Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULAN

1.1 Latar Belakang

Masyarakat Madani adalah tatanan masyarakat sipil yang mandiri dan

demokratis, masyarkat madani lahir dari proses penyemaian demokrasi, yang

hubunganya diibaratkan dengan ikan dan air. Didalam makalah ini saya akan

membahas mengenai masyarakat madani yang biasa dikenal dengan istilah

masyarakat sipil (civil society), mulai dari pengertian, sejarah pemikiran, karagter.

Semua orang mendambakan kehidupan yang aman, damai dan sejahtera

sebagaimana yang dicita-citakan masyarakat Indonesia, yaitu adil dan makmur

bagi seluruh lapisan masyarakat. Untuk mencapainya berbagai sistem kenegaraan

muncul, seperti demokrasi. Cita-cita suatu masyarakat tidak mungkin dicapai

tanpa mengoptimalkan kualitas sumber daya manusia. Hal ini terlaksana apabila

semua bidang pembangunan bergerak secara terpadu yang menjadikan manusia

sebagai subjek. Pengembangan masyarakat sebagai sebuah kajian keilmuan dapat

menyentuh keberadaan manusia yang berperadaban. Pengembangan masyarakat

merupakan sebuah proses yang dapat merubah watak, sikap dan prilaku

masyarakat ke arah pembangunan yang dicita-citakan. Indikator dalam

menentukan kemakmuran suatu bangsa sangat tergantung pada situasi dan kondisi

serta kebutuhan masyarakatnya. Munculnya istilah masyarakat madani pada era

reformasi ini, tidak terlepas dari kondisi politik negara yang berlangsung selama

ini. Sejak Indonesia merdeka, masyarakat belum merasakan makna kemerdekaan

yang sesungguhnya. Pemerintah atau penguasa belum banyak member

kesempatan bagi semua lapisan masyarakat mengembangkan potensinya secara

1
maksimal. Bangsa Indonesia belum terlambat mewujudkan masyarakat madani,

asalkan semua potensi sumber daya manusia mendapat kesempatan berkembang

dan dikembangkan. Mewujudkan masyarakat madani banyak tantangan yang

harus dilalui. Untuk itu perlu adanya strategi peningkatan peran dan fungsi

masyarakat dalam mengangkat martabat manusia menuju masyarakat madani itu

sendiri.

1.2 Rumusan Masalah         

1. Jelaskanlah pengertian masyarakat madani ?

2. Jelaskanlah Sejarah Pemikiran Masyarakat Madani?

3. Jelaskanlah sejarah Masyarakat madani ?

4. Sebutkan dan jelaskan karagteristik masyarakat madani ?

5. Jelaskan mengenai masyarakat madani di indonesia ?

1.3 Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini agar pembaca dapat memahami apa itu

masyarakat madani serta sejarah lahirnya masyarakat madani di indonesia, dan

bagaimana posisi masyarakat madani di indonesia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Pemikiran Masyarakat Madani

upaya dilakukan dalam mewujudkan masyarkat madani, baik yang

berjangka pendek maupun yang berjangka panjang. Untuk yang berjangka

pendek, dilaksanakn dengan memilih dan menempatkan pemimpin-pemimpin

yang dapat dipercaya (credible), dapat diterima (acceptable), dan dapat memimpin

(capable). Jika dicari akar sejarahnya, maka dapat dilihat bahwa dalam

masyarakat Yunani kuno masalah ini sudah mengemuka. Rahardjo (1997)

menyatakan bahwa istilah civil society sudah ada sejak zaman sebelum masehi.

Orang yang pertama kali yang mencetuskan istilah civil society ialah Cicero

( SM), sebagai orator Yunani kuno. Civil society menurut Cicero ialah suatu

komunitas politik yang beradab seperti yang dicontohkan oleh masyakat kota

yang memiliki kode hukum sendiri. Dengan konsep civil society (kewargaan) dan

urbanity (budaya kota), maka kota dipahami bukan hanya sekerdar konsentrasi

penduduk, melainkan juga sebagai pusat peradaban dan kebudayaan. Istilah

masyarakat madani selain mengacu pada konsep civil society, juga berdasarkan

pada konsep negara-kota Madinah yang dibangun Nabi Muhammad SAW pada

tahun 622M. Masyarakat madani juga mengacu pada konsep tamadhun

(masyarakat yang beradaban) yang diperkenalkan oleh Ibn Khaldun, dan konsep

Al Madinah al fadhilah (Madinah sebagai Negara Utama) yang diungkapkan oleh

filsuf Al Farabi pada abad pertengahan (Rahardjoseperti yang dikutip Nurhadi,

1999). Menurut Dr. Ahmad Hatta, peneliti pada Lembaga Pengembangan

3
Pesantren dan Studi Islam, Al Haramain, Piagam Madinah adalah dokumen

penting yang membuktikan betapa sangat majunya masyarakat yang dibangun

kala itu, di samping juga memberikan penegasan mengenai kejelasan hukum dan

konstitusi sebuah masyarakat. Bahkan, dengan menyetir pendapat Hamidullah

(First Written Constitutions in the World, Lahore, 1958), Piagam Madinah ini

adalah konstitusi tertulis pertama dalam sejarah manusia. Konstitusi ini secara

mencengangkan telah mengatur apa yang sekarang orang ributkan tentang hakhak

sipil (civil rights), atau lebih dikenal dengan hak asasi manusia (HAM), jauh

sebelum Deklarasi Kemerdekaan Amerika (American Declaration of 6.

2.2 Konsep Masyarakat Madani

Konsep “masyarakat madani” merupakan penerjemahan atau pengislaman

konsep “civil society”. Orang yang pertama kali mengungkapkan istilah ini adalah

Anwar Ibrahim dan dikembangkan di Indonesia oleh Nurcholish Madjid.

Pemaknaan civil society sebagai masyarakat madani merujuk pada konsep dan

bentuk masyarakat Madinah yang dibangun Nabi Muhammad. Masyarakat

Madinah dianggap sebagai legitimasi historis ketidakbersalahan pembentukan

civil society dalam masyarakat muslim modern.

Makna Civil Society “Masyarakat sipil” adalah terjemahan dari civil

society. Konsep civil society lahir dan berkembang dari sejarah pergumulan

masyarakat. Cicero adalah orang Barat yang pertama kali menggunakan kata

“societies civilis” dalam filsafat politiknya. Konsep civil society pertama kali

dipahami sebagai negara (state). Secara historis, istilah civil society berakar dari

pemikir Montesque, JJ. Rousseau, John Locke, dan Hubbes. Ketiga orang ini

mulai menata suatu bangunan masyarakat sipil yang mampu mencairkan

4
otoritarian kekuasaan monarchi-absolut dan ortodoksi gereja (Larry Diamond,

2003: 278).

Antara Masyarakat Madani dan Civil Society sebagaimana yang telah

dikemukakan di atas, masyarakat madani adalah istilah yang dilahirkan untuk

menerjemahkan konsep di luar menjadi “Islami”. Menilik dari subtansi civil

society lalu membandingkannya dengan tatanan masyarakat Madinah yang

dijadikan pembenaran atas pembentukan civil society di masyarakat Muslim

modern akan ditemukan persamaan sekaligus perbedaan di antara keduanya.

Perbedaan lain antara civil society dan masyarakat madani adalah civil

society merupakan buah modernitas, sedangkan modernitas adalah buah dari

gerakan Renaisans; gerakan masyarakat sekuler yang meminggirkan Tuhan.

Sehingga civil society mempunyai moral-transendental yang rapuh karena

meninggalkan Tuhan. Sedangkan masyarakat madani lahir dari dalam buaian dan

asuhan petunjuk Tuhan. Dari alasan ini Maarif mendefinisikan masyarakat madani

sebagai sebuah masyarakat yang terbuka, egalitar, dan toleran atas landasan nilai-

nilai etik-moral transendental yang bersumber dari wahyu Allah (A. Syafii Maarif,

2004: 84).

Masyarakat madani merupakan konsep yang berwayuh wajah: memiliki

banyak arti atau sering diartikan dengan makna yang beda-beda. Bila merujuk

kepada Bahasa Inggris, ia berasal dari kata civil society atau masyarakat sipil,

sebuah kontraposisi dari masyarakat militer. Menurut Blakeley dan Suggate

(1997), masyarakat madani sering digunakan untuk menjelaskan “the sphere of

voluntary activity which takes place outside of government and the market.”

Merujuk pada Bahmueller (1997).

5
2.3 Pengertian Masyarakat Madani

Sejarah masyarakat madani atau masyarakat sipil lahir pertama kalinya

dalam perjalanan politik masyarakat sipil di barat. Istilah masyarakat sipil luas

dengan istiliah Civil Society. Yang didefenisikan oleh para ahli bahwasanya

karagter dari masyarakat sipil sebagai komonitas sosial dan politik pada umumnya

memiliki peran dan fungsi yang berbeda dengan lembaga negara.

            Istilah “Masyarakat Madanii” dimunculkan pertama kalinya di kawasan

asia tenggara oleh Cendikiawan Malaysia yang bernama Anwar Ibrahim.

Masyarakat madani berbeda dengan masyarakat civil barat yang beriorientasi

penuh pada kebebasan individu, menurut mantan perdana mentri malaysia itu

Masyarakat Madani adalah sistem sosial yang tumbuh berdasarkan prinsip moral

yang menjamin keseimbangan antara kebebasan individu dan mayarakat yang

berupa pemikiran, seni, pelaksanaan pemerintahan yang berdasarkan undang-

undang dan bukan nafsu keinginan individu. Ia juga mngatakan masyarakat

madani memiliki ciri-ciri yang khas yaitu kemajemukan kebudayaan

(Multicultural), Hubungan timbal balik (Reprocity) dan sikap yang saling

memahami dan menghargai. Anwar Menjelaskan watak masyarakat madani yang

ia maksud adalah guiding ideas, dalam melaksanakan ide-ide yang mendasari

keberadaanya yaitu prinsip moral, keahlian, kesamaan, musyawarah dan

demokratis. Dawam Rahardjo juga mengemukakan defenisi masyaraakat madani

adalah proses penciptaan peradaban yang mengacu pada nilai-nilai kebijakan

bersama. Menurutnya masyarakat madani adalah warga negara bekerja samaa

membangun ikatan sosial, jaringan produktif, solidaritas kemanusiaan yang

bersifat non negara. Ia juga mengemukakan dasar utama masyarakat madani

6
adalah persatuan dan integrasi nasional yang didasarkan pada suatu pedoman

hidup, menghindarkan diri dari konflik permusuhan yang menyebabkan

perpecahan dan hidup dalam suatu persaudaraan. masyarakat madani lebih dari

sekedar gerakan prodemokrasi yang mengacu pada pembentukan masyarakat

bekwalitas dan ber-tamaddun (Civility). Menurut tokoh cendikiawan muslim

indonesia Norcholish Madjid istilah masyarakat madani mengandung makna

toleransi kesediaan priadi untuk menerima berbagai macam pandangan politik dan

tingkah laku sosial.

2.4 Sejarah Singkat Masyarakat Madani

Sejarah Civil Society  Tidak terlepas dari filsuf yunani Aris Toteles (384-

322 SM) yang mengandung konsep Civil Society sebagai sistem kenegaraan atau

identik dengan negara itu sendiri. Pada masa sekarang konsep Civil Society

dikenal dengan Istilah Koinonia Politeke yaitu sebuah koonitas politik tempat

warga negara dapat terlibat lansung dalam peraturan ekonomi-politik dalam

mengambil keputusan. Istilah Koinonia Politeke dikeukakan Aris Toteles untuk

menggambarkan sebuah masyarakat politis dan etis dimana warga negara

didalamnya berkedudukan sama didepan hukum. Yang kemudian mengalami

perubahan dengan pengertain Civil Society yaitu masyarakat sipil diluar dan

penyeimbang warga negara.

Seorang negarawan Romawi bernama Marcus Tullius Cicero (106-43 SM)

memiliki pandangan yang berbeda dengan Aris Toteles. Ia  mengistilahkan

Masyarakat Sipil dengan societies cvilies  yaitu sebuah komonitas yang

mendominasi komonitas yang lain dengan radisi politik kota sebagai komponen

utamanya. Istilah ini lebih menekankan pada konsep negara kota (City-state) yaitu

7
menggambarkan kerajaan, kota, dan bentuk korporasi lainya yang menjelma

menjadi entitas dan teorganisir.

Kemudian Rumusan Civil Society dikembangkan oleh Thomas Hobbes

(1588-1679 M) dan Jhon Locke (1632-1704) yang memandang perkembangan

civil society sebagai lanjutan dari evaluasi masyarakat yang berlansung secara

alamiah. Menurut Hobbes entitas negara civil society mempunyai peranan untuk

meredam konflik dalam masyarakat sehingga ia harus memiliki kekuasaan mutlak

untuk mengontrol dan mengawasi secara ketat pola-pla interaksi setiap warga

negara.

Namun Menurut Jhon Locke, Kehadiran civil society untuk melindungi

kebebasan dan hak milik warga negara. Mengingat sifatnya seperti itu civil

society tidak absolut dan tidak membatasi perananya pada wilayah yang tidak

dapat dikelola warga negara untuk memperoleh haknya secara adil dan

profesional.

Pada tahun 1767 Adam ferguson mengkontektualisasikan civil society

dengan konteks sosial dan politik di skotlandia dengan perkembangan kapitalisme

yang berdampak pada krisis sosial. Berbeda dengan pndangan sebelumnya ia lebih

menekankan visi etis pada civil society dalam kehidupan sosial. Menurutnya

ketimpangan sosial akibat kapitalisme harus dihilangkan. Ia yakin bahwa publik

secara alamiah memiliki spirit solidaritas sosial dan sntimen moral yang

menghalangi munculnya kembali despotisme. Kekhawatiran ia semakin

menguatnya sistem individualistis dan berkurangnya tanggung jawab sosial

mayarakat Pada 29 januari 1737- 8 juni 1809 aktivis politik Asal Inggris-Amerika

yang bernama Thomas Paine civil society sebagai suatu yang berlawanan dengan

8
lembaga negara bahkan ia dianggap sebagai antitetis negara. Berdasarkan

paradigma ini peran negara sudah saatnya untuk dibatasi. menurut paradigma ini

negara tidak lain hanyalah keniscayaan buruk belaka. Konsep negara yang absah

menurut pemikiran ini adalah perwujudan dari delegasi kekuasaan yang diberikan

oleh masyarakat demi terciptanya kesejahteraan bersama. Dengan demikian

menurutnya civil society adalah ruang dimana warga negara dapat

mengembangkan kepribadian dan memberi peluang bagi pemuasan kepentinganya

secara bebas dan tanpa paksaan.

Kemudian pada tahun 1770-1831 G.W.F. Hegel, Karl Max (1818-1883),

dan Antonio Gramsci (1891-1837) mengembangkan Istilah civil society ialah

elemen ideologis keelas dominan. Pemahaman ini merupakan reaksi atas

pandangan paine yang memisahkan civil society dari negara. Berbeda dengan

pandangan paine, Hegel Memandang civil society sebagai kelompok subordinatif

terhadap negara. Menurut Ryaas Rasyid seorang pakar politik indonesia,

menurutnya pandangan ini erat kaitanya dengan perkembangan sosial masyarakat

borjuasi eropa  yang ditandai dengan pelepasan diri dari cengkraman dominasi

negara.

Selanjutnya hegel menjelaskan bahwa struktur sosial civil society  terdaat

tiga entitas sosial : keluarga, masyarakat sipil, dan negara. Keluarga merupakan

ruang sosialisasi pribadi anggota masyarakat yang bercirikan keharmonisan.

Sedangkan masyarakat sipil merupakan tempat berlansungya percaturan sebagai

kepentingan pribadi dan golongan terutama kepentingan ekonomi. Menurutnya

negara merupaka ide universa yang bertugas melindungi kepentingan politik

warganya dan mempunyai hak penuh untuk intervensi terhadap civil society.

9
Berbeda dengan hegel, karl max memandang civil society sebagai

masyarakat borjuis. Dalam konteks hubungan produksi kapitalis. Keberadaan civil

society merupakan kendala besar bagi upaya pembebasan manusia dari

penindasan kelas pemiik modal. Oleh karena itu civil society harus dilenyapkan

demi terwujudnya tatanan masyarakat tanpa kelas.

Berbeda dengan max. Antonio Gramsci tidak memandang masyarakat sipil

dalam konteks relasi produksi tetapi lebih pada sisi idiologis. Gramsci meletakan

masyaraakat madani pada struktur berdampingan degan negara yang disebut

sebagai Political society. Menurutnya civil society merupakan tempat perebutan

posisi hegemoni untuk membentuk konsensus dalam masyarakat. Ia memberiakan

pandangan penting kepada kaum cendikiawan sebagai aktor dalam proses utama

perubahan sosial dan politik.

Selanjutnya wacana civil society sebagai reaksi terhadap mazhab hegelian

dikembangkan oleh Alexis de Tocqueville (1805-1859 M) yang bersumber dari

pengalamanya mengamati budaya demokrasi america. Menurutnya Tocqueville

kekuatan politik dalam masyarakat sipil merupakan kekuatan utama yang

menjadikan demokrasi amerika mempunyai daya tahan yang kuat. Berkaca pada

budaya amerika yang berciri Plural, Mandiri, dan kedewasaan berpolitik warga

negara manapun mampu mengimbangi dan mengontrol kekuatan negara.

Berbeda dengan hegelian, pemikiran Tocqueville lebih menempatkan

masyarakat sipil sebagai suatu yang tidak apriori maupun tersubordinasi lembaga

negara. Sebaliknya civil society bersifat otnom dan memiliki kepastian politik

cukip tinggi sehingga mampu menjadikan kekuatan penyeimbang terhadap

kecenderungan intervensi negara atas warga negara.

10
Dari sekian banyak pandangan mengenai civil society,  Mazhab Gramscian

dan Tocquevillian telah menjadi inspirasi gerakan prodemokrasi di eropa timur

dan eropa tengah pada dasawarsa 80-an. Pengalaman kawasan ini hidup dibawah

dominasi negara terbukti telah melumpuhkan kehidupan masyarakat sipil.

Tidak hanya di eropa timur dan eropa tengah , muzhab pemikiran civil

society tocquelville juga dikembangkan oleh cendikiawan muslim indonesia

Dawam Rahardjo dengan konsep masyarakat madaninya, rahardjo

mengilustrasikan bahwa peranan pasar sangat menenukan unsur-unsur dalam

masyarakat madani sedangkan menurut Wutnow dalam hubungan anrata unsur-

unsur pokok masyarakat madani faktor Valuntary sangat menentukan pola

interaksi antara negara dan pasar.

Didalam tatanan pemerintahan yang demokratis komponen rakyat disebut

masyarakat madani (Civil Society) yang harus memperoleh peranan utama. Dalam

sistem demokrasi kekuasaan tidak hanya ditangan penguasa melainkan ditangan

rakyat. Jadi peran sektor swasta sangat mendukung terciptanya proses

keseimbangan kekuasaan dalam koridor pemerintahan yang baik, seketika peran

swasta bisa berada diatas ini terjadi jika pembuatan kebijakan publik berkolusi

dan tergoda untuk memberikan akses yang longgar pada konglomerat ataupun

usahawan.

2.5 Karagteristik Masyarakat Madani

Munculnya masyarakat madani disebabkan unsur-unsur sosial dalam tatanan

masyarakat. Unsur tersebut merupakan kesatuan yang saling mengikat dan

menjadikan karagter khas masyarkat madani. Unsur pokok yang harus dimiliki

11
masyarakat madani yaitu : republik yang bebas, demokrasi, toleransi,

kemajemukan, dan keadilan sosial.

1. Wilayah Publik Yang Bebas

Merupakan sarana untuk mengemukakan pendapat warga negara, yang

mana didalamnya semua warga negara memiliki posisi dan hak yang sama untuk

melakukan transaksi sosial dan politik tanpa rasatakut dan terancam oleh

kekuatan-kekuatan civil society.

2. Demokrasi

Demokrasi adalah persyaratan mutlak lainya bagi keberadaan civil society

yang murni. Tanpa demokrasi, masyarakat sipil tidak akan terwujud yang mana

demokrasi adalah suatu tatanan politik sosial yang bersumber dan dilakukan, oleh,

dari, dan untuk warga negara.

3. Toleransi

Merupakan sikap saling menghargai dan menghormati perbedaan pendapat.

Menurut Nurcholish Madjid  toleransi adalah persoalan ajaran dan kewajiban

melaksanakan ajaran itu. Jika toleransi menghasilkan tata cara pergaulan yang

menyenangkan antara kelompok yang berbeda-beda maka hasil itu dipahami

sebagai hikmah atau manfaat dari ajaran yang benar. Toleransi bukan hanya

tuntutan sosial masyarakat majemuk saja , tapi juga menjadi bagian terpenting

pelaksanaan ajaran moral.

4. Kemajemukan

Disebut juga pluralisme  yang tidak hanya dipahami seagai sebatas sikap

harus mengakui dan memahami kenyataan sosial yang beragam, tetapi harus

12
disertai dengan sikap ttulus untuk menerima kenyataan pandangan sebagai suatu

yang alamiah dan rahmat tuhan yang bernilai positif bagi kehidupan masyarakat.

5. Keadilan Sosial

Keadilan sosial adalah adanya keseimbangan dan pembagian yang

propersional atas hak dan kewajiban warga negara yang mencakup segala aspek

kehidupan ekonomi, politik, pengetahuan, dan pelengkapan. Dengan pengertian

lain keadilan sosial adalah hilangnya monopoli dan pemusatan salah satu aspek

kehidupan yang dilakukan oleh kelompok atau golongan tertentu

2.6 Masyarakat Madani di Indonesia

Indonesia memiliki tradisi kuat civil society, jauh sebelum bangsa indonesia

berdiri, masyarakat sipil telah berkembang pesat yang diwakili oleh kiprah

beragam organisasi sosial keagamaan dan penggerakan nasional dalam merebut

kemerdekaan. Selain berperan sebagai organisasi peejuang penegak HAM dan

perlawanan terhadap kekuasaan kolonial. Organisasi berbasis islam seperti

syariakat islam (SI), Nahdatul Ulama (NU), dan muhammdadiyah telah

menunjukan kiprahnya sebagai komponen  civil society yang penting dalam

perkembangan masyarakata sipil indonesia.

Terdapat strategi yang ditawarkan kalangan ahli tentang bagaimana

seharusnya bangunan masyarakat madani yang bisa tterwujud di indonessia :

1. Pandangan integrasi nasional dan politik. Menyatakan bahwa sistem

demokrasi tidak mungkin berlansung dalam kenyataan hidup sehari-hari

dalam masyarakat sebelum memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara

yang kuat. Bagi pengikut pandangan ini praktik demokrasi ala barat hanya

akan berakibat konflik antara sesama warga bangsa.

13
2. Pandangan Reformasi Sistem Politik Demokrasi merupakan pandangan

yang menekankan bahwa untuk membangun demokrasi tidak usah terlalu

bergantung pada kepentingan ekonomi. Pembangunan institusi demokratis

lebih diutamakan oleh warga negara dibanding pembangunan ekonomi.

3. Paradigma pembangunan masyarakat madani sebagai basis utama

pembangunan demokrasi. Ini merupakan alternatif diantara dua pandangan

yang pertama yang dianggap gagal dalam pembangunan  demokrasi.

Pandangan ini lebih menekankan proses pendidikan dan penyadaran poitik

warga negara, khusus kalangan kelas menengah. Hal itu mengingatkan

demokrasi membutuhkan topangan kultural sselain mendukung struktural.

Bersandar dari tiga paradigma diatas pengembangan demokrasi masyarakat

madani selayaknya tidak hanya tergantung pada salah satu pandangan tersebut.

Sebaliknya untuk mewujudkan masyarakat madani yang seimbang dengan

kekuatan negara dibutuhkan gabungan strategi dan paradigma. Tiga paradigma

diatas dapat dijadikan acuan dalam pengembangan demokrasi dimasa transisi

sekarang melalui :

1. Memperluas golongan menengah melalui pemberian kesempatan bagi

kelas menegah untuk berkembang menjadi kelompok masyaraat madani

yang mandiri secara politik dan ekonomi.

2. Mereformasikan sistem politik demokratis melalui pemberdayaan

lembaga-lembaga demokrasi yang ada berjalan sesuai prinsip-prinsip

demokrasi.

3. Penyelenggaraan pendidikan politik (pendidikan demokrasi) bagi warga

negara secara keseluruhan.

14
Menurut Rahardjo masyarakat madani indonesia masih merupakan sisitem-

siste yang dihasilkan oleh sister politik represif. Ciri kritisnya lebih menonjol

dibandingkan ciri struktifnya. Menurutnya lebih banyak melakukan protes

daripada mengajukan solus, lebih banyak menuntut daripada memberi sumbangan

terhadap pemecahan masalah.

Mahasiswa merupakan salah satu komponen strategis bangsa indonesia

dalam pembanguunan demokrasi dan masyarakat madani. Peran startegis

mahasiswa dalam proses perjuangan  demokrasi menumbangkan rezim otorier

seharusnya ditindak lanjuti dengan keterlibatan mahasiswa dalam proses

demokrasi bangsa dan pembangunan masyarakat demokrasi madani indonesia.

Karenaa mahasiswa merupakan bagian dari kelas menengah, ia memiliki

tanggung jawab terhadap nasib masa depan demokrasi dan masyarakat madani

indonesia.

Sikap demokratis diekspressikan melalui peran aktif mahasiswa dalam

proses pendemokrasian masyarakat melalui cara analogis, santun, dan

bermartabat. Adapun sikap kritis mahasiswa dapat dilakukan dengan mengaamati,

mengkritik, mengontrol pelaksanaan kebijakan pemerintah atau lembaga publik

terkait, khususnya pada kebijakan yang menyangkut dengan masa depan bangsa.

2.7 Ciri-Ciri Masyarakat Madani dan Kesejahteraan Umat

Masyarakat madani memiliki ciri-ciri dan karakteristik sebagai berikut :

a. Free public sphere (ruang publik yang bebas)

Ruang publik yang diartikan sebagai wilayah dimana masyarakat sebagai

warga negara memiliki akses penuh terhadap setiap kegiatan publik, warga negara

berhak melakukan kegiatan secara merdeka dalam menyampaikan pendapat,

15
berserikat, berkumpul serta memublikasikan pendapat, berserikat, berkumpul serta

memublikasikan informasi kepada publik.

b. Demokratisasi

Menurut Neera Candoke, masyarakat sosial berkaitan dengan wacana kritik

rasional masyarakat yang secara ekspisit mensyaratkan tumbuhnya demokrasi.,

dalam kerangka ini hanya negara demokratis yang mampu menjamin masyarakat

madani.

c. Toleransi

Toleransi adalah kesediaan individu untuk menerima pandangan-pandangan

politik dan sikap sosial yang berbeda. Toleransi merupakan sikap yang

dikembangkan dalam masyarakat madani untuk menunjukan sikap saling

menghargai dan menghormati pendapat serta aktivitas yang dilakukan oleh orang

atau kelompok masyarakat yang lain yang berbeda.

d. Pluralisme

Pluralisme adalah sikap mengakui dan menerima kenyataan disertai sikap

tulus bahwa masyarakat itu majemuk. Kemajemukan itu bernilai positif dan

merupakan rahmat tuhan.

e. Keadilan Sosial (Social justice)

Keadilan yang dimaksud adalah keseimbangan dan pembagian yang

proporsional antara hak dan kewajiban setiap warga dan negara yang mencakup

seluruh aspek kehidupan.

16
f. Partisipasi Sosial          

Partisipasi sosial yang benar-benar bersih dari rekayasa merupakan awal

yang baik bagi terciptanya masyarakat madani. Partisipasi sosial yang bersih dapat

terjadi apabila tersedia iklim yang memunkinkan otonomi individu terjaga.

g. Supermasi hukum

Penghargaan terhadap supermasi hukum merupakan jaminan terciptanya

keadilan, keadilan harus diposisikan secara netral, artinya tidak ada pengecualian

untuk memperoleh kebenaran di atas hukum.

h. Terintegrasinya individu-individu dan kelompok-kelompok ekslusif

kedalam masyarakat  melalui kontrak sosial dan aliansi sosial.

i. Menyebarnya kekuasaan sehingga kepentingan-kepentingan yang

mendominasi dalam masyarakat dapat dikurangi oleh kekuatan-kekuatan

alternatif.

j. Dilengkapinya program-program pembangunan yang didominasi oleh

negara dengan program-program pembangunan yang berbasis masyarakat.

k. Terjembataninya kepentingan-kepentingan individu dan negara karena  

keanggotaan organisasi-organisasi volunter mampu memberikan masukan-

masukan terhadap keputusan-keputusan pemerintah.

l. Meluasnya kesetiaan (loyalty) dan kepercayaan (trust) sehingga individu-

individu  mengakui keterkaitannya dengan orang lain dan tidak

mementingkan diri sendiri.

m. Adanya pemisahan kekuasaan

n. Adanya tanggung jawab dari pelaksana kegiatan atau pemerintahan.

17
Civil Society atau masyarakat Madani tersusun atas berbagai organisasi

kemasyarakatan, yang mempunyai cirri-ciri:

1. Lahir secara mandiri

2. Keanggotannya bersifat sukarela,atau atas kesadaran masingmasing anggota

3. Mencukupi kebutuhannya sendiri (swadaya) sehingga bergantung pada

bantuan Negara atau pemerintah

4. Bebas atau mandiri dari kekuasaan Negara, sehingga berani mengontrol

penggunaan kekuasaan Negara

5. Tunduk pada aturan hukum yang berlaku atau seperangkat nilai/norma yang

diyakini bersama

2.8 Proses Demokratis Menuju Masyarakt Madani

Hubungan antara masyarakat madani dengan demokrasi (demokratisasi)

menurut M. Dawam Rahadjo, bagaikan dua sisi mata uang. Keduanya bersifat ko-

eksistensi atau saling mendukung. Hanya dalam masyarakat madani yang kuatlah

demokrasi dapat ditegakkan dengan baik dan hanya dalam suasana demokratislah

masyarakat madani dapat berkembang secara wajar. Nurcholish Madjid

memberikan penjelasan mengenai keterkaitan antara masyarakat madani dengan

demokratisasi. Menurutnya, masyarakat madani merupakan tempat tumbuhnya

demokrasi. Pemilu merupakan simbol bagi pelaksanaan demokrasi.

Masyarakat madani merupakan elemen yang signifikan dalam membangun

demokrasi. Salah satu syarat penting bagi demokrasi adalah terciptanya partisipasi

masyarakat dalam proses-proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh

negara atau pemerintahan. Masyarakat madani mensyaratkan adanya civic

engagement yaitu keterlibatan warga negara dalam asosiasi-asosiasi sosial. Civic

18
engagement ini memungkinkan tumbuhnya sikap terbuka, percaya, dan toleran

antara satu dengan lainnya. Masyarakat madani dan demokrasi menurut Ernest

Gellner merupakan dua kata kunci yang tidak dapat dipisahkan. Demokrasi dapat

dianggap sebagai hasil dinamika masyarakat yang menghendaki adanya

partisipasi.Proses demokratisasi menuju masyarakat madani merupakan faktor

pendrong bgi negara untuk selalu mengusahakan perbaikn terus menerus dan

menjaga agar tidak terjadi kemeosotan demi kesejahteraan rakyat.

Proses menuju masyarakat madani pada dasarnya tidaklah mudah, harus

memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi yang tercermin antara lain dari

kemampuan tenaga-tenaga profesionalnya untuk memenuhi kebutuhan

pembangunan serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

2. Memiliki kemampuan memenuhi kebutuhan pokok sendiri (mampu

mengatasi ketergantungan) agar tidak menimbulkan kerawanan, terutama

bidang ekonomi .

3. Semakin mantap mengandalkan sumber-sumber pembiayaan dalam negeri

(berbasis kerakyatan) yang berarti ketergantungan kepada sumber

pembangunan dari luar negeri semakin kecil atau tidak ada sama sekali.

4. Secara umum telah memiliki kemampuan ekonomi, sistem politik, sosial

budaya dan pertahanan keamanan yang dinamis, tangguh serta berwawasan

global.  Dalam rangka menuju masyarakat madani (civil society), melalui

beberapa proses dan tahapan-tahapan yang konkret dan terencana dengan

matang, serta adanya upaya untuk mewujudkan dengan sungguh-sungguh.

Langkah pertama yang perlu diwujudkan adalah adanya pemerintahan yang

19
baik (good governance). Pemerintahan yang baik dalam rangka menuju

kepada masyarakat madani adalah berorientasi kepada dua hal, sebagai

berikut :

1. Orientasi ideal negara yang diarahkan pada pencapaian tujuan nasional,

yaitu mengacu pada de- mokratisasi dengan elemen: legitimasi,

akuntabilitas, otonomi, devolusi (pendelegasian wewenang) kekuasaan

kepada daerah, dan adanya mekanisme kontrol oleh masyarakat.

2. Pemerintahan yang berfungsi secara ideal, yaitu secara efektif dan efisien

melakukan upaya pencapaian tujuan nasional.  Hal ini tergantung pada

sejauh mana pemerintah memiliki kompetensi, struktur dan mekanisme

politik serta administrasi yang berfungsi secara efektif dan efisien.

Dalam kehidupan demokrasi, agar masyarakat dapat hidup secara madani harus

mempunyai tiga syarat, yaitu sebagai berikut :

1. Ketertiban dalam pengambilan suatu keputusan yang menyangkut

kepentingan bersama.

2. Adanya kontrol masyarakat dalam jalannya proses pemerintahan.

3. Adanya kemerdekaan memilih pemimpinnya.

4. Ketiga hal tersebut merupakan sarana untuk mewujudkan kehidupan yang

demokratis, yaitu kehidupan yang dalam pemerintahannya bersumber dari,

oleh, dan untuk rakyat itu sendiri.

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Masyarakat madani merupakan sistem sosial yang subur berdasarkan prinsip

moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan individu dengan kestabilan

masyarakat akan berupa pemikiran seni, pelaksanaan pemerintahan yang

berdasarkan undang-undang dan bukan nafsu atau keinginan individu.

Untuk mewujudkan masyarakat madani dan agar terciptanya kesejahteraan

umat maka kita sebagai generasi penerus supaya dapat membuat suatu perubahan

yang signifikan. Selain itu, kita juga harus dapat menyesuaikan diri dengan apa

yang sedang terjadi di masyarakat sekarang ini. Agar di dalam kehidupan

bermasyarakat kita tidak ketinggalan berita. Adapun beberapa kesimpulan yang

dapat saya ambil dari pembahasan materi yang ada di bab II ialah bahwa di dalam

mewujudkan masyarakat madani dan kesejahteraan umat haruslah berpacu.

3.2 Saran

Melalui makalah ini saya berharap semoga pembahasan mengenai

Masyarakat Madani, sedikit banyaknya dapat dipahami oleh pembaca, selain itu

Saya sebagai penulis mohon ma’af apabila masih terdapat kesalahan-kesalahan

dalam penyusunan makalah  ini, untuk itu saya mengharapkan kritikan dan saran

dari pembaca, untuk kesempurnaan dari makalah saya ini.

21
DAFTAR PUSTAKA

Azra, Azyumardi. 1999. Menuju Masyarakat Madani. Cetakan ke-1.

Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Budiman, Arief.1990. State And Civil Society. Clayton : Monash Paper

Southeast Asi No.22

Culla, Adi Suryadi. 1999. Masyarakat Madani Pemikiran : Teori dan

Relevasinya Dengan Cita-cita Reformasi. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Deden, M. Ridwan, dan Nurjulianti, Dewi (penyuting). 1999 Pembangunan

Masyarakat Madani dan Tantangan Demokratisasi di Indonesia. Cetakan Ke-1,

Jakarta : LP3ES

Suito, Deny. Forum Ilmiah pada acara Festival Istiqlal, 26 September 1995 :

Jakarta

Masykuri Abdillah, Endang Rudiatin. 2007. Dari Civil Society Ke Civil

Religion. MUI: Jakarta.

[1] Masykuri Abdillah, Endang Rudiatin. 2007. Dari Civil Society Ke Civil

Religion. MUI: Jakarta.

[2] Azra, Azyumardi. 1999. Menuju Masyarakat Madani. Cetakan ke-1.

Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

[3] Azra, Azyumardi. 1999. Menuju Masyarakat Madani. Cetakan ke-1.

Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

[4] Budiman, Arief.1990. State And Civil Society. Clayton : Monash Paper

Southeast Asi No.22

22

Anda mungkin juga menyukai