Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sikap merupakan salah satu konsep yang menjadi perhatian utama dalam ilmu psikologi
sosial. Sikap juga merupakan proses evaluasi yang sifatnya internal / subjektif yang
berlangsung dalam diri seseorang dan tidak dapat diamati secara langsung, namun bisa dilihat
apabila sikap tersebut sudah direalisasikan menjadi perilaku.
Oleh karena itu sikap bisa dilihat sebagai positif dan negatif. Apabila seseorang suka
terhadap suatu hal, sikapnya positif dan cenderung mendekatinya, namun apabila seseorang
tidak suka pada suatu hal sikapnya cenderung negatif dan menjauh.
Selain melalui perilaku, sikap juga dapat diketahui melalui pengetahuan, keyakinan, dan
perasaan terhadap suatu objek tertentu. Jadi, sikap bisa diukur karena kita dapat melihat sikap
seseorang dari yang sudah disebutkan sebelumnya. Sikap tentu saja terdapat di setiap dalam
diri individu, dan sikap pasti berbeda beda di antara satu individu dan individu lain. Sikap
juga dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang, dimana hal tersebut di pengaruhi oleh
bagimana sikap itu diperoleh.
Thurstone berpendapat tentang adanya komponen afektif pada sikap, Rokeach
berpendapat pada sikap adanya komponen kognitif dan konatif (Walgito, 2011). Sedangkan
komponen sikap menurut Mar’at 1984 (dalam Rahayuningsih, S. U., 2008) mencakup tiga hal
yaitu:
1. Komponen kognitif berhubungan dengan belief (kepercayaan dan keyakinan), ide,
konsep. Bagian dari kognitif yaitu: persepsi, stereotype, opini yang dimiliki individu
mengenai sesuatu.
2. Komponen afeksi berhubungan dengan kehidupan emosional seseorang, menyangkut
perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Afeksi
merupakan komponen rasa senang atau tidak senang pada suatu objek.
3. Komponen perilaku / konatif merupakan komponen yang berhubungan dengan
kecenderungan seseorang untuk berperilaku terhadap objek sikap.
Psikologi sosial menggunakan istilah sikap (attitudes) untuk merujuk pada evaluasi
terhadap berbagai aspek dunia sosial. Terkadang sikap cenderung stabil walaupun
banyak untuk mengubahnya.yang akan di bahas hal hal yang berkaitan dengan sikap.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sikap?
2. Bagaimana sikap itu dibentuk dan berkembang?
3. Bagaimana hubungan sikap dan tingkah laku, kapan dan bagaimana?
4. Bagaimana seni persuasi digunakan dalam mengubah sikap?
5. Bagaimana ketika sikap gagal diubah dan resistensi terhadap persuasi?
6. Mengapa tingkah laku terkadang mempengaruhi sikap kita?

1
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sikap.
2. Untuk mengetahui dan menjelaskan proses sikap itu terbentuk dan berkembang.
3. Untuk mengetahui bagaimana hubungan sikap dan tingkah laku.
4. Untuk menjelaskan seni peruasiyang digunakan dalam mengubah sikap.
5. Memberikan pemaparan dan penjelasan pada resistensi terhadap persuasi.
6. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan kapan sikap mempengaruhi tingkah
laku.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sikap
Sikap berasal dari kata “aptus” yang berarti dalam keadaan sehat dan siap melakukan aksi
/ tindakan atau dapat dianalogikan dengan keadaan seorang gladiator dalam arena laga yang
siap menghadapi singa sebagai lawannya dalam pertarungan. Secara harfiah, sikap dipandang
sebagai kesiapan raga yang dapat diamati (Sarwono, 2009).
Sikap adalah perasaan, pikiran dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat
permanen mengenal aspek aspek tertentu dalam lingkungannya.
Pengertian Sikap Menurut Para Ahli
Para ahli juga banyak menyumbangkan pengertian sikap. Berikut ini pengertian sikap dari
beberapa ahli:

 Notoatmodjo s. (1997) :sikap adalah reaksi atau respons yang masih tertutup dan
seseorang terhadap suatu stimulasi atau objek.
 Bimo walgito, (2001) : sikap adalah organisasi pendapat,, keyakinan seseorang
mengenai objek atau situasi yang relative ajeg, yang disertai adanya perasaan tertentu,
dan memberikan dasar pada orang tersebut untuk membuat respons atau berprilaku
dalam cara tertentu yang dipilihnya.
 Menurut Allport, sikap merupakan kesiapan mental, yaitu suatu proses yang
berlangsung dalam diri seseorang, bersama dengan pengalaman individual masing-
masing, mengarahkan dan menentukan respon terhadap berbagai objek dan situasi.
 Sikap merupakan reaksi evaluatif yang disukai atau tidak disukai terhadap sesuatu
atau seseorang, menunjukkan kepercayaan, perasaan, atau kecenderungan perilaku
seseorang Zanna & Rempel, 1988.
 Sikap merupakan kecenderungan psikologis yang diekspresikan dengan mengevaluasi
entitas tertentu dengan beberapa derajat kesukaan atau ketidaksukaan (Eagly &
Chaiken, 1993).  Sikap merupakan evaluasi terhadap beberapa aspek perkataan
sosial Baron & Byrne, 2006.
 Menurut Thurstone, Likert, dan Osgood sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau
reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung
atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak
(unfavorable) pada objek tersebut.
 LaPierre (1934) mendefinisikan sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau
kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau
secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimulus sosial yang telah
terkondisikan.
 Secord & Backman (1964) mendefinisikan sikap sebagai keteraturan tertentu dalam
hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi)
seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya.
Dari definisi-definisi mengenai sikap diatas dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu
kecenderungan dan keyakinan seseorang terhadap suatu hal yang bersifat mendekati (positif)
atau menjauhi (negatif) ditinjau dari aspek afektif & kognitif dan mengarahkan pada pola
perilaku tertentu. Sedangkan definisi sikap terhadap operasi peneliti simpulkan sebagai
kecenderungan dan keyakinan individu mengenai operasi yang bersifat mendekati (positif)

3
dan menjauhi (negatif) ditinjau dari aspek afektif dan kognitif dan mengarahkan pada pola
perilaku tertentu.

B. Pembentukan Sikap : Bagaimana dan Mengapa Sikap Berkembang


1. Pembelajaran Sosial : Mengadopsi Sikap Orang Lain
Salah satu sumber penting yang jelas jelas membentuk sikap adalah mengadopsi sikap
tersebut dari orang lai melalui proses pembelajaran sosial (social learning). Dengan kata lain,
banyak pandangan dibentuk saat berinteraksi dengan orang lain atau hanya dengan
mengobservasi tingah laku mereka. Pembelajaran ini terjadi melalui beberapa proses:

 Classical conditioning : pembelajaran berdasarkan asosiasi


Merupakan prinsip dasar psikologi bahwa ketika sebuah stimulus berulang ulang diikuti
oleh stimulus yang lain,stimulus pertama akan segera dianggap sebagai tanda tanda bagi
munculnyastimulus yang mengikutinya. Dengan kata lain, ketika stimulus pertama terjadi,
seseorang akan menduga stimulus kedua akan segera muncul. Hasilnya, , secara bertahap
mereka akan memberikan reaksi yang sama pada stimulus pertama seperti reaksi yang
mereka tunjukan pada stimulus kedua, terutama jika stimulus kedua adalah stimulus yang
menyebabkan reaksi yang cukup kuat dan otomatis. Classical condititioning dapat terjadi
sebelum kesadaran muncul, bahkan ketika orang tidak menyadari stimuli sebagai dasar dari
conditioning ini.

 Instrumental conditioning : belajar mempertahankan pandangan yang benar


Tingkah laku yang diikuti hasil positif (seperti pemberian hadiah) akan membentuk
penguatan, hasil positif diperkuat dan cenderung akan diulangi. Sebaliknya, tingkah yang
diikuti hasil negative (seperti hukuman) akan semakin lemah dan bekurang. Sehingga, cara
lain bagaimana sikap diadopsi dari orang lain adalah melalui proses instrumental
conditioning. Dengan memberikan anak senyuman, persetujuan, atau pelukam untuk
meenyatakan hal yang benar, hal hal yang yang disetujui oleh orang tua , maka orang tua (dan
orang dewasa lainnya) memainkan peran aktif dalam pembentukan sikap kaum muda.
Berdasarkan alasan inilah anak anak pada saat remaja mereka mengekspresikan pandangan
politik, religious, dan sosial yang sangat serupa dengan keluarganya. Kuatnya efek
reinforcement terhadap tingkah laku, akan sangat mengejutkan bila anak tidak menunjukan
perilaku yang dibentuk oleh keluarga.

 Pembelajaran dari observasi : belajar dari contoh


Proses dimana sikap dapat terbentuk bahkan ketika orang tua tidak bermaksud untuk
mewariskan pandangan tertentu pada anak mereka disebut pembelajran melalui observasi
(observational learning), dan proses ini terjadi ketika individu mempelajari bentuk tingkah
laku atau pemikiran baru hanya dengan mengobservasi tingkah laku orang lain (bandura,
1997). Dalam banyak kasus, anak mendengar orang tua mereka mengatakan sesuatu yang
seharusnya tidak mereka dengar, atau memperhatikan orang tua mereka saat melakukan
sesuatu yang dilarang oleh orang tua untuk dilakukan si anak. Sebagi tambahan, tentu saja,
baik anak maupun orang dewasa sering kali mempelajari sikap dari media massa seperti
televise,majalah,film,dan lain lain.

 Perbandingan sosial dan pembentukan sikap : sebuah dasar untuk pembelajaran


melalui observasi.

4
Perbandingan sosial merupakan kecendrungan kita untuk membandingkan diri kita
sendiri dengan orang lain untuk menentukan apakah pandnagna kita terhadap kenyataan
sosial benar atau salah (festinger,1954). Sejauh pandangan kita disetujui oleh orang lain, kita
akan menganggap bahwa ide atau sikap kita tepat. Sementara jika orang lain memiliki ide,
sikap, atau pendapat yang sama dengan kita, maka kitamenganggap bahwa pandangan itu
pasti benar. Karena proses ini, kita sering kali mengibah sikap kita dengan sikap yang hampir
mendekati sikap orang lain. Dan dalam beberapa kesempatan, perbandingan sosial dapat
berkontribusi pada pembentuk sikap baru. Dalam banyak kasus, sikap terbentuk dari
informasi sosial yang berasal dari orang lain (apa yang kita lihat mereka katakan atau
lakukan), dan keinginan kita sendiri untuk menjadi serupa dengan orang yang kita sukai atau
hormati.
2. Factor genetic : Beberapa temuan yang mengejutkan
Penelitian yang dilakukan tehadap kembar identik menunjukan bahwa sikap juga
dipengaruhi oleh factor genetic, walaupun besarnya pengaruh tersebut bervariasi untuk sikap
yang berbeda. Beberapa hasil peneitian menunjukan bahwa sikap yang berkenaan dengan
tingkat kecenderungan lebih kuat dipengaruhi oleh factor genetic atau sikap yang sifatnya
lebih kognitif. Lagi pula, tampaknya sikap yang cenderung diturunkan lebih sulit diubah
daripada sikap yang tidak diturunkan, selain itu sikap yang cenderung diturunkan memiliki
efek yang lebih kuat pada tingkah laku. Factor genetic lebih banyak mempengaruhi watak,
seperti kecenderungan pembawaan umum seseorang yang lebih positif atau negative, lebih
banyak mengalami susasana hati negative atau positif (George, 199O). kecenderungan, pada
gilirannya, kemudian dapat mempengaruhi banyak aspek dalam dunia sosial.

3. Fungsi sikap : alasan dasar mengapa kita membentuk sikap


Pertama,sikap tampaknya beroperasi sebagai skema (schemas) kerangka kerja mental
yang membantu kita untuk menginterprestasi dan memproses sebagi jenis informasi. Selain
itu, sikap mempengaruhi persepsi dan pemikiran kita terhadap isu, orang, objek,kelompok
dengan kuat. Selain sebagai fungsi pengetahuan (knowledge function (kegunaan sikap dalam
mengorganisasi dan menginterpretasi informasi sosial), sikap juga memainkan beberapa
peran lain juga (shavitt,1989,199O). pertama sikaplah yang memungkinkan kita untuk
mengekspresikan nilai nilai utama kita atau keyakinan kita, fungsi ekspresi diri (self
expression) atau identitas diri (sef identy function).
Kedua, sikap sering kali memiliki fungsi harga diri (self esteem function), membantu kita
untuk mempertahankan atau meningkatkan perasaan harga diri. Terkadang sikap juga
berfungsi untuk mempertahankan ego ( ego defensive function)(katz,196O), membantu orang
untuk melindungi diri dari informasi yang tidak diinginkan tentang dirinya.
Sikap, juga berfungsi sebagai motivasi untuk menimbulkan kekaguman atau motivasi
impresi (impression motivation function). Ketika sikap berfungsi sebagai motivasi untuk
impresi, individu cenderung memberikan argument yang menguntungkan dirinya, dan
semakin kuat fungsi sikap ini, semakin banyak argument yang mereka berikan.

5
C. Hubungan Sikap, Tingkah Laku : Kapan dan Bagaimana Sikap Mempengaruhi
Tingkah Laku
 Kapan Sikap Mempengaruhi Tingkah Laku?Kehausan,Kekuatan,Aksesibilitas,dan
Faktor Lain
1. Aspek situasi : factor yang mencegah mengekspresikan sikap
Dalam konteks ini dan konteks lain, hambatan situasi(situasional coustrain) menegahi
antara sikap dan tingkah laku yang tampak.(Ajzen & Fishbein,1980; Fazio & Roskos-
Ewoldsen,1994). kita sering kali memilih tempat dimana apa yang ingin kta katakan dan
lakukan dapat sejalan(Snyder &Ickes,1985).
2. Apek dari sikap itu sendiri
Beberapa tahun yang lalu,saya menyaksikan kejadian yang sangat dramatis.Sebuah
perusahaan kayu yang besar sudah menandatangani kontrak dengan pemerintah,yang
mengizinkan perusahaan tersebut untuk menebang pohon didalam hutan taman
nasional.Beberapa pohon yang dijadikan pagar halaman adalah pohon raksasa kuno yang
sangat tinggi.Sebuah kelompok pecinta alam sangat menentang penebangan pohon ini dan
dengan cepat bergerak untuk menghalangi kegiatan ini.Mereka bekerja sama dengan
membentuk cincin manusia pada setiap pohon yang besar ,untuk melindungi pohon dari para
penebang yang akan menebani pohon tersebut.Taktik ini berhasil banyak probalitas yang
mendukung pencabutan kontrak dan pohon pohon tetap aman setidaknya untuk
sementara.mMengapa orang orang ini mengambil tindakan yang dratis? jawabannya jelas
justru mereka berkomitmen dengan segenap hatinya untuk menyelamatkan pohon pohon ini.
Dengan kata lain mereka memilik sikap yang kuat yang sangat mempengaruhi tingkah laku
mereka.
Kejadian kejadian seperti ini menarik perhatian karna pada dasarnya hubungan sikap dan
tingkah lakusangat di pengaruhi oleh beberapa aspek dari sikap itu sendiri.Mari kita
mempelajari beberapa aspek penting dari sikap tersebut

 Sumber suatu sikap (Attitude Origins).Faktor inilah yang mempengaruhi bagaimana


pertama kali sikap terbentuk,bukti yang ada mengindikasikan bahwa sikap yang
terbentuk berdasarkan pengalaman langsung sering kali memberikan pengaruh yang
lebih kuat pada tingkah laku dari pada sikap yang terbentuk berdasarkan pengalaman
tidak langsung atau pengalaman orang lain,Tampaknya sikap yang terbentuk
berdasarkan pengalaman langsung lebih mudah diingat dan hal ini meningkatkan
dampak mereka terhadap tingkah laku.  Kekuatan Sikap(Attitude Strenght).Faktor
lain salah satu faktor yang paling penting melibatkan apa yang disebut sebagai
kekuatan sikap yang dipertanyakan.Semakin kuat sikap tersebut kuat pula
dampaknya pada tingkah laku(Petkova,Ajzen & Driver ,1995 ),kata kekuatan
melibatkan beberapa faktor keekstreman atau intensitas dari sebuah sikap(seberapa
kuat reaksi emosional yang berhasil dibangkitkan oleh objek sikap
tertentu),kepentingan(sejauh mana individu peduli dan secara pribadi di pengaruhi
oleh sikap tersebut),pengetahuan(seberapa banyak individu mengetahui tentang objek
sikap tersebut),dan kemudahan diakses(semudah apa sikap tersebt diterima oleh akal
sehat berbagai situasi,Prety & Krosn ick,1995)  Kekhususan sikap(attitude
specifity).Apek sikap yang ketiga yang mempengaruhi hubungan sikap dengan
tingkah laku adalah kekhususan sikap yaitu sejauh mana sikap tersebut terfokus
pada objek atau situasi tertentu dibandingkan hal yang umum.Contohnya mungkin
anda memiliki sikap umum terhadap agama(Contohnya anda percaya bahwa penting

6
setiap orang untuk memilik keyakinan agama tertentu dari pada tidak memiliki
agama sama sekali).

 Bagaimana Sikap Mempengaruhi Tingkah Laku? Intensi,Keinginan,dan Tindakan


1. Sikap dasar pemikiran dan tingka laku
Langkah pertama dari mekanisme ini terjadi saat kita berfikir dLangkah pertama dari
mekanisme ini terjadi saat kita berfikir dengan teliti dan hati hati terhadap sikap kita dan
bagaimana implikasi sikap terhadap tingkah laku kita.Insights dari proses ini dijelaskan oleh
teori tindakan yang beralasan (theory of reasoned action)dan versi selanjutnya dari kerangka
berfikir ini lebih dikenal sebagai tingkah laku berencan (theory of planned behavior) yang
pertama kali dinyatakan oleh Ajzen dan Fishbein (1980,Ajzen1981). Teori ini menyatakan
bahwa keputusan untuk menampilkan tingkah laku tetent merupakan hasil dari proses
rasional yang diarahkan pada suatu tujuan tertentu dan mengikuti urut urutan
berfikir.Berdasarkan teori ini intensi pada gilirannya ditentukan oleh dua faktor yaitu;sikap
terhadap tingkah laku(attitudes toward a behavior),evaluasi positif atau negatif dari tingkah
laku yang ditampilkan (apakah seseorang berfikir tindakan itu akan menimbulkan
konsekuensi positif atau negatif)dan norma subjektif persepsi orang apakah orang lain akan
menyetujui atau menolak tingkah laku tersebut.Teori tingkah laku terencana (yang
merupakan perluasan atau pengayaan dari theory of reasoned action), menambahkan faktor
ketiga yaitu kontrol tingkah laku yang dipersepsikan(perceived behavioral control) penilaian
terhadap kemampuan sikap untuk menampilkan tingkah laku.Misalnya seorang murid akan
mempertimbangkan untuk mendidik bagian tubhnya sebagai contoh,penggunaan ornamen
hidung,apakah ia akan sungguh sungguh melakukan hal ini ?berdasarkan Ajzen dan Fshbein
jawabannya tergantung pada intensinya pada gilirannya hal ini akan sangat dipengaruhi oleh
faktor yang telah disebut di atas.jika murid ini percaya bahwa ditindik relatif tidak sakitakan
membuatnya tampil menarik(ia memiliki sikap positif terhadap tingkahlaku tersebut),orang
yang opiinya di hormati olenya akan menyetujui tindakan ini(norma subjectif)dan iya
sungguh dapat meakukannya(ia mengenal orang yang berprofesi sebagai sipembuat
tindikan),intensi yang dimilikinya untuk menindik akan sangat kuat.Sementara di sisi
lain,jika ia percaya bahwa menindik akan meyakitkan dan tidak akan memperbaiki
penampilannya,teman temannya tidak akan menyetujui tingkah lakunya,dan iya akan
mengalami kesulitan menemukan ahli yang dapat melakukannya dengan aman,itensinya
untuk mengunakan ornamen hidung akan lemah.
2. Sikap dan reaksi tingkah laku yang spontan
Dua teori yang dijelaskan diatas akurat dalam situasi dimana kita memiliki waktu dan
kesempatan untuk mereflesikan dengan hati hati berbagai tingkah laku,akan tetapi bagaimana
dengan situasi dimana kita harus bertidak dengan cepat contohnya jika orang lain memotong
antrean didepan Anda.dalam kasus ini,sikap tampaknya mempengaruhi tingkah laku dalam
cara yang lebih langsng dan otomatis.
Beberapa penelitin menunjukkan bukti yang mendukung model ini,sehingga model ini
tampak mampu memberikan penjelasan yang berguna terhadap cara sikap mempengaruhi
tingkahlaku dalam situasi situasi tertentu.
Singkatnya,tampak dalam sikap mempengaruhi tingkah laku kita,setidaknya melalui dua
mekanisme dan mekanisme mekanisme ini berlaku dibawah satu kondisi yang berbeda.ketika
kita memiliki waktu untuk melakukan pemikiran hati hati dan teliti,kita dapat

7
mempertimaangkan berbagai alternatif dan memutuskan,cukup cepat untuk
bertindak,sedangkan dalam kondisi yang sibuk dalam kehidupan seharihari,kita sering kali
tidak memiliki waktu untuk melakukan pertimbangan terhadap berbagai alternatif yang ada
,dalam kasus ini,sikap kita tampaknya secara spontan membentuk persepsi kita terhadap
berbagai kejadian.

D. Seni Peruasi : Menggunakan Pesan Untuk Mengubah Sikap


Beberapa kali dalam sehari orang lai berusaha mengubah sikap anda?jika anda berhenti
dan berfikir untuk beberapa saat,anda mungkin saja terkejut pada jawaban dari pertanyaan
tersebut,karena jelas sekali bahwa setiap hari,kita dibombardir oleh banyak usaha ini.papan
iklan ,iklan di radio dan di televisi,iklan di koran dan majalah,pidato pidato poitik ,acara
acara sosial daftarnya tampak tidak akan pernah habissejauh mana usaha sebuah
persuasi(persuasion)usaha untuk mengubah sikap kita melalui berbagai jenis pesan bisa
sukses?dan faktor apakah yang menentukan usaha usaha tersebut berhasil atau gagal?
psikolog sosial telah mempelajari isu isu ini selama berpuluh puluh tahun dan kita akan
segera melihat ,usaha mereka telah menghasilkan tambahan pengetahuan yang penting dalam
hal proses kognitif yang berperan daln persuasi.
1. Pesuasi: pendekatan awal.
Usaha persuasi melibatkan eleman-elemen berikut: beberapa sumber yang membawa
beberapa tipe pesan (komunikasi) untuk beberapa orang atau kelompok orang (penonton).
Pendekatan ini menghasilkan banyak penemuan yang menarik, dianataranya yang paling ko
nsisten adalah:

 Komunikator yang kredibel-yang tampaknya tahu apa yang mereka bicarakan atau
ahli mengenai topic atau isu yang mereka sampaikan- lebih persuasive daripada
mereka yang bukan ahlinya.
 Komunikator yang menarik dalam cara tertentu (contoh, secara fisik) lebih persuasive
daripada komunikator yang secara fisik dan kurang keahlian (hovland & weiss, 1951)
 Terkadang orang yang lebih mudah dipersuasi ketika mereka terganggu oleh hak lain
daripada ketika mereka memperhatikan dengan baik pesaapa yang disampaikan (allyn
& festimger, 1961)
 Ketika seseorang penddengar memiliki sikap yang berlawan dengan apa yang ingin
disampaikan oleh pelaku persuasi, sering kali lebih fektif bagi komunikator untuk
mengadopsi pendekatan dua sisi , di mana kedua sisi argument tersebut disampaikan,
daripada menggunakan pendekatan satu sisi.
 Orangyang berbicara dengan cepat sering kali lebih persuasive daripada orang yang
berbicara lebih lambat
 Persuasi dapat ditingkat dengan pesan yang merangsang emosi yang kuat (khususnya
rasa takut) pada pendengar, khususnya ketika komunikasi memberikan rekomendasi
tertentu tentang bagaimana mencegah atau menghindari kejadian yang menyebabkan
rasa takut yang digambarkan (leventhal, singer, & jones, 1965:robberson & rogers,
1988).

2. Pendekatan Kognitif Pada Persuasi; Pemrosesan Sistematis Versus Pemrosesan


Heuristik

8
Cara yang pertama dikenal sebagai pemrosesan sistematik(systematic processing)atau
rute utama (central route),dan cara ini melibatkan pertimbangan yang mendalam dan hati hati
terhadap isi pesan dan ide yang terkandung didalamnya.pemrosesan ini membutuhkan cukup
usaha dan menyerap banyak kapasitas pemrosesan informasi kita.pendekatan kedua,dikena
sebagai pemrosesan heuristik(heiristik processing)atau rute periferal(peripheral
route)melibatkan penggunaan aturan pertama yang sederhana atau jalan pintas mental(mental
shourtcuts)seperti keyakinan bahwa”pernyataan para ahli dapat dipercaya”.jenispemrosesan
ini tidak terlalu menuntut usaha dn memberikan kesempatan kepada kita untuk bereaksi
terhadap pesan yang persuasif secara otomatis.hal ini terjadi dalam respon terhadap petunjuk
pesan ata situasiyang menimbulkan berbagai jalan pintas mental(misalnya model yang cantik
menimbulkan heuristik”segala yang indah adalah baik dan patut didegarkan”)
Diawal kami telah menyebutkan bahwa penemuan dua cara pemrosesan yang berbeda
memberikan sebuah kunci penting untuk memahami proses persuasi.kehadiran dari cara dua
berfikir membantu kita untuk memecahkan banyak puzle yang membingungkan.Contohnya
telah diketahui bahwa ketika pesan persuasif tidak menarik atau tidak relevan dengan
individu,jumlah persuasi yang mereka hasilkan tidak sekuat efek yang dihasilkan oleh
kekuatan argumen yang terkandung didalamnya kuat dan meyakinkan.

E. Ketika Sikap Gagal Diubah : Resistensi Terhadap Persuasi

1. Reaktansi:Melindungi Kebebasan Pribadi Kita


Apakah anda pernah mengalami peristiwa seperti ini? seseorang membrikan tekanan
kepda anda agar anda mengubah sikap.Saat mereka melakukan hal tersebut,anda mungkin
mersa terganggu dan tidak senang.Hasil akhirnya tidak akan hanya menolak,tetapi anda jga
mundur dan mengadopsi pandangan yang berlawanan dengan pandangan yang ditawarkan
oleh pelaku persuasi tersebut.Tingkah laku ini merupakan sebuah contoh apa yang disebut
oleh psiokolgi sosial sebagai reaktansi(reactance) sebuah reaksi negatif terhadap usaha orang
lain untuk menurangi kebebasan anda dengan membuat kita melakukan apa yang mereka
inginkan.Hasil penelitian mengindikasi kan bahwa dalam situasi tersebut ,kita sering kali
mengubah sikap kita(atau tingkah laku)kearah yang berlawanan dengan apa yang dipaksakan
kepada kita sebagai efek yang dikenal sebagai perubahan sikap negatif.Adanya reaktansi
merupakan satu alasan mengapa usaha menjual dengan paksaan dalam persuasi sering kali
gagal.ketika individu menangkap persuasi sebagai ancaman langsung terhadap kebebasan
pribadinya(gambaran mereka sebagai orang yang mandiri ),mereka termotifasi kuat untuk
menolak.resistansi tersebut,pada gilirannya,merupakan petunjuk visual bahwa persuader akan
gagal.
2. Peringatan;Pengetahuan Awal Akan Intensi Persuasi
Ketika kita menonton televisi,banyak sekali iklan yang memotong hampirsebagian besar
program(kecuali pada stasiun televisi pemerintah).kita mengetahui dengan baik bahwa pesan
pesan ini dirancancang untuk mengubah pandangan kita untuk membuat kita membeli
berbagi macam produk.Apakah jika kita tahu maksud terselubung dibalik pesan persuasi
maka pengetahuan tersebut akan membantu kita untuk menolak pesan pesan tersebut?
penelitian terhadap efek dari pengetahuan yang ada dari sebelumnya dikenal sebagai
peringatan(forewarning).Mengapa hal ini terjadi?karna kecurigaan mempengaruhi beberapa
proses kognitif yang berperan dalam persuasi.

9
3. Penghindaran Selektif
Cara lan untuk menolak persuasi adalah melalui penghindaran selektif(selective
avoidance),yaitu sebuah kecendrungan untuk mengalihkan perhatian kita dari informasi yang
kita hadapi saat itu.seperti yang telah kita jelaskan dibab sebelumnya penghindaran selektif
adalah salah satu cara dimana skema diarahkan untuk memproses informasi sosial,dan sikap
sering kali beroperasi berdasarkan skema.sebuah ilustrasi yang jelas dari efek penghindaraan
selektif diberikan oleh kegiatan menonton televisi.orang tidk hanya duduk didepan televisi
secara pasif menerima apa saja yang disampaikan oleh media,sebaliknya mereka mengganti
saluran ,mematikan suara pada saat iklan atau sekedar mengalihkan perhatian ketika
dihadapkan pada tayangan informasi yang berbeda dari yang di inginkan,Efek yang
berlawanan juga terjadi disini ketika kita berhadapan dengan informasi yang kita inginkan
kita cenderung memberikan perhatian kta sepenuhnya.kecendrungan untuk mengabaikan dan
menghindari informasi yang berbeda dengan sikap kita dan aktif mencari informasi yang
konsisten dengan sikap kita,menunjukkan dua sisi yang lebih psikolog sosial dikenal sebagi
selective exposure dan selektifitas tersebutlah yang membuat kita memfokuskan perhatian
kita,membantu memastikan bahwa sikap kita relatif tetap sama untuk jangka waktu yang
panjang.
4. Pertahanan Aktif terhadap Sikap Kita yang Sudah Ada ; Menyanggah Pandangan yang
Berlawanan
Mengabaikan atau menyaring informasi yang tidak sesuai dengan pandangan kita saat ini
adalah salah satu cara untuk menolak persuasi.Tetapi,bukti yang ada menunjukkan bahwa
selain besikap pasif,kita juga menggunakan strategi yang lebih aktif untuk mempertahan kan
sikap yang kita miliki;yaitu melawan atau menyanggahnya.Dengan cara aktif ini,ppandangan
yang berbeda lebih tertanam dalam ingatan tetapi dampaknya lebih kecil pada sikap kita.bukti
terhadap efek tersebut di laporkan oleh dilaporkan baru baru ini oleh Eagly dan kawan-
kawan.
Dengan demikian terdapat satu alasan menapa kita mampu menolak persuasi, yaitu
karena kita tdak hanya mengabaikan informasi yang tidak konsisten dengan pandangan kita
saat ini,namun kita juga secara hati hati memproses input yang berlawanan dengan sikap kita
da menyanggah secara aktif hal tersebut.dengan kata lain,kita membuat benteng yang kuat
untuk melawan usaha yang akan megubah sikap kita.
5. Kekebalan menghadapi “ide-ide buruk” ketika orang lain menyanggah pandangan kita.
Sebenarnya resistensi terhadap pesan persuasi dengan cara menciptakan argumen yang
berlawanan dengan pesan persuasi tersebut bukan lah hal baru dalam psikologi sosial.lebih
dari 40 tahun yang lalu McGuire(1961) menyatakan bahwa individu dapat “dikebalkan”untuk
melawan persuasi dengan menghadirkan perlawanan dengan pandangan yang mereka
miliki,bersamaan degan argumen yag menolak posisi countterattitudinal tersebut.iya
menduga bahwa ketika seseorang dihadapkan kan pada kondisi sanggahannya terhadap
pandangan atau sikap yang berbeda dengan dirinya yang disanggah lagi oleh orang lain,maka
individu tersebut akan terstimulasi untuk menghasilkan argumen-argumen balasan,dan hal ini
akan semakin mempersulit usaha mengubah sikap mereka.

10
6. Bias Asimilasi dan Polarisasi Sikap: “Jka Sikap Berlawanan dengan Apa yang Saya
Yakini Maka Sikap Itu Pasti Tidak Benar atau Sangat Buruk!”
Sebelum menyimpulkan,kami harus enyebutkan secara ringkas dua proses tambahan yang
berperan dalam kemampuan kita untuk menolak usaha persuasi,kedua proses tersebut dikenal
sebagai bias asimilasi(biased assimilation)yaitu sebuah kecendrungan untuk mengevaluasi
informasi yang berbeda dengan pandangan kita sebagai informasi yang kurang meyakinkan
dan kurang dapat dipercaya dari pada informasi yang konsisten dengan pandangan yang
kitamiliki,dan polarisasi sikap sebuah kecendrungan untuk mengevaluasi berbagai bukti atau
informasi dengan cara memperkuat pandangan awal kita dan membuat pandangan tersebut
menjadi lebih ekstrem.sebagai hasil dari kedua proses tersebut,sikap kita tampaknya benar
benar tidak dapat di ubah oleh usaha apapun,dan cenderung mantap,bahkan ketika kita
dihadapkan pada informasibaru yang sangat kuat menentang.Untuk mendukung hasil
penelitian tersebut penelitian tambahan mengindikasikan bahwa saat kita menerima informasi
dan sumber informasi yang berlawanan dengan pandangan kita,maka kkita akan cenderung
menganggap sumber dan informasi tersebut sebagai bias,efek inilah yang sering kita kenal
dengan hostile media bias seperti saat kita berkata ”liputan media yang tidak sesuai dengan
pandangan saa adalah bias.”
F. Disonansi Kognitif : Mengapa Tingkah Laku Kita Terkadang Mempengaruhi
Sikap Kita
Disonansi kognitif (cognitive dissonance) merupakan sebuah keaadaan yang tidak
menyenangkan, yang terjadi ketika kita menyadari memiliki beberapa sikap yang tidak
konsisten dengan tingah laku kita. Disonansi kognitif kadang kala dapat membuat kita
mengubah sikap, mengubah sikap agar konsisten dengan sikap lain yang kita miliki atau
dengan tingkah laku kita yang muncul. Dengan kata lain, karena disonansi kognitif dan
dampaknya yang tidak ada tekanan eksterna yang kuat melakukan hal tersebut.
1. Disonansi Kogntif: Apakah Itu dan Berbagai Cara Untuk Mengurangi (Cara Langsung
dan Tidak Langsung)
Teori disonansi, yang telah kita bicarakan, mengandung ide yang sangat masuk
akal:Orang tidak suka ketidak konsistenan dan merasa tidak nyaman ketika hal itu
terjadi,dengan kata lain ketika kita menyadari bahwa sikap kita dan tingkah laku kita tidak
sesuai,atau dua sikap yang kita yakini tidak konsisten,kita termotivasi untuk mellakukan
sesuatu terhadap situasi tersebut untuk mengurangi dinsonansi.Dalam bentuk awal,disonansi
difokuskan pada tiga mekanisme dasar yaitu:yang pertama kita dpat mengubah sikap kita atau
tingkah laku kita sehingga konsisten satu sama lain.kedua,kita dapat mengurangi disonansi
kognitif dengan mencari informasi baru yang mendukung sikap atau tingkah laku kita.dan
yang ketiga kita dapat melakukan trivialisasi di simpulkan bahwa sikap dan tingkah laku
yang di pertanyakan tidak penting sehingga ketidak konsistenan tersebut tidak
signifikan.Secara singkat,disonansi dapat dikurangi melalui banyak cara melalui taktik tidak
langsung maupun langsung yang berfokus pada mengurangi diskrepansi antara sikap dan
tingkah laku.

 Apakah disonansi benar benar tidak menyenangkan?


Sejauh ini kami telah menyatakan bahwa disonansi adalah keadaan yang tidak
menyenangkan,ide ini tentunya sesuai dengan pengalaman kita sehari hari;ketika kita
menyatakan atau melakukan sesuatu yang berlawanan dengan keyakinan kita yang
sebenarnya,kita serinh kali merasakan tidak nyaman karena melakukannya.Namun

11
sesungguhnya sampai saat ini hanya sedikit bukti ilmiah yang secara langsung memiliki
hubungan dengan isu ini.Telah diketahui bahwa disonansi membangkitkan sensasi
fisik,namun hanya sedikit bukti langsung ynag menyatakan bahwa disonansi juga tidak
meyenangkan dimana hal ini adalah asumsi utama dari teori disonansi.(keadaan yang tidak
menyenangkan inilah yang seharusnya memoyivasi usaha untuk mengurangi disonansi
tersebut).

 Apakah Disonansi Merupakan Pengalaman Manusia Yang Universal?


Berdasarkan teori disonansi manusia tidak menyukai ketidak konsistenan,mereka merasa
tidak nyaman ketika mereka menangkap aanya disonansi dalam sikap atau tingkah laku
mereka,dan hal ini sering kali membuat mereka terlibat dalam usaha aktif untuk mengurangi
hal tersebut.seperti yang sudah kita lihat banyak bukti yang menunjukkan dukungan tentang
hal ini,sehingga teori disonansi tampaknya merupakan sumber pemahaman penting dalam
beberapa aspek pemikiran sosial.
2. Disonansi Dan Efek Usaha Minimal Dengan Hasil Maksimal
Induced compliance (atau forcedcomplianced) (patuh karena bujukan atau paksaan ) kita
dibujuk, dengan cara tertentu, untuk mengatakan atau melakukan sesuatu yang berlawanan
dengan pandangan kita sebenarnya.situasi semacam itu :disonansi akan timbul, dan ketika hal
itu terjadi kita mungkin merasakan tekanan untuk mengubah sikap kita yang lain. Lagi pula,
kita cenderung menyukai meakukan perubahan perubahan tersebut ketika teknik lain untuk
mengurangi disonansi tidak mampu atau menuntut usaha yang lebih besar.

 Disonansi dan efek usaha minimal dengan hasil maksimal.


Sejauh ini,semuanya baik baik saja prediksi yang berasal dari teori disonansi tampaknya
masuk akal.Akan tetapi sekarang coba pikirkan pertanyaan ini:Apakah alasan anda
melakukan tingkah laku yang tidak konsisten dengan sikap anda,benar-benar patut di
pikirkan?jelas kita melakukan tingkah laku yang berbeda dengan sikap kita untuk berbagai
alasan,dan beberapa diantaranya lebih kuat dan menggoda di banding yang lain.sebagai
contoh ingat teman saya dengan kendaraan built up baru?jika ia baru-baru ini membantu saya
dan saya merasa sangat berhutang ,saya akan memiliki alasan yang cukup kuat untuk
menutupi pandangan saya yang sebenarnya terhadap mobil barunya.Namun jika sebaliknya
iya akan pindah ke negara lain dan saya tidak berharap bertemu dengannya lagi di masa
depan,saya tentu saja akan memiliki alasan yang lebih lemah untuk menyatakan bahwa saya
menyukai kendaraan raksasa yang boros bahan bakar.Jadi pertanyaan sekarang dalah;kapan
disonansi lebih kuat ketika kita memiliki banyak alasan ntuk mmelakukan tingkah laku yang
berlawanan dengan sikap dan kapan kita tidak punya cukup alasan tersebut?teori desonansi
menawarkan sebuah jawaban yang tidak terduga,disonansi akan lebih kuat ketika kita
memiliki alasan yang lemah untuk melakukan tingkah laku yang berbeda dengan sikap
kita.Hal ini terjadi karena di bawah kondisi tersebut,kita tidak dapat menjelaskan tingkah laku
kita kepada diri sendiri,kita melakukan hal tersebut walaupun tidak ada alasan yang kuat
untuk melakukannya.Hasilnya disonansi menjadi kuat.
3. Disonansi Sebagai Alat Perubahan Tingkah Laku yang Menguntungkan ; Ketika
Hipokrisi Dapat Mendorong Kebaikan
Orang yang tidak menggunakan sabuk pengaman lebih banyak yang meninggal dalam
kecelakaan dibanding mereka yang menggunakannya,perokok berat lebih banyak yang
mengalami kanker paru-paru dan penyakit jantung dibandingkan mereka yang bukan

12
prerokok.Orang yang memiliki berat badan yang sangat berlebihan lebih sering mengalami
diabetes,serangan jantung,dan banyak masalah kesehatan lain dibanding oranng yang
memiliki berat badan normal.dan orang yang melakukan seks bebas lebih sering menularkan
penyakit yang berbahaya,termasuk AIDS dibanding orang yang melakukan seks dengan
aman.
Saat memasuki abad ke-21,pada umumnya orang mengetahui pernyataanpernyataan
diatas adalah benar (Carey, Morrison-Beddy & Johson,1997) sehingga biasanya mereka
bersikap positif terhadap pengunaan sabuk keselamatan,berhenti merokok,penurunan berat
badan,dan seterusnya.apa yang diperlukan,dengan kata lain,untuk mengubah tingkah laku
yang nyata tidak sebanyak yang diperlukan seperti dalam mengubah siikap.dapatkah
disonansi berguna untuk meningkatkan perubahan yang menguntungkan?semakin banyak
bukti yang menunjukkan bahwa disonansi mampu meningkatkan perubahan yang
menguntungkan.khususnya ketka disonansi digunakan untuk menimbulkan hipokrisi
(hypocrisy) kesadaran bahwa seseorang secara terbuka menyatakan bahwa iya memilki sikap
atau bertingkah laku tertentu,tetapi kemudian bertingkah laku dengan cara yang berbeda
dengan sikap atau tingkah laku awal yang di nyatakan.Dalam kondisi ini beberapa
peneliti(Aronson,Fried & Stone,1991 )menduga bahwa individu yang melakukan tersebut
seharusnya mengalami disonansi yang kuat.Lagi pula,beitu beratnya perasaan tersebut
sehingga upaya untuk mengadopsi cara penurunan disonansi(mengaihkan
perhatian,meningkatkan ego dengan memikirkan atau melakukan tingkah laku positif
lainnya)tidak akan mampu mengatasi hal tersebut ,hanya tingkah laku yang mengurangi
disonansi secara langsung,yaitu dengan menghilangkan diskrepansi antara kata kata
seseorang dan tingkah lakunya adalah cara yang efektif.

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sikap adalah evaluasi dari aspek dunia sosial di manapun. Sering kali, sikap ambivalen,
kita mengevaluasi obejek sikap baik secara positif. Sikap sering kali diperoleh dari orang lain
melalui proses pembelajaran sosial. Bebrapa factor mempengaruhi kekuatan hubungan anatar
sikap dan tingkah laku, beberapa diantaranya berhubungan dengan situasi di mana sikap
tersebut dilakukan, dan selain itu berhubungan dengan aspek dari sikap itu sendiri.
Disonansi kognitif adalah sebuah keadaan yang tidak menyennagkan, terjadi ketika kita
menyadari bahwa ada diskrepansi antara sikap sikap kita atau antara sikap dan tingkah laku
kita.
B. Saran
Adapun saran dari penulis adalah gunakanlah makalah ini dengan sebaik-baiknya dan
jadikanlah sebagi bahan referensi untuk makalah yang sejenis.

14
DAFTAR PUSTAKA
Baron, R.A dan Byrne, D. Psikologi Sosial. Jilid 1. Edisi 10. Alih Bahasa: Ratna Juwita, dkk.
Erlangga: Jakarta; 2004.
Meyer, J. P. "Commitment to Organizations and Occupations," Journal of Applied
Psychology, 1993, hal. 538-551.
Atkinson Rita L, Atkinson Richard C, Smith Edward E, Bem Daryl j. Pengantar Psikologi.
jilid 1. Edisi 2, Batam: Interaksara

15

Anda mungkin juga menyukai