Anda di halaman 1dari 7

PENGAUDITAN II DB PERTEMUAN 4

KELOMPOK 2 :
1. Nadila Putri Shenindita [151910613013]
2. Rena Agustina [151910613020]
3. Putri Aulia Sari [151910613032]
4. Tasya Egalita Shifa S [151910613056]

SUMARY CHAPTER 13
PENYELESAIAN PENGUJIAN SIKLUS PENJUALAN DAN PENGUMPULAN PIUTANG
USAHA

A. METODELOGI UNTUK PERANCANGAN PENGUJIAN RINCIAN SALDO


Pada saat merancang pengujian atas rincian saldo untuk piutang usaha, auditor harus
memenuhi masing-masing tujuan audit yang berkaitan dengan saldo piutang. Tujuan audit
yang berkaitan dengan saldo piutang usaha, diantaranya adalah:
1. Detail tie-in. Piutang usaha dalam neraca saldo sama dengan jumlah file induk
terkait,dan totalnya telah ditambahkan dengan benar serta sama dengan buku
besar umum.
2. Keberadaan. Piutang usaha dicatat ada.
3. Kelengkapan. Piutang usaha yang ada telah dicantumkan.
4. Keakuratan. Piutang usaha sudah akurat.
5. Klasifikasi.Piutang usaha sudah diklasifikasikan dengan benar
6. Pisah Batas.Pisah batas piutang sudah benar.
7. Nilai Realisasi.Piutang usaha dinyatakan pada nilai realisasi.
8. Hak.Klien memiliki hak atas piutang usaha.
Selanjutnya kita akan membahasa mengenai tahapan-tahapan metodologi saat auditor
melakukan perancangan pengujian rinci saldo:
Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien yang Mempengaruhi Piutang Usaha (Tahap I)
Auditor mempelajari industri dan lingkungan eksternal klien serta mengevaluasi
tujuan manajemen dan proses bisnis untuk mengidentifikasi risiko bisnis klien yang
signifikan yang dapat mempengaruhi laporan keuangan, termasuk piutang
usaha.Untuk mendapatkan pemahaman tersebut, auditor juga melaksanakan prosedur
analitis pendahuluan yang dapat menunjukkan kenaikan risiko salah saji piutangusaha.
❖ Menetapkan Salah Saji yang Dapat Ditoleransi dan Menilai Risiko Inheren
(Tahap I)
Dalam melakukan tugasnya, auditor pertama-tama akan memutuskan
pertimbanganpendahuluan mengenai materialitas laporan keuangan secara
keseluruhan, dankemudian mengalokasikan jumlah pertimbangan pendahuluan
ke setiap akun neraca yang signifikan, termasuk piutang usaha. Alokasi ini
disebut sebagai penetapan salah saji yang dapat ditoleransi.
❖ Menilai Risiko Pengendalian untuk Siklus Penjualan dan Penagihan (Tahap I)
Aspek utama yang diperhatikan oleh auditor dalam pengendalian internal
1. Pengendalian yang mencegah atau mendeteksi penggelapan.
2. Pengendalian terhadap pisah batas.
3. Pengendalian yang terkait dengan penyisihan piutang tak tertagih.
Merancang dan Melaksanakan Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif
atas Transaksi (Tahap II)
Hasil pengujian pengendalian akan menentukan apakah penilaian risiko pengendalian
untuk penjualan dan penerimaan kas harus direvisi. Sedangkan, auditor menggunakan hasil
pengujian substantif atas transaksi untuk menentukan sejauh mana risiko deteksi yang
direncanakan akan dipenuhi bagi setiap tujuan audit yang berkaitan dengan saldo piutang
usaha.

Merancang dan Melaksanakan Prosedur Analitis (Tahap III)


Sebagian prosedur analitis yang dilaksanakan selama tahap pengujian yang terinci
dilakukan setelah tanggal neraca tetapi sebelum pengujian atas rincian saldo. Auditor
melaksanakan prosedur analitis untuk siklus penjualan dan penagihan secara keseluruhan,
bukan hanya pada piutang usaha. Hal ini memang harus demikian karena hubungan yang
erat antara akun-akun laporan laba-rugi dan neraca. Jika auditor mengidentifikasi salah saji
yang mungkin terjadi dalam retur dan pengurangan penjualan dengan menggunakan
prosedur analitis, piutang usaha mungkin akan mengoffset salah saji itu.

B. PERRANANGAN PENGUJIAN ATAS PERINCIAN SALDO


Auditor lebih menekankan pada akun-akun neraca. Konfirmasi piutang usaha adalah
pengujian rinci saldo piutang usaha yang paling penting. Asumsi-asumsi pengujian rinci
saldo atas piutang usaha:
1. Auditor telah menyelesaikan kertas kerja perencanaan bukti
2. Auditor telah menetapkan risiko deteksi direncanakan untuk pengujian rinci untuk
setiap tujuan audit
Prosedur audit yang dipilih dan ukuran sampelnya akan sangat tergantung pada apakah
bukti untuk suatu tujuan ditetapkan rendah, medium atau tinggi.
Kecocokan dalam pencatatan Sebagian besar pengujian atas akun piutang usaha dan
akun cadangan kerugian piutang akan didasarkan pada daftar umur piutang. Daftar umur
piutang adalah suatu daftar yang berisi saldo-saldo setiap akun yang terdapat dalam master
file piutang usaha per tanggal neraca. Luas pengujian untuk memeriksa kecocokan ini
tergantung pada jumlah akun debitur, seberapa banyak master file telah diuji dalam rangka
pelaksanaan pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi, dan seberapa jauh
daftar umur piutang telah diverifikasi oleh auditor internal.

Keberadaan-Piutang Usaha Konfirmasi saldo piutang adalah pengujian rinci saldo


terpenting untuk menentukan keberadaan piutang usaha sebagaimana tercantum dalam
pembukuan. Auditor tidak memeriksa bukti pengiriman barang atau bukti penerimaan kas
setelah tanggal neraca untuk setiap akun yang dikonfirmasi, tapi hal ini baru dilakukan
secara ekstensif sebagai prosedur alternatif untuk akun yang tidak memberi jawaban atau
konfirmasi.

Kelengakapan- Piutang Usaha Auditor mengalami kesulitan untuk menguji akun piutang
yang dengan sengaja dihilangkan dari daftar umur piutang dan hanya mengandalkan pada
sifat keseimbangan yang dimiliki oleh master file piutang. Cara terbaik untuk menentukan
kurang saji penjualan dan piutang usaha adalah dengan pengujian substantif transaksi atas
pengiriman barang yang tidak dicatat dan dengan prosedur analitis.

Ketilitian- Piutang Usaha Konfirmasi akun-akun piutang usaha yang dipilih dari daftar
umur piutang adalah pengujian rinci saldo yang apling sering dilakukan untuk menguji
ketelitian piutang usaha. Auditor melakukan pengujian dengan memeriksa pendebetan dan
pengkreditan pada masing-masing akun pelanggan individual dengan membandingkannya
pada dokumen pendukung pengiriman barang dan penerimaan kas.

Penggolongan - Piutang Usaha Auditor harus memeriksa apakah piutang wesel atau akun
yang harus digolongkan sebagai asset tidak lancer telah dipisahkan dari akun piutang yang
regular, demikian pula piutang bersaldo kredit yang signifikan telah dikelompokkan
sebagai utang usaha. Untuk memenuhi tujuan audit saldo tentang penggolongan, auditor
harus memastikan bahwa klien telah menggolongkan piutang dengan tepat, dan piutang
usaha dipisahkan dari piutang lainnya. Untuk memenuhi tujuan penyajian dan
pengungkapan, auditor harus memastikan bahwa penggolongan telah disajikan dengan
tepat dengan menentukan apakah transaksi dengan pihak berelasi telah dicantumkan
dengan benar selama tahap penyelesaian audit.

Pisah Batas- Piutang Usaha Kesalahan penyajian pisah batas terjadi apabila transaksi
tahun ini dicatat pada tahun berikutnya atau sebaliknya. Tujuan pengujian pisah batas
(cutoff test), apapun jenis transaksinya, adalah untuk memeriksa apakah transaksi
menjelang akhir tahun buku telah dicatat pada periode yang tepat. Kesalahan penyajian
pisah batas bisa terjadi pada penjualan, retur penjualan, dan menerima kas. Untuk
menentukan kewajaran pisah batas, auditor melakukan pendekatan sebagai berikut:
1. Tetapkan kriteria yang tepat untuk pisah batas.
2. Evaluasi apakah klien telah menetapkan prosedur yang memadai untuk pisah batas
yang sewajarnya
3. Ujilah apakah pisah batas telah dilakukan dengan benar.
❖ Pisah Batas Penjualan Pada kebanyakan perusahaan dagang dan perusahaan
manufaktur, pencatatan suatu penjualan biasanya didasarkan pada kriteria pengiriman
barang. Namun ada pula sejumlah perusahaan lain yang mencatat faktur penjualan
pada saat berpindahnya hak kepemilikan yang bisa terjadi sebelum barang dikirimkan,
pada saat barang dikirim, atau setelah barang dikirimkan. Bagian terpenting dalam
menilai metoda yang digunakan klien untuk mendapat pisah batas yang bisa dipercaya
adalah prosedur yang digunakan. Apabila klien menerbitkan dokumen pengiriman
barang bernomor urut tercetak secara berurutan, maka evaluasi dan pengujian pisah
batas bisa dilakukan dengan mudah.
❖ Pisah Batas Retur Penjualan Standard akuntansi mensyaratkan retur penjualan bisa
ditandingkan dengan penjualan yang bersangkutan pada periode yang sama, apabila
jumlahnya material. Sebagai contoh, apabila barang yang dikirim pada tahun ini
ternyata dikembalikan (retur) pada periode berikutnya, maka penjualan tersebut harus
dilaporkan sebagai retur pada tahun ini. (Barang yang diretur harus diperlakukan
sebagai persediaan tahun ini). Namun demikian, pada kebanyakan perusahaan, retur
penjualan sering dicatat pada periode terjadinya retur dengan asumsi bahwa retur yang
terjadi pada awal periode kurang lebih sama dengan yang terjadi pada akhir periode,
sehingga tidak ada masalah karena keduanya akan saling menutup. Hal seperti ini bisa
diterima apabila jumlah retur penjualan tidak material. Apabila auditor percaya bahwa
klien mencatat semua penjualan retur dengan benar, pisah batas bisa dilakukan dengan
mudah dan langsung. Auditor dapat memeriksa suatu sampel bukti pendukung retur
penjualan yang terjadi beberapa minggu setelah berakhirnya tahun buku untuk
menentukan tanggal penjualan yang berkaitan dengan retur tersebut.
❖ Pisah Batas Penerimaan Kas Pisah batas kas yang tidak tepat akan berpengaruh
hanya terhadap saldo kas dan piutang usaha, bukan pada laba perusahaan. Pengujian
kesalahan penyajian pisah batas penerimaan kas mudah dilakukan dengan cara
menelusur penerimaan kas ke setoran kas ke bank yang nampak dalam laporan bank
pada periode berikutnya. Apabila terjadi penundaan sampai beberapa hari, hal itu bisa
menjadi petunjuk adanya kesalahan penyajian pisah batas. Sampai pada tingkatan
tertentu auditor bisa juga mengandalkan pada konfirmasi piutang untuk mengungkap
kesalahan penyajian pisah batas penjualan, retur penjualan, dan penerimaan kas.
Namun, auditor seringkali mengalami kesulitan dalam membedakan kesalahan
penyajian pisah batas karena adanya perbedaan waktu yang normal yang timbul dari
pengiriman barang dan penerimaan kas dalam perjalanan pada akhir tahun.

Nilai bersih yang bisa direalisasi- Piutang Usaha Standar akuntansi keuangan (SAK)
mensyaratkan perusahaan menyatakan piutang usaha sebesar jumlah yang akhirnya akan
bisa diterima pembayaranya. Nilai piutang yang bisa direalisasi sama dengan piutang
bruto dikurangi dengan cadangan kerugian piutang. Untuk menghitung besarnya
cadangan, klien menaksir jumlah total piutang yang diperkirakan tidak akan bisa ditagih.
Sudah barang tentu klien tidak akan bisa menaksir secara tepat, tapi bagi auditor sudah
dipandang memadai apabila taksiran masuk akal setelah mempertimbangkan berbagi data
terkait. Untuk membantu penilaian ini, auditor sering membuat suatu daftar audit yang
menganalisis cadangan kerugian piutang.Untuk mulai mereview cadangan kerugian
piutang, auditor mereview hasil pengujian pengendalian yang berkaitan dengan kebijakan
pemberian kredit pada perusahaan klien. Dimana ada perubahan atau tidaknya pada
kebijakan pemberian kredit pada perusahaan klien atau tingkat ketaatan pada kebijakan
tersebut, auditor harus lebih cermat mempertimbangkan pengaruh perubahan tersebut
Auditor seringkali mengevaluasi kecukupan cadangan dengan memeriksa secara cermat
akun-akun yang memiliki jangan panjang dalam daftar umur piutang untuk menentukan
mana yang belum juga diterima pembayarannya setelah lewat tanggal neraca. Besarnya
saldo dan umur dari jumlah tagihan tersebut selanjutnya dapat dibandingkan dengan
informasi serupa dari tahun sebelumnya untuk menilai apakah jumlah piutang yang
berjangka panjang tersebut meningkat atau menurun dari waktu ke waktu. Auditor juga
bisa memeriksa kolektibilitas piutang dengan memeriksa arsip kredit, berdiskusi dengan
manajer kredit, dan mereview korespondensi yang terdapat dalam arsip klien.

Beban Kerugian Piutang Setelah auditor merasa puas dengan cadangan kerugian piutang,
selanjutnya akan mudah untuk memeriksa beban kerugian piutang dengan asumsi bahwa:
● Saldo awal dalam akun cadangan telah diperiksa sebagai bagian dari audit tahun yang
lalu
● Piutang tak tertagih yang telah dihapus telah diperiksa sebagai bagian dari pengujian
substantif transaksi.
● Saldo akhir dalam akun cadangan telah diperiksa dengan berbagai cara

Hak Klien atas Piutang usaha Hak klien atas piutang usaha umumnya tidak merupakan
masalah dalam audit, karena piutang biasanya memang merupakan milik klien. Namun
dalam hal tertentu, sebagian dari piutang mungkin saja dijadikan jaminan atau digadaikan,
atau dijual pada seseorang, atau dijual dengan discount. Pada umumnya para debitur klien
tidak mengetahui adanya hal tersebut, sehingga konfirmasi tidak akan menunjukkan hal
demikian. Untuk mengungkap situasi di mana klien telah dibatasi haknya atas piutang,
auditor bisa mereview notulen rapat, membicarakannya dengan klien, mengirim
konfirmasi ke bank, memeriksa perjanjian pinjaman untuk mencari informasi tentang
pegadaian atau penjaminan piutang serta memeriksa arsip korespondensi.

Penyajian dan Pengungkapan Piutang Usaha Pengujian atas keempat tujuan penyajian
dan pengungkapan biasanya dilakukan sebagai tahap penyelesaian audit. Namun demikian,
sejumlah penyajian dan pengungkapan sering dilakukan dengan pengujian untuk
memenuhi tujuan audit saldo. Untuk menilai kecukupan penyajian dan pengungkapan,
auditor harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang persyaratan yang ditetapkan
dalam standar akuntansi keuangan tentang penyajian dan pengungkapan. Bagian yang
terpenting dalam penilaian menyangkut keputusan tentang apakah klien telah memisahkan
sejumlah piutang yang berjumlah material yang membutuhkan pengungkapan dalam
laporan.

C. KONFIRMASI PIUTANG USAHA


Konfirmasi piutang usaha adalah konsep yang terus berulang dalam pembahasan kita
mengenai perancangan pengujian atas rincian saldo piutang usaha.Tujuan utama
konfirmasi piutang usaha adalah untuk memenuhi tujuan eksistensi,keakuratan dan pisah
batas.Standar auditing mengharuskan konfirmasi piutang usaha dalam situasi yang normal.
SAS67 (AU 330) menyediakan tiga pengecualian terhadap keharusan menggunakan
konfirmasi.
Jenis Konfirmasi
1. Konfirmasi positif. Komunikasi dengan debitor yang meminta pihak yang menerima
untuk mengkonfirmasi secara langsung apakah saldo yang dinyatakan pada
permintaan konfirmasi itu benar atau salah.
2. Formulir konfirmasi yang kosong. Jenis konfirmasi positif yang tidak menyatakan
jumlah pada konfirmasi tetapi meminta penerimanya untuk mengisi saldo atau
melengkapi informasi lainnya.
3. Konfirmasi faktur. Jenis konfirmasi positif lainnya di mana setiap faktur akan
dikonfirmasi, dan bukan saldo piutang usaha pelanggan secara keseluruhan.
4. Konfirmasi negatif. Ditujukan kepada debitor tetapi hanya akan meminta respons
jika debitor tidak setuju dengan jumlah yang dinyatakan
Penetapan Waktu Bukti yang paling dapat diandalkan dari konfirmasi baru akan
diperoleh jika konfirmasi itu dikirim sedekat mungkin dengan tanggal neraca. Jika
keputusan untuk mengkonfirmasi piutang usaha dibuat sebelum akhir tahun, biasanya
auditor akan membuat sebuah skedul di muka yang merekonsiliasi saldo piutang
usaha pada tanggal konfirmasi dengan piutang usaha pada tanggal neraca.

Keputusan Sampling Faktor utama yang mempengaruhi ukuran sampel untuk


mengkonfirmasi piutang usaha berada dalam beberapa kategori dan mencakup hal-hal
berikut:
1. Salah saji yang dapat ditoleransi
2. Risiko inheren
3. Risiko pengendalian
4. Risiko deteksi yang dicapai dari pengujian substantif lainnya
5. Jenis konfirmasi

Menyelenggarakan Pengendalian Setelah item yang akan dikonfirmasi dipilih,


auditor harus menyelenggarakan pengendalian atas konfirmasi itu hingga
dikembalikan dari pelanggan. Jika klien membantu dengan menyiapkan konfirmasi,
memasukkannya ke dalam amplop, atau menempelkan perangko di amplop, auditor
harus mengawasinya dengan ketat.

Menindaklanjuti Nonrespons Konfirmasi yang dikirim tetapi tidak dikembalikan


oleh pelanggan tidak boleh dianggap sebagai bukti audit yang signifikan. Jika
konfirmasi positif digunakan, SAS 67 mensyaratkan prosedur tindak lanjut untuk
konfirmasi yang tidak dikembalikan oleh pelanggan. Jika sebanyak 3 konfirmasi yang
dikirim ke pelanggan tidak ada satupun yang dikembalikan, maka perlu dilakukan
tindak lanjut dengan prosedur alternatif. Tujuan dari prosedur alternatif adalah untuk
menentukan dengan cara selain konfirmasi apakah piutang yang tidak dikonfirmasi itu
memang ada dan telah dinyatakan dengan benar pada tanggal konfirmasi.

Penerimaan Kas Selanjutnya


Bukti penerimaan kas selanjutnya pada taggal konfirmasi meliputi pemeriksaan
remittance advice, ayat jurnal dalam catatan penerimaan kas, atau mungkin kredit
selanjutnya dalam file induk piutang usaha.

Salinan Faktur Penjualan Hal ini bermanfaat dalam memverifikasi penerbitan faktur
penjualan aktual dan tanggal penagihan aktual.

Dokumen Pengiriman. Hal ini penting dalam menentukan apakah pengiriman telah
benar-benar dilakukan dan sebagai pengujian pisah batas.

Analisis Perbedaan Jika permintaan konfirmasi dikembalikan oleh pelanggan,


auditor harus menentukan penyebab setiap perbedaan yang dilaporkan. Dalam banyak
kasus, perbedaan itu disebabkan oleh perbedaan waktu antara catatan klien dan
pelanggan.
1. Pembayaran telah dilakukan.
2. Barang belum diterima
3. Barang telah dikembalikan
4. Kesalahan klerikal dan jumlah yang diperdebatkan

Korespondensi dengan Klien Biasanya auditor tidak merasa perlu untuk mereview
korespondensi dengan klien sebagai bagian dari prosedur alternatif, tetapi
korespondensi isa digunakan untuk mengungkapkan ketidakjelasan dan piutang yang
dipertanyakan yang tidak terungkap oleh cara lain.Luas dan sifat prosedur alternatif
terutama tergantung pada materialitas yang tidak menjawab, jenis kesalahan penyajian
yang ditemukan dalam konfirmasi yang telah diterima jawabannya, penerimaan kas
kemudian dari debitur yang tidak menjawab, dan kesimpulan auditor tentang
pengendalian internal.

Menarik Kesimpulan Jika semua perbedaan telah diselesaikan, termasuk yang


ditemukan dalam melakukan prosedur alternatif, auditor harus mengevaluasi ulang
pengendalian internal. Setiap salah saji klien harus dianalisis untuk menentukan
apakah hal tersebut konsisten atau tidak konsisten dengan tingkat risiko pengendalian
yang dinilai pada awal audit. Jika sejumlah besar salah saji yang terjadi itu tidak
konsisten dengan penilaian risiko pengendalian, auditor harus merevisi penilaian itu
dan mempertimbangkan pengaruh revisi tersebut kepada audit. Auditor perusahaan
publik juga harus mempertimbangkan implikasinya bagi audit pengendalian internal
terhadap pelaporan keuangan.

D. PENGEMBANGAN PROGRAM AUDIT UNTUK PENGUJIAN RINCI SALDO

Kita akan menggunakan PT ABC untuk ilustrasi dalam prosedur pengembangan


program audit untuk pengujian detil siklus penjualan dan pengumpulan piutang, sebagai
dasar untuk meringkas bab ini. Auditor senior yang bertugas dalam pengauditan pada PT
ABC telah menyusun kertas kerja perencanaan-bukti sebagai alat untuk membantunya
dalam menentukan luasnya pengujian rinci saldo yang direncanakan. Sumber dari setiap
baris dalam kertas kerja ini adalah sebagai berikut:

1. Kesalahan penyajian bisa ditoleransi.


2. Risiko audit bisa diterima.
3. Risiko bawaan. Auditor juga menetapkan risiko bawaan pada tingkat medium
untuk nilai bisa direalisasi. Risiko bawaan ditetapkan rendah untuk tujuan-tujuan
lainnya.
4. Risiko pengendalian. (Ingat, hasil pengujian pengendalian dan pengujian
substantif transaksi konsisten dengan penetapan awal risiko pengendalian yang
ditetapkan auditor, kecualí untuk tujuan ketelitian dan nilai bisa direalisasi untuk
penjualan)
5. Hasil pengujian substantif transaksi.
6. Prosedur analitis.
7. Risiko deteksi direncanakan dan bukti audit direncanakan.

Anda mungkin juga menyukai