Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS

KONSEP DAN ASKEP MANAJEMEN LAKTASI


Dosen Pengampu :
Ns. Dora Samaria.,M. Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 3

Apriani Dwi Susanti 2010701012


Rima Siti Fadila 2010701043
Fina Afyanita 2010701049
Valvi Oktaviyani 2010701061
Winy Devirahayu 2010701064
Laila Nur Hafizah 2010701072

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunianya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih
kepada dosen pengampu yaitu Ns. Dora Samaria.,M. Kep selaku dosen dari mata kuliah
Keperawatan Maternitas karena telah membantu kelancaran dalam pembuatan makalah ini.
Penulis dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak makalah ini dibuat ,kami
berharap dengan adanya makalah ini dapat memberikan informasi tentang “Konsep Dan Askep
Manajemen Laktasi” dalam proses belajar mahasiswa D3 Keperawatan UPN Veteran Jakarta dan
semoga materi ini dapat membimbing mahasiswa menjadi perawat yang berkompetensi dan
profesional dimasa yang akan datang.
Kami mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini. Selain itu, kami berharap
agar makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan tercapainya tujuan dari penulisan
makalah ini.

Jakarta ,4 September 2021

ii
DAFTAR ISI
BAB 1...........................................................................................................................................1
A. Latar Belakang.…………………………………………………………………………...1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………...2
A. Pengertian Manajemen Laktasi...........................................................................................2
B. Tujuan Manajemen Laktasi.................................................................................................2
C. Proses Laktasi......................................................................................................................3
D. Refleks pada proses laktasi………………………………………………………………..3
E. Refleks dalam Mekanisme Isapan………………………………………………………...4
F. Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Asi..........................................................................4
G. Jenis ASI Berdasarkan Faktor Produksi ASI......................................................................6
BAB III ASUHAN KEPRAWATAN...........................................................................................8
A. Pengkajian Keprawatan........................................................................................................8
B. Diagnosis Keprawatan..........................................................................................................8
C. Intervensi Keprawatan..........................................................................................................11
D. Implementasi Keprawatan....................................................................................................12
E. Evaluasi Keprawatan............................................................................................................12
BAB IV PENUTUP......................................................................................................................13
A. Kesimpulan...........................................................................................................................13
B. Saran.....................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manajemen Laktasi merupakan segala daya upaya yang dilakukan untuk
membantu ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Usaha ini dilakukan
dalam tiga tahap, yaitu pada masa kehamilan (antenatal), sewaktu ibu dalam persalinan
sampai keluar rumah sakit (perinatal), dan masa menyusui selanjutnya sampai anak
berumur 2 tahun (postnatal) (Maryunani, 2015).
Menyusui dalam hal ini memberikan ASI eksklusif merupakan cara yang terbaik
untuk bayi karena ASI mudah dicerna dan memberikan gizi dalam jumlah yang cukup
untuk kebutuhan bayi. Eksklusif sekurang-kurangnya selama 6 bulan pertama kehidupan
dan dilanjutkan dengan makanan pendamping sampai usia 2 tahun.
Persiapan ASI eksklusif atau Manajemen Laktasi merupakan upaya yang
dilakukan ibu dan keluarga untuk menunjang keberhasilan menyusui. Persiapan
menyusui pada masa kehamilan merupakan hal yang penting dilakukan, sebab dengan
persiapan yang lebih baik maka ibu lebih siap menyusui bayinya dan menunjang
keberhasilan ASI eksklusif . Menyusu Dini , membantu terjadinya kontak langsung
antara ibu-bayi selama 24 jam sehari agar menyusui dapat dilakukan tanpa jadwal, dan
yang paling penting ialah menciptakan suasana tenang agar ibu dapat berfikiran dengan
penuh kasih sayang terhadap bayinya dan penuh rasa percaya diri untuk menyusui
bayinya.
B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan Pengertian Manajemen Laktasi
2. Menjelaskan Anatomi Payudara
3. Menjelaskan Tujuan Manajemen Laktasi
4. Menjelaskan Proses Laktasi
5. Menjelaskan Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Asi
6. Menjelaskan Refleks pada proses laktasi

C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa dapat mengetahui Pengertian Manajemen Laktasi
2. Mahasiswa dapat mengetahui Tujuan Manajemen Laktasi
3. Mahasiswa dapat mengetahui proses Laktasi
4. Mahasiswa dapat mengetahui Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Asi

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Manjemen Laktasi


Manajemen Laktasi merupakan segala daya upaya yang dilakukan untuk
membantu Ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Usaha ini dilakukan
terhadap dalam tiga tahap, yakni pada masa kehamilan (antenatal), sewaktu Ibu dalam
persalinan sampai keluar rumah sakit (perinatal), dan masa menyusui selanjutnya sampai
anak berumur 2 tahun (postnatal) (Susiana, H, 2009).
Manajemen Laktasi merupakan tata laksana yang dipelukan untuk menunjang
keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaanya terutama dimulai pada masa kehamilan,
segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya (Direktorat Gizi
Masyarakat, 2005)

Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai
proses bayi menghisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian integral dari siklus
reproduksi mamalia termasuk manusia (Direktorat Gizi Masyarakat, 2005).

Laktasi ialah produksi dan pengeluaran ASI, dimana calon ibu harus sudah siap
baik secara psikologis dan fisik. Jika laktasi baik maka bayi cukup sehat menyusui.
Produksi ASI disesuaikan dengan kebutuhan bayi, volume ASI 500 – 800 ml/hari (3000
ml/hari) (Rukiyah, dkk, 2011).

B. Tujuan Manjemen Laktasi


Manajemen laktasi merupakan usaha atau cara yang dilakukan untuk mencapai
keberhasilan menyusui. Menguasai manajemen laktasi merupakan hak dan kewajiban ibu
dan calon ibu. Calon ibu dapat mempelajari manajemen laktasi sebagai bagian dari usaha
mempersiapkan persalinan dan menyusui sehingga komplikasi dan hal-hal yang
menghambat proses menyusui dapat dicegah. Laktasi adalah keseluruhan proses
menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI.
Laktasi merupakan bagian integral dari siklus reproduksi mamalia termasuk manusia

2
(Direktorat Gizi Masyarakat, 2005). Produksi ASI disesuaikan dengan kebutuhan bayi,
volume ASI 500 – 800 ml/hari (3000 ml/hari).

C. Proses Laktasi
Laktasi atau menyusui mempunyai 2 pengertian yaitu produksi dan pengeluaran ASI.
Pada saat hamil payudara membesar karena pengaruh berbagai hormon, antara lain
estrogen, progesteron, HPL, dan prolaktin. Hormon lain berfungsi memperlancar
pembentukan ASI(sintesa pprotein) adalah insulin, kortikosteroid, tiroksin, dan lain-lain.
Proses laktasi timbul setelah plasenta lepas. Plasenta mengandung hormon penghambat
prolaktin ( hormon plasenta). yang menghambat pembentukan ASI. Setelah plasenta
lepas, ASI pun mulai keluar.
D. Refleks pada proses laktasi
Pada proses laktasi terdapat dua reflek yang berperan, yaitu refleks prolaktin dan refleks
aliran yang timbul akibat perangsangan puting susu dikarenakan isapan bayi.
1) Refleks Prolaktin
Akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum,
tetapi jumlah kolostrum terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin dihambat oleh
estrogen dan progesteron yang masih tinggi. Pascapersalinan, yaitu saat lepasnya
plasenta dan berkurangnya fungsi korpus luteum maka estrogen dan progesteron juga
berkurang. Hisapan bayi akan merangsang puting susu dan kalang payudara, karena
ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik.
Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus dan
akan menekan pengeluaran faktor penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya
merangsang pengeluaran faktor pemacu sekresi prolaktin. Faktor pemacu sekresi
prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon ini
merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu.
2) Refleks Aliran (let down reflex)
Rangsangan putting susu tidak hanya diteruskan sampai ke kelenjar hifofisis depan
tetapi juga ke kelenjar hipofisis bagian belakang, yang mengeluarkan hormone
oksitosin. Hormon ini berfungsi memacu kontraksi otot polos yang ada di dindng
alveolus dan dinding saluran, sehingga ASI dipompa keluar. makin sering menyusui,
pengosongan alveolus dan saluran makin baik sehingga kemungkinan terjadinya
bendungan ASI makin kecil, dan menyusui makin lancar. Saluran ASI yang

3
mengalami bendungan tidak hanya mengganggu proses menyusui tetapi juga mudah
terkena infeksi.
Faktor-faktor yang meningkatkan let down adalah: melihat bayi, mendengarkan suara
bayi, mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayi. Faktor-faktor yang
menghambat reflek let down adalah stress, seperti: keadaan bingung/ pikiran kacau,
takut dan cemas
E. Refleks dalam Mekanisme Isapan
Refleks yang penting dalam mekanisme hisapan bayi adalah refleks menangkap (rooting
refleks), refleks menghisap, refleks menelan.

1) Refleks Menangkap (Rooting Refleks)


Timbul saat bayi baru lahir tersentuh pipinya, dan bayi akan menoleh ke arah
sentuhan. Bibir bayi dirangsang dengan papilla mamae, maka bayi akan membuka
mulut dan berusaha menangkap puting susu.

2) Refleks Menghisap (Sucking Refleks)


Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh oleh puting. Agar puting
mencapai palatum, maka sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi. Dengan
demikian sinus laktiferus yang berada di bawah areola, tertekan antara gusi, lidah dan
palatum sehingga ASI keluar.

3) Refleks Menelan (Swallowing Refleks)


Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka ia akan menelannya
F. Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Asi
1. Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), berdasarkan waktu produksinya
komposisi ASI terdiri dari 3 macam yaitu:
a. Kolostrum, yaitu ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga
setelah bayi lahir. Kolostrum merupakan cairan yang agak kental yang berwarna
kekuning-kuningan, lebih kuning dibanding dengan ASI matang.
b. ASI masa transisi yaitu ASI yang dihasilkan mulai hari keempat sampai hari
kesepuluh.
c. ASI matang yaitu ASI yang dihasilkan mulai hari kesepuluh sampai seterusnya.
Faktor yang mempengaruhi produksi ASI diantaranya adalah gizi, ketenangan
jiwa dan pikiran, penggunaan alat kontrasepsi, perawatan payudara, anatomis
payudara, faktor fisiologi, pola istirahat, hisapan anak atau frekuensi penyusuan,

4
berat bayi lahir, umur kehamilan saat melahirkan dan konsumsi rokok. (Ria,
2012).
Gizi Status nutrisi berhubungan linier dengan status kesehatan seseorang, maka status
nutrisi bayi juga berhubungan dengan status nutrisi maternal. Nutrisi ibu menyusui lebih
tinggi dari pada ibu hamil (Pramusinto, 2010). Ibu yang sedang dalam masa menyusui
membutuhkan 300-500 kalori tambahan setiap hari agar bisa menyusui bayinya dengan
sukses. Sebanyak 300 kalori yang dibutuhkan berasal dari lemak yang ditimbun selama
kehamilan (Prasetyono, 2012). Ibu menyusui memerlukan diet yang bervariasi, cukup
untuk mempertahankan beratnya dan tinggi cairan, vitamin serta mineral. Ibu menyusui
juga harus mengihindari diet penurunan berat badan, (Barness dan Curran, 2012).
Kebutuhan energi pada masa menyusui sebanding dengan jumlah ASI yang diproduksi.
Jumlah energi rata-rata pada ASI sekitar 70 kkal/100 ml. Sebanyak 80% energi ibu
diubah menjadi energi susu, sehingga diperkirakan 85 kkal untuk setiap 100 ml ASI.
Perhitungan produksi ASI per hari sebesar 750 ml pada enam bulan pertama dan sebesar
600 ml/hari pada enam bulan kedua, maka kebutuhan energi rata-rata untuk membentuk
ASI pada enam bulan pertama dan kedua masing-masing 640 kkal/hari dan 510
kkal/hari (Pramusito, 2010)
2. Faktor yang mempengaruhi produksi ASI Menurut (Rini & D, 2017) hal-hal yang
mempengaruhi produksi ASI sebagai berikut:
a. Makanan Produksi ASI
Dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi ibu menyusui. Apabila makanan
yang ibu makan cukup akan gizi dan pola makan yang teratur, maka produksi ASI
akan berjalan dengan lancar.
b. Ketenangan jiwa dan pikiran
Untuk menghasilkan ASI yang baik, maka kondisi kejiwaan dan pikiran harus
tenang. Keadaan psikologis ibu yang tertekan, sedih dan tegang akan menurunkan
volume ASI.
c. Penggunaan alat kontrasepsi
Agar tidak mengurangi produksi ASI penggunaan alat kontrasepsi pada ibu
menyusui perlu diperhatikan. Contoh alat kontrasepsi yang bisa digunakan adalah
IUD, kondom, pil khusus menyusui ataupun suntik hormonal 3 bulanan.
d. Perawatan payudara
Hormon prolaktin dan oksitosin dihasilkan oleh hipofise dengan cara merangsang
payudara melalui perawatan payudara.
e. Anatomi payudara
Jumlah lobus pada payudara juga mempengaruhi produksi ASI. Selain itu, perlu
diperhatikan juga bentuk anatomi papilla mammae atau puting susu ibu.
f. Faktor fisiologi
ASI terbentuk oleh karena pengaruh hormon prolaktin yang menentukan produksi
dan mempertahankan sekresi air susu.

5
g. Pola istirahat Faktor istirahat mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI.
Apabila kondisi ibu kurang istirahat, terlalu lelah maka ASI juga berkurang.
h. Faktor isapan anak atau frekuensi penyusuan
Semakin sering bayi disusui oleh ibu melalui payudara, maka produksi dan
pengeluaran ASI akan semakin banyak. Frekuensi pemeberian ASI pada bayi
prematur dan cukup bulan berbeda. Dari hasil studi mengatakan bahwa produksi
ASI bayi prematur akan maksimal dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per
hari selama bulan pertama setelah melahirkan. Pemompaan ASI dilakukan karena
bayi prematur belum bisa menyusu langsung pada ibu. Sedangkan pada bayi yang
cukup bulan frekuensi pemberian ASI 10 ± 3 kali perhari selama 2 minggu
pertama setelah melahirkan berkaitan dengan produksi ASI yang cukup. Sehingga
direkomendasikan penyusuan paling sedikit 8 kali pe hari pada periode awal
setelah melahirkan. Frekuensi penyusuan ini berkaitan dengan kemampuan
stimulasi hormon dalam kelenjar payudara.
i. Berat bayi lahir Bayi yang berat lahir normal (> 2500 gr) mempunyai kemampuan
menghisap ASI yang lebih baik dibanding Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).
Kekuatan menghisap ASI meliputi frekuensi dan lama pemberian ASI yang lebih
rendah pada bayi premature dibanding pada bayi berat lahir normal yang akan
mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam menghasilkan
ASI.
j. Umur kehamilan saat melahirkan Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi
produksi ASI. Bayi yang lahir premature (umur kehamilan kurang dari 34
minggu) sangat lemah dan tidak mampu menghisap putting ibu secara efektif
sehingga produksi ASI lebih sedikit daripada bayi yang lahir cukup bulan.
Lemahnya kemampuan menghisap pada bayi premature dapat disebabkan berat
badan yang rendah dan belum sempurnanya fungsi organ.
k. Konsumsi rokok dan alkohol Merokok menyebabkan tergganggunya hormon
prolaktin dan oksitosin sehingga dapat mengurangi volume ASI yang akan
diproduksi. Merokok akan menstimulasi pelepasan adrenalin dimana adrenalin
akan menghambat pelepasam oksitosin. Minuman beralkohol dosis rendah dapat
menjadikan ibu merasa lebih rileks sehingga membantu proses pengeluaran ASI,
namun etanol yang terdapat dalam alkohol dapat menghambat produksi oksitosin.

G. Jenis ASI berdasarkan faktor produksi ASI


Jika dilihat dari waktu produksinya, ASI dapat dibedakan menjadi 3 jenis menurut
(Purwanti, 2004), yaitu :
a. Kolostrum
Merupakan ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga setelah bayi
lahir. Kolostrum yaitu susu pertama yang dihasilkan oleh payudara ibu berbentuk
cairan berwarna kekuningan atau sirup bening yang mengandung protein lebih tinggi
dan sedikit lemak daripada susu matang.

6
Kolostrum adalah cairan yang lumayan kental berwarna kekuning-kuningan, lebih
kuning dibandingkan dengan Asi mature, bentuknya lumayan kasar karena
menyimpan butiran lemak dan sel-sel epitel, dengan khasiat:
- Sebagai pembersih selaput usus BBL sehingga saluran pencerna siap untuk
menerima makanan.
- Mengandung kadar protein yang tinggi terutama gama globulin sehingga dapat
memberikan perlindungan tubuh terhadap infeksi.
- Mengandung zat antibody yang dapat melindungi tubuh bayi dari berbagai macam
penyakit infeksi untuk jangka waktu sampai dengan 6 bulan. Jika di bandingkan
dengan ASI mature, kolostrum memiliki kandungan zat-zat sebagai berikut:
1. Kolostrum mengandung zat anti infeksi 10-17 kali lebih banyak dibandingkan
ASI mature
2. Kolostrum lebih banyak mengandung antibody daripada ASI mature yang
dapat memberikan perlindungan bagi bayi hingga usia 6 bulan pertama.
3. Kolostrum lebih banyak mengandung immunoglobulin A (igA), laktoferin
dan sel-sel darah putih, yang semuanya sangat penting untuk pertahanan
tubuh bayi.
4. Kolostrum lebih banyak mengandung protein dibandingkan ASI mature.
Selain itu, protein utama pada ASI mature adalah kasein, sedangkan protein
utama pada kolostrum adalah globulin sehingga dapat memberikan daya
perlindungan tubuh terhadap infeksi.
5. Kolostrum lebih banyak mengandung vitamin dan mineral dibanding ASI
mature.
b. Air susu masa peralihan (masa transisi)
Merupakan ASI yang dihasilkan mulai hari keempat sampai hari kesepuluh. Pada
masa ini, susu transisi mengandung lemak dan kalori yang lebih rendah daripada
kolostrum.
c. ASI mature
Asi mature merupakan ASI yang dihasilkan mulai hari kesepuluh sampai
seterusnya. ASI mature merupakan nutrisi bayi yang terus berubah disesuaikan
dengan perkembangan byi sampai usia 6 bulan. ASI ini berwarna putih kebiru-
biruan (seperti susu krim) dan mengandung lebih banyak kalori daripada susu
kolostrum ataupun transisi.

7
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan
Ibu harus memahami perilaku bayi sehubungan dengan menyusui. Ketika bayi lapar
mereka biasanya menangis dengan keras hingga kebutuhannya terpenuhi. Bayi akan
menunjukkan tanda bahwa dia siap untuk disusui yang bisa dikenali. Bayi menunjukkan
beberapa tanda sebagai berikut :
1. Gerakan tangan ke mulut atau tangan ke tangan
2. Gerakan menghisap
3. Reflek menoleh (rooting)
4. Menggerakan mulut

Pengkajian yang dapat dilakukan yaitu :


1. Riwayat menyusui
Riwayat menyusui yang dimaksud : apakah ibu pernah menyusui sebelumnya atau
belum. Bila sudah pernah menyusui sebelumnya perlu diketahui bagaimana posisi
ketika menyusui, apakah sudah benar atau belum, apabila belum pernah menyusui
maka hal ini dapat digunakan sebagai data untuk melakukan intervensi pendidikan
kesehatan.
2. Pemeriksaan fisik pada ibu
Pemeriksaan ini di fokuskan pada area mamae ibu , pemeriksaan ini meliputi :
a. Inspeksi
Perawat melihat bagaimana kondisi area mamae ibu, perawat memeriksa
bagaimana warna mamae, apabila warna mamae terlihat kemerahan hal ini
menandakan adanya peradangan pada daerah mamae. Kemudian melihat adanya
pembengkakan. Pembengkakan merupakan respon umum pada payudara terhadap
perubahan mendadak dalam hormone dan onset meningkatnya volume ASI secara
signifikan.
8
b. Palpasi
Perawat akan memeriksa payudara dengan cara memegang area mamae. Perawat
akan mengidentifikasi apakah ada nyeri tekan. Nyeri ringan biasanya terjadi pada
daerah putting susu selama beberapa hari pertama menyusui. Nyeri berat
mengelupas, pecah-pecah atau berdarah pada putting susu tidak normal dan sering
terjadi akibat posisi yang salah.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada periode laktasi menurut (Tim Pokja
SIKI DPP PPNI, 2018).
a) Menyusui efektif D.0028

Definisi :
Pemberian ASI secara langsung dari payudara kepada bayi yang dapat memenuhi
kenutuhan nutrisi.

Penyebab
Fisiologis
1. Hormon oksitosin dan protaktin adekuat
2. Payudara membesar, alveoli mulai terisi ASI
3. Tidak ada kelainan pada sruktur payudara
4. Puting menonjol
5. Bayi aterm
6. Tidak ada kelainan bentuk pada mulut bayi

Situasional
1. Rawat gabung
2. Dukungan keluarga dan tenaga kesehatan adekuat
3. Faktor budaya

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif
1. Ibu merasa percaya diri selama proses menyusui

Objektif
1. Bayi melekat pada payudara ibu dengan benar
2. Ibu mampu memposisikan bayi dengan benar
3. Miksi bayi lebih dari 8 kali dalam 24 jam
4. Berat badan bayi meningkat
5. ASI menetes/memancar
6. Suplai ASI adekuat
7. Puting tidak lecet setelah minggu kedua

9
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
(tidak tersedia)

Objektif
1. Bayi tidur setelah menyusui
2. Payudara ibu kosong setelah menyusui
3. Bayi tidak rewel dan menangis stelah menyusui
Kondisi Klinis Terkait
1. Status kesehatan ibu baik
2. Status kesehatan bayi baik

b) Menyusui tidak efektif D.0029


Definisi :
Kondisi dimana ibu dan bayi mengalami ketidakpuasan atau kesukaran pada proses
menyusui.

Penyebab
Fisiologis
1. Ketidakadekuatan suplai ASI
2. Hambatan pada neonatus (mis. prematuritas, sumbing)
3. Anomali payudara ibu (mis. puting yang masuk ke dalam)
4. Ketidakadekuatan refleks oksitosin
5. Ketidakadekuatan refleks menhispa bayi
6. Payudara bengkak
7. Riwayat operasi payudara
8. Kelahiran kembar
 
Situasional
1. Tidak rawat gabung
2. Kurang terpapar informasi tentang pentinya menyusui dan/atau metode menyusui
3. Kurangnya dukungan keluarga
4. Faktor budaya
 
Gejala dan Tanda mayor
Subjektif
1. Kelelahan maternal
2. Kecemasan maternal
 
Objektif
1. Bayi tidak mampu melekat pada payudara ibu
2. ASI tidak menetas/memancar
10
3. BAK bayi kurang dari 8 kali dalam 24 jam
4. Nyeri dan/atau lecet terus menerus setelah minggu kedua
 
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
(tidak tersedia)
 
Objektif
1. Intake bayi tidak adekuat
2. Bayi menghisap tidak terus menerus
3. Bayi menangis saat disusui
4. Bayi rewel dan menangis terus dalam jam-jam pertama setelah menyusui
5. Menolak untuk mengisap
 
Kondisi Klinis Terkait
1. Abses payudara
2. Masititis
3. Carpal tunnel syndrome
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi merupakan suatu perawatan yang dilakukan perawat berdasarkan pada
penilaian klinis dan pengetahuan perawat untuk meningkatkan outcome pasien atau klien
(Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
1) Diagnosa I : Menyusui efektif D.0028
a. Tujuan umum : Status Menyusui (L.03029)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan status
menyusui membaik dengan kriteria hasil:
1. Perlekatan bayi pada payudara ibu meningkat
2. Kemampuan ibu mampu memposisikan bayi dengan benar meningkat
3. Miksi bayi lebih dari 8 kali dalam 24 jam meningkat
4. Berat badan bayi meningkat
5. ASI menetes/memancar meningkat
6. Suplai ASI adekuat meningkat
7. Puting tidak lecet setelah minggu 2 minggu melahirkan meningkat
b. Intervensi : Konseling Laktasi (I.03093)
a. Observasi
 Identifikasi permasalahan yang ibu alami selama proses menyusui.
 Identifikasi keinginan dan tujuan menyusui.
 Identifikasi keadaan emosional ibu saat akan dilakukan konseling
menyusui.
b. Terapeutik
 Gunakan tehnik mendengar aktif.
 Berikan pujian terhadap perilaku ibu yang benar.
11
c. Edukasi
 Ajarkan tehnik menyusui yang tepat sesuai kebutuhan ibu

2) Diagnosa II : Menyusui tidak efektif D.0029


a. Tujuan umum : Status Menyusui (L.03029)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan status
menyusui membaik dengan kriteria hasil:
 Perlekatan bayi pada payudara ibu meningkat
 Tetesan/pancaran ASI meningkat
 Suplai ASI adekuat meningkat
 Lecet pada putting menurun
 Kelelahan maternal menurun
 Kecemasan maternal menurun
 Bayi tidak rewel

b. Intervensi : Edukasi Menyusui (I.12393)


 Observasi
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi.
2. Identifikasi tujuan atau keinginan menyusui.
 Terapeutik
1. Dukung ibu meningkatkan kepercayaan diri dalam menyusui.
2. Libatkan sistem pendukung : suami, keluarga, tenaga kesehatan, dan
masyarakat.
 Edukasi
1. Berikan konseling menyusui
2. jelaskan manfaat menyusui bagi ibu dan bayi
3. Ajarkan 4 posisi menyusui dan pelekatan (lacth on) dengan benar
4. Ajarkan perawatan payudara antepartum dengan mengkompres dengan
kapas yang telah diberikan minyak kelapa
5. Ajarkan perawatan payudara postpartum (mis memerah ASI, pijat
payudara, pijat oksitosin)
D. Implementasi Keperawatan
Menurut Mitayani (2009),setelah keperawatan Selanjutnya tindakan yang nyata untuk
rencana tersusun, dilakukan keperawatan mencapai hasil yang Diharapkan berkurangnya
atau hilangnya masalah pada klien.
E. Evaluasi Keperawatan
Menurut Mitayani (2012), evaluasi keperawatan merupakan kegiatan akhir dari proses
keperawatan, di mana perawat menilai hasil yang diharapkan terhadap perubahan diri
pasien dan menilai sejauh mana masalah klien dapat diatasi.

12
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Menyusui yaitu proses alami manusia tetapi tidak sederhana seperti yang di
bayangkan khalayak umum.Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan ini. Agar
menyusui berhasil, setiap ibu harus percaya dapat melakukannya dengan didukung
petunjuk pengetahuan dan manajemen praktek menyusui yang benar dan tepat.
Persiapan dini sejak masa kehamilan hingga menyusui sangat membantu kelancaran
proses menyusui secara keseluruhan.
Penggunaan ASI telah dideklarasikan sebagai gerakan nasional yang merupakan
upaya peningkatan derajat kesehatan Ibu dan anak.Untuk mencapai keberhasilan
gerakan nasional perlu didukung oleh peran serta seluruh anggota masyarakat para Ibu
sebagai pelopor peningkatan kualitas sumberdaya indonesia.praktek menyusui yg baik
dan benar setiap ibu perlu mempelajarinya.bukan pada Ibu yang pertama kali hamil
dan melahirkan tetapi juga Ibu – Ibu yang melahirkan anak yang ke 2 dan seterusnya.

B. SARAN
Tentunya kami sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas masih
banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya kami akan
segera melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman dari
beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, 2011, Asuhan Kebidanan Nifas,Yogyakarta : Mitra Cendikia


Program Manajemen Laktasi, 2010, Buku Bacaan Manajemen Laktasi Jakarta : Perinasia
http://wiyati.wordpress.com/2008/06/25/managemen-laktASI/
Alfarisi, 2008. Fisiologi Laktasi. Diunduh Ahad, 6 September 2010; aku-anak-
peternakan.blogspot.com/2008/05/fisiologi-laktasi.html
http://eprints.undip.ac.id/43466/3/BAB_II_TINJAUAN_PUSTAKA_-.pdf
Bobak .(2010). Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta: EGC

14

Anda mungkin juga menyukai