Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PSIKOLOGI ISLAM

TENTANG

“PENDEKATAN PSIKOLOGI DALAM STUDI ISLAM”

DISUSUN OLEH : NIA RAHMA SARI

NIM : 21329156

DOSEN PENGAMPU :YULIZAR BILA,M.ED

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
KATA PENGANTAR

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang dibekali dengan berbagai potensi fitrah yang tidak
dimiliki makhluk lainnya. Potensi istimewa ini dimaksudkan agar manusia dapat mengemban dua tugas
utama, yaitu sebagai khalifatullah di muka bumi dan juga abdi Allah untuk beribadah kepada-Nya.
Manusia dengan berbagai potensi tersebut membutuhkan suatu proses pendidikan, sehingga apa yang akan
diembannya dapat terwujud. H. M. Arifin, dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam, mengatakan bahwa
pendidikan Islam bertujuan untuk mewujudkan manusia yang berkepribadian muslim baik secara lahir
maupun batin, mampu mengabdikan segala amal perbuatannya untuk mencari keridhaan Allah SWT.
Dengan demikian, hakikat cita-cita pendidikan Islam adalah melahirkan manusia-manusia yang beriman
dan berilmu pengetahuan, satu sama lain saling menunjang.

Islam merupakan salah satu agama yang besar di muka bumi ini, di Indonesia Islam berkembang sejak
berdirinya Samudra Pasai di Aceh yang semula beragama Hindu , Budha, dan aliran kepercayaan. Namun
sejak tahun 1990 pemeluk Islam mulai Menurun . Menteri Agama saat, Surya Darma Ali (periode 2009-
2014) mengatakan dari tahun ke tahun jumlah umat Islam terus mengalami penurunan. Padahal di sisi lain,
jumlah penduduk di Inonesia terus bertambah. Semula jumlah muslim di Indonesia mencapai 95 % dari
seluruh rakyat Indonesia. Secara perlahan terus berkurang menjadi 92 % turun lagi 90 % turun lagi 87 %
turun lagi 85 %. Sungguh ironi jika kita hanya diam diri sebagai umat Islam. Allah telah berfirman
“ Janganlah kamu sekali-kali mati, melainkan dalam beragama Islam. Islam harus disebarkan dengan cara
santun sesuai dengan firman Allah SWT

ِ ...‫اُدْعُ اِﻟﻰ ﺳَﺒِﯿْﻞِ رَﺑﱢﻚَ ﺑِﺎﻟْﺤِﻜْﻤَﺔِ وَاﻟْﻤَﻮْﻋِﻈَﺔِ اﻟْﺤَﺴَﻨَﺔ‬

Arinya:“Ajaklah kepada Tuhanmu dengan cara yang bijaksana dan dengan nasehat yang baik”.(QS. An-
Nahl: 125).

Agar Islam tetap di muka bumi, maka muncullah berbagai pendekatan keilmuan dalam studi Islam selalu
berkembang. Di antaranya pendekatan normatife, pendekatan filosofis, pendekatan historis, pendekatan
ilmu sosial, pendekatan fenomologis, dan berbagai pendekatan lainya. Penulis di sini akan lebih dalam
membahas tentang Psikologis dalam Studi Islam mengapa demikian? Karena pendekatan tersebut
langsung berhubungan dengan dengan jiwa (kedamaian, ketentraman jiwa) dan perilaku manusia.
Mempelajari psikologi kita bisa mengetahui aspek-aspek kepribadian, terlebih yang berhubungan dengan
aspek perilaku keagamaan seseorang. Salah satu sikap kepribadian itu misalnya, sikap ketenangan dan
kepuasan dalam diri seseorang, sikap empati dan sebagainya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pendahuluan latar belakang di atas maka kami merumuskan hal-hal sebagai berikut:

1. Apa pengertian pendekatan psikologi studi Islam?

2. Bagaimana sejarah dan perkembangan pendekatan psikologi dalam studi Islam?

3. Apa macam-macam pendekatan psikologi studi Islam?

4. Probelmatika (kelemahan & kekurangan) apa saja dalam pendekatan psikologi studi Islam?

5. Apa contoh-contoh pendekatan psikologi?

C. Tujuan Penulisan Makalah:

1. Untuk mengetahui pengertian pendekatan psikologi studi Islam.

2. Untuk mengetahui sejarah dan perkembangan pendekatan psikologi dalam studi Islam.

3. Untuk mengetahui macam-macam pendekatan psikologi studi Islam..

4. Untuk mengetahui Probelmatika (kelemahan & kelebihan) pendekatan psikologi studi Islam.

5. Untuk mengetahui contoh-contoh pendekatan psikologi


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendekatan Psikologi Studi Islam

Pendekatan Psikologis terdiri dari dua suku kata, yaitu pendekatan dan psikologis. Pendekatan adalah cara
pandang atau paradigma yang terdapat dalam suatu bidang ilmu.[1] Pengertian pendekatan adalah proses
perbuatan, cara mendekati, usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan
orang yang diteliti, metode untuk mencapai pengertian masalah penelitian. Dalam bahasa Inggris disebut
“approach” dan dalam bahasa Arab disebut “madkhal”.[2]

Psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang tingkah laku dan kehidupan psikis (jiwani) manusia dengan
lingkungannya. Psikologi secara etimologi terdiri dari dua kata yaitu psyche dan logos yang memiliki arti
“Ilmu tentang jiwa”. sebagai kajian ilmiah, psikologi jelas mempunyai sifat teoritik, empirik dan
sistematik.[3] Adapun secara umum psikologi mempelajari gejala-gejala manusia yang berkaitan dengan
pikiran (cognisi), perasaan(emotion), dan kehendak(conasi). Dengan demikian ketiga gejala pokok
tersebut dapat diamati melalui sikap perilaku manusia.[4] Banyak para ahli mendefinisikan pengertian
tentang psikologi, namun penulis hanya mengemukakan tiga pakar saja untuk mewakili pemikiran para
ahli sebagaimana yang dikutip oleh Addul Rahman Shaleh dan Muhib Abdul Wahab yaitu menurut Plato,
Aristoteles, dan Morgan C.T. King. Menurut Plato dan Aristoteles psikologi adalah ilmu pengetahuan
yang mempelajari tentang hakikat jiwa serta prosessnya sampai alhir. Sedangkan menurut Morgan C.T.
King bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan.[5]

Pendekatan psikologi adalah usaha sisi ilmiah dari aspek-aspek batini pengalaman keagamaan. Suatu
esensi pengalaman keagamaan itu benar-benar ada, dan bahwa dengan suatu esensi pengalaman tersebut
dapat diketahui. Menurut Zakiayah Darajat perilaku seseorang yang nampak (lahirnya) tidak karena
dipengaruhi oleh keyakinan yang dianutnya. Dalam ajaran agama banyak kita jumpai istilah-istilah yang
menggambarkan sikap batin seseorang, misalnya sikap beriman dan taqwa, berbuat jujur, dzikir untuk
menenangkan jiwa[6].

Pendekatan psikologis merupakan pendekatan yang bertujuan untuk melihat keadaan jiwa pribadi-pribadi
yang beragama. Dalam pendekatan ini keadaan jiwa manusia dalam hubungannya dengan agama baik
pengaruh maupun akibat. Pendekatan psikologis bertujuan untuk menjelaskan fenomena keberagamaan
manusia yang dijelaskan dengan mengurai keadaan jiwa manusia.[7] Obyek kajian dalam hal ini adalah
manusia, dalam pengertian tingkah laku manusia yang beragama, yakni gejala-gejala empiriris dari
keagamaannya. Karenanya dalam pendekatan psikologis ini tidak mempelajari betul tidaknya suatu agama,
tidak untuk menilai apakah agama itu diwahyukan Tuhan atau tidak[8]

Sedangkan pengertian studi Islam atau Islamic Studies atau Dirasat al-Islamiyah sebagaimana dikutip oleh
Dr. Ma’mun Mu’min dalam bukunya, dapat dimaknai kajian Islam, Imam Ghazali menggunakan istilah
“Ulumuddin”. Istilah studi menurut Lester Crow dan Alice Crow adalah kegiatan yang secara sengaja
diusahakan dengan maksud memperoleh keterangan, pemahaman, dan meningkatkan suatu ketrampilan.
Sementara Islam adalah agama yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. Dengan demikian, studi
Islam adalah suatu usaha untuk mempelajari berbagai hal yang berhubungan dengan agama Islam.[9]

Jadi, Pendekatan Psikologi dalam studi Islam yaitu usaha untuk memperoleh sisi ilmiah dari aspek-aspek
batin pengalaman keagamaan. Karena dalam ajaran agama sering kita menemukan istilah-istilah yang
menggambarkan sikap batin seseorang, dengan ilmu jiwa ini selain kita mengetahui tingkat keagamaan
yang dihayati, dan diamalkan seseorang juga dapat digunakan sebagai alat untuk memasukkan agama
kedalam jiwa seseorang sesuai dengan tingkatan usia seseorang.

B. Sejarah dan Perkembangan Pendekatan Psikologi dalam Studi Islam

Sejarah psikologi Islam berawal dari sejarah manusia itu sendiri. Hanya pada masa itu belum dinamai
psikologi, walaupun pada prakteknya telah nampak nilai-nilai psikologis. Psikologi saat itu hanya masuk
dalam piranti etika dan filsafat. Pertumpahan darah yang pertama dalam sejarah kehidupan manusia
karena dorongan nafsu ghadhab (amarah) dan kecemburuan yang berlebihan dari gejolak jiwa tak
terkendali adalah realita tak terbantahkan dari perilaku psikologis umat manusia yang dapat dipahami dari
cerita Qobil dan Habil. Kisah ini menjelaskan tentang motivasi psikologis yang menyimpang atau
cemburu yang berlebihan dan pengaruhnya terhadap perilaku manusia.[10]

Perkembangan Psikologi dunia Islam terjadi pada pertengahan abad 9 M para sarjana Islam melakukan
kajian–kajian tentang psikologi yang diilhami ole ide-ide al-Qur’an. Tokoh-tokoh seperti al-Qindy, al-
Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Maskawih, al-Raziy, kelompok Ikhwan al-Shafa, Ibnu Thufail, Ibnu Majah dan
Ibnu Rusyd yang mengusung aliran psikologi dengan pendekatan falsafi. Sederetan tokoh tersebut
sebenarnya lebih popular sebagai seorang filosof dari pada seorang psikolog. Namun mereka juga pantas
dikategorikan sebagai psikologi falsafi. Hal ini didasarkan atas pemikiran bahwa masa itu belum ada
pemisahan antara disiplin ilmu, di samping bahwa konsep-konsep mereka banyak berkaitan dengan
diskursus psikologi, seperti konsep tentang jiwa (al-nafs atau al-ruh). Ciri utama kelompok ini adalah
sangat mengutamakan peran struktur al-‘aql yang puncaknya mampu memperoleh limpahan pengetahuan
dari Allah melalui ‘aqal fa’al. [11]

Al Qindy (185-260 H/ 801-873M)[12] misalnya, dipandang sebagai filosof muslim pertama yang membahas
tentang psikologi tentang psikologi mengenai “Tidur dan Mimpi”. Dalam filsafat pertama ia membahas
berbagai fungsi jiwa, dan tentang cara kerja pikiran manusia. Ibnu Sina (370-428 H / 980-1037 M) seorang
filosof dan ahli kedokteran yang banyak memberikan sumbangan terhadap Psikologi Islam. Dalam
bukunya yang termashur al Syifa membahas tentang Jiwa, eksistensinya hubungan jasmani rohani, sensasi,
persepsi, dan aspek-aspek terkait lainnya. Dia membedakan antara persepsi internal dan persepsi eksternal.
Dia juga menjelaskan beberapa emosi manuasia yang tidak dimiliki binatang, seperti heran, senyum,
tangis, dan sebagainya. Di samping itu dia juga menerangkan beberapa penyakit somatick.[13].
Menurut Abdul Hamid al Hasyimi, seorang profesor psikologi di Raja Abdul Aziz sebagaimana dikutip
oleh Dr. Ma’mun Mu’min menyatakan orang pertama yang menamai cabang ilmu yang mengkaji jiwa dan
behavior atau perilaku manusia adalah al Ghazali. Dalam kitabya yang sangat fenomenal “Ihya
‘Ulumuddin” banyak membahas tntang jiwa dan perilakumanusia, membagi struktur kerohanian manusia
dalam empat dimensi, yaitu hati (qolbu), ruh, (al-ruh), akal, (al-aql), dan nafsu (an-nafs). Menurutnya
keempat unsure-unsur itu masing-masing memikiki dua arti yaitu arti jasmaniyah dan arti ruhaniyah.[14]

C. Macam - Macam Pendekatan Psikologi

Beberapa pendekatan psikologis antara lain :[15]

1. Pendekatan struktural

Pendekatan ini dipakai oleh Wilhelm Wundt. Struktur artinya sebuah bangunan yang terdiri atas
berbagain unsur yang satu sama lainnya berkaitan. Setiap perubahan yang terjadi pada sebuah unsure
struktur akan mengakibatkan perubahan hubungan antar unsure tersebut. Jadi, hubungan antar unsure akan
mengatur sendiri bila ada unsur yang berubah atau hilang.

Teori ini menyatakan bahwa pengalaman mental yang kompleks itu sebenarnya adalah “struktur” yang
terdiri atas keadaan mental -mental yang sederhana. Mereka bekerja atas dasar premis bahwa bidang usaha
psikologi itu terutama adalah menyelidiki “struktur” kesadaran dan mengembangkan hukum-hukum
pembentukannya. Pendekatan mereka yang utama adalah dengan analisis instropektif. Aliran ini
berpendapat bahwa untuk mempelajari kejiwaan, kita harus mempejari isi dan struktur kejiwaan dengan
menggunakan metode instropeksi atau mawas diri, yaitu orang yang menjalani percobaan diminta untuk
menceritakan kembali pengalamannya atau perasaannya setelah ia melakukan suatu eksperimen.

Pendekan struktural dalam studi Islam ini khususnya dalam pendekatan psikologi adalah sebuah upaya
untuk memahami Islam sebagai sebuah agama yang merupakan akumulasi dari sekian banyak unsur dan
dimensi yang terjalin menjadi satu membentuk konstruksi atau bangunan Islam itu sendiri yang
mencerminkan sisi psikologis dalam Islam. Ini karena bagaimanapun Islam dalam dirinya merupakan
sebuah bangunan yang masing- masing bagiannya mempunyai peran serta posisi tertentu clan menemukan
maknanya ketika tidak terlepas dari unsur atau bagiannya yang lain.

Pendekatan struktural ini juga akan semakin menemukan urgensinya k e t i k a d i c o b a u n t u k m e n


e r o p o n g I s l a m d a l a m r e al i t a s d a n p r a k t e k s keberagamaan umatnya. Dalam realitas
kehidupan umat, sering ditemukan adanya benturan -benturan ideologis dan kepentingan dari umat
Islam itu sendiri. Padahal Islam yang dianut adalah satu yaitu agama atau ajaran ilahi yang
disampaikan melalui personal Nabi Muhammad SAW. Karena banyaknya kepentingan dan perbedaan
penekanan dalam memahami Islam, tidak jarang dalam praktek umatnya, Islam muncul sebagai
sesuatu yang terpisah -pisah sehingga Islam terkesan parsial. Terlebih lagi dengan sering munculnya
klaim- klaim kebenaran subjektif dari orang-orang yang berbeda dalam memahami Islam membawa
kepada perpecahan Berta sekian banyak implikasi negatif lainnya.[16]
2. Pendekatan Funsional

Pendekatan ini pertama digunakan oleh William James (1910 M) ia adalah penemu laboratorium
psikologi pertama di Amerika pada Universitas Harward. Pendekatan Fungsional adalah pendekatan yang
dilakukan untuk mempelajari bagaimana agama dapat berfungsi atau berpengaruh terhadap tingkah laku
hidup individual dalam kehidupannya.

Pendekatan fungsional ini lebih menekankan pada apa tujuan dan fungsi dari pengalaman mental
untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitar. Fungsionalisme adalah suatu tendensi dalam
psikologi yang menyatakan bahwa pikiran, proses, mental, persepsi indrawi dan emosi adalah adaptasi
organisme biologis. Sebagai suatu jenis psikologi yang menggarisbawahi fungsi-fungsi dan bukan hanya
fakta-fakta dari fenomena mental.

Pendekatan ini dilakukan untuk mempelajari bagaimana agama dapat berpengaruh pada tingkah laku
individu di dalam kehidupannya. Norma-norma yang sudah diatur dalam agama, akan menjadi suatu
kewajiban yang harus dilaksanakan, sehingga akan tercermin dari perilakunya.

3. Pendekatan Psikonalisis

Pendekatan Psikoanalisis adalah sebuah usaha atau cara mendekati melalui model perkembangan
kepribadian, filsafat tentang sifat manusia, dan metode psikoterapi. Secara historis psikoanalisis adalah
aliran pertama dari tiga aliran utama psikologi. Yang kedua adalah behaviorisme, sedangkan yang ketiga
atau disebut juga kekuatan ketiga adalah psikologi eksistensial-humanistik. Pendekatan ini pertama kali
dilakukan oleh Sigmung Freud (1856-1939). Penting untuk diingat bahwa Freud adalah pencipta
pendekatan psikodinamika terhadap psikologi, yang memberikan pandangan baru kepada psikologi dan
menemukan cakrawala-cakrawala baru. Misalnya, membangkitkan minat terhadap motivasi tingkah laku.
Freud juga mengundang banyak kontroversi, eksplorasi, penelitian, dan menyajikan landasan tempat
bertumpu sistem-sistem yang muncul kemudian.

Psikologi Islam memandang teori psikoanalisis terlalu menyederhanakan kompleksitas manusia. Teori ini
hanya berdasarkan fisiologis tanpa menyelaraskan dengan kebutuhan spiritual. Dalam struktur kepribadian
yang dikembangkan Freud jika dikomparasi secara psikologi Islam seperti yang diungkapkan Imam
Ghazali, yaitu nafsu, akal, dan qalbu. Nafsu diakumulasikan dorongan untuk bertindak yang sudah di
intregasikan melalui olah akal, sentuhan rohani dengan berlandaskan agama dan moral. Tidak semua
konsepsi pendekatan psikoanalisis dipahami tidak cocok dari sudut pandang psikologi Islam. Setidaknya
psikilogi Islam sepakat dengan pemahaman psikoanalisis bahwa manusia mempunyai potensi dalam
dirinya untuk diaktualisasikan.[17]

Penggunaan pendekatan ini sangat penting dalam pendekatan psikogis Islam dikarenakan pendekatan
psikoanalisis ini dilakukan untuk menjelaskan tentang pengaruh agama dalam kepribadian seseorang dan
hubungannya dengan penyakit-penyakit jiwa.[18]

D. Problematika (Kelemahan & Kelebihan) Pendekatan Psikologis


Teori-teori ini banyak dikembangkan di Negara-negara Barat yang mayoritas penduduknya adalah non
muslim. Teori-teori inilah yang kemudian diadopsi ke dalam psikologi agama yang digunakan dalam
mengkaji studi Islam. Karenanya memungkinkan untuk menampilkan Islam secara parsial atau tidak utuh.
Karena titik berankatnya pembahasan ini adalah konsep psikologi, sehingga sering kali membuat kita
terjebak, yaitu memandang persoalan lebih berangkat dari pemahaman tentang Islam sendiri. Oleh karena
itu setiap kali menggunakan pendekatan psikologi yang tentu saja berasal dari teori Barat, seyogyanya
selalu dikembalikan kepada al- Qur’an dan al-Hadist, jangan sampai kemudian teori-teori dan pendekatan
psikologi justru bertentangan dengan umat Islam.

Kelemahan lain yang juga akan timbul adalah pendekatan ini nampaknya bersifat asumtif dan individualis,
sehingga tidak komprehensif. Bahkan pendekatan ini hanya berbicara kelakuan para pemeluk agama yang
belum tentu mencerminkan agama Islam itu sendiri. Pendekatan seperti ini bisa menyebabkan orang lain
terkadang salah dalam menilai Islam. Misalnya sering kali orang muslim melanggar aturan lalu lintas, atau
aturan lain yang dilakukan secara sengaja dan berulang-ulang, bias jadi hal ini menyebabkan penilaian
orang lain terhadap Islam akan bedampak negatif.

Memang setiap pendekatan mempunyai manfaat dan problematika, termasuk dengan pendekatan psikologi
agama. Melalui pendekatan psikologis ini kita dapat memberikan penjelasan secara ilmiah terhadap
berbagai problem persoalan keagamaan seseorang yang meliputi sikap dan tingkah laku lahir (sikap dan
tindakan serta cara bereaksi) serta sikap dan tingkah laku batin (cara berfikir, merasa,atau sikap emosi).[19]
Psikologi agama juga dapat digunakan sebagai alat untuk memasukkan dan menanamkan ajaran agama
Islam ke dalam jiwa seseorang sesuai dengan tingkatan usianya. Dengan pengetahuan ini, maka dapat
disusun langkah-langkah baru yang lebih efesien dalam menanamkan ajaran agama Islam, baik untuk
masa sekarang, maupun dimasa yang akan datang. Itulah sebabnya pendekatan psikologi agama ini banyak
digunakan sebagai alat untuk menjelaskan sikap keberagamaan seseorang. Dengan demikian seseorang
akan memiliki tingkat kepuasan tersendiri dalam agamanya, karena seluruh persoalan hidupnya mendapat
bimbingan agama.[20]

E. Contoh Pendekatan Psikologi

Adapun contoh psikologi agama yang digunakan dalam kajian Islam dan umat Islam dapat dilihat dalam
ritual manusia dalam agama yang di yakininya. Contohnya antara lain, orang yang meresapi dalam
membaca dan memahami al-Qur’an hatinya akan tergerak untuk mewujudkan perilaku menjadi lebih baik
dalam kepribadiannya, saat meresapi ayat-ayat al-Qur’an ia akan menjadi tenang hatinya, dan ayat-ayat al-
Qur’an menjadi penyejuk sekaligus obat bagi keresahan hatinya. Ia juga akan takut dan menjauhi perilaku-
perilaku buruk saat meresapi ancaman-ancaman Allah yang dahsyat yang dijanjikan bagi mereka yang
ingkar pada Allah.

Dalam contoh ini, antara satu Orang dengan orang lain biasa berbeda hasilnya, hal ini dipengaruhi oleh
dua hal yaitu, factor intern dan factor ekstern. Factor intern (dalam diri) yang bisa mempengaruhi
seseorang adalah dari kepribadiannya. Secara psikologi tipe kepribadian tertentu akan mempengaruhi jiwa
seseorang. Adapun factor ekstern adalah factor luar diri seseorang(lingkungan di mana dia berada).
Semakin baik lingkungan yang ditinggali, maka perilaku keagamaan seseorang akan semakin banyak
mempengaruhi seseorang untuk berbuat hal yang sama, yaitu meningkatkan kualitas diri dalam
melaksanakan perintah agama dan meninggalkan segala larangan agama. Begitu pula sebaliknya, semakin
jauh masyarakat dan lingkungan dalam menjalankan perintah agama, maka akan berpengaruh terhadap
semangat dan perilaku seseorang dalam menjalankan agama.

Contoh lain yaitu penyebaran Islam oleh Walisongo di Nusantara. Walisongo dinilai sebagai sosok para
ulama yang sekaligus psikolog karena mampu membaca fenomena masyarakat yang ketika itu telah
menganut kepercayaan Hindu dan Kejawen. Tetapi, Walisongo adalah pribadi-pribadi yang terbentuk
melalui dasar-dasar nilai Islam yang memiliki kearifan dalam bersikap serta memiliki keimanan yang
kokoh, sehingga secara pribadi, para wali mudah menyesuaikan diri dalam lingkungan sosial budaya yang
berbeda. Sementara secara sosial, para wali tersebut mudah diterima masyarakat sekalipun memberikan
pandangan keagamaan yang berbeda. Bahkan pada akhirnya Walisongo mewarnai berbagai perangkat
kehidupan dalam bidang sosial, budaya, pendidikan (pesantren), bahkan pemerintahan, hingga akhirnya
Islam benar-benar menjadi agama mayoritas di Tanah Jawa.

Sementara masyarakat Jawa yang pada masa Walisongo sebelumnya telah menganut kepercayaan Jawa
dan sebagian agama Hindu, yang tentunya juga memiliki kondisi sosial-budaya sesuai agama dan
kepercayaannya itu. Di tengah kondisi masyarakat yang telah memiliki karakter dan latar belakang
sosial budaya, psikologis, dan kondisi politik pemerintahannya, menjadikan pertimbangan Walisongo
untuk menentukan strategi dan metode dakwah yang fleksibel dengan pendekatan psikologi dan mampu
membangun citra positif. Misalnya melakukan pendekatan psikologi melalui akulturasi budaya yang
menghasilkan kesenian wayang yang ceritanya bernuansa Islam, tembang-tembang Jawa (Lir Ilir, Cublak-
cublak Suweng), tradisi tahlilan, mitoni, slametan (bancakan). Walisongo tidak frontal menolak dan
meniadakan tradisi masyarakat yang dianggap tidak sesuai dengan Islam sekalipun dalam bentuk
pemujaan terhadap roh leluhur, sehingga masyarakat tidak menolak secara frontal atas kehadiran
Walisongo yang menawarkan Islam. Di sinilah sikap arif Walisongo untuk menerima realitas kondisi
psikologis dan sosial masyarakat.

BAB II

PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat diambil simpulan sebagai berikut:

1. Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hakikat jiwa dan tingkah laku manusia
serta prosesnya. Sedangkan pendekatan psikologi merupakan usaha untuk memperoleh sisi ilmiah dari
aspek-aspek batini pengalaman keagaan seseorang.

2. Sejarah psikologi bermula sejak manusia diciptakan Tuhan semesta alam di muka bumi, kemudian terus
dikembangkan oleh para ahli, di antaranya dari kalangan Islam adalah Hujjatul Islam Imam al Ghozali
dalam kitabnya Ihya ‘Ulumuddin.

3. Beberapa teori pendekatan psikologi:

1) Pendekatan structural

2) Pendekatan Funsional

3) Pendekatan Psikonalis.

4. Kelemahan Pendekatan Psikologi ini tidak murni dari dunia Islam yang memungkinkan untuk
menampilkan Islam secara parsial atau Islam yang tidak Kaffah Rohmatallil ‘Alamin. Selain itu
penekanan bersifat asumtif. Sedangkan manfaat atau kelebihannya, kita dapat memberikan penjelasan
secara ilmiah terhadap berbagai problem persoalan keagamaan seseorang.

5. Di antara contoh pendekatan psikologi antara lain, seseorang yang meresapi dalam membaca
ayat-ayat al-Qur’an hatinya akan tergerak untuk mewujudkan perilaku menjadi lebih baikdalam
kepribadiannya, akan tenang hatinya, dan ayat-ayat al-Qur’an menjadi penyejuk sekaligus obat bagi jiwa
dan raganya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahman Saleh dan Muhib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar, dalam Perspektif Islam,
Prenada Media , Jakarta, t.t, Cet. 2

Abu Ahmadi, Psikologi Umum, Rineka Cipta, Jakarta, 2003

http://digilib.uin-suka.ac.id/20670/1/11470118_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pd

http://ejournal.kopertais4.or.id/sasambo/index.php/elhikam/article/download/1916/1419

http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/Quality/article/view/221/1696
http://www.trendilmu.com/2015/11/Pendekatan.psikologi.Islam.html

Jalaludin, Psikologi Agama, Raja Grafindo Persada , Jakarta, 2010

M. Yatimin Abdullah, Studi Islam Kontemporer, Amzah, Bandung, 2006

M.G. Husain, Psychology and Society in Islamic Perspective, Pusta, 1996, Terj Karsidi Diningrat,
Psikologi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam

Ma’mun Mu’min, Pendekatan Studi Islam (Suatu Tinjauan Lingkup Perspektif dan Orientasi, Idea Press,
Yogyakarta, 2015

Ramayulis, Psikologi Agama, Kalam Mulia, Jakarta, 2013, Cet-10

Zakiyah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, Bulan Bintang, Jakarta, 2005

[1] M. Yatimin Abdullah, Studi Islam Kontemporer, Amzah, Bandung, 2006, hlm.58

[2] Ma’mun Mu’min, Pendekatan Studi Islam (Suatu Tinjauan Lingkup Perspektif dan Orientasi, Idea
Press, Yogyakarta, 2015, hlm.44

[3] Ramayulis, Psikologi Agama, Kalam Mulia, Jakarta, 2013, Cet-10, hlm.5

[4] Jalaludin, Psikologi Agama, Raja Grafindo Persada , Jakarta, , 2010, hlm. 7

[5] Abdul Rahman Saleh dan Muhib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar, dalam Perspektif Islam,
Prenada Media , Jakarta, t.t, Cet. 2, hlm.5-6

[6] Zakiyah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, Bulan Bintang, Jakarta, 2005, hlm.18

[7] Ma’mun Mu’min, Pendekatan Studi Islam (Suatu Tinjauan Lingkup Perspektif dan Orientasi, Idea
Press, Yogyakarta, 2015, hlm.81

[8] Jalaludin, Psikologi Agama, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2010, hlm. 15-16

[9] Ma’mun Mu’min, Pendekatan Studi Islam (Suatu Tinjauan Lingkup Perspektif dan Orientasi, Idea
Press, Yogyakarta, 2015, hlm. x-xi

[10] Ma’mun Mu’min, Pendekatan Studi Islam (Suatu Tinjauan Lingkup Perspektif dan Orientasi, Idea
Press, Yogyakarta, 2015, hlm.80

[11] http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/Quality/article/view/221/1696, diakses pada tanggal 14


Oktober 2017, Jam 19.34 WIB
[12] M.G. Husain, Psychology and Society in Islamic Perspective, Pusta, 1996, Terj Karsidi Diningrat,
Psikologi dan Masyarakat dalam Perspektif Islam hlm. 16

[13] Ibid hlm. 17

[14] Ma’mun Mu’min, Pendekatan Studi Islam (Suatu Tinjauan Lingkup Perspektif dan Orientasi, Idea
Press, Yogyakarta, 2015, hlm. 81

[15] Ma’mun Mu’min, Pendekatan Studi Islam (Suatu Tinjauan Lingkup Perspektif dan Orientasi, Idea
Press, Yogyakarta, 2015, hlm. 81

[16]http://ejournal.kopertais4.or.id/sasambo/index.php/elhikam/article/download/1916/1419, diakses pada


tanggal 2 Desember 2017

[17]http://digilib.uin-suka.ac.id/20670/1/11470118_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf, diakses
pada tanggal 2 Desember 2017

[18] Abu Ahmadi, Psikologi Umum, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 19

[19] Ma’mun Mu’min, Pendekatan Studi Islam (Suatu Tinjauan Lingkup Perspektif dan Orientasi, Idea
Press, Yogyakarta, 2015, hlm.83

[20] http://www.trendilmu.com/2015/11/Pendekatan.psikologi.Islam.html, diakses pada tanggal 14


Oktober 2017, Jam 19.34 WIB

Anda mungkin juga menyukai