Artikel Rekayasa Gempa - Natasya Jihan W - 4218210079
Artikel Rekayasa Gempa - Natasya Jihan W - 4218210079
REKAYASA GEMPA
‘MENGANALISIS KEKUATAN GEMPA BUMI
PADANG SUMATERA BARAT 2009’
DOSEN
Fadli Kurnia, ST, MT
DISUSUN OLEH
Natasya Jihan Widodo 4218210079
TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PANCASILA
2021
Abstract
Earthquake is a phenomenon caused by the sudden release of energy which produces
seismic wave radiation. On the surface of the earth, earthquakes can be felt in the form of
shaking or shifting the ground, and sometimes causing tsunamis which of course can destroy
anything above the earth's surface. Most earthquakes are caused by the release of energy
generated by the pressure of a moving plate. Over time the pressure increases and eventually
reaches a state where the pressure can no longer be held by the edge of the plate. That's
when an earthquake will occur. Earthquakes usually occur at the boundaries of these plates.
The most severe earthquakes usually occur at the boundary of the compressional and
translational plates. The focal earthquake is most likely to occur because the material in the
lithosphere layer that is squeezed in undergoes a phase transition at a depth of more than
600 krn. Several other earthquakes can also occur due to the movement of magma inside the
volcano. An earthquake like that can be a symptom of an impending volcanic eruption. The
2009 West Sumatra earthquake occurred with a magnitude of 7.9 on the Richter scale off the
coast of West Sumatra at 17: 16: 10 WIB on September 30, 2009. The earthquake caused
severe damage to the city of Padang.
Keywords : Earthquake, Earthquake in Padang
Abstrak
Gempa bumi merupakan suatu fenomena yang disebabkan oleh terlepasnya energi secara
tiba-tiba yang menghasilkan radiasi gelombang seismik. Di permukaan bumi, gempa bumi
dapat dirasakan dalam bentuk goncangan atau pergeseran tanah, dan terkadang menyebabkan
tsunami yang tentu saja dapat menghancurkan apa saja yang ada di atas permukaan bumi.
Kebanyakan gempa bumi disebabkan oleh pelepasan energi yang dihasilkan tekanan
lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai
pada keadaan dimana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan.
Pada saat itu lah gempa bumi akan terjadi. Gempa bumi biasanya terjadi di perbatasan
lempengan tersebut. Gempa bumi yang paling parah biasanya terjadi di perbatasan
lempengan kompresional dan translasional. Gempa bumi fokus dalam kemunglunan besar
terjadi karena materi lapisan litosfer yang terjepit kedalam mengalami transisi fase pada
kedalaman lebih dari 600 krn. Beberapa gempa bumi lain juga dapat terjadi karena
pergerakan magma di dalam gunung berapi. Gempa bumi seperti itu dapat menjadi gejala
akan terjadinya letusan gunung berapi. Gempa bumi Sumatera Barat 2009 terjadi dengan
kekuatan 7,9 Skala Richter di lepas pantai Sumatera Barat pada pukul 17: 16: 10 WIB tanggal
30 September 2009. Gempa tersebut menyebabkan kerusakan parah di Kota Padang.
Kata Kunci : Gempa Bumi, Gempa Bumi di Padang
LATAR BELAKANG
Gempa bumi merupakan suatu fenomena yang disebabkan oleh terlepasnya energi secara
tiba-tiba yang menghasilkan radiasi gelombang seismik. Di permukaan bumi, gempa bumi
dapat dirasakan dalam bentuk goncangan atau pergeseran tanah, dan terkadang menyebabkan
tsunami yang tentu saja dapat menghancurkan apa saja yang ada di atas permukaan bumi.
Secara umum gempa bumi diakibatkan oleh aktivitas tektonik maupun volkanik. Gempa
bumi tektonik disebabkan oleh patahnya massa batuan di bawah permukaan bumi.
Penunjaman kerak samudera ke bawah kerak benua pada jalur subduksi dengan gerakan yang
lambat tapi cenderung konstan menyebabkan terjadi tegangan akibat pergesekan. Pada saat
tegangan tersebut terakumulasi dan akhirnya mencapai suatu nilai kritis, maka massa batuan
yang menerima tegangan tersebut bisa runtuh atau patah. Secara umum bencana alam yang
disebabkan oleh aktivitas tektonik lempeng dapat berupa gempa bumi maupun letusan
gunung berapi. Baik gempa bumi maupun gunung berapi yang sumber aktivitasnya berada
di laut bisa menyebabkan bencana tsunami pada kekuatan tertentu. Tektonik lempeng atau
plate tectonics merupakan teori yang relatif baru yang berkembang sekitar tahun 1960 dan
1970 dan telah merevolusi cara berfikir para ahli geologi tentang bumi. Menurut teori ini,
permukaan bumi terbagi-bagi menjadi beberapa lempeng besar. Ukuran dan posisi lempeng-
lempeng tersebut selalu berubah setiap waktu. Batas-batas dari lempeng tersebut, dimana
lempeng saling bergerak satu dengan yang lain, merupakan tempat-tempat yang berpotensi
terhadap aktivitas geologi, seperti gempa bumi, gunung berapi, dan pembentukan jalur
pegunungan. Pergerakan lempeng saling mendekati akan menyebabkan tumbukan
(subduksi), dimana salah satu dari lempeng akan menunjam ke bawah yang lain. Daerah
penunjarnan membentuk suatu palung yang dalam, yang biasanya merupakan jalur gempa
bumi yang kuat. Posisi Indonesia yang berada di tengah-tengah tiga lempeng besar, yakni
lernpeng India, Australia dan Pacific menyebabkan wilayah di tanah air memiliki jalur
lernpeng yang saling berdempetan. Provinsi Sumatera Barat berada diantara pertemuan dua
lempeng benua besar (lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia) dan patahan (sesar)
Semangko. Di dekat pertemuan lempeng terdapat patahan Mentawai. Ketiganya merupakan
daerah seismik aktif. Menurut catatan ahli gempa wilayah Sumatera Barat memiliki siklus
200 tahunan gempa besar yang pada awal abad ke-21 telah memasuki masa berulangnya
siklus. Penyebab gempa berkekuatan 7,9 Skala Richter yang mengguncang wilayah
Sumatera Barat dan sekitamya disebabkan akibat pergerakan dari dua lempeng yang berada
di kawasan Sumatera Barat yaitu lempeng tektonik Samudera Hindia dan lempeng Asia di
Pantai Barat Sumatera. Lempeng tektonik Samudera Hindia menujam di bawah lernpeng
Asia yang beradadi Sumatera. Energi yang dilepaskan itu akibat penujaman itu menjadi
gempa. Gempa yang terjadi di Sumbar karena adanya salah satu lempeng yang berada di
bawah kedalaman 71 krn di dasar laut yang patah.
Gambar 2. Wilayah Gempa Indonesia dengan percepatan puncak batuan dasar dengan periode
ulang 500 tahun
Apabila percepatan puncak muka tanah A0 tidak di dapat dari hasil analisis perambatan
gelombang pada pasal 4.6.1, percepatan muka tanah tersebut untuk masing masing wilayah
gempa dan untuk masing masing jenis tanah sudah ditetapkan dalam tabel 1.
Tabel 1. Percepatan puncak batuan dasar dan percepatan puncak muka tanah untuk masing masing
wilayah Gempa Bumi Indonesia
Di sebelah barat pulau Sumatera terdapat banyak pulau kecil dan sedang, mulai dari
Simeulue di utara sampai Enggano di selatan (Tenggara). Pulau-pulau ini merupakan batuan
sedimen yang terangkat akibat peristiwa tektonik serta subduksi (tumbukan) lempeng India-
Australia dengan Eurasia yang sudah berlangsung sejak puluhan juta tahun yang lalu. Karena
pulau-pulau ini dekat dengan bidang pergesekan kedua lempeng, makai a dekat dengan
sumber gempa. Sehinga gempa gempa yang bersumber dekat dengan pulau ini biasanya
kedalamannya sangat dangkal. Tentu saja resiko ancaman kerusakan akibat gempa menjadi
lebih besar. Ditambah dengan adanya patahan patahan naik dibawah pulau sampai ke batas
lempeng, yakni palung. Maka ada lagi potensi bencana yang mengikuti gempa yang terjadi
yaitu tsunami. Namun kejadian tsunami ini frekuensinya tidak terlalu besar, karena ada 4
syarat terjadinya tsunami, yaitu :
1. Episenter berada di dasar laut
2. Kekuatan gempa > 6,5 SR
3. Kedalaman pusat gempa sangat dangkal (<30 km)
4. Terjadi dislokasi batuan secara vertical.
Kekuatan gempa atau yang biasa disebut Magnitudo merupakan besar energi yang
dikeluarkan oleh pusat gempa yang dapat diukur dengan satuannya yaitu Skala Richter (SR).
Skala Richter merupakan satuan nilai skala yang digunakan untuk menghitung mangnitude
gempa bumi dalam bentuk kenaikan logariitme. Di mana kekuatan gempa ini dihitung
dengan angka arab yaitu 0 sampai 10 dan dapat juga menggunakan angka koma. Gempa
digolongkan menjadi 4, yaitu :
1. Gempa Lemah = besar Magnitudo < 3,5 SR.
2. Gempa Sedang = besar Magnitudo 3,5 SR sampai 5,5 SR.
3. Gempa Kuat = besar Magnitudo 5,5 SR sampai 7 SR.
4. Gempa Sangat Kuat = besar Magnitudo > 7 SR.
Sedangkan berdasarkan kedalamannya, gempa bumi dibedakan menjadi 3. Yaitu :
1. Gempa Bumi Dalam gempa bumi yang hiposentrumnya (pusat gempa) berada lebih dari
300 km di bawah permukaan bumi (di dalam kerak bumi). Gempa bumi dalam pada
umumnya tidak terlalu berbahaya.
2. Gempa Bumi Menengah gempa bumi yang hiposentrumnya berada antara 60 km sampai
300 km di bawah permukaan bumi.gempa bumi menengah pada umumnya menimbulkan
kerusakan ringan dan getarannya lebih terasa.
3. Gempa Bumi Dangkal Gempa bumi dangkal adalah gempa bumi yang hiposentrumnya
berada kurang dari 60 km dari permukaan bumi. Gempa bumi ini biasanya menimbulkan
kerusakan yang besar.
Magnitude gempa adalah sebuah besaran yang menyatakan besarnya energi seismic yang
dipancarkan oleh sumber gempa. Skala yang kerap digunakan untuk menyatakan magnitude
gempa adalah Skala Richter (Richter Scale). Magnitude gempa dapat dihitung dengan
persamaan berikut ini :
M = 1,3 + 0,6 lo
Keterangan : M = Magnitudo
lo = intensitas Skala Mercalli
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika mencatat gempa bumi di Padang Sumatera
Barat berskala 7,9 skala richter paling dirasakan di wilayah Kabupaten Padang Pariaman.
Skala kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa atau modified Mercalli intensity (MMI)
tercatat paling besar terjadi di Padang Pariaman, yakni VII-VII MMI. Menurut Kepala
Bidang data dan informasi BMKG Wilayah 1 Medan, gempa bumi tejadi pada pukul 17.16
WIB dengan pusat gempa di 0,84 Lintang Selatan dan 99,65 Bujur Timur, dan berada pada
kedalaman 87 kilometer dari permukaan laut. Pusat gempa berada kurang lebih 57 kilometer
barat daya Padang Pariaman, Sumatera Barat.
Menurut data pemerintah daerah Sumatera Barat, peristiwa ini mengakibatkan 1.117 orang
tewas dan 2.329 lainnya terluka, 279.000 bangunan mengalami kerusakan. Dan berdampak
pada 1.250.000 warga di Kawasan. Gempa bumi ini terasa di seluruh Kawasan Sumatera,
Jabodetabek, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Singapura.
Berdasarkan rumus diatas, kita dapat menghitung besarnya magnitude gempa yang terjadi di
Padang Sumatera Barat dengan diketahui intensitas Skala Mercalli nya yaitu VII MMI,
sebagai berikut :
M = 1,3 + 0,6 lo
M = 1,3 + 0,6 (7)
M = 5,5 Skala Richter
Maka, gempa yang terjadi pada intensitas Skala Mercalli VII MMI memiliki kekuatan
sebesar 5,5 SR.
Lalu, bagaimana dengan energi yang dihasilkan pada saat gempa terjadi? Jika kita sudah
berhasil menentukan besaran magnitude, kita dapat menghitung besaran energi yang
terbuang. Untuk menghitung energi E, kita dapat menggunakan rumus sebagai berikut :
Jadi, pada magnitude 5,5 Skala Richter di dapatkan energi yang dilepaskan sebesar
112,46 ton TNT.
KESIMPULAN
Dari karya tulis yang saya buat, maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Gempa Bumi Sumatera Barat 2009 terjadi pada tanggal 30 September 2009 pada pukul
17:16:10 WIB dan berkekuatan 7.9 skala richter.
2. Lokasi Gempa berada di kota Padang, secara geografis terletak pada 00~44'00" -
01°08'35" LS dan 100~05'05" - 100~34'09" BT.
3. Skala kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa atau modified Mercalli intensity
(MMI) tercatat paling besar terjadi di Padang Pariaman, yakni VII-VII MMI.
4. Pusat gempa berada kurang lebih 57 kilometer barat daya Padang Pariaman, dan berada
pada kedalaman 87 kilometer dari permukaan laut
5. Hasil perhitungan Magnitude yang telah terurai di atas, didapatkan besar Magnitude
gempa di Padang pada intensitas yang terjadi VII MMI memiliki kekuatan sebesar 5,5
Skala Richter.
6. Hasil perhitungan besar energi yang dilepaskan yang telah terurai di atas, didapatkan
energy yang dilepaskan pada magnitude sebesar 5,5 SR yaitu sebesar 112,46 ton TNT.
DAFTAR PUSTAKA
Ni Komang Tri Suandayani, SSi, MSi, Ir. S. Poniman, M.Si, 2017, PENENTUAN NILAI
MAGNITUDO GEMPA VULKANIK GUNUNG GUNTUR JAWA BARAT BERDASARKAN
DATA SEISMIK, Bukit Jimbaran.
SNI 1726-2002, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung
dan Non Gedung
SNI 1726-2012, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung
dan Non Gedung
Arfiadi Yoyong, 2012, PENGARUH PENETAPAN SNI GEMPA 2012 PADA DESAIN
STRUKTUR RANGKA MOMEN BETON BERTULANG DI BEBERAPA KOTA DI INDONESIA.
Mustafa Badrul, 2010, Analisis Gempa Nias dan gempa Sumatera Barat dan Kesamaannya yang
tidak menimbulkan tsunami, Padang, Universitas Andalas.