Anda di halaman 1dari 11

AKUNTANSI DALAM PENETAPAN SĨMA1 MASA JAWA KUNO2

Novrida Qudsi Lutfillah

Universitas Wijaya Putra


Surel: vrie_dha05@yahoo.com

Abstrak. Akuntansi dalam Penetapan Sĩma Masa Jawa Kuno. Artikel ini
bertujuan mengungkap praktik akuntansi penetapan Sĩma di masa Jawa kuno.
Arkeologi konteks digunakan peneliti sebagai metoda penelitian untuk meng-
umpulkan data, menginterpretasikan dan memahami budaya dengan reflektif.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa praktik akuntansi penetapan Sĩma memi-
liki tujuan: (1) memberi keistimewaan terhadap daerah tertentu; (2) menguku-
hkan dan menyeimbangkan kekuasaan pranata sosial religi. Praktik akuntansi
dan peran akuntan (disebut Citralekha), terlihat pada ritual upacara penetapan
Sĩma. Nilai-nilai yang tercermin dari praktik akuntansi penetapan Sĩma, yakni:
keberkahan dan kedamaian hidup serta kesucian diri.

Abstract. Accounting in Determining Sĩma in The Ancient Java. This article


aims to uncover the accounting practices of Sĩma. The archaeological context is
used as a research method to collect data, to interpret and to understand a culture.
The results concluded that the accounting practices of sima had purposes to: (1)
give privileges to certain areas; (2) establish and balanced the powers of social
religious institution. The accounting practices and the role of the accountant (called
Citralekha) are visible on the ritual ceremonies of Sĩma. The values reflected in the
accounting practice were the blessings and the peace of life, as well as the self
purity.

Kata Kunci: Sĩma, Arkeologi konteks dan Praktik akuntansi.

Daerah Sĩma merupakan segala peristiwa tentang nilai


daerah istimewa di masa Jawa moneter (uang) sebagai sarana
kuno. Penetapan suatu wilayah informasi dalam dunia bisnis
menjadi daerah yang merdeka (Mulawarman 2013). Dalam upaya
mempunyai berbagai ritual mengetahui akuntansi dalam
khusus yang harus dilakukan. konteks yang lebih beragam diper-
Tanda pengukuhan suatu wilayah lukan pemahaman tentang ling-
menjadi daerah istimewa dibuk- kungan sosial-budaya dan politik
tikan dengan dikeluarkannya serta ekonomi di mana akuntansi Dimasukkan tanggal:
piagam penetapan Sĩma. Aktivitas beroperasi (Gomes 2008). 14 September 2014
Diterima tanggal:
penetapan Sĩma yang sakral dapat Pemahaman aspek sosial-
14 Oktober 2014
dikatakan tidak lepas dari aktivitas budaya, politik, dan ekonomi meru-
akuntansi. Pemahaman tentang pakan pertimbangan nilai yang
segala hal yang dianggap sebagai tercipta di masyarakat sebagai
atribut akuntansi telah diperluas penentu bentuk akuntansi. Nilai-
(Napier 2006). Akuntansi tidak nilai yang diperoleh memberikan
selalu dihubungkan dengan alat penghargaan terhadap karakter-
dari proses aktivitas perusahaan, istik yang melekat pada akun-
di mana aktivitasnya mencatat tansi. Hal ini membangkitkan

1 Berasal dari bahasa sansekerta ‘Sĩman’ yang terdiri dari periode Kerajaan Ka- Jurnal Akuntansi Multiparadigma
JAMAL
yang berarti batas. Dalam hal ini sebi- huripan (tahun 929-1051), Kerajaan Volume 5
Nomor 2
dang tanah yang dibatasi telah diubah Jenggala-Kadiri (1052-1221), Kerajaan Halaman 170-274
statusnya menjadi wilayah perdikan Singhasari (1222-1292) dan Kerajaan Malang, Agustus 2014
ISSN 2086-7603
(merdeka). Majapahit (1292-1486). e-ISSN 2089-5879
2 Jawa kuno dalam penelitian ini terjadi
pada periode di wilayah Jawa Timur,

264
265 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 5, Nomor 2, Agustus 2014, Hlm. 264-274

kesadaran akan pentingnya akuntansi lokal, Artikel ini berfokus pada praktik akun-
faktor waktu tertentu yang membentuk tansi penetapan Sĩma di masa Jawa kuno.
perubahan akuntansi pada kasus tertentu Pada hakikatnya, penetapan suatu daerah
(Potter 2005). Berkaitan dengan penetapan menjadi Sĩma merupakan peristiwa penting,
otonomi daerah di Indonesia, perwujudan karena bertautan dengan perubahan status
Sĩma saat ini dapat dilihat dalam Undang- wilayah, perubahan pengelolaan, hak, dan
Undang No. 32 tahun 2004 pasal 1 ayat 6. kewajiban masyarakat di wilayah Sĩma
Pengertian daerah otonomi yang selanjutnya (Dwijanto 1997:224). Dalam penetapan
disebut daerah adalah kesatuan masyarakat keputusan suatu wilayah menjadi Sĩma
yang mempunyai batas-batas wilayah yang dilakukan ritual yang persiapannya tidak
berwenang mengatur dan mengurus urusan hanya berhubungan dengan materi, tetapi
pemerintahan dan kepentingan masyarakat juga non materi. Selain itu aktivitas tersebut
setempat menurut prakarsa sendiri tidak lepas dari kegiatan akuntansi dan
berdasarkan aspirasi masyarakat dalam peran akuntan. Berdasarkan hal tersebut,
sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. tujuan artikel ini adalah mengungkap
Masyarakat Jawa kuno mengenal daerah praktik akuntansi penetapan Sĩma pada
otonom sebagai Sĩma (Rahardjo 2011). masa Jawa kuno.
Daerah Sĩma menurut prasasti3
Muňcang yang berangka tahun 944 M METODE
adalah suatu daerah yang diberi kebe- Artikel ini menceritakan tentang masa
basan atas beban-beban kerajaan berupa Jawa Kuno dengan sumber yang berasal dari
pajak oleh seorang penguasa karena data arkeologi4 historis. Data yang didapat
adanya alasan tertentu. Anugerah pene- dari prasasti dan dokumen bersejarah
tapan Sĩma biasanya dilakukan apabila dalam bentuk tertulis diharapkan dapat
daerah tersebut dianggap berjasa (Istari memberikan penjelasan mengenai nilai
2007). Periode Kerajaan Kahuripan (tahun dalam praktik akuntansi penetapan Sĩma.
929-1051), Kerajaan Jenggala-Kadiri (1052- Arkeologi konteks digunakan untuk dapat
1221), Kerajaan Singhasari (1222-1292) dan mengembangkan penafsiran sumber tertulis
Kerajaan Majapahit (1292-1486) tercatat menjadi relevan. Arkeologi konteks menurut
sebagai kerajaan yang memiliki puncak Thomas (1991) dalam Tanudirjo (1994)
peristiwa penting dalam penetapan Sĩma. yaitu memahami budaya dengan reflektif.
Rahardjo (2011:101) menyatakan bahwa Memahami budaya bendawi tidak sekedar
sekitar 57 prasasti memuat ketetapan Sĩma pencerminan kehidupan ekonomi sosial dan
di masa Jawa kuno periode Kerajaan Jawa ideologi, tetapi juga dipakai sebagai sarana
Timur. Adapun komposisi status pene- untuk menciptakan arti dan ikut menata
tapan Sĩma lebih banyak untuk perihal dunia. Aliran ini cenderung anti science, yang
yang berhubungan dengan bangunan tidak percaya lagi pada teori, dalil dan model
suci (sebanyak 38 prasasti), selebihnya universal yang sering disebut perangkat
(19 prasasti) menyebutkan status pene- alamiah, sehingga cenderung percaya pada
tapan sima tidak berhubungan dengan pandangan kekhususan sejarah atau rela-
bangunan suci. Dengan ditetapkannya tivisme budaya. Fenomena dilihat sebagai
suatu wilayah menjadi Sĩma, raja tidak kejadian yang unik dan tidak pernah beru-
berhak mendapatkan keseluruh pendapatan lang. Penjelasan tentang fenomena hanya
pajak dari wilayah Sĩma tersebut. Raja dapat dicari dari ciri-ciri yang melekat pada
hanya mendapat sepertiga dari pendapatan fenomena tersebut dan konteksnya.
di wilayah Sĩma, dua pertiga bagian lainnya Hal ini berbeda dengan aliran Arkeologi
merupakan pendapatan untuk wilayah Sĩma pembaharuan5 yang selama ini sudah
(Nastiti 2003). mapan. Aliran arkeologi pembaharuan

3 Prasasti merupakan piagam resmi Kerajaan yang ilmunya arkeologi mengandalkan pada data dari
dipahatkan di atas batu atau lempengan logam. Bi- masa lalu yang secara kualitatif dan kuantitatif san-
asanya berisi keputusan mengenai penetapan suatu gat terbatas.
daerah menjadi Sĩma/perdikan, Keputusan pengadi- 5 Gerakan arkeologi pembaharuan muncul sekitar ta-
lan dan hukum (Istari 2007). hun 1960 di Amerika. Model yang diusung adalah
4 Arkeologi menurut Suliyanto (2004) adalah suatu proses penafsiran satu arah dan membangun hipo-
perangkat metoda yang diterapkan untuk kajian tesis.
kebudayaan masa lalu. Untuk sampai pada tujuan
Lutfillah, Akuntansi dalam Penetapan Sĩma Masa Jawa Kuno 266

banyak menuai kritik dikarenakan kerangka Pertimbangan kewenangan mengacu


pikir yang ditawarkan tidak selalu mampu kepada latar belakang penulis berkenaan
memberikan penjelasan tuntas terhadap dengan aspek yang ditulis. Aspek akun-
fenomena arkeologis. Penjelasan sistemik, tansi yang akan dikaji pada penetapan
adaptif dan materialistik tidak dapat Sĩma didasarkan dari data yang diolah oleh
menembus dimensi idealistis dan simbolik peneliti. Pertimbangan kebutuhan khusus
suatu budaya. merujuk pada data yang tidak cukup
Arkeologi konteks ditekankan pada tersedia. Data harus ditelusuri dari berb-
keragaman hasil budaya manusia, dikare- agai sumber yang ditulis oleh para peneliti
nakan faktor-faktor individu yang berperan dengan latar belakang keilmuan yang
aktif sebagai pencipta dan pelaku budaya. berbeda dengan penulisan penelitian ini.
Pemahaman suatu fenomena budaya dile- Data tentang praktik akuntansi yang dapat
takkan dalam konteks sejarahnya sendiri dikatakan sedikit atau bahkan belum ada di
sehingga dapat ditafsirkan. Fenomena arke- masa Jawa Kuno ditelusuri melalui tulisan
ologi ditempatkan pada konteksnya yang tentang aktivitas keagamaan dan penetapan
luas, baik berupa lingkungan maupun pajak di masa tersebut.
tindakan manusia. Konteks yang terkan-
dung dalam fenomena tersebut dipandang HASIL DAN PEMBAHASAN
sebagai suatu teks atau wacana (Magetsari Makna sosial religi di balik penetapan
2010). Sĩma. Sĩma berarti batas, berbentuk tiang
Kajian dalam arkeologi konteks meng- batu yang dipasang sebagai tanda batas
gunakan analisis isi. Dalam tahap ini infor- suatu daerah yang memiliki status istimewa
masi yang diperoleh dari isi prasasti dikaji yang diberikan raja kepada desa tertentu
dalam dimensi yang lebih luas dari segi (Haryono 1999). Tanah Sĩma yang dimaksud
bentuk, ruang, dan waktu. Dalam upaya di sini ialah sebidang tanah yang mempunyai
menghasilkan nilai yang terkandung dalam sifat-sifat khusus. Daerah yang ditetapkan
peninggalan tertulis diperlukan pengertian sebagai daerah Sĩma dapat berupa sebidang
mendalam. Peneliti dituntut dapat mengung- sawah, sebidang kebun, desa atau beberapa
kapkan hal yang tidak saja tersurat, tetapi desa, taman, atau bahkan sebuah hutan.
juga yang tersirat serta berusaha meletak- Untuk penetapan keputusan suatu daerah
kannya dalam konteks yang tepat. Selain itu menjadi Sĩma dilaksanakan upacara ritual
gagasan dan konsep subyektif dari peneliti yang disebut dengan istilah manusuk Sĩma.
dapat menjadi tawaran pemahaman baru Suatu wilayah dapat diberi status tanah
(Tanudirjo 1994). Sĩma oleh raja atau pejabat kerajaan karena
Sumber data yang digunakan dalam suatu alasan, misalnya karena jasanya dalam
kajian ini bertumpu pada sumber sekunder, perang ketika membela raja (lihat prasasti
yaitu data arkeologi dan data sejarah. Kudadu tahun 1294 M), karena pengabdi-
Masing-masing sumber memiliki kualitas annya di bidang spiritual (prasasti Adan-
yang berbeda dalam segi kemampuan adan tahun 1301 M), atau karena ada tugas
memberikan informasi. Mengingat kajian khusus untuk menyelenggarakan penye-
ini merupakan kajian sejarah masa Jawa berangan sungai (prasasti Cangu tahun 1358
kuno periode Jawa Timur, maka hasil kajian M) (Suhadi 1994). Prasasti Gunung Butak
tentang Jawa memiliki potensi untuk dija- (1294) menyebutkan bahwa Raden Wijaya
dikan sumber data. sebagai raja pertama Majapahit memberikan
Pertimbangan dalam memilih data status merdeka terhadap Dusun Kudadu
yang digunakan dalam penelitian ini adalah (lihat Gambar 3). Ditetapkannya Dusun
keotentikan, kewenangan dari penulis, dan Kudadu sebagai daerah Sĩma merupakan
kebutuhan khusus. Pertimbangan otentik ungkapan terima kasih Raden Wijaya kepada
dilakukan sebagai penggunaan sumber kepala Dusun Kudadu (Mulyana 2005:181).
data utama. Sumber data berasal dari Dengan ditetapkannya daerah Kudadu
hasil penelitian lapangan yang dilakukan sebagai daerah Sĩma, maka daerah tersebut
oleh lembaga resmi atau oleh individu diberikan status merdeka, bebas dari segala
yang memiliki kemampuan data untuk pajak (Nastiti 2003) dan status tersebut
melakukan perekaman data. Sumber ini dapat diwariskan ke anak keturunannya.
berkaitan dengan data arkeologi yang telah Bermacam pertimbangan pemberian
di koordinasikan oleh lembaga resmi seperti tanah Sĩma dan bermacam orang yang
Balai Pelestarian Budaya. menerima anugerah tersebut, Darmoetopo
267 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 5, Nomor 2, Agustus 2014, Hlm. 264-274

Tabel 1. Struktur Isi Prasasti Sĩma

Struktur Isi Prasasti Sĩma sebagai berikut:


1. Mańgala (Seruan kepada dewa)
2. Unsur-unsur penanggalan (Keterangan panjang lebar mengenai hari, bulan, tanggal,
tahun)
3. Nama raja atau pejabat yang menegeluarkan prasasti.
4. Pejabat-pejabat tinggi pemerintah yang menerima perintah raja.
5. Perintah raja atau pejabat untuk menetapkan Sĩma.
6. Keterangan tentang hasil pajak Sĩma itu sebelumnya.
7. Penjelasan tentang perlunya Sĩma itu, dan hak-hak serta kewajiban penduduknya.
8. Upacara penetapan sumpah. merupakan salah satu bagian peting dalam prasasti
yaitu meliputi sumpah dan kutukan yang diancamkan kepada orang yang melanggar
ketentuan dalam prasasti.
9. Sebab-sebab raja menetapkan Sĩma.
10. Pemberian pasak-pasak kepada raja, pejabat tinggi kerajaan, pejabat daerah yang
menguasai tempat itu sebelumnya, pejabat desa yang ditetapkan menjadi Sĩma dan
pejabat-pejabat desa sekelilingnya.
11. Saji-sajian.
12. Upacara penetapan Sĩma dengan makan, minum dan bermacam pertunjukan.
Sumber: Boechari (2012:185)

(1995:138) membagi nama Sĩma sebagai Bagi raja, pemberian anugerah Sĩma
berikut: (1) Sĩma makudur yaitu Sĩma yang kepada pemimpin desa merupakan suatu
diberikan kepada Makudur6 yang telah tindakan keagamaan. Sebagaimana dise-
berjasa kepada raja; (2) Sĩma kepatihan yaitu butkan dalam Prasasti Telang 903 Masehi;
tanah Sĩma yang diberikan oleh raja kepada
“...kapua ya tribbagan,, sabhaga
patihnya secara bergantian setiap tiga tahun
umara ringmanilala drabya haji
sekali; (3) Sĩma kamulan yaitu tanah Sĩma
sabhaga umara ring dbarma,,
yang diberikan kepada mereka yang memikul
sabhaga umara ring makmitan
tugas mengamankan desa dan jalan dari
dharmma.”
segala kerusuhan agar menghilangkan keta-
kutan warga; (4) Sĩma kajurugusalyan yaitu Artinya :
Sĩma yang dianugerahkan kepada pande7 “semua ada tiga bagian, sebagian
besi atau logam sebagai tempat peribadatan. untuk mangilala drabya haji8, se-
Keperluan dianugerahkan wilayah tersebut bagian untuk dharma9, sebagian
menjadi Sĩma yaitu memelihara bangunan diperuntukan bagi penjaga/per-
ibadah; (5) Sĩma punpunan yaitu tanah Sĩma awat dharma...”
yang diberikan untuk menunjang bangunan
Isi prasasti menunjukkan bahwa
keagamaan.
pendapatan raja dari pajak hanya seper-
Perbedaan wilayah yang ditetapkan
tiga dari pajak yang diterima, sedangkan
sebagai Sĩma dengan wilayah yang tidak
dua pertiga bagian lainnya diberikan
berstatus Sĩma ialah hasil bumi, pungutan
kepada kepala Sĩma dan untuk bangunan
atau pajak dan denda-denda dari wilayah
keagamaan yang berada di wilayah tersebut.
tanpa status Sĩma masuk ke perbenda-
Seluruh penghasilan yang didapat di
haraan Kerajaan. Sementara hasil dari
tanah Sĩma, pemakaiannya diperuntukkan
ber­bagai macam pungutan dan pajak serta
bagi kelangsungan suatu usaha suci dari
denda dari tanah Sĩma digunakan untuk
bangunan tersebut. Sering pula ketetapan
berbagai keperluan bagi bangunan suci,
itu berarti dibebaskannya suatu desa dari
yaitu untuk biaya pelaksanaan kegiatan
pajak dan kewajiban lain dari kerajaan
keagamaan dan upacara pemujaan terhadap
dengan tujuan agar penduduknya menjadi
bhatara termasuk pemeliharaan bangunan
penanggung jawab terhadap kelangsungan
suci (Boechari 1981).
usaha suci.

6 Pejabat desa 8 Pejabat pemungut pajak


7 Pengrajin besi 9 Wilayah suci (berhubungan dengan keagamaan)
Lutfillah, Akuntansi dalam Penetapan Sĩma Masa Jawa Kuno 268

Anugerah penetapan tanah Sĩma yang tidak berijin memasuki wilayah Sĩma
mengandung beberapa hal penting sebagai dan juga mendapatkan wewenang untuk
berikut. Pertama, Sĩma dapat diberikan atas mengatur sendiri besarnya denda-denda
permintaan (dapat juga diberikan atas inisi- atas tindak pidana dan perdata serta meng-
atif raja) sebagai suatu penghargaan. Kedua, gunakannya untuk kepentingan Sĩma.
penerima Sĩma memiliki berbagai kewajiban Selain itu kepala tanah Sĩma mempunyai
yang tidak hanya berkaitan dengan tugas- hak-hak istimewa berupa hal-hal yang
tugas keagamaan, tetapi juga tugas-tugas biasanya hanya dilakukan oleh raja, meng-
keamanan. Selain itu, penerima Sĩma juga gunakan atribut-atribut kerajaan, dan hak
memiliki bermacam hak yang mencerminkan atas budak, dayang, dan lain-lain.
adanya simbol-simbol yang menempatkan Meskipun telah mendapatkan predikat
dirinya sebagai perluasan kekuasaan pusat sebagai daerah yang dapat mengatur
di daerah (Suhadi 1994). pemerintahannya sendiri, tidak serta merta
Darmosoetopo (1995) menyatakan daerah Sĩma lepas dari aturan dan kebijakan
pejabat penerima Sĩma menyadari bahwa yang ditetapkan oleh pemerintah pusat.
melalui penganugerahan Sĩma melekat Pemerintah kerajaan membuat jadwal rutin
suatu kewajiban, yakni memelihara setiap tahun bagi daerah bawahannya
bangunan suci yang didirikan di atas tanah termasuk yang berstatus Sĩma untuk meng-
Sĩma miliknya. Bentuk pemeliharaaan yang hadiri perayaan agung. Hal ini dilakukan
paling nyata adalah dengan memberikan pemerintah pusat untuk mengetahui loyal-
sebagian hasil pajaknya untuk kepentingan itas masing-masing daerah bawahan kera-
bangunan suci yang berada di daerah Sĩma. jaan. Perayaan ini dilaksanakan setiap bulan
Kewajiban lainnya yaitu gotong royong Caitra10 dan Asuji11. Di setiap dua bulan
untuk perbaikan bangunan (buncang haji) tersebut, setiap penguasa daerah bawahan
dan sarana umum, serta kewajiban menga- diwajibkan hadir. Pertemuan ini membahas
dakan upacara keagamaan dengan menang- jalannya pemerintahan untuk keselamatan
negara (Mulyana 2005:46). Ketidakhadiran
gung seluruh biayanya. Upacara keagamaan
pemimpin suatu daerah dapat dianggap
ini dilakukan secara berkala dengan biaya
sebagai daerah dalam gejolak politik yang
yang tidak sedikit.
membahayakan posisi raja dan termasuk
Kepala Sĩma juga diberi kewajiban
dalam kategori daerah dalam pengawasan
untuk menjaga keamanan daerah dari para
khusus.
perusuh. Kewajiban yang lebih penting
Hak dan kewajiban yang melekat terh-
sebagai kepala Sĩma adalah mengatur
adap penganugerahan Sĩma, menunjukkan
jalannya pemerintahan di wilayah Sĩma,
bahwa dalam wilayah Sĩma terdapat pranata
terutama yang berkaitan dengan masalah
kerajaan dalam bentuk kecil, yakni ekonomi,
pajak. Kepala Sĩma bertanggung jawab atas sosial, hukum, dan agama. Atas dasar
penarikan segala macam jenis pajak (tanah, kenyataan tersebut, dapat dikemukakan
perdagangan, dan usaha) di wilayahnya dan bahwa para kepala Sĩma adalah orang-orang
membagikannya kepada pihak-pihak yang yang mewakili kepentingan raja di tingkat
berhak, yakni raja, bangunan suci yang ada desa. Pranata Sĩma merupakan bagian dari
di wilayah Sĩma dan dirinya sendiri. Kepala cara yang sengaja diciptakan oleh penguasa
Sĩma berkewajiban pula menetapkan besar- pusat karena memang diperlukan, terutama
kecilnya denda bila terjadi pelanggaran untuk mengukuhkan kekuasaan dalam
(sukhaduhka) di wilayahnya. Pelanggaran wilayah kerajaan yang tatanan masyara-
tersebut meliputi gangguan terhadap katnya masih memiliki otonomi yang relatif
ketetapan Sĩma maupun peristiwa kriminal kuat. Pengukuhan kekuasaan tersebut
di wilayah Sĩma. diseimbangkan dengan pranata sosial religi.
Hak kepala tanah Sĩma dan Hal ini dilakukan raja sebagai perwujudan
penduduknya, menurut Suhadi (1994) dari sifat-sifat belas kasih, pelindung, dan
adalah mendapatkan beberapa kelong- pengayom, serta tanggung jawab raja untuk
garan dalam hal pembayaran berbagai memakmurkan rakyatnya. Selain itu juga
jenis pajak dan pungutan. Kepala tanah sebagai pemenuhan kewajiban utama raja
Sĩma mendapat wewenang untuk mela- dalam mengembangkan dan memelihara
rang petugas pajak dan pegawai kerajaan agama dan moral.

10 Antara bulan Maret-April 11 Antara bulan September-Oktober


269 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 5, Nomor 2, Agustus 2014, Hlm. 264-274

Gambar 1. Empat tugu tapal batas (watu Sĩma) bertanda


Girindrawarddhana Lanchana.
Sumber: Koleksi Museum Trowulan (Foto: Koleksi Pribadi)

Praktik akuntansi dalam upacara utama yaitu Sang Hyang Watu Sĩma dan
penetapan Sĩma. Penetapan Tanah Sĩma Kulumpung15. Keduanya merupakan batu
merupakan hal yang sakral. Tidak semua yang diletakkan di tengah-tengah tempat
daerah dengan mudah mendapat anugerah upacara. Batu tersebut ditanam oleh Sang
Sĩma. Untuk melegalkan suatu daerah Akurug. Kedua batu tersebut mempunyai
menjadi Sĩma, diperlukan upacara khusus. fungsi utama dan sakral karena menjadi
Ritual upacara tersebut menurut Haryono pusat proses pelaksanaan upacara, selain
(1999:16) terdiri dari beberapa urutan itu ada pula batu yang sangat penting
sebagai berikut: 1) pemberian pasek-pasek12; sebagai tanda batas tanah (lihat gambar 1).
2) perlengkapan sesaji; 3) pendeta memimpin Prasasti Mamali 800 saka menyebutkan:...
upacara/ditandai dengan Sang Akurug13 sinunukanya ya watu Sĩma srang du...
memotong leher ayam dan memecah telur; artinya: ditancapi batu Sĩma di sudut-sudut
4) Sang Akurug menyembah kepada Sang tanah Sĩma. Batu tersebut yaitu wungkal
Syang Watu Sĩma14; 5) pengucapan sumpah susuk Sĩma yang ditanam pada titik-titik
kutukan kepada mereka yang melanggar; 6) batas daerah ditetapkannya Sĩma.
pesta makan minum. Pengucapan mantra dan sumpah,
Pembagian pasek-pasek pada awal merupakan pernyataan simbolis yang ditu-
upacara diberikan oleh penerima Sĩma jukan kepada siapa saja yang melanggar
kepada saksi-saksi, terdiri dari para pejabat ketentuan Sĩma. Ritual ini dibarengi dengan
pusat, pejabat desa, dan warga desa. Harta memotong kepala ayam dan membanting
kekayaan yang dibagikan berupa hadiah, telur. Maksud dari ritual tersebut adalah
umumnya berupa pakaian laki-laki, pakaian agar terdapat hubungan magis simbolis
wanita (kain atau ken), logam mulia dalam terhadap orang-orang yang di kemudian
bentuk perak dan emas. Jumlah pasek yang hari mengganggu keberadaan tanah Sĩma.
diberikan tidak sama, nilainya disesuaikan Dalam prasasti dinyatakan bahwa orang
dengan tingkat jabatan dan status sosial yang mengganggu keberadaan Sĩma akan
individu yang menerima hadiah. Pejabat mendapatkan malapetaka sebagaimana
yang lebih tinggi akan menerima pasek- yang ada dalam prasasti Pangumulan 824
pasek dengan kualitas lebih tinggi daripada Caka sebagai berikut (Haryono 1999:19):
yang kedudukannnya lebih rendah.
“...kadyangganing hayam pjahtan
Upacara penetapan Sĩma dipimpin
waluy mahurip, kadi lwirnikang
oleh Sang Akurug (yang mengurusi bidang
hantlu remuk satasimma”
keagamaan). Dalam prosesinya, pemimpin
upacara duduk mengelilingi obyek Artinya:

12 Hadiah berupa uang, pakaian, hewan, emas dan ter- 14 Batu berbentuk lingga ( simbol dewa Siwa: raja
nak. Diberikan saat upacara penetapan Sĩma. dewa), yang ditempatkan di tengah-tengah tempat
13 Pemimpin agama upacara.
15 Batu penanda pemberian tanah.
Lutfillah, Akuntansi dalam Penetapan Sĩma Masa Jawa Kuno 270

Gambar 2. Prasasti Sĩma dari Girindrawarddhana Dyah


Ranawijaya (1468) Dari Dusun Sidotopo, Mojokerto.
Sumber: Koleksi Museum Trowulan

“..seperti tubuh ayam yang telah Upacara selanjutnya menyembah


mati tidak dapat kembali hidup kepada Sang Hyang Watu Kulumpang16
lagi, seperti telur yang telah re- sebagai tanda bahwa mereka akan tunduk
muk berkeping-keping” pada ketentuan-ketentuan di daerah Sĩma
dan menjaga daerah Sĩma. Agar tidak terjadi
penyalahgunaan atau pengubahan dari
Terkadang, ditambah kalimat:
pihak yang memiliki kepentingan pribadi di
“...kadi parnnah sang hyang Brah- tanah Sĩma, maka penetapan Sĩma diperkuat
ma tumunubra ikang kayu saka dengan dibuatnya piagam keputusan berupa
gegongan hilang gesengtanpa prasasti (lihat Gambar 2). Segala aktivitas
hamban hawu kerir” dan biaya yang dikeluarkan untuk upacara
penetapan sima dicatat oleh Citralekha17 di
Artinya:
prasasti.
“...seperti api membakar kayu Dapat dikatakan, Citralekha merupakan
karena apinya besar, kayu terba- sebutan seorang akuntan di masa Jawa
kar semuanya dan abunya hilang Kuno. Prasasti merupakan alat pertanggung-
tertiup angin.” jawaban Citralekha sebagai akuntan untuk
melaporkan semua aktivitas yang terjadi
Adapun malapetaka tersebut dise- secara transparan. Pertanggungjawaban ini
butkan dalam sumpah kutuk yang merupakan bentuk akuntabilitas Citralekha
diucapkan oleh pemimpin upacara. Sumpah terhadap raja, penduduk, dan Tuhan yang
kutuk tersebut diucapkan dengan jelas agar Maha Esa.
didengarkan oleh para hadirin. Sumpah Ritual aktivitas penetapan Sĩma diawali
ini memberikan peringatan kepada siapa dengan pemberian pasek-pasek. Makna
saja yang di kemudian hari mengganggu yang terkandung adalah tindakan pembe-
keberadaan Sĩma akan mendapat petaka rian ini dipercaya akan membawa pening-
dan kesengsaraan yang mengerikan sepan- katan kualitas kehidupan saat ini dan di
jang hidup. Di samping itu, dimintakan juga kehidupan selanjutnya. Suatu pemberian
kepada para makhluk halus penjaga mata tidak berhenti pada saat tindakan tersebut
angin untuk melindungi kelestarian Sĩma. telah dilakukan. Harta yang dibagikan
Kutukan tersebut diucapkan agar tidak ada tersebut akan kembali dengan jumlah yang
yang berani mengusik ketetapan Sĩma. makin berlimpah dalam bentuk apapun
yang jumlahnya tidak dapat dilogika. Jika

16 Batu penanda pemberian tanah 17 Pejabat yang bertanggungjawab terhadap lalu lintas
keuangan Kerajaan.
271 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 5, Nomor 2, Agustus 2014, Hlm. 264-274

Gambar 3. Peta Batas Daerah Sĩma Tahun 1294


Sumber: Pinardi dan Mambo (1997:203)

memberi satu, maka akan menerima bukan besar dari raja, yang mana tidak semua
lagi satu, tapi bisa saja menerima lebih dari orang dengan mudah mendapatkan Sĩma.
tujuh kali lipat dari jumlah yang diberikan. Dengan ditetapkannya daerah Sĩma, maka
Dalam budaya timur, memberi masih mendapatkan hak khusus dan martabatnya
dipercayai sebagai rahasia dari kebaha- menjadi terangkat karena di beri gelar
gian dan keberuntungan. Dengan memberi, kehormatan. Selain itu tanah Sĩma berlaku
bukan berarti yang memberi akan menjadi untuk waktu yang lama (Darmosutopo
orang yang jatuh miskin, justru mendapat 1997:181). Adapun biaya yang dapat diiden-
kehidupan yang lebih berkah. tifikasi untuk menyelenggarakan upacara
Upacara penetapan Sĩma tidak terlepas penetapan Sĩma, adalah pasek-pasek,
dari peran pemimpin agama. Hal ini menun- biaya sajian untuk watu kulumpang, biaya
jukkan bahwa penetapan Sĩma bukan saja pengadaan pesta makan bersama, biaya
perjanjian satu arah antar rakyat terhadap hiburan, dan biaya lain-lain.
raja, tetapi juga merupakan perjanjian suci Pasek-pasek, komponen ini mungkin
antara manusia dengan sang pencipta. merupakan biaya terbesar dari seluruh
Pengucapan sumpah dan mantra bertu- biaya dalam rangkaian upacara penetapan
juan agar penduduk di wilayah Sĩma tidak Sĩma. Seperti telah disebutkan di atas bahwa
melakukan pemberontakan terhadap kera- dalam upacara ini diberikan hadiah kepada
jaan. Ancaman merupakan gambaran para saksi yang mewakili pejabat paling
bentuk hukum kerajaan agar keadaan tinggi di kerajaan hingga wakil-wakil desa di
menjadi aman dan damai. Kehidupan yang sekelilingnya. Hadiah yang diberikan dengan
aman dan damai dapat menumbuhkan jumlah dan kualitas yang umumnya mengi-
kesejahteraan dimana raja mengutamakan kuti tingkatan hirarki berupa emas, perak,
kepentingan rakyatnya. pakaian laki-laki (wdihan), dan pakaian
Biaya upacara penetapan Sĩma. perempuan (ken). Menurut Fitriati (1990)
Upacara penetapan Sĩma memerlukan biaya hitungan pasek-pasek dalam prasasti Poh
yang besar. Biaya upacara yang dikeluarkan (905 M) menunjukkan angka 2,148759 kg
terkadang lebih besar daripada pendapatan emas untuk penyelenggaraan upacara pene-
Sĩma setiap tahun. Tetapi penerima Sĩma tapan Sĩma. Selanjutnya, dalam prasasti
tetap melaksanakan upacara tersebut juga disebutkan pasek-pasek yang diberikan
karena penerima Sĩma mendapat anugerah untuk setiap individu. Pasek-pasek tersebut
Lutfillah, Akuntansi dalam Penetapan Sĩma Masa Jawa Kuno 272

berupa bebed18 1 yugala19, emas 4 massa20, Sĩma, dan penataan tanah lapang untuk
kerbau 1 ekor, dan kambing 5 ekor (Haryono penyelenggaraan upacara. Selain itu juga
1999). Melihat gambaran biaya yang dike- menyiapkan bangunan sementara sebagai
luarkan untuk upacara penetapan Sĩma tempat berteduh. Tidak lupa peran tenaga
yang sangat besar, dapat dipandang sebagai juru masak yang harus menyediakan
upacara saling memberi antara penguasa makanan bagi banyak orang dalam waktu
dan pejabat desa yang bersangkutan. Dengan yang tepat, karena acara penetapan Sĩma
mekanisme ini barang hasil produksi dapat tidak berlangsung satu hari. Prasasti Taji
terkumpul pada satu atau beberapa individu (901 M) menyebutkan bahwa peristiwa
yang akan dibagi kepada orang-orang dari perayaan semacam ini berlangsung kurang
berbagai lapisan sosial. lebih dua hari (Haryono 1999).
Sajian untuk watu kulumpang, sajian Besarnya biaya yang dikeluarkan untuk
ini berupa peralatan atau benda-benda upacara penetapan Sĩma jika dibanding
tertentu yang memiliki arti simbolik tertentu. dengan pendapatan Sĩma, tidak dimaknai
Benda tersebut jika dikelompokkan menjadi sebagai sesuatu yang akan merugikan.
perlengkapan dapur dari bahan tembaga Biaya tersebut sebagai perwujudan untuk
dan perunggu, peralatan makan minum, penyucian diri berkaitan dengan penetapan
perlengkapan pertanian, perkebunan dan wilayah menjadi Sĩma. Keterlibatan berbagai
pertukangan, binatang hidup serta kepala pihak dalam menyiapkan dan melaksanakan
kerbau, alat senjata, beras dan jajan pasar, upacara penetapan Sĩma menunjukkan
serta lima jenis bahan upacara diantaranya adanya rasa solidaritas antara penduduk
kemenyan dan bunga (Haryono 1999). dari desa yang dijadikan Sĩma maupun
Rahardjo (2011:306) menambahkan setida- dengan penduduk dari desa lain. Dengan
knya ada 42 jenis benda sajian untuk watu ditetapkannya wilayah sebagai Sĩma, otom-
kulumpang. atis berpengaruh terhadap kepemilikan.
Pesta makan bersama, pada umumnya Kepemilikan di sini dinilai sebagai kewajiban
acara pesta dilakukan pada bagian penutup rakyat pada penguasanya dalam hubun-
dalam upacara. (Boechari 1985) menye- gannya dengan tindakan keagamaan. Pada
butkan jumlah pesertanya bisa mencapai prinsipnya, mengejar dan berusaha dengan
392 orang sebagaimana diketahui dari tujuan menumpuk kekayaan duniawi,
prasasti Taji. Hitungan jumlah bahan bukanlah sesuatu yang paling utama. Aspek
makanan dari prasasti ini adalah beras spiritual dengan berbagai macam prosesi
57 karung (kadut), kerbau enam ekor dan dalam penetapan Sĩma mengandung unsur
ayam 100 ekor. Di luar itu disajikan juga penyucian diri.
lauk-pauk berupa daging atau ikan yang
diawetkan, sayur-sayuran dan minuman- SIMPULAN
minuman, termasuk minuman beralkohol. Praktik akuntansi dalam penetapan
Prasasti lainnya menyebutkan juga daging Sĩma memiliki nilai luhur yang bercirikan
sapi, babi dan kijang. budaya Indonesia masa Jawa kuno.
Biaya hiburan, merupakan acara yang Anugerah penetapan tanah Sĩma meru-
biasanya dilakukan sesudah seluruh acara pakan suatu penghargaan raja kepada
selesai. Prasasti-prasasti Panggumulan, wilayah tertentu, untuk mengurusi sendiri
Poh, dan Wukajana menyebutkan beberapa daerah Sĩma yang tujuannya adalah untuk
macam hiburan, yakni menari (mangigel), kegiatan keagamaan. Penerima Sĩma juga
lawak (mabanyol), pertunjukan topeng memiliki hak dan kewajiban khusus yang
(matapukan), dan pertunjukan wayang yang tidak diberikan oleh wilayah lain. Pranata
bersifat sakral (mawayang buat hyang) Sĩma merupakan bagian dari cara yang
(Boechari 1981). sengaja diciptakan oleh penguasa pusat
Biaya lain-lain, penyelenggaraan untuk mengukuhkan kekuasaan wilayah
upacara penetapan Sĩma menuntut Kerajaan. Pengukuhan tersebut diseim-
persiapan-persiapan dan pengaturan yang bangkan dengan pranata sosial religi.
membutuhkan biaya atau keterlibatan Berbagai macam ritual upacara
banyak orang. Bentuknya adalah persiapan dilakukan dalam penetapan Sĩma. Mulai
pertemuan-pertemuan, penyediaan watu dari pembagian hadiah, berdoa kepada

18 Kain. 20 Satuan berat emas.


19 Satuan ukuran untuk kain.
273 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 5, Nomor 2, Agustus 2014, Hlm. 264-274

sang pencipta, pembacaan peraturan Sĩma Dwijanto, D. 1997. Perpajakan Pada masa
yang berisi mantra dan perjanjian. Untuk Majapahit. In K. Sartono. dkk (Ed.), 700
memperkuat penetapan wilayah Sĩma Tahun Majapahit: Suatu Bunga Ram-
dibuatkan piagam yang ditulis dalam prasasti pai. Dinas Pariwisata Propinsi Daerah
oleh Citralekha. Tugas juru catat (Citralekha) Tingkat 1 Jawa Timur. Surabaya.
tersebut mempunyai peranan dan fungsi Fitriati, R. 1990. Pasek-Pasek dari Prasasti
sebagaimana akuntan dimasa sekarang Masa Balitung dan Sindok In E. Sedy-
(lihat penjelasan pada Tabel 1). Pencatatan awati (Ed.), Monumen: Karya Persem-
segala aktivitas pada penetapan Sĩma oleh bahan Untuk Prof Dr. R. Soekmono.
Citralekha sebagai bentuk transparansi dan Vol. 11. Seri Penerbitan Ilmiah. Depok.
akuntabilitasnya sebagai akuntan di masa Gomes, D. 2008. “The Interplay Of Concep-
tersebut. Pertanggungjawaban akuntansi tions Of Accounting And Schools Of
tersebut bukan hanya kepada raja dan Thought In Accounting History. Ac-
masyarakat, tetapi juga kepada Tuhan yang counting History, Vol. 13, hlm 479-509.
maha Esa.
Haryono, T. 1999. “Sang Hyang Watu Teas
Pemberian hadiah bermakna bahwa
Dan Sang Hyang Kulumpung: Perleng-
dengan memberi akan membawa pada
kapan Ritual Upacara Penetapan Sima
peningkatan kualitas dalam kehidupan saat
Pada Masa Kerajaan Mataram Kuna”.
ini dan di kehidupan selanjutnya sehingga
Humaniora, Vol. 12, edisi. September-
kehidupan semakin berkah. Unsur spiri-
Desember, hlm 14-21.
tual juga kental terasa ketika pemimpin
agama turut andil dalam penetapan Sĩma, Istari, T. M. R. 2007. “Sapta Dalam Beberapa
yang merupakan perjanjian yang bukan Prasasti ”. Berkala Arkeologi, XXVII(1),
rakyat terhadap raja, tetapi juga merupakan hlm 60-73.
perjanjian suci antara manusia dengan sang Magetsari, N. 2010. Paradigma Baru Arke-
pencipta. Tahapan pengucapan sumpah dan ologi. Diunduh tanggal 8 September
mantra mempunyai tujuan untuk mencip- 2014. http://www.fib.ui.ac.id.
takan suasana yang aman dan damai di Mulawarman, A. D. 2013. “Nyanyian
daerah Sĩma. Dengan kehidupan yang aman Metodologi Akuntansi ala Nataatmadja:
dan damai dapat membangun kesejahteraan Melampaui Derridian Mengembangkan
dimana raja mengutamakan kepentingan Pemikiran Bangsa “Sendiri”. JAMAL,
rakyatnya. Dan tak kalah pentingnya, Vol. 4, No. 1, hlm 149-164.
besarnya biaya penetapan yang sangat besar Mulyana, S. 2005. Menuju Puncak Kemega-
dibanding dengan pendapatan Sĩma, dipan- han: Sejarah Kerajaan Majapahit. LKiS
dang sebagai suatu kebutuhan yang sakral Yogyakarta. Yogyakarta.
sebagai sarana penyucian diri hambanya. Napier, C. J. 2006. “Accounts Of Change:
30 Years Of Historical Accounting Re-
DAFTAR RUJUKAN search”. Accounting, Organizations
Boechari. 1981. “Ulah Para Pemungut Pajak and Society, Vol. 31, No. 4–5, hal 445-
di dalam Masyarakat Jawa Kuno”. Ma- 507. doi: http://dx.doi.org/10.1016/j.
jalah Arkeologi, Vol.IV, hlm 67-87. aos.2005.12.004.
Boechari. 1985. Prasasti Koleksi Museum Nastiti, T. 2003. Pasar Di Jawa Masa Mata-
Nasional 1. Proyek Pembangunan Mu- ram Kuno Abad VIII-XI M.: Dunia Pusta-
seum Nasional. Jakarta. ka Jaya. Jakarta.
Boechari. 2012. Melacak Sejarah Kuno In- Pinardi, S., dan W.S.D Mambo. 1997. Perda-
donesia Lewat Prasasti. Kepustakaan gangan Pada masa Majapahit. In K.
Populer Gramedia. Jakarta. Sartono. dkk (Ed.), 700 Tahun Majapa-
Darmosoetopo, R. 1995. Dampak Kutukan hit: Suatu Bunga Rampai. Dinas Pari-
dan Denda terhadap Penetapan Sima wisata Propinsi Daerah Tingkat 1 Jawa
pada Masyarakat Jawa Kuno. Proyek Timur. Surabaya.
Penelitian Purbakala. Jakarta. Potter, B. N. 2005. “Accounting As A Social
Direktorat Jendral Otonomi Daerah. 2004. And Institutional Practice: Perspectives
Undang-Undang Republik Indonesia No- To Enrich Our Understanding Of Ac-
mor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerin- counting Change”. Abacus, Vol. 41, No.
tahan Daerah. Jakarta. 3, hlm 265-289. doi: 10.1111/j.1467-
6281.2005.00182.x
Lutfillah, Akuntansi dalam Penetapan Sĩma Masa Jawa Kuno 274

Rahardjo, S. 2011. Peradaban Jawa: dari Suliyanto, R. A. 2004. Etnografi Untuk Arke-
Mataram Kuno Sampai Majapahit Akhir. ologi: Suatu Upaya Membangun Model
Komunitas Bambu. . Depok. Penelitian. Humaniora, Vol. 16, No. 2,
Suhadi, M. 1994. “Hak Dan Kewajiban Ke- hlm 177-188.
pala Tanah Sima Dalam Masa Majapa- Tanudirjo, D. H. 1994. “Epigrafi Indonesia
hit”. Berkala Arkeologi, Edisi Khusus, Dalam Kerangka Pikir Pasca-Modern”.
hlm 78-81. Berkala Arkeologi, Edisi Khusus, hlm
10-15.

Anda mungkin juga menyukai