Anatomi
Anatomi
Disusun Oleh:
NIM: 14201.09.17045
PROBOLINGGO
2020
I. Anatomi
Hati (hepar) merupakan kelenjar aksesori yang terbesar dalam tubuh, berwarna
coklat dan beratnya 1.000- 1.800 gram. Hati terletah di dalam rongga perut sebelah
kanan atas di bawah diafragma, sebagian besar terletak pada region hipokondria dan
region epigastrium. Pada orang dewasa yang kurus tepi bawah hati mungkin teraba
satu jari di bawah tepi kosta. Hati dibagi dalam empat lobus:
1. Lobus sinistra, terletak disebelah kiri dari bidang meridian.
2. Lobus dekstra, di sebelah kanan dari bidang meridian.
3. Lobus kaudatus, sebelah bawah bagian ekor.
4. Lobus kuadratus, di belakang berbatas dengan pars pilorika, ventrikula, dan
duodenum superior.
II. Fisiologi
Hati merupakan organ metabolic terbesar dan terpenting yang memiliki
berbagai fungsi yang berhubungan dengan pencernaan untuk skresi garam empedu
yang melakukan berbagai fungsi.
1. Fungsi metabolik: Metabolisme asimilasi karbohidrat, lemak, protein, dan
vitamin, serta produksi energi.
2. Fungsi ekskretori: Produksi empedu oleh sel hati (bilirubin, kolesterol, garam
empedu)
3. Fungsi pertahanan tubuh: Detoksikasi racun siap untuk dikeluarkan,
melakukan fagositosis terhadap benda asing langsung membentuk antibody.
4. Pengaturan dalam peredaran darah: Berperan membentuk darah dan heparin di
hati dan mengalirkan darah ke jantung.
5. Hati membentuk asam empedu terutama dari kolesterol yang membentuk
pigmen-pigmen empedu terutama dari hasil perusakan hemoglobin.
6. Sintesis protein: Mencakup protein-protein penting untuk pembekuan darah
serta mengangkut hormone tiroid, steroid dan kolesterol.
7. Detoksifikasi / degradasi: zat-zat sisa dan hormon serta obat dan senyawa asing
lainnya.
III. Definisi
Sirosis hepatis adalah penyakit hati menahun yang ditandai dengan adanya
pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses
peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha
regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro
dan makro menjadi tidak teratur akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut
(Suzanne C. Smeltzer dan Brenda G. Bare, 2001).
Sirosis hepatis adalah penyakit hati kronik yang dicirikan dengan distorsi
arsitektur hati normal oleh lembar-lembar jaringan ikat dan nodul-nodul regenerasi sel
hati, yang tidak berkaitan dengan vaskulatur normal (Price & Willson, 2005, hal :
493). Sirosis hepatis adalah penyakit kronik hati yang dikarakteristikkan oleh
gangguan struktur dan perubahan degenerasi, gangguan fungsi seluler, dan selanjutnya
aliran darah ke hati.
IV. Etiologi
Ada 3 tipe sirosis atau pembentukan parut dalam hati :
1. Sirosis portal laennec (alkoholik nutrisional), dimana jaringan parut secara
khas mengelilingi daerah portal. Sering disebabkan oleh alkoholis kronis.
2. Sirosis pascanekrotik, dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai
akibat lanjut dari hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya.
3. Sirosis bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati di sekitar
saluran empedu. Terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis dan infeksi
(kolangitis).
Etiologi yang diketahui penyebabnya :
a Hepatitis virus B dan C.
b Alcohol
c Metabolic.
d Kolestasis kronik/sirosis siliar sekunder intra dan ekstra hepatic.
e Obstruksi aliran vena hepatic.
f Gangguan imunologis hepatitis lupoid, hepatitis kronik aktif.
g Toksik dan obat INH, metilpoda.
h Operasi pintas usus halus pada obesitas.
i Malnutrisi, infeksi seperti malaria.
Etiologi tanpa diketahui penyebabnya
a Sirosis yang tidak dikethui penyebabnya dinamakan sirosis
kriptogenik/heterogenous.
V. Klasifikasi
Berdasarkan morfologi Sherlock membagi Sirosis hati atas 3 jenis, yaitu :
1. Mikronodular
Ditandai dengan terbentuknya septa tebal teratur, di dalam septa
parenkim hati mengandung nodul halus dan kecil merata tersebut seluruh
lobul. Sirosis mikronodular besar nodulnya sampai 3 mm, sedangkan sirosis
makronodular ada yang berubah menjadi makronodular sehingga dijumpai
campuran mikro dan makronodular.
2. Makronodular
Sirosis makronodular ditandai dengan terbentuknya septa dengan
ketebalan bervariasi, mengandung nodul (> 3 mm) yang besarnya juga
bervariasi ada nodul besar didalamnya ada daerah luas dengan parenkim yang
masih baik atau terjadi regenerasi parenkim.
3. Campuran (yang memperlihatkan gambaran mikro-dan makronodular)
VI. Patofisiologi
Konsumsi minuman beralkohol dianggap sebagai faktor penyebab yang utama.
Sirosis terjadi paling tinggi pada peminum minuman keras. Meskipun defisiensi gizi
dengan penurunan asupan protein turut menimbulkan kerusakan hati pada sirosis,
namun asupan alkohol yang berlebihan merupakan faktor penyebab utama pada
perlemakan hati dan konsekuensi yang ditimbulkannya. Namun demikian, sirosis juga
pernah terjadi pada individu yang tidak memiliki kebiasan minum dan pada individu
yang dietnya normal tapi dengan konsumsi alkohol yang tinggi.Faktor lain diantaranya
termasuk pajanan dengan zat kimia tertentu (karbon tetraklorida, naftalen, terklorinasi,
arsen atau fosfor) atau infeksi skistosomiastis dua kali lebih banyak daripada wanita
dan mayoritas pasien sirosis berusia 40 – 60 tahun.
Sirosis laennec merupakan penyakit yang ditandai oleh nekrosis yang
melibatkan sel-sel hati dan kadang-kadang berulang selama perjalanan penyakit sel-sel
hati yang dihancurkan itu secara berangsur-angsur digantikan oleh jaringan parut yang
melampaui jumlah jaringan hati yang masih berfungsi. Pulau-pulau jaringan normal
yang masih tersisa dan jaringan hati hasil regenerasi dapat menonjal dari bagian-
bagian yang berkonstriksi sehingga hati yang sirotik memperlihatkan gambaran mirip
paku sol sepatu berkepala besar (hobnail appearance) yang khas. Sirosis hepatis
biasanya memiliki awitan yang insidus dan perjalanan penyakit yang sangat panjang
sehingga kadang-kadang melewati rentang waktu 30 tahun/lebih.
VII.Pathway
Penatalaksanaan Medik
1. Pencegahan Pendarahan
Pendarahan dapat terjadi akibat diperlukan produksi protrombin dan
kemampuan hati untuk mengsintesis zat-zat yang diperlukan bagi pembekuan
darah.
1) Tindakan Penjagaan
Perlindungan pasien dengan memasang penghalang sampai tempat
tidur, menekan setiap lokasi persuntiakn dan menghinadari cedera dari
benda-benda tajam. Perawat harus memahami kemungkinan melena dan
memerikasa feses untuk mengetahui jika terdapat darah yang merupakan
tanda pendarahan internal. Modifikasi diet dan penggunaan preparat
pelunak feses yang dapat membantu pasien. Pasien harus dipantau dengan
ketat untuk mendeteksi pendarahan gastrointestinal, peralatan, tanda-tanda
vital, cairan intravena dan obat-obatan.
2) Jika terjadi Hemoragi
Perawat membantu dokter dengan melakukan tindakan untuk
menghentikan pendarahan, memberikan terapi cairan serta komponen
darah dan obat-obatan. Hemoragi masih akibat pendarahan dari varises
esophagus atau lambung di pindahkan di unit intensif. Penderita sirosis
memerlukan penjelasan tentang kejadian yang telah dialami.
3) Ensefalopati hepatic
Merupakan komplikasi neurology yang mungkin terjadi dan
mencakup kemunduran status mental serta dimensi di samping adanya
tanda-tanda fisik seperti gerakan volunteer dan involunteer yang abnormal.
Yang disebabkan oleh penumpukan amonia dalam darah dan ditimbulkan
pada metabolisme otak.
4) Terapi
Mencakup penggunaan laktulosa serta antibiotic saluran cerna yang
tidak dapat diserap untuk melakukan kadar anomia.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Pemantauan
Pekerjaan keperawatan yang esensian untuk mengenali kemunduran
diri pada status mental. Karena gangguan elektrolit dapat timbul
ensefalomati, kadar elektrolit serum harus dipantau dengan cermat jika
abnormal. Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan dirumah.
Selama dirawat di rumah sakit, pasien harus sudah dipersiapkan
untuk perawatan di rumah oleh perawatan melalui intruksi diet. Instruksi
yang paling penting adalah menghilangkan alkohol dari diet.
Kebersihan terapi tergantung pada upaya untuk meyakinkan pasien
tentang perlunya kepatuhan secara total pada rencana terapinya. Yang
mencakup istirahat, kemungkinan perubahan gaya hidup, diet yang
memadai dan pantang alkohol.
XI. Komplikasi
a. Edema dan Acites
Ketika liver kehilangan kemampuannya membuat protein albumin, air menumpuk
pada kaki( edema) dan abdomen ( acites)
b. Luka dan perdarahan
Ketika liver lambat atau berhenti memproduksi protein yang dibutuhkan tubuh
untuk penggumpalan darah, penderita akan mudah luka dan berdarah.
c. Penguningan ( Joundice)
Penguningan pada kulit dan mata yang terjadi ketika liver sakit, tidak bisa
menyerap bilirubin.
d. Batu Empedu
Jika sirosis mencegah air empedu mencapai empedu, maka akan timbul batu
empedu.
Aru Sudoyo.2006. Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Pusat Penerbitan IPD FKUI: Jakarta
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP
PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: DPP
PPNI
Smeltzer, Suzanne C, dkk. (2001). Keperawatan Medikal Bedah 2. Edisi 8. Jakarta.