Disusun Oleh
Kelompok 2/A18.1
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2021
KAJIAN LITERATUR DAN PENDAHULUAN
A. Kajian Literatur
4. Nur Alfiyah, Tetti Gambaran Faktor – Metode penelitian a. Terdapat 310 a. 158 responden tidak beresiko Jurnal
Solehati, dan Titin Faktor Yang menggunakan responden yang responden (51%) dan berisiko Keperawatan
Sutini (2018) Berhubungan penelitian deksriptif terdiri dari kelas ada 152 responden (49%), ini Indonesia, 2 (2)
Dengan Perilaku dan kuantitatif VII 110 orang, membuktikan hampir setengah
Seksual Pranikah kelas VIII 100 dari total sampel berisiko
Pada Remaja Di orang, dan kelas berperilaku seksual pranikah
SMP N 1 Solokan IX 100 orang b. tingkat pengetahuan terkait
Jeruk Kabupaten b. Pengambilan perilaku seksual pranikah
Bandung sampel dengan remaja di SMPN 1 Solokan
menggunakan Jeruk ada 153 responden
teknik (49,4%) rendah dan 152
propotional responden (50,6%) tinggi
statified sampling c. pengaruh norma keluarga
c. Instrumen yang terhadap perilaku seksual
dilakukan yaitu berupa adanya pengawasan
terdiri dari 50 orang tua (58,4%) dan yang
pertanyaan kurang ketat (41,6%)
dengan kuisioner d. ketaatan terhadap norma
tertutup agama pada remaja SMPN 1
Solokan jeruk yang taat
(53,9%) dan kurang taat
sebanyak (46,1%)
e. angka penggunaan smartphone
pada murid-murid di SMP 1
Solokan Jeruk disana ada
(60,6%) tidak dan (39,4) ya
digunakan dalam hal terkait
perilaku seksual pranikah
8. Edi Purwanto dan Gambaran Perilaku Jenis Penelitian Remaja yang ada di Sebagian besar responden berjenis Mahakam
Umi Kalsum (2018) Seksual Pranikah bersifat deksriptif kota Samarinda dan kelamin perempuan (57,6%), Nursing Journal,
Remaja di Kota dengan menggunakan memenuhi kriteria menempuh pendidikan SMA/SMK 2(3), 126-133.
Saamarinda tahun metode observasional. Inklusi penelitian, (69,6%), dan berusia 19 tahun
2016. sebesar 125 orang (20,0%). Responden yang
remaja. melakukan kegiatan seksual :
Teknik sampling a. “Bergandengan Tangan”
yang digunakan sebanyak 97,6 %
adalah consecutive b. “Berpelukan dan Membelai”
sampling dan sebanyak 59,2 %
dilakukan bulan c. “Berciuman” sebanyak 68,0 %
November 2016. d. “Berciuman dengan Lidah”
sebanyak 56,0 %
e. “Meraba-raba alat kelamin”
sebanyak 45,6 %
f. “Masturbasi” sebanyak 35,2 %
g. “Oral Seks”sebanyak44,0 %
h. “Seks Melalui Anus”
sebanyak 34,4
i. “Seks Melalui Vagina”
sebanyak 45,6 %.
Sebagian besar responden
melakukan hubungan seksual
pertama kali pada usia 17 tahun
sebanyak 11,2 %, dan usia termuda
pada saat melakukan hubungan
seksual adalah usia 12 tahun.
9. Rizal Haryanto dan Perilaku Seksual Jenis Penelitian Sampel penelitian a. Tingkat pengetahuan Jurnal
Ketut Suarayasa Pranikah pada bersifat deksriptif adalah siswa SMA responden mengenai seks Academica Fisip
(2013) Siswa SMA Negeri dengan menggunakan Negeri 1 Palu yang pranikah yaitu kategori baik Untad, 5 (2),
1 Palu metode observasional duduk di kelas 1 dan 75 orang (63%), kategori 1118-1125
2 tahun ajaran cukup 39 orang (32,8%), dan
2012/2013 dengan kategori kurang 5 orang
jumlah responden (4,2%).
sebanyak 119 orang. b. Tingkat pengetahuan
Metode pengambilan responden berdasarkan usia
sampel yang yaitu dari 33 responden, yang
digunakan adalah berpengetahuan baik sebanyak
Purposive Sampling 26 orang (78,8%) pada usia 15
tahun.
c. Sikap responden mengenai
seks pranikah yaitu pada
kategori baik 111 orang
(93,3%), kategori cukup 8
orang (6,7%), dan tidak ada
responden yang memiliki
sikap kurang mendukung dan
tidak mendukung (negatif).
d. Aktivitas seks pranikah
responden yaitu pada kategori
resiko rendah 87 orang
(73,1%), beresiko sedang 25
orang (21%), dan beresiko
tinggi 7 orang (5,9%).
e. Aktivitas seks pranikah
responden berdasarkan umur
yaitu pada kategori resiko
rendah pada umur 16 tahun
sebanyak 44 orang (78,6%).
f. Aktivitas seks pranikah
responden berdasarkan jenis
kelamin pada perempuan
kategori resiko rendah 63
orang (85,1%) dan resiko
sedang 14 orang (31,1%),
sedangkan laki-laki pada
kategori resiko tinggi
sebanyak 7 orang (15,6%).
10. Nia, Wiwit Faktor-Faktor yang Jenis penelitian ini Populasi 158 dan a. Tidak terdapat pengaruh Artikel Ilmu
Wijayanti, dan Mempengaruhi korelasional dengan sampel 114 pengetahuan remaja tentang Kesehatan, 8(1),
Pujiati (2016) Perilaku Seks pendekatan Cross siswa/siswi kelas X kesehatan reproduksi terhadap 31-36
Pranikah Remaja Sectional dan XI SMA X Kota perilaku seks pranikah remaja
Kelas X dan XI di Depok, b. Terdapat pengaruh peran
SMA X Kota menggunakan teknik orang tua, peran guru, peran
Depok Proportionate teman sebaya, media terhadap
Stratified Random perilaku seks pranikah remaja
Sampling c. Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan faktor yang paling
berpengaruh terhadap perilaku
seks pranikah remaja yaitu
peran orang tua dibandingkan
dengan pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi, peran
guru, peran teman sebaya dan
media.
B. Konsep Pendahuluan
1. Latar Belakang
Latar Belakang adalah hal yang pertama kali dibahas dalam BAB I
Pendahuluan. Latar belakang berisi penjelasan untuk memberikan pehamaman serta
meyakinkan pembaca bahwa penelitian yang diajukan penting untuk dilakukan.
Uraian dalam latar belakang di antaranya berisi alasan mengapa penelitian tersebut
perlu dilakukan. Hal ini bisa dilakukan dengan menguraikan besaran masalah,
seberapa serius masalah tersebut serta kesensitifan masalah (Suprajitno, 2016).
Terdapat 4 bagian utama latar belakang masalah menurut (Suprajitno, 2016),
yaitu :
a. Fakta yang dapat diperoleh dari studi literatur riset terdahulu, pernyataan
kebijakan atau studi pendahuluan
b. Keadaan yang seharusnya dilakukan sesuai teori, standar prosedur operasional
c. Solusi atau alternative yang ditawarkan penulis
d. Pernyataan yang akan dilakukan oleh periset
Pada paragraf akhir perlu diperhatikan oleh periset karena sebagai pangkal
dalam menetapkan judul, rumusan masalah, tujuan riset dan manfaat riset. Pada
segitiga proporsi data berikut menunjukkan bahwa data dukung latar belakang
seperti proporsi kejadian yang diawali dari data global, nasional, provinsi,
kabupaten/kota hingga tempat masalah tersebut terjadi.
Global/
nasional
Provinsi, kabupaten
Kecamatan/lokasi penelitian/
institusi atau masyarakat yang
akan diteliti
Pemaparan data global mungkin lebih sedikit daripada data spesifik. Semakin ke
bawah maka semakin banyak diuraikan mengenai data di tingkat bawah atau ujung tombak
penelitian. Masalah perlu didukung dengan data untuk menunjukkan bahwa kejadian
tersebut valid atau kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan sesuai fakta. Fakta diuraikan
dalam bentuk narasi disertai alasan hasil penelitian orang lain, teori dasar penelitian, studi
terdahulu, dampak permasalahan, serta alternatif pemecahan masalah. Pemaparan dimulai
dari hal yang umum kemudian mengerucut, semakin rinci dan tajam (Wibowo, 2014 dalam
Masturoh, I. & Anggita T. N., 2018).
Selanjutnya sebagai peneliti wajib memperhatikan bagian bawah latar belakang karena
bagian ini merupakan pangkal untuk menetapkan judul penelitian, tujuan dan manfaat
penelitian, atau yang sering disebut dengan ‘benang merah’ atau ‘titik pangkal dari riset
sebuah riset (Suprajitno, 2016).
Menurut Hamdiyati (2008), bab Pendahuluan yang intinya adalah memaparkan alasan
atau latar belakang masalah langkah-langkahnya harus memuat hal-hal berikut, antara lain:
1. Menentukan masalah actual dan urgent
Masalah yang diteliti merupakan masalah actual yang diperoleh dari pengamatan
dan kajian peneliti. Selain itu, masalah yang akan diteliti termasuk masalah
penting dan mendesak untuk dipecahkan serta dapat dilaksanakan dilihat dari
kesediaan waktu, biaya, dan daya dukung lainnya yang bias memperlancar
penelitian tersebut.
2. Mengidentifikasi masalah penelitian disertai data pendukug
Identifikasi masalah penelitian beserta data pendukung, baik yang berasal dari
pengamatan maupun kajian pustaka. Data pendukung dapat berupa hasil-hasil
penelitian terdahulu yang akan lebih mengokohkan argumentasi mengenai
urgensi serta siginfikasi permasalahan yang akan diteliti.
3. Melakukan analisis untuk menentukan akar penyebab masalah.
4. Mencantumkan alternative tindakan pemecah masalah
Alternative tindakan pemecahan masalah disertai argumentasi logis terhadao
pilihan tindakan, seperti kesesuaian dengan masalah, kemutakhiran, keberhasilan
dalam penelitian sejenis, dll.
5. Menggambarkan kolaborasi antar anggota peneliti (bila perlu).
Ketika mennyusun latar belakang dan rumusan masalah, beberapa kelemahan yang
sering ditemukan adalah sebagai berikut (Hamdiyati, 2008) :
1. Permasalahan tidak diambil dari permasalahan nyata dan aktual.
2. Peneliti tidak menyertakan data pendukung.
3. Potensi untuk perbaikan atau tindakan yang akan dilakukan belum terlihat.
4. Rumusan masalah tidak fokus (terlalu luas).
5. Tidak menggambarkan alasan pemilihan alternative pemecahan masalah
dalam latar belakang.
6. Tidak mencerminkan adanya tindakan dan gambaran perubahan tingkah laku
pada rumusan masalah (Hamdiyati, 2008).
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah adalah suatu bagian penting saat menyusun proposal
penelitian yang bertujuan untuk menentukan sebuah keberhasilan dari penelitian itu
sendiri. Dalam rumusan masalah yang jelas dan detail akan mempermudah peneliti
untuk mengembangkan kerangka teori, merumuskan hipotesis, menentukan variabel
penelitian, menentukan metode yang digunakan dalam mengolah data, menentukan
jenis penelitian, dan lain sebagainya (Manotar Sinaga, 2017).
Rumusan masalah dapat berbentuk pertanyaan (question) atau pernyataan
(statement). Ketika menuliskan rumusan riset keperawatan dapat mencakup (1)
menggunakan kalimat tanya, (2) makna yang disampaikan padat, (3) sesuai dengan
judul riset, dan (4) sebagai petunjuk pengumpulan data (Suprajitno, 2016).
Sedangkan menurut Castette dan Haisler (1984) menjelaskan bahwa bentuk rumusan
permasalahan memiliki lima macam yaitu : (1) bentuk pertanyaan (question), (2)
bentuk pertanyaan umum lalu dilakukan pertanyaan secara spesifik, (3) bentuk suatu
pernyataan (statement) yang disusul dengan adanya pertanyaan (question), (4)
bentuk hipotesis, (5) bentuk pernyataan umum disertai hipotesis.
Hal yang harus dilakukan ketika merumuskan permasalahan adalah sebagai
berikut (Mahdiyah,2016) :
1. Menyusun suatu permasalahan yang dihadapi sesuai dengan kasus
2. Identifikasi kesenjangan,misalnya : mahasiswa sudah mendapatkan pelajaran
metode penelitian akan tetapi pada kenyatannya penilaian penerapan pada
praktikum di lapangan masih rendah
3. Validasi sumber daftar kepustakaan apakah memiliki keterkaitan dengan
permasalahan sesuai kasus,kemudian pelajari secara rinci mengenai sitauasi
pengkajiaanya agar penilaian mahasiswa tidak menjadi rendah
4. Tentukan permasalahan yang paling utama serta masalah sub lain yang
mempengaruhi,kemudian lakukan rumusan permasalahan
Beberapa hal yang harus dihindari terkait kesalahan umum yang sering
ditemukan dalam merumuskan permasalahan adalah sebagai berikut (Mahdiyah,
2016):
1. Konsep belum ditentukan secara matang (immature),peneliti tidak
menemukan terlebih dahulu kerangka teori dan konsep yang matang sehingga
masalah penelitian tidak mendukung
2. Gagasan yang kurang tepat,pengembangan teori dan pemcahan masalah
belum sepenuhnya akurat
3. Pemilihan pemecahan masalah kurang maksimal,peneliti sebaik mungkin
dapat berkontribusi dalam pengembangan teori dan konsep serta pemecahan
masalah yang tepat
4. Fenomena yang tidak mendukung,penelitan sangat didukung oleh fenomena
yang terjadi di masyarakat,penelitian kurang tepat jika fenomena tidak
sesuai.sebaiknya lakukan terlebih dahuli analisis mengenai fenomena yang
sedang terjadi,analisis dibagi menjadi dua yaitu kuantitaif dan kualitatif,hal
ini pun menjadi acuan kesesuaian penelitian.
3. Tujuan dan Manfaat
Tujuan penelitian adalah hal-hal yang ingin dicapai dalam proses penelitian
yang dilakukan. Tujuan penelitian dapat dibagi menjadi dua yakni tujuan umum dan
tujuan khusus. Tujuan khusus dibentuk untuk mencapai tujuan umum dari penelitian.
Menurut Syafruddin (2012) teknis dalam merumuskan tujuan penelitian adalah
sebagai berikut :
a. Relevan dengan masalah dan sesuai dengan judul serta hasil penelitian.
b. Perumusan dituliskan secara jelas, tepat, dan tegas
c. Menggunakan kalimat pernyataan
d. Diangkat dari hubungan antar variabel yang diambil
C. Implementasi Konsep Pendahuluan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sifat remaja yang memiliki rasa ingin tahu yang besar cenderung melakukan sesuatu
tanpa pertimbangan yang matang. Apabila keputusan yang diambil tidak tepat makan akan
berakibat bagi diri sendiri dan orang lain dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Keputusan tidak tepat yang sering diambil oleh remaja adalah perilaku seks pranikah,
dimana hal tersebut dapat mengakibatkan permasalahan salah satunya terhadap masalah
kesehatan reproduksi (Pusat Data dan Informasi RI, ). Masalah kesehatan seksual dan
reproduksi terjadi karena adanya perilaku seksual yang tidak aman (Kincaid, 2012).
Seks pranikah pada remaja berisiko terhadap kehamilan dan penularan penyakit
menular seksual. Kehamilan yang tidak direncanakan bisa jadi berlanjut pada aborsi dan
pernikahan dini. Berdasarkan data Global School Health Survey 2015 sebanyak 0,7% remaja
perempuan dan 4,5% remaja laki-laki pernah melakukan hubungan seksual pra nikah.
Berdasarkan data SDKI 2007 dan 2012 Kesehatan Reproduksi Remaja, Badan Pusat
Statistik, remaja laki-laki lebih banyak yang pernah melakukan seks pra nikah dibanding
perempuan. Pada tahun 2007 presentase seks pra nikah remaja laki-laki usia 20-24 tahun
sejumlah 10,5%, usia 15-19 tahun sebesar 3,7%. Terjadi peningkatan pada tahun 2012
menjadi 14,6% pada remaja laki-laki usia 20-24 tahun dan remaja usia 15-19 tahun menjadi
4,5% (Infodatin). Di Jawa Tengah sekitar 1,9% remaja laki-laki sudah melakukan hubungan
seksuan pra nikah sedangkan remaja putri sebanyak 0,4% (BKKBN, 2019). Pengetahuan
mengenai masa subur sebanyak 45,8% tidak pernah mendengar istilah masa subur, 40,7%
mengatakan ya dan 13,5% tidak tahu. Meskipun 40,7% remaja mengetahui mengenai masa
subur namun hanya 13,4% dari presentase tersebut yang memiliki pengetahuan memadai
mengenai periode masa subur. Bahkan masih ada remaja yang berpengetahuan bahwa
wanita tidak dapat hamil hanya dengan sekali berhubungan seksual yaitu sejumlah 28,9%.
Berdasarkan studi literatur, beberapa penelitian terkait seks pranikah pada remaja
telah dilakukan sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Pawestri, Ratih Sari Wardani,
dan Sonna (2013) mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku remaja tentang seks pra nikah
menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara sikap dan perilaku seks, artinya
semakin positif sikap berarti semakin baik perilaku seks pranikah.
Penelitian juga pernah dilakukan oleh Nur Alfiyah, Tetti Solehati, dan Titin Sutini
(2018) mengenai gambaran faktor - faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual
pranikah pada remaja di SMPN 1 Solokanjeruk Kabupaten Bandung. Peneliti melakukan
pembagian kuesioner perilaku seksual remaja kepada siswa sejumlah 310 responden. Hasil
dari kuisioner terdapat 20 orang siswa yang pernah berpacaran, 8 orang menonton film
porno, 4 orang sudah mencium bibir lawan jenis, 2 orang onani dan mastrubasi, 4 orang
sudah mencium leher lawan jenisnya, 6 orang sudah berpelukan kepada lawan jenis, 3 orang
sudah memegang sisi sensitif lawan jenis, dan 2 orang melakukan hubungan seksual dengan
lawan jenis. Perilaku seksual pada remaja dapat menyebebabkan dampak negatif terhadap
dirinya sendiri dan juga orang lain. Dampak negatif yang diderita oleh perilaku seksual
pranikah seperti tejadinya kehilangan keperawanan, keperjakaan, penyakit menular,
pernikahan dini serta kehamilan yang tidak diinginkan (Dinas Pengendalian Penduduk
Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak, 2017).
Perilaku seks pranikah pada remaja dapat dipengaruhi oleh banyak hal. Hasil
penelitian dari Alfiyah, Solehati, dan Sutini (2018) didapatkan bahwa faktor yang
mempengaruhi perilaku seks pranikah adalah pengetahuan, pengawasan orang tua, ketaatan
terhadap norma agama, dan penggunaan smartphone. Sebanyak 75 orang yang memiliki
pengetahuan rendah beresiko terhadap perilaku seks pranikah, sedangkan yang memiliki
pengetahuan tinggi berisiko sebanyak 77 orang. Pengawasan orang tua yang ketat
didapatkan hasil sebanyak 110 orang berisiko dan 42 orang berisiko dengan pengawasan
orang tua yang kurang ketat. 72 orang berisiko seks pranikah pada siswa yang kurang taat
terhadap agama dan 86 orang berisiko seks pranikah pada siswa yang menggunakan
smartphone.
Pada masa pandemi COVID-19 seperti sekarang ini, akan berdampak terhadap
perilaku seks pranikah pada remaja dikarenakan adanya perubahan pola kehidupan
bermasyarakat. Perubahan yang terjadi seperti pembatasan sosial, pembelajaran daring,
pelaksanaan protokol kesehatan, dan program lainnya yang diterapkan selama pandemi ini.
Kondisi ini sangat berdampak bagi remaja karena adanya pembatasan untuk melakukan
suatu aktivitas, seperti remaja tidak dapat berkumpul bersama teman atau komunitasnya lagi.
Hal tersebut akan membuat remaja bosan dan berakibat pada penggunaan internet yang
telalu lama, dampak penggunaan internet yang terlalu lama akan memberikan dampak
positif dan negatif bagi penggunanya, seperti adanya peningkatan perilaku masturbasi,
melihat pornografi, sexting dan olah pesan di situs web atau telepon, dan obrolan melalui
telepon atau video dengan pasangannya terkait perilaku seksual (Li et al., 2020; Lindberg et
al., 2020; Nelson et al., 2020 dalam Ayu et al, 2021).
Penelitian yang dilakukan oleh Ayu K.U., Cindy P., Herawati., Sri C., dan Hadi P.
(2021) menyebutkan bahwa hubungan pacaran yang dilakukan oleh remaja selama masa
pandemi lebih mengandalkan media komunikasi daring dan waktu bertemu menjadi semakin
jarang. Melalui daring ini, remaja juga dapat mengirimkan emoticon cium atau bahkan cium
jarak jauh. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Nia, Wiwit Wijayanti, dan Pujiati
(2016) mengenai faktor - faktor yang mempengaruhi perilaku seks pranikah remaja kelas X
dan XI di SMA X Kota Depok menunjukkan adanya pengaruh media terhadap perilaku seks
pranikah remaja, dari penelitian didapatkan hasil sebagian besar responden (68,7%)
memiliki media yang baik terhadap terjadinya perilaku seks pranikah cenderung memiliki
perilaku seks menyimpang.
Adanya fenomena yang ditimbulkan dari masalah perilaku seksual dan reproduksi
remaja, maka penting bagi perawat untuk memberikan intervensi guna menanggulangi dan
meminimalisir masalah tersebut. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi
perilaku seksual pranikah pada remaja dengan memberikan edukasi seksual, dampak yang
ditimbulkan , dan perlu adanya kontrol diri terhadap perilaku seksual. Edukasi terkait
seksualitas yang dilakukan secara kuat dan konsisten akan mendorong remaja untuk tidak
bereksperimen atau meningkatkan perilaku seksual, justru sebaliknya mereka dapat
mengurangi perilaku seksual beresiko (Story & Gorski, 2013). Edukasi kesehatan seksual
dan reproduksi harus menjangkau seluruh remaja yang menjadi sasaran utama, sehingga
pemberian pendidikan tersebut tidak hanya dilakukan di sekolah, namun juga harus
menjangkau seluruh remaja dikalangan masyarakat. Intervensi pendidikan kesehatan seksual
dan reproduksi akan sangat efektif apabila terdapat perlibatan orang tua dalam proses
pelaksanaannya. Pemantauan, pengawasan, dan pendampingan orang tua sangat
berkontribusi dalam melindungi remaja dari perilaku seksual berisiko (Chambers et al,
2016).
Pemberian pemahaman ajaran didalam agama yang menjelaskan dampak perilaku
seksual dan memberikan pemahaman perilaku tidak baik yang terdapat pada remaja saat ini
juga perlu diberikan kepada remaja untuk mencegah kemungkinan terjadinya perilaku seks
pranikah (Minardo. J & Rini. Z. R, 2021). Orang tua sebagai pendidik pertama harus
mempunyai pengetahuan dan memahami terhadap sifat anak. Penanaman karakter sejak
dini, pengajaran ilmu agama, dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dapat
membantu orang tua agar anak terlindungi dari perilaku seks pranikah (Rahmawati. I et al,
2018).
Perilaku seks pranikah rentan terjadi pada remaja. Kondisi tersebut bisa dipengaruhi
oleh berbagai faktor dan bermacam-macam latar belakang mulai dari diri sendiri, orang lain,
dan lingkungan. Berdasarkan dari penjelasan diatas diketahui bahwa perilaku seks pranikah
pada remaja sebelum pandemi COVID-19 mempunyai berbagai bentuk dan banyak
ditemukan dimasyarakat. Saat ini dunia sedang menghadapi pandemi COVID-19 yang
membuat perubahan dalam pola kehidupan masyarakat yang tidak terkecuali dari kehidupan
remaja. Oleh karena itu, pada penelitian ini peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran
perilaku seks pranikah pada remaja selama pandemi COVID-19.
Alfiyah, Nur., Tetti Solehati, dan Titin Sutini. (2018). Gambaran Faktor - Faktor yang
Berhubungan dengan Perilaku Seksual Pranikah pada Remaja di SMPN 1
Solokanjeruk Kabupaten Bandung. Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia. 4(2),
131-139.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Jawa Tengah. 2020. Gambaran
Kesehatan Reproduksi Remaja. Diakses melalui http://jateng.bkkbn.go.id/?p=1551
pada 14 September 2021
Castetter, W. B.; dan R. S. Heisler. 1984. Developing and Defending A Disertation
Proposal. Graduate School of Education, University of Pennsylvania, Philadelphia,
Pennsylvania.
Chambers R, Tingey L, Mullany B, Parker S, Lee A, Barlow A. Exploring sexual risk taking
among American Indian adolescents through protection motivation theory. AIDS
Care. 2016;28(9):1089-1096. doi:10.1080/09540121.2016.1164289.
Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan Dan
Perlindungan Anak. (2017). Bidang Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga yang
menangani Kesehatan Reproduksi.
Falah, P. N. (2009). Hubungan antara Perilaku Asertif dengan Perilaku Seksual Pranikah
pada Remaja Putri. Skripsi. Program Sarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Hamdiyati, Y. (2008). Cara Membuat Latar Belakang Masalah. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia.
Kementerian Kesehatan RI. 2019. Pemuda Rumuskan Keterlibatan Bermakna Dalam
Pembangunan Kesehatan. Diakses melalui
https://www.kemkes.go.id/article/print/19032200001/pemuda-rumuskan-keterlibatan-
bermakna-dalam-pembangunan-kesehatan.html pada 14 September 2021
Kincaid C, Jones JD, Sterrett E, McKee L. A review of parenting and adolescent sexual
behavior: The moderating role of gender. Clin Psychol. 2012;32(3):177-188.
doi:10.1016/j.cpr.2012.01.002.
Kumalasari, D. (2016). Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Seksual pada
Siswa SMK. Jurnal Ilmu Kesehatan, 1(1). https://ejournal.stikesaisyah.ac.id.
Leedy. (1997). “Practical Research: Planing and Design”. Merrill-Prentice Hall: New Jersey
Mahdiyah.(2016).”Materi pokok studi mandiri dan seminar proposal
penelitian”.Tanggerang selatan:Universitas terbuka.ISBN: 978-602-392-068-6
Masturah, I. & Anggita T. N. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Pusat Pendidikan
Sumber Daya Manusia edisi tahun 2018.
Minardo. J & Rini. Z. R. (2021). Peningkatan Kualitas Remaja Dalam Pencegahan Perilaku
Seks Bebas Dan Bahaya Hiv / Aids Pada Siswa SLTA Di SMA Muhammadiyah
Sumowono. Jurnal Pengabdian Kesehetan. 4 (1) hal 55.
Mueller TE, Gavin LE, Kulkarni A. The Association Between Sex Education and Youth’s
Engagement in Sexual Intercourse, Age at First Intercourse, and Birth Control Use at
First Sex. J Adolesc Heal. 2008;42(1):89-96. doi:10.1016/j.jadohealth.2007.08.002.
Nia, Wiwit Wijayanti, dan Pujiati. (2016). Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Seks Pranikah Remaja Kelas X dan XI di SMA X Kota Depok. Artikel Ilmu
Kesehatan. 8(1), 31-36.
Pawestri, Ratih Sari Wardani, dan Sonna. (2013). Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Remaja
Tentang Seks Pra Nikah. Jurnal Keperawatan Maternitas. 1(1), 46-54.
Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI. 2016. Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja.
Diakses melalui
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-
reproduksi-remaja pada 14 September 2021
Rahmawati. I, Suminar. D. R, Soedirham. O & Saptandari. P. (2018). Hubungan Personal
Remaja dengan Pelaksanaan Pendidikan Karakter Oleh Orang Tua dalam Upaya
Pencegahan Perilaku Seksual Praniknah di Kabupaten Jember. Jurnal Kesehatan
Reproduksi. 9 (2) hal 151.
Reis M, Ramiro L, De Matos MG, Diniz JA. The effects of sex education in promoting
sexual and reproductive health in Portuguese university students. Procedia - Soc
Behav Sci. 2011;29(2010):477-485. doi:10.1016/j.sbspro.2011.11.266.
Siahaan, H. P., & Nilawati, S. (2021). Pengetahuan dan Sikap Tentang Pornografi pada
Siswa SMA Selama Covid-19. Jurnal Penelitian Perawat Profesional. 3(3), 477-482.
Sinaga, Manotar. (2017). Riset Kesehatan Panduan Praktis Menyusun Tugas Akhir Bagi
Mahasiswa Kesehatan. Yogyakarta: CV. Budi Utama.
Stanton B, Cole M, Galbraith J, et al. Randomized Trial of a Parent Intervention. Arch
Pediatr Adolesc Med. 2004;158(10):947-955. doi:10.1001/archpedi.158.10.947.
Story CR., Gorski J. Global Perspectives on Peer Sex Education for College Students. Int
Educ. 2013;42(2):81-94.
Sugiyono. (2009).”Seks Pranikah Ancam Masa Depan Remaja”.
Suprajitno. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Pengantar Riset Keperawatan.
Jakarta Selatan: Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
Swarjana, I Ketut. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Umaroh, Ayu Khoirotul., dkk. (2021). Fenomena Pacaran Remaja Selama Masa Pandemi
Covid-19 di Jabodetabek. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 5(1), 125-138.
Wu Y, Stanton BF, Galbraith J, et al. Sustaining and Broadening Intervention Impact: A
Longitudinal Randomized Trial of 3 Adolescent Risk Reduction Approaches.
Pediatrics. 2003;111(1):e32-e38. doi:10.1542/peds.111.1.e32.