Anda di halaman 1dari 21

SPESIFIKASI TEKNIS ( SPEKTEK

REHABILITASI CHECKDAM DESA BAYEMGEDE KEC.KEPOHBARU,


KAB. BOJONEGORO
SPESIFIKASI TEKNIS ( SPEKTEK )

REHABILITASI CHECKDAM DESA BAYEMGEDE KEC.KEPOHBARU, KAB. BOJONEGORO

1. LINGKUP PEKERJAAN

1.1 Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan yang dilakukan dalam rencana kerja dan syarat-syarat meliputi :


I. PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Pembersihan Lokasi Pekerjaan
2. Papan Nama Pekerjaan Dan Papan K3
3. Dokumentasi
4. Sewa Gudang / Base Camp
5. Kisdam (Dewatering)
6. Mobilisasi dan Demobilisasi Alat Berat
7. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

II. PEKERJAAN TANAH


1. Galian Bor Strous
2. Galian Tanah Menggunakan Exavator
3. Urugan Tanah Kembali
4. Normalisasi Sungai Menggunakan Exavator (100 m Hulu)

III. PEKERJAAN STRUKTUR


1. Beton Lantai Checkdam K.225
2. Beton Sayap Checkdam K. 175
3. Beton Strous K 175
4. Beton Untuk Lantai Kerja K 100
5. Pembesian dengan Besi Polos
6. Pekerjaan Pemasangan Begesting
7. Pekerjaan Bongkar Bekisting
8. Beton Ferocemen K.175

IV. PEKERJAAN LAIN-LAIN


1. Pasang Pintu Besi
2. Rehab Penggerak Pintu + Pengecatan
3. Kayu Skot Balok (Kayu Trembesi)
4. Pemasangan Bronjong Pabrikasi
1
5. Pemasangan Batu Kosong
6. Pemasangan Cerucuk Bambu

1.2 Umum

a. Persyaratan teknis adalah dalam rangka sebagai pedoman pelaksanaan sesuai standart atau ketentuan
– ketentuan teknis yang berlaku.
b. Penjelasan yang dalam syarat-syarat tehnis harus disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang ada dalam
rencana anggaran biaya ( RAB).
c. Peraturan – peraturan yang berlaku.
d. Semua perubahan / ralat baik pengurangan maupun tambahan terhadap syarat-syarat ini.
e. Penjelasan dari hasil rapat atau petunjuk – petunjuk dari pengawas / direksi pekerjaan.
f. Penyusunan jadwal pelaksanaan di susun secara detail sesuai dengan uraian diatas ( pasal 1)

2. JENIS DAN MUTU BAHAN SERTA METODE PELAKSANAN

2.1. JENIS DAN MUTU BAHAN

a. Jenis dan mutu bahan yang akan dilaksanakan harus diutamakan bahan-bahan produksi Dalam
Negeri, sesuai dengan keputusan bersama Menteri Perdagangan dan Koperasi, Menteri Perindustrian
dan Menteri Penertiban Aparatur Negara tanggal 23 Desember 1980 serta Perpres No. 54 Tahun
2010.
b. Bahan-bahan bangunan dan tenaga kerja setempat sesuai dengan lokasi yang ditunjuk, bila bahan-
bahan bangunan dari semua jenis memenuhi syarat teknis sesuai dengan peraturan yang ada,
dianjurkan untuk dipergunakan dengan mendapatkan ijin dari Pimpinan Kegiatan.
c. Bila bahan-bahan bangunan yang telah memenuhi spesifikasi teknis terdapat beberapa macam jenis
(merk), diharuskan untuk memakai jenis dan mutu bahan satu jenis.
d. Bahan-bahan bangunan yang telah ditetapkan jenisnya, dimana bahan-bahan bangunan tersebut
mempunyai beberapa macam mutu, maka harus ditetapkan untuk dilaksanakan dengan 1 (satu) merk
untuk dipergunakan.
e. Bila Penyedia Barang/Jasa telah melaksanakan jenis dan mutu bahan untuk pekerjaan atau bagian
pekerjaan tidak sesuai dengan yang telah ditetapkan, maka bahan-bahan tersebut harus ditolak dan
dikeluarkan dari lokasi pekerjaan paling lambat 24 jam setelah ditolak dan biaya menjadi tanggung
jawab Penyedia Barang/jasa.
f. Contoh-contoh yang dikehendaki oleh Pimpinan Kegiatan, harus segera disediakan tanpa kelambatan
atas biaya Penyedia Barang/Jasa dan harus sesuai dengan standart. Contoh tersebut diambil dengan
cara begitu rupa hingga dapat dianggap bahwa bahan tersebut yang akan dipakai dalam pelaksanaan
dapat mewakili pekerjaan nanti, contoh tersebut disimpan sebagai dasar penolakan, bila ternyata

2
bahan yang dipakai sesuai dengan contoh baik kualitas maupun sifat-sifatnya dapat dipakai sebagai
dasar untuk penolakan.
g. Bila dalam uraian dan syarat-syarat disebutkan nama pabrik pembuatan dari suatu barang, maka ini
hanya dimaksudkan utnuk menunjukan kualitas dan tipe dari barang-barang yang memuaskan
pimpinan kegiatan.
h. Metodologi penyelesaian pekerjaan

2.1 METODE PELAKSANAAN


2.1.1 PEKERJAAN PERSIAPAN
1. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor harus menyiapkan bahan bahan yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan pekerjaan dan harus ditempatkan pada tempat yang sudah ditentukan atau
dikoordinasikan oleh Pemimpin Kegiatan atau Konsultan Pengawas dan penempatan barang barang
itu harus rapi sehingga tidak menggangu lingkungan sekitarnya dan aktifitas kerja pegawai atau
penghuni yang ada disekitarnya.
2. Direksi Keet ( Bouwkeet / Barak )
Kontraktor harus menyediakan Kantor untuk Direksi Lapangan, suatu Ruang Kantor sementara
beserta peralatannya, serta harus membersihkan dan menjaga keamanan beserta peralatannya.
3. Kontraktor harus membersihkan dan menjaga keamanan pada lokasi pekerjan serta peralatanya,
dengan catata harus membuat Direksi Keet dengan biaya dari kontraktor sendiri tanpa dimasukkan
dalam penawaran.
4. Berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan ini jika Kontraktor memanfaatkan atau memakai fasilitas
yang seperti listrik, PDAM maupun fasilitas lainnya yang ada dilingkungan proyek harus ada ijin dari
pihak yang berwenang tentang peraturan atau aturan aturan yang harus dipenuhi.

2.1.2 PEKERJAAN TANAH


2.1.2.1 KETENTUAN UMUM
a. Bagian ini mencakup seluruh pekerjaan tanah baik pada galian tanah /strous dan urugan
yang diminta oleh bagian bagian pekerjaan dari proyek, sebagaimana ditentukan dalam
gambar rencana dan Dokumen Lelang serta Dokumen Kontrak.
b. Sebelum pekerjaan tanah dimulai kontraktor berkewajiban untuk meneliti semua dokumen
kontrak yang berhubungan dengan pekerjaan tersebut, memeriksa kebenaran dari kondisi
pekerjaan, meninjau tempat pekerjaan dan kondisi kondisi yang ada, melakukan pengukuran
dan pertimbangan seluruh lingkup pekerjaan yang dibutuhkan untuk penyelesaian
kelengkapan proyek. Dan pada saat pengukuran ini harus dilakukan dengan teliti bersama
sama dengan Pemimpin Kegiatan atau Konsultan Pengawas.

3
2.1.2.2 PELAKSANAAN PEKERJAAN
a. Pekerjaan galian/strauss yang dikerjakan dan pekerjaan galian lainnya tidak boleh dimulai
sebelum papan dasar pelaksanaan ( Bouwplank ) serta tanda tinggi dasar ± 0.00 yang dibuat
dari patok permanen dan sumbu sumbu tiang disetujui oleh Pemimpin Kegiatan atau
Konsultan Pengawas.
b. Tinggi dasar ± 0.00 bangunan disesuaikan dengan gambar kerja atau sesuai petunjuk
Pemimpin Kegiatan atau Konsultan Pengawas.
c. Pembuatan dan pemasangan Bouwplank dibuat dari kayu meranti atau kayu tahun (ukuran
2/20 dan 5/7 dalam cm) pemasangan harus kuat dan kokoh permukaan atasnya rata atau
diserut dan bersifat datar (Water Pass).
d. Pekerjaan bouwplank tidak boleh dibongkar atau dilepas sebelum pekerjaan pasangan
trassram selesai dilaksanakan.
e. Segala pekerjaan pengukuran persiapan atau Uitzeet tersebut menjadi tanggungan
Kontraktor dan harus mendapat persetujuan dari Pemimpin Kegiatan atau Konsultan
Pengawas.

2.1.2.3 PENGURUGAN BAHAN SERTA PENGURUGAN KEMBALI BEKAS GALIAN


a. Urugan pasir/tanah dilaksanakan lapis demi lapis dengan ketebalan urugan setiap lapisan
adalah maksimum 20 cm dan harus dipadatkan sampai mencapai kepadatan yang cukup
sempurna dengan menggunakan alat pemadat atau stamper dan disetujui Pemimpin
Kegiatan atau Konsultan Pengawas.
b. Tebal masing masing urugan jenis pasir dan tanah urug dilaksanakan sesuai dengan
gambar kerja.
c. Urugan dibawah pasir atau tanah asli serta menggunakan tanah urug bekas galian dengan
kualitas baik dan disetujui Pemimpin Kegiatan atau Konsultan Pengawas, dan bebas dari
bahan bekas bongkaran atau galian serta batu batuan yang dapat merugikan kekuatan
konstruksi.
d. Tanah bekas galian yang tidak dipakai harus dibuang pada tempat yang telah ditentukan
oleh Pemimpin Kegiatan atau Konsultan Pengawas.
e. Untuk pekerjaan pengurugan menggunakan tanah urug/pasir urug dengan kualitas bagus
sesuai dengan gambar dan BQ.

2.1.3 PEKERJAAN BETON DAN BETON BERTULANG


2.1.3.1 KETENTUAN UMUM
a. Pekerjaan ini mencakup semua pekerjaan beton yang diminta menurut dokumen kontrak,
sesuai gambar rencana menggunakan rabat beton kecuali ditentukan lain, maka untuk
ketentuan pekerjaan beton ini dipakai PBI 71.

4
b. Mutu beton yang disyaratkan untuk konstruksi yang bersifat struktural adalah campuran
1 Pc : 3 Ps : 5 Kr atau setara dengan kekuatan beton mutu K 175

2.1.3.2 BAHAN UNTUK ADUKAN BETON


2.1.3.2.1 Semen
a. Jenis semen Pc yang dipakai harus memenuhi ketentuan ketentuan dan syarat syarat yang
telah ditentukan dalam NI.8-1969 dan sebagai pedoman dapat memakai semen merk Pc
type I produksi Pabrik Semen Gresik dan sesuai standart SNI.
b. Dalam melaksanakan pekerjaan diharuskan memakai semen satu produk atau merk yang
sama produsennya.
c. Semen yang didatangkan ketempat pekerjaan harus baik dan baru serta dalam kantong
kantong semen yang masih utuh tanpa sobekan sobekan.
d. Penyimpanan semen dalam dalam gudang harus dilakukan diatas lantai panggung minimal
20 cm diatas tanah.
e. Semen yang dipakai harus selalu diperiksa oleh Pemimpin Kegiatan atau Konsultan
Pengawas sebelumnya.
f. Semen yang dimulai mengeras harus segera dikeluarkan dari lapangan atau lokasi
pekerjaan.

2.1.3.2.2 Kerikil / Koral


a. Ukuran maksimum dari batu pecah atau split adalah 2 - 3 cm mempunyai bidang pecah
minimum 3 muka dan split harus bersih, keras dan bebas dari kotoran kotoran lain yang
dapat mengurangi mutu beton dengan memenuhi persyaratan PBI 71.
b. Susunan ukuran koral atau pembagi butir harus termasuk susunan batu agregat campuran di
daerah baik menurut PBI 71.

2.1.3.2.3 Air
a. Yang dimaksud air kerja adalah air untuk pencampuran untuk dipergunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan
b. Air untuk adukan sebelumnya harus dimintakan persetujuan dari Pemimpin Kegiatan atau
Konsultan Pengawas, untuk adukan bahan campuran pasangan dan beton dimana air yang
dipergunakan harus bebas dari asam, garam, bahan alkali dan bahan organik yang dapat
mengurangi mutu.
c. Penggunaan air kerja harus mendapatkan persetujuan dari Pemimpin Kegiatan atau
Konsultan Pengawas dan bila air yang digunakan meragukan, maka kontraktor harus
mengadakan penelitian laboratorium dengan biaya ditanggung oleh Kontraktor.

5
2.1.3.2.4 Besi Beton
a. Besi beton yang digunakan adalah baja tulangan dengan mutu kuat tarik besi baja U–28 (
Besi Ulir atau polos ) dengan diameter yang disesuaikan dengan kebutuhan pekerjaan yang
tertera dengan jelas di gambar rencana.
b. Pembengkokan dan pemotongan baja tulangan harus dilaksanakan menurut gambar
rencana detail dengan menggunakan alat potong dan mal atau patrun sesuai dengan
diameter masing masing.
2.1.3.2.5 Kayu Untuk Cetakan Beton
a. Kayu untuk Kaso cetakan dipakai kayu kelas II sesuai syarat dalam PKKI 70 atau dipakai,
meranti atau kayu tahun.
b. Papan Begisting dari kayu multiplek 6mm.
c. Sebelum pengecoran bidang bagian dalam bekisting dilapis cairan mud oil sampai rata agar
pada waktu pembongkaran, beton tidak menempel pada bagian papan bekisting, perancah
bekisting dipakai kayu meranti minimum ukuran 5/7 cm.

2.1.3.3 PEKERJAAN BAJA TULANGAN


a. Gambar rencana kerja untuk baja tulangan meliputi rencana pemotongan, pembengkokan
sambungan penghentian dan lain-lain, untuk semua pekerjaan tulangan harus dipersiapkan
oleh Kontraktor kepada Pemimpin Kegiatan atau Konsultan Pengawas untuk mendapatkan
persetujuan terlebih dahulu sebelum pelaksanaan.
b. Semua detail harus memenuhi persyaratan seperti yang dicantumkan dalam gambar kerja
dan syarat syarat yang harus diikuti oleh PBI 71 NI-2 dan Buku Pedoman Perencanaan untuk
Struktur Beton Bertulang biasa dan struktur tembok bertulang untuk gedung tahun 1983.
c. Pemasangan tulangan harus sesuai dengan jenis konstruksinya jumlah dan jarak telah
ditentukan dalam gambar.
d. Tulangan harus ditempatkan dengan teliti pada posisi sesuai rencana dan harus dijaga jarak
antara tulangan dengan tulangan, jarak antara tulangan dengan bekisting untuk
mendapatkan tebal selimut beton atau beton decking yang cukup adalah 2-3 cm, untuk itu
Kontraktor harus mempergunakan penyekat atau specer, bila dipakai beton maka mutu
beton harus sesuai dengan beton yang bersangkutan,Semua tulangan harus diikat dengan
baik dan kokoh sehingga dijamin tidak bergeser pada waktu pengecoran.
e. Sebelum melakukan pengecoran semua tulangan harus diperiksa terlebih dahulu oleh
Pemimpin Kegiatan atau Konsultan Pengawas untuk memastikan ketelitian penempatannya,
kebersihan dan untuk mendapatkan perbaikan bilamana diperlukan dan ini harus dituangkan
dalam Berita Acara ( BA )
f. Tulangan yang berkarat harus segera dibersihkan atau diganti bilamana dianggap Pemimpin
Kegiatan atau Konsultan Pengawas akan melemahkan konstruksi.

6
g. Pengecoran tidak diperkenankan apabila belum diperiksa dan disetujui oleh Pemimpin
Kegiatan atau Konsultan Pengawas.

2.1.3.4 PEKERJAAN BEKISTING


a. Untuk mendapatkan beton penampang, ukuran dari beton seperti yang diminta dalam
gambar konstruksi bekisting harus dikerjakan dengan baik, teliti dan kokoh.
b. Konstruksi dari bekisting harus kedap adukan dan tidak melengkung menerima beban beban
dari adukan basah, tulangan dan lain lain tidak berubah bentuk akibat pemadatan adukan
dengan mesin penggetar atau vibrator.
c. Konstruksi dari bekisting seperti sokongan sokongan perancah dan lain-lain yang
memerlukan perhitungan harus diajukan kepada Pemimpin Kegiatan atau Konsultan
Pengawas untuk diperiksa dan disetujui untuk dilaksanakan.
d. Cetakan harus menghasilkan konstruksi akhir yang mempunyai bentuk, ukuran dan tepi-tepi
yang sesuai dengan gambar rencana dan syarat-syarat pelaksanaan.
e. Tiang cetakan harus dipasang dibawah dan disamping papan kayu yang kokoh dan harus
mudah distel, sedangkan bambu boleh digunakan sebagai tiang cetakan disamping kekuatan
dan kekakuan dari cetakan juga stabilitas perlu diperhitungkan dengan baik terutama
terhadap berat beton sendiri serta bahan bahan lainnya yang timbul selama pengecoran
seperti akibat mesin penggetar atau vibrator dan berat para pekerja.

f. Sebelum pengecoran dimulai bagian dalam dari bekisting harus bersih dan kering dari
limbah, minyak dan kotoran kotoran lainnya dan harus mendapat persetujuan dari Pemimpin
Kegiatan atau Konsultan Pengawas.

2.1.3.5 PELAKSANAAN BETON


a. Pekerjaan pengecoran beton harus dilaksanakan sekaligus dan harus dihindarkan
penghentian pengecoran, kecuali bila sudah diperhitungkan pada tempat tempat yang aman
dan sebelumnya sudah mendapatkan persetujuan Pemimpin Kegiatan atau Konsultan
Pengawas. Kontraktor harus sudah mempersiapkan segala sesuatu untuk pengamanan
pelindung dan lain lain yang dapat menjamin keseterusannya atau kontinuitas pengecoran.
b. Pengaduk Beton / Concrete Mixer ( Molen ) Untuk mendapatkan campuran beton yang baik
dan merata kontraktor harus memakai mesin pengaduk atau molen sehingga merata atau
homogen dan waktu pengadukan minimum 2 menit untuk setiap kali mencampur.
Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan bila telah mendapat persetujuan tertulis dari
Pemimpin Kegiatan atau Konsultan Pengawas. Untuk itu selambat lambatnya 2 ( dua ) hari
sebelum tanggal pengecoran yang direncanakan kontraktor harus mengajukan permohonan
ijin untuk pengecoran kepada Pemimpin Kegiatan atau Konsultan Pengawas.

7
c. Segera setelah beton dituangkan kedalam bekisting, adukan harus dipadatkan dengan
concrete vibrator atau alat lainnya dan harus mendapat persetujuan Pemimpin Kegiatan atau
Konsultan Pengawas.
d. Pembongkaran bekisting tidak boleh dilakukan sebelum waktu pengerasan menurut PBI 71
dipenuhi dan pembongkarannya dilakukan dengan hati-hati dan tidak merusak beton yang
sudah mengeras dengan terlebih dahulu mendapatkan persetujuan Pemimpin Kegiatan atau
Konsultan Pengawas.
e. Rongga rongga beton bertulang sejauh mungkin dihindari dan peralatan permukaan beton
harus dilakukan penutupan rongga sesuai petunjuk Pemimpin Kegiatan atau Konsultan
Pengawas.
f. Apalagi konstruksi beton bertulang langsung terletak diatas permukaan tanah, maka
sebelumnya harus dibuat lantai kerja yang rata. Jika ditentukan lain maka lantai kerja harus
dibuat dari beton dengan campuran minimal menurut perbandingan 1 Pc : 3 Ps : 6 Kr tebal
lantai kerja harus diambil minimal 5 cm.
g. Setelah proses pengecoran selesai maka selang 3 ( tiga ) jam harus diadakan curring
/penyiraman maupun penggenangan dan ini harus disesuaikan dengan jenis konstruksinya
curring ini menggunakan air dengan tujuan untuk menghindari proses
pengikatan/pengerasan beton secara ekstrim.Proses curring ini harus dilaksanakan sampai
dengan beton benar benar sempurna dalam pengerasanya.

2.1.4 PEKERJAAN BRONJONG


2.1.4.1 RUANG LINGKUP
Spesifikasi teknis ini menetapkan dimensi bronjong kawat dan persyaratan bahan baku, syarat
mutu, pengambilan contoh, cara uji, syarat lulus uji, pengemasan dan syarat penandaan bronjong kawat

2.1.4.2 RINGKASAN
Bronjong kawat adalah kotak yang terbuat dari anyaman kawat baja berlapis seng yang pada
penggunaannya diisi batu-batu untuk pencegah erosi yang dipasang pada tebingtebing, tepi-tepi sungai,
yang proses penganyamannya menggunakan mesin. Acuannya adalah SNI 03-0090-1987 tentang Mutu
dan Cara Uji Bronjong dan Kawat Bronjong, dan syarat bahan baku mengacu pada SNI 03-6154-1999
tentang Kawat Bronjong

2.1.4.3 PEMASANGAN BRONJONG


Tahap I : pekerjaan mempersiapkan lokasi penempatan bronjong. Pada pekerjaan ini
pelaksana mulai dari melakukan pembersihan lokasi, pengukuran dan
pematokan area kerja, sampai dengan melakukan penggalian, pengurugan dan
pemadatan tanah.

8
Tahap II : pekerjaan pengesetan bronjong dilokasi. Setelah lokasi siap, seorang
pelaksana lapangan tidak bias langsung menggunakan lokasi tersebut untuk
dikerjakan pemasangan bronjong, akan tetapi harus melakukan uji mutu
kepadatan tanah apakah sudah sesuai dengan spesifikasi teknis. Setelah
laboratorium menghasilkan rekomendasi bahwa kepadatan tanah telah
memenuhi daya dukung, maka pelaksana dapat melakukan pemasangan
penyekat/pelapis bronjong yang terbuat dari ijuk atau model sekarang disebut
dengan goetextile. Baru kemudian diatasnya digelar anyaman bronjong yang
telah diset. Karena struktur bronjong biasanya cukup panjang dan tinggi, maka
susunan bronjong dilakukan lapis per lapis, dan setiap lapis bronjong yang stu
dengan yang lainnya harus diikat dengan kawat pengikat dan ditambah dengan
dipasang angkur.
Tahap III : pekerjaan pengikatan rangkaian bronjong satu dengan yang lainnya. Bronjong
sudah diset kemudian dipasang lapis per lapis yang dimulai dari lapisan paling
bawah. Karena ukuran bronjong standar, maka untuk mencapai panjang
konstruksi bronjong harus ditata berbaris dan setiap batas barisan bronjong
dipasang angker penguat dari besi, dan kemudian untuk mengikatkan satu
bronjong dengan bronjong yang lain diikat dengan menggunakan kawat
pengikat, demikian juga untuk lapisan pertama dengan lapisan ke dua harus
diikat dengan kokoh, agar tidak terjadi pergeseran bronjong setelah dilakukan
pengisian.
Tahap IV : Tahap pengujian kekokohan rakitan bronjong Kawat bronjong yang telah
dirangkai dan sudah diikat satu dengan yang lain, sebelum dilakukan pengisian
material, bronjong harus diuji kekokohannya oleh pelaksana lapangan dan
dilaporkan kepada manajer lapangan agar mendapatkan ijin untuk dilakukan
pengisian material.
Tahap V : Tahap pengisian material bronjong Bronjong yang sudah mendapatkan ijin atas
kekokohan rakitan dari manajer lapangan dan dari direksi, maka bronjong mulai
dilakukan pengisian. Pengisian bronjong dilakukan mulai dari rangkaian bronjong
paling pinggir, dan jika gradasi material tidak seragam, maka untuk pengisian
bronjong harus disusun material yang bergradasi lebih kecil dari diameter lobang
kawat, diletakan ditengah-tengah dan diapit oleh material yang memenuhi syarat
dimensi. Pola pengisian material bronjong, dilakukan tidak langsung diisikan
penuh baru kemudian pindah ke rangkaian lainnya, melainkan bronjong diisi
hingga mencapai kedalaman setengah tinggi bronjong sepanjang rangkaian,
baru kemudian diisi penuh dimulai dari pinggir. Setelah bronjong diisi penuh
maka tidak boleh langsung ditutup, melainkan harus dilakukan pengujian
kepadatan isi material. Pengujian dilakukan oleh pelaksana lapangan yang

9
didampingi oleh manajer lapangan dan direksi. Setelah rekomendasi kepadatan
dikeluarkan oleh direksi dan manajer lapangan, maka bronjong yang telah diuji
tersebut boleh dilakukan penutupan dan penyulaman pengikat.
Tahap VI : Pengujian pengisian material bronjong Bronjong yang telah diisi penuh dengan
material, maka harus dilakukan pengujian kepadatan, pengujian dapat dilakukan
dengan melakukan pembebanan di atas bronjong, dan jika ternyata setelah
dibebani dan digoyang tetap kokoh, maka bronjong dianggap telah kuat
menahan beban dan dorongan beban. Sehingga rekomendasi penutupan
bronjong dapat dikeluarkan oleh direksi dan manejer lapangan.
Tahap VII : Penutupan anyaman bronjong dan penyulaman. Setelah ijin kepadatan
dikeluarkan oleh direksi dan manajer lapangan, maka pelaksana lapangan dapat
melakukan penutupan dan pengikatan penyulaman bronjong dengan kawat
pengikat. Penyulaman dilakukan mulai dari tepi baik posisi horizontal maupun
vertikal, dan material penyulaman harus memenuhi spesifikasi material
penyulaman. Ketika dilakukan penyulaman dan pengikatan, prnutup bronjong
tidak diperbolehkan untuk dipukul-pukul, jadi harus dilakukan dengan pola
penarikan. Karena pemukulan terhadap kawat penutup bronjong akan
memperlemah kondisi penutup kawat bronjong karena luka.

2.1.4.4 PENGISIAN RANGKAIAN KAWAT BRONJONG DENGAN AGREGAT


a. Bronjong yang sudah dirangkai dan dikat satu dengan yang lain, harus diuji kekokohan
rangkaian.
b. Pengujian kekokohan dapat dilakukan dengan menggoyang-goyang rangkaian bronjong
yang sudah terangkai, apabila bronjong tetap kokoh maka bronjong cukup kuat.
c. Material pengisi bronjong harus dipisah-pisahkan antara material yang memenuhi ukuran
lobang bronjong, dan yang lolosa dari ukuran lobang bronjong.
d. Pada bagian bawah bronjong digunakan material yang memenuhi syarat tertahan di
ukuran lobang bronjong, juga untuk di sisi kanan kiri depan danbelakang, sedang untuk isi
perut bronjong dapat digunakan material yang lebih kecil dari dimensi lobang bronjong.
Dan untuk sisi atas bronjong harus diisi dengan material yang memenuhi syarat tertahan
di lobang kawat bronjong.
e. Pengisian material bronjong tidak boleh dilakukan dari lobang kawat bronjong, karena jika
dilakukan dari lobang kawat bronjong akan mengakibatkan kawat bronjong terluka, dan
menjadikan kawat bronjong mudah berkarat.
f. Material harus ditata dengan rapih dan benar-benar padat, untuk material yang
berdiameter lebih besar dari lobang kawat bronjong, disusun di bagian bawah dan
samping-samping, sedang material isi yang lebih kecil disusun ditengah, dan ditutup
dengan material yang berdiameter lebih besar dari diameter kawat bronjong

10
2.1.4.5 MENJALIN IKATAN ANTAR BRONJONG SUPAYA RAPAT & RATA, SERTA TIDAK MUDAH
BERGERAK
Tahap I : Menyiapkan kawat pengikat Kawat pengikat bronjong biasanya masih berupa
gulungan besar, oleh karena itu sebelum digunakan untuk mengikat bronjong,
harus diurai dari gulungan dan dilakukan penggulungan disebuah bambu atau
kayu, setiap gulungan diharapkan memiliki panjang kawat sesuai kebutuhan
pengikatan.
Tahap II : Anyaman bronjong di rapatkan satu dengan yang lain Untuk memudahkan
pengikatan dan penganyaman, maka kawat bronjong bagian sisi ketemu sisi
ditarik dengan menggunakan alat penarik kawat, dan dikunci, agar kawat
menjadi rapat dan mudah dilakukan pengikatan.
Tahap III : Melakukan penyulaman dan pengikatan. Setelah penguncian anyaman sisi
ketemu sisi bronjong, maka dilakukan penyulaman dengan menggunakan kawat
pengikat. Penyulaman dimulai dari bagian ujung tepi bawah anyaman bronjong,
dan diikat dengan kuat-kuat, kemudian salah satu ujung kawat pengikat
disulamkan melintir ke pertemuan pembatas anyaman bronjong. Dan setiap
panjang tertentu kawat sulaman diikat, demikian sulaman dilakukan hingga ke
sudut paling akhir dari sisi ketemu sisi bronjong
Tahap IV : Pengujian kekokohan ikatan dan sulaman. Setiap tahapan pengikatan
terhadap kawat sulaman, sebelum dilakukan dilanjutkan untuk penyulaman,
maka dilakukan pengujian kekokohan, dan stabil.
2.1.5 PEKERJAAN LAIN-LAIN
2.1.5.1 PEKERJAAN PASANG PINTU BESI
Spesifikasi teknis ini menetapkan dimensi pintu besi dan persyaratan bahan baku, syarat mutu,
pengambilan contoh, cara uji, syarat lulus uji, pengemasan dan syarat pengadaan pintu dengan dimesi
bahan dsb yang sudah tertera pada gambar teknis.

2.1.5.2 PEKERJAAN PASANG KAYU SKOT BALOK


Spesifikasi teknis ini menetapkan dimensi pintu kayu dan persyaratan bahan baku, syarat mutu,
pengambilan contoh, cara uji, syarat lulus uji, pengemasan dan syarat pengadaan pintu dengan dimesi
bahan dsb yang sudah tertera pada gambar teknis.

2.1.5.3 PEKERJAAN REHAB PENGGERAK PINTU


Spesifikasi teknis ini menetapkan persyaratan bahan baku, syarat mutu, pengambilan contoh,
cara uji, syarat lulus uji, pengemasan dan syarat pengadaan pintu dengan dimesi bahan dsb yang sudah
tertera pada gambar teknis.

11
a. Penggerak pintu yang sudah ada di cek kelayaan girnya kemudian penambahan Las pada
bagian bagian yang di rasa sudag berkaran dan perlu adanya penguata.
b. Gir-gir tersebut di bersihkan kemudian di beri Minyak Gemuk Rotary CG-202 secikupnya.
c. Cat yang sudah mengelupas di persihkan menggunakan paint remover sampai benar-
benar bersih.
d. Hasil Remover cat kemudian di ampelas sampai permukaan rata dan halus.
e. Setelah kering cat dengan NIPPON HI-Epoxy Filler sebagai lapisan dasar
f. Terakhir finishing dengan cat besi hingga 2 kali lapisan

3.URAIAN PEKERJAAN

3.1. Penyediaan.
Penyedia Barang/Jasa harus menyediakan segala yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan
secara sempurna dan efesien dengan urutan yang teratur, termasuk alat-alat pembantu yang dipergunakan
seperti Alat Berat, andang-andang, alat-alat pengangkat, mesin-mesin, alat-alat penarik dan sebagainya yang
diperlukan oleh rekanan dan untuk semua alat-alat tersebut pada waktu pekerjaan selesai karena sudah tidak
bcrguna lagi, supaya dibersihkan dari lokasi.

3.2. Kuantitas dan Kualitas Pekerjaan.


Kuantitas dan Kualitas dari pekerjaan yang termasuk dalam harga kontrak harus dianggap seperti apa
yang tertera dalam gambar-gambar kontrak atau diutarakan dalam uraian dan syarat-syarat, kecuali yang
disebut diatas apa yang tertera dalam uraian Rencana Kerja dan Syarat-syarat dalam kontrak itu
bagaimanapun itu tidak boleh menolak, merubah atau mempengaruhi pengetrapan atau interprestasi dari apa
yang tercantum dalam syarat-syarat itu

3.3. Kekeliruan dalam Kualitas Pekerjaan.


Kekeliruan dalam uraian pekerjaan atau kuantitas atau pengurangan bagian-bagian dari gambar dan dari
uraian dan syarat-syarat tidak boleh merusak (membatalkan) kontrak ini, tetapi hendaknya diperbaiki dan
dianggap suatu perubahan yang dikehendaki oleh pimpinan kegiatan.

3.4. Pernyataan Kuantitas Pekerjaan.


Segala pernyataan mengenai kuantitas pekerjaan yang mungkin sewaktu-waktu diberikan kepada
Penyedia Barang/Jasa, tidak boleh merupakan bagian dari kontrak ini, dan harga-harga yang dimuat dalam
daftar harga tetap digunakan, meskipun ada ketidak sesuaian antara harga-harga itu dengan apa yang
tercantum dalam perkiraan manapun

3.5. Harga Kontak.


Harga kontrak tidak boleh disesuaikan atau dirubah secara bagaimanapun selain menuruti ketetapan-
ketetapan yang tepat dari syarat-syarat ini, segala kekeliruan baik mengenai hitungan atau bukan perhitungan
harga kontrak harus dianggap telah diterima oleh kedua pihak yang bersangkutan.

12
4. GAMBAR-GAMBAR PEKERJAAN

4.1. Gambar-gambar Rencana Pekerjaan.


a. Terdiri dari gambar Spektek, gambar detail kontrak, gambar situasi dan sebagainya yang telah
dilaksanakan oleh Konsultan Perencana telah disampaikan kepada Penyedia Barang/jasa beserta
dokumen yang lain.
b. Penyedia barang/Jasa tidak boleh mengubah dan menambah tanpa mendapat persetujuan tertulis dari
Pimpinan Kegiatan , apabila terdapat perubahan gambar dapat juga berpedoman pada Berita Acara
Penjelasan pekerjaan .
c. Gambar-gambar tersebut tidak boleh diberikan kepada pihak lain yang tidak ada hubungannya dengan
pekerjaan Penyedia barang/Jasa ini atau dipergunakan untuk maksud-maksud lain.

4.2. Gambar-gambar tambahaan ( Shop Drawing ).


Bila Pengawas Lapangan/ Konsultan Pengawas menganggap perlu, maka Penyedia barang/jasa
membuat tambahan gambar detail (gambar penjelasan) yang disahkan oleh Pengawas & Pimpinan
Kegiatan, gambar- gambar tersebut menjadi milik Pimpinan Kegiatan.

4.3. As Built Drawing.


Untuk semua pekerjaan yang belum terdapat dalam gambar-gambar baik penyimpangan atas perintah
Pengawas Lapangan/ Konsultan Pengawas, maka Penyedia barang/Jasa harus membuatkan gambar-
gambar yang sesuai dengan apa yang telah dilaksanakan (as built drawing) yang jelas dengan
memperhatikan perbedaan antara gambar-gambar kontrak. dan pekerjaan yang dilaksanakan. Gambar-
gambar tersebut harus diserahkan kepada Pimpinan kegiatan dan semua biaya pembuatannya ditanggung
oleh Penyedia barang/Jasa.

4.4. Gambar-gambar ditempat pekerjaan.


Penyedia Barang/Jasa harus menyimpan di tempat pekerjaan, Gambar dan Rcncana Anggaran Biaya
kontrak lengkap termasuk Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), berita Acara Aanwijzing, Time Schedule,
dalaln keadaan baik (dapat dibaca dengan jelas) termasuk perubahan-perubahan terakait dalam masa
pelaksanaan pekerjaan, agar tersedia jika Pengawas sewaktu-waktu memerlukan.

4.5. Contoh Barang/Bahan yang Ditawarkan.


Dalam masa peleksanaan pekerjaan pembangunan, barang/bahan yang akan dilaksanakan harus sesuai
dengan RKS dan Berita Acara Aanwijzing.
Barang/bahan yang ditawarkan dalam harga satuan pekerjaan dan harga satuan bahan

13
5. PERATURAN TEKNISI PEMBANGUNAN YANG DIPERGUNAKAN

5.1. Berlaku dan mengikat di dalam rencana kerja dan syarat-syarat.


5.2. Pedoman pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor : 54 Tahun 2010.
5.3. Algemene Vorwaarden (AV-41) yang disyahkan dengan Keputusan Pemerintah tanggal 28 Mei 1941
Nomor : 9 dan tambahan Lembaran Negara Nomor : 1457, apabila tidak ada penyimpangan-
penyimpangan seperti yang tertera dalam spektek.
5.4. Peraturan-peraturan lainnya yang berlaku dan mengikat sebagai berikut :
a. Baja Tulangan Beton (SNI 07-2052-2002).
b. Spesifikasi Agregat Halus untuk Pekerjaan Adukan dan Plesteran dengan Bahan Baku Dasar
SemenStruktur (SNI-03-6820-2002)
c. Analisis Harga Satuan Pekerjaan (Ahsp) Bidang Sumber Daya Air ( PERMENPU NO 28/PRT/M/2016 ).
d. Spesifikasi Baja Struktur (SNI-03 6764-2002)
e. Spesifikasi Beton Struktur SNI-03-6880-2002 (SNI-03-6880-2002)
f. Cara Uji Slump Beton ( SNI 1972:2008 )
g. PUBB (Peraturan Umum Pemeriksaan bahan-bahan Bangunan) N.I. 3/55.
h. Peraturan Muatan Indonesia (PMI.70) N.I.. 18/1970.
i. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000, tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
j. Algemene Voorscheriften Voor Drinkwater Instalaties 1961.
k. Peraturan Perburuhan di Indonesia (tentang Pengarahan tenaga Kerja) antara lain tentang larangan
mengerjakan anak-anak dibawah umur.
l. Surat keputusan bersama Menteri Tenaga kerja dan Menteri Pekerjaan Umum Nomor :
Kep.174 MEM/86, tanggal 4 Maret 1986 104/KPCS/1986.

6. PENJELASAN RKS DAN GAMBAR

6.1. Bangunan Sementara (BOUW KEET)


a. Penyedia barang/jasa harus menyediakan dan mendirikan semua bangunan sementara (bouwkeet)
berjendela cukup terang dan berventilasi baik untuk digunakan sebagai gudang penyimpanan dan
perlindungan bahan-bahan bangunan juga dapat digunakan untuk tempat berlindung pekerja dan
koordinasi dengan pengawas Lapangan/Konsultan Pengawas, serta dapat dikunci dengan aman dan
tcrlindung terhadap hujan dan panas.
b. Semua bouwkeet dan perlengkapannya, pada waktu selesainya pekerjaan rnaka penyedia barang/Jasa
harus segera membongkar, atau bila ada perintah disingkirkan dari tapak juga segala pekerjaan yang
terganggu harus diperbaiki, Penyedia Barang/Jasa, bangunan sementara tersebut harus dengan
persetujuan Pengawas Lapangan/Konsultan Pengawas.

14
6.2. Jalan Masuk Ketempat Pekerjaan
a. Jalan masuk ketempat pekerjaan yang telah ditetapkan harus diadakan oleh Penyedia Barang/Jasa,
bilamana diperlukan disesuaikan dengan kebutuhan dan kepentingan kegiatan.
b. Apabila ,jalan masuk sudah ada (milik pihak lain) maka apabila pekerjaan kegiatan telah selesai, segala
kerusakan yang diakibatkan oleh kegintan pekerjaan tersebut harus dibetulkan/diperbaiki kembali
seoperti seemula dengan biaya yang dibenbankan sepenuhnya kepada Pemborong.

7. JADWAL PENYEDIA B/J DILAPANGAN


a. Pada Saat Penyedia Barang/jasa akan memulai pelaksanaan dilapangan atau setelah Penyedia
barang/Jasa menerima SPMK dari Pimpinan Kegiatan, maka harus segera mengadakan persiapan
antara lain berupa pembuatan jadwal pelaksanaan yang berupa Bar Chart secara tertulis, berisi tahap-
tahap pelaksanaan pekerjaan, walau yang direncanakan yang disesuaikan dengan jangka yang
ditetapkan dalam kontrak dan harus disahkan Pimpinan Kegiatan.
b. Bar Chart tersebut harus selalu berada dilokasi tempat pekerjaan untuk diikuti dengan perkembangan
hasil pelaksanaan pekerjaan di lapangan dengan diberikan tanda garis tinta warna merah. Bila terdapat
/ terlihat adanya hambatan maka semua pihak harus segera mengadakan Iangkah-langlcah untuk
penanggulangan hambatan yang akan terjadi.

8. KUASA PENYEDIA BARANG/JASA DILAPANGAN

8.1. Pengawasan dan Prosedur Pelaksanaan


a. Penyedia Barang/Jasa harus mengawasi dan memimpin pekerjaan dengan menggunakan kecakapan
dan perhatian sepenuhnya.
b. Penyedia barang/Jasa semata-mata bertanggungjawab untuk semua alat-alat konstruksi, cara-cara teknik
urutan dan prosedur dan untuk mengkoordinasikan semua bagian pekerjaan yang berada didalam
kontrak.
8.2. Pegawai Penyedia Barang/JasaYang Melaksanakan :
a. Sebagai pimpinan pelaksanaan kegiatan sehari-hari pada pelaksana pekerjaan, Penyedia Barang/Jasa
harus dapat menyerahkan kepada seorang pelaksana ahli, cakap sesuai dengan bidang keahliannya.
Yang diberikan kuasa dengan penuh tanggung jawab dan selalu berada ditempat pekerjaan.

b. Sebagai penanggung jawab di lapangan pekerjaan pelaksanaan harus mempelajari dan mendalami
semua isi gambar, spektek dan Berita Acara Aanwijzing sehingga tidak terjadi kesalahan-kesalahan baik
konstruksi maupun kwalitas bahan-bahan yang harus dilaksanakan.

c. Perubahan konstruksi maupun perubahan bahan-bahan bangunan dapat dilaksanakan apabila ada ijin
tertulis Dari Pimpinan Kegiatan (PPK) berdasarkan hasil rapat Pengawas Lapangan dan Konsultan
Pengawas , menyimpang dari hal tersebut menjadi tanggung jawab Penyedia barang/Jasa untuk

15
melaksanakan gambar dan spektek. Pengawas Lapangan /konsultan Pengawas berhak menolak
penunjukan pelaksana (Uitvorder) dari Penyedia Barang/Jasa berdasarkan pendidikan, pengalaman,
tingkah laku dan kecakapan, dalam hal ini Penyedia Barang/Jasa harus segera menempatkan pengganti
lain dengan persetujuan Pengawas Lapangan/Konsultan Pengawas.

9. TEMPAT TINGGAL ( DOMISILI )

a. Adapun kebangsaan Penyedia Barang/Jasa, sub Penyedia, leveransir atau penengah (Arbitrase) dan
dimanapun mereka bertempat tinggal / menetap (domisili) atau bagian pekerjaan berada undang-
undang Republik Indonesia adalah undang-undang yang melindungi Kontrak ini.
b. Untuk memudahkan komunikasi demi untuk mempelancar jalannya pelaksanaa pekerjaan Penyedia
Barang/Jasaberkewajiban memberikan alamat yang tetap dan jelas beserta nomor telepon rumah dan
atau nomor telepon sekitar kepada Pimpinan Kegiatan dan Direksi.

10. PENJAGAAN KEAMANAN LAPANGAN PEKERJAAN

10.1. Keamanan dan Kesejahteraan.


Selama pelaksanaan pekerjaan Penyedia barang/Jasa diwajibkan mengadakan segala hal yang diperlukan
untuk keamanan para pekeja dan tamu, seperti pertolongan pertama (PPPK), sanitasi, air minum dan
fasilitas-fasilitas kesejahteraan.
Juga diwajibkan memenuhi segala peraturan tata tertib, kordonansi Pemerintah Republik Indonesi atau
Pemerintah Daerah Tingkat I Surabaya.

10.2. Terhadap Wilayah Orang Lain.


Penyedia barang/Jasa diharuskan membatasi daerah operasinya disekitar lokasi dan harus mencegah
para pekerjanya melanggar wilayah orang lain yang berdekatan.

10.3. Terhadap Milik Umum.


a. Penyedia Barang/Jasa harus menjaga agar jalan umum, jalan kecil dan hak pemakaian jalan, bersih
dari baban-bahan bangunan dan sebagainya dan memelihara lalu lintas baik dari kendaraan umum
maupun pejalan kaki selama kontrak berlangsung.
b. Penyedia Barang/Jasa juga bertanggung jawab atas gangguan dan pemindahan yang terjadi atas
perlengkapan umum (fasilitas) sepeti saluran air, listrik dan sebagainya disebabkan oleh kegiatan
Pemborong, maka biaya pemasangan kembali dan segala perbaikan kerusakan menjadi tanggung
jawab Pemborong.

16
10.4. Terhadap Bangunan Yang Ada.
a. Selama masa pelaksanaan kontrak, Penyedia Barang/Jasabertanggung jawab penuh atas segala
kerusakan bangunan yang ada, utilitas, jalan-jalan, saluran-saluran pembuangan dan sebagainya di
tapak, kerusakan-kerusakan sejenis yang disebabkan karena kegiatan.
b. Penyedia Barang/Jasadalam arti kata yang luas. Itu semua kegiatan perbaikan Penyedia
Barang/Jasatersebut diperbaiki hingga dapat diterima Direksi / Pimpinan kegiatan.

10.5. Keamanan Terhadap Pekerjaan.


a. Penyedia Barang/Jasa harus menjaga perlengkapan bahan-bahan dan perlengkapan instalasi di tapak,
hingga kontrak selesai dan diterima baik oleh pimpinan kegiatan/direksi.
b. Penyedia Barang/Jasa harus menjaga perlengkapan bahan-bahan dari segala hal kemungkinan
kerusakan, kehilangan dan sebagainya untuk seluruh pekerjaan termasuk bagian-bagian yang
dilaksanakan oleh pekerja-pekerja dan menjaga agar pekerjaan bebas dari air hujan dengan
melindungi memakai tutup yang layak, memompa atau menimba seperti apa yang dikehendaki atau
instruksikan.

11. JAMINAN DAN KESELAMATAN BURUH


11.1. Air Minum dan Air untuk pekerjaan
a. Penyedia Barang/Jasa harus senantiasa menyedialkan air minum yang cukup bersih ditempat
pekerjaan untuk para pekerjanya.
b. Air untuk keperluan bangunan selama pelaksanaan, dapat mempergunakan atau menyambung pipa air
yang telah ada dengan meteran air tersendiri ( guna memperhitungkan pembayaran ) atau air sumur
yang bersih, jernih dan tawar, bila hal ini meragukan maka harus diperiksa dilaboratorium.

11.2. Kecelakaan.
Apabila terjadi kecelakaan untuk tenaga kerja yang melaksanakan, Peyedia Barang/Jasa harus segera
mengambil tindakan yang perlu untuk keselamatan si korban dengan biaya pengobatan dan lain-lain
menjadi tanggung jawab Penyedia barang/Jasa dan harus segera melaporkan kepada Pengawas
Lapangan dan Pimpinan kegiatan.
Di lokasi pekerjaan harus disediakan kotak obat-obatan untuk pertolongan pertama (PPPK) yang selalu
tersedia didalam setiap saat dan berada ditempat Bowkeet.

12. ALAT-ALAT PELAKSANAAN / PENGUKURAN


a. Selama Pelaksanaan pekerjaan, Penyedia barang/Jasa harus menyediakan/menyiapkan alat-alat, baik
untuk saran peralatan pekerjaanya maupun peralatan-peralatan yang diperlukan antuk memenuhi
kwalitas hasil pekerjaan antara lain : pompa air, beton molen dan sebagainya.
b. Penentuan titik duga letak bangunan, siku-siku bangunan maupun datar (waterpas) dan tegak lurusnya
bangunan harus ditentukan dengan memakai alat ukur waterpas/theodolit instrumen (keiker).

17
13. SYARAT-SYARAT CARA PEMERIKSAAN BAHAN BANGUNAN
a. Penyedia Barang/Jasa harus selalu memegang teguh disiplin, kerja keras dan perintah yang baik antar
pekerjaanya dan tak akan mengerjakan tenaga yang tidak sesuai atau mempunyai keahlian dalam
tugas yang diserahkan kepadanya.
b. Penyedia barang/Jasa menjamin bahwa semua bahan bangunan dan perlengkapan yang disediakan
menurut kontrak dalam keadaan baru, dan bahwa semua pekerjaan akan berkwalitas baik bebas dari
cacat.
c. Semua pekerjaan yang tidak sesuai dengan standar ini dapat dianggap defektif.
d. Dalam pengajuan penawaran, Penyedia barang/Jasa harus mempertimbangkan biaya-biaya pengujian/
pemeriksaan berbagai bahan pekerjaan.
e. Diluar jumlah tersebut Penyedia Barang/Jasa tetap bertanggung ,jawab atas biaya-biaya pengiriman
yang tidak memenuhi syarat-syarat yang dikehendaki.

14. PEKERJAAN TIDAK BAIK


a. Pimpinan kegiatan berhak mengeluarkan instruksi agar Penyedia barang/jasa membongkar pekerjaan
apa saja yang telah ditutup untuk diperiksa, atau mengatur untuk mengadakan pengujian bahan-bahan
atau barang-barang yang sudah dilaksanakan.
b. Ongkos untuk pekerjaan dan sebagainya menjadi beban Penyedia Barang/Jasa untuk disempurnakan
sesuai kontrak.
c. Pimpinan Kegiatan berhak mengeluarkan instruksi untuk menyingkirkan dari tempat pekerjaan, bahan-
bahan atau barang-barang apa saja yang tidak sesuai dengan kontrak. Pimpinan Kegiatan boleh
(tetapi dengan secara adil atau tidak menyusahkan) mengeluarkan perintah yang menghendaki
pemecatan siapa saja dari pekerjaan.

15. PEKERJAAN TAMBAH DAN KURANG (MEER EN MINDERWERK)


a. Penyedia Barang/Jasa berkewajiban sesuai dengan pekerjaan yang diterima menurut ketentuan pasal
(2) ayat (3) dan menurut gambar-gambar detail yang telah disyahkan oleh bagian-bagian menurut
persyaratan-persyaratan teknis untuk mendapatkan pekerjaan yang baik.
b. Pekerjaan tambah hanya dapat dikerjakan di luar kontrak dan atas perintah atau persetujuan secara
tertulis dari Pimpinan Kegiatan berdasarkan rapat Pengawas / konsultan Pengawas bahwa pekerjaan
betul-betul sangat diperlukan,Selanjutnya perhitungan penambahan pekerjaan dilakukan atas dasar
harga sama dengan yang tertuang dalam kontrak dan penambahan pekerjaan tidak boleh melebihi 10
% dari Kontrak.
c. Pekerjaan tambah dan kurang sesuaii dokumen pengadaan adalah Gabungan Kontrak lumpsum dan
Harga Satuan sehingga kekurangan pekerjaan/kelebihan pekerjaan di dalam kontrak maupun
lapangan menjadi tanggung jawab Penyedia barang/jasa,

18
16. CARA-CARA DAN SYARAT PELAKSANAAN
16.1. Harga Satuan dan Harga Penawaran.
Dalam formulir surat penawaran, penawar harus melengkapi daftar harga satuan. Tiap harga satuan
harus meliputi segala perongkosan (overhead) keuntungan dan segala biaya, namun yang dikenakan
untuk pekerjaan semacam itu.
Harga penawar yang dicatumkan disebut dalam formulir surat penawar hanya dicatumkan dalam rupiah.
Jumlanya harus dibulatkan dalam ribuan rupiah kebawah.
16.2. Permohonan untuk Pembayaran.
Setelah Pimpinan Kegiatan menerima suatu permohonan untuk pembayaran maka suatu "Berita Acara
Kemajuan Pekerjaan" untuk setiap tahap pembayaran yang tersebut diatas dibuat Pengawas Lapangan
(Panitia Penerima Hasil Pekerjaan)/Konsultan Pengawas dan diketahui oleh Pimpinan Kegiatan, apabila
kemajuan fisik pekerjaan telah memenuhi persyaratan sesuai dengan kontrak.

16.3. Ijin Bangunan dan Iklan.


a. Ijin bangunan, biaya dan pengurusannya menjadi beban Penyedia Barang/Jasa dan di kalkulasikan
dalam biaya pekerjaan persiapan dalam penawaran.
b. Penyedia barang/jasa tidak diijinkan membuat iklan dalam bentuk apapun, dalam batas-batas lapangan
pekerjaan atau ditanah yang berdekatan tanpa ijin Pengawas Lapangan/Konsultan Pengawas.
c. Penyedia Barang/Jasaharus melarang siapapun yang tidak berkepentingan memasuki lapangan
pekerjaan.
d. Penyedia Barang/jasa harus memasang papan nama proyek dilokasi pekerjaan dengan ukuran 1,5 x
2,,00 M' berwarna dasar putih dengan tulisan hitam, selambat-lambatnya 1 (satu) minggu terhitung sejak
tanggal dikeluarkan SPMK.

17. PENYERAHAN PEKERJAAN YANG PERTAMA

17.1. Penyerahan Pekerjaan Pertama


Apabila dalam waktu pelaksanaan sesuai jangka waktu tertuang didalam kontrak sudah berakhir atau
akibat perpanjangan waktu sesuai dengan addendum kontrak telah berakhir, Penyedia Barang/Jasa harus
segera menyerahkan hasil pekerjaanya dengan baik sesuai dengan kontrak kepada Pembuat Komitmen
secara tertulis dan Pengawas Lapangan/Konsultan Pengawas.

17.2. Kewajiban Pengawas lapangan ( Panitia Penerima Hasil Pekerjaan) /Konsultan Pengawas.
Membuat evaluasi tentang hasil seluruh pelaksanaan sesuai dengan kontrak dan Menanggapi / melaporkan
kepada Pembuat Komitmen tentang hasil pekerjaan tersebut diatas berdasarkan :
a. Kontrak
b. Surat penyerahan pekerjaan dari Penuyedia barang/Jasa

19
c. Surat tanggapan dari pengawas lapangan / Direksi, setelah. dapat menerima penyerahan pekerjaan
tersebut.
18. MASA PEMELIHARAAN

a. Masa pemeliharaan selama 6 (enam) bulan terhitung mulai dari tanggal diterimanya penyerahan
pekerjaan yang pertama, hingga 180 hari pemeliharaan/penyempurnaan bangunan sepenuhnya
masih menjadi tanggung jawab Penyedia Barang/ Jasa.
b. Apabila Penyedia Barang/Jasa telah melaksanakan hal tersebut diatas sesuai kontrak, maka
penyerahan pekerjaan yang kedua dapat dilaksanakan seperti pada tata cara (prosedur) pada
penyerahan pekerjaan yang pertama.

19. P E N U T U P

a. Meskipun dalam rencana kerja dan syarat ( spektek) ini pada uraian pekerjaan tidak disebutkan kata-
kata dipasang tetapi pekerjaan perlu dilaksanakan Penyedia Barang/Jasa harus melaksanakan dan
sebagai dimuat dalam spektek ini dan bukan sebagai pekerjaan lebih.
b. Berita Acara Penjelasan pekerjaan ( Aanwijzing ) merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
Dokumen Pengadaan ini.

20

Anda mungkin juga menyukai