Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MAKALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

TEORI PERKEMBANGAN

KELOMPOK 1 :

ANDRI AGRIFA KARO SEKALI

DWI FEBRIANTI

KEREN DWI WULANDARI

NURSALIMAH
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, akhirnya kami dapat menyelesaikanmakalah Psikologi
Perkembangan Peserta Didik yang berjudul Teori-teori perkembangan. Di dalam makalah ini
kami memapar teori-teori perkembangan yang berdasarkan teori biologis, lingkungan dan
suasana serta interaksi. Dalam penyelesaian makalah ini, tidak terlepas dari kerja sama tim
kelompok kami yangmenuangkan pikiran serta dari beberapa buku refensi serta dari berbagai
sumber.Dari makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik dari segi
tulisanmaupun paparan dari isi. Tegursapa dari para arif bijaksana, sangat kami
harapkanuntuk perbaikan makalah selanjutnya, dan sebelumnya kami ucapkan banyak
terimakasih. Kepada Allah SWT kami mohon taufiq dan hidayah-Nya, semoga dalam
penyelesaian makalah ini senantiasa dalam keridhaan-Nya dan bermanfaat bagi kita semua,
Aamiin.

23 September 2020

Tim Penyusun

KELOMPOK I
DAFTAR ISI

JUDUL ……………………………………………………………… i

KATA PENGANTAR ……………………………………………… ii

DAFTAR ISI ……………………………………………………….. iii

BAB I PENDAHULUAN

I.I Latar belakang Masalah …………………………………. 1

I.II Rumusan Masalah ………………………………………. 2

I.Tujuan Makalah ……………………………………….. 2

BAB II PEMBAHASAN 3

I. TEORI PERKEMBANGAN……………………………... 3

II. MATERI PEMBELAJARAN ………………………… 3

A. Teori-teori Psikoanalisis………………………… 3
B. Teori-teori Kognitif……………………………… 7
C. Teori-teori Perilaku dan Kognitif social…………. 9
D. Teori Kontekstual Ekologis……………………… 12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………... 13
B. Saran…………………………………………………….. 13

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………… 14
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan merupakan suatu proses yang pasti dan menyenangkan oleh setiap
Individu, perkembangan ini adalah proses yang bersifat kualitatif dan berhubungandengan
kematangan seorang individu yang ditinjau dari perubahan yang bersifat progresif serta
sistematis di dalam diri manusia.

Berbagai perubahan dalam perkembangan bertujuan untuk mendukungorang menyesuaikan


diri dengan lingkungan dimana ia hidup. Untuk mencapai tujuan
ini, maka realisasi diri atau yang biasanya disebut “Akulturasidiri ”adalah sangat penting.
Namun tujuan ini tidak pernah statis. Tujuan dapat mengambil sebagai suatubekerja untuk
melakukan sesuatu yang tepat untuk dilakukan, untuk menjadimanusia seperti yang
diinginkan secara fisik baik psikologis. Berhubungan dengan berkembangnya zaman dan
bertambahnya masalah diri manusia itu sendirimuncul lah berbagai teori mengenai studi
sehingga pengawasan pemahaman-pemahaman baru mengenai perkembangan
manusia.Perkembangn pemikiran dan kajian empirik dikalangan para ahli tentang
perkembangan manusia telah melahirkan berbagai teori yang beragam sesuai dengan
perspektif pemikiran dan pengalaman pribadi para ahli yang membangun teoritersebut. Teori-
teori yang muncul biasanya merupkan kritik dari teori-teorisebelumnya. Memang
benarbahwa titik pandang (teori) dalam psikologi tidakada yang sempurna, sehingga terbuka
bagi ilmuwan untuk memberikan kritik danmasukan atau penyempurnaan dari teori yang
sudah ada. Teori dapat diartikansebagai model tentang pelayanan yang membantu kita untuk
memahami, menjelaskan, memprediksi, mengontrol dan mengontrol tetang tersebut. Teori
jugadapat diartikan sebagai sekumpulan atau seperangkat asumsi yang relevan dan
secarasistematis saling berkaitan. Begitu banyaknya teori yang berusahamenjelaskan
bagaimana perkembangan manusia, ada beberapa teori yang sangat besar pengaruhnya
terhadap perkembangan manusia, kami akan membahasbeberapayaitu teori kognitif, teori
psikososial, teori psikoanalitik, teori moral &teori perilaku. Setiap teori inimemberikan
pandangan yang berbeda tentang perkembangan manusia

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang akan dibahas dalammakalah ini
adalah :
1. Bagaimana teori perkembangan psikis analisis
2. Bagaimana perkembangan teori-teori Kognitif
3. Bagaimana perkembangan teori-teori Perilaku dan Kognitif Sosial
4. Bagaimana perkembangan teori-teori Kontekstual Ekologis
5. Bagaimana perkembangan orientasi Teoritis Elektif

C. Tujuan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari makalah ini adalah:
1. Menjelaskan teori perkembangan psikis analisis
2. Menjelaskan teori-teori Kognitif
3. Menjelaskan teori-teori Perilaku dan Kognitif Sosial
4. Menjelaskan teori-teori Kontekstual Ekologis
5. Menjelaskan orientasi Teoritis Elektif

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori teori psikoanalisis

Menurut teori psikoanalisis ( psychoanalytic theseus ), proses perkembangan terutama


berlangsung secara tidak disadari atau unconscious ( diluar kesadaran ) dan sangat diwarnai
oleh emosi. Para ahli teori psikoanalisis menekankan bahwa perilaku hanyalah merupakan
karakteristik dipermukaan. Pemahaman sepenuhnya mengenai perkembangan hanya dapat
dicapai melalui analisis terhadap makna-makna simbolis dari perilaku serta menelaah pikiran
yang lebih dalam(Bornstein,2003). Ahli teori psikoanalisis juga menekankan bahwa
pengalaman dimasa awal dengan orang tua memiliki pengaruh yang luas terhadap
perkembangan. Karakteristik-karakteristik ini disoroti dalam teori psikoanalisis utama, yaitu
oleh Sidmund Freud.

1. Teori Freud

Freud (1856-1939) mengembangkan teori psikoanalisisnya berdasarkan pengalamannya


dalam menangani kehidupan mental pasien-pasiennya. Sebagai seorang dokter yang
mengambil spesialisasi dibidang neurologi,Freud meluangkan sebagian besar hidupnya di
Wina. Struktur kepribadian Freud (1917) menyatakan bahwa kepribadian memiliki tiga
struktur yaitu: id, ego, superego. Id terdiri dari insting yang merupakan persediaan energi
psikis individu.
Dalam pandangan Freud, id sepenuhnya tidak disadari, id tidak memiliki kontak dengan
realitas. Ketika anak-anak mengalami berbagai tuntutan dan pembatasan realitas,muncul
sebuah struktur baru dan kepribadian-ego,yang menangani tuntutan realitas, Ego disebut juga
cabang eksekutif dan kepribadian karena ego membuat keputusan rasional. Sedangkan
superego adalah struktur kepribadian yang mempertimbangkan apakah sesuatu itu benar atau
salah. Seperego sering kali kita juluki sebagai (hati nurani).
Freud berpendapat bahwa kehidupan remaja dipenuhi dengan ketegangan dan konflik.
Menurut Freud, remaja berusaha meredakan ketegangan yang dialami dengan cara
memendam konflik tersebut kedalam pikiran yang tidak sadar. Freud berpendapat bahwa
perilaku-perilaku yang tampaknya sepele sekalipun,sebenarnya merupakan segi yang penting
apabila kekuatan tidak sadar yang melatar belakangi perilaku itu diungkapkan.

3
Mekanisme pertahanan, dalam pandangan Freud,ego harus menyelesaikan konflik antara
tuntutan realitas,harapan id, dan pembatasan dan superego, melalui mekanisme pertahanan
(defence mechanism). Menurut Freud, represi merupakan mekanisme pertahanan yang paling
kuat dan bersifat naluriah. Represi merupakan dasar dari semua mekanisme pertahanan
lainnya, karena tujuan dari setiap mekanisme pertahanan adalah untuk menekan, atau
mendorong, impuls-impuls yang mengancam agar keluar dari kesadaran.

Tahap-tahap psikoseksual ketika Freud mendengarkan, menggali, dan menganalisis pasirn-


pasiennya, ia menjadi yakin bahwa masalah mereka bersumber dari pengalaman-pengalaman
dimasa awal kehidupan. Menurut Freud, manusia akan melalui lima tahap perkembangan
psikoseksual, dan di setiap tahap perkembangan individu memperoleh kenikmatan disuatu
bagian tubuh tertentu.
• Tahap oral(oral stage ) adalah tahap perkembangan Freudian yang pertama, yang
berlangsung selama 18 bulan pertama dari kehidupan, dimana kenikmatan bayi dipusatkan
didaerah mulut. Mengunyah, menghisap, dan menggigit menjadi sumber kepuasan yang
utama. Aksi-aksi ini dapat meredakan ketegangan pada bayi.
• Tahap anal(anal stage) adalah tahap perkembangan Freudian yang kedua, yang
berlangsung antara 1 ½ tahun hingga 3 tahun, dimakan kenikmatan terbesar diperoleh anak
didaerah anus atau disfungsi pengeluaran yang terhubung dengan anus. Menurut Freud
,latihan otot anal dapat meredakan ketegangan.
• Tahap falik ( phallic stage)adalah tahap perkembangan Freudian yang ketiga, yang
berlangsung antara usia 3 sampai 6 tahun. Dalil berarti “penis”. Selama tahap falik
,kenikmatan dipusatkan didaerah genital, di mana ini terjadi ketika anak menemukan bahwa
manipulasi diri itu menyenangkan.

Menurut Freud , secara khusus tahap falik penting bagi perkembangan kepribadian karena
dipriode inilah muncul kompleks Oedipus. Menurut teori Freud, kompleks oedipus () adalah
hasrat yang kuat dari seseorang anak kecil untuk menggantikan kedudukan orang tua yan
berjenis kelamin sama dan menikmati afeksi yang diperoleh dari orang tua yang berjenis
kelamin berbeda. Menurut Freud apabila konflik ini tidak terselesaikan, individu dapat
terfiksasi pada tahap falik.
• Tahap laten (latency stage). Tahap laten adalah tahap perkembangan Freud yang
keempat, yang berlangsung antara usia 6 tahun hingga pubertas, anak menekankan semua
minat dalam hal seksualitas serta mengembangkan keterampilan sosial dan intelektual.
• Tahap genital (genital stage), tahap genital adalah tahap perkembangan Freudian yang
kelima dan berakhir, yang berlangsung sejak masa remaja hingga kemasa selanjutnya

4
Revisi Terhadap Teori Freud teori Freud telah mengalami revisi yang penting dari sejumlah
ahli teori psikoanalisis. Dibandingkan Freud, sebagian besar ahli teori psikoanalisis
kontemporer kurang menekankan peranan insting seksual namun lebih menekankan pada
pengalaman budaya sebagai determinan-determinan dari perkembangan.

2. Teori Erikson

Teori Erikson (1902-1994) mengakui kontribusi Freud namun beliau berpendapat bahwa Freud
memiliki penilaian yang keliru mengenai sejumlah dimensi penting dan perkembangan manusia.
Menurut Freud, motivasi utama manusia pada hakikatnya bersifat seksual; Menurut Erikson, motivasi
utama manusia bersifat sosial dan mencerminkan hasrat untuk bergabung dengan manusia lain.
Menurut Erikson, perubahan dalam perkembangan berlangsung sepanjang masa-hidup; sementara
menurut Freud, kepribadian dasar kita dibentuk selama 5 tahun pertama dari kehidupan. Menurut teori
Erikson, kemajuan manusia dicapai melalui 8 tahap perkembangan yang berlangsung seumur hidup.
Di dalam setiap tahap, individu dihadapkan pada sebuah krisis yang merupakan suatu tugas
perkembangan unik yang harus diselesaikan. Krisis ini bukanlah sebuah bencana namun merupakan
sebuah titik balik yang ditandai oleh meningkatnya kerentanan dan potensi seseorang. Semakin
individu berhasil menyelesaikan krisis yang dihadapinya, semakin sehat perkembangan individu
tersebut.
Kepercayaan versus ketidakpercayaan adalah tahap pertama dari perkembangan psikososial, yang
dialami dalam satu tahun pertama dari kehidupan seseorang. Perasaan kepercayaan menuntut adanya
perasaan nyaman secara fisik dan setidaknya perasaan takut dan ragu-ragu terhadap masa depan.
Otonomi versus rasa malu dan keragu-raguan adalah tahap kedua dari perkembangan menurut
Erikson, yang berlangsung antara akhir masa bayi hingga masa baru mulai berjalan (usia 1-3 tahun).
Mereka mulai menyatakan rasa kemandirian atau otonomi nya. Jika bayi terlalu banyak dibatasi dan
dihukum terlalu keras, mereka cenderung mengembangkan rasa malu dan ragu-ragu.
Prakarsa versus rasa bersalah yang merupakan tahap ketiga dari perkembangan menurut Erikson,
berlangsung selama prasekolah. Ketika anak-anak prasekolah mulai memasuki dunia sosial yang luas,
mereka dihadapkan pada tantangan-tantangan yang lebih besar dibandingkan ketika mereka masih
bayi. Erikson memiliki suatu pandangan yang positif mengenai tahap ini, ia yakin bahwa sebagian
besar rasa bersalah segera digantikan dengan rasa berhasil.

Tekun versus rasa rendah diri adalah tahap keempat dari perkembangan menurut Erikson dan
berlangsung di masa sekolah dasar. Dimasa ini mereka lebih banyak mengarahkan energinya untuk
menguasai pengetahuan dan keterampilan intelektual, mereka juga lebih bersemangat atau antusias
untuk belajar. Menurut Erikson, guru memiliki tanggung jawab khusus bagi pengembangan ketekunan
anak-anak.

5
Identitas versus kebingungan identitas adalah tahap kelima dari perkembangan menurut Erikson, yang
berlangsung masa remaja. Di masa ini individu dihadapkan pada tantangan-tantangan untuk
menemukan siapa kah mereka itu, bagaimana mereka nantinya, dan arah mana yang hendak mereka
tempuh dalam hidupnya.

Keintiman versus keterkucilan adalah tahap keenam dari perkembangan menurut Erikson, yang
dialami individu selama masa dewasa awal. Dimasa ini individu menghadapi tugas perkembangan
yang berkaitan dengan pembentukan relasi intim dengan orang lain. Erikson mendeskripsikan
keintiman sebagai menemukan diri sendiri di satu sisi, namun kehilangan diri sendiri di sisi lainnya.
Bangkit versus stagnasi yang merupakan tahap ketujuh dari perkembangan menurut Erikson,
berlangsung dimasa dewasa menengah. Persoalan pertama yang dihadapi individu dimasa ini adalah
membantu generasi muda mengembangkan dan mengarahkan kehidupan yang berguna, inilah yang

dimaksud dengan generativity oleh Erikson. Perasaan belum melakukan sesuatu untuk menolong
generasi berikutnya disebut stagnation.
Integritas versus kekecewaan adalah tahap kedelapan dari perkembangan menurut Erikson, yang
berlangsung dimasa dewasa akhir. Pada tahap ini, seseorang berusaha merefleksikan kehidupannya
dimasa lalu. Melalui banyak rute yang berbeda, manusia lanjut usia dapat mengembangkan
pandangan yang positif mengenai sebagian besar atau semua tahap perkembangan sebelumnya.

Evaluasi Terhadap Teori-teori psikoanalisis


Kontribusi dari teori Psikoanalisis meliputi penekanan nya pada faktor-faktor sebagai berikut:
• Pengalaman masa awal memainkan peranan penting bagi perkembangan.
• Relasi keluarga merupakan salah satu aspek pokok dari perkembanganm
• Kepribadian dapat dipahami secara lebih baik apabila kepribadian juga ditelaah dari sisi
perkembangan nya.
• Pikiran tidak sepenuhnya disadari, aspek-aspek yang tidak didasari dari pikiran perlu
dipertimbangkan.
• Dalam teori Erikson, perubahan dapat berlangsung dimasa dewasa maupun dimana kanak-
kanak.

Berikut ini adalah beberapa kritik yang dilontarkan terhadap teori-teori Psikoanalisis:
• Konsep-konsep utama dari teori-teori Psikoanalisis sulit diuji secara ilmiah.
• Banyak data yang digunakan untuk mendukung teori-teori Psikoanalisis berasal dari
rekonstruksi individu terhadap masa lalunya sering kali jauh dimasa lalu yang akurasi nya tidak
diketahui.
• Terlalu banyak menekankan pentingnya peranan seksualitas terhadap perkembangan.
• Terlalu banyak menekankan pentingnya pengaruh pikiran yang tidak disadari terhadap
perkembangan.
• Teori-teori Psikoanalisis memberikan gambaran mengenai manusia yang terlalu negatif.

B. TEORI-TEORI KOGNITIF

Teori kognitif menekankan pikiran-pikiran yang disadari. Tiga teori kognitif yang paling penting
adalah teori perkembangan kognitif menurut Piaget, teori kognitif sosio-budaya menurut Vygotsky,
serta teori pemrosesan informasi.
1. Teori Perkembangan Kognitif Dari Piaget
Teori Piaget menyatakan bahwa individu secara aktif membangun pemahaman mengenai dunia dan
melalui empat tahap perkembangan kognitif. Ada 4 tahap yang dilalui ketika memahami dunia.
• Tahap sensorimotor (lahir-2 tahun) dalam tahap ini bayi membangun suatu pemahaman
mengenai dunianya dengan mengoordinasikan pengalaman-pengalaman sensoris seperti melihat dan
mendengar.
• Tahap pra operasional (2-7 tahun) dalam tahap ini anak-anak mulai melukiskan dunia dengan
kata-kata, bayangan-bayangan, dan gambar-gambar.

• Tahap operasional konkret (7-11 tahun) dalam tahap ini anak-anak dapat melakukan operasi
yang melibatkan objek-objek dan mereka juga dapat bernalar secara logis.

• Tahap operasional formal (11-dewasa) dalam tahap ini individu melampaui pengalaman-
pengalaman konkret dan berfikir secara abstrak dan lebih logis. Sebagai bagian dari pemikiran yang
lebih abstrak remaja mengembangkan gambaran mengenai keadaan yang ideal. Mereka lebih
mempersiapkan diri untuk masa depan.

Tahap perkembangan menurut piagnet

1. Tahap sensorimotor(sensorimotor stage) ,yang belangsung mulai dari lahir hingga usia
sekitar 2 tahun,adalah tahap pertama piaget, dalam tahap ini,bayi membangun suatu pemahaman
mengenai dunia dengan mengkoordinasikan pengamalan-pengalaman sensori(seperti melihat dan
mendengar)yang disebut sensorimotor.

7
2. Tahap praoperasional (preoperation stage),yang berlangsung kurang lebih dari usia 2
hingga 7 tahun. Dalam tahap ini anak-anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata, bayangan-
bayangan,dan informasi sensoris dan tindakan fisik. Menurut piaget, anak-anak prasekolah ini belum
mampu melakukan apa yang oleh piaget disebut 'eperasi (operation), yaitu tindakan dari dalan mental
yang diinternalisasikan yang memungkinkan anak-anak melakukan secara mental apa yang
sebelumnya dilakukan secara fisik.

3. Tahap operasional konkret (concrete operational stage) , yang berlangsung kurang lebih
dari usia 7 hingga 11 tahun. Dalam tahap ini, anak-anak dapat melakukan operasi yang melibatkan
objek-objek, dan mereka juga dapat bernalar secara logis, sejauh hal itu diterapkan dqlam contoh-
contoh yang spesifik atau konkret. Sebqgai contoh, para pemikjr operasional konkret tidak dapat
membayangkan langkah-langkah yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu persamaan aljabar,
yqng terlalu abstrak untuk dipikirkan pada tahap perkembangan ini.

4. Tahap operasional formal (formal operation stage), yang berlangsung antara usia 11 dan
15 tahun. Dalam tahap ini, individu melampaui pengalaman-pengalaman konkret dan berfikir secara
abstrak dan lebih logis. Sebagai bagian dari pemikiran

2. Teori kognitif sosio-budaya Dari Vygotsky

Teori Vygotsky (Vygotsky theory) adalah teori kognitif sosial-budaya yang menekankan bagaimana
budaya dan interaksi sosial mengarahkan perkembangan kognitif. Vygotsky melukiskan
perkembangan sebagai sesuatu yang tidak terpisahkan dari aktivitas sosial dan budaya (John-Steiner
dan Mahn, 2003). Ia berpendapat bahwa perkembangan memori, atensi, dan penalaran, mencakup
kegiatan belajar untuk menggunakan temuan-temuan dari masyarakat, seperti bahasa, sistem
matematika, dan strategi memori.
Vygotsky mengemukakan gagasan-gagasan yang unik dan berpengaruh mengenai perkembangan
kognitif.

8
3. Teori Pemrosesan-Informasi teori pemrosesan -informasi ( information
processing theory)

Menekankan bahwa individu memanipulasi, memonitor, dan menyusun strategi terhadap informasi-
informasi yang ditemui. Dalam teori ini proses memori berpikir menjadi tema sentral. Menurut teori
ini, secara bertahap remaja mengembangkan kapasitas yang lebih besar untuk memproses informasi,
dimana hal ini memungkinkan kapasitas yang lebih besar untuk memproses informasi, dimana hal ini
memungkinkan mereka untuk memperoleh pengetahuandan keterampilan yang kompleks (Feldman,
2003; Munakata, 2006; Siegler, 2006; Siegler & Alibali, 2005). Todak seperti teori perkembangan
kognitif piaget, teori pemrosesan informasi tidak mendeskripsikan perkembangan dalam tahapan-
tahapan.

Robert Siegler (1998), seorang ahli terkemuka dibidang Pemrosesan-informasi. Menurut Siegler,
ketika individu menangkap, menuliskan sandi (enconding), menampilkan, menyimpan, dan
mengeluarkan kembali informasi,mereka sebenarnya sedang berfikir. Siegler menekankan bahwa
aspek dan perkembangan adalah mempelajari strategi-strategi yang baik untuk memperoses informasi.
Sebagai contoh, menjadi pembaca yang lebih baik itu meliputi belajar memonitor tema-tema penting
dan materi-materi yang dibaca.

C. Teori-teori Perilaku dan Kognitif social

Teori-teori perilaku dan sosial kognitif menekankan peranan pengalaman lingkungan dan perilaku
yang teramati dalam memahami perkembangan remaja. Para ahli teori sosial kognitif juga
menekankan faktor-faktor pribadi/kognitif dalam perkembangan.

1. Behaviorisme Skinner
Behaviorisme (behaviorism) menekankan studi ilmiah mengenai respons perilaku yang teramati serta
determinan-determinan lingkungab. Dalam perilaku menurut B.F. Skinner (1904-1990), pikiran,
kesadaran atau ketidaksadaran, tidak dibutuhkan untuk menjelaskan perilaku dan perkembangan.
Bagi Skinner, perkembangan dalah perilaku.

9
Karena para behavioris (ahli dan orientasi perilaku) berpendapat bahwa perkembangan merupakan
basil belajar dan sering kali berubah seiring dengan pemerolehan pengalaman dilingkungan, mereka
juga berpendapat bahwa modifikasi lingkunagan dapat mengubah perkembangan (Adams, 2000;
Staats, 2003). Bagi para behavioris, perilaku malu dapat ditransformasikan menjadi perilaku yang
lebih berorientasi sosial:perilaku agresif dapat dibentuk menjadi perilaku jinak: perilaku lesu dan
membosankan dapat diubah menjadi tingkah laku antusias dan menarik.

2.Teori Kognitif Sosial


Beberapa ahli psikologis setuju dengan pendapat para behavioris yang menyatakan bahwa
perkembangan itu dipelajari dan dipengaruhi secara kuat oleh lingkungan. Meskipun
demikian,mereka menganggap bahwa pendapat Skinner terlalu jauh ketika ia menyatakan bahwa
faktor pribadi atau kognisi tidak penting dalam memahami perkembangan (Epstein, 2003). Teori
kognitif sosial (social cognitive theory) menyatakan bahwa perilaku, lingkungan, dan kognisi
merupakan faktor-faktor penting dalam perkembangan.
Albert Bandura dan Walter Mischel adalah arsitek dan versi kontemporer teori kognisi sosial, yang
awalnya oleh Mischel dinamai teori pembelajaran sosial kognitif (cognitive social learning theory).
Bandura menyatakan bahwa faktor perilaku, lingkungan, dan pribadi/kognitif, seperti keyakinan,
perencanaan, dan berfikir dapat berinteraksi secara timbal-balik. Dengan demikian, dalam pandangan
Bandura, lingkungan dapat mempengaruhi perilaku seseorang (sesuai dengan pandangan Skinner),
namun ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan. Faktor pribadi/kognitif dapat meliputi self-
refficacy (keyakinan bahwa seseorang dapat menguasai suatu situasi dan menghasilkan dampak yang
diinginkan), kemampuan merencanakan, dan keterampilan berfikir.

Evaluasi terhadap teori-teori perilaku dan kognisi sosial Berikut ini adalah beberapa kontribusi yang
diberikan oleh teori-teori perilaku dan kognisi sosial, sebagai berikut:
 Menekankan pentingnya penelitian ilmiah.
 Memfokuskan pada determinan lingkungan terhadap perilaku.
 Menekankan pentingnya pembelajaran observasi (oleh Bandura).
 Melibatkan faktor-faktor pribadi dan kognitif

Beberapa kritik yang dilontarkan terhadap teori-teori perilaku dan kognisi sosial adalah sebagai
berikut:
 Kurang menekankan kognisi.
 Terlalu menekankan determinan lingkungan.
 Tidak memberi pembahasan yang memadai mengenai perubahan perkembangan.
 Kurang mempertimbangkan spontanitas dan kreativitas manusia.

10
D. Teori Kontekstual Ekologis
Pendekatan lain yang menekankan pentingnya pengaruh lingkungan terhadap perkembangan adalah
teori kontekstual ekologis (ecological contextual theory) dari Brofenbrenner (1917-), yang kini
semakin banyak diminati. Teori ini mengidentifikasi lima sistem lingkungan, yang berkisar dari
interaksi langsung dengan agen-agen sosial hingga input budaya yang luas.

Kelima sistem dalam teori ekologis menurut Bronfenbrenner adalah mikrosistem, mesosistem, dan
kronosistem (Bronfenbrenner,1986, 1995, 2000, 2004; Bronfenbrenner & Morris, 1998, 2006)
 Mikrosistem (microsystem): Situasi dimana remaja hidup. Konteks ini dapat meliputi
keluarga, kawan-kawan sebaya, sekolah, dan lingkungan sekitar. Dalam mikrosistem inilah
terjadi interaksi yang paling langsung antara remaja dengan agen-agen sosial misalnya dengan
orang tua, kawan-kawan sebaya,dan guru. Dalam situasi ini remaja tidak dipandang dengan
penerima yang pasif namun seseorang yang membantu dalam membangun situasi.
 Mesositem (mesosystem): Relasi antara dua mikrosistem atau lebih. Contohnya adalah relasi
antara pengalaman keluarga dengan pengalaman sekolah, pengalaman sekolah dengan
pengalaman keagamaan, dan pengalaman keluarga dengan pengalaman kawan-kawan sebaya.
Anak-anak yang orang tuanya menolak mereka dapat mengalami kesulitan mengembangkan
relasi positif dengan guru.

 Ekosistem (exosystem): Situasi sosial di mana remaja tidak memiliki peran aktif namun
mempengaruhi pengalaman remaja. Sebagai contoh, pengalaman seorang ibu di tempat
kerjanya mungkin dapat mempengaruhi relasi dengan suaminya dan anak remajanya. Ibu
tersebut mungkin memperoleh peromosi yang menuntutnya untuk lebih banyak berpergian,
yang mungkin dapat meningkatkan konflik dengan suaminya dan mengubah pola interaksinya
dengan anak.
 Makrosistem (macrosytem): Budaya di mana remaja hidup. Budaya (culture) merujuk pada
pola-pola perilaku, keyakinan, dan semua produk dari sekelompok manusia yang diteruskan
dari generasi ke generasi.
 Kronosistem (chronosystem): Pola dari peristiwa-peristiwa lingkungan dan transisi dari
rangkaian kehidupan dan keadaan-keadaan sosio-historis. Sebagai contoh, dalam studi
mengenai dampak perceraian terhadap anak-anak, peneliti menentukan bahwa dampak-
dampak negatif tersebut sering kali memuncak di tahun pertama setelah perceraian. Dampak
yang lebih besar dialami oleh anak laki-laki dibandingkan anak perempuan (Hetherington,
1993). Dua tahun setelah perceraian,

interaksi keluarga tidak begitu kacau lagi dan lebih stabil. Berkaitan dengan lingkungan sosial-
budaya, remaja perempuan jaman sekarang lebih terdorong untuk mengejar karir dibandingkan 20
atau 30 tahun yang lalu.
Bronfenbrenner (2000. 2004; Bronfenbrenner & Morris, 1998, 2006) baru-baru ini telah
menambahkan pengaruh biologis dalam teorinya dan kini menyebutnya sebagai teori bioekologi
(bioecological). Meskipun demikian, konteks lingkungan masih memegang peran utama dalam teori
Bronfenbrenner (Ceci, 2000).
11

Beberapa kontribusi yang diberikan oleh teori kontekstual ekologis adalah sebagai berikut:
 Melakukan kajian sistematis yang bersifat makro dan mikro terhadap dimensi-dimensi dan
sistem lingkungan.
 Memperhatikan kaitan antara berbagai situasi lingkungan (mesosistem).
 Mempertimbangkan pengaruh-pengaruh sosio-historis terhadap perkembangan (kronosistem).
Berikut ini adalah beberapa kritik yang dilontarkan terhadap teori kontekstual ekologis:
 Kurang menekankan dasar biologis dari perkembangan, meskipun teori juga membahas
pengaruh-pengaruh biologis.
 Mengabaikan proses-proses kognitif.

E. Orientasi Teoretis Eklektik

Orientasi teoretis Eklektik (eclectic theoretical orientation) tidak mengikuti sebuah


pendekatan teori manapun, namun memilih dan menggunakan segi-segi yang dianggap paling baik
dari masing-masing teori. Melalui pandangan seperti ini, tidak satupun teori yang dijelaskan di bab ini
yang dapat sepenuhnya menjelaskan seluruh kompleksitas perkembangan remaja. Masing-masing
teori memberikan kontribusi yang berarti terhadap pemahaman kita mengenai perkembangan remaja,
namun tidak ada satu pun yang dapat memberikan deskripsi dan penjelasan yang lengkap

12
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Teori perkembangan adalah teori yang difokuskan pada perubahan- perubahan dan perkembangan
struktur jasmani (biologis), perilaku dan fungsi mentalmanusia dalam berbagai tahap kehidupannya,
mulai dari konsepsi hingga menjelangkematian. Teori perkembangan sangat mempengaruhi
perkembangan diri seorangindividu, kalau baik perkembangan baiklah individu tersebut.Teori
perkembangan termasuk :

1. Menjelaskan teori perkembangan psikis analisis

2. Menjelaskan teori-teori Kognitif

3. Menjelaskan teori-teori Perilaku dan Kognitif Sosial

4. Menjelaskan teori-teori Kontekstual Ekologis

5. Menjelaskan orientasi Teoritis Elektif

B. SARAN

Kami selaku penyusun perkiraan kritik dan saran yang sifatnya membangun,untuk menyempurnakan
makalah ini.

13
DAFTAR PUSTAKA

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Erik_Erikson

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Teori_perkembangan_kognitif2.

Santrock JW. (2007). Remaja, Edisi Kesebelas Jilid 1 Alih Bahasa Benedictine Widyasnita,
Jakarta : Erlangga

14

Anda mungkin juga menyukai