian menyempurnakan dengan meniupkan kedalamnya ruh
ciptaanya (QS. As sajdah (9))
          
     
“kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan
Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali
bersyukur.”
Sebelumnya, setiap ruh tersebut telah diminta persaksiannya oleh Allah SWT
sebagaimana Allah SWT firmankan dalam QS Al A'raaf (172):
          
           
      

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari


sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau
Tuhan kami), kami menjadi saksi." (Kami lakukan yang demikian itu) agar di
hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)"

Dari ayat diatas jelaslah bahwa setiap manusia dilahirkan dalam jiwa yang suci, yaitu
jiwa yang mengakui akan keesaan Allah SWT sebagai satu-satunya tuhan semesta alam.
Dengan kata lain, setiap manusia yang ada saat ini memiliki jiwa/ruh yang perna bersaksi
akan keesaan Allah SWT. Semua manusia perna bersaksi bahwa mereka memiliki Tuhan
yang sama yaitu Allah SWT. Semua ini hendaknya akan merubah paradigma kita dalam
memandang setiap manusia. Kita memandang bahwa setiap diri manusia bersemayam suatu
jiwa yang perna sama-sama berikrar akan keesaan Allah SWT seperti halnya kita. Kalaulah
terjadi perubahan, entah karena keluarga, sosial kemasyarakan, informasi, dll, hendaknya
semua ini menjadi medan amal bagi umat Islam untuk membuat kondisi dan situasi serta
memberikan informasi yang sekiranya dapat mengingatkan mereka kembali akan persaksian
jiwa mereka akan ketuhanan Allah SWT. Sebagaimana yang dilakukan oleh para Nabi dan
Rasul, terutama Rasullah SAW sebagai uswah, teladan kita.

III. Penghargaan Allah SWT kepada Manusia


Selain telah menciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk serta meniupkan ruh
ciptaanya kedalamnya, Allah SWT kemudian memuliakan dan melebihkan manusia atas
kebanyakan mahluk yang telah Allah SWT ciptakan, misalnya ditundukkanya alam semesta
dibawah pengelolaan manusia. Hal ini Allah SWT firmankan dalam QS. Al Israa' (70):
         
        

Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka
di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami
lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk
yang telah Kami ciptakan.

Selanjutnya, Allah SWT memberikan apresiasi dan perhargaan yang tinggi setiap
usaha dalam membantu dan menyelamatkan kehidupan manusia. Bahkan Allah SWT
mengangkat dalam derajat taq'wa, yaitu derajat yang akan mendapatkan kebaikan dunia dan
akhirat, terhadap setiap usaha tersebut, misalnya dalam hal membantu fakir miskin serta
menyantuni anak yatim. Lebih lanjut, Allah SWT menggambarkan bahwa penyelamatan
terhadap kehidupan seorang manusia, seolah-olah penyelamatan terhadap kehidupan semua
manusia. Sebaliknya, membunuh seorang manusia tanpa haq, maka seolah-oleh telah
membunuh seluruh manusia (Al Maidah (32))
          
          
        
          
32. oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: Barangsiapa
yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain[411], atau
bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-akan Dia telah membunuh
manusia seluruhnya[412]. dan Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia,
Maka seolah-olah Dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. dan Sesungguhnya
telah datang kepada mereka Rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan
yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu[413] sungguh-sungguh melampaui
batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.

[411] Yakni: membunuh orang bukan karena qishaash.


[412] Hukum ini bukanlah mengenai Bani Israil saja, tetapi juga mengenai manusia seluruhnya. Allah
memandang bahwa membunuh seseorang itu adalah sebagai membunuh manusia seluruhnya, karena orang
seorang itu adalah anggota masyarakat dan karena membunuh seseorang berarti juga membunuh keturunannya.
[413] Ialah: sesudah kedatangan Rasul membawa keterangan yang nyata.

Bahkan Allah SWT menetapkan hukuman yang sangat keras, yaitu qisas, terhadap
perbuatan penghilangan nyawa manusia tanpa hak.

III. Penghargaan Manusia kepada Manusia


Dewasa ini, penghargaan akan nilai-nilai kemanusian telah menjadi topik yang sangat
penting dalam semua aspek. Bahkan produk-produk harus mendapatkan jaminan keamanan
bagi pengguna atau pemakai sebelum dipasarkan ke masyarakat luas. Bahkan konsumen
berhak menuntut produsen jika ternyata dikemudian hari terjadi efek negatif dari suatu
produk. Beberapa waktu yang lalu, media masa di ramaikan oleh berita tentang pencemaran
susu oleh zat-zat berbahaya, yang berakhir dengan dimeja hijaukannya beberapa pihak
yangbertanggung jawab. Kita juga membaca bagaimana reaksi masyarakat terhadap
penyekapan seorang anak yang dilakukan bertahun-tahun sampai anak tersebut dewasa.
Dalam teknologi internet pun, saat ini pun telah berkembang dengan memposisi setiap
pengguna (individu manusia) sebagai komponen yang sangat penting. Beberapa hasil
menunjukan bahwa setiap invidu (pengguna) memiliki peran yang sangat penting bagi
perkembangan teknologi internet itu sendiri. Sehingga, pada edisi tahun 2006 majalah Time
tidak seperti biasa, hanya menampilkan sebuah komputer (bukan seseorang tokoh) pada
sampul majalahnya sebagai the man of the year. Yang ingin menyampaikan pesan bahwa
kalian semua pengguna internet sebagai man of the year, orang-orang yang penting, orang-
orang yang berjasa dalam membangun teknologi yang telah menjadi teknologi masal umat
manusia saat ini.
Dari uraian singkat diatas, kita melihat bagaimana Allah SWT telah menciptakan
manusia dengan sebaik-baik bentu serta melebihkan manusia dari kebanyakan mahluk yang
Dia ciptakan. Selanjutnya, Allah SWT juga telah memuliahkan umat manusia dengan
menundukannya alam semesta dibawah penggelolaan manusia. Peradapan manusia saat ini
pun, menempatkan setiap manusia sebagai komponen yang sangat penting. Berangkat dari ini
semua, sangatlah wajar terjadinya gelombang protes besar-besar di seluruh penjuru dunia
ketika terjadi kejadian atau hal-hal yang mengabaikan atau menghilangkan nilai-nilai
kemanusia termasuk juga krisis kemanusia yang terjadi di palestina saat ini.
Wallahu'alam !

Anda mungkin juga menyukai