Spek Teknis (Pekuwon)
Spek Teknis (Pekuwon)
1. LINGKUP PEKERJAAN
1.2 Umum
a. Persyaratan teknis adalah dalam rangka sebagai pedoman pelaksanaan sesuai standart atau ketentuan
– ketentuan teknis yang berlaku.
b. Penjelasan yang dalam syarat-syarat tehnis harus disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang ada dalam
rencana anggaran biaya ( RAB).
c. Peraturan – peraturan yang berlaku.
d. Semua perubahan / ralat baik pengurangan maupun tambahan terhadap syarat-syarat ini.
e. Penjelasan dari hasil rapat atau petunjuk – petunjuk dari pengawas / direksi pekerjaan.
f. Penyusunan jadwal pelaksanaan di susun secara detail sesuai dengan uraian diatas ( pasal 1)
a. Jenis dan mutu bahan yang akan dilaksanakan harus diutamakan bahan-bahan produksi Dalam
Negeri, sesuai dengan keputusan bersama Menteri Perdagangan dan Koperasi, Menteri Perindustrian
dan Menteri Penertiban Aparatur Negara tanggal 23 Desember 1980 serta Perpres No. 54 Tahun
2010.
b. Bahan-bahan bangunan dan tenaga kerja setempat sesuai dengan lokasi yang ditunjuk, bila bahan-
bahan bangunan dari semua jenis memenuhi syarat teknis sesuai dengan peraturan yang ada,
dianjurkan untuk dipergunakan dengan mendapatkan ijin dari Pimpinan Kegiatan.
c. Bila bahan-bahan bangunan yang telah memenuhi spesifikasi teknis terdapat beberapa macam jenis
(merk), diharuskan untuk memakai jenis dan mutu bahan satu jenis.
d. Bahan-bahan bangunan yang telah ditetapkan jenisnya, dimana bahan-bahan bangunan tersebut
mempunyai beberapa macam mutu, maka harus ditetapkan untuk dilaksanakan dengan 1 (satu) merk
untuk dipergunakan.
e. Bila Penyedia Barang/Jasa telah melaksanakan jenis dan mutu bahan untuk pekerjaan atau bagian
pekerjaan tidak sesuai dengan yang telah ditetapkan, maka bahan-bahan tersebut harus ditolak dan
dikeluarkan dari lokasi pekerjaan paling lambat 24 jam setelah ditolak dan biaya menjadi tanggung
jawab Penyedia Barang/jasa.
f. Contoh-contoh yang dikehendaki oleh Pimpinan Kegiatan, harus segera disediakan tanpa kelambatan
atas biaya Penyedia Barang/Jasa dan harus sesuai dengan standart. Contoh tersebut diambil dengan
cara begitu rupa hingga dapat dianggap bahwa bahan tersebut yang akan dipakai dalam pelaksanaan
dapat mewakili pekerjaan nanti, contoh tersebut disimpan sebagai dasar penolakan, bila ternyata
2
bahan yang dipakai sesuai dengan contoh baik kualitas maupun sifat-sifatnya dapat dipakai sebagai
dasar untuk penolakan.
g. Bila dalam uraian dan syarat-syarat disebutkan nama pabrik pembuatan dari suatu barang, maka ini
hanya dimaksudkan utnuk menunjukan kualitas dan tipe dari barang-barang yang memuaskan
pimpinan kegiatan.
h. Metodologi penyelesaian pekerjaan
3
2.1.2.2 PELAKSANAAN PEKERJAAN
a. Pekerjaan galian/strauss yang dikerjakan dan pekerjaan galian lainnya tidak boleh dimulai
sebelum papan dasar pelaksanaan ( Bouwplank ) serta tanda tinggi dasar ± 0.00 yang dibuat
dari patok permanen dan sumbu sumbu tiang disetujui oleh Pemimpin Kegiatan atau
Konsultan Pengawas.
b. Tinggi dasar ± 0.00 bangunan disesuaikan dengan gambar kerja atau sesuai petunjuk
Pemimpin Kegiatan atau Konsultan Pengawas.
c. Pembuatan dan pemasangan Bouwplank dibuat dari kayu meranti atau kayu tahun (ukuran
2/20 dan 5/7 dalam cm) pemasangan harus kuat dan kokoh permukaan atasnya rata atau
diserut dan bersifat datar (Water Pass).
d. Pekerjaan bouwplank tidak boleh dibongkar atau dilepas sebelum pekerjaan pasangan
trassram selesai dilaksanakan.
e. Segala pekerjaan pengukuran persiapan atau Uitzeet tersebut menjadi tanggungan
Kontraktor dan harus mendapat persetujuan dari Pemimpin Kegiatan atau Konsultan
Pengawas.
4
b. Mutu beton yang disyaratkan untuk konstruksi yang bersifat struktural adalah campuran
1 Pc : 3 Ps : 5 Kr atau setara dengan kekuatan beton mutu K 175
2.1.3.2.3 Air
a. Yang dimaksud air kerja adalah air untuk pencampuran untuk dipergunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan
b. Air untuk adukan sebelumnya harus dimintakan persetujuan dari Pemimpin Kegiatan atau
Konsultan Pengawas, untuk adukan bahan campuran pasangan dan beton dimana air yang
dipergunakan harus bebas dari asam, garam, bahan alkali dan bahan organik yang dapat
mengurangi mutu.
c. Penggunaan air kerja harus mendapatkan persetujuan dari Pemimpin Kegiatan atau
Konsultan Pengawas dan bila air yang digunakan meragukan, maka kontraktor harus
mengadakan penelitian laboratorium dengan biaya ditanggung oleh Kontraktor.
5
2.1.3.2.4 Besi Beton
a. Besi beton yang digunakan adalah baja tulangan dengan mutu kuat tarik besi baja U–28 (
Besi Ulir atau polos ) dengan diameter yang disesuaikan dengan kebutuhan pekerjaan yang
tertera dengan jelas di gambar rencana.
b. Pembengkokan dan pemotongan baja tulangan harus dilaksanakan menurut gambar
rencana detail dengan menggunakan alat potong dan mal atau patrun sesuai dengan
diameter masing masing.
2.1.3.2.5 Kayu Untuk Cetakan Beton
a. Kayu untuk Kaso cetakan dipakai kayu kelas II sesuai syarat dalam PKKI 70 atau dipakai,
meranti atau kayu tahun.
b. Papan Begisting dari kayu multiplek 6mm.
c. Sebelum pengecoran bidang bagian dalam bekisting dilapis cairan mud oil sampai rata agar
pada waktu pembongkaran, beton tidak menempel pada bagian papan bekisting, perancah
bekisting dipakai kayu meranti minimum ukuran 5/7 cm.
6
g. Pengecoran tidak diperkenankan apabila belum diperiksa dan disetujui oleh Pemimpin
Kegiatan atau Konsultan Pengawas.
f. Sebelum pengecoran dimulai bagian dalam dari bekisting harus bersih dan kering dari
limbah, minyak dan kotoran kotoran lainnya dan harus mendapat persetujuan dari Pemimpin
Kegiatan atau Konsultan Pengawas.
7
c. Segera setelah beton dituangkan kedalam bekisting, adukan harus dipadatkan dengan
concrete vibrator atau alat lainnya dan harus mendapat persetujuan Pemimpin Kegiatan atau
Konsultan Pengawas.
d. Pembongkaran bekisting tidak boleh dilakukan sebelum waktu pengerasan menurut PBI 71
dipenuhi dan pembongkarannya dilakukan dengan hati-hati dan tidak merusak beton yang
sudah mengeras dengan terlebih dahulu mendapatkan persetujuan Pemimpin Kegiatan atau
Konsultan Pengawas.
e. Rongga rongga beton bertulang sejauh mungkin dihindari dan peralatan permukaan beton
harus dilakukan penutupan rongga sesuai petunjuk Pemimpin Kegiatan atau Konsultan
Pengawas.
f. Apalagi konstruksi beton bertulang langsung terletak diatas permukaan tanah, maka
sebelumnya harus dibuat lantai kerja yang rata. Jika ditentukan lain maka lantai kerja harus
dibuat dari beton dengan campuran minimal menurut perbandingan 1 Pc : 3 Ps : 6 Kr tebal
lantai kerja harus diambil minimal 5 cm.
g. Setelah proses pengecoran selesai maka selang 3 ( tiga ) jam harus diadakan curring
/penyiraman maupun penggenangan dan ini harus disesuaikan dengan jenis konstruksinya
curring ini menggunakan air dengan tujuan untuk menghindari proses
pengikatan/pengerasan beton secara ekstrim.Proses curring ini harus dilaksanakan sampai
dengan beton benar benar sempurna dalam pengerasanya.
2.1.4.2 RINGKASAN
Bronjong kawat adalah kotak yang terbuat dari anyaman kawat baja berlapis seng yang pada
penggunaannya diisi batu-batu untuk pencegah erosi yang dipasang pada tebingtebing, tepi-tepi sungai,
yang proses penganyamannya menggunakan mesin. Acuannya adalah SNI 03-0090-1987 tentang Mutu
dan Cara Uji Bronjong dan Kawat Bronjong, dan syarat bahan baku mengacu pada SNI 03-6154-1999
tentang Kawat Bronjong
8
Tahap II : pekerjaan pengesetan bronjong dilokasi. Setelah lokasi siap, seorang
pelaksana lapangan tidak bias langsung menggunakan lokasi tersebut untuk
dikerjakan pemasangan bronjong, akan tetapi harus melakukan uji mutu
kepadatan tanah apakah sudah sesuai dengan spesifikasi teknis. Setelah
laboratorium menghasilkan rekomendasi bahwa kepadatan tanah telah
memenuhi daya dukung, maka pelaksana dapat melakukan pemasangan
penyekat/pelapis bronjong yang terbuat dari ijuk atau model sekarang disebut
dengan goetextile. Baru kemudian diatasnya digelar anyaman bronjong yang
telah diset. Karena struktur bronjong biasanya cukup panjang dan tinggi, maka
susunan bronjong dilakukan lapis per lapis, dan setiap lapis bronjong yang stu
dengan yang lainnya harus diikat dengan kawat pengikat dan ditambah dengan
dipasang angkur.
Tahap III : pekerjaan pengikatan rangkaian bronjong satu dengan yang lainnya. Bronjong
sudah diset kemudian dipasang lapis per lapis yang dimulai dari lapisan paling
bawah. Karena ukuran bronjong standar, maka untuk mencapai panjang
konstruksi bronjong harus ditata berbaris dan setiap batas barisan bronjong
dipasang angker penguat dari besi, dan kemudian untuk mengikatkan satu
bronjong dengan bronjong yang lain diikat dengan menggunakan kawat
pengikat, demikian juga untuk lapisan pertama dengan lapisan ke dua harus
diikat dengan kokoh, agar tidak terjadi pergeseran bronjong setelah dilakukan
pengisian.
Tahap IV : Tahap pengujian kekokohan rakitan bronjong Kawat bronjong yang telah
dirangkai dan sudah diikat satu dengan yang lain, sebelum dilakukan pengisian
material, bronjong harus diuji kekokohannya oleh pelaksana lapangan dan
dilaporkan kepada manajer lapangan agar mendapatkan ijin untuk dilakukan
pengisian material.
Tahap V : Tahap pengisian material bronjong Bronjong yang sudah mendapatkan ijin atas
kekokohan rakitan dari manajer lapangan dan dari direksi, maka bronjong mulai
dilakukan pengisian. Pengisian bronjong dilakukan mulai dari rangkaian bronjong
paling pinggir, dan jika gradasi material tidak seragam, maka untuk pengisian
bronjong harus disusun material yang bergradasi lebih kecil dari diameter lobang
kawat, diletakan ditengah-tengah dan diapit oleh material yang memenuhi syarat
dimensi. Pola pengisian material bronjong, dilakukan tidak langsung diisikan
penuh baru kemudian pindah ke rangkaian lainnya, melainkan bronjong diisi
hingga mencapai kedalaman setengah tinggi bronjong sepanjang rangkaian,
baru kemudian diisi penuh dimulai dari pinggir. Setelah bronjong diisi penuh
maka tidak boleh langsung ditutup, melainkan harus dilakukan pengujian
kepadatan isi material. Pengujian dilakukan oleh pelaksana lapangan yang
9
didampingi oleh manajer lapangan dan direksi. Setelah rekomendasi kepadatan
dikeluarkan oleh direksi dan manajer lapangan, maka bronjong yang telah diuji
tersebut boleh dilakukan penutupan dan penyulaman pengikat.
Tahap VI : Pengujian pengisian material bronjong Bronjong yang telah diisi penuh dengan
material, maka harus dilakukan pengujian kepadatan, pengujian dapat dilakukan
dengan melakukan pembebanan di atas bronjong, dan jika ternyata setelah
dibebani dan digoyang tetap kokoh, maka bronjong dianggap telah kuat
menahan beban dan dorongan beban. Sehingga rekomendasi penutupan
bronjong dapat dikeluarkan oleh direksi dan manejer lapangan.
Tahap VII : Penutupan anyaman bronjong dan penyulaman. Setelah ijin kepadatan
dikeluarkan oleh direksi dan manajer lapangan, maka pelaksana lapangan dapat
melakukan penutupan dan pengikatan penyulaman bronjong dengan kawat
pengikat. Penyulaman dilakukan mulai dari tepi baik posisi horizontal maupun
vertikal, dan material penyulaman harus memenuhi spesifikasi material
penyulaman. Ketika dilakukan penyulaman dan pengikatan, prnutup bronjong
tidak diperbolehkan untuk dipukul-pukul, jadi harus dilakukan dengan pola
penarikan. Karena pemukulan terhadap kawat penutup bronjong akan
memperlemah kondisi penutup kawat bronjong karena luka.
10
2.1.4.5 MENJALIN IKATAN ANTAR BRONJONG SUPAYA RAPAT & RATA, SERTA TIDAK MUDAH
BERGERAK
Tahap I : Menyiapkan kawat pengikat Kawat pengikat bronjong biasanya masih berupa
gulungan besar, oleh karena itu sebelum digunakan untuk mengikat bronjong,
harus diurai dari gulungan dan dilakukan penggulungan disebuah bambu atau
kayu, setiap gulungan diharapkan memiliki panjang kawat sesuai kebutuhan
pengikatan.
Tahap II : Anyaman bronjong di rapatkan satu dengan yang lain Untuk memudahkan
pengikatan dan penganyaman, maka kawat bronjong bagian sisi ketemu sisi
ditarik dengan menggunakan alat penarik kawat, dan dikunci, agar kawat
menjadi rapat dan mudah dilakukan pengikatan.
Tahap III : Melakukan penyulaman dan pengikatan. Setelah penguncian anyaman sisi
ketemu sisi bronjong, maka dilakukan penyulaman dengan menggunakan kawat
pengikat. Penyulaman dimulai dari bagian ujung tepi bawah anyaman bronjong,
dan diikat dengan kuat-kuat, kemudian salah satu ujung kawat pengikat
disulamkan melintir ke pertemuan pembatas anyaman bronjong. Dan setiap
panjang tertentu kawat sulaman diikat, demikian sulaman dilakukan hingga ke
sudut paling akhir dari sisi ketemu sisi bronjong
Tahap IV : Pengujian kekokohan ikatan dan sulaman. Setiap tahapan pengikatan
terhadap kawat sulaman, sebelum dilakukan dilanjutkan untuk penyulaman,
maka dilakukan pengujian kekokohan, dan stabil.
2.1.5 PEKERJAAN LAIN-LAIN
2.1.5.1 PEKERJAAN PASANG PINTU BESI
Spesifikasi teknis ini menetapkan dimensi pintu besi dan persyaratan bahan baku, syarat mutu,
pengambilan contoh, cara uji, syarat lulus uji, pengemasan dan syarat pengadaan pintu dengan dimesi
bahan dsb yang sudah tertera pada gambar teknis.
3.URAIAN PEKERJAAN
3.1. Penyediaan.
Penyedia Barang/Jasa harus menyediakan segala yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan
secara sempurna dan efesien dengan urutan yang teratur, termasuk alat-alat pembantu yang dipergunakan
seperti Alat Berat, andang-andang, alat-alat pengangkat, mesin-mesin, alat-alat penarik dan sebagainya yang
11
diperlukan oleh rekanan dan untuk semua alat-alat tersebut pada waktu pekerjaan selesai karena sudah tidak
bcrguna lagi, supaya dibersihkan dari lokasi.
4. GAMBAR-GAMBAR PEKERJAAN
12
4.2. Gambar-gambar tambahaan ( Shop Drawing ).
Bila Pengawas Lapangan/ Konsultan Pengawas menganggap perlu, maka Penyedia barang/jasa
membuat tambahan gambar detail (gambar penjelasan) yang disahkan oleh Pengawas & Pimpinan
Kegiatan, gambar- gambar tersebut menjadi milik Pimpinan Kegiatan.
13
e. Spesifikasi Beton Struktur SNI-03-6880-2002 (SNI-03-6880-2002)
f. Cara Uji Slump Beton ( SNI 1972:2008 )
g. PUBB (Peraturan Umum Pemeriksaan bahan-bahan Bangunan) N.I. 3/55.
h. Peraturan Muatan Indonesia (PMI.70) N.I.. 18/1970.
i. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000, tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
j. Algemene Voorscheriften Voor Drinkwater Instalaties 1961.
k. Peraturan Perburuhan di Indonesia (tentang Pengarahan tenaga Kerja) antara lain tentang larangan
mengerjakan anak-anak dibawah umur.
l. Surat keputusan bersama Menteri Tenaga kerja dan Menteri Pekerjaan Umum Nomor :
Kep.174 MEM/86, tanggal 4 Maret 1986 104/KPCS/1986.
14
b. Bar Chart tersebut harus selalu berada dilokasi tempat pekerjaan untuk diikuti dengan perkembangan
hasil pelaksanaan pekerjaan di lapangan dengan diberikan tanda garis tinta warna merah. Bila terdapat
/ terlihat adanya hambatan maka semua pihak harus segera mengadakan Iangkah-langlcah untuk
penanggulangan hambatan yang akan terjadi.
b. Sebagai penanggung jawab di lapangan pekerjaan pelaksanaan harus mempelajari dan mendalami
semua isi gambar, spektek dan Berita Acara Aanwijzing sehingga tidak terjadi kesalahan-kesalahan baik
konstruksi maupun kwalitas bahan-bahan yang harus dilaksanakan.
c. Perubahan konstruksi maupun perubahan bahan-bahan bangunan dapat dilaksanakan apabila ada ijin
tertulis Dari Pimpinan Kegiatan (PPK) berdasarkan hasil rapat Pengawas Lapangan dan Konsultan
Pengawas , menyimpang dari hal tersebut menjadi tanggung jawab Penyedia barang/Jasa untuk
melaksanakan gambar dan spektek. Pengawas Lapangan /konsultan Pengawas berhak menolak
penunjukan pelaksana (Uitvorder) dari Penyedia Barang/Jasa berdasarkan pendidikan, pengalaman,
tingkah laku dan kecakapan, dalam hal ini Penyedia Barang/Jasa harus segera menempatkan pengganti
lain dengan persetujuan Pengawas Lapangan/Konsultan Pengawas.
a. Adapun kebangsaan Penyedia Barang/Jasa, sub Penyedia, leveransir atau penengah (Arbitrase) dan
dimanapun mereka bertempat tinggal / menetap (domisili) atau bagian pekerjaan berada undang-
undang Republik Indonesia adalah undang-undang yang melindungi Kontrak ini.
b. Untuk memudahkan komunikasi demi untuk mempelancar jalannya pelaksanaa pekerjaan Penyedia
Barang/Jasaberkewajiban memberikan alamat yang tetap dan jelas beserta nomor telepon rumah dan
atau nomor telepon sekitar kepada Pimpinan Kegiatan dan Direksi.
15
10. PENJAGAAN KEAMANAN LAPANGAN PEKERJAAN
16
11. JAMINAN DAN KESELAMATAN BURUH
11.1. Air Minum dan Air untuk pekerjaan
a. Penyedia Barang/Jasa harus senantiasa menyedialkan air minum yang cukup bersih ditempat
pekerjaan untuk para pekerjanya.
b. Air untuk keperluan bangunan selama pelaksanaan, dapat mempergunakan atau menyambung pipa air
yang telah ada dengan meteran air tersendiri ( guna memperhitungkan pembayaran ) atau air sumur
yang bersih, jernih dan tawar, bila hal ini meragukan maka harus diperiksa dilaboratorium.
11.2. Kecelakaan.
Apabila terjadi kecelakaan untuk tenaga kerja yang melaksanakan, Peyedia Barang/Jasa harus segera
mengambil tindakan yang perlu untuk keselamatan si korban dengan biaya pengobatan dan lain-lain
menjadi tanggung jawab Penyedia barang/Jasa dan harus segera melaporkan kepada Pengawas
Lapangan dan Pimpinan kegiatan.
Di lokasi pekerjaan harus disediakan kotak obat-obatan untuk pertolongan pertama (PPPK) yang selalu
tersedia didalam setiap saat dan berada ditempat Bowkeet.
17
14. PEKERJAAN TIDAK BAIK
a. Pimpinan kegiatan berhak mengeluarkan instruksi agar Penyedia barang/jasa membongkar pekerjaan
apa saja yang telah ditutup untuk diperiksa, atau mengatur untuk mengadakan pengujian bahan-bahan
atau barang-barang yang sudah dilaksanakan.
b. Ongkos untuk pekerjaan dan sebagainya menjadi beban Penyedia Barang/Jasa untuk disempurnakan
sesuai kontrak.
c. Pimpinan Kegiatan berhak mengeluarkan instruksi untuk menyingkirkan dari tempat pekerjaan, bahan-
bahan atau barang-barang apa saja yang tidak sesuai dengan kontrak. Pimpinan Kegiatan boleh
(tetapi dengan secara adil atau tidak menyusahkan) mengeluarkan perintah yang menghendaki
pemecatan siapa saja dari pekerjaan.
18
16.3. Ijin Bangunan dan Iklan.
a. Ijin bangunan, biaya dan pengurusannya menjadi beban Penyedia Barang/Jasa dan di kalkulasikan
dalam biaya pekerjaan persiapan dalam penawaran.
b. Penyedia barang/jasa tidak diijinkan membuat iklan dalam bentuk apapun, dalam batas-batas lapangan
pekerjaan atau ditanah yang berdekatan tanpa ijin Pengawas Lapangan/Konsultan Pengawas.
c. Penyedia Barang/Jasaharus melarang siapapun yang tidak berkepentingan memasuki lapangan
pekerjaan.
d. Penyedia Barang/jasa harus memasang papan nama proyek dilokasi pekerjaan dengan ukuran 1,5 x
2,,00 M' berwarna dasar putih dengan tulisan hitam, selambat-lambatnya 1 (satu) minggu terhitung sejak
tanggal dikeluarkan SPMK.
17.2. Kewajiban Pengawas lapangan ( Panitia Penerima Hasil Pekerjaan) /Konsultan Pengawas.
Membuat evaluasi tentang hasil seluruh pelaksanaan sesuai dengan kontrak dan Menanggapi / melaporkan
kepada Pembuat Komitmen tentang hasil pekerjaan tersebut diatas berdasarkan :
a. Kontrak
b. Surat penyerahan pekerjaan dari Penuyedia barang/Jasa
c. Surat tanggapan dari pengawas lapangan / Direksi, setelah. dapat menerima penyerahan pekerjaan
tersebut.
18. MASA PEMELIHARAAN
a. Masa pemeliharaan selama 6 (enam) bulan terhitung mulai dari tanggal diterimanya penyerahan
pekerjaan yang pertama, hingga 180 hari pemeliharaan/penyempurnaan bangunan sepenuhnya
masih menjadi tanggung jawab Penyedia Barang/ Jasa.
b. Apabila Penyedia Barang/Jasa telah melaksanakan hal tersebut diatas sesuai kontrak, maka
penyerahan pekerjaan yang kedua dapat dilaksanakan seperti pada tata cara (prosedur) pada
penyerahan pekerjaan yang pertama.
19
19. P E N U T U P
a. Meskipun dalam rencana kerja dan syarat ( spektek) ini pada uraian pekerjaan tidak disebutkan kata-
kata dipasang tetapi pekerjaan perlu dilaksanakan Penyedia Barang/Jasa harus melaksanakan dan
sebagai dimuat dalam spektek ini dan bukan sebagai pekerjaan lebih.
b. Berita Acara Penjelasan pekerjaan ( Aanwijzing ) merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
Dokumen Pengadaan ini.
20