PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sikap merupakan salah satu konsep yang menjadi perhatian utama dalam ilmu psikologi
sosial. Sikap juga merupakan proses evaluasi yang sifatnya internal / subjektif yang
berlangsung dalam diri seseorang dan tidak dapat diamati secara langsung, namun bisa dilihat
apabila sikap tersebut sudah direalisasikan menjadi perilaku.
Oleh karena itu sikap bisa dilihat sebagai positif dan negatif. Apabila seseorang suka
terhadap suatu hal, sikapnya positif dan cenderung mendekatinya, namun apabila seseorang
tidak suka pada suatu hal sikapnya cenderung negatif dan menjauh.
Selain melalui perilaku, sikap juga dapat diketahui melalui pengetahuan, keyakinan, dan
perasaan terhadap suatu objek tertentu. Jadi, sikap bisa diukur karena kita dapat melihat sikap
seseorang dari yang sudah disebutkan sebelumnya. Sikap tentu saja terdapat di setiap dalam
diri individu, dan sikap pasti berbeda beda di antara satu individu dan individu lain. Sikap
juga dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang, dimana hal tersebut di pengaruhi oleh
bagimana sikap itu diperoleh.
Thurstone berpendapat tentang adanya komponen afektif pada sikap, Rokeach
berpendapat pada sikap adanya komponen kognitif dan konatif (Walgito, 2011). Sedangkan
komponen sikap menurut Mar’at 1984 (dalam Rahayuningsih, S. U., 2008) mencakup tiga hal
yaitu:
1. Komponen kognitif berhubungan dengan belief (kepercayaan dan keyakinan), ide,
konsep. Bagian dari kognitif yaitu: persepsi, stereotype, opini yang dimiliki individu
mengenai sesuatu.
2. Komponen afeksi berhubungan dengan kehidupan emosional seseorang, menyangkut
perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Afeksi
merupakan komponen rasa senang atau tidak senang pada suatu objek.
3. Komponen perilaku / konatif merupakan komponen yang berhubungan dengan
kecenderungan seseorang untuk berperilaku terhadap objek sikap.
Psikologi sosial menggunakan istilah sikap (attitudes) untuk merujuk pada evaluasi
terhadap berbagai aspek dunia sosial. Terkadang sikap cenderung stabil walaupun
banyak untuk mengubahnya.yang akan di bahas hal hal yang berkaitan dengan sikap.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sikap?
2. Bagaimana sikap itu dibentuk dan berkembang?
3. Bagaimana hubungan sikap dan tingkah laku, kapan dan bagaimana?
4. Bagaimana seni persuasi digunakan dalam mengubah sikap?
5. Bagaimana ketika sikap gagal diubah dan resistensi terhadap persuasi?
6. Mengapa tingkah laku terkadang mempengaruhi sikap kita?
1
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan sikap.
2. Untuk mengetahui dan menjelaskan proses sikap itu terbentuk dan berkembang.
3. Untuk mengetahui bagaimana hubungan sikap dan tingkah laku.
4. Untuk menjelaskan seni peruasiyang digunakan dalam mengubah sikap.
5. Memberikan pemaparan dan penjelasan pada resistensi terhadap persuasi.
6. Untuk mendeskripsikan dan menjelaskan kapan sikap mempengaruhi tingkah
laku.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sikap
Sikap berasal dari kata “aptus” yang berarti dalam keadaan sehat dan siap melakukan aksi
/ tindakan atau dapat dianalogikan dengan keadaan seorang gladiator dalam arena laga yang
siap menghadapi singa sebagai lawannya dalam pertarungan. Secara harfiah, sikap dipandang
sebagai kesiapan raga yang dapat diamati (Sarwono, 2009).
Sikap adalah perasaan, pikiran dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat
permanen mengenal aspek aspek tertentu dalam lingkungannya.
Pengertian Sikap Menurut Para Ahli
Para ahli juga banyak menyumbangkan pengertian sikap. Berikut ini pengertian sikap dari
beberapa ahli:
Notoatmodjo s. (1997) :sikap adalah reaksi atau respons yang masih tertutup dan
seseorang terhadap suatu stimulasi atau objek.
Bimo walgito, (2001) : sikap adalah organisasi pendapat,, keyakinan seseorang
mengenai objek atau situasi yang relative ajeg, yang disertai adanya perasaan tertentu,
dan memberikan dasar pada orang tersebut untuk membuat respons atau berprilaku
dalam cara tertentu yang dipilihnya.
Menurut Allport, sikap merupakan kesiapan mental, yaitu suatu proses yang
berlangsung dalam diri seseorang, bersama dengan pengalaman individual masing-
masing, mengarahkan dan menentukan respon terhadap berbagai objek dan situasi.
Sikap merupakan reaksi evaluatif yang disukai atau tidak disukai terhadap sesuatu
atau seseorang, menunjukkan kepercayaan, perasaan, atau kecenderungan perilaku
seseorang Zanna & Rempel, 1988.
Sikap merupakan kecenderungan psikologis yang diekspresikan dengan mengevaluasi
entitas tertentu dengan beberapa derajat kesukaan atau ketidaksukaan (Eagly &
Chaiken, 1993). Sikap merupakan evaluasi terhadap beberapa aspek perkataan
sosial Baron & Byrne, 2006.
Menurut Thurstone, Likert, dan Osgood sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau
reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung
atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak
(unfavorable) pada objek tersebut.
LaPierre (1934) mendefinisikan sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau
kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau
secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimulus sosial yang telah
terkondisikan.
Secord & Backman (1964) mendefinisikan sikap sebagai keteraturan tertentu dalam
hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi)
seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya.
Dari definisi-definisi mengenai sikap diatas dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu
kecenderungan dan keyakinan seseorang terhadap suatu hal yang bersifat mendekati (positif)
atau menjauhi (negatif) ditinjau dari aspek afektif & kognitif dan mengarahkan pada pola
perilaku tertentu. Sedangkan definisi sikap terhadap operasi peneliti simpulkan sebagai
kecenderungan dan keyakinan individu mengenai operasi yang bersifat mendekati (positif)
3
dan menjauhi (negatif) ditinjau dari aspek afektif dan kognitif dan mengarahkan pada pola
perilaku tertentu.
4
Perbandingan sosial merupakan kecendrungan kita untuk membandingkan diri kita
sendiri dengan orang lain untuk menentukan apakah pandnagna kita terhadap kenyataan
sosial benar atau salah (festinger,1954). Sejauh pandangan kita disetujui oleh orang lain, kita
akan menganggap bahwa ide atau sikap kita tepat. Sementara jika orang lain memiliki ide,
sikap, atau pendapat yang sama dengan kita, maka kitamenganggap bahwa pandangan itu
pasti benar. Karena proses ini, kita sering kali mengibah sikap kita dengan sikap yang hampir
mendekati sikap orang lain. Dan dalam beberapa kesempatan, perbandingan sosial dapat
berkontribusi pada pembentuk sikap baru. Dalam banyak kasus, sikap terbentuk dari
informasi sosial yang berasal dari orang lain (apa yang kita lihat mereka katakan atau
lakukan), dan keinginan kita sendiri untuk menjadi serupa dengan orang yang kita sukai atau
hormati.
2. Factor genetic : Beberapa temuan yang mengejutkan
Penelitian yang dilakukan tehadap kembar identik menunjukan bahwa sikap juga
dipengaruhi oleh factor genetic, walaupun besarnya pengaruh tersebut bervariasi untuk sikap
yang berbeda. Beberapa hasil peneitian menunjukan bahwa sikap yang berkenaan dengan
tingkat kecenderungan lebih kuat dipengaruhi oleh factor genetic atau sikap yang sifatnya
lebih kognitif. Lagi pula, tampaknya sikap yang cenderung diturunkan lebih sulit diubah
daripada sikap yang tidak diturunkan, selain itu sikap yang cenderung diturunkan memiliki
efek yang lebih kuat pada tingkah laku. Factor genetic lebih banyak mempengaruhi watak,
seperti kecenderungan pembawaan umum seseorang yang lebih positif atau negative, lebih
banyak mengalami susasana hati negative atau positif (George, 199O). kecenderungan, pada
gilirannya, kemudian dapat mempengaruhi banyak aspek dalam dunia sosial.
5
C. Hubungan Sikap, Tingkah Laku : Kapan dan Bagaimana Sikap Mempengaruhi
Tingkah Laku
Kapan Sikap Mempengaruhi Tingkah Laku?Kehausan,Kekuatan,Aksesibilitas,dan
Faktor Lain
1. Aspek situasi : factor yang mencegah mengekspresikan sikap
Dalam konteks ini dan konteks lain, hambatan situasi(situasional coustrain) menegahi
antara sikap dan tingkah laku yang tampak.(Ajzen & Fishbein,1980; Fazio & Roskos-
Ewoldsen,1994). kita sering kali memilih tempat dimana apa yang ingin kta katakan dan
lakukan dapat sejalan(Snyder &Ickes,1985).
2. Apek dari sikap itu sendiri
Beberapa tahun yang lalu,saya menyaksikan kejadian yang sangat dramatis.Sebuah
perusahaan kayu yang besar sudah menandatangani kontrak dengan pemerintah,yang
mengizinkan perusahaan tersebut untuk menebang pohon didalam hutan taman
nasional.Beberapa pohon yang dijadikan pagar halaman adalah pohon raksasa kuno yang
sangat tinggi.Sebuah kelompok pecinta alam sangat menentang penebangan pohon ini dan
dengan cepat bergerak untuk menghalangi kegiatan ini.Mereka bekerja sama dengan
membentuk cincin manusia pada setiap pohon yang besar ,untuk melindungi pohon dari para
penebang yang akan menebani pohon tersebut.Taktik ini berhasil banyak probalitas yang
mendukung pencabutan kontrak dan pohon pohon tetap aman setidaknya untuk
sementara.mMengapa orang orang ini mengambil tindakan yang dratis? jawabannya jelas
justru mereka berkomitmen dengan segenap hatinya untuk menyelamatkan pohon pohon ini.
Dengan kata lain mereka memilik sikap yang kuat yang sangat mempengaruhi tingkah laku
mereka.
Kejadian kejadian seperti ini menarik perhatian karna pada dasarnya hubungan sikap dan
tingkah lakusangat di pengaruhi oleh beberapa aspek dari sikap itu sendiri.Mari kita
mempelajari beberapa aspek penting dari sikap tersebut
6
setiap orang untuk memilik keyakinan agama tertentu dari pada tidak memiliki
agama sama sekali).
7
mempertimaangkan berbagai alternatif dan memutuskan,cukup cepat untuk
bertindak,sedangkan dalam kondisi yang sibuk dalam kehidupan seharihari,kita sering kali
tidak memiliki waktu untuk melakukan pertimbangan terhadap berbagai alternatif yang ada
,dalam kasus ini,sikap kita tampaknya secara spontan membentuk persepsi kita terhadap
berbagai kejadian.
Komunikator yang kredibel-yang tampaknya tahu apa yang mereka bicarakan atau
ahli mengenai topic atau isu yang mereka sampaikan- lebih persuasive daripada
mereka yang bukan ahlinya.
Komunikator yang menarik dalam cara tertentu (contoh, secara fisik) lebih persuasive
daripada komunikator yang secara fisik dan kurang keahlian (hovland & weiss, 1951)
Terkadang orang yang lebih mudah dipersuasi ketika mereka terganggu oleh hak lain
daripada ketika mereka memperhatikan dengan baik pesaapa yang disampaikan (allyn
& festimger, 1961)
Ketika seseorang penddengar memiliki sikap yang berlawan dengan apa yang ingin
disampaikan oleh pelaku persuasi, sering kali lebih fektif bagi komunikator untuk
mengadopsi pendekatan dua sisi , di mana kedua sisi argument tersebut disampaikan,
daripada menggunakan pendekatan satu sisi.
Orangyang berbicara dengan cepat sering kali lebih persuasive daripada orang yang
berbicara lebih lambat
Persuasi dapat ditingkat dengan pesan yang merangsang emosi yang kuat (khususnya
rasa takut) pada pendengar, khususnya ketika komunikasi memberikan rekomendasi
tertentu tentang bagaimana mencegah atau menghindari kejadian yang menyebabkan
rasa takut yang digambarkan (leventhal, singer, & jones, 1965:robberson & rogers,
1988).
8
Cara yang pertama dikenal sebagai pemrosesan sistematik(systematic processing)atau
rute utama (central route),dan cara ini melibatkan pertimbangan yang mendalam dan hati hati
terhadap isi pesan dan ide yang terkandung didalamnya.pemrosesan ini membutuhkan cukup
usaha dan menyerap banyak kapasitas pemrosesan informasi kita.pendekatan kedua,dikena
sebagai pemrosesan heuristik(heiristik processing)atau rute periferal(peripheral
route)melibatkan penggunaan aturan pertama yang sederhana atau jalan pintas mental(mental
shourtcuts)seperti keyakinan bahwa”pernyataan para ahli dapat dipercaya”.jenispemrosesan
ini tidak terlalu menuntut usaha dn memberikan kesempatan kepada kita untuk bereaksi
terhadap pesan yang persuasif secara otomatis.hal ini terjadi dalam respon terhadap petunjuk
pesan ata situasiyang menimbulkan berbagai jalan pintas mental(misalnya model yang cantik
menimbulkan heuristik”segala yang indah adalah baik dan patut didegarkan”)
Diawal kami telah menyebutkan bahwa penemuan dua cara pemrosesan yang berbeda
memberikan sebuah kunci penting untuk memahami proses persuasi.kehadiran dari cara dua
berfikir membantu kita untuk memecahkan banyak puzle yang membingungkan.Contohnya
telah diketahui bahwa ketika pesan persuasif tidak menarik atau tidak relevan dengan
individu,jumlah persuasi yang mereka hasilkan tidak sekuat efek yang dihasilkan oleh
kekuatan argumen yang terkandung didalamnya kuat dan meyakinkan.
9
3. Penghindaran Selektif
Cara lan untuk menolak persuasi adalah melalui penghindaran selektif(selective
avoidance),yaitu sebuah kecendrungan untuk mengalihkan perhatian kita dari informasi yang
kita hadapi saat itu.seperti yang telah kita jelaskan dibab sebelumnya penghindaran selektif
adalah salah satu cara dimana skema diarahkan untuk memproses informasi sosial,dan sikap
sering kali beroperasi berdasarkan skema.sebuah ilustrasi yang jelas dari efek penghindaraan
selektif diberikan oleh kegiatan menonton televisi.orang tidk hanya duduk didepan televisi
secara pasif menerima apa saja yang disampaikan oleh media,sebaliknya mereka mengganti
saluran ,mematikan suara pada saat iklan atau sekedar mengalihkan perhatian ketika
dihadapkan pada tayangan informasi yang berbeda dari yang di inginkan,Efek yang
berlawanan juga terjadi disini ketika kita berhadapan dengan informasi yang kita inginkan
kita cenderung memberikan perhatian kta sepenuhnya.kecendrungan untuk mengabaikan dan
menghindari informasi yang berbeda dengan sikap kita dan aktif mencari informasi yang
konsisten dengan sikap kita,menunjukkan dua sisi yang lebih psikolog sosial dikenal sebagi
selective exposure dan selektifitas tersebutlah yang membuat kita memfokuskan perhatian
kita,membantu memastikan bahwa sikap kita relatif tetap sama untuk jangka waktu yang
panjang.
4. Pertahanan Aktif terhadap Sikap Kita yang Sudah Ada ; Menyanggah Pandangan yang
Berlawanan
Mengabaikan atau menyaring informasi yang tidak sesuai dengan pandangan kita saat ini
adalah salah satu cara untuk menolak persuasi.Tetapi,bukti yang ada menunjukkan bahwa
selain besikap pasif,kita juga menggunakan strategi yang lebih aktif untuk mempertahan kan
sikap yang kita miliki;yaitu melawan atau menyanggahnya.Dengan cara aktif ini,ppandangan
yang berbeda lebih tertanam dalam ingatan tetapi dampaknya lebih kecil pada sikap kita.bukti
terhadap efek tersebut di laporkan oleh dilaporkan baru baru ini oleh Eagly dan kawan-
kawan.
Dengan demikian terdapat satu alasan menapa kita mampu menolak persuasi, yaitu
karena kita tdak hanya mengabaikan informasi yang tidak konsisten dengan pandangan kita
saat ini,namun kita juga secara hati hati memproses input yang berlawanan dengan sikap kita
da menyanggah secara aktif hal tersebut.dengan kata lain,kita membuat benteng yang kuat
untuk melawan usaha yang akan megubah sikap kita.
5. Kekebalan menghadapi “ide-ide buruk” ketika orang lain menyanggah pandangan kita.
Sebenarnya resistensi terhadap pesan persuasi dengan cara menciptakan argumen yang
berlawanan dengan pesan persuasi tersebut bukan lah hal baru dalam psikologi sosial.lebih
dari 40 tahun yang lalu McGuire(1961) menyatakan bahwa individu dapat “dikebalkan”untuk
melawan persuasi dengan menghadirkan perlawanan dengan pandangan yang mereka
miliki,bersamaan degan argumen yag menolak posisi countterattitudinal tersebut.iya
menduga bahwa ketika seseorang dihadapkan kan pada kondisi sanggahannya terhadap
pandangan atau sikap yang berbeda dengan dirinya yang disanggah lagi oleh orang lain,maka
individu tersebut akan terstimulasi untuk menghasilkan argumen-argumen balasan,dan hal ini
akan semakin mempersulit usaha mengubah sikap mereka.
10
6. Bias Asimilasi dan Polarisasi Sikap: “Jka Sikap Berlawanan dengan Apa yang Saya
Yakini Maka Sikap Itu Pasti Tidak Benar atau Sangat Buruk!”
Sebelum menyimpulkan,kami harus enyebutkan secara ringkas dua proses tambahan yang
berperan dalam kemampuan kita untuk menolak usaha persuasi,kedua proses tersebut dikenal
sebagai bias asimilasi(biased assimilation)yaitu sebuah kecendrungan untuk mengevaluasi
informasi yang berbeda dengan pandangan kita sebagai informasi yang kurang meyakinkan
dan kurang dapat dipercaya dari pada informasi yang konsisten dengan pandangan yang
kitamiliki,dan polarisasi sikap sebuah kecendrungan untuk mengevaluasi berbagai bukti atau
informasi dengan cara memperkuat pandangan awal kita dan membuat pandangan tersebut
menjadi lebih ekstrem.sebagai hasil dari kedua proses tersebut,sikap kita tampaknya benar
benar tidak dapat di ubah oleh usaha apapun,dan cenderung mantap,bahkan ketika kita
dihadapkan pada informasibaru yang sangat kuat menentang.Untuk mendukung hasil
penelitian tersebut penelitian tambahan mengindikasikan bahwa saat kita menerima informasi
dan sumber informasi yang berlawanan dengan pandangan kita,maka kkita akan cenderung
menganggap sumber dan informasi tersebut sebagai bias,efek inilah yang sering kita kenal
dengan hostile media bias seperti saat kita berkata ”liputan media yang tidak sesuai dengan
pandangan saa adalah bias.”
F. Disonansi Kognitif : Mengapa Tingkah Laku Kita Terkadang Mempengaruhi
Sikap Kita
Disonansi kognitif (cognitive dissonance) merupakan sebuah keaadaan yang tidak
menyenangkan, yang terjadi ketika kita menyadari memiliki beberapa sikap yang tidak
konsisten dengan tingah laku kita. Disonansi kognitif kadang kala dapat membuat kita
mengubah sikap, mengubah sikap agar konsisten dengan sikap lain yang kita miliki atau
dengan tingkah laku kita yang muncul. Dengan kata lain, karena disonansi kognitif dan
dampaknya yang tidak ada tekanan eksterna yang kuat melakukan hal tersebut.
1. Disonansi Kogntif: Apakah Itu dan Berbagai Cara Untuk Mengurangi (Cara Langsung
dan Tidak Langsung)
Teori disonansi, yang telah kita bicarakan, mengandung ide yang sangat masuk
akal:Orang tidak suka ketidak konsistenan dan merasa tidak nyaman ketika hal itu
terjadi,dengan kata lain ketika kita menyadari bahwa sikap kita dan tingkah laku kita tidak
sesuai,atau dua sikap yang kita yakini tidak konsisten,kita termotivasi untuk mellakukan
sesuatu terhadap situasi tersebut untuk mengurangi dinsonansi.Dalam bentuk awal,disonansi
difokuskan pada tiga mekanisme dasar yaitu:yang pertama kita dpat mengubah sikap kita atau
tingkah laku kita sehingga konsisten satu sama lain.kedua,kita dapat mengurangi disonansi
kognitif dengan mencari informasi baru yang mendukung sikap atau tingkah laku kita.dan
yang ketiga kita dapat melakukan trivialisasi di simpulkan bahwa sikap dan tingkah laku
yang di pertanyakan tidak penting sehingga ketidak konsistenan tersebut tidak
signifikan.Secara singkat,disonansi dapat dikurangi melalui banyak cara melalui taktik tidak
langsung maupun langsung yang berfokus pada mengurangi diskrepansi antara sikap dan
tingkah laku.
11
sesungguhnya sampai saat ini hanya sedikit bukti ilmiah yang secara langsung memiliki
hubungan dengan isu ini.Telah diketahui bahwa disonansi membangkitkan sensasi
fisik,namun hanya sedikit bukti langsung ynag menyatakan bahwa disonansi juga tidak
meyenangkan dimana hal ini adalah asumsi utama dari teori disonansi.(keadaan yang tidak
menyenangkan inilah yang seharusnya memoyivasi usaha untuk mengurangi disonansi
tersebut).
12
prerokok.Orang yang memiliki berat badan yang sangat berlebihan lebih sering mengalami
diabetes,serangan jantung,dan banyak masalah kesehatan lain dibanding oranng yang
memiliki berat badan normal.dan orang yang melakukan seks bebas lebih sering menularkan
penyakit yang berbahaya,termasuk AIDS dibanding orang yang melakukan seks dengan
aman.
Saat memasuki abad ke-21,pada umumnya orang mengetahui pernyataanpernyataan
diatas adalah benar (Carey, Morrison-Beddy & Johson,1997) sehingga biasanya mereka
bersikap positif terhadap pengunaan sabuk keselamatan,berhenti merokok,penurunan berat
badan,dan seterusnya.apa yang diperlukan,dengan kata lain,untuk mengubah tingkah laku
yang nyata tidak sebanyak yang diperlukan seperti dalam mengubah siikap.dapatkah
disonansi berguna untuk meningkatkan perubahan yang menguntungkan?semakin banyak
bukti yang menunjukkan bahwa disonansi mampu meningkatkan perubahan yang
menguntungkan.khususnya ketka disonansi digunakan untuk menimbulkan hipokrisi
(hypocrisy) kesadaran bahwa seseorang secara terbuka menyatakan bahwa iya memilki sikap
atau bertingkah laku tertentu,tetapi kemudian bertingkah laku dengan cara yang berbeda
dengan sikap atau tingkah laku awal yang di nyatakan.Dalam kondisi ini beberapa
peneliti(Aronson,Fried & Stone,1991 )menduga bahwa individu yang melakukan tersebut
seharusnya mengalami disonansi yang kuat.Lagi pula,beitu beratnya perasaan tersebut
sehingga upaya untuk mengadopsi cara penurunan disonansi(mengaihkan
perhatian,meningkatkan ego dengan memikirkan atau melakukan tingkah laku positif
lainnya)tidak akan mampu mengatasi hal tersebut ,hanya tingkah laku yang mengurangi
disonansi secara langsung,yaitu dengan menghilangkan diskrepansi antara kata kata
seseorang dan tingkah lakunya adalah cara yang efektif.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sikap adalah evaluasi dari aspek dunia sosial di manapun. Sering kali, sikap ambivalen,
kita mengevaluasi obejek sikap baik secara positif. Sikap sering kali diperoleh dari orang lain
melalui proses pembelajaran sosial. Bebrapa factor mempengaruhi kekuatan hubungan anatar
sikap dan tingkah laku, beberapa diantaranya berhubungan dengan situasi di mana sikap
tersebut dilakukan, dan selain itu berhubungan dengan aspek dari sikap itu sendiri.
Disonansi kognitif adalah sebuah keadaan yang tidak menyennagkan, terjadi ketika kita
menyadari bahwa ada diskrepansi antara sikap sikap kita atau antara sikap dan tingkah laku
kita.
B. Saran
Adapun saran dari penulis adalah gunakanlah makalah ini dengan sebaik-baiknya dan
jadikanlah sebagi bahan referensi untuk makalah yang sejenis.
14
DAFTAR PUSTAKA
Baron, R.A dan Byrne, D. Psikologi Sosial. Jilid 1. Edisi 10. Alih Bahasa: Ratna Juwita, dkk.
Erlangga: Jakarta; 2004.
Meyer, J. P. "Commitment to Organizations and Occupations," Journal of Applied
Psychology, 1993, hal. 538-551.
Atkinson Rita L, Atkinson Richard C, Smith Edward E, Bem Daryl j. Pengantar Psikologi.
jilid 1. Edisi 2, Batam: Interaksara
15