Anda di halaman 1dari 4

RINGKASAN BUKU

Identitas buku :

Judul Novel : Sukreni Gadis Bali

Penulis : A.A. Pandji Tisna

Penerbit : Balai Pustaka

Tahun Terbit : 1936

Sukreni Gadis Bali

Men Negara adalah seorang wanita yang berasal dari Karngasem, dia adalah
anak orang kaya. Ia datang ke Buleleng hanya bermodalkan pakaian yang melekat di
tubuhnya. Ia meningalkan daerah itu karena suatu persoalan dengan suaminya. Pada
awalnya Men Negara tinggal menumpang di rumah seorang haji yang mempunyai tanah
dan kebun yang luas. Namun, karena Men Negara rajin bekerja dan hemat, ia kemudian
dapat memiliki kebun sendiri.

Sebenarnya, di Karangasem Men Negara memiliki seorang anak yang ia


tinggalkan. Di tempat barunya ia meahirkan dua orang anak bernama I Nagaari dan Ni
Negari yang berparas cantik itu dapat menarik para pekerja pemetik kelapa untuk
singgah di warungnya. Di samping itu, Men Negara pun pandai memasaka sehingga
masakannya selalu disukai oleh para pekerja itu. Di antara mereka yang datang ke
warung Men Negara I Gde Swamba, seorang pemilik kebun kelapa itu. I Nagari yang
jatuh hati kepada I gde Swamba berharap jika suatu saat nanti bisa menikah dengan pria
itu.

Suatu hari datanglah seorang pria bernama I Gusti Made Tusan dia adalah
seorang menteri polisi. Ia disegani dan ditakuti penduduk. Banyak kejahatan yang
berhasil ditumpasnya. Ini berkat kerjasamanya dengan seorang mata-mata bernama I
Made Aseman. Suatu hari Men Negara ketahuan oleh I Made Aseman telah
menyembelih seekor babi dan dilaporkan I Gusti Made Tusan. I Made Aseman berharap
kalau Men Negar ditagkap dan diadili agar kedai iparnya dapat laku dan mengalahkan
kedai Men Negara. Namun, hal itu tak terjadi karena I Gusti Made Tusan melihat Ni
Nagari dan terpikat oleh tutur kata dan senyum Ni Nagari.

Suatu hari datanglah seorang gadis bernama Luh Sukreni ke kedai Men Negara
untuk mencari I Gde Swamba untuk urusan sengketa warisan dengan kakaknya. I
Sangia yang telah masuk agama kristen. Menurut adat dan agama Bali, jika seorang
anak beralih agama lain, baginya tak ada hak untuk menerima warisan. Kedatangan Luh
Sukreni membuat Men Negara dan Ni Nagari cemburu dan iri hati. Menteri polisi itu
tamapak tertarik pada Sukreni dan berniat menjadikan Luh Sukreni sebagai wanita
simpanannya, mengetahui hal itu Men Negara mendapatkan siasat jahat. Suatu hari
ketika Luh Sukreni datang lagi Men Negara dan Ni Nagari menerimanya dengan ramah,
bahkan mengajaknya untuk menginap dan diterima oleh Luh Sukreni.

Saat itulah Men Negara menjalankan siasat jahatnya. Pada malam harinya, Luh
Sukreni diperkosa oleh I Gusti Made Tusan. “Terima kasih Men Negara, atas
pertolonganmu itu, hampir-hampir tak berhasil tetapi...” begitulah I Gusti Made Tusan
menyatakan kesenangannya atas siasat busuk Men Negara. Sejak kejadian itu Luh
Sukreni pergi entah kemana. Namun betapa terkejutnya Men Negara dia mengetahui
kenyataan sebenarnya bahwa Luh Sukreni itu adalah anak kandungnya. I Sudiana teman
seperjalanan Luh Sukreni, mengatakan bahwa Luh Sukreni adalah anak kandung Men
Negara sendiri. Ayah Luh Sukreni, I Nyoman Raka telah mengganti nama Men Widi
menjadi Luh Sukreni.

Pewrubahan nama itu dimaksudkan agar Luh Sukreni tak dapat diketahui lagi
oleh ibunya. Mengetahui hal itu membuat Men Negara sangat menyesali perbuatannya.
Sukreni tidak kembali ke kampungnya karena dia merasa malu dengan apa yang telah
terjadi pada dirinya. Ia mengembara entah kemana. Namun, Pan Gumarning, salah
seorang sahabat ayahnya, mau menrima Luh Sukreni untuk tinggal di rumahnya. Tak
lama kemudian, Luh Sukreni melahirkan seorang anak dari hasil perbuatan jahat I Gusti
Made Tusan. Anak itu diberi nama I Gustam.
Tak disangka takdir mempertemukan kembali Luh Sukreni dengan I Gde
Swamba, pertemuan itu berkat pertolongan I Made Aseman yang pada waktu itu sednag
menjalani hukuman di Singaraja. I Gde Swamba berjanji akan membiayai kehidupan I
Gustam meski anak itu bukan anak kandungnya. I Gustam tumbh menjadi seorang
pemuda yang perangai dan tabiat kasar, bahkan dia berani memukul ibunya. Setewlah
dewasa, ia mencuri sampai akhirnya masuk tahanan polisi. Didalam tahanan, I Gustam
justru memperoleh banyak pelajaran cara merampok dai I Sintung, salah seorang
perampok dan penjahat berat yang sudah terkenal keganasannya, ahli dalam hal
perampokan dan kejahatan.

Setelah dirinya bebas dari penjara I Gustam membentuk sebuah kelompom dan I
Sunting menjadi anak buahnya. Pada suatu malam, kelompok yang dikepalai I Gustam
melaksanakan aksi perampokan di warung Men Negara. Nmaun rencana itu sudah
diketahui oleh aparat kemanan. Perampokan di Men Negara mendapat perlawanan dari
polisi yang dipimpin oleh I Gusti Made Tusan sendiri tidak mengenal bahwa musuh
yang sedang dihadapinya adalah anaknya sendiri.

Maka ketika I Gustam hampir putus asa karena terkena kelewang ayahnya. I
Gusti Made Tusan baru mengetahui bahwa yang terbunuh itu adalah anaknya sendiri,
setelah ia mendengar teriakan I Made Aseman. Akhirnya ayah dan anak itupun
tersungkur dan mati. Sementara itu Men Negara berubah menjadi orang gila yang
berkeliaran dia kampung dn kedainya.

Anda mungkin juga menyukai